FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT ( salep )

29
FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT (salep)

description

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT ( salep ). SAP FTS CSP. Formula, alat , dan evaluasi sediaan cair dansemipadat meliputi suppositoria , salep , salep mata , pengawet salep , pengemas salep , absorbsi percutan - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT ( salep )

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI

PADAT (salep)

SAP FTS CSP

1. Formula, alat, dan evaluasi sediaan cair dansemipadat meliputi suppositoria, salep, salep mata, pengawet salep, pengemas salep, absorbsi percutan

2. Mengenal sediaan transdermal, dispersi, suspensi, emulsi dan evaluasi serta masalah dalam pembuatannya

Sediaan semipadat bersifat: dapat melekat pada permukaan tempat pemakaian dalam waktu yang cukup lama sebelum sediaan dicuci.

Macam-macam sediaan semi padat: salep, pasta, cream, gel

Perbedaannya ?Salep : sediaan semi padat yang terdiri dari

komponen basis yang dapat berupa basis larut air (polietilenglikol/PEG), atau basis berlemak, seperti minyak mineral, petrolatum

Pasta: sediaan semi padat yang mengandung zat padat yang tidak larut dalam konsentrasi yang tinggi, zat padat tersebut dapat terdispersi dalam pembawanya

Krim : sediaan semipadat dengan sistem emulsi yang tidak jernih, tidak tembus cahaya, konsistensinya tergantung pada tipe emulsinya

Gel : sediaan semi padat yang fase cairnya dibentuk dalam matrix polimer tiga dimensi yang mempunyai ikatan fisik atau kimiawi yang tinggi

Contoh polimernya: - polimer alam ( gom, tragakan, pektin, agar, asam alginat), dan polimer semisisntetik atau sintetik (metil selulosa, karboksimetilselulosa, hidroksi metil selulosa, carbopol)

Pemilihan dasar salep yang tepat

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:1. Laju penglepasan obat yang diinginkan2. keinginan peningkatan absorbsi obat oleh

dasar salep3. kelayakan dasar salep dalam melindungi

kelembapan kulit4. kestabilan obat dalam basisnya5. pengaruh obat terhadap viskositas salep .

Macam-macam basis salep

1. Basis hidrokarbon (bersifat lemak)Memberikan efek emolien, dapat melekat

dikulit dalam waktu yang lama -sukar dicuci Dapat mengurangi penguapan

kelembapan pada kulit mudah menyebar saat digunakan di kulit,

lunak

Contoh: 1) Petrolatum USP, adalah campuran

hidrokarbon setengah padat diperoleh dari minyak bumi, warna kuning, melebur antara suhu 38 dan 60 derajat C.Dapat digunakan tunggal atau kombinasi dengan zat lainSinonim:petrolatum kuning, petrolatum jelly, dalam perdagangan dikenal sebagai vaselin kuning (cheesebrought)

2) petrolatum putih,USP, berasal dari vaselin kuning yg dihilangkan warnanya

sinonim: white petrolatum jelly, vaselin putih3) salep kuning (yellow ointment)Tiap 100 g yellow ointment mengandung 5

gram lilin kuning (berasal dari sarang tawon (apis melifera) dan 95 g petrolatum

Sinonim: salep sederhana (simple ointment).

4) salep putih (white ointment)Mengandung 5% lilin putih (lilin lebah murni

yg diputihkan) dan 95% petrolatum putih5) parafinMerupakan campuran hidrokarbon padat yg

dimurnikan yg diperoleh dari minyak bumi, tidak berwarna, dapat membuat dasar salep berlemak menjadi keras atau kaku

6) Minyak mineral adalah campuran dari hidrokarbon cair yg dihasilkan dari minyak bumi. Berguna dalam menggerus bahan yg tidak larut pd salep dengan basis lemaksinonim: petrolatum cair (liquid petrolatum)

2. basis serapBerperan sebagai emolien meski dayapenutupan terhadap

kulit tidak seperti pada basis berlemakBasis ini tidak mudah hilang dengan pencucian dengan airBasis salep ini dapat digunakan untuk mencampurkan

larutan berair dan berlemak -dibentuk dari kombinasi hidrokarbon dengan senyawa

yang bersifat hidrofil (misal senyawa yang mempunyai gugus polar, seperti sulfat, karboksil, hidroksil, sterol, sorbitan monostearat)

Jika disentuh sebenarnya tidak menyerap air, tapi dengan pengadukan, dapat menyerap larutan air (dapat membentuk emulsi air dalam minyak)

Contoh: 1) petrolatum hidrofilikBerasal dari kolesterol, alkohol stearat, lilin putih, dan

petrolatum putihMempunyai kemampuan mengabsorbsi air dengan

membentuk emulsi air dalam minyak2) Lanolin anhidridaMengandung tidak lebih dari 0,25% airTidak larut dalam air, tapi dapat bercampur dengan air,

pencampurannya dengan air menghasilkan emulsi air dalam minyak

Sinonim: Refined wool fat

3)Lanolin Bahan semipadat yg berasal dari bulu domba (Ovis aries),

merupakan emulsi air dalam minyak, dengan kandungan air antara 25-30%

Sinonim: Hydrous whole fat4) Cold cream (krim pendingin), merupakan emulsi air

dalam minyak, semipadat, putih, dibuat dengan lilin setil ester, lilin putih, minyak mineral, natrium borat, dan air murni

Na borat dicampur dengan asam lemak bebas yg ada dlm lilin-lilin membentuk sabun Na yg bekerja sebagai zat pengemulsi

Krim pendingin digunakan sebagai emolien dan basis salep

3. Basis yang dapat dicuci dengan air Adalah emulsi minyak dalam air (krim), vanishing

krim Dapat digunakan pada luka yang basah, dengan

sistem emulsi minyak dalam air mempunyai kemampuan menyerap cairan yang dikeluarkan oleh luka

Jika digunakan dapat membentuk lapisan tipis semipermeabel (setelah air menguap pada tempat yang digunakan), tapi kalau emulsi air dalam minyak dari sediaan semipadat akan membentuk lapisan hidrofobik pada kulit.

Contoh: salep hidrofilik, yg mengandung Na lauril sulfat sebagai bahan pengemulsi, dengan alkohol stearat dan petrolatum putih sebagai fase lemaknya, propilenglikol dan air sebagai fase air

Sebagai pengawet digunakan metil dan propil paraben

4. Basis yang larut dalam air (tidak mengandung lemak)/ greaseless

Basis ini sangat mudah melunak dengan penambahan air, sehingga larutan ini tidak efektif jika dicampur dengan larutan berair. (lebih baik jika dicampur dengan bahan yg tidak berair atau bahan padat) Basis terdiri dari kombinasi polietilenglikol (PEG)dengan BM

tinggi (padat)dan PEG dengan BM rendah (cair) Sifat dapat larut dalam air karena ada gugus polar dan ikatan

eter Rumus umum: HOCH2[CH2OCH2]nCH2OH

Pembuatan salep

1. metode pencampuran Caranya semua komponen salep dicampur bersama

sampai sediaan homogen Alat yang digunakan dapat berupa lumpang alu dari

porselen a) pencampuran bahan padat

Biasanya digunakan spatula logam tahan karat, atau bisa juga digunakan spatula dari karet yang keras

Bahan obat atau bahan tambahan lain yang berupa serbuk digerus terlebih dahulu, kemudian ditambahkan basisnya dan diaduk sampai homogen

b) pencampuran cairan Penambahan bahan cairan atau larutan obat akan

mengalami kesulitan untuk basis yang berlemak, perlu diperhatikan pemilihan basisnya

Alat lain yang dapat digunakan adalh penggiling salep mekanik (roller mill, colloid mill), dengan menggunakan pengaduk logam tahan karat, hasilnya lebih halus dan rata

2. Metode kedua: peleburanSemua atau beberapa komponen dari salep

dicampurkan dengan melebur bersama dan didinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai mengental. Komponen yang tidak dicairkan biasanya ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah didinginkan dan diaduk

Bahn-bahan yang mudah menguap ditambahkan terakhir, bila temperatur sudah turun

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan salep dengan peleburan

Untuk skala kecil dapat digunakan cawan porselen atau gelas beker untuk mencampurnya, dan setelah membeku dapat digosok-gosokkan dengan spatula atau lumpang

Pada skala besar digunakan ketel uap berjaketdan setelah membeku, salep dimasukkan dalam gilingan salep untuk memastikan homogenitasnya

Pada metode peleburan, karena titik lebur masing-masing bahan berbeda, maka akan mempengaruhi bagaimana proses pembuatannya, karena suhu untuk melebur beda-beda.

Bahan dengan titik lebur paling tinggi dileburkan terlebih dahulu, baru komponen lain ditambahkan pada cairan yang panas, maka semua komponen akan terkena temperatur ini, sehingga pemilihan titik lebur berdasarkan titik lebur tertinggi dari bahan salep

Pengawetan salep

Contoh bahan pengawet:Hidroksibenzoat, fenol, asam benzoat, asam

sorbat, garam amonium kuartenerJika perlu dapat juga ditambahkan antioksidan,

BHA, BHT

Pengemasan dan penyimpanan salep

Dapat disimpan dalam botol (gelas , plastik atau porselen) atau tube (kaleng atau plastik), tube untuk salep mata dikemas dalam tube kaleng atau plastik kecil dan dapat dilipat dapt menampung sekitar 3,5 g salep. Tube salep untuk topikal digunakan ukuran 5-30 g. Untuk botol salep digunakan ukuran antara ½ ounce sampai 1 pound atau lebih.

wadah gelas dapat berwarna gelap, dengan tujuan melindungi obat terhadap cahaya

Keuntungan tube dibandingkan botol; pemakaian lebih mudah, mengurangi kontaminasi selama penggunaan.

Penyimpanan salep pada suhu di bawah 30 der C, utk mencegah melembek (terutama untuk basis salep yg mudah mencair)

Untuk pengisian salep pada wadahnya. Pada skala kecil,salep yg sudah ditimbang dimasukkan ke dalam botol dengan memakai spatula yg fleksibel dan menekannya ke bawah sejajar melalui tepi botol untuk mencegah terjebaknya udara dlm botol.

Salep yg dibuat dengan cara peleburan, pengisian dapat dilakukan langsung setelah dilelehkan langsung dimasukkan dalam botol, pembekuan terjadi di dalam botol

Pada skala besar, tube umunya diisi dengan alat bertekanan dari bagian ujung belakang yang terbuka (ujung yg berlawanan dari ujung tutup) dari tube, yg kemudian ditutup dan disegel.

salep yg dibuat dengan cara peleburan dapat langsung dimasukkan ke dalam tube

Di industri, pengisian, penglipatan, penutupan, dan pelabelan tube dilakukan dengan mesin otomatis

Yang perlu diperhatikan dalam formulasi sediaan topikal

:1. Karakteristik fisikokimia bahan aktif yang meliputi:

- kelarutan - koefisien partisi zat aktif, perbandingan kelarutan obat dalam lipid dibandingkan kelarutannya dalam air , untuk sediaan topikal, bahan-bahan dalam sediaan harus dapat berpenetrasi ke dalam kulit, perlu diperhatikan sifat (lipofilisitas kulit)

- titik leleh, sebaiknya kurang dari 200 derajat C,

2. Karakterisrik fisik bahan aktif- warna, bau, rasa- ukuran molekul (bobot molekul, < 500 Dalton), dan distribusi ukuran partikel-densitas-viskositas

3. Stabilitas kimia, fisika, dan mikrobiologi4. Toksisitas zat aktif5. data biofarmasi (disolusi, absorbsi, metabolisme,

bioavailability, waktu paruh eliminasi)6. Sifat bahan tambahan

Perlu diperhatikan :1. jumlah zat aktif yang ada dalam formula,

semakin banyak akan semakin banyak pula yang dapat mencapai stratum korneum, sampai diperoleh konsentrasi jenuh

2. Polaritas formulasi relatif terhadap stratum korneum, yang diharapkan yaitu zat aktif dalam salep lebih mudah larut dalam stratum korneum dibandingkan di dalam formulanya