Formula umum sediaan injeksi.docx

download Formula umum sediaan injeksi.docx

of 8

Transcript of Formula umum sediaan injeksi.docx

  • 7/23/2019 Formula umum sediaan injeksi.docx

    1/8

    e. Formula umum sediaan injeksi

    Larutan parenteral volume kecil umumnya mengandung air, bahan aktif, dan

    lebih dari 3-5 bahan inaktif. Formulator biasanya memilah-milah pilihan bahan

    inaktif karena pertimbangan keamanan. Contohnya, hanya 8 bahan preservative

    antimikroba yang umumnya diperbolehkan untuk sediaan parenteral volume

    kecil.

    1. Solvent/pelarutPelarut yang paling sering digunakan untuk SVP adalah Water for

    Injection (WFI/air untuk injeksi). Sebagai pelarut, WfI digunakan dalam

    pencampuran formula dan harus dilakukan sterilisasi akhir pada

    pengemasan akhir. Sesame oil (minyak wijen) atau cottonseed oil (Minyak

    biji kapas) digunakan untuk pembawa untuk obat tak larut air seperti

    kortikosteroid dan beberapa vitamin

    2. Solubilizers/peningkat kelarutanSolubilizer dibutuhkan untuk obat yang kelarutannya rendah dalam air .

    Jenis-jenis solubilizer:

    CosolventContohnya gliserin, etanol, polietilen glikol 300 dan 400 (PEG),

    propilen glikol. Mekanisme kerjanya yaitu menurunkan konstanta

    dielektrik air sehingga meningkatkan kelarutan obat hidrofobik

    atau agak hidrofobik.

    Surface active agents (surfaktan)Contohnya Tween 80, pluronic 68. Surfaktan meningkatkan

    dispersabilitas dan kelarutan dalam air dari obat yang kurang larut.

    Bagian hidrofobik menyerap partikel permukaan obat, sementara

    bagian hidrofiliknya berinteraksi dengan molekul air.

    Complexing agent (zat pengkompleks)Solubilizer padat seperti cyclodextrins beraksi dengan membentuk

    kompleks terlarut dalam larutan air. Molekul-molekulnya, seperti

    surfaktan, merupakan amphiphillic yang terdiri dari bagian

    hidrofobik di bagian dalamnya dan hidrofilik di bagian luar.

  • 7/23/2019 Formula umum sediaan injeksi.docx

    2/8

    3. Antimicrobial preservative agentsZat-zat ini digunakan unutk mempertahankan sterilitas produk pada masa

    penyimpanan dan penggunaan. Bahan ini sangat penting dalam preparasi

    sediaan yang ditujukan untuk penggunaan dosis ganda dari wadah yang

    sama karena kemungkinan kontaminasi saat penggunaan cukup besar.

    Dalam produk dosis tunggal, preserfatif antimikroba juga ditambahkan

    pada saat pembuatan aseptik untuk menjamin sterilitas.

    4. BufferBuffer atau pendapar digunakan untuk mempertahankan pH larutan berada

    dalam rentang yang ditentukan untuk mendapatkan kestabilan obat

    maksimum dan mencegah degradasi hidrolitik.

    Sistem buffer yang biasa digunakan dalam produk SVP

    pH Buffer system Konsentrasi (%)

    3.5-5.7 Asam asetat-asetat 1-2

    2.5-6.0 Asam sitrat-sitrat 1-5

    6.0-8.2 Phosphoric acid-

    phosphate

    0.8-2

    8.2-10.2 Glutamic acid-glutamate 1-2

    5. AntioxidantsAntioksidan berfungsi untuk mencegah reaksi, dari bahan obat dengan

    molekul oksigen, sehingga meminimalkan atau menghilangkan reaksi

    oksidasi. Terjadinya Reaksi oksidasi akan membentuk radikal bebas, yang

    dikatalisis oleh faktor lingkungan seperti cahaya, panas, logam berat,

    peroksida, ion hidroksida, dan udara. Beberapa obat yang digunakan

    dalam produk SVP sensitive terhadap oksigen dan cepat terdegradasi jika

    tanpa proteksi. Dalam penambahan antioksidan, pencegahan lainnya juga

    perlu dilakukan seperti perlindungan dari cahaya, panas, logaam berat, dan

    peroksida, dsb.

    6. Protein stabilizersKhusus untuk SVP dengan bahan aktif protein atau peptide, protein

    solubilizer penting ditambahkan dalam formulasinya. Stabilizer yang

  • 7/23/2019 Formula umum sediaan injeksi.docx

    3/8

    paling sering seperti serum albumin, asam amino seperti glisin, lisin, dan

    glutamine, surfaktan seperti Tween 80, alcohol polihidrat seperti sorbitol,

    gliserol, dan polietilen glikol, karbohidrat seperti sukrosa, laktosa, dan

    maltose, dan antioksidan, pengkhelat, polyvinylpyrrolidone, polyvinyl

    alcohol, dextran, dan gelatin.

    7. Tonicity adjusters/ pengatur tonisitasSecara luas digunakan untuk mengatur tonisitas SVP. Umumnya

    digunakan elektrolit sederhana seperti Natrium klorida dan garam natrium

    lainnya, dan nonelektrolit seperti gliserin dan laktosa. Dalam formulasi,

    konsentrasi obat dan bahan lainnya mempengaruhi osmolaritas. Jika

    hipotonis, perlu penambahan zat pengatur tonisitas. Jika formulasi tersebut

    hipertonis tetapi pada level yang tidak dapat ditoleransi, formulasi perlu

    diencerkan atau pengurangan bahan.

    (Swarbrick, 1995)

    g. Metode dan Prosedur Pembuatan

    Bila formula suatu produk parenteral telah ditentukan, meliputi pemilihan

    pelarut atau pembawa dan zat penambah yang tepat, ahli farmasi harus

    mengikuti prosedur aseptis dengan ketat dalam pembuatan produk yang

    disuntikkan. Di sebagian besar pabrik, lingkungan di mana produk parenteral

    diproduksi dipertahankan bebas dari bakteri dengan cara menggunakan sinar

    ultra violet, penyaringan udara yang masuk, peralatan produksi yang steril

    seperti labu-labu, pipa-pipa penghubung, filter-filter dan pakaian pekerja

    disterilkan.

    Pada pembuatan larutan parenteral, bahan-bahan yang diperlukan

    dilarutkan sesuai dengangood pharmaceutical practice (CPOB) baik dalam air

    untuk obat suntik, dalam satu dari pelarut-pelarut pengganti ataupun dalam

    pelarut campuran. Larutan kemudian disaring sampai jernih melalui sintered

    glass, porselen, kertas saring yang tebal ataupun yang paling umum melalui

    filter jenis membran. Sesudah disaring, larutan segera dipindahkan secepat

    mungkin dan sedikit mungkin pemaparan ke dalam wadah akhir. Produk

  • 7/23/2019 Formula umum sediaan injeksi.docx

    4/8

    kemudian disterilkan, biasanya dengan autoklaf dan pada prooduk akhir

    dilakukan uji sterilitas dan uji pirogen.

    1. Metode Pembuatan Metode Sterilisasi akhir

    Proses sterilisasi yang digunakan untuk mensterilkan produk obat dalam

    wadah atau pengemasan akhir, sesuai dgn deskripsi dari proses sterilisasi

    lainnya yang digunakan untuk mensterilkan alat pengemasan, komponen,

    kemasan, bahan obat, dan zat-zat lainnya (Lachman, 1992).

    Menurut PDA Technical Monograph (2005), bahwa cara sterilisasi akhir

    dapat terbagi menjadi dua, yaitu:

    a. Overkill metode adalah sterilisasi menggunakan pemanasan denganuap panas pada suhu 121oC selama 15 menit yang mampu

    menghasilkan nilai minimal reduksi log 12 dari mikroorganisme-

    mikroorganisme yang memiliki nilai D maksimal 1 menit. Cara ini

    dapat digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang tahan panas,

    misalnya zat-zat anorganik, senyawa organik dan sediaan yang

    mengandung cairan.

    b. Bioburden Sterilization adalah merupakan cara sterilisasi yangmembutuhkan monitoring ketat dan terkontrol terhadap beban

    mikroorganisme sekecil mungkin pada beberapa lokasi tahapan

    produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan tingkat

    sterilitas yang dipersyaratkan SAL (Sterility Assurance Level) 10-6.

    (Djide, 2009)

    Pembuatan secara AseptikAseptic processing adalah metode pembuatan produk steril yang

    menggunakan saringan dengan filter khusus untuk bahan obat steril atau

    bahan baku steril yang diformulasikan dan diisikan kedalam container

    steril dalam lingkunga terkontrol. Pemasukan udara, bahan, peralatan,

    dan personalia/pekerja telah terkontrol dengan baik, sehingga

    kontaminasi mikroorganisme tetap beada pada level yang dapat diterima

  • 7/23/2019 Formula umum sediaan injeksi.docx

    5/8

    (acceptable) dalam clean zone (grade A atau grade B). Persyaratannya

    adalah Limit of Media fill 1:10.000 unit dapat dikatakan produk bebas

    dari mikroorganisme. Proses demikian dipilih apabila obat atau bahan

    obat yang akan diproduksi tidak tahan panas (Djide, 2009).

    Teknik aseptik merujuk pada suatu prosedur dimana

    mikroorganisme dihilangkan dari area manufaktur, peralatan, dan

    personil. Syarat ini kadang digunakan, ditujukan untuk mencegah

    mudahnya akses dari mikroorganisme dari lingkungan yang dapat

    menyebabkan infeksi patologis. (Lachman, 1992).

    Meskipun tidak benar-benar proses sterilisasi, proses aseptik adalah

    teknik yang sering digunakan dalam peracikan resep atau produk

    komersial yang tidak disterilisasi tetapi semua bahannya steril

    (Remington, 2005).

    2. Prosedur pembuatan Sterilisasi akhir (Terminal sterilization)

    Penyiapan komponen dan sebagian besar produk yang

    memungkinkan untuk disaring dan disterilisasi, harus dilakukan

    minimal di lingkungan kelas D, untuk mengurangi risiko cemaran

    mikroba dan partikel partikulat. Bila ada risiko terhadap produk

    diluar kebiasaan, yaitu akibat cemaran mikroba, misalnya produk

    yang secara aktif mendukung pertumbuhan mikroba atau harus

    didiamkan selama beberapa saat sebelum sterilisasi atau terpaksa

    diproses dalam tangki tidak tertutup, maka penyiapan hendaklah

    dilakukan di lingkungan kelas C.

    Pengisian produk yang akan disterilkan secara sterilisasi akhir,

    haruslah dilakukan minimal di lingkungan kelas C. Bila ada risiko

    terhadap produk di luar kebiasaan,yaitu karena cemaran dan

    lingkungan, misalnya karena kegiatan pengisian berjalan lambat

    atau wadah berleher lebar atau terpaksa terpapar lebih dari

    beberapa detik sebelum ditutup, pengisian hendaklah dilakukan di

  • 7/23/2019 Formula umum sediaan injeksi.docx

    6/8

    zona kelas A dengan latar belakang minimal kelas C (Agoes,

    2009).

    Aseptic ProcessingKomponen setelah dicuci haruslah ditangani minimal di

    lingkungan kelas D. Penanganan bahan awal dan komponen steril,

    kecuali pada proses selanjutnya untuk disterilkan atau disaring

    menggunakan filter mikroba, haruslah dilakukan di lingkungan

    kelas A dengan latar belakang kelas B.

    Proses pembuatan larutan yang akan disterilkan secara filtrasi

    haruslah dilakukan di lingkungan kelas C, bila tidak dilakukan

    filtrasi, penyiapan bahan dan produk haruslah dilakukan di

    lingkungan kelas A dengan latar belakang kelas B. Penanganan dan

    pengisian produk yang dibuat secara aseptik haruslah dilakukan di

    lingkungan kelas A dengan latar belakang kelas B. Transfer wadah

    setengah tertutup yang akan digunakan dalam proses beku kering

    (liofilisasi, freeze drying) haruslah dilakukan sebelum proses

    penutupan dengan penutup (stopper) selesai dan dilakukan di

    lingkungan kelas A dengan latar belakang kelas B atau dalam

    nampan (tray) transfer tertutup di lingkungan kelas B.

    Sumber: Lachman, L. Kenneth E. Avis, Herbert A. Lieberman. 1992.

    Pharmaceutical Dosage Forms: Parenteral Medications vol.1. Marcel Dekker, Inc:

    New York.

    Remington, J.P. 2005. The Science and Practice of Pharmacy 21st edition.

    Lippincott Williams & Wilkins: USA

  • 7/23/2019 Formula umum sediaan injeksi.docx

    7/8

    Agoes, Goeswin. 2009. Sediaan Farmasi Steril. Penerbit ITB: Bandung.

    Swarbrick, J. dan James C. Boylan. 1995. Encyclopedia of Pharmaceutical

    Technology volume 11. Marcel Dekker Inc.: Madison Avenue, New York

  • 7/23/2019 Formula umum sediaan injeksi.docx

    8/8