FORMAT DK

24
BAB I PENDAHULUAN INFORMASI Menkes : Kalau JKN Memiskinkan Dokter, Buktikan! Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mempersilakan pihak yang keberatan dengan penetapan tarif kapitasi dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dianggap memiskinkan dokter. "Saya sering dihujat. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69/2013 itu (salah satunya mengatur tarif kapitasi dokter) memang tanggung jawab saya. Saya yang tandatangan," katanya di Semarang, seperti dikutip dari Antara, Rabu (5/2/2014). Hal itu diungkapkannya di sela "Ramah Tamah dan Dialog Menteri Kesehatan RI dengan Jajaran Kesehatan di Jawa Tengah" yang digelar di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi Semarang. Permenkes Nomor 69/2013 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan 1

description

kkkkkmmsadf

Transcript of FORMAT DK

Page 1: FORMAT DK

BAB I

PENDAHULUAN

INFORMASI

Menkes : Kalau JKN Memiskinkan Dokter, Buktikan!

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi mempersilakan pihak yang keberatan dengan

penetapan tarif kapitasi dalam sistem Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang

dianggap memiskinkan dokter.

"Saya sering dihujat. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 69/2013 itu (salah

satunya mengatur tarif kapitasi dokter) memang tanggung jawab saya. Saya yang

tandatangan," katanya di Semarang, seperti dikutip dari Antara, Rabu (5/2/2014).

Hal itu diungkapkannya di sela "Ramah Tamah dan Dialog Menteri Kesehatan RI

dengan Jajaran Kesehatan di Jawa Tengah" yang digelar di Rumah Sakit Umum

Pusat (RSUP) dr Kariadi Semarang.

Permenkes Nomor 69/2013 tentang Standar Tarif Pelayanan Kesehatan pada

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan

dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.

Nafsiah mengaku bersedia merevisi permenkes tersebut, asalkan bisa

membuktikan jika tarif biaya kapitasi yang diterima dokter, sebagaimana diatur

dalam regulasi itu, memiskinkan dokter.

"Saya mau mengubah. Masih ada waktu. Buktikan pada saya, saudara (pihak yang

keberatan, red.) mengutamakan pelayanan pada pasien, bukan kepentingan lain.

Buktikan saya memiskinkan saudara," katanya.

1

Page 2: FORMAT DK

Ia menjelaskan Permenkes Nomor 69/2013 tersebut dibuat demi kepentingan

masyarakat luas, sehingga apabila sejak peraturan tersebut dibuat hingga

menjadikan dokter miskin, silakan untuk membuktikannya.

Sebelumnya, banyak pihak yang mengeluhkan biaya kapitasi yang diterima dokter

dalam sistem JKN, salah satunya sebagaimana disampaikan oleh Ikatan Dokter

Indonesia (IDI) Jawa Tengah.

"Nilai kapitasi pusat kesehatan masyarakat sekitar Rp 3 ribu – Rp 6 ribu memang

sudah sesuai karena ada kenaikan dari sebelumnya sekitar seribu rupiah per

pasien," kata Ketua IDI Jateng Joko Widiyarto.

Namun, kata dia, nilai kapitasi yang diterima dokter sejauh ini belum rasional dan

masih rendah, yakni di kisaran Rp 8 ribu – Rp 10 ribu.

Padahal, katanya, dokter masih harus menanggung biaya-biaya lainnya.

Nilai kapitasi dokter itu, kata Joko, sudah termasuk biaya pembayaran, antara lain

apoteker, karyawan, listrik, air, dan praktik.

"Sementara biaya atas risiko yang diterima dokter tidak diperhitungkan," katanya.

(Abd).

2

Page 3: FORMAT DK

PANDUAN PERTANYAAN

1. Apakah yang dimaksud dengan kapitasi?

2. Apakah keuntungan dan kerugian dari sistem kapitasi untuk pembayaran

penyedia layanan kesehatan?

3. Komponen apakah yang harus diperhatikan dalam menghitung kapitasi ?

Jelaskan secara singkat cara perhitungan kapitasi!

4. Menurut anda apakah benar bahwa anggapan kapitasi menurunkan pendapatan

(memiskinkan) dokter ?

5. Menurut anda bagaimana cara organisasi profesi (IDI) membuktikan bahwa

tarif kapitasi yang digunakan JKN sekarang terlalu rendah?

6. Strategi apakah yang sekiranya bisa diterapkan oleh pemerintah untuk

memperbaiki tarif kapitasi JKN di masa datang?

3

Page 4: FORMAT DK

BAB II

PEMBAHASAN

1. Apakah yang dimaksud dengan kapitasi?

Kapitasi adalah sistem pembayaran yang dilakukan dengan cara 1

pembayaran untuk 1 orang, dalam periode waktu tertentu, terlepas dari

jumlah layanan yang diberikan sehingga didapatkan per member per month

(PMPM) (Muninjaya, 2004).

Kapitasi adalah sebuah sistem pembayaran yang memberi imbalan

jasa pada “health providers” (Pemberi Pelayanan Kesehatan atau PPK)

berdasarkan jumlah orang (kapita) yang menjadi tugas atau kewajiban PPK

yang bersangkutan untuk melayaninya, yang diterima oleh PPK yang

bersangkutan di muka (prepaid) dalam jumlah yang tetap, tanpa

memperhatikan jumlah kunjungan, pemeriksaan, tindakan, obat dan

pelayanan medik lainnya yang diberikan oleh PPK tersebut (Hendrartini,

2008).

2. Apakah keuntungan dan kerugian dari sistem kapitasi untuk

pembayaran penyedia layanan kesehatan?

Keuntungan dari sistem kapitasi yaitu (Djuhaeni, 2010):

a. Kepastian adanya pasien dan dana bagi Rumah Sakit.

b. Semakin efisien layanan, maka pendapatan akan semakin banyak.

c. Jaminan pendapatan di awal tahun atau bulan.

d. Lebih menekankan pada aspek promosi kesehatan dan preventif.

e. Dokter lebih taat prosedur.

f. Pelayanan semakin baik, mencegah pasien kembali lagi, baik diagnosis,

terapi, pelayanan komprehensif, dan pelayanan terintegrasi diberbagai lini.

g. Secara administrasi mudah.

h. Memudahkan penyusunan anggaran belanja untuk pelayanan kesehatan.

i. Penanganan medis tidak dipengaruhi oleh keuntungan ekonomi.

j. Dokter tergerak untuk meminimalkan biaya penanganan medik. Keadaan

4

Page 5: FORMAT DK

ini dapat menjadi bertentangan dengan etika kedokteran apabila dokter

diberi anggaran berdasarkan jumlah orang yang ada di bawah

tanggungannya.

k. Lebih mudah mengetahui medical history dari pasien.

l. Menjalin hubungan yang baik antara dokter dan pasien.

m. Petugas kesehatan sadar akan mutu dan biaya.

Sedangkan, kelemahan dari sistem kapitasi antara lain (Gosden, 2006) :

a. Sering terjadi undertreat (menekan pasien untuk keuntungan).

b. Sering terjadi under utilization (pengurangan layanan yang diberikan).

c. Cream skimming, dokter cenderung untuk memilih pasien yang relatif

sehat dan yang berusia muda yang memiliki resiko kesehatan lebih kecil

dibandingkan pasien yang berusia tua dan kondisi kesehatan yang relatif

buruk.

d. Kebanyakan dokter merasa dirugikan.

e. Dokter mungkin menjadi kurang melayani pasiennya, dalam bentuk

tergesa-gesa, cenderung tidak ramah, dan perilaku yang tidak baik.

Keadaan ini diperparah apabila dokter mempunyai tanggungan yang

terlalu banyak.

f. Apabila peserta sedikit akan merugikan pihak dokter.

g. Catatan mengenai prakteknya cenderung menjadi tidak baik.

h. Banyak patient dumping, pasien dirujuk.

i. Jika tujuan untuk mengurangi anggaran berjalan keterlaluan, maka pasien

akan menjadi telantar.

3. Komponen apakah yang harus diperhatikan dalam menghitung

kapitasi? Jelaskan secara singkat cara perhitungan kapitasi!

a.Kapitasi untuk fasilitas kesehatan primer

Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka

oleh BPJS kepada Fasilitas Kesehatan (Faskes) Tingkat Pertama (primer)

berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis

dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien. Yang

5

Page 6: FORMAT DK

untuk selanjutnya dikelola untuk penanganan dan pencegahan penyakit

atau preventif (Hendrartini, 2008).

Sebagai contoh apabila 5.000 peserta BPJS Kesehatan yang terdaftar

pada satu faskes dengan kapitasi Rp 8.000 per orang per bulan. Idealnya 1

orang dokter bisa menangani 5.000 orang perbulan waktu pelayanan 6 jam.

Kemudian dilihat yang sakit berapa, yang pasti dia dibayar sesuai dengan

jumlah peserta terdaftar 5.000 dikalikan Rp 8.000 berarti dokter mengelola

Rp 40.000.000. Dana ini yang setiap akhir bulan akan ia kelola untuk

bayar lab, apotek, bidan, dokter dan keperluan medis dan administrasi

lainnya (Hendrartini, 2008).

Ketika sebuah klinik memiliki dana dengan jumlah tertentu dan

semakin sedikit orang yang sakit maka akan besar pula penghasilan per

bulannya. Artinya dokter bertanggung jawab terhadap kesehatan dan harus

mendorong 5.000 orang yang terdaftar di Faskes miliknya untuk tidak

sakit sehingga penghasilannya tetap (Hendrartini, 2008).

b. Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif INA

CBG’s

Tarif INACBGs adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS

Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan atas paket layanan

yang didasarkan kepada pengelompokan diagnosis penyakit. Perhitungan

tarif ini diberlakukan di fasilitas kesehatan lanjutan dalam hal ini adalah

rumah sakit baik itu milik pemerintah atau milik swasta (Chervskynicho,

2009).

Perhitungannya lebih objektif berdasarkan pada biaya sebenarnya.

INACBGs merupakan sistem pengelompokkan penyakit berdasarkan ciri

klinis yang sama dan sumber daya yang digunakan dalam pengobatan.

Pengelompokkan ini ditujukan untuk pembiayaan kesehatan pada

penyelenggara jaminan kesehatan sebagai pola pembayaran yang bersifat

prospektif. Dan agar lebih mudah, paket INACBGs mencakup seluruh

komponen biaya rumah sakit (Chervskynicho, 2009).

Berbasis pada data costing dan coding penyakit mengacu pada

International Classification of Diseases yang disusun WHO, Sehingga

6

Page 7: FORMAT DK

menggunakan ICD 10 untuk mendiagnosis 14.500 kode dan ICD 9

Clinical Modification yang mencakup 7.500 kode. Sedangkan tarif

INACBGs terdiri dari 1.077 kode CBG yang terdiri dari 789 rawat inap

dan 288 rawat jalan dengan tingkat keparahannya (Chervskynicho, 2009).

Tarif INACBGs untuk JKN dikelompokkan menjadi 6 jenis rumah

sakit (rumah sakit kelas D, C, B dan A, rumah sakit umum dan rumah sakit

rujukan nasional). Selain itu Tarif Pelayanan Kesehatan Program JKN juga

disusun berdasarkan perawatan kelas 1, 2 dan 3, yang saat ini memang

tersedia pada program JKN (Chervskynicho, 2009).

a. Komponen perhitungan kapitasi

Kapitasi adalah suatu sistem pembayaran pada pemberi pelayanan

kesehatan (RS/potek/Dokter) berdasarkan jumlah “capita” atau jiwa yang

harus dilayani baik sakit maupun tidak sakit. Dalam sistem kapitasi,

pembayaran dilakukan di depan (prepaid). Pemberi pelayanan kesehatan

(PPK) akan memperoleh insentif (financial incentive), apabila jumlah

biaya yang ditetapkan tidak terpakai. Dengan demikian, PPK diwajibkan

merencanakan pelayanan kesehatan yang baik, seefisien mungkin,

sehingga mendorong orientasi pelayanan ke arah pencegahan dan

promosi, karena lebih murah (Sulastomo, 2007).

Terdapat beberapa komponen yang membangun rate kapitasi per

member, yaitu (Bluhm, 2012):

1) Asumsi utilisasi servis oleh anggota atau base capita rated (berapa

kali anggota akan menggunakan servis selama periode yang

dijamin).

2) Rata rata pembayaran per layanan ketika prosedur dijalankan yang

diijinkan. Hal ini terdiri dari (American Psychiatric Association,

2010):

a) Estimasi harga direct clinical service, yang digambarkan oleh

jumlah PMPM (per member per month).

b) Estimasi harga yang dibutuhkan untuk mendukung majemen

kontrak, yang digambarkan dengan PMPM

c) Estimasi profit untuk praktek dokter

7

Page 8: FORMAT DK

Pada sistem kapitasi dikenal adanya Package of Service, yaitu

suatu layanan komprehensif baik pasien rawat inap maupun rawat

jalan, preventif penyakit maupun promosi kesehatan. Package tariff

adalah tarif jasa pelayanan keehatan yang diberikan untuk suatu

kelompok pelayanan, misalnya per diem tariff of hospitalozation

(tarif paket rawat inap harian) atau beberapa kelompok tindakan

lainnya (Sulastomo, 2007).

3) Karena Indonesia masih menggunakan beberapa provider dalam

layanan kesehatan dan belum sepenuhnya masyarakat menggunakan

asuransi kesehatan, dikenal adanya Number of individual enrolled in

each provider atau jumlah individu yang terdaftar pada setiap

provider.

b. Cara menghitung kapitasi

Berikut ini tahapan perhitungan kapitasi berbasis kelompok (Hendrartini,

2008) :

1) Menetapkan jenis pelayanan yang akan dicakup

Komponen biaya kapitasi total terdiri atas (Hendrartini, 2008):

a) Biaya rawat jalan tingkat pertama

b) Biaya rawat jalan tingkat lanjut

c) Biaya rawat inap di rumah sakit

d) Biaya promotif dan preventif

2) Menetapkan biaya per pelayanan (unit cost atau tarif)

Dihitung dengan cara menjumlahkan seluruh jenis pelayanan yang

diberikan Contoh rawat jalan tingkat pertama mencakup :

Jenis Pelayanan Tarif

Konsultasi dokter umum 20.000

Konsultasi dokter gigi 20.000

Jasa paramedis 5.000

Tindakan medis umum 17.000

Tindakan medis gigi 56.000

Obat 8.000

Penunjang diagnostik sederhana 10.000

8

Page 9: FORMAT DK

Imunisasi 15.000

persalinan 500.000

keluarga berencana 11.000

Total 662.000

3) Menghitung rate utilisasi.

Contoh :

Terdapat 1000 peserta per tahun (semakin besar semakin stabil).

Angka utilisasi sendiri dipengaruhi oleh karakteristik populasi (Risk

adjusted capitation), sifat sistem pelayanan, manfaat yang ditawar

dan kebijakan asuransi.

4) Menghitung biaya perkapita per bulan untuk tiap pelayanan

Jenis PelayananRate utilisasi

(%)

Tarif

(Rp)

Kapitasi

(Rp)

Konsultasi dokter umum 14 20.000 2.800,0

Konsultasi dokter gigi 0,6 20.000 120,0

Jasa paramedis 14 5.000 700,0

Tindakan medis umum 0,3 17.000 51,0

Tindakan medis gigi 0,2 56.000 112,0

Obat 14 8.000 1.120,0

Penunjang diagnostik

sederhana

0,1 10.000 10,0

Imunisasi 0,01 15.000 1,5

Persalinan 0,34 500.000 1700,0

Keluarga berencana 0,4 11.000 4,4

Sub Total 43,95 652.000 6528,9

5) Menjumlahkan biaya per kapita untuk seluruh pelayanan.

Cara yang sama dilakukan juga pada perhitungan layanan lain (pada

poin 1)). Setelah itu dijumlahkan hasil antara 1 layanan dengan

9

Page 10: FORMAT DK

layanan lain. Hasil penjumlahan ini adalah total yang harus

dibayarkan anggota (member) kepada pihak asuransi setiap 1 bulan.

4. Menurut Anda apakah benar bahwa anggapan kapitasi menurunkan

pendapatan (memiskinkan) dokter?

Tidak, karena dengan sistem kapitasi ini dimana pembayaran

dilakukan di muka atau prospektif yang didasarkan pada jumlah peserta yang

terdaftar di fasilitas pelayanan kesehatan dikalikan dengan besaran kapitasi

per jiwa sangat mendorong fasilitas pelayanan tingkat pertama untuk

bertindak secara efektif dan efisien serta mengutamakan kegiatan promotif

dan preventif.

Mengenai masalah memiskinkan atau tidak, sebenarnya tergantung

dilihat dari sisi mana, dalam hal ini ada beberapa hal yang bisa dilakukan

diawal kontrak guna menghindari ketidaksesuaian pelaksanaan program JKN,

yakni (Mulyanto, 2014):

a. Pembuktian kapitasi yang wajar

b. Penghitungan kembali mengenai rate geografi dan biaya non medis

c. Mengetahui pooling total number enroll

d. Utilisasi rate

Pemerintah dan BPJS Kesehatan juga terus memperbaiki pelaksanaan

program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang digelar lewat BPJS

Kesehatan. Salah satunya, dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan

kesehatan, pemerintah memandang perlu pengaturan tentang pengelolaan dan

pemanfaatan dana kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada fasilitas

kesehatan tingkat pertama (FKTP) milik Pemerintah Daerah atau Puskesmas.

Pemerintah menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) No. 32 Tahun 2014

tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Dana Kapitasi JKN pada Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama milik Pemerintah Daerah.

Perpres tersebut mengatur agar jasa dokter dan tenaga kesehatan lain

serta dukungan operasional pelayanan dapat langsung digunakan di

Puskesmas Non Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) untuk jasa pelayanan

kesehatan dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Ini sesuai

10

Page 11: FORMAT DK

dengan Perintah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menginginkan

adanya insentif bagi tenaga kesehatan dapat disalurkan tepat alamat, tepat

jumlah dan tepat waktu di era BPJS Kesehatan. Dengan demikian mutu

layanan kepada masyarakat dapat lebih meningkat lagi.

5. Menurut Anda bagaimana cara organisasi profesi (IDI) membuktikan

bahwa tarif kapitasi yang digunakan JKN sekarang terlalu rendah?

Menurut kami wajar saja jika banyak dokter yang mengeluhkan

tentang pendapatan mereka yang terlalu rendah di era JKN/BPJS saat ini,

karena terjadi ketimpangan atau penurunan pendapatan dokter yang begitu

jauh dari era yang sebelumnya. Untuk membuktikan bahwa tarif kapitasi yang

digunakan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terlalu rendah, Ikatan Dokter

Indonesia (IDI) perlu melakukan standardisasi mengenai tarif jasa pelayanan

dokter yang nantinya dapat digunakan sebagai penghitungan kapitasi Jaminan

Kesehatan Nasional. Dalam hal ini standardisasi yang dilakukan perlu di

pertimbangkan dengan adanya faktor lain yang mempengaruhi berupa

demografi, geografi, profil kesehatan dan kesejahteraan agar dapat

diberlakukan kesetaraan harga yang adil. Adil yang dimaksud bukan berarti

sama rata tetapi sesuai dan pantas untuk diberlakukan atas dasar realitas yang

ada di daerah masing-masing. Karena keadaan demografi, geografi, profil

kesehatan dan kesejahteraan penduduk di setiap daerah berbeda-beda.

Dengan adanya standardisasi tarif jasa pelayanan kesehatan, baru bisa

dilakukan penghitungan kapitasi yang memperhatikan beberapa faktor tadi.

Hal ini ditujukan agar dengan adanya standardisasi ini bisa dilakukan

komparasi harga standar dengan harga sekarang, apakah terlalu rendah atau

justru terlalu mahal. Dengan adanya standardisasi ini diharapkan tidak ada

lagi kekecewaan dokter akan tarif kapitasi JKN dan tidak ada lagi kebijakan

yang semena-mena terhadap profesi dokter.

Sistem Jaminan Kesehatan Nasional 2014 dinilai Pengurus Besar

Ikatan Dokter Indonesia (PB-IDI) berpotensi menyebabkan dokter “tekor”.

Hal ini dikarenakan jumlah pengeluaran seorang dokter bisa lebih besar dan

11

Page 12: FORMAT DK

tidak seimbang dengan pemasukan yang diterima. Risiko kerugian ini besar

kemungkinannya dialami oleh dokter yang mengabdi di sentra layanan primer

seperti puskesmas. Saat ini, nilai kapitasi per pasien di tingkat puskesmas

hanya Rp. 6.000. Kapitasi tersebut terlalu rendah bila dibandingkan dengan

pelayanan yang diberikan. Bagi peserta JKN, program ini memang

menguntungkan, namun untuk puskesmas, kapitasi dinilai masih terlalu

rendah dan belum bisa menutup biaya pelayanan kesehatan masyarakat.

Meskipun para dokter di pacu untuk meningkatkan kegiatan promotif dan

preventif, namun hal tersebut tidak bisa langsung berpengaruh kepada tingkat

kesehatan masyarakat yang langsung meningkat tajam dan tidak ada lagi

masyarakat yang sakit, sehingga pendapatan para dokter bisa utuh dari sistem

JKN tersebut. Kegiatan promotif dan preventif tersebut baru bisa dirasakan

efek nya untuk jangka waktu yang lebih panjang, 1-3 tahun misalnya.

Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebaiknya meminta dan mendesak

pemerintah untuk mengkaji serta mengevaluasi kembali tarif kapitasi bagi

fasilitas kesehatan (faskes), terutama di tingkat pertama, seperti puskesmas,

klinik pratama, dan dokter praktek mandiri. Dikhawatirkan sistem Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN) yang dikelola Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) Kesehatan tidak terjamin keberlanjutannya lantaran terjadi

kekurangan biaya untuk profesi kedokteran, atau dengan kata lain bisa

menyebabkan kebangkrutan bagi para dokter bahkan BPJS itu sendiri. Oleh

karena itu, pemerintah dan IDI perlu melakukan penelitian bersama untuk

melihat seberapa kebutuhan profesi dokter ditambah biaya operasional JKN.

Perlu pematangan lebih lanjut mengenai sistem kesehatan nasional yang baru

ini, agar pihak masyarakat diuntungkan tetapi tidak merugikan bahkan

diharapkan bisa menguntungkan pihak dokter.

6. Strategi apakah yang sekiranya bisa diterapkan oleh pemerintah untuk

memperbaiki tarif kapitasi JKN di masa datang?

Tarif Indonesian-Case Based Groups disebut Tarif INA-CBG’s adalah

besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan

12

Page 13: FORMAT DK

Rujukan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada

pengelompokan diagnosis penyakit dan prosedur. Sedangkan Fasilitas

Kesehatan Tingkat Pertama yang disingkat FKTP adalah fasilitas kesehatan

yang melakukan pelayanan kesehatanperorangan yang bersifat non

apesialistik untuk keperluan observasi, promotif, preventif, diagnosis,

perawatan, pengobatan, dan/atau pelayanan kesehatan lainnya. Fasilitas

Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan yang disingkat FKRTL adalah fasilitas

kesehatan yang melakukan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat

spesialistik atau sub spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan,

rawat inap tingkat lanjutan dan rawat inap di ruang perawatan khusus

(Menkes, 2014).

Implementasi sistem jaminan kesehatan nasional (JKN) merupakan

strategi nasional dalam membentuk sinergi berbagai komponen sistem

kesehatan. Meskipun demikian belum terbangunnya kesesuaian antar sistem

dan akapasitas sistem melahirkan fraud dalam implementasi Jaminan

Kesehatan Nasional (JKN). Provider kesehatan dalam sistem pembiayaan

berbasis asuransi harus mampu menjamin kelangsungan pelayanan dan

mengendalikan variasi dan memperhitungkan pembiayaan dengan akurat

untuk menjamin efeketivitas pelayanan dan efisiensi biaya.

Clinical pathway dan costing merupakan dua strategi utama dalam

implementasi JKN yang ternyata tidak mudah dalam implementasinya. Belum

terbangunnya budaya pencatatan pelayanan medis dan keuangan yang baik

dan evidence based medecine menjadi kendala bagi rumah sakit dalam

mengembangkan clinical pathway yang akurat serta melakukan kajian biaya

disamping kurangnya kemampuan sumberdaya manusia rumah sakit dalam

teknis perhitungan. Meskipun sistem pelayanan kesehatan dirancang

berjenjang dan terintegrasi, serta tidak didukung oleh kolaborasi profesi dan

provider namun dalam implementasinya belum terbangun sinergi.

Pelayanan kesehatan menjadi pelayanan yang terfrgmantasi antar

jenjang, sistem dan provider sehingga tidak dapat menjamin

kesinambungan, mutu dan cenderung meningkatkan biaya. Rumah sakit

merupakan salah satu komponen sistem pelayanan kesehatan yang

13

Page 14: FORMAT DK

memegang peran penting dalam efisiensi biaya dan kualitas layanan karena

merupakan sumber biaya dan tempat rujukan. Manajemen rumah sakit

diharapkan mampu memiliki kemampuan perencanaan strategis dan inovatif

untuk menjawab tantangan mutu, keamanan, layanan prima dan efisiensi

biaya kesehatan. Clinical Costing merupakan Strategi Pengendalian Mutu,

Variasi dan Efisiensi Pelayanan Klinis.

14

Page 15: FORMAT DK

BAB III

KESIMPULAN

15

Page 16: FORMAT DK

DAFTAR PUSTAKA

Muninjaya, AA. Gde. 2004.Manajemen Kesehatan Edisi 2.Jakarta: EGC

Hendrartini, Julita. 2008. Determinan Kinerja Dokter Keluarga Yang Dibayar

Kapitasi. Jurnal Managemen Pelayanan Kesehatan. Vol. 11. No. 02. Juni 2008.

Yogyakarta : Universitas Gajah Mada

Djuhaeni H,. Gondodiputro S,. Setiawati E. P. 2010. Potensi Partisipasi

Masyarakat Menuju Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Dalam Rangka Universal

Converage di Kota Bandung. Vol. 13. No. 03. September 2010 :140-145.

Gosden T, Gosden T, Forland F, Kristiansen IS, Sutton M, Leese B, Giuffrida A,

Sergison M, Pedersen L ,2006. Capitation, Salary, Fee for Service and Mixed

Systems of Payment: Effect on The Behavior of Primary Care Physicians

(Review), The Cochrane Colaboration, Published by John Wiley & Sons,ltd, UK

American Psychiatric Association. 2010. The Psychiatrist's Guide to Managed

Care Contracting. Washington DC : British Library

Bluhm, William F. 2012. Group Insurance. 6th Edition. New York: ACTEX

Publication

Chervskynicho,Dov & Kara Hanson. 2009. Innovations in Health System

Finance in Developing and Transitional Economies. Bingley : Emerald

Group.

Hendrartini, Yulita. 2008. Metode Perhitungan Premi Sebagai Dasar Penetapan

Biaya Kesehatan.

http://hpm.fk.ugm.ac.id/hpmlama/images/Blok_V/Sesi_3_Blok_V_

Julita_H.pdf. diakses 4 Juli 2015

Sulastomo. 2007. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 59 tentang Standar Tarif JKN,Jakarta: Departemen Kesehatan

16

Page 17: FORMAT DK

17