FORENSIK KUIS

4
A. MEMPERKIRAKAN SAAT KEMATIAN 1. PERUBAHAN PADA MATA. BILA MATA TERBUKA PADA ATMOSFER YANG KERING, SKLERA DI KIRI – KANAN KORNEA AKAN BERWARNA KECOKLATAN DALAM BEBERAPA JAM BERBENTUK SEGITIGA DENGAN DASAR DI TEPI KORNEA (TACHES NOIRES SCLEROTIQUES). KEKERUHAN KORNEA TERJADI LAPIS DEMI LAPIS. KEKERUHAN YANG TERJADI PADA LAPIS TERLUAR DAPAT DIHILANGKAN DENGAN MENETESKAN AIR, TETAPI KEKERUHAN YANG TELAH MENCAPAI LAPISAN LEBIH DALAM TIDAK DAPAT DIHILANGKAN DENGAN MENETESKAN AIR. KEKERUHAN YANG MENETAP INI TERJADI SEJAK KIRA – KIRA 6 JAM PASCA MATI. BAIK DALAM KEADAAN TRERBUKA MAUPUN TERTUTUP, KORNEA MENJADI KERUH KIRA – KIRA 10 -12 JAM PASCA MATI. PERUBAHAN PADA RETINA DAPAT MENUNJUKKAN SAAT KEMATIAN HINGGA 15 JAM PASCA MATI. HINGGA 30 MENIT PASCA MATI TAMPAK KEKERUHAN MAKULA DAN MULAI MEMUCATNYA DISKUS OPTIKUS. 2. Perubahan rambut. Dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut rata – rata 0.4 mm/hari, panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian. Cara ini hanya dapat digunakan bagi pria yang mempunyai kebiasaan mencukur kumis. 3. Pertumbuhan kuku. Sejalan dengan hal rambut, pertumbuhan kuku yang diperkirakan sekitar 0,1 mm/hari dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian bila dapat diketahui saat terakhir memotong kuku. 4. Perubahan LCS. Kadar nitrogen as. Amino < 14 mg% menunjukkan kematian belum lewat dari 10 jam, kadar nitrogen non protein kurang dari 80 mg% menunjukkan kematian belum 24 jam, kadar kreatinin kurangt dari 5 mg% dan 10 mg% masing – masing menunjukkan kematian belum mencapai 10 jam dan 30 jam. B. Homicide atau suicide HOMICIDE SUICIDE TKP PERKELAHIAN? SURAT? TERTUTUP? SENJATA (+) / (-) (+) LOKASI DIMANA SAJA TERJANGKAU DAN LETAKNYA FATAL

description

forensik

Transcript of FORENSIK KUIS

A. MEMPERKIRAKAN SAAT KEMATIAN1. PERUBAHAN PADA MATA. BILA MATA TERBUKA PADA ATMOSFER YANG KERING, SKLERA DI KIRI KANAN KORNEA AKAN BERWARNA KECOKLATAN DALAM BEBERAPA JAM BERBENTUK SEGITIGA DENGAN DASAR DI TEPI KORNEA (TACHES NOIRES SCLEROTIQUES). KEKERUHAN KORNEA TERJADI LAPIS DEMI LAPIS. KEKERUHAN YANG TERJADI PADA LAPIS TERLUAR DAPAT DIHILANGKAN DENGAN MENETESKAN AIR, TETAPI KEKERUHAN YANG TELAH MENCAPAI LAPISAN LEBIH DALAM TIDAK DAPAT DIHILANGKAN DENGAN MENETESKAN AIR. KEKERUHAN YANG MENETAP INI TERJADI SEJAK KIRA KIRA 6 JAM PASCA MATI. BAIK DALAM KEADAAN TRERBUKA MAUPUN TERTUTUP, KORNEA MENJADI KERUH KIRA KIRA 10 -12 JAM PASCA MATI. PERUBAHAN PADA RETINA DAPAT MENUNJUKKAN SAAT KEMATIAN HINGGA 15 JAM PASCA MATI. HINGGA 30 MENIT PASCA MATI TAMPAK KEKERUHAN MAKULA DAN MULAI MEMUCATNYA DISKUS OPTIKUS.2. Perubahan rambut. Dengan mengingat bahwa kecepatan tumbuh rambut rata rata 0.4 mm/hari, panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk memperkirakan saat kematian. Cara ini hanya dapat digunakan bagi pria yang mempunyai kebiasaan mencukur kumis.

3. Pertumbuhan kuku. Sejalan dengan hal rambut, pertumbuhan kuku yang diperkirakan sekitar 0,1 mm/hari dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian bila dapat diketahui saat terakhir memotong kuku.

4. Perubahan LCS. Kadar nitrogen as. Amino < 14 mg% menunjukkan kematian belum lewat dari 10 jam, kadar nitrogen non protein kurang dari 80 mg% menunjukkan kematian belum 24 jam, kadar kreatinin kurangt dari 5 mg% dan 10 mg% masing masing menunjukkan kematian belum mencapai 10 jam dan 30 jam.

B. Homicide atau suicide

HOMICIDESUICIDE

TKPPERKELAHIAN?SURAT?

TERTUTUP?

SENJATA(+) / (-)(+)

LOKASIDIMANA SAJATERJANGKAU DAN LETAKNYA FATAL

PAKAIANTEROBEK

DISINGKAP / DIBUKA

LUKALUKA TANGKISLUKA PERCOBAAN (TENTATIVE WOUND / LUKA SEJAJAR / HESITATION WOUND A. RADIALIS)

C. EPIDURAL HEMATOM DAN PSEUDODURAL HEMATOM

REAL EPIDURAL HEMATOMEPSEUDO EPIDURAL HEMATOME

UNILATERAL BILATERAL

TERLOKALISASIDIFFUSE

KENYALTIPIS, GRANULAR, FRAGILE

MERAH UNGUCOKLAT

TEMPORAL / OCCIPITALLETAK SEMBARANG

INTRA CRANIAL INJURYTANPA CEDERA

D. HEMATOM DAN LEBAM MAYAT

HEMATOMELEBAM MAYAT

LETAK DIMANA SAJABAG. TERENDAH

INTRA VITALPOST MORTEM

INFILTRASI DARAHINTRAVASSA

REAKSI JARINGANHANYA SETELAH BUSUK HEME KELUAR VASA

SAYAT, SIRAM DENGAN AIR TETAP MERAH TUASAYAT, SIRAM DENGAN AIR MEMUCAT

E. SUMBER CO1. Bensin (spark ignition)

2. Diesel (compression ignition)

3. Gas aranga batu

4. Lemari es gas

F. ALKALI DELUSI

Ambil 2 tabung reaksi. Masukkan ke dalam tabung pertama 1 2 tetes darah korbasn dan tabung ke 2 1 2 tets darah normal sebagai kontrol. Encerkan masing masing darah dengan 10ml air. Tambahkan 5 tetes NaOH 10 20%, kocok.

Normal : berubah warna menjadi merah hijau kecoklatan karena segera terbentuk hematin alkali

Abnormal : tidak berubah, COHb resisten terhadap alkali. COHb dengtan kadar saturasi 20% memberi warna pink selama beberpa detik dan setelah 1 menit baru berubah warna coklat kehijauan

G. TERAPI INTOKSIKASI CO

Pindahkan korban ke udarta segar Beri oksigen 100% sampai COHb dalam darah menurun dibawah kadar bahaya

Bila terjadi depresi pernapasan, berikan nafas buatan dengan oksigen 100% samapi pernafasan normal kembali

Memasukkan korban kedalam ruang oksigen hiperbarik (hyperbaric chamber) dengan tekanan oksigen sebesar 2 -2,5 atmosfir selama 1 -2 jam.

Pertahankan kehangatan tubuh dengan selimut

Pertahankan tek. Darah, bilap erlu meninggikan bagian kaki tempat tidur jika terjadi hipotensi

Berikan 50 ml glukosa 50% IV atau manitol untuk mengurangi edema otak

Bila hipernatremi, kompres dingin

Jika perlu dapat diberikan stimulan seperti kafein atau natrium benzoat

Bila ada payah jantung, berikan strophatin 0.5 mg atau lanatoside 0.4 0.6 mg IV.

H. TERAPI INTOKSIKASI CN Inhalasi : pindahkan korban ke udara bersih. Berikan amil nitrit dengan inhalasi, 1 ampul (0.2 ml) tiap 5 menit. Hentikan pemberian bila tek darah sistolik < dari 80 mmHg. Berikan nafas buatan dengan 100% oksigen untuk menjaga PO2 dalam darah tetap tinggi. Dapat juga diberikan oksigen hiperbarik. Antidotum berupa natrium nitrit 3% IV diberikan sesegera mungkin dengan kecepatan 2.5 5 ml per menit. Natrium tiosulfat 25% IV diberikan menyusul setelah Na nitrit. Tiosulfat mengubah CN menjadi tiosianat. Hidroksokobalamin juga dianjurkan sebagai antidotum terutama untuk keracuan kronik. Dikatan bahwa Kobalt EDTA adalah obat pilihan dengan takaran 300 mg IV yang akan mengubah CN menjadi kobaltsianida Co(CN)6 yang larut dalam air.

Ditelan : inhalasi amil nitrit, tiosulfat seperti keracunan inhalasi, bilas lambung dengan Na-tiosulfat 5% sisakan 200 ml (10gr) dalam lambung. Dapat juga K permanganat 0.1% atau H202 3% yang diencerkan 1 sampai 5 kali. Atau dengan 2 sendok teh karbon aktif atau universal antidote dalam 1 gelas air dan kemudian kosongkan lambung dengan dimuntahkan.

I. TERAPI INTOKSIKASI ARSENKeracunan akut

Atasi syok dan dehidrasi, lakukan bilas lambung, sifat arsen yang mudah melekat pada dinding lambung, dengan FeSO4 sehingga terbentuk feri arsenat yang larut dalam air, bilas berulang. Mrfin dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Antidotum arsen yaitu B.A.L. (demkaprol) akan mengikat arsen menjadi tio-arsenat dan dieksresikan melalui ginjal. Dosis mg/kg BB IM tap 8 jam untuk hari 1 dan 2 dan tiap 12 jam untuk 12 jam hari berikutnya.

Keracunan Arsin

Transfusi darah bila anemia berat, beri oksigen untuk mengatasi hipoksia. Monitol / ditiol dapat mencegah hemolisis sel darah merah bila segera diberikan stelah terkena racun. Dimerkapto-propil-eter dapat digunakan secara efektif.

J. TERAPI INTOKSIKASI TIMBELKeracunan akut < dari 4 jam biasanya belum terjadi absorbsi sehingga dapat dilakukan bilas lambung. Kemudian berikan MgSO4 untuk mengikat PbSO4.

Pada keracunan kronik diberikan antidotum EDTA dalam bentuk Ca-NA2EDTA sebanyakm 1 gr. 5cc EDTA dimasukkan kedalam 250 500 cc glukosa, diberrikan dalam waktu 1 2 jam, seharti 2 kali.