forensik

49
Kematian Mendadak Akibat Infark Miokard dan Sengatan Listrik Laporan Kasus [Pick the date] Toshiba TOSHIBA

description

bahan

Transcript of forensik

Page 1: forensik

Kematian Mendadak Akibat Infark Miokard dan Sengatan ListrikLaporan Kasus

[Pick the date]ToshibaTOSHIBA

Daftar Isi

Page 2: forensik
Page 3: forensik

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pengertian kematian mendadak berasaal dari kata ”sudden natural unexpected death” yang di dalamnya terkandung kriteria penyebabnya yaitu natural (wajar atau alamiah). Mendadak di sini diartikan sebagai kematian yang tidak terduga dan tidak diharapkan, denagn batas waktu yang nisbi.1 (buku dr. Husni Gani Sp.F)

Pada tahun-tahun terakhir ini penyebab kematian tersering adalah penyakit jantung dan vaskuler meskipun penyakit penyebab kematian tersering yang dilaporkan Departemen Kesehatan adalah masih penyakit saluran pernafasan. 1

Penelitian yang dilakukan Gonzales dalam pemeriksaaan terhadap 2030 kasus kematioan mendadak yang diautopsi, ditemukan penyebab kematiannya adalah sebagai berikut :

a. Kelainan jantung dan aorta (912 kasus) : 44,9%b. Kelainan sistem respirasi : 23,1%c. Kelainan sistem saraf : 17,9%d. Kelainan traktus digestivus : 6,5%e. Kelainan traktus urinarius : 1,9%f. Kelainan traktus gentalia : 1,3% 2 (bahan PP FK Unair)

Dalam bidang Ilmu Kedokteran Forensik kasus infark miokard banyak ditemukan pada mati mendadak. Berdasarkan data yang ditemukan Gonzales di atas, dari 912 kasus kematian akibat kelainan jantung dan aorta ternyata 617 atau 67,7% adalah merupakan Coronary Artery Disease 2

Selain kematian mendadak akibat adanya penyakit seperti infark miokard, sengatan

listrik juga bisa menyebabkan kematian. Lintasan listrik yang melalui jaringan dapat

menyebabkan lesi kulit, kerusakan organ dan kematian. Cedera ini umunya disebut

‘elektrokusi’ meski beberapa orang menggunakan batasan ini hanya bila terjadi kematian.

Kematian biasanya karena kecelakaan, baik di lingkungan rumah tangga atau industri. Bunuh

diri dengan listrik telah meningkat beberapa tahun belakangan ini, terutama di Jerman.

Pembunuhan jarang tapi tercatat dan di Amerika Serikat listrik dijadikan sebagai eksekusi

pengadilan.

1.1 BATASAN MASALAH

Laporan kasus ini membahas mengenai kematian mendadak akibat infark miokard dan sengatan

listrik, beserta diskusi mengenai literatur yang didapatkan dan laporan kasus dengan temuan autopsi

yang dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 15 November 2010.

Page 4: forensik

1.2 TUJUAN PENULISAN

Tulisan ini bertujuan untuk menambah pengetahuan

Definisi,

Patofisiologi,

Insidens,

Hasil pemeriksaan otopsi

Sebagai referensi untuk menentukan penyebab kematian

Memberi bantuan kepada pihak penegak hukum

1.3 METODE PENULISAN

Laporan ini ditulis dengan menggunakan metode tinjauan pustaka, dengan mengacu pada

beberapa literatur dan berupa laporan kasus yang mirip yang pernah dilaporkan.

Page 5: forensik

Laporan Kasus 1 :

Penyakit Jantung, Trauma dan Kematian (Infark Miokard)Oleh : MQH, ROS, WULAN, YOYO, MITA http://www.freewebs.com/jantung/ diakses tanggal 17 November 2010,pukul 13.06

Para patolog di bidang forensik sering menghadapi kasus trauma yang fatal di mana hasil autopsi menunjukkan adanya penyakit kardiovaskular yang signifikan. Pada situasi demikian, kesulitan sering muncul pada penentuan penyebab kematian, apakah karena trauma tanpa adanya hubungan langsung dengan penyakit jantung, ataukah penyakit jantung merupakan sebab utama kematian dan mengakibatkan kecelakaan. Bab ini menyajikan analisis terhadap masalah tersebut serta pendekatan penentuan sebab kematian pada kasus-kasus trauma dan penyakit jantung yang terjadi bersamaan.

Prosedur Autopsi

Dokumentasi objektif dari penemuan saat autopsi merupakan hal penting untuk menentukan

peran penyakit jantung pada trauma yang fatal. Autopsi harus mencakup dokumentasi rinci

dari lesi traumatic dan penilaian toksikologi yang sesuai. Pada bab ini, akan ditekankan

pemeriksaan kardiovaskular dalam hubungannya dengan autopsi forensik.

            Data autopsi dikumpulkan selayaknya akan mengeksklusi keberadaan penyakit

kardiovaskular yang signifikan maupun mencari diagnosis penyakit kardiovaskular yang

spesifik seperti diklasifikasikan pada table 9-1.

 

Tabel 9-1 Klasifikasi Etiologi Penyakit Kardiovaskular

Arteriosklerosis

Hipertensi

Katup

Pulmonal (Kor Pulmonal)

Kongenital

Degeneratif:

            Nekrosis medial kistik (dengan atau tanpa diseksi hematom)

Inflamasi atau infeksi:

            Endokarditis infektif

Page 6: forensik

            Miokarditis

            Lain-lain

Trauma

Neoplasma

Kardiomiopati:

            Idiopatik (primer)

                        Kongestif

                        Hipertrofi

            Sekunder (dihubungkan dengan lesi kardiak lain atau penyakit sistemik)

 

            Telah banyak tulisan mengenai metode yang sesuai untuk penilaian autopsi sistem

kardiovaskular. Penulis meyakini bahwa penilaian kardiovaskular harus menyediakan

informasi berkaitan dengan poin-poin penting tertentu. Hal ini mencakup dokumentasi dari:

1. adanya lesi vascular ekstrakardiak, seperti rupture aneurisma berry atau diseksi

aneurisma akut atau hematom aorta;

2. kardiomegali (dilatasi dan/atau hipertrofi);

3. perluasan penyakit arteri koroner, terutama arteriosclerosis koroner;

4. perluasan nekrosis, fibrosis, atau lesi miokard lainnya;

5. lesi katup atau congenital jantung;

6. derajat arteriosclerosis umum; dan

7. perluasan arteriolonefrosklerosis dengan tambahan perubahan yang dipengaruhi usia

sebagai indikator durasi dan keparahan hipertensi sistemik.

Pemeriksaan Arteri Koroner

Penyakit arteri koroner merupakan penyebab utama kematian mendadak, karena itu

pemeriksaan autopsi harus mencakup evaluasi akurat dari arteri-arteri koroner. Teknik

dokumentasi penyakit arteri koroner postmortem yang direkomendasikan berkisar dari

metode yang klasik dan sederhana hingga metode yang relative kompleks dan mendetil

termasuk angiografi postmortem dan teknik diseksi khusus. Pemeriksaan arteri koroner akan

lebih kompleks dengan adanya pembedahan pintas koroner terdahulu. Meskipun teknik-

teknik postmortem yang lebih rinci dapat memberi lebih banyak informasi berharga, terutama

untuk kepentingan penelitian, penulis meyakini bahwa beberapa prosedur tersebut tidak

Page 7: forensik

praktis bagi pelayanan patologi umum maupun forensik yang sibuk sehingga informasi yang

cukup dapat diusahakan dengan penggunakan teknik klasik yang teliti.

            Laporan autopsi harus mencakup deskripsi berbagai variasi anatomi jantung yang

signifikan, seperti anomali pada pangkal arteri koroner dari batang pulmonalis atau varian

anatomi mayor seperti arteri koroner tunggal atau arteri koroner kiri yang predominan.

Laporan autopsy juga harus mencakup deskripsi ada atau tidaknya lesi koroner akut, yang

dapat mencakup berbagai kombinasi seperti ruptur plak, perdarahan plak, dan trombosis,

sama halnya dengan penilaian perluasan dan keparahan penyakit arteriosklerotik yang lama.

Keparahan penyakit koroner paling baik dikategorikan dengan menentukan derajat maksimal

penyempitan lumen dari tiap-tiap arteri koroner mayor, termasuk arteri koroner utama kiri,

desendens anterior kiri, diagonal kiri mayor dan percabangannya, sirkumfleksa kiri beserta

arteri koroner kanan dan percabangannya. Meskipun letak tepat penyempitan lumen koroner

yang penting secara klinis belum disebutkan secara pasti, bukti eksperimental yang ada

menyebutkan bahwa reduksi aliran darah koroner yang signifikan secara umum mensyaratkan

adanya penyempitan daerah lumen vaskular sedikitnya 75%, yang ekuivalen dengan

penyempitan konsentrik diameter lumen sedikitnya 50% sesuai rumus A=ƒàƒn(d2/4).

Namun koeksistensi lesi kardiovaskular seperti anemia berat, kardiomegali, hipertensi atau

Page 8: forensik

stenosis katup, dapat meningkatkan kemaknaan fungsional dari lesi koroner obstruktif yang

ditemukan. Pemeriksaan adanya nekrosis atau fibrosis miokard dapat memberikan informasi

yang berguna dalam penentuan kemaknaan fungsi lesi arteri koroner, meskipun tanpa adanya

lesi miokard yang terlihat jelas tidak semerta-merta mengeksklusi keberadaan penyakit arteri

koroner yang bermakna.

Thrombus pada arteri koronaria dekstra

Acute myocardial infarct of the posterolateral left ventricle

Page 9: forensik

Old Myocard Infarct plus a recent lateral infarction

            Dari dua metode standar pemeriksaan koroner ¡V membuka arteri koroner secara

longitudinal dan memotong lintang arteri koroner pada tingkat yang berbeda-beda dengan

interval 2 sampai 5 mm ¡V metode yang terakhir memiliki pendekatan yang jauh lebih baik

dalam memperkirakan derajat penyempitan lumen. Memotong lintang arteri-arteri koroner

bagaimanapun juga menjadi lebih sulit sesuai derajat keparahan kalsifikasi koroner.

Fenomena ini merupakan komplikasi arteriosklerosis koroner yang sering terjadi dan

meningkat secara progresif sesuai dengan bertambahnya usia. Dalam menghadapi kasus

kalsifikasi koroner yang luas, potongan lintang koroner biasanya dilakukan dengan interval

yang lebih lebar, kemudian teknik ini dapat dikombinasikan dengan diseksi longitudinal.

Pada keadaan ini, pemeriksaan koroner dapat ditunjang dengan eksplorasi yang teliti

menggunakan alat bor kecil sebelum dilakukan diseksi masing-masing segmen. Harus diingat

bahwa perluasan dan keparahan arteriosclerosis koroner dapat dengan mudah di-over- atau

underestimate apabila metode diseksi klasik tidak dilakukan dengan penekanan yang teliti

pada teknik. Sebagai tambahan, pemeriksa tidak boleh luput melakukan pemeriksaan ostium

koroner dengan teliti, karena stenosis ostium dapat menyebabkan penyakit koroner yang

parah, bahkan pada beberapa kasus menjadi satu-satunya daerah yang bermakna.

            Pemeriksaan arteri koroner yang komprehensif paling baik diperoleh dengan

mengombinasikan studi makroskopik dengan mikroskopik histologik yang sesuai.

Pemeriksaan histologik terutama sangat membantu dalam dokumentasi lokasi lesi koroner

akut, dan secara spesifik, menentukan apakah lesi obstruktif atau oklusif disebabkan oleh

rupture plak, perdarahan plak, dan/atau trombosis. Tanpa lesi akut, potongan histologik dapat

Page 10: forensik

menyediakan dokumentasi permanen dari daerah dengan penyempitan lumen koroner yang

maksimal oleh plak arterisklerotik lama. Segmen yang digunakan untuk pemeriksaan

histologik, terutama yang mengalami lesi akut, tidak boleh diiris secara berulang pada

pemeriksaan makro. Segmen-segmen tersebut sebaiknya dipisahkan dari jantung,

ditempatkan di formalin, dan didekalsifikasi sebelum menjalani proses histologik.

Laporan autopsi harus menyediakan informasi sebagai berikut:

1. pernyataan apakah bentuk dan ukuran jantung normal, dilatasi, dan/atau hipertrofi;

2. deskripsi ruang jantung yang dilatasi atau hipertrofi; dan

3. deskripsi daerah yang terlihat secara makroskopik akan adanya lempeng fibrosis atau

nekrosis miokard, atau adanya infark diskret subendokard maupun transmural baru

maupun yang lama.

Salah satu informasi yang sangat berguna pada saat otopsi adalah berat jantung yang

tepat yang didapat setelah debris dipisahkan dari jantung dan darah dikeluarkan dari ruang

jantung. Beberapa data telah dikumpulkan menganai berat jantung total dan berat masing-

masing ventrikel. Terdapat kontroversi mengenai kriteria yang tepat untuk menentukan berat

jantung normal dan hipertrofi jantung. Beberapa penulis menyarankan bahwa diagnosis

hipertrofi jantung harus didasarkan pada rasio yang berbeda, termasuk rasio berat jantung

terhadap panjang badan atau berat jantung terhadap berat badan. Menurut pengalaman,

hipertrofi jantung pada individu dengan ukuran tubuh yang relatif normal harus dipikirkan

bila berat jantung 300 gr atau lebih pada perempuan dewasa dan 350 gr atau lebih pada laki-

laki dewasa. Walaupun demikian, hipertrofi jantung dapat timbul pada berat jantung yang

lebih rendah terutama pada individu yang kecil, malnutrisi, atau kurus. Selain itu, bukti-bukti

mengindikasikan bahwa hipertrofi fisiologik yang ringan dapat mengakibatkan berat jantung

meningkat sampai 500 gr yang dapat terjadi pada atlet dan individu dengan aktivitas fisik

melelahkan dalam jangka waktu yang lama.

            Setelah evaluasi ukuran jantung dan penyakit koroner ditentukan, diseksi jantung

dilakukan. Tidak ada satu metode khusus yang diperlukan, namun 2 cara yang paling sering

digunakan adalah membuka jantung sesuai dengan arah aliran darah atau memotong jantung

dalam beberapa potongan melintang yang disebut teknik memotong roti. Metode yang

terakhir memiliki keuntungan yaitu kita dapat memerikasa secara menyeluruh miokardium

ventrikel pada daerah skar atau nekrosis. Walaupun pengukuran lingkar katub jantung adalah

prosedur yang rutin dilakukan, hanya sedikit informasi yang didapat untuk menganalisa

insufisiensi katub atau dilatasi ruang jantung.

Page 11: forensik

            Analisa pola kardiomegali secara akurat dipercaya sangat berguna untuk menentukan

diagnosis sakit jantung secara spesifik. Dilatasi jantung kanan yang lebih dominan atau

spesifik tanpa hipertrofi mengindikasikan kor pulmonal akut, biasanya sekunder akibat

tromboembolisme paru akut. Hipertrofi jantung kanan biasanya terjadi bersama dengan

dilatasi yang bervariasi dan karakteristik untuk kor pulmonal akut dan kronik. Dilatasi

jantung kiri tanpa hipertrofi menunjukkan gagal jantung akut dan ditandai oleh berat jantung

yang normal, pembesaran ruang jantung, dan penurunan tebal dinding, dan dapat disertai oleh

miokardium yang melembek dan menggelambir. Pola kardiomegali ini sering disebabkan

oleh miokarditis akut atau subakut, endokarditis infeksi, atau gagal jantung sekunder akibat

insufisiensi katub akut atau penyakit arteri koroner.

            Hipertrofi konsentrik mewakili pola kardiomegali yang berbeda yang ditandai oleh

peningkatan absolut atau relatif berat jantung, ruang jantung yang kecil, dan dinding ruang

jantung yang menebal secara berlebihan. Kardiomegali jenis ini disebabkan oleh proses yang

mengakibatkan peningkatan tekanan secara kronik (afterload) pada ventrikel yang

bersangkutan. Hipertrofi konsentrik dapat disebabkan oleh stenosis katub dan paling sering

karena hipertensi sistemik. Hipertrofi konsentrik menunjukkan respon awal terhadap

hipertensi sitemik dan dapat ditemukan tanpa lesi hipertensi lain seperti

arteriolonefrosklerosis.

            Hipertrofi eksentrik ditandai dengan berat jantung yang meningkat dan dilatasi

jantung menyeluruh atau pada ruang tertentu. Walaupun berat jantung meningkat, tebal ruang

jantung yang terkena normal atau berkurang karena efek dilatasi. Skar miokardium yang

bervariasi dan tidak beraturan sering ditemukan pada jantung yang hipertrofi atau dilatasi,

walaupun tidak ada arteriosklerosis koroner, terutama bila berat jantung melebihi 500-600 gr.

Penyebabnya antara lain insufisiensi katub kronik akibat penyakit rheuma katub kronik atau

penyakit lain. Penyebab lain yaitu gagal jantung yang terjadi pada penyakit jantung koroner

kronik atau penyakit hipertensi. Kardiomegali dengan hipertrofi eksentrik khas pada kasus

kardiomiopati kongestif atau penyakit miokardium primer. Walaupun etiologi spesifik

kardiomiopati kongestif idiopatik tidak dapat ditegakkan, 2 penyebab yang paling sering

dikatakan adalah alkohol dan infeksi virus. Menurut pengalaman, hipertrofi dan dilatasi

jantung sering didiagnosa penyakit jantung hipertensi akibat minimnya bukti, dan dipercaya

bahwa kasus seperti itu lebih baik dianggap kardiomiopati kongestif apabila tidak ada bukti

hipertensi atau penyakit arteri koroner yang signifikan.

            Terdapat 2 tipe penyakit jantung yang kurang dikenal sebagai penyebab kematian

mendadak, yang pertama adalah penyakit katub mitral lembek atau degenerasi miksomitosa /

Page 12: forensik

mukoid katub mitral. Gambaran umum morfologinya berciri penebalan dan elongasi korda

tendinea dan katub mitral, terutama katub posterior. Secara histologis, gambaran yang khas

adalah akumulasi jaringan ikat longgar miksoid, dan pada stadium lanjut, jaringan fibrosa

padat, serta keterlibatan primer jaringan fibrosa katub. Berlawanan dengan valvulitis

rheumatik kronik, arsitektur katub secara keseluruhan tetap intak. Penemuan klinis yang biasa

didapatkan pada pasien dengan katub mitral lembek adalah klik midsistolik dan murmur

sistolik akhir (BarlowÂ’s syndrome). Pasien dengan sindroma ini dapat menderita aritmia

dan mati mendadak. Mati mendadak juga pernah terjadi pada individu dengan kardiomiopati

hipertrofi. Yang termasuk kardiomiopati hipertrofi adalah stenosis subaorta hipertrofik

idiopatik (IHSS) dan penyakit lain yang kurang dapat dikategorikan. Penampakan IHSS

klasik secara umum adalah penebalan septum ventrikel yang disproporsional tanpa dilatasi

jantung, dan secara mikroskopis ditemukan gambaran serat otot hipertrofi yang tidak teratur

dan aneh dalam sistem ventrikel. Kasus kardiomiopati hipertrofi lain dapat tidak memiliki

gambaran umum tersebut dan dapat memperlihatkan serat otot yang tidak terorganisasi yang

tersebar merata. Kardiomiopati hipertrofi dapat diturunkan dalam keluarga.

Pemeriksaan Miokardium

Pada kasus dugaan penyakit jantung, pemeriksaan gambaran umum jantung sangat berguna

bila diperiksa pula secara mikroskopik jaringan miokardium yang mewakili terutama dari

dinding ventrikel kiri. Pemeriksaan histologi penting untuk mengevaluasi batas fibrosis

miokard (terutama fibrosis interstitial yang secara makroskopik tidak jelas), pola hipertrofi

miokard, adanya infiltrasi sel-sel inflamasi yang mengarah pada miokarditis, dan adanya

nekrosis miokard. Pencatatan nekrosis miokard menjadi sulit dengan semakin pendeknya

jarak antara terjadinya luka miokard yang ireversibel dan kematian. Secara umum, diagnosis

histologis nekrosis miokard tidak dapat dibuat dengan yakin apabila interval onset nekrosis

miokard dengan kematian kurang dari 6-8 jam. Pengumpulan data pada infark miokard

dengan durasi yang lebih lama dapat diperumit dengan permasalahan pemilihan sampel

mengingat bahwa perubahan makro infark miokard biasanya tidak jelas hingga sekitar 24 jam

setelah onset nekrosis. Lokalisasi infark miokard dini yang lebih dari 6-8 jam dapat dibantu

dengan inkubasi potongan jaringan jantung dalam larutan tetrazolium.

Page 13: forensik

Beberapa pewarnaan dan prosedur histokimia termasuk hematoxylin-base fuchsin-picric acid (HBFP) dan beberapa metode lain digunakan untuk membantu diagnosis infark miokardia awal. Meskipun begitu histokimia tidak dapat membantu dan kurang dapat dipercaya untuk diagnosis pasti dari infark miokard akut awal terutama yang kurang dari 6 jam. Penemuan serat miokardium yang bergelombang tidak spesifik. Pengukuran abnormalitas elektrolit miokardium menjanjikan namun perlu evaluasi lanjut dari segi forensic.

Menurut penelitian dari patologi klinik, kasus-kasus kematian mendadak pada pasien

dengan penyakit jantung koroner yang di rawat di rumah sakit tidak berkaitan dengan oklusi

akut koroner dan tidak terjadi pada stadium awal infark miokard akut. Kematian mendadak

dikarenakan iskemia yang disebabkan oleh ketidak stabilan system konduksi secara

mendadak, yang paling sering adalah fibrilasi ventrikel. Trombosis koroner akut biasanya

ditemukan pada pasien infark miokard akut terutama infark transmural.selain itu trombosis

juga disebabkan oleh fibrilasi ventrikel.

Pemeriksaan Sistem Konduksi Jantung

Untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh maka diperlukan pemeriksaan histology serial

dan pemeriksaan jaringan system konduksi. Serial histology bukan merupakan prosedur rutin

pada pemeriksaan otopsi forensic.Henti jantung mendadak dapat dikarenakan kelainan

system konduksi yang amat jarang seperti sindrom wolf Parkinson white dan sindrom

prolonge Q-T.

Pemeriksaan otopsi pada kardiovaskular dapat menemukan penyakit kardiovaskular kronik yang dapat menjadi penyebab kematian mendadak, tetapi pemeriksaan saja tidak cukup untuk memastikan penyakit jantung merupakan penyebab kematian.

The major cardiac cause of pain, fear, apprehension, and those sensations that cause

dysfunction or inability to respond to a demanding situation may occur without a definite

anatomic counterpart. Tabel 1 merupakan daftar penyebab kematian mendadak dari system

cardiovaskuler. Dari table tersebut dapat dilihat bahwa hanya beberapa penyebab saja yang

dapat ditemukan dengan otopsi. Penentuan penyakit kardiovaskular sebagai penyebab

kematian memerlukan bukti yang menyatakan hubungan antara gejala dan tanda disfungsi

kardia akut dan kematian. Pada pemeriksaan patologi forensic hal ini sering sukar dilakukan

jika diikuti kecelakaan atau trauma.

Untuk evaluasi lengkap dari kasus kematian mendadak, otopsi harus diikuti denga

pemeriksaan tempat kejadian dan mengumpulakn data dari saksi. Hal ini penting pada setiap

kasus kematian mendadak, meskipun tidak berkaitan dengan trauma atau kecelakaan

Page 14: forensik

Pada kasus penyakit jantung yang disertai dengan trauma, data yang dikumpulkan dari

saksi dapat memberikan bukti yang meyakinkan mengenai penyebab utama kematian.

Penyakit jantung dapat menjadi pertimbangan penyebab kematian primer berdasarkan

observasi oleh saksi-saksi terhadap gejala dan tanda disfungsi kardia akut yang mengikuti

kecelakaan  dan menyebabkan korban mengalami kegagalan respon. Data-data tersebut

termasuk keluhan nyeri dada hebat atau nyeri kepala  sebelum hilangnya kesadaran.

Saksi mata mempunyai peran penting dalam mengungkapkan nyeri, disabilitas,

sinkop, kontusio atau ketakutan karena penyakit kardiovaskuler atau jantung. Karena saksi

mata adalah manusia maka pernyataannya tidak dapat menjadi bukti utama.Pernyataan asksi

mata bisa akurat dan benar atau bisa saja tidak benar. Perbedaan tersebut dapat disengaja atau

tidak, observasi yang buruk atau ketidak hati-hatian. Saksi sengaja mengarang cerita untuk

menutupi kebenaran atau keinginan untuk melindungi seseorang. Data dapat dipengaruhi

keterlibatan saksi dengan kejadian. Saksi dapat terlibat dalam kejadian (internal witness) atau

bystander (external witness). Tugas dari pemeriksa medis dan tim investigasi dalam

memeriksa tempat kejadian sangat sulit. Kebenaran sering tidak dapat ditegakkan meskipun

setelah pemeriksaan yang teliti.

Banyak kasus kematian mendadak tidak ada saksi mata, atau saksi mata meninggal

karena kecelakaan yang terjadi sesudahnya. Pada kasus ini, bukti fisik menunjukkan penyakit

jantung sebagai penyebab primer kematian. Bukti fisik meliputi penemuan otopsi berupa

tanda penyakit kardiovaskular, tidak adanya lesi traumatic yang dapat berakibat fatal, dan

bukti yang ditemukan dilapangan. Pada kasus dengan bukti-bukti seperti diatas maka

penyebab kematian utama  korban kecelakaan adalah penyakit jantung tipe tertentu yang

dapat ditentukan dengan otopsi.

Penyelidikan riwayat penyakit terdahulu dari korban kecelakaan dengan penyakit

jantung perlu dilakukan. Petunjuk adanya penyakit jantung yang menyebabkan kecelakaan

mungkin dapat dilihat dari rekam medik. Adanya riwayat penyakit jantung bisa disangkal

oleh pihak keluarga. Hal ini bisa saja disengaja atau memang keluarga tidak tahu bahwa

korban menderita penyakit jantung.

Pada kasus kecelakaan atau trauma tanpa adanya riwayat atau bukti pemeriksaan fisik

adanay disfungsi kardiak akut sebelum kecelakaan maka trauma atau kecelakaan tersebut

merupakan penyebab kematian.

Berikut ini empat contoh kasus. Kasus-kasus tersebut dibagi dalam dua kelompok.

Dua kasus pertama menggambarkan kecelakaan kendaraan bermotor yang parah. Kecelakaan

ini disebabkan penyakit jantung. Kasus ini mengemukakan perlunya otopsi dan penyelidikan

Page 15: forensik

menyeluruh. Dalam kasus ini kita dapat melihat pemeriksaan otopsi dan pemeriksaan

mikroskopis jantung yang baik.

Dua kasus berikutnya berisi contoh penyakit jantung tipe yang lain. Kedua korban

mengalami miokarditis subakut dan kronik. Pada kasus pertama miokarditis berat merupakan

temuan insidentil pada seseorang yang menabrakkan pesawat terbangnya segera setelah

tinggal landas dan meninggal karena cedera yang masif. Pada kasus kedua, pengemudi

kendaraan bermotor tiba-tiba hilang kesadaran dan kontrol terhadap kendaraannya yang

kemudian menyebabkan kerusakan yang cukup berat. Kematiannya disebabkan oleh

miokarditis. Dua kasus tersebut dipaparkan untuk menunjukkan perlunya anamnesis kepada

saksi kejadian.

Contoh Kasus

Kasus 1

Seorang laki-laki kulit putih berumur 60 tahun sedang mengendarai mobil sedan ke arah barat

di jalan tol dalam kota. Waktu itu gelap, tetapi jalanan kering dan cukup terlihat, serta lalu

lintas tidak padat. Istrinya berada di kursi penumpang depan. Dari rekonstruksi setelah

tabrakan dengan mengikuti jejak mobil, ternyata mobil tersebut berpindah dari lajurnya yang

ke arah barat secara perlahan ke lajur yang ke arah timur. Segera setelah itu, terjadi tabrakan

muka dengan muka dengan truk trailer traktor yang besar. Supir truk tidak mengalami cedera

yang parah, tetapi pengemudi yang lain dan istrinya ditemukan meninggal masih di dalam

mobil. Tidak terdapat alasan yang jelas bagi pengemudi sedan untuk berpindah dari lajurnya

dan memasuki jalur lain yang berlawanan arah.

            Karena kematian tersebut berasal cukup jelas dari trauma, kedua tubuh mayat tersebut

diperiksa oleh tenaga medis. Istri pengemudi ditemukan meninggal dengan cedera multipel.

Namun demikian, pengemudinya hanya mengalami dua tulang iga patah dan luka lecet kecil

pada lutut, muka, serta tangan. Tidak terdapat manifestasi asfiksia traumatik atau

pneumotoraks. Maka opini dari pemeriksa medis adalah kematian pengemudi tersebut

diakibatkan oleh penyakit jantung yang berat.

            Deskripsi jantung yang diikuti detil cukup kemudian dikonsulkan kepada patolog

untuk membaca dan memahami derajat abnormalitas jantung. Adalah opini kami bahwa

deskripsi ini (makroskopik dan mikroskopik) adekuat. Dokumentasi lebih lanjut oleh

fotografer bisa merupakan hal yang ideal, namun tidak perlu secara mutlak.

Page 16: forensik

            Aorta menunjukkan arteriosklerosis yang cukup berat. Kedua ginjal memperlihatkan

perubahan arteriolonefrosklerosis ringan. Jantung berbobot 530 gram dan menunjukkan

hipertrofi sedang dan dilatasi ventrikel kiri. Arteri koroner memperlihatkan distribusi yang

seimbang dengan arteri koroner desendens posterior yang berasal dari arteri koroner kanan.

Pemeriksaan arteri koroner pada potongan kros-seksional multipel menunjukkan keterlibatan

yang luas dari plak arteriosklerosis lama. Ostium koroner dan arteri koroner kiri utama paten,

namun arteri koroner kanan, kiri desendens anterior, dan sirkumfleks kiri mengalami

penyempitan sebesar 75% dari lumen oleh plak-plak lama. Daerah oklusi koroner akut tidak

ditemukan. Jantung dibuka mengikuti arah aliran darah. Tidak ditemukan lesi katup atau

kongenital. Hampir sepertiga miokardium ventrikel kiri diganti oleh infark miokardium lama

yang sudah sembuh yang berlokasi di daerah apeks dan anteroseptal. Miokardium tersebut

terlihat tipis dengan jelas dan mengandung jaringan fibrosa yang putih serta padat.

Endokardium dari daerah infark tersebut juga menebal dan terdapat trombus mural kecil pada

apeks. Tidak ada lesi nekrosis miokardium akut yang dapat diidentifikasi.

            Pemeriksaan histologis dari potongan arteri koroner yang mengalami dekalsifikasi

mengkonfirmasi temuan makroskopik arteriosklerosis yang berat tanpa adanya lesi akut.

Potongan miokardium memperlihatkan bagian transmural dari miokardium yang diganti oleh

fibrosis sembuh dengan sempurna. Bagian lain dari ventrikel kiri menunjukkan fibrosis

interstitial yang luas dan juga pembesaran inti serta hiperkromasia dan variasi ukuran sel otot

yang nyata, yang mengindikasikan atrofi iskemik dan hipertrofi kompensatoar. Tidak ada lesi

nekrosis miokardium yang ditemukan.

            Jadi jantung dari korban kecelakaan ini menunjukkan bukti penyakit jantung koroner

yang serupa dengan yang diobservasi pada banyak orang dengan kematian alami yang

mendadak. Namun perlu dicatat bahwa pemeriksaan sol sepatu dari pengemudi tersebut dan

perbandingan pola alur dari sol sepatu kanan dengan pola pada injakan gas menunjukkan

bahwa pada saat tabrakan kaki kanan pengemudi berada di atas injakan gas.

            3 kasus yang terakhir diberikan dengan kurang detil. Keempat kasus ilustrasi

dipersentasikan dalam bentuk tabel.

 

Kasus 2

Seorang wanita kulit hitam berusia 61 tahun sedang mengendarai sedannya di jalan yang

memiliki turunan yang tidak terlalu curam. Sepupu pengemudi tersebut duduk di kursi

penumpang depan. Setelah turunan, jalanan berakhir dengan perempatan. Penumpang yang

Page 17: forensik

selamat mengatakan bahwa pengemudi tersebut gagal menginjak rem, dan walaupun telah

diteriaki tetap tidak melambat dan akhirnya menabrak pohon setelah melewati pembatas

jalan.

Tidak ada upaya resusitasi oleh tenaga medis yang merespon, dan lalu korban dibawa

ke rumah sakit dengan berstatus DoA (Death on Arrival)

Sebab kematian ditemukan saat autopsi berupa ruptur aorta dengan hemotoraks kiri

masif. Ruptur sepanjang ¾ lingkar aorta kira-kira 1.5 cm di bawah bekas duktus arteriosus.

Iga kanan 1, 2, 3, 4, 5 dan 6 dan iga kiri 4, 5 dan 6 patah pada garis aksilaris anterior.

Berat jantung 330 gram (panjang tubuh 64 inci dengan berat 130 pon). Dinding bilik

kiri hipertrofi setebal 2.2 cm. tipe jantung adalah balanced coronary, dan pada semua arteri

koroner utama terdapat sejumlah plak aterosklerotik subintima kuning lunak yang

mengecilkan lumen pada beberapa tempat hingga kurang dari 35%. Penebalan dinding arteri

koroner simetris. Tidak terdapat parut pada jantung maupun kelainan katup. Hanya terdapat

aterosklerosis aorta derajat ringan dan tidak ada arteriolonefrosklerosis. Alkohol darah

0.09%. tidak ditemukan zat racun lain dalam darah.

Sebab kecelakaan tidak dapat ditentukan. Kegagalan menginjak rem tidak dapat

dijelaskan. Sepertinya ia membelokkan mobil sedikit ke kanan karena penyok ada di sebelah

kanan (yang terkena pohon) sedikit ke atas dan penumpang yang selamat tidak berusaha

mengarahkan mobil itu. Dengan demikian korban pasti masih hidup dan sempat bertindak

sebelum tabrakan. Sebab kematian adalah ruptur aorta dengan perdarahan dalam masif. Cara

kematian dengan demikian adalah karena kecelakaan.

 

Kasus 3

Seorang laki-laki sehat, 40 tahun menjadi pilot sebuah pesawat pribadi kecil dengan tiga

penumpang. Cuaca tenang dan cerah dan pesawat lepas landas dengan baik. Saat mencapai

ketinggian 300 kaki mesin tersendat. Pesawat mulai membelok ke kiri, gagal naik dan jatuh

pada sayap kiri.

Pilot tersebut tewas di tempat kejadian beberapa menit kemudian. Ketiga penumpang

terluka parah dan mengatakan mesin mati setelah tersendat.

Pilot itu mengalami luka yang bermacam-macam—patah iga multipel, patah tulang

dada, transeksi sebagian aorta dengan hemotoraks bilateral dan beberapa luka terbuka dan

memar pada wajah dan tungkai. Jantungnya seberat 405 gram. Pada arteri koroner utama

terdapat sejumlah plak aterosklerotik subintima kuning lunak. Otot jantung coklat kemerahan

Page 18: forensik

kecuali daerah posterobasal septum interventrikularis seluas 2.5 x 1.5 cm yang berwarna

coklat berbintik-bintik dan tidak lebih lunak dari sekitarnya. Pada mikroskop terlihat

miokarditis pada seluruh daerah jantung.

Saat autopsi kelihatannya miokarditis seolah-olah melumpuhkan pilot dan akhirnya

terjadi kecelakaan. Namun semua saksi mata menyatakan mesin mati sebelum pilot

kehilangan kontrol. Pemeriksaan pada pesawat ditemukan pipa bahan bakar yang tersumbat.

Disimpulkan penyebab kecelakaan adalah kegagalan mekanis. Dengan demikian miokarditis

hanya kebetulan saja, bukan penyebab kecelakaan maupun penyebab kematian.

 

Kasus 4

Wanita 26 tahun sedang mengendarai mobil. Keempat penumpang bersaksi bahwa ia tiba-tiba

tersandar lemas di kaca jendela pintu dan mobil itu membelok tidak karuan hingga berhenti

menabrak tiang.

Saat autopsi, tanda trauma hanya luka memar pada wajah. Secara keseluruhan tidak

ada yang aneh pada jantung kecuali bilik kiri yang sedikit dilatasi. Berat jantung 290 gram.

Secara histologis terdapat miokarditis luas dengan sel radang terutama limfosit dan plasmosit.

Tidak ditemukan penyakit lain. Miokarditis pada kasus ini ditetapkan sebagai penyebab

kematian dan penyebab kecelakaan.

Page 19: forensik

Laporan Kasus 2 :

KEMATIAN AKIBAT LISTRIKhttp://www.freewebs.com/kematian_akibat_listrik/kematian.htm diakses tanggal 17 November

2010,pukul 13.07

Lintasan listrik yang melalui jaringan dapat menyebabkan lesi kulit, kerusakan organ

dan kematian. Cedera ini umunya disebut ‘elektrokusi’ meski beberapa orang menggunakan

batasan ini hanya bila terjadi kematian. Kematian biasanya karena kecelakaan, baik di

lingkungan rumah tangga atau industri. Bunuh diri dengan listrik telah meningkat beberapa

tahun belakangan ini, terutama di Jerman. Pembunuhan jarang tapi tercatat dan di Amerika

Serikat listrik dijadikan sebagai eksekusi pengadilan.

 

Faktor Fisik 

Beratnya kerusakan jaringan termasuk kematian-secara langsung dikaitkan dengan

beberapa faktor fisik, temasuk arus, tegangan, tahanan dan waktu. Agar kerusakan biologik

dapat terjadi, tubuh harus berhubungan dengan sirkuit listrik, sehingga ada lintasan elektron

yang melalui jaringan. Akumulasi elektron dalam bentuk muatan statik tidak dapat melukai.

Dalam elektrokusi harus ada lintasan bagi elektron melewati bagian tubuh yang,

dalam kasus fatal, mengandung struktur vital. Arus masuk ke satu titik (tersering tangan yang

digunakan untuk mengenggam, menyentuh atau memanipulasi bermacam peralatan listrik)

dan lalu meninggalkan tubuh pada titik keluar, biasanya ke tanah atau konduktor netral dari

pasokan listrik. Jumlah dari arus tergantung terutama pada tahanan relatif dari berbagai titik

keluar potensial. Hal ini cenderung untuk mengambil jalur terpendek antara titik masuk dan

titik keluar, tanpa menghiraukan dari macam konduktivitas dari jaringan dalam yang berbeda.

Jika seseorang menempatkan jarinya pada konduktor 240 V ketika berdiri dengan sepatu

basah pada lantai beton basah, lalu aliran akan lewat dari tangan ke kaki, dengan

kemungkinan hasil yang fatal. Jika seseorang berdiri di atas lantai kayu berkarpet, akan

memperkecil aliran arus dan yang terjadi hanyalah spasme otot yang terasa sakit.

Page 20: forensik

Dalam kasus lainnya, bila kabel netral dari sumber disentuh oleh kulit pada jari yang

sama beberapa sentimeter dari konduktor hidup, karena tahanan tinggi melalui kaki ke tanah

akan mencegah aliran arus yang signifikan melaui dada.

Bila seseorang di lantai atas memutar keran mandi dengan tangan satunya, kontak

dengan jari lawannya dapat mengakibatkan arus melewati ke tanah melalui keran dan pipa air

logam dari tangan melewati thoraks-sebuah posisi yang sangat berbahaya.

Tiga kejadian yang bila terjadi akan mengancam kehidupan:

1. Yang paling umum adalah jalan arus melewati jantung, biasanya ketika tangan

kontak dengan konduktor hidup, dan tubuh menyentuh tanah baik melalui kaki

atau tangan satunya. Yang paling bahaya adalah kontak dengan tangan kanan

dan melalui kaki, ini menyebabkan arus mengalir secara oblik sepanjang

sumbu jantung. Dibandingkan dengan variabel tegangan lainnya, tahanan kulit

dan waktu, hipotesis ini terlihat tidak penting, meski jalur ini meningkatkan

arus melewati hati oleh faktor 1,5-2,5 dibanding dengan titik masuk tangan

kiri. Proses fatal adalah disritmia jantung, biasanya fibrilasi ventrikel yang

berakhir menjadi asistol.

2. Kurang sering, jalannya arus melewati dada dan perut dapat mengakibatkan

paralisis pernafasan dari spasme otot interkostal dan diafragma.

3. Lebih jarang, arus melewati melalui kepala dan leher, biasanya dalam situasi

dimana kepala pekerja kontak dengan konduktor.  Pada contoh ini, dapat

terjadi efek langsung pada batang otak sehingga jantung dan pusat pernafasan

paralisis.    

Umumnya dikatakan bahwa toleransi dapat diperoleh dari syok listrik dan bahwa instalatir listrik profesional sering bekerja pada konduktor 240 V dengan bebas. 

Pertimbangan Listrik 

Elektron bergerak sekitar sirkuit oleh perbedaan potensial antara 2 titik, yang dapat

dilihat pada tekanan listrik, dinyatakan dalam volt (V). Jumlah elektron yang mengalir

menghasilkan arus, analog dengan volume listrik dan dinyatakan dalam ampere, meski dalam

diskusi saat ini, milliampere (mA) lebih relevan untuk efek biologik. Jaringan juga memiliki

tahanan terhadap aliran listrik. Ada hubungan matematik antara perbedaan potensial, arus dan

tahanan-yang dikenal dengan Hukum Ohm-dimana arus berbanding lurus dengan tegangan

Page 21: forensik

dan berbanding terbalik dengan tahanan. Hukum ini memiliki relevansi terhadap kerusakan

listrik biologik.

 

Arus Searah dan Bolak-balik

Arus searah (DC) kurang berbahaya dibanding arus bolak-balik (AC); arus dari 50-80

mA AC dapat mematikan dalam hitungan detik, dimana 250 mA DC dalam waktu yang sama

sering dapat selamat. Arus bolak-balik adalah 4-6 kali menyebabkan kematian, sebagian

karena efek bertahan, yang merupakan hasill dari spasme otot tetanoid dan mencegah korban

lepas dari konduktor hidup.

Arus bolak-balik lebih dapat menyebabkan aritmia jantung dibanding arus searah.

Arus dari AC pada 100 mA dalam seperlima detik dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel dan

henti jantung. Ampere tinggi DC (diatas 4 A) dapat menyebabkan jantung aritmia kembali

pada sinus ritmik seperti pada defirilasi medis.

Frekuensi AC yang biasanya adalah 50 putaran per detik (ppd). Arus bolak-balik

antara 40 dan 150 ppd adalah yang paling berbahaya menyebabkan fibrilasi ventrikel dan

sayangnya suplai utama yang biasanya berada pada area ini. Di atas 150 ppd fibrilasi

berkurang seiring dengan peningkatan frekuensi. Pada 1720 ppd fibrilasi jantung berkurang

20 kali.

 

Arus

Derajat kerusakan jaringan sebanding dengan jumlah listrik yang mengalir

melaluinya. Jumlah ini terlihat pada jumlah elektron perunit waktu dan diukur dalam

Coulombs, yang mana merupakan hasil dari ampere dan detik, meski ampere biasanya

diterima sebagai indeks dari aliran arus. Menurut Hukum Ohm, arus tergantung pada

tegangan, tahanan jaringan dan umtuk kerusakan jaringan, dan waktu untuk arus mengalir.

Dalam patologi forensik, kebanyakan kematian adalah hasil dari disritmia jantung,

pengukuran paling penting dari arus adalah yang mengakibatkan gagal jantung akut. Arus 50-

80 mA yang melewati jantung lebih dari beberapa detik dapat menyebabkan kematian. Yang

masih dapat ditoleransi adalah 30 mA pada tangan menyebabkan kontraksi otot yang

menyakitkan. Kehilangan kesadaran pada 40 mA dan arus yang terus menerus untuk

beberapa detik lebih besar dari 50-80 mA menyebabkan risiko kematian.

 

Page 22: forensik

Tegangan

Untuk menghasilkan arus yang mematikan melewati dada, tegangan minimum harus

terkena pada permukaan kulit. Pada tahanan yang relatif tinggi, Hukum Ohm mengatakan

bahwa tegangan yang dibutuhkan untuk memproduksi 50 mA atau lebih untuk fibrilasi

ventrikel. Kematian banyak terjadi pada tegangan 240, meski 110 V pada Amerika Serikat

dan Eropa masih letal.

Tidaklah umum kematian terjadi pada 100 V, terutama karena sedikit sumber suplai

antara 110 V dan 12 V atau 24 V yang digunakan pada sistem listrik kendaraan. Hal ini

hampir tidak berbahaya meski Polson melaporkan kematian pada 24 V pada orang yang

terdapat di bawah kendaraan listrik selama beberapa jam. Kasus ini menekankan pentingnya

elemen waktu dalam cedera akibat listrik. Tegangan yang sangat tinggi, dapat secara

paradoks lebih aman pada beberapa situasi. Karena syok dapat mementalkan subyek dari

konduktor, sehingga mengurangi waktu kontak di bawah ambang kerusakan jantung.

 

Tahanan

Halangan utama bagi arus listrik adalah kulit, dimana memiliki tahanan yang jauh

lebih tinggi dibanding jaringan dalam. Itulah mengapa luka bakar pada kulit terjadi, dimana

tahanan menyebabkan energi dipindahkan dari aliran elektron ke kulit. Sewaktu masuk ke

dermis, sitoplasma semi cairan, dan terutama sistem pembuluh darah yang berisi cairan kaya

elektrolit, arus melalui tubuh dengan mudah. Tahanan dari kulit bervariasi tergantung

ketebalan dari keratin, dimana pada telapak kaki dan ujung jari lebih tebal dari kulit tipis

dimanapun. Tahanan rata-rata adalah antara 500-10.00 ohm selain tangan dan telapak kaki

yang memiliki 1 juta ohm ketika kering.

Faktor yang lebih potensial adalah kekeringan atau kelembaban kulit, yang berefek

sangat besar terhadap tahanan. Ketika kulit telapak tangan kering, memiliki tahanan 1 juta

ohm, ketika basah akan turun menjadi hanya 1200 ohm. Jellinek menemukan kulit tebal dari

pekerja memiliki tahanan 1 sampai 2 juta ohm, Jaffe menyatakan bahwa berkeringat dapat

menurunkan tahanan kulit dari 30.00 sampai 2500 ohm. Ketika arus mulai mengalir, tahanan

turun, sebagai hasil dari perubahan elektrolit pada kulit, yang turun sampai hanya 380 ohm.

Dengan demikian untuk tegangan tetap, seperti pada suplai utama 240 V, arus akan

jauh lebih besar bila kulit basah dari berkeringat atau pelembab eksternal. Ini menegaskan

bahaya dari kamar mandi dan penggunaan peralatan listrik dalam lingkungan yang basah.

 

Page 23: forensik

Efek pada Otot

Satu efek dari listrik yang memiliki implikasi praktis adalah spasme yang terjadi pada

otot lurik jika arus mencapai antara 10 dan 40 mA pada 50 ppd. Saat titik masuk pada tangan,

otot fleksor lengan yang lebih kuat akan spasme dan menyebabkan efek genggam. Ini berarti

bahwa segala obyek yang digenggam dengan tangan akan langsung secara tanpa disadari

akan tergenggam kabel yang dialiri listrik, obyek tidak dapat terlepas dan arus akan terus

mengalir. Ini menambah elemen waktu dan secara progresif memperburuk risiko baik luka

bakar kulit dan risiko henti jantung dan nafas. Gatal dapat terasa di kulit dengan arus hanya 1

mA dan genggaman dapat dilmulai pada arus serendah 9-10 mA.

Telah ditetapkan, mati karena listrik kebanyakan karena aritmia jantung, biasanya

fibrilasi ventrikel yang berakhir dengan henti jantung. Ini disebabkan bagian dari arus

melewati otot jantung, terutama pada lapisan epikardial superfisial dan mungkin

menyeberang endokardium. Arus mempunyai efek langsung yang besar pada miokardial

syncytium, kemungkinan terlepas dari nodus pacemaker dan system konduksi menjadikan

sakit diketahui. Bila kematian terjadi karena henti jantung, mayat tampak pucat atau hanya

sedikit padat, autopsi tampak tidak bermanfaat selain dari adanya beberapa tanda-tanda listrik

di luar.

Cara kematian kedua (dan jauh kurang umum) adalah henti napas, dimana arus listrik

melalui thoraks yang menyebabkan spasme muskulus interkostal dan diafragma, atau menjadi

paralysis. Pada salah satu kasus, gerak pernapasan dihambat dan terjadi kematian akibat

hipoksia kongestif. Batang otak jarang sekali terpengaruh, bila arus listrik masuk melalui

kepala. Salah satu henti jantung atau paralisis pernapasan dapat kemudian supervene.

Beberapa kematian akibat listrik tidak diobservasi, orang yang ditemukan sudah

meninggal, sehingga cara kematian tidak diketahui. Kadang-kadang saksi tentang cara

kematian sulit untuk menjelaskan fisiologi dasar, itu menunjukkan suatu keterlambatan

(seringnya berlangsung beberapa menit kemudian) antara shock dan kematian. Pada interval,

korban mungkin sadara dan bahkan tetap dalam pemulihan kesadaran. Ini sulit untuk

diketahui mengapa henti jantung mendadak tetap ada meski arus listrik dimatikan, tetapi

mungkin pada tingkat intraseluler dari jantung atau jaringan saraf telah mengalami kerusakan

dasar.

Akhirnya, ketika mendiskusikan cara mati, harus selalu diingat bahwa trauma non-

elektrik lebih umum. Pada rangkaian dilaporkan oleh Bissig, 15% dari kasus mempunyai luka

akibat jatuh dan trauma lain yang berhubungan. Pada kecelakaan industri dan ketika bekerja

Page 24: forensik

pada garis tenaga, korban shock mungkin terlempar dari ketinggian, atau menderita spasme

otot yang hebat yang mungkin mengarah ke fraktur dan luka serius lainnya.

Tanda Listrik Kutaneus 

Titik kontak pada permukaan tubuh mungkin meninggalkan lesi kulit, yang disebut

’luka bakar listrik’ (’electrical burns’) atau ’tanda-tanda listrik’ (’electrical marks’), meski

istilah ’luka bakar Joule’ (’Joule burns’) lebih populer. Ini adalah tempat masuk dari arus

listrik, tetapi tanda lain atau tanda-tanda mungkin juga tampak dimana tubuh di bumi/di

tanah. Harus ditekankan disini bahwa pembunuhan dengan arus listrik yang fatal mungkin

terjadi tanpa tanda apa saja pada kulit, membuat diagnosa sama sekali bergantung pada

keadaan mati. Contoh ekstrim pada pembunuhan dengan arus listrik dalam bak, ketika daerah

permukaan yang besar untuk masuk ditambah tahanan kulit yang rendah disebabkan air yang

meniadakan kerusakan dari luka bakar fokal.

Tanda listrik mungkin tidak nyata secara eksternal, umumnya dapat digunakan pada

genital, anus, atau abdomen pada penyimpangan seksual atau melalui mulut, terutama pada

anak-anak. Bayi mungkin sumbatan langsung diletakkan diantara bibir mereka dan menderita

luka bakar listrik pada lidah atau mukosa pipi, mungkin tidak segera terbukti pada

pemeriksaan luar saat autopsi.

Ketika arus listrik lewat, mungkin atau tidak mengakibatkan lesi yang dapat dilihat,

tergantung pada:

1. Densitas arus listrik yang lewat pada batas daerah kulit, dan

2. Konduktivitas, biasanya bervariasi dengan yang berisi air.

Lesi kulit pada luka bakar termal dari pemanasan epidermis dan dermis sebagai

tempat lewat arus listrik. Secara teori, panas yang dihasilkan dapat ditentukan dengan rumus

GC = C2R/4.187 , dimana GC adalah panas dalam gram kalori per detik, C adalah arus listrik

dalam ampere, R adalah tahanan listrik dalam ohm. Jika aliran elektron jalan menembus

daerah yang relatif luas, kemudian tahanan per unit daerah kecil (terutama jika kulit basah)

dan demikian efek pemanasan sebanding dengan pengurangan. Untuk contoh, orang yang

istirahat telapak tangan pada piringan metal datar yang ditimbulkan tenaga listrik akan lewat

jauh lebih kecil arus listrik per cm persegi dari kulit daripada piringan yang disentuh lainnya

dengan ujung jari. Pertama mungkin tidak ada lesi yang dapat dibuktikan, beberapa lama

Page 25: forensik

yang kedua akan ada luka bakar melepuh atau nodul yang menebal (keratinisasi), berdasarkan

pada kontak yang tetap/solid.

Suhu jaringan secara langsung di bawah titik kontak dapat dengan mudah mencapai

95o C. Kerusakan jaringan dapat terjadi dalam 25 detik ketika suhu mencapai hampir 50 o C.

Tanda listrik fokal luka bakar termal yang besar dan bahkan beberapa gambaran histologik

digambarkan kemudian, dimana sekali pikiran aneh terhadap arus listrik, sekarang secara

umum dianggap berasal dari efek termal. Ada beberapa gambaran, bagaimanapun, yang

karakteristik dari penyebab listrik.

1. Ketika kulit telah kontak kuat dengan konduktor listrik, arus listrik berjalan

melalui kulit yang tahanannya tinggi memanaskan cairan jaringan dan

menghasilkan uap. Mungkin merobek lapisan epidermis atau persambungan

epidermis-dermis dan menghasilkan lepuh yang menonjol. Mungkin terjadi

ruptur jika arus listrik berlanjut atau jika daerah relatif luas. Ketika arus listrik

berhenti, lepuh menjadi dingin dan kolaps, memberikan gambaran yang

dikenal yang dapat dilihat saat autopsi. Lepuh yang kolaps sering annular,

menghasilkan cincin putih atau abu-abu yang menonjol dengan tengah yang

berbentuk pusat. Tanda kadang-kadang menghasilkan lagi bentuk dari

konduktor, terutama dimana terdapat kawat linear atau benda yang dibentuk

dari metal. Dimana ujung kawat atau tongkat pada sudut kanan terhadap kulit,

lubang fokal dibuat, kadang-kadang menembus lebih dalam lagi ke dalam

kulit.

2. Dimana kontak kurang kuat, sehingga celah udara (sekalipun sempit) berada

antara kulit dan konduktor, arus listrik meloncati celah sebagai bunga api.

Pada udara kering 1000 V akan melompat beberapa mm dan 100 kV sekitar 35

cm. Ini pada temperatur tinggi yang sangat ekstrim (kira-kira 4000o C), seperti

pada busi mobil dari mesin petrol, dan menyebabkan keratin kulit luar untuk

membuat cair di atas daerah kecil. Pada pendinginan, keratin dicampurkan ke

nodul berwarna kecoklatan yang keras, biasanya timbul di atas sekitar

permukaan sehingga disebut ‘spark lesion’ (lesi yang berbentuk bunga api).

3. Pada beberapa luka bakar listrik ini kedua tipe dikombinasi, sebagai hasil dari

pergerakan tangan atau tubuh melawan konduktor dan kadang-kadang

dikarenakan bentuk konduktor yang tidak teratur. Dimana waktu telah

diperpanjang, tegangan tinggi, atau konduktor besar, luka bakar mungkin

Page 26: forensik

secara bersamaan berat dengan daerah yang besar dari kulit yang melepuh,

keratin yang gosong, dan campuran dari hiperemia, menghanguskan lapisan

dalam dan lumbung epidermis.

4. Gambaran karakteristik dari tanda listrik, dimana indikator paling berguna dari

lesi yang alami, kejadian yang umum pada areola dari kulit yang pucat pada

perifer. Agaknya karena spasme arteriolar dari efek langsung dari arus listrik

pada dinding otot pembuluh darah, kepucatan pada mayat dan pada dasarnya

patognomonik dari kerusakan listrik. Sering terdapat batas hiperemik di luar

pemutihan, meski kemerahan mungkin juga terlihat di dalam zona pucat, pada

sisi daerah luka bakar karena pemanasan yang paling besar. Kadang-kadang,

spektrum yang berganti-ganti dari lepuh-kemerahan-pucat-kemerahan dapat

diamati secara sentrifugal dari pusat lesi. Ketika luka bakar linear, seperti dari

kawat kosong ditekan melawan kulit, ‘areola’ mengambil bentuk zona pucat

paralel dengan pusat luka bakar.

5. Ketika tanda-tanda minimal, semua yang mungkin dilihat adalah piringan

putih kecil menunjukkan menit lepuh yang datar dimana epidermis robek, tapi

tidak kemerahan atau areola telah dibentuk –atau setidak-tidaknya, tidak

dilangsungkan sampai waktu autopsi. Ini bisa sulit ditemukan dan, mungkin

terdapat pada permukaan palmar dari tangan (tempat yang biasa dari

menggenggam alat listrik), fleksi kuat dari kaku mayat mungkin membawa

jari-jari turun ke telapak, sehingga beberapa lesi tidak jelas. Ini esensial pada

semua autopsi untuk memeriksa permukaan fleksor dari jari-jari dengan

memakai kekerasan secara paksa merusak kaku –dan, dimana pembunuhan

dengan listrik mungkin terjadi, menit inspeksi dari tangan harus dibawa,

bahkan jika tendon fleksor pada pergelangan tangan sudah dipotong untuk

melepaskan genggaman yang kaku dari jari-jari.

6. Pada luka bakar dengan tegangan tinggi, seperti tekanan tinggi yang terus

menerus dari transmisi jaringan listrik, dimana tegangannya multi-kilovolt,

percikan dapat terjadi lebih dari beberapa sentimeter. Ini dapat menyebabkan

lesi karena percikan multipel yang memberikan efek “crocodile skin”. Pencuri

kawat dan tembaga bekerja pada tiang yang tinggi dapat menderita trauma

non-elektrik karena jatuh ke tanah atau mereka terus-menerus terbakar atau

terjadi fraktur anggota badan karena terkena energi listrik secara langsung dan

spasme otot yang disebabkan oleh aliran listrik yang masif dan hebat.

Page 27: forensik

7. Lesi graunding atau earthing tidak selalu terlihat, itu dapat terlihat pada

kontralateral tangan dan kaki. Lesi dapat mirip, lebih sedikit berat. Pada kasus

seorang pekerja menekan gerobak metal yang dilingkupi kabel yang berada

dalam kolam renang, mulai membakar tangan sampai dengan kaki, metal

bertaburan pada boot dimana listrik mengenai kaki dan kulit. Pada kasus lain

pembunuhan dikamar mandi dimana tidak ada luka bakar masuk tetapi aliran

listrik lewat tanah kontak dengan dada lewat peralatan keran.

8. Ketika aliran listrik mengalir dalam waktu yang cukup lama ,baik dalam

domestik voltase 240 efeknya dapat berbahaya melepuh dan mengelupas

terus-menerus dan lebih ekstensif terjadi pada kulit dengan otot dibawahnya

rusak dan terbakar jaringan,ini adalah bagian faktanya. Kerusakan pertama

pada kulit dengan resistensi rendah jadi lebih progresif pada aliran listrik yang

menggaris dan karenanya lebih membakar dan nekrosis.

Banyak kerusakan dilihat pada otopsi dapat tampak post mortem. Jika kematian

karena henti jantung (cardiac arrest) biasanya lebih dahulu terjadi dan dimana korban

sendirian, tidak ada orang yang memindahkan badannya dari sumber listrik. Itu dapat

diyakinkan oleh Polson dan lainnya bahwa luka bakar post mortem dapat mengakibatkan

kematian, dengan penampakan pada tubuh sama dengan luka bakar dan kulit melepuh

dilingkupi area kemerahan sebagai tanda reaksi vital .

Sama dengan trauma yang lainnya, gambaran bentuk dari obyek penyebab dapat

diidentifikasi. Ketika konduktor elektik itu terbuat dari kawat, luka bakar linier dapat terjadi

bentuk dari plug elektrik atau kontak dapat dilihat, peralatan elektrik dapat mencetak

bentuknya pada kulit.

Tanda itu dapat digunakan ketika ahli patologi mencoba rekonstruksi kejadian. Dan

kematian dapat dihubungkan saat pertama kematian yang disebabkan oleh listrik.

Syok karena listrik dan luka bakar biasanya dapat dilihat pada korban dengan

penganiayaan, bentuk dapat digunakan untuk membedakan obyek yang digunakan kejadian

berulang kali seperti tanda di kulit yang memberikan gambaran berseri, hiperemia yang tetap,

dan pengelupasan.

Page 28: forensik

 Sisa Bahan Logam Pada Tanda Sengatan Listrik 

Ketika listrik lewat konduktor logam kedalam tubuh, biasanya terjadi elektrolisis

menjadi ion logam yang tertanam dalam kulit dan kadang dalam jaringan subkutan. Basanya

pada AC atau DC karena kombinasi ion metal dengan jaringan anion dari garam logam. Ini

dapat tidak terlihat mata, tetapi dapat dideteksi secara kimia, histokimia dan teknik

spektografik. Dapat persisten untuk beberapa minggu selama hidup dan menetap untuk waktu

pertengahan pada perubahan post mortem. Apabila besar dapat diobservasi secara langsung

oleh kulit dan konduktor tembaga atau kuningan memberikan cetakan hijau terang yang jelas

atau nyata, dimana bentuk elektik metal menguap yang dapat deposit pada kulit kadang

cukup luas dan dapat terlihat mata. Pada kontak dengan voltase yang tinggi kulit dapat

berwarna coklat atau keabuan, ada efek panas dan metalisasi.

Sekarang digunakan scanning mikroskop elektron, dapat mungkin terlihat sebagai

globus yang kecil  peluruhan logam dalam kulit di dan dekat tanda listrik. Deposit ini tidak

dapat dihindarkan membentuk “mini arching” karena kontak elektrik. Tes kimia dari deposit

logam termasuk, ditemukan oleh Adjutanis dan Skalos (1965), dengan tes sentuh yang

sederhana digunakan elution pada strip kertas filter. Tembaga , besi, aluminium, seng,  nikel,

larut dalam nitrit atau asam hidroklorik dan tes solusi dengan varietas yang sederhana tapi

dengan reagen yang spesifik.

 

Penampakan  Internal  

Pada keadaan tersengat listrik yang fatal, tidak ada yang dapat ditemukan pada organ

internal dan perubahan histologi masih merupakan kontroversi, karena jaringan internal itu

daerah berair yang luas dan termasuk konduktor elektrolit. Jalur listrik biasanya terlalu luas

menyebabkan kerusakan panas. Kerusakan viseral (organ) berupa fungsi abnormal  terutama

otot dan jaringan syaraf.

Biasanya kematian karena aritmia jantung (cardiac arrhytmia) menyebabkan fibrilasi

ventrikel dan arrest (henti jantung). Pada kematian ini sedikit ditemukan pada otopsi,

dinyatakan bahwa petekie epikardial dapat terjadi, tetapi ini tidak spesifik digunakan. Tubuh

terlihat pucat atau agak kongestif.

Page 29: forensik

Suami dari wanita tersebut, setelah beberapa kali penyangkalan, akhirnya mengakui

untuk menjatuhkan pemanas kedalam bak mandi –dan juga untuk meminjam buku dari

perpustakaan umum pada hari sebelumnya yang berjudul ‘Do-It-Yourself Home Electrician’

            Pembunuhan lainnya, yang tidak dapat dibuktikan karena sedikitnya bukti atau

pengakuan, sejauh ini pembungkusan oleh kabel listrik yang telanjang di sekeliling leher

wanita tersebut. Kabelnya tebal 30 amp dengan penelanjangan isolasi sepanjang 40 cm pada

ujungnya. Suami wanita tersebut, seorang tukang listrik profesional, memberikan penjelasan

tak dapat dipercaya bahwa ia menggunakannya untuk mengetes pencukur elektriknya.

 

Gambaran Histologi 

Gambaran pada kulit, berupa rongga-rongga dalam epidermis dan kadang-kadang

dermis, yang disebabkan karena  adanya ruang udara yang berasal dari pemisahan cairan

jaringan yang panas dari sel-sel tersebut. Jaringan tersebut menjadi lebih eosinofil. Bagian

terluar epidermis dapat terlepas. Sel-sel pada epidemis menjadi panjang, dengan nukleus

terpusat dan menjadi besar, gambaran di atas dapat dikatakan sebagai akibat dari  pengaruh

listrik, tapi gambaran yang sama juga akan didapatkan pada kasus-kasus seperti luka bakar

yang bersih, atau lesi hipotermi.

Perubahan pada otak dapat di gambarkan, hanya bila penyebab kematian karena

jantungnya. Perdarahan petekie, rongga disekitar pembuluh darah kecil, dan sobekan pada

substansia alba dapat digambarkan. Mikroskopik elektron memberikan gambaran yang

berbeda-beda, khususnya pada nukleus dari sel-sel kulit, yang telah berubah bentuknya oleh

gumpalan kromatin.

Pada organ-organ dalam, tidak ada gambaran yang jelas akibat listrik. Gambaran

ombak dan fragmentasi pada serat miokard dapat  diungkapkan, tapi tidak mempunyai arti

diagnosis. Kontraksi pita pada serat, khususnya gambaran ”bark-like”, dapat kita temukan,

tapi sekali lagi hal ini tidaklah spesifik, sebab hal ini dapat juga kita temukan pada

myocardium subepicardial setelah dilakukannya resusitasi dengan defibrilator.

Page 30: forensik

Mati Karena Sengatan Listrik Di Dalam Kamar Mandi 

            Kamar mandi merupakan tempat yang paling sering mengakibatkan kematian karena

sengatan listrik. Kecelakaan, bunuh diri atau  pembunuhan sering terjadi di sini, karena

sangat mudah menimbulkan kejutan listrik.

Kamar mandi merupakan tempat yang paling berbahaya di rumah, disebabkan karena 

lingkungannya yang basah, banyak terdapat air, benda-benda seperti keran air dan pipanya,

tubuh yang tidak menggunakan pakaian, dimana semunya itu dapat mendatangkan tahanan

listrik yang rendah.

            Kecelakaan sering sekali terjadi, biasanya akibat dari pemakaian alat-alat listrik

seperti hairdryer dan alat pemanas.

            Sebagian besar negara-negara Eropa mempunyai  peraturan yang ketat tentang

pemasangan arus listrik di dalam kamar mandi sebab hal ini sangat berbahaya. Di Inggris,

pemakaian saklar dinding lampu pada tembok, tidak diperbolehkan, saklar pada langit-langit

dioperasikan dengan menggunakan kawat penyekat yang diperintahkan. Tidak ada stop

kontak yang disediakan kecuali untuk keadaan dimana stop kontak dipakai untuk menaik

turunkan perpindahan dengan menggunakan arus keluar yang rendah. Kesal dengan hal ini,

orang-orang bodoh  menggunakan perluasan timah atau penyumbat ke dalam stop kontak

lampu untuk mengoperasikan berbagai macam alat-alat.

 

Bunuh Diri Dengan Menggunakan Listrik 

            Saat ini, angka kematian bunuh diri dengan menggunakan arus listrik di dalam kamar

mandi semakin meningkat. Seperti telah digambarkan oleh Bonte et  al meningkatnya jumlah

kasus di daerah bekas Jerman Barat, telah menjadi perhatian yang luar biasa. Banyak rencana

di buat pada kasus bunuh diri di dalam kamar mandi, diantaranya dengan menarik alat-alat

listrik ke dalam air sehingga menghasilkan hubungan yang kompleks dari piringan sabun 

metal ke tubuh kita.

 

Pembunuhan Dengan Menggunakan Listrik 

            Pembunuhan, kadang-kadang dilakukan dengan listrik. Berikut ini merupakan contoh

kasus pembunuhan menggunakan listrik yang terjadi di kamar mandi. Seorang wanita muda

Page 31: forensik

telah ditemukan tewas di dalam kamar mandinya, dengan alat pemanas listrik dibenamkan di

dekat kakinya. Alat pemanas tersebut telah dihubungkan dengan kabel panjang ke 240 V 13

amp stop kontak di dekat tempat tidur. Ini sesuai dengan gambaran kematian yang terjadi

akibat kelumpuhan pada saluran pernafasan.

            Otot-otot interkostal dan diapraghma mengalami spasme atau paralisis, sehingga

meninggalkan tanda berupa pembendungan dan cyanosis pada wajah, perubahan yang sama

juga terjadi  pada paru-paru. Di sini mungkin ditemukan  beberapa petekie pada pleura,

walaupun hal ini bukan merupakan tanda spesifik yang dapat membantu diagnosa. Saat

otopsi, tanda pembendungan biasanya ditemukan, dengan hipotesis post motem dark blue-

red.

 

Tewas karena Tersambar Halilintar 

Pada negara-negara tropis dan subtropis kematian karena tersambar halilintar bukan

merupakan hal yang umum dan, bahkan pada dataran tinggi, tragedi kadang-kadang terjadi

sejumlah orang terbunuh atau cedera pada kejadian tunggal. Sebagai contoh pada pertemuan

balap Ascot tahun 1955. Secara fisika serangan halilintar sulit dan tidak sepenuhnya

dimengerti. Voltase dan ampere yang dahsyat terlibat ketika sebuah petir yang bertegangan

tinggi dipancarkan via bunga api listrik yang besar ke tanah.

Orang yang tewas karena tersambar halilintar tidak lain adalah ketidaksengajaan dan

memberikan problem yang tidak nyata untuk ahli patologi forensik. Terkadang kewajaran

kematian mungkin tidak pasti jika jenazah ditemukan di udara terbuka tanpa tanda apapun

diatasnya, tapi biasanya ada laporan akan adanya serangan halilintar terdekat dan artefak,

seperti pakaian yang tercabik dan hangus dan objek metalik yang bermagnet dalam kantung,

dapat membantu menjelaskan kejadian itu.

Telah diketahui bahwa cedera karena halilintar sangat tidak terduga dan tak bisa

diprediksi. Dua orang dapat berdiri berdampingan selama terjadi halilintar dan salah satunya

mungkin terpotong dan terbunuh sementara yang lain tidak cedera. Kerusakan fisik pada

kasus yang fatal dapat bervariasi mulai dari nol hingga terbakar seluruhnya, fraktur dan

kerusakan jaringan. Tanda pada kulit mungkin ada, yang disebut pola ‘gambaran seperti pakis

(fernlike)’ atau ‘tanaman menjalar (arboresque)’. Tanda berwarna merah yang ireguler sering

luka bakar derajat satu yang bergaris lurus, dapat mengikuti lipatan kulit, terutama jika

lembab oleh keringat. Tanda ini panjangnya mungkin beberapa inchi dan umumnya

Page 32: forensik

mengikuti sumbu panjang tubuh terhadap tanah. Luka lepuh atau hangus juga terdapat pada

beberapa kasus.

Pakaian mungkin terlepas dan ini terkadang dapat menimbulkan kecurigaan dari

pelanggaran jika aspek halilintar jelas. Pakaian khasnya terbuka seperti oleh ledakan dari

dalam, dan sabuk dan sepatu mungkin sama juga ruptur. Objek metal dalam kantung

mungkin menyatu atau bermagnet, seperti mungkin kancing metal dan tambalan gigi. Luka

bakar pada kulit mungkin berdekatan dengan objek metal didalam atau diluar pakaian.

Sering terdapat bau hangus atau panas disekitar tubuh dan pakaiannya. Rambut

mungkin hangus dan sering terdapat cedera kepala, disebabkan baik oleh karena tersambar

halilintar itu sendiri atau oleh karena jatuh ke tanah.