Forearc

12
Rama Iksan Ardila M. Arief Budiman Panji Nur Ihsan Hadi Santoso Dito Widyatmoko Wimbo Prakoso Jati

description

.

Transcript of Forearc

Page 1: Forearc

Rama Iksan ArdilaM. Arief BudimanPanji Nur IhsanHadi SantosoDito WidyatmokoWimbo Prakoso Jati

Page 2: Forearc

KEMUNGKINAN KETERDAPATAN HIDROKARBON DI CEKUNGAN BENGKULU.

Oleh :Tim Forearc Basin

Page 3: Forearc

PENDAHULUANCekungan Bengkulu merupakan salah satu cekungan batuan sedimen Tersier di

Pulau Suma-tera yang termasuk ke dalam cekungan busur muka. Selama ini cekungan Tersier di Indonesia yang banyak menghasilkan minyak bumi adalah yang termasuk ke dalam cekungan busur belakang. Pada saat ini, produksi minyak bumi yang dihasilkan dari cekungan busur belakang mulai berkurang, sehingga eksplorasi minyak bumi di Indonesia mulai diarahkan ke daerah cekungan di busur muka.

Page 4: Forearc

Fisiografi Daerah Penelitian

Pardede dkk., (1993) membagi daerah Sumatra bagian Selatan menjadi tiga zona fisografi yaitu :

Zona bengkulu berada pada bagian barat sumatera yang meliputi daerah

pantai sampai ke dataran rendah Perbukitan Barisan. Zona ini berupa dataran rendah yang dibatasi oelh samudra Indonesia dan bagian barat perbukitan barisan.

Page 5: Forearc

Stratigrafi Daerah Penelitian

Page 6: Forearc
Page 7: Forearc

Batuan tertua yang tersingkap di daerah ini adalah Formasi Hulusimpang (lava, breksi gunung api, dan tuf) yang berumur Oligosen - Miosen Awal. Bagian atas formasi ini menjemari dengan bagian bawah Formasi Seblat (perselingan batulempung, batulempung gampingan, batulanau dengan sisipan batupasir dan konglomerat) yang berumur Miosen Awal sampai Tengah. Batuan terobosan dalam (granit dan diorit) yang berumur Miosen Tengah menerobos Formasi Hulusimpang dan Formasi Seblat (Gafoer drr., 1992; dan Amin drr., 1994).

Formasi Lemau (batulempung, batulempung gampingan, batubara, batupasir, dan konglomerat), yang berumur Miosen Tengah-Akhir dan terendapkan di daerah transisi sampai laut dangkal menindih secara tak selaras Formasi Seblat (Yulihanto drr., 1995). Kemudian Formasi Lemau yang tertindih secara tak selaras oleh Formasi Simpangaur (batupasir konglomeratan, batupasir, batulumpur mengandung cangkang moluska dan batupasir tufan), berumur Miosen Akhir – Pliosen, dan terendapkan di daerah transisi.

Formasi Bintunan (batuan tufan, konglomerat polimik, tuf, dan batulempung tufan dengan sisipan lignit dan sisa tumbuhan) berumur Plio-Plistosen, yang terendapkan di lingkungan air tawar sampai payau dan setempat laut dangkal, menindih tak selaras Formasi Simpangaur (Gafoer drr., 1992), sedangkan menurut Yulihanto drr. (1995; Gambar 3) bagian bawah Formasi Bintunan tersebut menjemari dengan bagian atas Formasi Simpangaur

Page 8: Forearc

KETERDAPATAN HIDROKARBONKeterdapatan hidrokarbon di suatu daerah dapat ditentukan oleh

batuan induk atau batuan pembawa hidrokarbon (source rock), batuan penyimpan hidrokarbon (reservoar), batuan penutup (cap rock), dan kondisi geologi yang membentuk cebakan hidrokarbon.A. Batuan Induk.

Batuan induk atau batuan pembawa hidrokarbon (source rock) adalah batuan tempat hidrokarbon secara alami dapat terbentuk. Batuan ini merupakan batuan sedimen klastika halus yang terdiri atas serpih dan batulumpur, berwarna kelabu gelap sampai hitam, berlembar sampai berlaminasi, setempat berstruktur sedimen laminasi sejajar dan kaya akan material organik, yang pada umummya terendapkan dalam lingkungan lakustrin. Formasi Lemau yang berpotensi sebagai batuan induk.

B. Batuan waduk ( Reservoar ) Batuan waduk (reservoir rock) adalah batuan tempat hidrokarbon terakumulasi. Batuan waduk ini umumnya merupakan batuan sedimen klastika kasar, mempunyai porositas dan permeabilitas yang baik, dan juga mempunyai volume yang cukup besar. Pada umumnya, yang bertindak sebagai batuan induk adalah batupasir dan batugamping. Batuan tersebut di Cekungan Bengkulu dijumpai dalam Formasi Seblat dan Lemau. Porositas merupakan faktor utama yang menentukan kualitas batuan waduk, sedangkan proses diagenesis sangat mempengaruhi kualitas porositas batuan Formasi Lemau dan Seblat (Heryanto, 2006a, 2007a,b).

Page 9: Forearc

C. Batuan penutup (Caprock) sebagai penutup dan pencegah hidrokarbon yang sudah

terakumulasi dalam batuan waduk bermigrasi ke tempat lain. Batuan yang dapat menjadi batuan penutup adalah batulempung yang pejal dan kedap air. Batuan seperti ini di daerah penelitian dijumpai sebagai sisipan, baik dalam Formasi Seblat.

D. Cebakan Hidrokarbon.Cebakan hidrokarbon adalah kondisi geologi setempat

yang dapat membentuk cebakan hidrokarbon, dan hidrokarbon yang telah bermigrasi dari batuan induk terperangkap dalam batuan waduk. Kondisi geologi yang dapat menunjang cebakan hidrokarbon adalah stratigrafi dan struktur geologi. Stratigrafi adalah posisi satuan batuan terhadap satuan lainnya, sedang struktur geologi adalah perubahan kondisi dari satuan batuan akibat tektonik. Struktur geologi terdiri atas lipatan dan sesar. Lipatan dan sesar banyak dijumpai di daerah penelitian. Arah sumbu lipatan yang terdapat dalam batuan sedimen di Cekungan Bengkulu berarah barat laut – tenggara, sejajar dengan arah Pulau Sumatera.

Page 10: Forearc
Page 11: Forearc

Evolusi CekunganCekungan Bengkulu adalah salah satu cekungan forearc di Indonesia.

Cekungan forearc artinya cekungan yang berposisi di depan jalur volkanik (fore – arc ; arc = jalur volkanik). Berdasarkan berbagai kajian geologi, disepakati bahwa Pegunungan Barisan( dalam hal ini adalah volcanic arc -nya) mulai naik di sebelah barat Sumatra pada Miosen Tengah. Pengaruhnya kepada Cekungan Bengkulu adalah bahwa sebelum Misoen Tengah berarti tidakada forearc basin Bengkulu sebab pada saat itu arc -nya sendiri tidak ada.Sebelum Miosen Tengah, atau Paleogen, Cekungan Bengkulu masih merupakan bagian paling barat Cekungan Sumatera Selatan. Lalu pada periode setelah Miosen Tengah atau Neogen, setelah Pegunungan Barisan naik, Cekungan Bengkulu dipisahkan dari Cekungan Sumatera Selatan. Mulai saat itulah,Cekungan Bengkulu menjadi cekungan forearc dan CekunganSumatera Selatan menjadi cekungan backarc (belakang busur).

Sejarah penyatuan dan pemisahan Cekungan Bengkulu dari Cekungan Sumatera Selatan dapat dipelajari dari stratigrafi Paleogen dan Neogen kedua cekungan itu. Dapat diamati bahwa pada Paleogen, stratigrafi kedua cekungan hampir sama. Keduanya mengembangkan sistem graben di beberapa tempat. Di Cekungan Bengkulu ada Graben Pagarjati, Graben Kedurang-Manna, Graben Ipuh (pada saat yang sama di Cekungan SumateraSelatan saat itu ada graben-graben Jambi, Palembang, Lematang,dan Kepahiang). Tetapi setelah Neogen, Cekungan Bengkulu masuk kepada cekungan yang lebih dalam daripada Cekungan Sumatera Selatan, dibuktikan oleh berkembangnya terumbu –terumbu karbonat yang masif pada Miosen Atas yang hampir ekivalen secara umur dengan karbonat Parigi di Jawa Barat (paraoperator yang pernah bekerja di Bengkulu menyebutnya sebagai karbonat Parigi juga). Pada saat yang sama, di Cekungan Sumatera Selatan lebih banyak sedimen-sedimen regresif (Formasi Air Benakat/Lower Palembang dan Muara Enim/Middle Palembang) karena cekungan sedang mengalami pengangkatan dan inversi.Secara tektonik, mengapa terjadi perbedaan stratigrafi pada Neogen di Cekungan Bengkulu yaitu disebabkan Cekungan Bengkulu dalam fase penenggelaman sementara Cekungan Sumatera Selatan sedang terangkat.

Page 12: Forearc

SEKIAN DAN TERIMA KASIH