Fokus Pembangunan Jangan Teralihkan oleh SARAgelora45.com/news/SP_20170404_02.pdfmengusung isu SARA...

1
[JAKARTA] Isu SARA untuk mengadu domba antargolong- an kencang disuarakan sejak menjelang Pilgub DKI Jakarta. Setelah isu agama, ras, PKI, kini muncul isu pribumi dan nonpribumi. Semua isu tersebut bertujuan untuk membuat bangsa ini terpecah serta terja- di disorientasi terhadap Pancasila, fondasi negara yang berdasarkan kemajemukan. Kelompok-kelompok yang mengusung isu SARA ini ternyata juga berusaha meng- goyang pemerintahan yang sah. Karena itu bangsa ini tidak boleh terjebak pada perbedaan suku, ras, agama dan antargo- longan. Sebaliknya, pemerintah dan rakyat tetap fokus pada isu utama bangsa saat ini yakni menekan kemiskinan dan kesenjangan sosial, memberan- tas korupsi, terorisme, serta peredaran narkotika, memaju- kan pendidikan dan mengop- timalkan kualitas angkatan kerja, melindungi anak-anak dan perempuan terhadap keke- rasan, menanggulangi penye- baran intoleransi. Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan UGM Tony Prasetiantono delapan isu pokok tersebut merupakan faktor-fak- tor yang membuat Indonesia tertinggal dibanding negara lain sehingga pembenahannya harus menjadi fokus pemerintahan. Faktor pendidikan, bagi Tony, merupakan prioritas tertinggi. Pendidikan yang baik bisa meningkatkan pendapatan, mengurangi kesenjangan, sekaligus mengurangi radika- lisme. Selain itu, kualitas demokrasi juga akan membaik jika level pendidikan dan pen- dapatan relatif tinggi. “Keran demokrasi kita dibuka pada saat tingkat pen- didikan dan pendapatan kita masih rendah pada 1998. Akibatnya, demokrasi justru membuka pintu intoleransi, radikalisme, dan korupsi. Ini tentu saja bukan hal yang kita harapkan. Perlu waktu yang tidak mungkin seketika untuk mewujudkan tingkat pendidik- an dan pendapatan yang tinggi,” kata dia. Tiongkok, katanya, mulai melakukan reformasi di era Deng Xiaoping pada 1979, dan baru menikmati pertumbuhan ekonomi double digit pada 2001 dan berhasil bertahan hingga 2008, saat dunia tercekam krisis ekonomi global (subpri- me mortgage crisis). Menurut ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, delapan masalah pokok tadi saling berhubungan. Bila ketimpang- an tinggi pasti konflik sosial lebih rentan terjadi. Solusi mengurai masalah ketimpang- an yaitu penciptaan lapangan kerja yang merata dan pening- katan instrumen jaminan sosial seperti jaminan kesehat- an dan pensiun, bahkan jamin- an sosial bagi lansia agar masyarakat yang rentan dapat tertolong. “Sangat mendesak pembe- nahannya. Soal ketimpangan itu bom waktu. Karena efeknya bisa sampai konflik politik. Kita belajar di Mesir Tunisia dan sebagainya yang kena Arab Spring (gelombang revolusi unjuk rasa dan protes yang terjadi di dunia Arab, Red). Gini rasio tembus 0,5 di nega- ra-negara itu. Angka pengang- guran remajanya tinggi. Kalau kondisi Indonesia terus dibiar- kan nasibnya bisa jadi seperti Arab Spring,” tukasnya. Fokus program pemerintah seperti reforma agraria dengan mendistribusikan tanah ke petani, tegasnya, harus segera terealisasi. Langkah ini perlu untuk mengurangi ketimpang- an antar wilayah. Terkait data INFID bahwa kekayaan empat orang terkaya di Indonesia sama dengan gabungan kekayaan 100 juta orang termiskin, menurut Bhima, masih diragukan dari sisi metodologi. Sebab, selama ini pengukuran data ketimpang- an di Indonesia lebih umum menggunakan pendekatan pengeluaran. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution juga pernah mengatakan, data yang dirilis Oxfam terkait ketimpangan orang miskin dengan orang kaya tersebut perlu dilakukan perhitungan yang lebih cermat dan akurat. Juru Bicara Oxfam Indonesia Dini Widiastuti mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum diimbangi dengan pembagian pendapatan yang merata. Sehingga, ketimpangan yang tampak di Indonesia menjadi sangat terlihat. Dini menambahkan, kesen- jangan antara kekayaan orang super kaya dan kelompok lainnya dapat menjadi ancam- an. Sebab, jika ketimpangan tidak segera diatasi maka upaya pemerintah menurunkan kemis- kinan akan mengalami ham- batan. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia terus menurun sejak tahun 1998 yakni dari 49,5 juta penduduk (24,2%) menjadi 27,76 juta penduduk (10,7%). Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan penu- runan juga terjadi tahun lalu di mana jumlah penduduk miskin turun dari 28,01 juta (10,86%) di bulan Maret 2016 ke 27,76 juta (10,70%) di bulan September 2016 atau turun 250.000 orang. Isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) masih digunakan oleh kelompok-ke- lompok yang masih mengang- gap SARA merupakan variab- le terpenting dalam merebut hati pemilih di setiap perhela- tan Pilkada maupun Pilpres. Isu SARA biasanya juga dihembuskan lawan politik yang tidak tahu bagaimana lagi caranya menjatuhkan lawan. Jalan Termudah Menurut pengamat politik Universitas Indonesia (UI), Cecep Hidayat, isu SARA biasa digunakan oleh kelompok-ke- lompok yang mencari jalan termudah untuk merebut hati masyarakat yang satu golong- an. “Isu ini sengaja diembuskan agar lawan politik yang memi- liki latar belakang suku, agama dan ras yang berbeda bisa dipolitisasi,” katanya, Selasa (4/4). Menurutnya, isu agama bisa dilakukan siapa saja, baik itu pihak-pihak yang sakit hati dalam Pilpres 2014, tim sukses, hingga kelompok-kelompok keagamaan garis keras. Bila kejadiannya sudah demikian masif, biasanya justru dilakukan secara serentak dan melibatkan seluruh unsur tersebut. Jika tidak diantisipasi dengan baik oleh pemerintah melalui seluruh aparatur pene- gak hukumnya, isu SARA dapat berkembang luas sehingga mengancam kestabilan politik nasional. “Ada kelompok-ke- lompok yang bisa memanfaat- kan situasi di DKI. Kelompok ini kecil, tetapi pintar meman- faatkan situasi dan membonceng melalui aksi-aksi massa seper- ti 212 hingga 313,” ungkapnya. Sosiolog Universitas Gadjah Mada, Arie Sudjito mengatakan, makin memanasnya Pilkada DKI Jakarta berdampak pada cara pandang orang dalam pilkada dan pemilu. Isu SARA seharusnya menjadi isu yang tidak lagi relevan. Isu itu sengaja diangkat oleh kalangan elite politik maupun elite ekonomi karena telah kehilangan bahan, pada- hal tema keindonesiaanlah yang harus diangkat. Jika isu SARA dibiarkan, lanjutnya, akan terjadi disorientasi terhadap Pancasila sebagai fondasi negara yang memperlihatkan integrasi yang dibangun ber- dasarkan kemajemukan. Menurut Arie, masyarakat sesungguhnya tidak mudah terpancing ke arah itu. Namun ada sekelompok elite yang menggoreng jebakan ke arah sana. Sosiolog Universitas Airlangga, Bagong Suyanto mengungkapkan, di Indonesia perbedaan secara horizontal terakumulasi dengan perbeda- an secara vertikal, sehingga rentan konflik. "Isu SARA dengan mudah menjadi instru- men untuk kepentingan politik. Sebab yang dicari adalah sentimen, bukan rasionalitas program," ucapnya. [R-15/O-2/Y-7] Utama 2 Suara Pembaruan Selasa, 4 April 2017 M antan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Marwan Jafar disebut-sebut bakal didorong untuk maju menjadi calon gubernur Jawa Tengah (Jateng) periode 2018-2023. Sampai saat ini, dikabarkan sudah 10 pengurus cabang Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Jateng yang mendu- kung Marwan untuk menjadi cagub. “Kami dorong Pak Marwan untuk maju sebagai cagub. Sudah ada 10 pengu- rus DPC PKB di Jateng yang mendukung,” kata sumber SP di Jakarta, Senin (3/4). Sumber itu mengatakan, pengurus di daerah sudah sepakat untuk mengusung Marwan bukan hanya karena dia adalah kader partai. “Marwan ada- lah kader PKB yang mumpuni serta mempunyai banyak pengalaman. Sudah dipertimbangkan dengan matang. Masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) dan Jateng mendukung tokoh ini,” katanya. Dikatakan, Marwan ber- pengalaman, karena pernah duduk di pemerintahan, legis- latif, serta aktif di lembaga keagamaan. Sosoknya dianggap bisa membawa per- ubahan untuk masyarakat Jateng. “Pak Marwan juga merupa- kan putra daerah. Dia lahir dan dibesarkan di Pati. Dia dua kali menjadi anggota DPR, pernah menjadi mente- ri, dan tentunya paham dengan persoalan di masyara- kat,” ujarnya. Sumber itu melanjutkan, para pengurus cabang nanti- nya akan mengusulkan kepa- da pengurus wilayah PKB untuk segera menggelar musyawarah pimpinan. Mereka berharap Marwan menjadi satu-satunya calon yang diusung PKB. “Keputusan ini berdasarkan hasil konsolidasi parlemen di Jateng. Segenap pengurus DPC PKB menghendaki ada cagub dengan figur yang tidak terlibat korupsi,” kata- nya. [W-12] Fokus Pembangunan Jangan Teralihkan oleh SARA Marwan Jadi Cagub Jateng? ANTARA/AKBAR NUGROHO GUMAY Sejumlah pelajar menggelar aksi damai menolak aksi teror di Jakarta, baru-baru ini. Dalam aksinya mereka menyerukan perdamaian serta persatuan kepada seluruh warga Indonesia.

Transcript of Fokus Pembangunan Jangan Teralihkan oleh SARAgelora45.com/news/SP_20170404_02.pdfmengusung isu SARA...

[JAKARTA] Isu SARA untuk mengadu domba antargolong-an kencang disuarakan sejak menjelang Pilgub DKI Jakarta. Setelah isu agama, ras, PKI, kini muncul isu pribumi dan nonpribumi. Semua isu tersebut bertujuan untuk membuat bangsa ini terpecah serta terja-di disorientasi terhadap Pancasila, fondasi negara yang berdasarkan kemajemukan.

Kelompok-kelompok yang mengusung isu SARA ini ternyata juga berusaha meng-goyang pemerintahan yang sah. Karena itu bangsa ini tidak boleh terjebak pada perbedaan suku, ras, agama dan antargo-longan. Sebaliknya, pemerintah dan rakyat tetap fokus pada isu utama bangsa saat ini yakni menekan kemiskinan dan kesenjangan sosial, memberan-tas korupsi, terorisme, serta peredaran narkotika, memaju-kan pendidikan dan mengop-timalkan kualitas angkatan kerja, melindungi anak-anak dan perempuan terhadap keke-rasan, menanggulangi penye-baran intoleransi.

Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan UGM Tony Prasetiantono delapan isu pokok tersebut merupakan faktor-fak-tor yang membuat Indonesia tertinggal dibanding negara lain sehingga pembenahannya harus menjadi fokus pemerintahan.

Faktor pendidikan, bagi Tony, merupakan prioritas tertinggi. Pendidikan yang baik bisa meningkatkan pendapatan, mengurangi kesenjangan, sekaligus mengurangi radika-lisme. Selain itu, kualitas demokrasi juga akan membaik jika level pendidikan dan pen-dapatan relatif tinggi.

“Keran demokrasi kita dibuka pada saat tingkat pen-didikan dan pendapatan kita masih rendah pada 1998. Akibatnya, demokrasi justru membuka pintu intoleransi, radikalisme, dan korupsi. Ini tentu saja bukan hal yang kita harapkan. Perlu waktu yang tidak mungkin seketika untuk mewujudkan tingkat pendidik-an dan pendapatan yang tinggi,” kata dia.

Tiongkok, katanya, mulai

melakukan reformasi di era Deng Xiaoping pada 1979, dan baru menikmati pertumbuhan ekonomi double digit pada 2001 dan berhasil bertahan hingga 2008, saat dunia tercekam krisis ekonomi global (subpri-me mortgage crisis).

Menurut ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima Yudhistira Adhinegara, delapan masalah pokok tadi saling berhubungan. Bila ketimpang-an tinggi pasti konflik sosial lebih rentan terjadi. Solusi mengurai masalah ketimpang-an yaitu penciptaan lapangan kerja yang merata dan pening-katan instrumen jaminan sosial seperti jaminan kesehat-an dan pensiun, bahkan jamin-an sosial bagi lansia agar masyarakat yang rentan dapat tertolong.

“Sangat mendesak pembe-nahannya. Soal ketimpangan itu bom waktu. Karena efeknya bisa sampai konflik politik. Kita belajar di Mesir Tunisia dan sebagainya yang kena Arab Spring (gelombang revolusi

unjuk rasa dan protes yang terjadi di dunia Arab, Red). Gini rasio tembus 0,5 di nega-ra-negara itu. Angka pengang-guran remajanya tinggi. Kalau kondisi Indonesia terus dibiar-kan nasibnya bisa jadi seperti Arab Spring,” tukasnya.

Fokus program pemerintah seperti reforma agraria dengan mendistribusikan tanah ke petani, tegasnya, harus segera terealisasi. Langkah ini perlu untuk mengurangi ketimpang-an antar wilayah.

Terkait data INFID bahwa kekayaan empat orang terkaya di Indonesia sama dengan gabungan kekayaan 100 juta orang termiskin, menurut Bhima, masih diragukan dari sisi metodologi. Sebab, selama ini pengukuran data ketimpang-an di Indonesia lebih umum menggunakan pendekatan pengeluaran.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution juga pernah mengatakan, data yang dirilis Oxfam terkait ketimpangan orang miskin dengan orang kaya tersebut

perlu dilakukan perhitungan yang lebih cermat dan akurat.

Juru Bicara Oxfam Indonesia Dini Widiastuti mengatakan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum diimbangi dengan pembagian pendapatan yang merata. Sehingga, ketimpangan yang tampak di Indonesia menjadi sangat terlihat.

Dini menambahkan, kesen-jangan antara kekayaan orang super kaya dan kelompok lainnya dapat menjadi ancam-an. Sebab, jika ketimpangan tidak segera diatasi maka upaya pemerintah menurunkan kemis-kinan akan mengalami ham-batan.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia terus menurun sejak tahun 1998 yakni dari 49,5 juta penduduk (24,2%) menjadi 27,76 juta penduduk (10,7%). Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan penu-runan juga terjadi tahun lalu di mana jumlah penduduk miskin turun dari 28,01 juta (10,86%) di bulan Maret 2016 ke 27,76 juta (10,70%) di bulan September 2016 atau turun 250.000 orang.

Isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) masih digunakan oleh kelompok-ke-lompok yang masih mengang-gap SARA merupakan variab-le terpenting dalam merebut hati pemilih di setiap perhela-tan Pilkada maupun Pilpres. Isu SARA biasanya juga dihembuskan lawan politik yang tidak tahu bagaimana lagi caranya menjatuhkan lawan.

Jalan TermudahMenurut pengamat politik

Universitas Indonesia (UI), Cecep Hidayat, isu SARA biasa digunakan oleh kelompok-ke-lompok yang mencari jalan termudah untuk merebut hati masyarakat yang satu golong-an. “Isu ini sengaja diembuskan agar lawan politik yang memi-liki latar belakang suku, agama dan ras yang berbeda bisa dipolitisasi,” katanya, Selasa (4/4).

Menurutnya, isu agama bisa dilakukan siapa saja, baik itu pihak-pihak yang sakit hati dalam Pilpres 2014, tim sukses, hingga kelompok-kelompok keagamaan garis keras. Bila kejadiannya sudah demikian masif, biasanya justru dilakukan secara serentak dan melibatkan seluruh unsur tersebut.

Jika tidak diantisipasi dengan baik oleh pemerintah melalui seluruh aparatur pene-gak hukumnya, isu SARA dapat berkembang luas sehingga mengancam kestabilan politik nasional. “Ada kelompok-ke-lompok yang bisa memanfaat-kan situasi di DKI. Kelompok ini kecil, tetapi pintar meman-faatkan situasi dan membonceng melalui aksi-aksi massa seper-ti 212 hingga 313,” ungkapnya.

Sosiolog Universitas Gadjah Mada, Arie Sudjito mengatakan, makin memanasnya Pilkada DKI Jakarta berdampak pada cara pandang orang dalam pilkada dan pemilu. Isu SARA seharusnya menjadi isu yang tidak lagi relevan.

Isu itu sengaja diangkat oleh kalangan elite politik maupun elite ekonomi karena telah kehilangan bahan, pada-hal tema keindonesiaanlah yang harus diangkat. Jika isu SARA dibiarkan, lanjutnya, akan terjadi disorientasi terhadap Pancasila sebagai fondasi negara yang memperlihatkan integrasi yang dibangun ber-dasarkan kemajemukan.

Menurut Arie, masyarakat sesungguhnya tidak mudah terpancing ke arah itu. Namun ada sekelompok elite yang menggoreng jebakan ke arah sana.

Sosiolog Universitas Airlangga, Bagong Suyanto mengungkapkan, di Indonesia perbedaan secara horizontal terakumulasi dengan perbeda-an secara vertikal, sehingga rentan konflik. "Isu SARA dengan mudah menjadi instru-men untuk kepentingan politik. Sebab yang dicari adalah sentimen, bukan rasionalitas program," ucapnya. [R-15/O-2/Y-7]

Utama2 Sua ra Pem ba ru an Selasa, 4 April 2017

Mantan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal

dan Transmigrasi Marwan Jafar disebut-sebut bakal didorong untuk maju menjadi calon gubernur Jawa Tengah (Jateng) periode 2018-2023. Sampai saat ini, dikabarkan sudah 10 pengurus cabang Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di Jateng yang mendu-kung Marwan untuk menjadi cagub.

“Kami dorong Pak Marwan untuk maju sebagai cagub. Sudah ada 10 pengu-

rus DPC PKB di Jateng yang mendukung,” kata sumber SP di Jakarta, Senin (3/4). Sumber itu mengatakan, pengurus di daerah sudah sepakat untuk mengusung Marwan bukan hanya karena dia adalah kader partai.

“Marwan ada-lah kader PKB yang mumpuni serta mempunyai banyak pengalaman. Sudah dipertimbangkan dengan matang. Masyarakat Nahdlatul Ulama (NU) dan Jateng mendukung tokoh

ini,” katanya.Dikatakan, Marwan ber-

pengalaman, karena pernah duduk di pemerintahan, legis-latif, serta aktif di lembaga

keagamaan. Sosoknya dianggap bisa membawa per-ubahan untuk

masyarakat Jateng. “Pak Marwan juga merupa-kan putra daerah. Dia lahir dan dibesarkan di Pati. Dia dua kali menjadi anggota DPR, pernah menjadi mente-ri, dan tentunya paham dengan persoalan di masyara-

kat,” ujarnya.Sumber itu melanjutkan,

para pengurus cabang nanti-nya akan mengusulkan kepa-da pengurus wilayah PKB untuk segera menggelar musyawarah pimpinan. Mereka berharap Marwan menjadi satu-satunya calon yang diusung PKB. “Keputusan ini berdasarkan hasil konsolidasi parlemen di Jateng. Segenap pengurus DPC PKB menghendaki ada cagub dengan figur yang tidak terlibat korupsi,” kata-nya. [W-12]

Fokus Pembangunan Jangan Teralihkan oleh SARA

Marwan Jadi Cagub Jateng?

ANTARA/AkbAR NugRoho gumAy

Sejumlah pelajar menggelar aksi damai menolak aksi teror di Jakarta, baru-baru ini. Dalam aksinya mereka menyerukan perdamaian serta persatuan kepada seluruh warga Indonesia.