Fokus Askep 2

9
1. Pengkajian Fokus Fokus pengkajian dilakukan pada pemeriksaan fisik, analisis hasil EKG, dan radiogram toraks, dan ekokardiografi. Dari pemeriksaan EKG dapat terlihat adanya gelombang P mitral berupa takik pada gelombang P dengan gambaran kompleks QRS yang normal. Pada tahap lebih lanjut dapat terlihat perubahan aksis frontal yang bergeser ke kanan dan kemudian akan terlihat gambaran RS pada hantaran prekordial kanan. Dari pemeriksaan foto thoraks, didapatkan pembesaran atrium kiri serta pembesaran arteri pulmonalis, penonjolan vena pulmonalis dan tanda-tanda bendungan pada lapangan paru. Pada pemeriksaan fisik, pada auskultasi dapat dijumpai adanya S1 akan mengeras, hal ini hanya terjadi bila pergerakan katup mitral masih dapat fleksibel. Bila sudah terdapat kalsifikasi dan atau penebalan pada katup mitral, S1 akan melemah. S2 (P2) akan mengeras sebagai akibat adanya hipertensi arteri pulmonalis. (Buku Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Katup dan Otot Jantung). Pada ekokardiografi ditemukan berkurangnya permukaan katup mitral dan terjadi penebalam katup akibat fibrosis dan multiple mitral valve echo akibat kalsifikasi. Stenosis katup mitral menyebabkan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri terhambat sehingga terjadi tahanan tinggi di atrium kiri. Hal tersebut menyebabkan volume darah di atrium kiri tidak banyak berkurang saat sistolik, kontraksi atrium kiri meningkat, sehingga pada radiogram toraks akan tampak pembesaran atau hipertrofi atrium kiri. Terhambatnya aliran darah juga dapat

description

kndkond

Transcript of Fokus Askep 2

Page 1: Fokus Askep 2

1. Pengkajian Fokus

Fokus pengkajian dilakukan pada pemeriksaan fisik, analisis hasil EKG, dan

radiogram toraks, dan ekokardiografi. Dari pemeriksaan EKG dapat terlihat adanya

gelombang P mitral berupa takik pada gelombang P dengan gambaran kompleks QRS

yang normal. Pada tahap lebih lanjut dapat terlihat perubahan aksis frontal yang bergeser

ke kanan dan kemudian akan terlihat gambaran RS pada hantaran prekordial kanan. Dari

pemeriksaan foto thoraks, didapatkan pembesaran atrium kiri serta pembesaran arteri

pulmonalis, penonjolan vena pulmonalis dan tanda-tanda bendungan pada lapangan paru.

Pada pemeriksaan fisik, pada auskultasi dapat dijumpai adanya S1 akan mengeras, hal ini

hanya terjadi bila pergerakan katup mitral masih dapat fleksibel. Bila sudah terdapat

kalsifikasi dan atau penebalan pada katup mitral, S1 akan melemah. S2 (P2) akan

mengeras sebagai akibat adanya hipertensi arteri pulmonalis. (Buku Asuhan Keperawatan

Klien dengan Gangguan Katup dan Otot Jantung). Pada ekokardiografi ditemukan

berkurangnya permukaan katup mitral dan terjadi penebalam katup akibat fibrosis dan

multiple mitral valve echo akibat kalsifikasi.

Stenosis katup mitral menyebabkan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri

terhambat sehingga terjadi tahanan tinggi di atrium kiri. Hal tersebut menyebabkan

volume darah di atrium kiri tidak banyak berkurang saat sistolik, kontraksi atrium kiri

meningkat, sehingga pada radiogram toraks akan tampak pembesaran atau hipertrofi

atrium kiri. Terhambatnya aliran darah juga dapat menyebabkan fibrilasi atrium kiri.

Darah yang tidak mengalir ke ventrikel kiri menyebabkan penurunan volume sekuncup

(volume yang dipompakan setiap kali sistolik) sehingga menurunkan curah jantung

(rumus curah jantung = volume sekuncul x frekuensi denyut jantung per menit). Hal ini

akan mengakibatkan pada pengkajian dapat ditemukan penurunan perfusi perifer (pada

inspeksi dapat ditemukan sianosis sentral dan perifer, contohnya dijumpai malar facial

flush yakni gambaran pipi yang merah keunguan); serebral; dan penurunan perfusi ginjal

(dapat menyebabkan perubahan pola eliminasi urin).

Akan tetapi, organ terdekat yakni paru-paru merupakan organ yang paling mudah

terpengaruh dari efek stenosis mitral. Tekanan tinggi pada atrium kiri akan menyebabkan

peningkatan tekanan vena pulmonal yang diteruskan ke paru-paru. Ketika tekanan

hidrostatik lebih besar dari tekanan onkotik pada pembuluh darah paru-paru, maka dapat

terjadi pecahnya vena dan kapiler. Hal ini selnajutnya menyebabkan merembesnya cairan

Page 2: Fokus Askep 2

ke interstitial sehingga menyebabkan edema pulmonal dengan gejala sesak napas pada

pasien. Sesak napas inilah yang menjadi gejala tersering yang membawa pasien pada

pusat kesehatan, misalnya rumah sakit. Sesak nafas terjadi bila melakukan aktivitas

(dyspnea d’ effort) dengan skala makin lama makin berat. Pada stenosis mitral yang berat,

keluhan sesak napas dapat timbul saat tidur malam (nocturnal dyspnea), bahkan dalam

keadaan istirahat sambil berbaring (orthopnea). Dalam hal ini, sesak napas dapat menjadi

keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang yang dapat ditemukan pada pengkajian.

Adapun fokus pengkajian pada sesak napas yang harus dilakukan adalah RR pasien, skala

sesak napas (ringan, sedang, berat), waktu awal terjadinya sesak napas (bandingkan

dengan kemungkinan sianosis yang tampak pada pasien), dan frekuensi sesak napas

(muncul atau memberat saat istirahat atau saat beraktifitas).

Disini juga perlu dilakukan pengkajian riwayat penyakit masa lalu pasien. Etiologi

stenosis mitral yang tersering merupakan demam rematik dimana 95% akan terjadi

karditis. Dengan begitu, pasien yang pernah mengalami demam rematik berisiko

mengalami stenosis mitral karena terbentuk antibodi (yang seharusnya menyerang bakteri

Streptococcus beta hemolitikus Group A) terhadap sel jantung. Namun, etiologi stenosis

mitral bukan hanya demam rematik namun dapat juga karsinoid, sistemik lupus

erimatosus, reumatoid artritis, mukopolisakaridosis, kelainan bawaan, dan beberapa

penyakit metabolic sehingga perlu dilakukan pengkajian secara mendalam.

Pada pengkajian 11 pola Fungsional Gordon, pengkajian difokuskan pada Pola

Aktivitas dan Latian. Dimana dalam hal ini, pernapasan pasien perlu dikaji berupa

frekuensi pernapasan pasien, kedalaman pernapasan, irama pernapasan. Pada pasien

dengan stenosis katup mitral biasanya terjadi sesak napas, adapun fokus pengkajian pada

sesak napas yang harus dilakukan adalah RR pasien, skala sesak napas (ringan, sedang,

berat), waktu awal terjadinya sesak napas, dan frekuensi sesak napas (muncul atau

memberat saat istirahat atau saat beraktifitas). Pada pasien dengan stenosis katup mitral

RR pasien biasanya > 20x/menit. Frekuensi sesak napas pasien biasanya memberat saat

melakukan aktivitas Pada stenosis mitral yang berat, keluhan sesak napas dapat timbul

saat tidur malam, bahkan dalam keadaan istirahat sambil berbaring.

Page 3: Fokus Askep 2

2. Fokus Diagnosa

Pasien dengan stenosis katup mitral seringkali datang dengan keluhan utama sesak

napas. Adapun sesak napas disebabkan oleh bagan singkat di bawah ini:

Terhambatnya aliran darah fase diastolik

Tekanan tinggi atrium kiri

Peningkatan tekanan vena pulmonal

Kapiler pecah, perembesan cairan ke interstitial paru

Ketidakefektifan Pola Napas

Edema paru, paru tidak bisa mengembang maksimal

Page 4: Fokus Askep 2

Adapun kemungkinan data objektif dan subjektif yang dapat ditemukan pada pasien:

DS: -

DO:

RR > 20x/menit

Pasien tampak kesulitan bernapas

Diagnosa utama yang dapat diangkat yakni:

Ketidakefektifan pola napas b.d disfungsi neuromuscular (muskulus papilaris pada

katup jantung mitral yang mengalami penebalan dan stenosis) ditandai dengan dispnea.

Diagnosa ini diangkat berdasarkan keluhan utama tersering pada pasien stenosis

mitral meskipun ada kemungkinan lain seperti pasien mengalami penurunan curah

jantung akibat stenosis mitral. Namun, berdasarkan keluhan utama dan berdasarkan

ABCDE, breath memiliki posisi yang lebih dahulu harus ditangani dibandingkan dengan

circulation.

3. Rencana Keperawatan

(Terlampir)

Page 5: Fokus Askep 2

No.

Diagnosa Rencana Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Ketidakefektifan

pola napas

berhubungan

dengan disfungsi

neuromukular

(muskulus

papilaris pada

katup jantung

mitral yang

mengalami

penebalan dan

stenosis) ditandai

dengan dispnea

Setelah diberikan asuhan

keperawatan selama ... x …menit

diharapkan pasien tidak mengalami

ketidakefektifan pola nafas dengan

kriteria hasil :

NOC Label : Respiratory Status :

Ventilation

1. Pasien tidak mengalami dispnea

pada saat beristirahat

2. Pasien tidak mengalami dispnea

pada saat latihan

3. Pasien tidak mengalami

orthopnea (sesak napas saat

terlentang)

NIC Label :

Embolus Care : Pulmonary

1. Evaluasi nyeri dada pada

pasien (seperti intensitas,

lokasi, durasi dan faktor yang

mengurangi nyeri)

2. Auskultasi bunyi paru berupa

adanya crackles atau bunyi

yang abnormal)

3. Monitor pola pernapasan

pasien berkaitan dengan

dispnea yang dirasakan oleh

pasien

4. Anjurkan pasien untuk

mempertahankan kenyamanan

NIC Label :

Embolus Care : Pulmonary

1. Nyeri dada terkadang muncul

pada pasien dengan stenosis

katup mitral, sehingga perlu

dievaluasi adanya nyeri agar

dapat memberikan intervensi

yang tepat untuk selanjutnya.

2. Mengetahui adanya bunyi

yang abnormal pada paru.

3. Mengetahui perkembangan

pola nafas pada pasien

terutama pada dispnea yang

terjadi.

4. Kenyamanan pasien dapat

mengurangi kebutuhan

oksigen terhadap sel tubuh,

sehingga dapat mengurangi

Page 6: Fokus Askep 2

NIC Label : Oxygen Therapy

1. Berikan terapi oksigen bila

dianjurkan

2. Monitor pemberian terapi

oksigen (seperti adanya

tanda dan gejala akibat

keracunan oksigen)

terjadinya dispnea.

NIC Label : Oxygen Therapy

1. Meningkatkan kenyamanan

pasien dan mencegah

terjadinya hipoksia jaringan.

2. Menghindari pemberian

konsentrasi pksigen yang

tidak tepat atau berlebih

Page 7: Fokus Askep 2

4. Implementasi

Implementasi fokus dilaksanakan berdasarkan pada hasil analisis pengkajian,

serta rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan. Namun, apabila dalam

pelaksanaan terdapat perubahan data objektif dan subjektif yang didapat dari maupun

yang tampak pada klien, maka harus dilakukan pengkajian ulang untuk menetapkan

intervensi yang tepat.

5. Evaluasi

Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan disfungsi neuromuskular

(muskulus papilaris pada katup jantung mitral yang mengalami penebalan dan

stenosis) ditandai dengan dispnea.

S : -

O : Pasien tidak mengalami dispnea pada saat beristirahat dan latihan serta pasien

tidak mengalami orthopnea (sesak napas saat terlentang)

A : Tujuan tercapai.

P : Pertahankan kondisi pasien dan lanjutkan intervensi, berupa monitor pola

pernapasan pasien berkaitan dengan dispnea yang dirasakan oleh pasien dan

anjurkan pasien untuk mempertahankan kenyamanan.