Fokus Askep 2
description
Transcript of Fokus Askep 2
1. Pengkajian Fokus
Fokus pengkajian dilakukan pada pemeriksaan fisik, analisis hasil EKG, dan
radiogram toraks, dan ekokardiografi. Dari pemeriksaan EKG dapat terlihat adanya
gelombang P mitral berupa takik pada gelombang P dengan gambaran kompleks QRS
yang normal. Pada tahap lebih lanjut dapat terlihat perubahan aksis frontal yang bergeser
ke kanan dan kemudian akan terlihat gambaran RS pada hantaran prekordial kanan. Dari
pemeriksaan foto thoraks, didapatkan pembesaran atrium kiri serta pembesaran arteri
pulmonalis, penonjolan vena pulmonalis dan tanda-tanda bendungan pada lapangan paru.
Pada pemeriksaan fisik, pada auskultasi dapat dijumpai adanya S1 akan mengeras, hal ini
hanya terjadi bila pergerakan katup mitral masih dapat fleksibel. Bila sudah terdapat
kalsifikasi dan atau penebalan pada katup mitral, S1 akan melemah. S2 (P2) akan
mengeras sebagai akibat adanya hipertensi arteri pulmonalis. (Buku Asuhan Keperawatan
Klien dengan Gangguan Katup dan Otot Jantung). Pada ekokardiografi ditemukan
berkurangnya permukaan katup mitral dan terjadi penebalam katup akibat fibrosis dan
multiple mitral valve echo akibat kalsifikasi.
Stenosis katup mitral menyebabkan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri
terhambat sehingga terjadi tahanan tinggi di atrium kiri. Hal tersebut menyebabkan
volume darah di atrium kiri tidak banyak berkurang saat sistolik, kontraksi atrium kiri
meningkat, sehingga pada radiogram toraks akan tampak pembesaran atau hipertrofi
atrium kiri. Terhambatnya aliran darah juga dapat menyebabkan fibrilasi atrium kiri.
Darah yang tidak mengalir ke ventrikel kiri menyebabkan penurunan volume sekuncup
(volume yang dipompakan setiap kali sistolik) sehingga menurunkan curah jantung
(rumus curah jantung = volume sekuncul x frekuensi denyut jantung per menit). Hal ini
akan mengakibatkan pada pengkajian dapat ditemukan penurunan perfusi perifer (pada
inspeksi dapat ditemukan sianosis sentral dan perifer, contohnya dijumpai malar facial
flush yakni gambaran pipi yang merah keunguan); serebral; dan penurunan perfusi ginjal
(dapat menyebabkan perubahan pola eliminasi urin).
Akan tetapi, organ terdekat yakni paru-paru merupakan organ yang paling mudah
terpengaruh dari efek stenosis mitral. Tekanan tinggi pada atrium kiri akan menyebabkan
peningkatan tekanan vena pulmonal yang diteruskan ke paru-paru. Ketika tekanan
hidrostatik lebih besar dari tekanan onkotik pada pembuluh darah paru-paru, maka dapat
terjadi pecahnya vena dan kapiler. Hal ini selnajutnya menyebabkan merembesnya cairan
ke interstitial sehingga menyebabkan edema pulmonal dengan gejala sesak napas pada
pasien. Sesak napas inilah yang menjadi gejala tersering yang membawa pasien pada
pusat kesehatan, misalnya rumah sakit. Sesak nafas terjadi bila melakukan aktivitas
(dyspnea d’ effort) dengan skala makin lama makin berat. Pada stenosis mitral yang berat,
keluhan sesak napas dapat timbul saat tidur malam (nocturnal dyspnea), bahkan dalam
keadaan istirahat sambil berbaring (orthopnea). Dalam hal ini, sesak napas dapat menjadi
keluhan utama dan riwayat penyakit sekarang yang dapat ditemukan pada pengkajian.
Adapun fokus pengkajian pada sesak napas yang harus dilakukan adalah RR pasien, skala
sesak napas (ringan, sedang, berat), waktu awal terjadinya sesak napas (bandingkan
dengan kemungkinan sianosis yang tampak pada pasien), dan frekuensi sesak napas
(muncul atau memberat saat istirahat atau saat beraktifitas).
Disini juga perlu dilakukan pengkajian riwayat penyakit masa lalu pasien. Etiologi
stenosis mitral yang tersering merupakan demam rematik dimana 95% akan terjadi
karditis. Dengan begitu, pasien yang pernah mengalami demam rematik berisiko
mengalami stenosis mitral karena terbentuk antibodi (yang seharusnya menyerang bakteri
Streptococcus beta hemolitikus Group A) terhadap sel jantung. Namun, etiologi stenosis
mitral bukan hanya demam rematik namun dapat juga karsinoid, sistemik lupus
erimatosus, reumatoid artritis, mukopolisakaridosis, kelainan bawaan, dan beberapa
penyakit metabolic sehingga perlu dilakukan pengkajian secara mendalam.
Pada pengkajian 11 pola Fungsional Gordon, pengkajian difokuskan pada Pola
Aktivitas dan Latian. Dimana dalam hal ini, pernapasan pasien perlu dikaji berupa
frekuensi pernapasan pasien, kedalaman pernapasan, irama pernapasan. Pada pasien
dengan stenosis katup mitral biasanya terjadi sesak napas, adapun fokus pengkajian pada
sesak napas yang harus dilakukan adalah RR pasien, skala sesak napas (ringan, sedang,
berat), waktu awal terjadinya sesak napas, dan frekuensi sesak napas (muncul atau
memberat saat istirahat atau saat beraktifitas). Pada pasien dengan stenosis katup mitral
RR pasien biasanya > 20x/menit. Frekuensi sesak napas pasien biasanya memberat saat
melakukan aktivitas Pada stenosis mitral yang berat, keluhan sesak napas dapat timbul
saat tidur malam, bahkan dalam keadaan istirahat sambil berbaring.
2. Fokus Diagnosa
Pasien dengan stenosis katup mitral seringkali datang dengan keluhan utama sesak
napas. Adapun sesak napas disebabkan oleh bagan singkat di bawah ini:
Terhambatnya aliran darah fase diastolik
Tekanan tinggi atrium kiri
Peningkatan tekanan vena pulmonal
Kapiler pecah, perembesan cairan ke interstitial paru
Ketidakefektifan Pola Napas
Edema paru, paru tidak bisa mengembang maksimal
Adapun kemungkinan data objektif dan subjektif yang dapat ditemukan pada pasien:
DS: -
DO:
RR > 20x/menit
Pasien tampak kesulitan bernapas
Diagnosa utama yang dapat diangkat yakni:
Ketidakefektifan pola napas b.d disfungsi neuromuscular (muskulus papilaris pada
katup jantung mitral yang mengalami penebalan dan stenosis) ditandai dengan dispnea.
Diagnosa ini diangkat berdasarkan keluhan utama tersering pada pasien stenosis
mitral meskipun ada kemungkinan lain seperti pasien mengalami penurunan curah
jantung akibat stenosis mitral. Namun, berdasarkan keluhan utama dan berdasarkan
ABCDE, breath memiliki posisi yang lebih dahulu harus ditangani dibandingkan dengan
circulation.
3. Rencana Keperawatan
(Terlampir)
No.
Diagnosa Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan
pola napas
berhubungan
dengan disfungsi
neuromukular
(muskulus
papilaris pada
katup jantung
mitral yang
mengalami
penebalan dan
stenosis) ditandai
dengan dispnea
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama ... x …menit
diharapkan pasien tidak mengalami
ketidakefektifan pola nafas dengan
kriteria hasil :
NOC Label : Respiratory Status :
Ventilation
1. Pasien tidak mengalami dispnea
pada saat beristirahat
2. Pasien tidak mengalami dispnea
pada saat latihan
3. Pasien tidak mengalami
orthopnea (sesak napas saat
terlentang)
NIC Label :
Embolus Care : Pulmonary
1. Evaluasi nyeri dada pada
pasien (seperti intensitas,
lokasi, durasi dan faktor yang
mengurangi nyeri)
2. Auskultasi bunyi paru berupa
adanya crackles atau bunyi
yang abnormal)
3. Monitor pola pernapasan
pasien berkaitan dengan
dispnea yang dirasakan oleh
pasien
4. Anjurkan pasien untuk
mempertahankan kenyamanan
NIC Label :
Embolus Care : Pulmonary
1. Nyeri dada terkadang muncul
pada pasien dengan stenosis
katup mitral, sehingga perlu
dievaluasi adanya nyeri agar
dapat memberikan intervensi
yang tepat untuk selanjutnya.
2. Mengetahui adanya bunyi
yang abnormal pada paru.
3. Mengetahui perkembangan
pola nafas pada pasien
terutama pada dispnea yang
terjadi.
4. Kenyamanan pasien dapat
mengurangi kebutuhan
oksigen terhadap sel tubuh,
sehingga dapat mengurangi
NIC Label : Oxygen Therapy
1. Berikan terapi oksigen bila
dianjurkan
2. Monitor pemberian terapi
oksigen (seperti adanya
tanda dan gejala akibat
keracunan oksigen)
terjadinya dispnea.
NIC Label : Oxygen Therapy
1. Meningkatkan kenyamanan
pasien dan mencegah
terjadinya hipoksia jaringan.
2. Menghindari pemberian
konsentrasi pksigen yang
tidak tepat atau berlebih
4. Implementasi
Implementasi fokus dilaksanakan berdasarkan pada hasil analisis pengkajian,
serta rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan. Namun, apabila dalam
pelaksanaan terdapat perubahan data objektif dan subjektif yang didapat dari maupun
yang tampak pada klien, maka harus dilakukan pengkajian ulang untuk menetapkan
intervensi yang tepat.
5. Evaluasi
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan disfungsi neuromuskular
(muskulus papilaris pada katup jantung mitral yang mengalami penebalan dan
stenosis) ditandai dengan dispnea.
S : -
O : Pasien tidak mengalami dispnea pada saat beristirahat dan latihan serta pasien
tidak mengalami orthopnea (sesak napas saat terlentang)
A : Tujuan tercapai.
P : Pertahankan kondisi pasien dan lanjutkan intervensi, berupa monitor pola
pernapasan pasien berkaitan dengan dispnea yang dirasakan oleh pasien dan
anjurkan pasien untuk mempertahankan kenyamanan.