FLAVONOID
-
Upload
yeni-adhaningrum -
Category
Documents
-
view
332 -
download
2
Transcript of FLAVONOID
PENDAHULUAN
Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-
C6. Artinya, kerangka karbonnya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzene
tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga-karbon.
Flavonoid senyawa yang ditemukan dalam buah-buahan, sayuran, dan
minuman tertentu yang memiliki beragam manfaat biokimia dan efek
antioksidan. asupan makanan mereka cukup tinggi dibandingkan dengan
antioksidan makanan lain seperti vitamin C dan E.
Kelas-kelas yang berlainan dalam golongan ini dibedakan berdasarkan
cincin heterosiklik-oksigen tambahan dan gugus hidroksil yang tersebar
menurut pola yang berlainan. Flavonoid sering terdapat sebagai glikosida.
Golongan terbesar flavonoid mempunyai cincin piran yang menghubungkan
rantai tiga-karbon dengan salah satu cincin benzena.
Istilah flavinoid dikenakan pada suatu golongan besar senyawa yang
berasal dari kelompok senyawa yang paling umum, yaitu senyawa flavon,
misalnya, suatu jembatan oksigen terdapat di antara cincin A dalam
kedudukan orto, dan atom karbon benzyl yang terletak disebelah cincin B,
membentuk cincin baari tipe 4-piron. Senyawa heterosiklis ini, pada tingkat
oksidasi yang berbeda terdapat dalam kebanyakan tumbuhan
Flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada
seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Pada
tumbuhan tinggi, flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetatif maupun
dalam bunga. Sebagai pigmen bunga flavonoid berperan jelas dalam menarik
burung dan serangga penyerbuk bunga. Selain itu flavonoid juga mempunyai
fungsi untuk pengaturan tumbuh, pengaturan fotsintesis, kerja antimikroba dan
antivirus, dan kerja terhadap serangga. Beberapa flavonoid, seperti jenis
fitoaleksin lain, merupakan komponen abnormal yang hanya dibentuk sebagai
tanggapan terhadap infeksi atau luka dan kemudian menghambat fungus
menyerangnya.
Efek flavonoid terhadap macam-macam organisme sangat beragam dan
dapat menjelaskan mengapa tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai
dalm pengobatan tradisional. Flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor kuat
pernapasan. Flavonoid tertentu dalam makanan tampaknya menurunkan
agregasi platelet dan dengan demikian mengurangi pembekuan darah, tetapi
jika dipakai pada kulit, flavonoid lain menghambat pendarahan. Beberapa
xanton dan flavonoid oligomer dalam makanan mempunyai efek
antihipertensi, karena menghambat enzim pengubah angiotensin. Peran
flavonoid yang mungkin merugikan adalah ditemukannya kuersetin yang
bersifat mutagen pada uji Ames, tetapi flavonoid lain bekerja sebagai
antimutagen. Sangat menarik bahwa issoflavon tertentu merangsang
pembentukan esterogen pada mamalia.
ISI
Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari C6 – C3 – C6
CO
C
O
Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan sebagai glikosida. Gugusan
gula bersenyawa pada satu atau lebih grup hidroksil fenolik. Gugusan gula
bersenyawa pada satu atau lebih grup hidroksil fenolik. Gugus hidroksil selalu
terdapat pada karbon no. 5 dan no. 7 pada cincin A. Pada cincin B gugusan
hidroksil atau alkoksil terdapat pada karbon no. 3 dan no. 4
Flavonoid terdapat pada seluruh bagian tanaman, termasuk pada buah,
tepung sari, dan akar.
I. Keberadaan dan Manfaat Flavonoid
Flavonoid telah membangkitkan minat yang besar baru-baru ini karena
efek potensi flavonoid yang bermanfaat pada kesehatan manusia, sebagai
antivirus, anti alergi, antiplatelet, anti-inflamasi, antitumor dan aktivitas
antioksidan. Dosis kecil, flavon bekerja sebagai stimulan pada jantung,
hesperidin mempengaruhi pembuluh darah kapiler. Flavon terhidroksilasi
bekerja sebagai diuretic dan sebagai antioksidan pada lemak.
Antioksidan adalah senyawa yang melindungi sel terhadap kerusakan akibat
spesies oksigen reaktif, seperti singlet oksigen, superoksida, radikal peroxyl,
radikal hidroksil dan peroxynitrite. Ketidakseimbangan antara antioksidan dan
reaktif oksigen spesies menghasilkan stres oksidatif, yang menyebabkan
kerusakan sel. Stres oksidatif telah dikaitkan dengan kanker, penuaan,
atherosclerosis, cedera iskemik, peradangan dan penyakit neurodegenerative
(Parkinson dan Alzheimer). Flavonoid dapat membantu memberikan
perlindungan terhadap penyakit ini dengan ikut bersama dengan vitamin
antioksidan dan enzim, untuk sistem pertahanan antioksidan total dari tubuh
manusia. Studi epidemiologi telah menunjukkan bahwa asupan flavonoid
berbanding terbalik dengan kematian akibat penyakit jantung koroner dan
kejadian serangan jantung.
Diet antioksidan yang diakui adalah vitamin C, vitamin E, selenium, dan
karotenoid. Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa flavonoid yang
ditemukan dalam buah-buahan dan sayuran juga dapat berperan sebagai
antioksidan. Seperti alpha-tokoferol (vitamin E), flavonoid mengandung
elemen struktur kimia yang mungkin bertanggung jawab untuk kegiatan
antioksidan mereka. Sebuah studi baru-baru ini oleh Dr van Acker dan rekan-
rekannya di Belanda menunjukkan bahwa flavonoid dapat menggantikan
vitamin E sebagai pemecah rantai anti-oksidan di dalam hati mikrosoma
membran. Kontribusi flavonoid untuk sistem pertahanan antioksidan dapat
besar mengingat total asupan harian flavonoid dapat berkisar 50-800 mg.
konsumsi ini tinggi dibandingkan dengan rata-rata harian asupan diet
antioksidan lain seperti vitamin C (70 mg), vitamin E (7-10 mg) atau
karotenoid (2-3 mg). asupan flavonoid tergantung pada konsumsi buah-buahan,
sayuran, dan minuman tertentu, seperti anggur merah, teh, dan bir. Konsumsi
tinggi teh dan anggur mungkin paling berpengaruh pada asupan flavonoid total
dalam kelompok-kelompok orang tertentu.
Oksidasi low-density lipoprotein (LDL) telah diakui memainkan peran
penting dalam atherosclerosis. sel-sel sistem kekebalan tubuh yang disebut
makrofag mengenali dan menelan LDL teroksidasi, sebuah proses yang
mengarah pada pembentukan plak aterosklerosis di dinding arteri. LDL
oksidasi dapat diinduksi oleh makrofag dan juga dapat dikatalisis dengan ion
logam seperti tembaga. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa flavonoid
tertentu dapat melindungi LDL agar tidak teroksidasi oleh dua mekanisme.
Manfaat bagi tumbuhan, untuk menarik serangga, yang membantu proses
penyerbukan, untuk menarik perhatian binatang yang membantu penyebaran
biji. Di duga bahwa flavon bekerja seperti auksin dalam menstimulir
perkecambahan biji gandum.
Contoh keberadaan Flavonoid dan Manfaatnya :
1. Apel
Quercetin adalah flavonoid dalam buah apel. Quercetin telah terbukti
mengurangi risiko kanker, mencegah serangan jantung, mencegah katarak,
asma kontrol, mencegah serangan gout berulang, dan mempercepat
penyembuhan dari refluks asam.
2. Teh hijau
Teh hijau mengandung, antara lain, epigallocatechin gallate melawan
kanker flavonoid (ECGC). ECGC adalah unik karena tampaknya
pertempuran kanker pada semua tahap, dari menggagalkan karsinogen
kimia, untuk menekan penyebaran tumor. ECGC adalah sebanyak 100 kali
lebih kuat sebagai antioksidan seperti vitamin C, dan 25 kali lebih kuat
dari vitamin E. ECGC juga mungkin menjelaskan sifat antibakteri teh
hijau.
3. Coklat
Coklat mengandung banyak flavonoid yang sama ditemukan pada teh.
Semakin gelap coklat, flavonoid lebih banyak. Bubuk Cocoa adalah
sumber terkaya menurut beratnya.
4. Anggur merah
Flavonoid dikenal sebagai “Paradox-Perancis” dari Perancis yang banyak
dikonsumsi orang gemuk, yang tidak menyebabkan serangan jantung.
Anggur merah yang mereka nikmati adalah flavonoid yang kaya, yang
menurunkan risiko penyakit jantung. Dan jika Anda bukan peminum,
Anda bisa mendapatkan hampir semua keuntungan yang sama dari jus
anggur ungu.
5. Delima
Jus delima mungkin memiliki hampir tiga kali lipat potensi antioksidan
dalam volume yang sama teh hijau atau anggur merah.
6. Teh chamomile
Nikmat, menenangkan, Teh chamomile adalah rumah flavonoid yang
disebut apigenin , salah satu dari sedikit flavonoid yang baru-baru ini
ditemukan memiliki sifat-meningkatkan suasana hati. Saat ini fokus studi
yang mendalam, mereka berpikir untuk bertindak pada bagian-bagian yang
sama dari otak sebagai obat anti-kecemasan umum. Bahkan, flavonoid
sintetik beberapa telah terbukti memiliki sifat lebih unggul dari diazepam
anxiolytic. Penelitian masih dalam tahap awal, namun. Untuk saat ini,
mengambil apigenin Anda dengan gula dan lemon.
Para ilmuwan sekarang mulai untuk memahami dampak dari flavonoid
dalam tubuh. Sebagai bahan kimia alami tapi nyata, flavonoid dapat
berinteraksi dengan obat dengan cara yang berbahaya. Naringenin flavonoid
yang ditemukan di jeruk, misalnya, dapat mengganggu obat-obatan tertentu,
memperbesar potensi mereka. Lebih baik tidak mengambil obat dengan jus
jeruk kecuali obat yang telah diketahui interaksinya.
II. Flavonoid diklasifikasikan menjadi :
a. Flavon
b. Flavonol
a. Flavonol
b. Flavononol
c. Isovlavon
d. Calkon
e. Dihidrokalkon
f. Auron
g. Antosianidin
h. Katekin
i. Flavan -3,4-diol
1. Katekin dan Proantosianidin
Ketekin dan proantosianidin adalah dua golomgan senyawa yang
mempunyai banyak kesamaan. Semuanya senyawa tanwarna,terdapat
pada seluruh dunia tumbuhan tetapi terutama pada tumbuhan berkayu.
Proantosianidin telah ditemukan dalam paku-pakuan dan dua spesies
Equisetum. Senyawa ini ternyata tidak trdapat dalam Psilofita,
Licopodium spp., dan lumut. Kita hanya mengenal tiga jenis ketekin,
perbedaannya hanya pada jumlah gugus hidroksil pada cincin B.
Senyawa ini mempunyai dua atom karbon kiral dan terdapat 4 isomer..
Proantosianidin dipilah kedalam tiga kelompok:
a. Leokoantosianidin klasik adalah flavan-3,4-dial monomer, atau
meskipun jarang, flavan-4-ol, kadang-kadang sengan sedikit
keragaman. Leikoantosianidin jarang terdapat sebagai glikosida
tetapi dikenal beberapa berbentuk glikosida.
b. Struktur dimmer yang pada pemanasan dengan asam,
menghasilkan satu molekul katekin dan satu molekul
antosianidin ditambah hasil sekunder rumit yang lain. Dimer
jenis-A disambungkan melalui baik ikatan eter 2-7 maupun
ikatan karbon-karbon 4-8’ atau 4-6’. Dimer jenis-B hanya
mempunyai karbon-karbon. Oksidasi kimia dapat mengubah
jenis-B menjadi jenis-A. Reaksi pendimeran akan terjadi secara
nonenzimatik pada pH rendah.
c. Polimer, yang kadang-kadang hanya terdiri atas monomer
flavonoid, tetapi mungkin yang lainnya membentuk ikatan
glikosida dengan polisakarida. Polimer ini tersusun dengan
menghubungkan monomer dari C-4 ke C-8 atau C-6’, sering
dengan ikatan eter tambahan. Bobot molekul apat merentang
mulai 3000 sampai 12000, dan polimer besar dapat bercabang
dengan ikatan pada kedua atom C-6 dan C-8. Polimer tidak larut
dalam air atau etil asetat, tetapi dapat diekstraksi dengan aseton.
Menurut definisi, proantosianidin adalah senyawa yang membentuk
antosianidin jika dipanaskan dalam asam, tetapi dalam proses ini banyak
senyawa lain yang terbentuk, dan hasil terbaik antosianidin yang diperoleh
(dengan sesepora ion logam) kurang dari 60%. Perlakuan dengan asam
dingin menghasilkan polimer yag menyerupai tanin kondensasi alam.
Perlakuan lebih keras (asm panas, oksigen) reaksi berjalan lebih jauh
dengan pembentukan sedikit antosianidin.
2. Flavanon dan Flavanonol
Senyawa ini terdapat hanya sedikit sekali jika dibandingkan
dengan flavonoid lain. Mereka tanwarna atau hanya kuning sedikit.
Karena konsentrasinya rendah dan tidak berwarna maka sebagian besar
diabaikan. Flavanon ( atau dihidroflavon) sering terjadi sebagai aglikon
tetapi beberapa glikosidanya dikenal sebagai, missalnya hesperidin dan
naringin dari kulit buah jeruk. Flavanonol (atau dihidroflavonol)
barangkali merupakan flavanoid yang paling kurang dikenal, tidak
diketahui apakah senyawa terdapat sebagai glikosida. Beberapa senyawa
yang diasetilasi dikenal karena rasanya yang sangat manis. Tida seperti
leukoantosianidin, senyawa ini stabil dalam asam klorida panas tetapi
terurai oleh basa hangat menjadi kalkon. Satuan jenis flavanon
barangkali terdapat dalam lignin amapas. Satuan monomer lignin ini
disebut ‘flavonolignan’.
3. Flavon, Flavonol, Isovaflavon
Flavon dan flavonol merupakan senyawa yang paling tersebar
luas dari semua pigmen tumbuhan kuning, meskipun warna kuning
jagung tumbuhan biasanya disebabkan oleh karotenoid. Beberapa flavon
dan flavonol secara ekonomi masih penting, dan luteolin barangkali zat
warna pertama yang dipakai di Eropa. Kuersetin adalah salah satu dari
senyawa yang paling umum pada tumbuhan berpembuluh, diikuti ketat
oleh kemferol. Isoflavon tidak begitu menonjol, tetapi senyawa ini
penting sebagai fitoaleksin. Senyawa yang lebih langka lagi ialah
homoisoflavon. Senyawa ini larut dalam air panas dan alkohol meskipun
beberapa flavonoid yang sangat termetilasi tidak larut dalam air.
Pada Flavon, cincin C merupakan dasar dan membentuk garam
pirillium dengan asam klorida.
C
O
O
O
OH
FLAVON
Gugusan karbonil dari flavon tidak bereaksi dengan beberapa
pereaksi karbonil seperti hidroksilamin, tetapi dengan pereaksi
Grignarad dapat bereaksi. Beberapa flavon seperti primuletin dan fisetin
hanya memiliki satu gugusan hidroksil pada cincin A.
a. Beberapa contoh flavon
Flavon
T.L. 99 - 100° tidak larut dalam pelarut organic.
Dapat diisolasi dari Primula pulverulenta, Primula
imperialis, daun seribu (Achillea millefolium), Ginje
(Thevetia peruviana), pada biji jagung ( Zea mays), dan
pada rambut.
Krisin
T.L. 275°, Kristal kuning, tidak larut dalam air.
Larut dalam larutan alkali, sedikit larut dalam etanol,
kloroform, dan eter. Dapat diisolasi dari : Populus
balsamifera, Oroxylon indicum, Pinus aristata, Pinus
monticola.
Baikalen
T.L. 264 - 266°, Peisma kuning, tidak larut dalam
air. Larut dalam etanol, methanol, eter, aseton, etil asetat.
Sukar larut dalam kloroform, dapat diisolasi dari Scutelaria
baicalensis, Oroxylum indicum, Jinten putih (Cuminum
cyminum), akar manis (Glycyrrhiza glabra), Digitalis
purpurea, D. lanata.
Apigenin
Kristal jarum kuning T.L. 347°. Tidak larut dalam
air, agak larut dalam etanol panas. Larut dalam alkalis.
Dapat diisolasi dari Matricaria chamomilla, Anthemis
nobilis, Dahlia variabilis, Chryssanthemum leucanthemum,
Sorghum vulgare, Colchicum autumnale.
Luteolin
T.L 328 - 330°. Kristal jarum kuning, sukar larut
dalam air, larut dalam larutan alkali. Dapat diisolasi dari
Chrysanthemum indicum, Jinten putih (Cuminum
cyminum),Klabet (Trigonela foenumgraecum), Timi
(Thymus vulgaris).
Primetine
Oroxilin A
Bungli (Oroxylum indicum)
Pektolinarigenin
Apiin
Seledri ( Apium graveolens)
Galangin
Kaemferol
Bawang Merah ( Allium cepa)
Sosor Bebek (kalanchoe pinnata)
Kartamin
Kesumba ( Carthamus tinctorius)
Flavanon tidak diperoleh secara alamiah, namun flavanon
terhidroksilasi dapat diperoleh secara alamiah. Keduanya dapat
ditemukan dalam bentuk bebas atau terikat sebagai glikosida.
Dalam tanaman sering terdapat bersama dengan flavon. Contoh :
Hesperidin dan diosmin (flavon) terdapat dalam kulit Zanthoxylum
avicennae.
Naringen dan roifolin ( flavon) terdapat pada kulit buah citrus
auranthum
Perbedaan Flavonon dengan Flavon, yaitu :
Tidak seperti Flavon ( tidak jenuh ), flavanon ( jenuh) dapat
menunjukkan reaksi dari gugus 4- karbonil. Sifat flavanon terdapat
alkali berbeda dengan flavon. Pada flavanon alkali akan terurai
menjadi benzaldehid, asam asetat dan fenol, sedang pada flavon
akan terurai menjadi fenol dan asam sinamat
Dehidrogenasi dari flavanon seperti hesperitin menjadi diosmin,
sangat penting karena memungkinkan untuk menetapkan flavanon
baru, bila diketahui flavonnya.
Beberapa contoh flavanon
Naringenin
T.L. 251°. Kristal larut dalam etanol, eter dan benzene,
hamper tidak larut dalam air, dapat diisolasi dari Prunus serotina,
Pronus spinulosa, Dahlia variabilis, Acacia longifolia.
Hesperitin
T.L.233°. Kristal, mudah larut dalam etanol, larut dalam
eter, larutan alkali. Sukar larut dalam air, kloroform, benzene.
Kartamin
Kartamidin-glukosa. T.L. 228 – 330°. Serbuk merah gelap,
sukar larut dalam air, larut dalam alkali, etanol. Tidak larut dalam
eter, dapat diisolasi dari Cathamus tinctorius.
Pinostrobin
Prunin
Hesperidin
Persikosid
Neohesperidin
Isoflavon adalah 3-fenil kromon. Pada saat ini diketahui terdapat
sekitar 35 isoflavon. Isoflavon dipecah oleh alkali dengan reaksi sebagai
berikut.
O
O
ISOFLAVON
DESOKSIBENZOIN
OH
OC
OH
+
ALKALI
METILASI
OH
OH
O
OCH3
O
OH
H2O2
+
OCH3
COOH
HOOC
Isoflavon menunjukkan aktivitas sebagai estrogenic, insektisida
dan antifungi. Beberapa diantaranya berguna untuk racun ikan.
Beberapa contoh isoflavon
Daidzein
7,4’Dihidroksiflavon. Bentuk jarum kuning pucat. T.L.
323°. Larut dalam etanol, eter.
Genistein
T.L. 290-293°. Larut dalam pelarut organic. Tidak larut
dalam air, larut dalam larutan alkali. Dapat diisolasi dari Genista
tinctoria; Trifolium globusum; Trifolium pretense.
Prunetin
Pseudobabtigen
Biokanin
Tektorigenin
4. Antosianin
Antosianin ialah pigmen daun bunga merah sampai biru yang
biasa (meskipun apigenidin kuning), bobotnya sampai 30% bobot kering
dalam beberapa bunga. Tak terhitung banyaknya warna biru,
lembayung, violet dan semua warna yang mendekati warna merah yang
terdapat pada sel getah bunga, buah, dan batang tanaman yang berasal
dari pigmen antosianin dalam keadaan terlarut. Antosianin terdapat juga
dalam bagian lain tumbuhan tinggi dan di seluruh dunia tumbuhan
kecuali fungus. Tidak seperti golongan flavonoid yang lain, tampaknya
antosianin selalu terdapat sebagai glikosida kecuali sesepora aglikon
antosianidin. Hidrolisis dapat terjadi selama autolisis jaringan tumbuhan
atau pada saat isolasi pigmen, sehingga antosianidin ditemukan sebagai
senyawa jadian. Pada pH yang lebih rendah dari 2 antosianin berada
sebagai kation (ion flavilium), tetapi pada pH sel vakuola yang sedikit
asam, bentuk kuinonoid lain terdapat juga. Bentuk kuinoid dioksidasi
dengan cepat oleh udara dan rusak. Oleh karena itu antosianin paling
aman jika dikerjakan dalam larutan yang sedikit asam.
Pigmen yang terbebas dari gula disebut antosianidin. Struktur
umum dari antosianidin adalah ion flavilium (2-fenil-benzopirilium).
Antosianidin alam dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok,
yaitu Pelargonidin, Sianidin dan Delfinidin.
Beberapa macam antosianin dapat dibedakan dengan pemisahan
menggunakan 2 macam pelarut yan tidak campur, dan dengan absorpsi
spectra serta warna masing – masing dalam larutan buffer pada pH
tertentu.
Untuk menetapkan struktur antosianidin bias digunakan alkali yang
akan terbentuk dari floroglusinol dan asam fenolat.
Beberapa factor seperti pH, logam dalam bentuk kompleks dan
tannin mempengaruhi warna dari antosianin.
Leukoantosianidin adalah flavan 3,4-diol, tidak berwarna, dalam
larutan asam berwarna merah.
Berikut ini contoh leukoantosianidin.
Melaksidin
Leukopelargonidin
Peltoginol
flavan 3,4-diol kadang-kadang diperoleh dari reaksi reduksi
flavanol dan flafononol.
C
O
DIHIDROKUERSETIN LEUKOSIANIDIN
OH
OH
OH
OOH
OH
OH
NaBH4O
OH
OH
OH
OH
OH
OH
5. Kalkon dan Dihidrokalkon
Pola hidroksilasi senyawa ini kebanyakan sama dengan pola
hidroksilasi flavonoid lain: gugus hidroksil selalu pada posisi-2, sesuai
dengan heteroatom oksigen pada flavanon dan sebagainya. Pada
kenyataanya, pengubahan kalkon mejadi flavanon terjadi dengan mudah
dalam larutan asam dan reaksi kebalikannya dalam basa. Reaksi ini
mudah diamati karena kalkon warnanya jauh lebih kuat daripada warna
flavanon, terutama dalam larutan basa, warnanya merah jingga. Oleh
karena reaksi ini’ hidrolisis glikosida kalkon dalam suasana asam
menghasilkan aglikon flavanon sebagai senyawa jadian, bukan kalkon.
Salah satu senyawa yang paling menarik diantara senyawa yang agak
langka ini ialah florizin, bentuk glikosida dari dihidrokalkon floretin,
yang menimbulkan glikosuria pada hewan. Florizin juga mempunyai efek
pengaturan pertumbuhan terhadap kecambah apel dan biakan apel.
Penyebaran alamnya terbatas pada genus Malus, tetapi dihidrokalkon
yang lain terdapat dalam berbagai tumbuhan.
6. Auron
Auron berupa pigmen kuning terdapat dalam bunga tertentu dan
bryofita. Dikenal hanyua lima aglikon, tetapi pola hidroksilasi senyawa
ini umumnya serupa dengan pola pada flavonoid lain begita pula bentuk
dijumpai ialah bentuk glikosida dan eter metal. Dalam larutan basa
senyawa ini menjasi merah ros.
III. Hidrolisis Alkali
Krisin dipecah dalam suasana alkali menjadi floroglusinol, asam
asetat, asam benzoate, dan sejumlah kecil asetofenon.
Golongan
Flavonoid
Terdapat di alam Sifat khas
Antosianin Zat warna merah tua, merah, biru
kehijauan, dan biru pada bunga, daun
dan jaringan lain.
Larut dalam air maks.
515 – 545 nm
Flavonol Merpakan co pigmen pada bunga,
tersebar luas pada daun berwarna
kuning
Sesudah dihidrolisis oleh
asam, bercak berwarna
kuning terang dengan
sinar UV pada
kromatogram. Maks. 350
– 386 nm.
Flavon Seperti Flavonol Sesudah dihidrolisis oleh
asam, bercak berwarna
coklat pada kromatogram
maks. 330 – 350 nm.
Calkon Zat warna kuning pada bunga, kadang
terdapat pada jaringan lain.
Memberikan warna
merah dengan ammonia.
Maks. 370 – 410 nm.
Isoflavon Sering terdapat dalam akar hanya
terdapat dalam familia Leguminosae.
Tidak berwarna
Tidak ada reaksi yang
khas
+ CH3COOH + C6H5COOH + CH3CO6H5
ASETOFENON
IV. Struktur Flavonoid
Pada pengukuran dengan spektroskopik dapat ditetapkan struktur
beberapa Flavonoid. Interkonversi di antara struktur dalam kelompok ini
penting untuk menerangkan struktur flavonoid.
Calkon dan Flavanon adalah isomeri serta mudah berinterkonversi.
OOH
O
FLAVANON(BUTIN)
CALKON (BUTEIN)
OH -
H+
OH
OH
OHOH
COCH = CH
OH
OH
O
OH
O
OH O
KRISIN
OHOH
OH
FLOROGLUSINOL
Flavanon mudah menjadi flavonol dan flavon
O
FLAVON
O
NBS O
FLAVON
O AMYL
NITRILE
O
O
NOH
O
O
O
O
O
OH
FLAVONOL
V. Biosintesis Flavonoid
Biosintesis senyawa flavonoid diperoleh dengan mereaksikan
fragmen C6-C3 turunan asam sikimat seperti asam p-hidroksisinamat
dengan enam atom karbon.
C CC
+ (C-C0)3
C C C C CO C CO C COOH
O
Skema biosintesis dari turunan asam sikimat :
Asam sikimat asam prefenat asam p-hidroksifenil piruvat
asam p-hidroksifenillaktat asam p-hidroksisinamat
flavanon
Hidroksilasi pada cicin A dan B terjadi setelah pembentukan cicin
sempurna.
VI. Isolasi Dan Cara Analisis
1. Sifat kelarutan flavonoid
Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu
mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak asam
sehingga dapat larut dalam basa. Tetapi harus diingat, bila
dibiarkan dalam larutan basa, disamping itu terdapat oksigen,
banyak yang akan terurai. Karena mempunyai sejumlah gugus
Hidroksil yang tak tersulih, atau sesuatu gula, flavonoid merupakan
senyawa polar, maka umumnya flavonoid cukup larut dalam
pelarut polar seperti etanol, Metanol, Butanol, Aseton,
Dimetilsulfoksida, dimetilformamida, air dan lain- lain. Adanya
gula yag terikat pada Flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid
lebih mudah larut dalam air. Aglikon yang kurang polar sperti
isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang termetoksilasi
cenderung mudah larut dalam pelarut seperti eter dan kloroform.
2. Memilih, menyiapkan dan mengekstraksi bahan tumbuhan
Bila menggunakan bahan tumbuhan segar , setelah cuplikan
dipilih sebagai tanda bukti, disarankan untuk mengeringkan
sisanya cepat – cepat (untuk mencegah kerja enzim) dalam tanur
bersuhu ± 100°C. selanjutnya, bahan tumbuhan yang telah
dikeringkan dapat disimpan dalam kantung plastic yang ditutup
rapat untuk digunakan kemudian, atau digiling menjadi serbuk
halusuntuk diekstraksi menjadi pelarut.
Setelah menimbang sebagian dari bahan tumbuhan yang
telah digiling, ekstraksi paling baik dilakukan dalam dua tahap:
Pertama kali dengan Metanol : H2O (9:1) dan kedua dengan
methanol : H2O (1:1). Pada setiap tahap pelarut ditambahkan
secukupnya sehingga terbentuk bubur cair, lalu campuran
dibiarkan selama 6-12 jam. Penyaringan untuk memisahkan
ekstrak dari bahan tumbuhan dapat dilakukan dengan cepat dengan
dengan cepat dengan memakai sumbat wol kaca atau kapas pada
leher corong, atau lebih baik dengan mengisap memakai corong
Buchener (kertas saring yang disarankan ialah Whatman no. 54
atau 541, atau yang setara). Kedua ekstrak kemudian disatukan dan
diuapkan sampai volumenya menjadi sepertiga volume
asal,terpena, klorofil, xantofil, dan lain – lain dengan ekstraksi
(dalam corong pisah) dengan heksana atau kloroform. Ekstraksi
harus dilakukan beberapa kali dan ekstrak kemudian disatukan.
Walaupun tidak mungkin mengandung flavonoid , ekstrak yang
disatukan trsebut jangan dibuang sebelum diperiksa secara
kromatografi. Lapisan air yang telah diekstraksi dengan pelarut dan
mengandung sebagian terbesar flavonoid lalu diuapkan
sampaikering pada tekanan rendah dengan menggunakan penguap
– putar.
Cara di atas cocok untuk ekstraksi kebanyakan flavonoid,
tetapi tidak untuk antosianin atau flavonoid yang kepolarannya
rendah (yang kadang – kadang terdapat pada bagian luar
tumbuhan). Flavonoid yang kepolarannya rendah dan yang kadang
– kadang terdapat pada bagian luar tumbuhan padang pasir, paku,
dan lain – lain, paling baik diisolasi hanya dengan merendam
bahan tumbuhan segar dalam heksana atau eter selama beberapa
menit. Ekstrak yang diperoleh mengandung juga lilin dan lemak
yang dapat dipisahkan lebih lanjut dengan kromatografi.
3. Kromatografi Kertas
4. Kromatografi Kolom Pemisahan Skala Besar.
Isolasi Hesperidin
Hesperidin pertama kali diisolasi oleh Liberton pada tahun1928
dari kulit buah jeruk manis. Pada tahun 1874, Pheffer meneliti dengan
buah lemon. Neohesperidin suatu isomer dari hesp[erdidin telah diisolasi
bersama sama hesperidin dari jeruk manis mentah yang telah
dibudidayakan di Eropa. Horowitz dan Gentili mengisolasi dari Ponde rasa
lemon. Sastry dan Row mengisolasi dari sitrus mitis.
Neohisperidin, senyawa pahit terdapat dalam jeruk pahit Citrus
aurantium, sedang hesperisin senyawa tidak pahit, merupakan flavonoid
terbanyak dalam lemon dan jeruk manis biasa, Citrus sinensis.
Hesperidin mempengaruhi kapiler pembuluh darah.
Dasar Isolasi
Hesperidin dapat diisolasi dengan 2 cara, yaitu :
a. Melalui penyarian kulit kering kulit buah jeruk manis dengan
minyak tanah dan methanol. Pelarut pertama untuk memisahkan
minyak atsiri dan pel;arut kedua untuk memisahkan glikosida.
b. Melalui penyarian dalam suasana alkalis potangan kulit jeruk manis,
kemudian sari diasamkan. Pemurnian dilakukan dengan
formamidekarbon aktif. Akhirnya diperoleh Kristal yang sukar larut.
Hesperisin termasuk flavonoid yang mudah diisolasi.
Alat yang digunakan
Disintegrator
Pereaksi
Asam asetat
Formamida
Metanol
Kalsium Hidroksida
Asam klorida
Kulit jeruk manis
“Celite”
Isopropanolol
Eter minyak bumi
Besi (III) klorida
Magnesium
Natrium borohidrida
Prosedur
Cara A
200 g serbuk kulit jeruk masukkan ke dalam labu alas bulat 21.
Tambahkan 1L eter minyak tanah (40_60°), panaskan dalam tangas
air selama 1 jam.
Saring selagi panas, melalui penyaring Buchner. Diamkan serbuk
pada suhu kamar hingga kering.
Serbuk dituangkan ke dalam labu. Tambahkan 1 L Metanol refluks
selama 3 jam.
Saring panas – panas, cuci dengan methanol panas 200 ml. Filtrat
dipekatkan dengan pengurangan tekanan.
Sisa dikristalkan dengan asam asetat. Diperoleh Kristal jarum
dengan TL 252-254°.
Pemurnian
Buat larutan hesperidin 10% dalam formamida dengan
menghangatkannya pada suhu 60° selama 30 menit, tambahkan
karbon aktif yang sebelumnya telah dididihkan dengan asam klorida
encer.
Larutan disaring melalui “Celite”, encerkan bersama air dengan
volume yang sama. Diamkan beberapa jam agar mengkristal.
Kristal disaraing dan dicuci pertama dengan air hangat, kemudian dengan
isopropanolol.
Diperoleh Kristal putih TL 261-263°.
Catatan :
Formamida bila dilarutkan dalam air 50% harus bereaksi agak
asam. Bila tidak, dapat ditambahkan asam asetat glasial atau asam formiat.
Cara B
Ke dalam labu Erlenmeyer 2L, masukkan 200 g potongan kulit jeruk
manis dan 750 ml larutan kalsium hidroksida, lalu kocok.
Diamkan semalam pada suhu kamar.
Saring melalui penyaring Buchner yang dilapisi dengan lapisan tipis
“Celite”
Filtrate kuning jingga. Asamkan dengan asam klorida pekat hingga pH 4-5
Hesperidin dipisahkan sebagai serbuk amorf sering dengan penyaring
Buchner, cuci dengan air.
Kristalisasi ulang dengan larutan formamida
Catatan : bila pengendapan dengan HCl agak lambat dapat dibantu dengan
pengurangan tekanan.
Tes besi (III) klorida
Tambahkan larutan besi (III) klorida pada larutan hesperidin.
Terjadi warna merah anggur.
Tes magnesium – asam klorida
Tambahkan beberapa tetes asam klorida pekat pada larutan
hesperidin dalam etanol yang mengandung magnesium. Terjadi warna
violet terang.
Penguraian hesperidin oleh asam
Pada tahun 1929, Asahina dan Inubuse menetapkan rumus molekul
hesperidin dengan menunjukkan bahwa hidrolisis asam membentuk 1 mol
ramnosa, 1 mol glukosa, dan aglikon hesperitin.
Arthur Hui, dan Mai, menghidrolisis hesperidin dengan asam sulfat
5% dalam etilen glikol. Aglikon diisolasi dalam bentuk senyawa optic
aktif yang memutar ke kiri dari (-)-hesperitin. Karena itu mereka
menyimpulkan bahwa hesperidin adalah adalah 7-β-rutinosida dari (-)-
hesperitin.
Dasar Hidrolisis
Hidrolisis hesperididn dengan asam sulfat dalam etilen glikol
menghasilkan aglikon hesperitin, 1 mol D-glukosa dan 1 mol L-ramnosa.
Alat yang digunakan
Kromatografi kertas .
Pereaksi
Asam asetat Etilen glikol
Ammonium hidroksida Hesperidin
Anisaldehid Perak Nitrat
n-Butanol Asam Sulfat
Etanol
Waktu
2-3 jam
Prosedur
1g Hesperidin, 20 ml etilen glikol yang mengandung 1 ml asam
sulfat dipanaskan dalam tangas air selama 40 menit
Larutan kuning jernih yang diperoleh dituangkan ke dalam 50ml
air
Endapan hesperitin saring melalui penyaring Buchner, cuci dengan
air.
Kristalisasi dengan etanol. Menghasilkan Kristal TL 224-226°
seanyak lebih kurang 350 mg.
Filtrate mengandung gula netralkan dan pekatkan dengan
pengurangan tekanan sampai kental.
Identifikasi dilakukan dengan kromatografi kertas cairan fase
bergerak n-butanol-asam asetat-air 4:1:5 (V/V)
Bercak disemprot dengan salah satu pereaksi :
- Campuran volume dengan larutan perak nitrat 0,1 N dan
NH4OH 5N.
- Campuran 0,5 ml anis aldehid, 9 ml etanol (95%), 0,5 ml
asam sulfat pekat dan 0,1 ml asam asetat
Kromatogram dikeringkan di oven pada suhu 100 - 105° selama 5-
10 menit.
Isolasi Naringin
Albedo, lapisan spon di bawah kulit, terdiri dari selulosa
karbohidrat yang mudah larut, pectin, flavonoid, asam amino, dan vitamin.
Flavonoid pada albedo disebut naringin ditemukan oleh ditemukan oleh
De Vry pada tahun 1886 pada tanaman buah grape dari Jawa. Naringin
dapat pula diisolasi dari bunga dan kulit buah Citrus decumana, grape,
Jeruk pahit dari Jepang, dan daun Pseudaegle trifoliate serta sumber lain.
Naringin rasanya sangat pahit. Enzim hidrolitik naringinase ditambahkan
pada perasan buah grape untuk menghidrolisis naringin menjadi
naringenin yang tidak pahit.
Dasar Isolasi
Kulit buah grape ditambah sedikit pektin disari dengan air hangat.
Pekatkan sari sampai lebih kurang 1/9 volume semula, diperoleh naringin
oktahidrat. Kristalisasi berulang dengan isopropanol maka akan diperoleh
dihidrat.
Alat yang digunakan
Blender
Distilasi vakum
Pereaksi
“Celite”
Etanol
Kulit buah grape
Isopropanol
Prosedur
Satu bagian potongan kulit buah grape dan empat bagian air,
panaskan sampai suhu 90° dan pertahankan suhu ini selama 5
menit
Sari air disaring
Tambahkan 2 bagian air pada bagian padat penyarian diulang pada
suhu 80° dan segera saring
Kumpulkan sari, dididihkan dengan 1% “Celite”, saring dan
pekatkan pada vakum sampai 1/9 volume semula
Kristalkan dalam refrigerator, lalu saring. Diperoleh Kristal jarum
oktahidrat TL 83°
Naringin dilarutkan dalam 100 ml isopropanol mendidih
Saring hangat – hangat
Filtrat panaskan sampai mendidih
Dinginkan. Saring dengan penyaring Buchner. Cuci dengan
isopropanol dingin.
Kristal jarum naringin dihidrat TL 171°. Naringin dapat
dikristalisasi bertingkat dengan sedikit air hangat
Penguraian Naringin oleh alkali
Naringin terhidrolisis oleh alkali menjadi p-hidroksibenzaldehid
dan floroaseto fenon-4’-neoresperldosida
Neohesperidin dan naringin sama – sama menghasilkan
floroasetofenon ramno glukosida pada peruraian oleh alkali
Karena itu disakarida naringin identic dengan disakarida dari
neohesperidin
Neohesperidin adalah 2-0-α-L-ramnopiranosil-D-glukopiranosa
Naringin, ponsirin dan neohesperidin adalah 7-β-neores-peridosida
Pada flavon 7-ramnoglukosida ikatan 1-2 antara ramnosa dan
glukosa memberikan peningkatan rasa
Perubahan ramnosa menjadi glukosa menentukan pahit tidaknya
senyawa tersebut.
Turunan neohesperidin seperti naringin dan neohesperidin oleh
alkali terurai menjadi floroasetofenon-4-neohesperido-soda. Pada
penelitian dengan turunan rutinosida tidak menghasilkan fragmen yang
mengandung gula. Floroasetofenon-4”-neohesperidisida rasanya lebih
pahit dari flavanon
Pada hidrolisis dengan asam (atau enzim) menghasilkan ramnosa,
glukosa, dan floroasetofenon.
Alat Yang digunakan
Kromatografi kertas
Pereaksi
Aseton, n-butanol, etil asetat, asam klorida, methanol, naringin, kalium
hidroksida
Larutan
1,7g naringin dalam 17,5 ml air yang mengandung 5g Kalium hidroksida
Refluks selama 3,5 jam
Dinginkan larutan dan netralkan dengan larutan asam klorida 6N
maka akan diperoleh endapan warna kuning pucat.
Kristalkan dengan sedikit air diperoleh Kristal jarum tidak
berwarna, TL 164-166° dari floroasetofenon-4’-neohesperidosida
sebanyak lebih kurang 0,66 g
Bentuk anhidrat diperoleh melalui kristalisasi dengan aseton bentuk
lempeng, TL 256-257°
0,3g Floroasetofenon-4’-neohesperidosida dihidrolisis dengan asam
klorida 1N hangat setelah 15 menit larutan diencerkan dengan air.
Floroasetofenon disari dengan etil asetat. Pekatkan dengan
pengurangan tekanan, diperoleh floroasetofenon TL 221-222°
Larutan air diuapkan, gula ditetapkan dengan kromatografi kertas
Rf ramnosa ( 0,67 ) dan Rf glukosa ( 0,54 ).
Perubahan warna antosianin pada beberapa harga pH
Bentuk antosianin diusulkan oleh Marquat pada tahun 1835, untuk
menunjukkan pigem biru bunga jagung. Antosianin merupakan pigmen
dalam tanaman yang warnanya di daerah merah, violet dan biru. Pada
umumnya tua tidaknya warna pigmen tergantung pada jumlah hidroksil.
Sebagai contoh warna merah jingga berasal dari peralgonidin warna merah
tua dari sianidin, warna merah kebiruan dari delfinidin.
Perubahan warna dari violet menjadi biru, pertama kali
dikemukakan oleh Willsatter. Antosianin berwarna merah pada suasana
asam, berwana violet pada suasana netral, dan berwarna biru pada suasana
alakali. Faktor lain yang mempengaruhi warna bunga sebagai tanda adanya
beberapa antosianin, misalnya malvidin dan delvinidin pada Empetrum
nigrum dan dalam bunga Althaea rosea.
Robinson mengamati bahwa tannin dan turunan flavon mengendap
dalam antosianin. Peneliti lain menyatakan bahwa warna biru terjadi dalam
suatu komplek organo metalik yang tidak larut mengandung magnesium
dan kalium. Warna violet dihasilkan oleh campuran antosianin biru dengan
garam oksonium merah.
Dasar Penelitian Perubahan Warna dari Antosianin pada Perubahan
PH
Diduga warna merah adalah bentuk kationik dari antosianin, warna
violet khas pada basa. Warna biru bentuk dari anionic, perubahan warna
dari merah ke biru kehijauan dan lembayung terjadi selama bunga
berkembang, disebabkan juga oleh pengaruh pH.
Pereaksi
Kol merah (Carbage Red), dinatrium fosfat, asam klorida, monokalium
fosfat, bunga pelargonium, bunga mawar, natrium hidroksida, trikalium
fosfsat.
Waktu
1-2 jam
Prosedur
a. Pada 15 g kol merah yang dipotong kecil-kecil dan telah dicuci,
tambahkan 100 ml air sari pigmen dengan pendidihan selama 15
menit lalu saring.
Tuang dalam gelas ukur, tambahkan air hingga 50 ml, pipet
masing-masing contoh 2 ml ke dalam tabung reaksi, yang
sebelumnya telah diisi dengan buffer. Catat warna yang terjadi.
b. Dengan cara yang sama, lakukan terhadap pelargonium dan bunga
mawar.
Kromatografi kertas terhadap flavonoid
Kromatografi kertas dilakukan untuk memisahkan pigmen
flavonoid, pertama kali dilakukan oleh Smith Bate pada tahun 1948. Bate
dan Wistall telah mengukur harga Rf untuk 36 flavon pada 2 sistem
pelarut. Casteel dan Wender, telah meniliti dalam 7 sistem pelarut dan
menetapkan bercak flavon pada kromatografi dengan pereaksi semprot.
Ada bebrapa alasan untuk menggunakan kromatografi kertas pada
penyelidikan senyawa flavon pada tanaman, yaitu:
Warna kebanyakan senyawa ini pada sinar biasa cepat dibedakan
dari antosianin dan warna gelap pigmen auron dan calcon.
Sinar ultraviolet dapat menunjukkan beberapa flavonoid lainnya.
Pada penyemprotan, flavonoid dapat berubah ke turunannya yang
berawarna tua atau yang berfluorosensi.
Prosedur pemisahan dan identifikasi beberapa glikosida dan aglikon
Pereaksi
Aluminium klorida
Apigenin
Krisin
Etanol Absolut
Etil asetat
Hesperidin
Isopropanol
Kaemferol
Timah asetat
Morin
Naringin
Neohesperidin
Fenol
Kersutrun
Kersetin
Ramnetin
Rutin
Nartrum karbonat
Torium klorida
Prosedur
Kertas saring Whatman No. 1 dipotong dengan ukuran 2,5 x 55 cm
Totolkan larutan flavonoid dengan mikro pipet dalam etanol pada
jarak 8 cm dari pinggir kertas saring.
Uapkan pelarut totolan dengan hair dryer.
Masukkan kertas saring ke dalam kolom kromatografi dan sisipkan
ujung kertas sampai mendekati daerah pigmen dibawah tongkat
gelas pada labu.
Larutan ditempatkan pada plate gelas borosilikat yang ditempatkan
pada dasar kolom. Ini diperlukan untuk menjenuhkan kolom
dengan uap cairan.
Labu diisi dengan larutan dan kolom tertutup.
Lakukan kromatografi dengan teknik menurun sampai larutan
merambat sejauh 25-40 cm dari garis awal/Kertas saring diambil
dan keringkan di udara.
Flavonoid dapat dotetapkan dengan sinar biasa atau sinar
ultraviolet atau dibantu dengan cairan penyemprot seperti:
1% Alumunium klorida etanol
1% Torium klorida etanol
1% Timbal asetat basa
1% Natrium karbonat dalam air.
PENUTUP
KESIMPULAN :
1. Flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada
seluruh dunia tumbuhan mulai dari fungus sampai angiospermae. Pada
tumbuhan tinggi, flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetatif maupun
dalam bunga. Sebagai pigmen bunga flavonoid berperan jelas dalam
menarik burung dan serangga penyerbuk bunga. Selain itu flavonoid juga
mempunyai fungsi untuk pengaturan tumbuh, pengaturan fotsintesis, kerja
antimikroba dan antivirus, dan kerja terhadap serangga. Beberapa
flavonoid, seperti jenis fitoaleksin lain, merupakan komponen abnormal
yang hanya dibentuk sebagai tanggapan terhadap infeksi atau luka dan
kemudian menghambat fungus menyerangnya.
2. Kegunaan Flavonoid :
Flavonoid bermanfaat pada kesehatan manusia, sebagai antivirus,
anti alergi, antiplatelet, anti-inflamasi, antitumor dan aktivitas antioksidan.
Dosis kecil, flavon bekerja sebagai stimulan pada jantung, hesperidin
mempengaruhi pembuluh darah kapiler. Flavon terhidroksilasi bekerja
sebagai diuretic dan sebagai antioksidan pada lemak.
3. Flavonoid diklasifikasikan menjadi :
a. Flavon
b. Flavonol
c. Flavonol
d. Flavononol
e. Isovlavon
f. Calkon
g. Dihidrokalkon
h. Auron
i. Antosianidin
j. Katekin
k. Flavan -3,4-diol
4. Isolasi Dan Cara Analisis
Sifat kelarutan flavonoid
Aglikon flavonoid adalah polifenol dan karena itu
mempunyai sifat kimia senyawa fenol, yaitu bersifat agak
asam sehingga dapat larut dalam basa. Adanya gula yang
terikat pada Flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid
lebih mudah larut dalam air.
Memilih, menyiapkan dan mengekstraksi bahan tumbuhan
Bila menggunakan bahan tumbuhan segar , setelah cuplikan
dipilih sebagai tanda bukti, disarankan untuk mengeringkan
sisanya cepat – cepat (untuk mencegah kerja enzim) dalam
tanur bersuhu ± 100°C. selanjutnya, bahan tumbuhan yang
telah dikeringkan dapat disimpan dalam kantung plastic
yang ditutup rapat untuk digunakan kemudian, atau digiling
menjadi serbuk halus untuk diekstraksi menjadi pelarut.
Kromatografi Kertas
Kromatografi Kolom Pemisahan Skala Besar.
5. Hidrolisis Alkali
Krisin dipecah dalam suasana alkali menjadi floroglusinol, asam
asetat, asam benzoate, dan sejumlah kecil asetofenon.
6. Perbedaan Flavonon dengan Flavon, yaitu :
• Tidak seperti Flavon ( tidak jenuh ), flavanon ( jenuh) dapat
menunjukkan reaksi dari gugus 4- karbonil. Sifat flavanon
terdapat alkali berbeda dengan flavon. Pada flavanon alkali
akan terurai menjadi benzaldehid, asam asetat dan fenol,
sedang pada flavon akan terurai menjadi fenol dan asam
sinamat
• Dehidrogenasi dari flavanon seperti hesperitin menjadi
diosmin, sangat penting karena memungkinkan unyuk
menetapkan flavanon baru, bila diketahui flavonnya.
DAFTAR PUSTAKA
Manito, Paolo.1981. Biosintesis Produk Alami. Semarang: IKIP Press.
Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung : ITB Press.
Robinson, Trevor. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB
Press.
Sirait, Midian. 2007. Penentuan Fitokimia Dalam Farmasi. Bandung: ITB Press.
Dr. Cristobal Miranda Dr Cristobal Miranda, lpi.oregonstate.edu/f-
w00/flavonoid.html –
Alyson Mitchell, Ph.D., www.psychologytoday.com/.../flavonoids-antioxidants-
help-the-mind