FITRIAH RAHMAWATI NIM: 1113093000099 Disusun Oleh :...

179
SKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN SISTEM TIKET ELEKTRONIK PT TRANSJAKARTA Disusun Oleh : FITRIAH RAHMAWATI NIM: 1113093000099 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M /1439 H

Transcript of FITRIAH RAHMAWATI NIM: 1113093000099 Disusun Oleh :...

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN SISTEM

TIKET ELEKTRONIK PT TRANSJAKARTA

Disusun Oleh :

FITRIAH RAHMAWATI

NIM: 1113093000099

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M /1439 H

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN SISTEM

TIKET ELEKTRONIK PT TRANSJAKARTA

Disusun Oleh :

FITRIAH RAHMAWATI

NIM: 1113093000099

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M /1439 H

i

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN SISTEM TIKET

ELEKTRONIK PT TRANSJAKARTA

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Disusun Oleh :

FITRIAH RAHMAWATI

NIM: 1113093000099

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M / 1439 H

ii

iii

iv

v

ABSTRAK

Fitriah Rahmawati 111309300099, Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan

Sistem Tiket Elektronik PT Transjakarta di bawah bimbingan Aang Subiyakto,

M.Kom dan Aries Susanto, HT.Ph.D

PT Transjakarta merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang

transportasi yang telah menerapkan sistem tiket elektronik dengan tujuan untuk

memberi kemudahan dan kenyamanan pengguna dalam membeli tiket. Akan tetapi

masih ada koridor Transjakarta masih melakukan pembayaran tunai. Maka dari itu,

perlu adanya penelitian untuk mengukur sejauh mana sistem tiket elektronik di PT

Transjakarta diterima oleh pengguna. Model yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Technology Acceptance Model (TAM) yang terdiri dari 8 hipotesis dan 6

variabel yaitu persepsi kemudahan pengguna, persepsi kemanfaat, minat perilaku

pengguaan, pengguna senyatanya, nilai harga, dan keamanan. Pada penelitian ini

menggunakan metode pendekatan kuantitatif, dengan analisa data menggunakan

SmartPLS versi 3.0. Hasil dari penelitian ini dapat mengetahui faktor apa saja yang

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan penggunaan sistem tiket elektronik

berdasarkan hipotesis pertanyaan yang sudah di tentukan dan sebagai saran

pengembangan sistem selanjutnya dan mengetahui status penerimaan pengguna

berdasarkan hasil dari interpretasi anlisis. Setelah di ketahui faktor apa saja yang

berpengaruh dalam penerimaan sistem tiket elektronik. Peneliti berharap, penelitian ini

dapat menjadi masukan/rekomendasi bagi pihak PT Transjakarta agar lebih baik dalam

pelayanan maupun fasilitas agar dapat meningkatkan minat pengguna sistem tiket

elektronik serta kinerja sistem yang memudahkan pengguna.

Kata kunci :Faktor faktor Penerimaan, Sistem Tiket Elektronik,

PT Transjakarta, TAM, SmartPLS.

Bab I-V + 134 Halaman + xiii Halaman + 21 Gambar + 24 Tabel + Daftar Pustaka +

Lampiran

vi

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-

Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam

tidak lupa dicurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW

yang telah memberikan tuntunan dan petunjuk kepada umat manusia menuju kehidupan

dan peradaban, serta para keluarga dan para sahabat yang dicintainya.

Peneliti sangat menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Namun demikian

peneliti berharap skripsi ini dapat memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar

sarjana (S-1) dalam bidang Sistem Informasi dari Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi yang berjudul Faktor - faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Sistem

Tiket Elektronik PT Transjakarta akhirnya dapat diselesaikan dengan yang diharapkan.

Selama penyusunan skripsi ini tentunya ada banyak kesulitan dan hambatan yang

dihadapi, baik dalam pengumpulan bahan dan lain sebagainya. Namun berkat

kesungguhan hati dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga segala kesulitan tersebut

dapat diatasi. Kebahagiaan yang tak ternilai secara pribadi dapat dipersembahkan

kepada kedua orang tua, seluruh keluarga, dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam

menyukseskan harapan. Sebagai bentuk penghargaan yang tak terlukiskan, izinkan

peneliti menuangkan dalam bentuk ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada : an

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

2. Ibu Nia Kumaladewi, MMSI selaku Ketua Program Studi Sistem

Informasi Fakultas Sains dan Teknologi dan Ibu Meinarini Catur Utami,

MT selaku Sekretaris Program Studi Sistem Informasi Fakultas Sains

dan Teknologi.

3. Bapak Aang Subiyakto, M.Kom sebagai Dosen Pembimbing 1 yang

tidak pernah bosan dan lelah untuk membimbing, memotivasi, dan

vii

mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Penulis

mengucapkan banyak terima kasih kembali untuk waktu, tenaga,

dukungan, arahan, saran, dan kritikan yang membangun agar skripsi ini

dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Aries Susanto HT, Ph.D sebagai Dosen Pembimbing 2 yang telah

memberikan arahan, bimbingan, dan dukungan baik secara moral

maupun teknis selama melakukan penulisan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Program Studi Sistem Informasi yang telah memberikan

ilmu kepada penulis selama perkuliahan.

6. Seluruh karyawan Fakultas Sains dan Teknologi yang telah banyak

membantu penulis dalam perkuliahan, terutama dalam menyelesaikan

administrasi yang berkaitan dengan skripsi.

7. Ibu dan Ayahku yang selalu berjuang sekuat tenaga agar penulis dapat

menjadi orang yang sukses dan berpendidikan tinggi. Terima kasih atas

segala doa, nasihat, motivasi, dan waktumu yang sangat berarti, berharap

agar aku dapat menjadi seseorang yang lebih baik lagi, dan kuat dalam

menjalani kehidupan serta dapat menjadi anak yang dapat dibanggakan.

Terima kasih telah menyayangiku dengan segala kekurangan yang ada,

Tanpamu, hidupku takkan berarti.

8. Kiki Baihaki dan Nurhalifah Yuliyanti sebagai kakak dan adik yang

telah memotivasi penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini.

9. Keluarga Besar Sistem Informasi 2013 dan 2014 khususnya Lisa, Ayu,

Rida, Millah dan Faiz. Terimakasih untuk bantuan, dukungan, semangat,

dan doanya yang menjadi motivasi peneliti dalam menyelesaikan laporan

ini.

10. Teman Teman penelitian ISDM terutama Rosalina, dan Putra

Terimakasih untuk bantuan, dukungan, semangat, dan doanya yang menjadi

motivasi peneliti dalam menyelesaikan laporan ini.

viii

Penulis memohon kepada Allah SWT agar seluruh dukungan, bantuan, dan

bimbingan dari semua pihak dibalas pahala yang berlipat-lipat. Selain itu, penulis

menyadari penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata

sempurna sehingga saran dan kritik dapat disampaikan melalui

[email protected]. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat memberikan

manfaat dan sekaligus menambah ilmu bagi kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.

Jakarta, Maret 2018

Fitriah Rahmawati

1113093000099

mailto:[email protected]

ix

DAFTAR ISI

JUDUL ................................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ ii

PENGESAHAN UJIAN ....................................................................................... iii

PERNYATAAN ................................................................................................... iv

ABSTRAK ........................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ............................................................................................ vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii

BAB I ....................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 7

1.3 Tujuan dan Sasaran ................................................................................... 8

1.4 Ruang Lingkup dan Batasan ..................................................................... 9

1.5 Manfaat Penelitian .................................................................................. 10

1.6 Model Penelitian ..................................................................................... 11

1.7 Pertanyaan Penelitian .............................................................................. 12

1.8 Metodologi Penelitian ............................................................................. 13

1.9 Sistematika Penulisan. ............................................................................ 14

BAB II ................................................................................................................... 16

TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................ 16

2.1 Definisi Pengukuran ............................................................................... 16

2.2 Definisi Penerimaan Pengguna ............................................................... 16

2.3 Definisi Sistem Informasi ....................................................................... 17

2.4 Komponen Sistem Informasi .................................................................. 20

2.5 Theory of Reasoned Action (TRA) ........................................................ 22

2.6 Theory of Planned Behavior (TPB) ........................................................ 23

x

2.7 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) ........ 24

2.8 Technology Acceptance Model (TAM) .................................................. 26

2.8.1 Persepsi Kemanfaatan (Perceived Usefulness)....29

2.8.2 Kemudahan Pengguna (Perceived Ease Of Use)....32

2.8.3 Minat Perilaku Penggunaan (Behavioral Intention to Use).32

2.8.4 Penggunaan Senyatanya (Actual Use)...34

2.8.5 Keamanan (Security) ...................................................................... 34

2.8.6 Harga (Price) ................................................................................. 35

2.9 Perkembangan TAM2 ............................................................................. 37

2.10 Electronic Commerce (E-Commerce)..................................................... 41

2.11 Definisi Smart Card ................................................................................ 43

2.12 Uang Elektronik (E- money) ................................................................... 44

2.13 Elektronik Tiket (E-ticketing) ................................................................. 50

2.14 Metode Kuantitatif dalam Penelitian Sistem Informasi...53

2.14.1 Pengelompokkan Data......53

2.14.2 Jenis- Jenis Penelitian..54

2.14.3 Skala Likert..55

2.14.4 Metode Pengumpulan Data...56

2.14.5 Populasi dan Teknik Sampling.....58

2.14.6 PLS-SEM .62

2.15 Pengembangan Model dan Hipotesis Penelitian...65

2.15.1 Pengembangan Model Penelitan..66

2.15.2 Pengembangan Hipotesis Penelitian ......69

2.16 Penelitian Terdahulu ....74

2.17 Kerangka Penelitian79

BAB III .................................................................................................................. 85

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 85

3.1 Pendekatan dan Strategi Penelitian ......................................................... 85

3.2 Prosedur Penelitian ................................................................................. 86

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 88

xi

3.4 Instrumen Penelitian .............................................................................. 89

3.5 Pengumpulan dan Pemrosesan Data ....................................................... 92

3.6 Analisis Data dan Interpretasi Hasil ....................................................... 93

BAB IV .................................................................................................................. 95

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 95

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................................ 95

4.1.1 Sejarah Transjakarta....................................................................... 95

4.1.2 Visi dan Misi Transjakarta ............................................................. 97

4.1.3 Struktur Organisasi ........................................................................ 98

4.2 Hasil Analisis ........................................................................................ 100

4.2.1 Hasil Analisis Demografi ............................................................. 100

4.2.2 Hasil Analisis Model Pengukuran (Outer Model) ....................... 105

4.2.3 Hasil Analisis Struktur Model (Inner Model) .............................. 103

4.3 Interpretasi dan Diskusi Hasil Analisis ................................................. 118

4.3.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil Analisis Data Demografis ........... 118

4.3.2 Interpretasi dan Diskusi Hasil Analisis Model Pengukuran ........ 120

4.3.3 Interpretasi dan Diskusi Hasil Analisis Struktur Model .............. 122

4.3 Implikasi Penelitian .............................................................................. 127

BAB V ................................................................................................................. 131

PENUTUP ........................................................................................................... 131

5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 131

5.2 Saran ..................................................................................................... 133

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 135

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Berbagai jenis kartu uang elektronik.................................................. 3

Gambar 1.2 Model Penelitian yang Diadopsi ...................................................... 12

Gambar 2.1 Sistem Informasi .............................................................................. 17

Gambar 2.2 Komponen Sistem Informasi ........................................................... 20

Gambar 2.3 Model TRA ...................................................................................... 22

Gambar 2.4 Model TPB ....................................................................................... 24

Gambar 2.5 Model UTAUT ................................................................................. 24

Gambar 2.6 Model TAM ..................................................................................... 26

Gambar 2.7 Model TAM2 ................................................................................... 38

Gambar 2.8 Electronic Commerce (E-Commerce) .............................................. 41

Gambar 2.9 Smart Card ....................................................................................... 43

Gambar 2.10 Model yang Diadopsi Penelitian .................................................... 80

Gambar 3.1 Prosedur Penelitian .......................................................................... 87

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Transjakarta ................................................ 99

Gambar 4.2 Diagram Lingkaran Jenis Kelamin Responden .............................. 100

Gambar 4.3 Diagram Lingkaran Pekerjaan Responden ..................................... 101

Gambar 4.4 Diagram Lingkaran Umur Responden ........................................... 102

Gambar 4.5 Diagram Lingkaran Tingkat Pendidikan Responden ..................... 103

Gambar 4.6 Diagram Lingkaran Tingkat Penggunaan Transjakarta. ................ 104

Gambar 4.7 Diagram Lingkaran Tingkat Penerimaan Sistem .......105

Gambar 4.8 Hasil Path coefficient ..................................................................... 112

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah uang elektronik beredar..4

Tabel 2.1 Perbedaan TAM dengan Model Penerimaan Lain ................................ 28

Tabel 2.2 Determinan Instrumental ...................................................................... 39

Tabel 2.3 Perbedaan Identitas Pengguna E-money ............................................... 49

Tabel 2.4 Indikator Variabel Perceived ease of use................................70

Tabel 2.5 Indikator Variabel Perceived usefulness....................................71

Tabel 2.6 Indikator Variabel Behavioral intention to use..................................... 72

Tabel 2.7 Indikator Variabel Actual system usage ............................................... 72

Tabel 2.8 Indikator Variabel Price value..73

Tabel 2.9 Indikator Security....74

Tabel 2.10 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 74

Tabel 2.11 Operasional Variabel Penelitian ........................................................ 81

Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian .............................................................. 86

Tabel 3.2 Indikator dan Butir Pertanyaan Pengujian ............................................ 91

Tabel 3.3 Data Kuesioner yang Terkumpul ........................................................ 93

Tabel 4.1 Hasil Uji Loading Factor dengan SmartPLS ...................................... 106

Tabel 4.2 Hasil Uji Discriminant Validity dengan SmartPLS ............................ 108

Tabel 4.3 Hasil Uji Composite Reliability dengan SmartPLS ............................ 109

Tabel 4.4 Hasil Uji Average Variance Extracted (AVE) dengan SmartPLS ...... 110

Tabel 4.5 Hasil Path coefficient dengan SmartPLS111

Tabel 4.6 Hasil R-square dengan SmartPLS...113

Tabel 4.7 Hasil Uji t-test dengan SmartPLS...114

Tabel 4.8 Hasil Analisis Struktur Model..117

ii

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Memasuki era globalisasi, penggunaan teknologi sosial dapat membantu

organisasi untuk mempromosikan bisnis jika dilakukan dengan cara yang benar;

memberikan nilai tambah, membantu memecahkan masalah, mendidik dan lain-

lain . Namun, jika tidak dikelola dengan baik, penggunaan teknologi sosial dapat

menimbulkan risiko, yang berdampak negatif pada tingkat organisasi (Jakste

dalam Huda, 2016). Dalam bisnis, pengusaha mempertimbangkan manfaat biaya

dan manfaat teknologi. Manfaat biaya adalah pendekatan untuk rekomendasi

kebijakan yang memungkinkan analisis membandingkan dan menganjurkan

kebijakan dengan cara menghitung total biaya dalam bentuk uang dan total

keuntungan dalam bentuk uang (Dunn, 2003). Manfaat teknologi komputer dan

telekomunikasi seperti internet sebagai pendorong inovasi dalam model bisnis

dan menunjukkan bagaimana pola model bisnis dari industri digital menjadi

relevan dengan industri fisik seperti logika model bisnis umum di Internet

(Fleisch, 2015).

Tujuan dari penggunaan internet untuk aktivitas transaksi bisnis dikenal

dengan istilah Electronic Commerce (e-commerce) (McLeod & Schell, 2004).

Menurut Laudon & Traver (2012), e-commerce adalah penggunaan internet dan

website untuk transaksi bisnis secara formal dan secara digital antara organisasi

serta individual. E-commerce atau yang disebut dengan istilah e-com atau e-

2

mmerce atau e-commerce merupakan pertukaran bisnis dengan menggunakan

transmisi Electronic Data Interchange (EDI), email, electronic bulletin boards,

mesin faksimili, dan Electronic Funds Transfer yang berkaitan dengan transaksi

belanja (shopping) di Internet. Menurut Shim et al. (2000), electronic commerce

atau e-commerce merupakan konsep baru yang bisa digambarkan sebagai proses

jual beli barang atau jasa pada world wide web internet, adapun pendapat lain

menurut Turban et al. (2000), proses jual beli atau pertukaran produk, jasa dan

informasi melalui jaringan informasi yang dilakukan di internet.

E-ticketing adalah salah satu layanan pertumbuhan yang cepat telah

disediakan di internet (Pew dalam Dehbashi, 2007). Electronic ticket atau e-

ticket adalah salah satu cara untuk mendokumentasikan proses penjualan dari

aktivitas perjalanaan pengguna tanpa mengeluarkan dokumen secara fisik

ataupun paper ticket. Semua informasi mengenai electronic ticket disimpan

secara digital dalam sistem komputer (Untung, 2013). Teknologi dan informasi

sangat pesat di minati oleh perusahaan dan pemerintah, misalnya Transjakarta.

Transjakarta merupakan salah satu moda transportasi yang dibangun untuk

mengatasi dan mengurangi kemacetan di Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota

(DKI) Jakarta. Pada saat ini lalu lintas Ibukota semakin lama semakin tinggi

jumlah kendaraan yang melintasi daerah tersebut yang mengakibatkan

kemacetan parah. Adanya Transjakarta sebagai moda transportasi massal yang

terintegritas serta dengan layanan yang baik pada moda massal akan

mengalihkan pengguna kendaraan pribadi ke moda transportasi massal

3

Transjakarta yang telah menjalankan program pembayaran melalui transaksi

non-tunai dengan uang elektronik.

Uang elektronik adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur seperti

berikut, diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh

pemegang terhadap penerbit, nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu

media seperti server atau chip, digunakan sebagai alat pembayaran kepada

pedagang yang bukan penerbit uang elektronik, dan yang terakhir nilai uang

elektronik yang disetorkan oleh pemilik dan dikelola oleh penerbit bukan

simpanan yang sebagaimana dalam undang-undang yang mengatur perbankan

(Serfianto, 2012). Dalam ketentuan Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/12/PBI/2009 tentang Uang Elektronik (electronic money) dalam ketentuan

Pasal 1 Ayat 3, Uang Elektronik (electronic money) adalah alat pembayaran

yang diterbitkan atas dasar nilai uang yang disetor terlebih dahulu oleh

pemegang kepada penerbit. Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu

media server atau chip yang digunakan sebagai alat pembayaran kepada

pedagang yang bukan merupakan penerbit uang elektronik.

Gambar 1.1 Berbagai jenis kartu uang elektronik di Indonesia (Bank Indonesia, 2015 ).

4

Tabel 1.1 Jumlah uang elektronik beredar

Bulan Jumlah Instrumen

Januari 52,703,350

Febuari 53,953,303

Maret 56,056,861

April 57,768,225

Mei 60,130,482

Juni 63,707,377

Juli 69,457,592

Agustus 68,841,316

September 71,783,618

Oktober 75,846,689

November 113,722,577

Desember 90,003,848 Sumber: Bank Indonesia

Penggunaan uang elektronik mengikuti perkembangan teknologi yang

semakin mendukung untuk mempermudah menggunakan transportasi massal

seperti, Transjakarta hal ini bertujuan agar penerapan sistem tiket elektronik

ini mendukung program pemerintah serta visi dan misi guna mempercepat

implementasi sistem jaringan busway di Jakarta yang sesuai dengan aspek

kepraktisan, kemampuan masyarakat untuk menerima sistem tersebut dan

kemudahan pelaksanaan. Sistem tiket pada halte Transjakarta diterapkan sejak

tahun 2013 menggunakan sistem tiket elektronik (e-ticketing) sebagai pengganti

uang tunai. Penggantian uang tunai sebagai alat pembayaran yang menggunakan

media elektronik, berupa jaringan komputer dan jaringan internet, nilai uang dari

nasabah tersimpan dalam suatu media elektronik. Mesin electronic data capture

(EDC) merupakan mesin pembayaran, pembelian dan transfer, secara umum

mesin electronic data capture (EDC) dengan ATM sama hanya saja electronic

5

data capture (EDC) tidak dapat mengeluarkan uang layaknya ATM (Fernandes,

2015).

Adapun kekurangan lainnya uang elektronik yaitu penggunaan untuk

pembayaran transportasi Transjakarta adalah tidak adanya proses otorisasi, baik

PIN ataupun ID sehingga bila terjadinya pencurian atau kehilangan kartu

elektronik siapapun dapat menggunakan kartu elektronik. Hal ini berisiko sama

dengan uang tunai dan sudah diantisipasi oleh Bank Indonesia yang menetapkan

jumlah saldo maksimum dalam satu kartu elektronik.

Selain itu, kekurangan dari elektronik adalah pengguna harus memastikan

bahwa saldo kartu elektronik cukup untuk transaksi yang akan dilakukan. Jika

tidak cukup maka pengguna harus top up atau mengisi saldo di kartu. Pada saat

pengisiaan saldo di koridor Transjakarta akan dikenakan biaya minimal Rp.1500

hingga Rp.2000 setiap melakukan transaksi dan bagi pengguna Transjakarta

yang belum memiliki uang elektronik sebagai tiket elektronik di Transjakarta,

tiket elektronik dapat membelinya di korido Transjakarta dengan harga tiket

Rp.40.000 dan saldo mengendap sebesar Rp.20.000. Transjakarta masih

menggunakan pembayaran tunai (cash) dan hanya tersedia electronic data

capture (EDC) tertentu di beberapa koridor salah satunya seperti di koridor

jurusan Kampung Rambutan Ciputat, hal ini merupakan suatu hal yang

bertentangan dengan undang-undang yang menerapkan uang elektronik sebagai

pembayaran yang sah serta bertolak belakang dengan gerakan non tunai nasional

yang diterapkan pemerintah dan Bank Indonesia. Secara praktis melalui studi

pendahuluan, peneliti menemukan bahwa sampai saat ini Transjakarta sewilayah

6

DKI Jakarta belum pernah diuji faktor apa saja yang menjadi penerimaan sistem

tiket elektronik yang masih baru diterapkan berdasarkan persepsi penggunanya.

Menurut Venkatesh (2003) agar teknologi dapat meningkatkan produktivitas,

teknologi harus diterima dan digunakan oleh anggota organisasi sebagai

pengguna. Kemauan pengguna dalam menerima teknologi merupakn kunci awal

dari keberhasilan implementasi teknologi. Beberapa dari hasil penelitian

menujukkan bahwa kegagalan dalam penerapan teknologi informasi lebih

mengarah ke aspek perilaku pengguna teknologi informasi. Faktor pengguna

merupakan faktor penentu keberhasilan dalam penerapan sistem informasi

(Prasetyo & Anubhakti, 2011).

Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sanny (2013) menyebutkan

bahwa Transjakarta pernah diuji berdasarkan kepercayaan teknologi dan harapan

berdasarkan minat pengguna dengan pendekatan Technology Acceptance

Model. Penelitian ini menggunakan model Penerimaan Teknologi yaitu

Technology Acceptance Model (TAM). Model penerimaan teknologi Technology

Acceptance Model (TAM) pertama kali diperkenalkan oleh Davis (1989).

Menurut Jogiyanto (2007), Technology Acceptance Model (TAM) merupakan

model perilaku behavior yang bermanfaat untuk menjawab pertanyaan mengapa

banyak sistem teknologi informasi gagal diterapkan karena pemakaian yang

tidak mempunyai niat intention untuk menggunakannya. Technology Acceptance

Model (TAM) merupakan dasar teori yang kuat dan telah diuji banyak penelitian

dan hasilnya sebagian besar mendukung dan menyimpulkan bahwa TAM model

yang baik, seperti pada penelitian Widiastuti (2016) dan Suseno (2009).

7

Hal diatas menjadikan bahan acuan dalam penelitian yang menggunakan

objek penelitian terhadap penerimaan penggunan sistem tiket elektronik

Transjakarta karena penerapan tiket elektronik PT Transjakarta terbilang masih

sangat baru dan masih jarang pengukuran tentang faktor - faktor yang

mempengaruhi penerimaan pengguna terhadap sistem tiket elektronik.

Berdasarkan uraian tersebut maka penulisan tertarik untuk melakukan penelitian

yang berjudul Faktor faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Sistem Tiket

Elektronik PT Transjakarta. Harapannya hasil penelitian ini dapat menjadi

masukan/rekomendasi bagi pihak PT Transjakarta agar lebih baik dalam

pelayanan maupun fasilitas agar dapat meningkatkan minat pengguna sistem

tiket elektronik serta kinerja sistem yang memudahkan pengguna.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, penelitian

mengidentifikasi masalah beberapa permasalahan sebagai berikut.

1. Masih jarang dilakukan pengujian faktor apa saja yang mempengaruhi

penerimaan pengguna sistem elektronik tiket Transjakarta.

2. Belum diketahui status penerimaan pengguna sistem tiket elektronik

Transjakarta berdasarkan persepsi pengguna.

3. Secara penerapan, penggunaan sistem tiket elektronik pada koridor

atau rute baru masih melakukan pembayaran tunai dan hanya tersedia

mesin Elektronik Data Capture (EDC) dari Bank tertentu.

8

4. Pemberlakuan biaya administrasi pada setiap transaksi isi ulang di

koridor Transjakarta serta ada biaya yang dibebankan pada saat

pembelian tiket elektronik bagi pengguna yang tidak memiliki tiket

elektronik.

Dari perumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

Bagaimana mengetahui faktor faktor apa saja yang mempengaruhi

penerimaan pengguna sistem tiket elektronik serta status tingkat penerimaan

dalam penerapan sistem tiket elektronik berdasarkan persepsi pengguna

Transjakarta.

1.3 Tujuan dan sasaran

1.3.1 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang sudah

dipaparkan sebelumnya, penelitian ini dilakukan dengan dua tujuan, yaitu

untuk :

1) Mengetahui status penerimaan pengguna sistem tiket elektronik

Transjakarta berdasarkan hasil analisis.

2) Menguji faktor apa yang mempengaruhi penerimaan pengguna

terhadap system tiket elektronik Transjakarta.

1.3.2 Sasaran

Mengacu pada tujuan penelitian di atas, maka sasaran pelaksanaan

penelitian ini adalah untuk :

9

1) Mengetahui status penerimaan pengguna sistem elektronik

Transjakarta berdasarkan interpretasi dan diskusi hasil analisis.

2) Mengetahui faktor apa yang mempengaruhi penerimaan pengguna

terhadap sistem elektronik Transjakarta berdasarkan penelitian yang

digunakan.

1.4 Ruang Lingkup dan Batasan

Adapun ruang lingkup dan batasan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Proses yang dilakukan pada penelitian ini adalah menguji faktor yang

mempengaruhi penerimaan sistem tiket elektronik (e-ticketing)

Transjakarta berdasarkan penilaian pengguna yaitu masyarakat.

2) Bank yang sering digunakan PT Transjakarta dalam menerapkan

sistem elektronik adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Central

Asia (BCA), Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Mandiri, Bank DKI,

Bank Mega.

3) Penelitian ini dibagi menjadi 5 wilayah Daerah Khusus Ibukota (DKI)

yaitu ; Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Utara dan

Jakarta Pusat.

4) Secara teori, penelitian ini diadopsi dan dimodifikasi 4 variabel yaitu

model, TAM (1989) dan dilengkapi dengan variabel security serta

price value untuk mengukur penerimaan pengguna sistem, mengingat

pentingnya faktor keamanan dan harga dalam penerimaan pengguna

10

sistem peneliti ini seperti yang sudah disebutkan oleh Sathye (1999),

Susanto et al.(2013), dan venkatesh (2012).

5) Secara metodologi, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif

(Creswell, 2013) dengan teknik pengumpulan data survei yang

disebarkan kepada pengguna Transjakarta.Teknik pengambilan

sampel menggunakan simple random sampling (Jogiyanto, 2008;

Guritno et al., 2011; Scheaffer et al., 2011; Acharya et al., 2013).

Analisis data menggunakan pendekatan PLS-SEM dengan SmartPLS

versi 3.0 (Yamin & Kurniawan, 2011; Hair et al., 2012; Afthanorhan,

2013; Wong, 2013; Ringle, 2015).

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1) Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan model

penerimaan pengguna dengan penggabungan aspek teknis penggunaan

sistem dan aspek organisasional, sebagai alternatif baru bagi peneliti

selanjutnya atau berbagai pihak lain dalam memahami penerimaan

pengguna sistem.

2) Secara metodologi, penelitian ini diharapkan dapat mendorong

keragaman metode untuk penyusunan skripsi khususnya di Program

Studi Sistem Informasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

11

3) Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi para perumus dan pengambil kebijakan terkait

pengembangan sistem tiket elektronik (e-ticketing) Transjakarta.

1.6 Model Penelitian

Penelitian ini menggunakan model yang diadopsi dan dimodifikasi dari

model yang dikembangkan Davis (1989). Model ini telah dimodifikasi menjadi

lebih sederhana dengan dihapusnya variabel attitude toward (Venkatesh, 2003).

Kegunaan model ini adalah untuk yang menjelaskan mengenai penerimaan

teknologi yang sedang atau akan digunakan oleh pengguna. Model ini terdiri

dari 4 variabel yaitu Perceived Usefulness (PU), Perceived Easy of Use (PE),

Behavioral Intention to Use (BIU), dan Actual to Use (AU).

Selanjutnya dengan mempertimbangkan peran pentingnya faktor

keamanan seperti yang dijelaskan Sathye (1999) dan Susanto et al. (2013)

bahwa keamanan merupakan suatu isu yang penting bagi kepuasan nasabah

dalam layanan internet banking, dan juga menganggap keamanan dan privasi

sebagai penghalang utama dalam pengadopsian teknologi informasi. Keamanan

sistem informasi adalah segala bentuk mekanisme yang harus dijalankan dalam

sebuah sistem yang ditujukan agar sistem tersebut terhindar dari segala ancaman

yang membahayakan keamanan data informasi dan keamanan pelaku sistem

(ISO, 2008). Harga mempengaruhi minat konsumen dalam penerimaan

(Venkatesh, 2012). Harga biasanya dikonseptualisasikan berasama dengan

12

kualitas produk atau layanan untuk menentukan nilai yang dirasakan dari produk

atau layanan (Zeithaml, 1988).

Gambar 1.2 Model penelitian yang diadopsi

1.7 Pertanyaan Penelitian

Mengacu pada tujuan dan sasaran penelitian, maka dua pertanyaan utama

dalam penelitian ini adalah :

Q.1 Bagaimana memahami tingkat penerimaan penggunaan sistem

elektronik Transjakarta berdasarkan persepsi pengguna?

Q.2 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan penggunaan

sistem elektronik Transjakarta?

Berikut adalah pertanyaan penelitian terkait faktor-faktor yang

mempengaruhi penerimaan pengguna sistem elektronik yang

dikembangkan sesuai dengan model penelitian yang sudah diajukan:

Q2.1 Apakah PE berpengaruh secara signifikan terhadap PU?.

13

Q2.2 Apakah PE berpengaruh secara signifikan terhadap BIU ?.

Q2.3 Apakah PU berpengaruh secara signifikan terhadap BIU?.

Q2.4 Apakah PE berpengaruh secara signifikan terhadap SC?.

Q2.5 Apakah SC berpengaruh secara signifikan terhadap BIU?.

Q2.6 Apakah BIU berpengaruh secara signifikan terhadap PR?.

Q2.7 Apakah BIU berpengaruh secara signifikan terhadap AU?.

Q.2.8 Apakah PR berpengaruh secara signifikan terhadap AU?.

1.8 Metodologi Penelitian

Secara umum, penelitian ini menggunakan metode kuantitatif (Creswell,

2013). Pada penelitian ini akan dikembangkan model penelitian sebagai sumber

rumusan sejumlah hipotesis. Hipotesis ini kemudian diuji menggunakan data

yang telah dikumpulkan dari kuesioner (Sugiyono, 2013). Kuesioner dirancang

dalam bentuk pernyataan yang sejalan dengan pendekatan dan strategi penelitian

yang selanjutnya disebarkan kepada responden yang telah ditargetkan.

Selanjutnya, pengujian awal sudah dilakukan untuk mengukur tingkat validitas

kuesioner tersebut khususnya bagaimana calon responden mengerti isi

pernyataan-pernyataan penelitian. Tiga puluh responden dalam pengujian awal

ini digunakan seperti yang dilakukan Subiyakto et al. (2017).

Responden pada penelitian ini adalah pengguna Transjakarta, ini dilakukan

terkait dengan upaya untuk menjamin tingkat keberhasilan penelitian yang

berhubungan dengan ketersediaan sumber daya pada penelitian dan kemudahan

dalam mendapatkan data. Berdasarkan laporan jumlah pengguna Transjakarta

14

bulan Januari 2017 hingga Maret 2017 yaitu 36,68 juta orang. Hal ini sukar

untuk dijangkau sehingga teknik pengambilan sampel akan diterapkan untuk

mendapatkan sampel yang bisa mewakili populasi ini. Tahap pertama dilakukan

secara acak (simple random sampling) pada koridor Transjakarta di Pinang

Ranti, Lebak Bulus dan Pondok Indah (Ritchie, 2013).

Kuesioner disebarkan secara tidak langsung kepada responden. Penyebaran

secara tidak langsung dilakukan oleh peneliti dengan menyebarkan link melalui

media sosial dengan bantuan fitur google forms untuk pengisiannya. Setelah itu,

semua kuesioner yang terkumpul akan disaring dan diklasifikasikan menggunakan

perangkat lunak pengolah angka Ms. Excel. Berdasarkan pengumpulan data

tersebut diperoleh sebanyak 128 data yang valid untuk digunakan. Proses analisis

data secara kuantitatif menggunakan pendekatan PLS-SEM dengan SmartPLS

versi 3.0 (Yamin & Kurniawan, 2011; Hair et al., 2012; Afthanorhan, 2013;

Wong, 2013; Ringle, 2015), selanjutnya interpretasi dilakukan berdasarkan hasil

analisis tersebut. Terakhir, kesimpulan-kesimpulan dibuat sesuai dengan

pertanyaan penelitian yang telah diajukan dan didiskusikan berdasarkan batasan

penelitian, seperti yang dicontohkan para peneliti sebelumnya (Subiyakto, et al.,

2015a, 2015b; Subiyakto, et al.; 2015; Subiyakto, et al., 2016; Subiyakto, et al.,

2017).

1.9 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan laporan penelitian, pembahasan terbagi dalam lima bab

yang secara singkat akan diuraikan sebagai berikut :

15

BAB I PENDAHULUAN:

Bab ini berisi penjelasan secara singkat mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini mengenai dasar teori yang mendukung tentang analisis pengukuran

penerimaan pengguna e-ticketing Transjakarta menggunakan model TAM.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas tentang metode proses pelaksanaan penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini, yang dimana dibagi dua metode yaitu

pengumpulan data dan metode analisis data

BAB IV ANALISIS DAN INTERPRETASI

Bab ini memaparkan analisis data dan hasilnya, interpretasi, dan diskusi

hasil penelitian. Analisis data utamanya dilakukan menggunakan metode

PLS-SEM dengan perangkat lunak SmartPLS 3.0. Selanjutnya, interpretasi

dan diskusi dilakukan dengan merujuk kepada basis teori sebelumnya,

merujuk kepada basis teori sebelumnya, memperhatikan dan menimbang

pelaksanaan proyek SI secara praktis di lapangan.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi kesimpulan yang berkenaan dengan hasil pemecahan masalah

serta beberapa saran untuk pengembangan dapat bermanfaat untuk evaluasi

sistem tiket elektronik (e-ticketing) di masa mendatang.

16

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pengukuran

Menurut Hopkins & Antes (1990), pengukuran dapat didefinisikan sebagai

suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka berdasarkan

hasil pengamatan mengenai beberapa ciri tentang suatu objek, orang atau

peristiwa. Sedangkan Menurut Sridadi (2007), pengukuran adalah suatu proses

yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh besaran kuantitatif dari

suatu objek tertentu dengan menggunakan alat ukur yang baku. Adapun

pendapat lain tentang pengukuran menurut Jogiyanto (2008) yaitu, pemberian

nilai property dari suatu objek merupakan suatu entitas yang akan diteliti,

sedangkan property adalah karakteristik dari objek tesebut.

2.2 Definisi Penerimaan Pengguna

Penerimaan pengguna secara definisi, menurut Succi & Walter dalam

Pikkarainen et al. (2004), penerimaan pengguna terhadap sistem teknologi

informasi adalah kemauan yang nampak didalam kelompok pengguna untuk

menerapkan sistem teknologi informasi tersebut dalam pekerjaannya. Sedangkan

menurut Nasir (2013), penerimaan pengguna dapat didefinisikan sebagai

keinginan sebuah grup pengguna dalam memanfaatkan teknologi informasi yang

didesain untuk membantu pekerjaan mereka. Menurut Vergragt (2006),

penerimaan konsumen merupakan sikap positif konsumen terhadap sebuah

inovasi dan niat konsumen dalam mengkonsumsi produk atau layanan tersebut.

17

Adapun pendapat lain menurut Moskowitz et al. (2012), mendefinisikan

penerimaan konsumen sebagai sesuatu pengalaman atau fitur dari pengalaman,

ditandai dengan sikap positif terhadap produk, dan pemanfaatan aktual pruduk

oleh konsumen. Sehingga, penerimaan konsumen harus dipandang sebagai

faktor utama yang akan menentukan sukses atau tidaknya suatu penerapan

sistem teknologi. Menurut Verdegem & Verleye (2014), predicting user

acceptance and measuring user satisfaction can be seen as two separate

domains. Penerimaan pengguna berkaitan dengan diterima atau tidaknya suatu

penerapan sistem informasi, sedangkan kepuasan pengguna berkaitan dengan

puas atau tidaknya pengguna dengan sistem informasi yang telah diterapkan.

2.3 Definisi Sistem Informasi

Gambar 2.1 Sistem Informasi (Vytila & Kochi, 2007)

Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang

mempertemukan kebutuhan pengelolaan transaksi harian, mendukung operasi,

18

bersifat manajerial, dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan

pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang dibutuhkan (Hutahaean, 2015).

Definisi lain sistem informasi sebagai suatu komponen yang saling berhubungan

yang mengumpulkan (mendapatkan-kembali), memproses, menyimpan, dan

mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan,

koordinasi dan pengawasan dalam organisasi (Laudon & Laudon, 2005). Selain

mendukung pembuatan keputusan, koordinasi, dan pengawasan, sistem

informasi dapat membantu manajer dalam menganalisa masalah dan

menvisualisasi masalah-masalah kompleks. Informasi yang diberikan oleh

sistem menjelaskan salah satu sistem utama dilihat dari apa yang telah terjadi di

masa lalu, apa yang sedang terjadi, dan apa yang mungkin terjadi di masa depan

(Jati, 2012). Penggunaan SI dapat memberikan banyak manfaat, baik bagi

organisasi/ perusahaan maupun bagi pengguna individual (user). Manfaat

penggunaan SI bagi perusahaan adalah dapat meningkatkan keunggulan

kompetitif perusahaan. Perusahaan dapat memperoleh informasi yang relevan,

akurat, tepat waktu, dan lengkap yang diperlukan oleh perusahaan yang berasal

dari lingkungan internal maupun ekternal perusahaan. Sedangkan bagi pengguna

individual (user) penggunaan sistem informasi dapat memberikan manfaat yaitu

meningkatkan produktivitas kerja, kualitas output, dan efektifitas pekerjaan.

Selain itu, perusahaan menginvestasikan sistem informasi (SI) untuk beberapa

alasan, seperti untuk mengurangi biaya, meningkatkan produksi tanpa

peningkatan biaya yang besar, dan meningkatkan kualitas jasa atau produk

(Lederer et al., 1998).

19

Kesuksesan dari pengguna sistem informasi sangat dipengaruhi oleh

perilaku (users attitude) dan penerimaan pengguna (users acceptace) atas

system yang baru (Davis, 1989; Ventakesh & Davis, 1996; Succi & Walter,

1999). Jika pengguna tidak menginginkan untuk menerima sistem informasi

yang baru, tentu saja hal ini tidak akan memberikan manfaat yang penuh pada

perusahaan (Davis, 1993; Ventakesh & Davis, 1996). Sebaliknya, jika lebih

besar penerimaan dari pengguna, lebih banyak keinginan dari mereka untuk

membuat perubahan pada prakteknya serta untuk menggunakan segala waktu

dan usaha guna memulai menggunakan sistem yang baru (Succi & Walter,

1999).

Kepuasan pengguna (users satisfaction) merupakan ukuran kesuksesan

sistem informasi yang perceptual dan sangat subjektif. Dengan kata lain,

pengguna sistem adalah indikator dari kesuksesan dan penerimaan sistem

informasi. Sebuah sistem itu baik atau buruk sangat tergantung pada apa yang

dirasakan oleh pengguna setelah menggunakan sistem tersebut. Apabila sistem

tersebut dapat meningkatkan kinerja pekerjaan pengguna, maka pengguna akan

cendereung menggunakan sistem. Begitu juga sebaliknya, jika sistem dirasa

tidak dapat meningkatkan kinerja pekerjaan pengguna, maka pengguna akan

cenderung menghindari untuk menggunakan sistem (Jati, 2012).

20

2.4 Komponen Sistem Informasi

Gambar 2.2 Komponen Sistem Informasi (OBrien, 2005)

Sistem informasi terdiri dari lima sumber daya yang dikenal sebagai

komponen sistem informasi. Kelima sumber daya tersebut adalah manusia,

hardware, software, data, dan jaringan. Kelima komponen tersebut memainkan

peranan yang sangat penting dalam suatu sistem informasi. Namun, dalam

kenyataannya, tidak semua sistem informasi mencakup kelima komponen

tersebut. Misalnya, sistem informasi pribadi yang tidak mencakup jaringan

telekomunikasi (Mulyanto, 2009).

Berikut merupakan penjelasan komponen dari sistem informasi:

1. Sumber Daya Manusia

Manusia mengambil peranan yang penting bagi sistem informasi.

Manusia dibutuhkan untuk mengoperasikan sistem informasi. Sumber

daya manusia dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu pengguna

akhir dan pakar sistem informasi. Pengguna akhir adalah orang-orang

yang menggunakan informasi yang dihasilkan dari sistem informasi,

21

sedangkan pakar sistem informasi orang-orang yang mengembangkan

dan mengoperasikan sistem informasi.

2. Sumber Daya Hardware

Sumber daya hardware adalah semua peralatan yang digunakan dalam

pemrosesan informasi. Sumber daya ini tidak hanya sebatas komputer

saja, melainkan semua media data seperti lembaran kertas dan disk

magnetik atau optikal.

3. Sumber Daya Software

Sumber daya software adalah semua rangkaian perintah (instruksi)

yang digunakan untuk memproses informasi. Sumber daya ini tidak

hanya berupa program saja, tetapi juga berupa prosedur.

4. Sumber Daya Data

Sumber daya data bukan hanya sekedar bahan baku untuk

memasukkan sebuah sistem informasi, melainkan sebagai dasar

membentuk sumber daya organisasi.

5. Sumber Daya Jaringan

Sumber daya jaringan merupakan media komunikasi yang

menghubungkan komputer, memproses komunikasi, dan peralatan

lainnya, serta dikendalikan melalui software komunikasi. Sumber

daya ini dapat berupa media komunikasi seperti kabel, satelit, dan

dukungan jaringan seperti modem, software, pengendalian, serta

prosesor antar jaringan.

22

2.5 Theory of Reasoned Action (TRA)

Gambar 2.3 Model Theory of Reasoned Action (Fishbein & Azjen, 1975)

Menurut Jati (2012), Theory of Reasoned Action (TRA) adalah dasar teori

untuk memprediksi perilaku manusia. Diusulkan oleh Fisbein & Azjen (1975),

menganalisis hubungan antara berbagai kriteria kinerja dan sikap seseorang, niat,

dan norma subyektif (Sheppard et al., 1988). TRA menunjukkan bahwa setiap

individu mempertibangkan konsekuensi dari tindakan mereka sebelum mereka

melakukan perilaku tertentu. Menurut teori ini, niat seseorang untuk melakukan

perilaku tertentu dipengaruhi oleh sikap seseorang terhadap perilaku dan norma

subyektif (Azjen & Madden, 1986). Sikap seseorang individu terhadap perilaku

didefinisikan sebagai perasaan posifif atau negatif seseorang tentang

melakukan tujuan perilaku (Fishbein & Ajzen, 1975), sedangkan norma

subyektif didefenisikan sebagai persepsi orang bahwa kebanyakan orang yang

penting baginya berpikir ia harus atau tidak harus melakukan perilaku yang

bersangkutan (Fishbein & Ajzen, 1975). Ini mengasumsikan bahwa orang

tersebut selalu memiliki pilihan untuk melakukan perilaku, sehingga niat

individu untuk melakukan perilaku merupakan penentu langsung tindakan.

23

2.6 Theory of Planned Behavior (TPB)

Gambar 2.4 Model Theory of Planned Behavior (Azjen, 1988)

Theory of planned behavior (TPB) adalah teori perilaku yang

direncanakan atau diprogram dalam pemanfaatan dan penggunaan teknologi

sistem informasi (Hamzah, 2009). Sehingga pada penelitian ini, digunakan

model teori perilaku the theory of planned behavior (TPB) yang dikembangkan

oleh Ajzen (1991) untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

penggunaan sistem pembayaran elektronik yang memakai electronic money

untuk pembayaran transportasi umum di Jabodetabek, khususnya Transjakarta

dan Commuter Line. Teori perilaku yang direncanakan the theory planned

behavior (TPB) telah banyak digunakan dalam banyak penelitian untuk

memprediksi dan memahami persepsi manfaat yang dirasakan tentang

penggunaan dan pengadopsian sebuah sistem. Teori perilaku yang direncanakan

theory planned behavior (TPB) merupakan pengembangan lebih lanjut dari

theory of reasoned action (TRA). Pada TPB ada tiga faktor utama yang menjadi

penentu dari minat.

24

Faktor pertama adalah sikap yang mencerminkan sejauh mana individu

memiliki penilaian setuju atau tidak setuju untuk melakukan suatu perilaku.

Faktor kedua adalah faktor sosial yang juga disebut norma subyektif. Faktor ini

mengacu pada tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak

melakukan suatu perilaku. Faktor ketiga adalah kontrol perilaku. Faktor ini

mengacu pada persepsi kemudahan atau kesulitan melakukan suatu tindakan.

Kontrol perilaku dimasukkan karena merupakan penentu tambahan minat dan

perilaku. Hal ini dijelaskan dalam situasi dimana seseorang tidak memiliki

kontrol penuh atas perilaku mereka. Beberapa faktor lainnya merujuk pada

sejumlah kesempatan yang diperlukan dan sumber daya tertentu, contohnya

waktu, uang, keterampilan dan kerjasama dengan orang lain (Harrison et al.,

1997).

2.7 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

Gambar 2.5 Unified Theory of Acceptance and Use of Technolog (UTAUT)

(Ventakesh, et al., 2003)

25

Model Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

adalah suatu teori yang berpengaruh dan banyak digunakan untuk melakukan

penelitian mengenai penerimaan pengguna (user acceptance) terhadap suatu

teknologi informasi (TI). UTAUT yang dikembangkan oleh Venkatesh et al.

(2003) menggabungkan fitur-fitur terbaik dari delapan teori penerimaan

teknologi terkemuka menjadi satu teori. Kedelapan teori terkemuka yang

disatukan di dalam UTAUT yaitu:

1. Theory of Reasoned Action (TRA)

2. Technology Acceptance Model (TAM)

3. Motivational Model (MM)

4. Theory of Planned Behavior (TPB)

5. Combined TAM and TPB (C-TAM-TPB)

6. Model of PC Utilization (MPCU)

7. Innovation Diffusion Theory (IDT), dan

8. Social Cognitive Theory (SCT).

UTAUT (Venkatesh et al., 2003) juga menganalisis beberapa faktor

penting yang berhubungan dengan prediksi niat dan perilaku untuk

menggunakan teknologi, mengintegrasikan delapan model yang penelitian

sebelumnya digunakan untuk menjelaskan perilaku penggunaan teknologi

informasi.

26

2.8 Technology Acceptance Model

Gambar 2.6 Technology Acceptance Model (Davis, 1989)

TAM adalah suatu model yang dikembangkan oleh Davis (1989) yang

menjelaskan mengenai penerimaan teknologi yang sedang atau akan digunakan

oleh pengguna. Teori ini merupakan adopsi dari beberapa model yang telah

dibangun untuk melakukan analisa serta memahami faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi diterima atau tidaknya penggunaan teknologi baru, dan yang

tercatat dalam berbagai literatur dan referensi hasil riset di bidang teknologi

informasi (TI) diantaranya adalah theory of reasoned action (TRA) dan theory of

planned behavior (TPB).

TAM yang merupakan pengembangan dari dua teori, TRA dan TPB,

berkembang menjadi sebuah model yang berfokus utama untuk mengadopsi

teknologi baru oleh sebuah organisasi, komunitas, perusahaan atau konteks

lainnya yang lebih luas pada perkembangan teknologi informasi (TI) di suatu

negara untuk pertumbuhan ekonomi dan tentunya perkembangan pasar yang lebih

maju. TAM telah banyak diterapkan untuk menyelidiki penerimaan pengguna dan

pemanfaatan teknologi informasi atau sistem informasi (Ahn, et al, 2004; Shih,

2004). Wibowo (2008) menyebutkan bahwa sikap dalam TAM dikonsepkan

27

sebagai sikap terhadap penggunaan sistem yang berbentuk penerimaan atau

penolakan sebagai dampak bila seseorang menggunakan suatu teknologi dalam

pekerjaannya.

Technology Acceptance Model (TAM) menganggap bahwa persepsi

teknologi inovatif (yaitu, manfaat yang dirasakan dan kemudahan penggunaan)

yang mempengaruhi perkembangan sikap terhadap teknologi yang diberikan

akhirnya mengarah kepada pemahaman tentang perilaku penggunaan sistem

teknologi yang ada saat ini (Ahn et al., 2004). Model Technology Acceptance

Model (TAM) memperlihatkan bahwa ketika pengguna (user) disajikan dengan

teknologi baru, ada beberapa variabel yang mempengaruhi keputusan pengguna

tersebut mengenai bagaimana dan kapan mereka akan menggunakannya. Terdapat

dua variabel spesifik yang berkaitan dengan technology acceptance model (TAM),

yaitu persepsi manfaat yang dirasakan dan persepsi kemudahan penggunaan,

keduanya diyakini menjadi faktor penentu dasar penerimaan pengguna teknologi

(Davis, 1989).

Beberapa riset telah dilakukan untuk menguji model TAM ini sebagai alat

untuk memprediksi perilaku menggunakan IT (Information Technology). TAM

telah menjadi sangat populer karena memiliki ciri-ciri teori yang baik, sederhana

(parsimony) dan didukung oleh data (verifiability) serta dapat diterapkan dalam

memprediksi penerimaan dan penggunaan sebuah hasil inovasi dalam berbagai

bidang (generalibility), namun teori TAM memilki kelemahan, seperti:

1. TAM tidak mengakomodasi peranan orang lain disekitarnya dalam

mempengaruhi sikap dan perilaku individu.

28

2. Adanya perbedaan individu dalam berperilaku (individual

differences). Perbedaan itu dapat berasal dari perbedaan kemampuan

kognitif, sifat kepribadian dan tata nilai yang dianutnya.

3. TAM tidak mempertimbangkan peranan dari kemampuan orang untuk

merealisasikan setiap keinginannya.

TAM lebih unggul 47 % dibandingkan TRA 32% dalam minat pengguna, serta

70% minat pengguna dibandingkan dengan TPB 62%(Venkatesh et al., 2003).

Tabel 2.1 Perbedaan TAM dengan Model Penerimaan Lain (Venkatesh et al., 2003)

No. Nama Teori Peneliti Pengertian

1.

Theory of

Reasoned

Action (TRA)

Fishbein &

Azjen

(1975)

Teori untuk memprediksi perilaku manusia yaitu dengan cara

menganalisis hubungna antara berbagai kriteria kinerja dan

sikap seseorang, niat, dan norma subyektif.

2.

Theory of

Planned

Behavior

(TPB)

Azjen

(1988)

Teori yang digunakan untuk memenuhi keadaan ketika

perilaku seseorang tidak sukarela dengan memasukkan

prediktor niat dan perilaku yang mengacu pada keyakinan

tentang adanya faktor yang dapat memfasilitasi atau

menghalangi kinerja suatu perilaku.

3.

Technology

Acceptance

Model

(TAM)

Davis

(1989)

Mengindentifikasi reaksi dan persepsi seseorang terhadap

suatu yang menentukan sikap dan perilaku orang tersebut

dengan cara membuat model perilaku seseorang sebagai suatu

fungsi dari tujuan perilaku ditentukan oleh sikap perilaku

tersebut.

4. Motivational

Model (MM)

Davis, et

al., (1992)

Teori motivasi yang dikembangkan untuk memprediksi

penerimaan dan perilaku penggunaan suatu teknologi tertentu

5.

Combined

TAM and

TPB (C-

TAM-TPB)

Taylor dan

Todd

(1995)

Model hibrida dari TPB dengan TAM yang memberikan

penjelasan akurat mengenai penentu penerimaan dan perilaku

penggunaan suatu teknologi tertentu

6.

Model of PC

Utilization

(MPCU)

Thompson,

et al.,

(1991)

Menilai pengaruh dari kondisi-kondisi yang mempengaruhi

dan memfasilitasi, faktor sosial, kompleksitas, kesesuaian

tugas dan konsekuensi jangka panjang terhadap pemanfaatan

PC.

7.

Innovation

Diffusion

Theory (IDT)

Rogers

(1962)

Diadopsi dari penerapan teknologi IDT dapat mengukur

persepsi masyarakat dengan menggunakan tujuh atribut kunci.

8.

Social

Cognitive

Theory

(SCT)

Bandura

(1977)

Mengindentifikasi perilaku manusia sebagai interaksi dari

faktor pribadi, perilaku, dan lingkungan yang bertujuan

memberikan kerangka untuk memahami, memprediksi, dan

mengubah perilaku manusia.

29

2.8.1 Persepsi Kemanfaatan (Perceived Usefulness)

David (1989) & Adams et al. (1992), mendefinisikan persepsi

kemanfaatan (perceived usefulness) merupakan tingkatan kepercayaan

seseorang terhadap penggunaan suatu subyek tertentu yang dapat memberikan

manfaat bagi orang yang menggunakannya. Perceived usefulness sebagai

persepsi terhadap kemanfaatan didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana

penggunaan suatu teknologi dipercaya akan mendatangkan manfaat bagi orang

yang menggunakan (Davis dalam Wibowo, 2007). Konstruk ini memengaruhi

konstruk kegunaan, sikap, intensi dan penggunaan teknologi sesungguhnya.

Namun yang paling signifikan adalah pengaruh ke konstruk kegunaan,

sementara terhadap konstruk lain pengaruhnya tidak signifikan (Jogiyanto,

2008). Menurut Chin & Todd (1995), kemanfaatan dapat terbagi menjadi dua

kategori, yaitu:

1. Usefulness dengan estimasi satu faktor, yang meliputi dimensi:

a. Menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier)

b. Bermanfaat (Usefull)

c. Menambah produktivitas (Increase Productivity)

d. Mempertinggi efektivitas (enhance effectiveness)

e. Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve job performance)

2. Usefulness dengan estimasi dua faktor, yang meliputi dimensi:

a. Kemanfaatan:

1) Menjadikan pekerjaan lebih mudah (makes job easier)

2) Bermanfaat (Usefull)

30

3) Menambah produktivitas (Increase Productivity)

b. Efektifitas:

1) Mempertinggi efektivitas (enhance effectiveness)

2) Mengembangkan kinerja pekerjaan (improve job performance)

Berikut adalah indikator perceived usefulness menurut (Lee & Wan, 2010):

1. Menggunakan e-ticket mempersingkat waktu saya dalam masalah

ticketing.

2. Menggunakan e-ticket memudahkan saya dalam pembelian ticket.

E-ticket berguna bagi pengguna perjalanan.

2.8.2 Kemudahan Pengguna (Perceived Ease Of Use)

Perceived ease of use sebagai persepsi tentang kemudahan penggunaan

sebuah teknologi didefinisikan sebagai suatu ukuran dimana seseorang percaya

bahwa teknologi informasi dapat dengan mudah dipahami dan digunakan

(Davis dalam Wibowo, 2007). Perceived ease of use didefinisikan sebagai

sejauh mana seseorang percaya bahwa menggunakan suatu teknologi akan

meningkatkan kinerja pekerjaannya (Davis, 1989). Konstruk ini dipengaruhi

oleh konstruk kemudahan penggunaan.

Menurut Adams et al. (1992), intensitas penggunaan dan interaksi antara

pengguna dengan sistem juga dapat menunjukkan kemudahan penggunaan.

Sistem yang lebih sering digunakan menunjukkan bahwa sistem tersebut lebih

mudah dipahami, lebih mudah dioperasikan dan lebih mudah untuk digunakan.

Berdasarkan definisi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemudahan

31

penggunaan komputer tergantung pada tingkat kepercayaan seseorang bahwa

komputer tersebut dapat dengan mudah dipahami dan sistem yang digunakan

dapat dengan mudah dipahami, dioperasikan dan digunakan (Lee & Wan,

2010). menjelaskan beberapa indikator perceived ease of use antara lain

meliputi:

1. Teknologi informasi sangat mudah dipelajari

2. Mudah terampil dalam penggunaan teknologi informasi

3. Teknologi informasi sangat mudah untuk dioperasikan.

2.8.3 Minat Perilaku Penggunaan (Behavioral Intention to Use)

Behavioral intention to use adalah kecenderungan perilaku untuk tetap

menggunakan suatu teknologi (Davis, 1989). Behavioral intention to use

memiliki pengaruh pada penggunaan teknologi sesungguhnya serta dipengaruhi

oleh sikap dan kegunaan. Terdapat 2 indikator untuk mengukur konstruk intensi,

yaitu penggunaan sistem untuk menyelesaikan pekerjaan (carrying out the task)

dan rencana pemanfaatan di masa depan (planned utilization in the future)

(Amoroso & Gardner, 2004).

Menurut Kotler (2012), minat adalah sesuatu yang timbul setelah

menerima rangsangan dari produk yang dilihatnya, kemudian timbul ketertarikan

untuk mencoba produk teresebut dan akhirnya timbul keinginan untuk membeli

dan dapat memiliki produk tersebut. Menurut Ajzen (2011), minat adalah suatu

keadaan dalam diri seseorang pada dimensi kemungkinan subyektif yang

meliputi hubungan antara orang itu sendiri dengan beberapa tindakan.

32

Tingkat penggunaan sebuah teknologi komputer pada seseorang dapat

diprediksi dari sikap perhatian pengguna terhadap teknologi tersebut, misalnya

keinginan menambah peripheral pendukung, motivasi untuk tetap

menggunakan, serta keinginan untuk memotivasi pengguna lain. Menurut Arief

dalam Suseno (2009), mendefinisikan minat perilaku menggunakan teknologi

(behavioral intention to use) sebagai minat (keinginan) seseorang untuk

melakukan perilaku tertentu.

2.8.4 Penggunaan Senyatanya (Actual Use)

Penggunaan senyatanya (actual system usage) adalah kondisi nyata

penggunaan sistem (Davis, 1989). Actual system usage atau penggunaan

teknologi sesungguhnya setara dengan perilaku (behavior) pada TRA namun

untuk digunakan dalam konteks teknologi. Konstruk ini dipengaruhi langsung

oleh intensi dan kegunaan. Terdapat 3 indikator pengukuran konstruk

penggunaan teknologi yaitu penggunaan sesungguhnya, frekuensi

sesungguhnya dan kepuasan pengguna (Wibowo, 2006). Seseorang akan puas

menggunakan system jika mereka meyakini bahwa sistem tersebut mudah

digunakan dan akan meningkatkan produktifitas mereka, yang tercermin dari

kondisi nyata penggunaan (Tangke, 2004).

2.8.5 Keamanan (Security)

Keamanan merupakan suatu isu yang penting bagi kepuasan nasabah

dalam layanan internet banking serta menganggap keamanan dan privasi

33

sebagai penghalang utama dalam pengadopsian teknologi informasi. Variabel

keamanan dan privasi haruslah dipisah, karena keamanan dan privasi termasuk

dalam bentuk struktural jaminan dan diperlukan secara terpisah agar tahu lebih

akurat dan berpengaruh kekhasan kepercayaan awal, karena konsepnya

keamanan dan privasi pada dasarnya berbeda (Susanto et al., 2013). Simon

dalam Rahardjo (2005), keamanan informasi adalah bagaimana dapat

mencegah penipuan (cheating) atau paling tidak, mendeteksi adanya penipuan

di sebuah system yang berbasis informasi, dimana informasinya sendiri tidak

memiliki arti fisik.

Hasil penelitian Sathye dalam Almuntaha (2008), menyatakan bahwa

keamanan merupakan isu yang paling penting dan seringkali dengan publikasi

mengenai keamanan di media membuat kepercayaan nasabah terhadap

keamanan internet banking berkurang. Menurut Casalo et al. dalam Zahid et

al. (2010) dari sudut pandang konsumen, keamanan adalah kemampuan untuk

melindungi informasi atau data konsumen dari tindak penipuan dan pencurian

dalam bisnis perbankan online.

Park & Kim (2006), mengatakan bahwa jaminan keamanan berperan

penting dalam pembentukan kepercayaan dengan mengurangi perhatian

konsumen tentang penyalahgunaan data pribadi dan transaksi data yang mudah

rusak. Ketika level jaminan keamanan dapat diterima dan bertemu dengan

harapan konsumen, maka seorang konsumen mungkin akan bersedia membuka

informasi pribadinya dan akan membeli dengan perasaan aman. Pada sistem

uang elektronik, nilai uang disimpan dalam bentuk bit-bit data. Bit-bit data

34

tersebut mengalir melalui jaringan komputer, diproses pada pemroses,

disimpan pada basis data server, dan sebagainya. Seperti pada sistem uang

konvensional, bit-bit data tersebut dapat diserang oleh orang yang tidak berhak,

dan kemudian dimanipulasi, sehingga orang tersebut dapat menghasilkan uang

(berupa bit-bit data palsu).

Sebuah sistem uang elektronik harus dapat melindungi keamanan data

nilai uang yang dikelola, dengan memenuhi kriteria keamanan tertentu, sesuai

dengan kebutuhan keamanan data nilai uang. Kriteria keamanan untuk sistem

uang elektronik akan dibahas kemudian pada bagian 3. Keamanan (security)

dalam suatu sistem dapat dibagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek people, aspek

proses, dan aspek teknologi (Akbar, 2006). Electronic money menawarkan

tingkat keamanan yang lebih rendah dibandingkan dengan Alat Pembayaran

Menggunakan Kartu (APMK) lainnya seperti kartu kredit atau kartu debit.

Untuk menggunakan e-money dalam pembayaran, tidak diperlukan otorisasi,

baik tanda tangan atau PIN. Ini merupakan kemudahan yang sama dengan

menggunakan uang tunai. Siapa saja yang memiliki sebuah kartu e-money

dapat melakukan pembayaran tanpa otorisasi, sehingga apabila kartu dicuri,

tidak ada jaminan keamanan bagi pemilik kartu. Selain itu, hal lain yang

ditakutkan dalam penggunaan e-money untuk pembayaran adalah kegagalan

ataupun kesalahan dalam transaksi. Mungkin saja terjadi human error yang

mengakibatkan jumlah pembayaran yang tidak benar ketika melakukan

pembayaran di retail-retail yang mendukung sistem pembayaran dengan e-

35

money. Namun, situasi ini diperbaiki dengan memberikan tanda terima berupa

struk pembayaran yang dikeluarkan untuk pelanggan (Widiastuti, 2016).

2.8.6 Harga (Price Value)

Variabel harga (Price Value) diadopsi dari variable Unified Theory of

Acceptance and Use of Technology (UTAUT2) dimana variable tersebut

menggambarkan nilai harga sebagai pengorbanan kognitif konsumen antara

keuntungan yang dirasakan dari aplikasi atau sistem (Venkatesh, 2012). Definisi

harga menurut Kotler (2008), Price Value is the amount of money charged for a

product or service. More broadly, Price Value is the sum of all the value that

consumers exchange for the benefits of having or using the product or service.

Harga adalah sejumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk atau jasa.

Secara lebih luas, harga adalah keseluruhan nilai yang ditukarkan

konsumen untuk mendapatkan keuntungan dari kepemilikan terhadap sebuah

produk atau jasa. Sedangkan Stanton mendefinisikan harga: Price Value is the

amount of money and or goods needed to acquire some combination of another

goods and its companying services. Pengertian di atas mengandung arti bahwa

harga adalah sejumlah uang dan atau barang yang dibutuhkan untuk

mendapatkan kombinasi dari barang yang lain yang disertai dengan pemberian

jasa. Harga merupakan elemen dari bauran pemasaran yang bersifat fleksibel,

dimana suatu saat harga akan stabil dalam waktu tertentu tetapi dalam seketika

harga dapat juga meningkat atau menurun dan juga merupakan satu-satunya

elemen yang menghasilkan pendapatan dari penjualan.

36

Harga adalah sejumlah uang yang harus dibayar oleh pengguna untuk

mendapatkan produk. Dengan kata lain seseorang akan membeli barang kita jika

pengorbanan yang dikeluarkan (uang dan waktu) sesuai dengan manfaat yang

diperoleh dari produksi tersebut (Moenroe, 1990). Jika hal ini dikaitkan dengan

produk layanan, maka seseorang akan datang ke tempat kita jika waktu atau

dana yang dikorbankan untuk mendapatkan produk layanan kita sesuai dengan

produk layanan yang ditawarkan. Harga dan kebijaksanaan harga adalah elemen

yang paling banyak diperdebatkan dalam pemasaran. Harga adalah satu-satunya

variabel strategi pemasaran yang berkaitan dengan pemasukan, bagaimanapun

harga mendatangkan masalah tersendiri. Condous (1983), menyarankan,

apabila pengenaan biaya (charging) merupakan suatu keharusan, maka

besarnya harus disesuaikan dengan kemampuan pengguna. Dalam hal

pemasaran jasa, kreatifitas dan keahlian manajemen paling banyak dibutuhkan

dalam masalah penetapan harga.

2.9 Perkembangan TAM 2

Perpanjangan model penerimaan teknologi (TAM) dikembangkan oleh

Venkatesh dan Davis yang menggariskan kegunaan dan maksud penggunaan

yang dirasakan terkait dengan proses pengaruh sosial dan instrumen kognitif.

Venkatesh dan Davis melaporkan bahwa kegunaan yang dirasakan didasarkan

pada niat penggunaan pada banyak TAM empiris. Penting untuk memahami

37

faktor-faktor penentu dari konsep kegunaan yang dirasakan karena mendorong

niat penggunaan dan bagaimana faktor-faktor penentu ini mempengaruhi

perubahan dari waktu ke waktu, dengan meningkatnya penggunaan sistem.

Meskipun model TAM asli didasarkan pada faktor-faktor penentu

kemudahan penggunaan 2, faktor penentu manfaat yang dirasakan

memungkinkan organisasi merancang intervensi organisasi yang akan

meningkatkan penerimaan pengguna dan penggunaan sistem baru. Untuk alasan

ini, Venkatesh dan Davis melakukan penelitian yang diterbitkan pada tahun

2000 untuk memperluas TAM yang memeriksa bagaimana kegunaan yang

dirasakan dan niat penggunaan membangun berubah dengan penggunaan sistem

informasi (IS).

Gambar 2.7 Model TAM 2 (Davis & Venkatesh 2000)

Gambar 2.7 menunjukkan gambaran umum model Venkatesh & Davis

yang diusulkan, yang disebut sebagai TAM2. Model TAM2 menambahkan,

38

"konstruksi teoritis yang melibatkan proses pengaruh sosial dan proses

instrumental kognitif (relevansi kerja, kualitas keluaran, hasil demonstrasi, dan

kemudahan penggunaan yang dirasakan)". TAM2 menggabungkan norma

subjektif, kesukarelaan, dan citra, yang merupakan tiga bentuk sosial yang saling

terkait. Formulir ini membantu menentukan apakah seseorang akan mengadopsi

atau menolak sebuah sistem baru. Selain ketiga bentuk ini, Venkatesh dan Davis

menunjukkan bahwa determinan kognitif dari kegunaan yang dirasakan pada

TAM2 dapat digambarkan sebagai persepsi kemudahan penggunaan, keluaran,

kualitas keluaran, dan relevansi pekerjaan. Determinan instrumental ini

didefinisikan pada Tabel 2.1

Tabel 2.2 Determinan instrumental (Davis & Venkatesh, 2000)

Process Variabel Definition of variabel

Social

Influence

Subjective norm

A persons perception that most people who are important

him/her think he/she should or should not perform the

behavior in questions(Fishbein & Ajzen, 1975, p.320).

Voluntariness

Extent to which potential adopters perceive the adoption

decision to be non-mandatory (Venkatesh & Davis, 2000,

p.188).

Image The degree to which us of innovation perceived to enhance

ones status in one social sytem (Moore & Benbasat, 1991,

p.190).

Experience The direct effect of subjective norm on intentions my

subside over time with increased system experience

(Venkatesh & Davis, 2000, p.189).

Cognitive

instrumental

Job relevance An individuals perception regarding the degree to which

target system is applicable to individuals job. Job relevance

is a function of the important within ones job of the set of

tasks the system is capable of supporting (Venkatesh &

Davis, 2000, p.191).

Output quality In perceptions of output quality, users will take into

consideration how well the system performs the tasks that

match their job relevance (David, Bagozzi, Warshaw,

1992, p. 985)

Result

demonstrability

Tangibility of the result of using the innovation will

directly influence perceived usefulness (Moore &

Benbasat, 1991, p.203).

39

Konsisten dengan teori tindakan beralasan (TRA), norma subjektif adalah

apa individu lain, penting bagi subjek, memikirkan subjek yang melakukan atau

tidak melakukan perilaku tertentu. TAM2 menunjukkan bahwa, "dalam konteks

penggunaan komputer, efek kepatuhan subjektif berbasis kepatuhan langsung

terhadap niat di atas dan di atas penggunaan yang dirasakan (PU) dan perceived

ease of use (PEOU) akan terjadi dalam pengaturan penggunaan sistem yang

wajib, namun tidak sukarela ". Di TAM2, kesukarelaan, oleh karena itu

ditunjukkan sebagai variabel moderat. TAM2 menyarankan bahwa norma

subjektif secara positif mempengaruhi citra karena, jika kelompok kerja individu

menganggap penting untuk melakukan suatu tugas (misalnya menggunakan

sistem), melakukan tugas tersebut meningkatkan citra individu dalam kelompok.

Selain itu, "TAM2 berteori bahwa efek langsung dari norma subyektif mengenai

niat untuk konteks penggunaan wajib akan kuat sebelum diterapkan dan selama

penggunaan awal, namun akan melemah seiring berjalannya waktu karena

meningkatnya pengalaman langsung dengan sistem memberikan dasar yang

berkembang untuk niat menuju penggunaan berkelanjutan" .Relevansi kerja,

kualitas keluaran, hasil demonstrasi, dan persepsi kemudahan penggunaan

adalah serangkaian faktor penentu manfaat yang dirasakan pada model TAM2.

Relevansi kerja didasarkan pada kemampuan sistem untuk mendukung fungsi

pekerjaan seseorang. Venkatesh & Davis (2000) menggambarkan "kualitas

keluaran sebagai persepsi individu tentang seberapa baik sistem melakukan

tugas tertentu". Hasil demonstrasi menunjukkan bahwa individu akan memiliki

sikap yang lebih positif tentang kegunaan sistem jika perbedaan antara

40

penggunaan dan hasil positif dapat dengan mudah diamati. Selain itu,

kemudahan penggunaan yang dirasakan menguji seberapa mudah atau

mudahnya sistem digunakan. Venkatesh dan Davis menegaskan bahwa TAM2

mengusulkan bahwa semua proses instrumental kognitif secara positif

mempengaruhi kegunaan yang dirasakan dan, pada akhirnya, keinginan individu

untuk menggunakan sistem informasi.Secara keseluruhan, setelah penerapan

sistem bergerak melampaui keputusan individu terhadap keputusan tim, proses

pengaruh sosial harus diperluas melampaui TAM2.

2.10 Electronic Commerce (E-Commerce)

Gambar 2.8 E-Commerce (Moinur, 2014)

E-Commerce atau yang disebut Internet Commerce pada dasarnya

mempunyai makna yang sama, yang berarti suatu cara bagi seorang konsumen

membeli barang yang diinginkan secara online melalui jaringan internet. E-

41

commerce juga dapat diartikan sebagai suatu proses berbisnis dengan

menggunakan teknologi elektronik yang menghubungkan antara perusahaan,

konsumen dan masyarakat dalam bentuk transaksi elektronik dan pertukaran

atau penjualan barang, servis, dan informasi secara elektronik (Munawar,

2009).

Sedangkan Purbo & Wahyudi (2001), yang mengutip pendapatnya David

Baum menyebutkan bahwa: E-commerce is a dynamic set of technologies,

applications, dan business process that link enterprises, consumers, and

communities trough electronic transaction and the electronic exchange of

goods, services and information. Bahwa E-commerce merupakan set dinamis

teknologi, aplikasi dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan,

konsumen, dan komunitas melalui transaksi elektronik dan perdagangan

barang, pelayanan, dan informasi yang dilakukan secara elektronik (Munawar,

2009).

Pendapat lainnya dikemukakan oleh Clarke (2016), Electronic

Commerce Definitions yang menyatakan bahwa E-commerce adalah The

conduct of commerce in goods and services, with assistance of

telecomunications and telecomunications-based tools (E-commerce adalah

tata cara perdagangan barang dan jasa yang menggunakan media

telekomunikasi dan informasi sebagai alat bantunya).

Menurut Turban et al. (2001), e-commerce merupakan suatu bentuk

konsep baru yang menggambarkan proses transaksi pembelian dan penjualan

ataupun pertukaran produk, jasa dan informasi melalui jaringan internet

42

termasuk Internet. Selain itu juga, Kalakota & Whinston dalam buku Suyanto

(2003), mendefinisikan e-commerce dari beberapa perspektif sebagai berikut:

1. Perspektif Komunikasi: e-commerce penyampaian informasi dari suatu

produk atau jasa, atau pembayaran melalui sambungan telepon, jaringan

komputer atau hal lain yang terkait dengan elektronik.

2. Perspektif Proses Bisnis: e-commerce merupakan penerapan teknologi

dalam hal otomatisasi dari transaksi bisnis ke aliran kerja.

3. Perspektif Jasa: e-commerce merupakan suatu perangkat yang ditujukan

bagi perusahaan, konsumen, dan manajemen dalam rangka untuk

meminimalisasi biaya jasa atau layanan dan meningkatkan kualitas

produk serta meningkatkan kecepatan proses pengiriman jasa layanan.

4. Perspektif Online: e-commerce berkaitan dengan kapasitas jual beli

produk dan informasi di internet dan jasa online lainnya.

2.11 Definisi Smart Card

Gambar 2.9 Smart Card (Sukamto et al., 2012)

Smart card sering disebut sebagai chip card atau integrated circuit (IC)

card. Definisi chip card sendiri yaitu kategori umum yang mencakup smart

43

card dan memory card. Smart card adalah plastic card yang mengandung

memory chip dan microprocessor. Kartu ini bisa menambah, menghapus,

mengubah informasi yang terkandung. Keunggulannya adalah smart card tidak

perlu mengakses database di server karena sudah ada sebagian terkandung di

kartu Sedangkan memory card dipasangi memory silicon tanpa microprocessor

(Satria et al., 2005).

Smart card adalah kartu sederhana yang terbuat dari plastik, ukurannya

seperti kartu kredit, dengan sebuah mikroprosesor dan memori yang melekat di

didalamnya. Disamping ukuran fisiknya yang kecil juga mempunyai banyak

ragam aplikasi untuk menyimpan data, kartu telephone dan identifikasi

individu digital (Sukamto et al., 2012). Menurut Donny (2008), smart card

adalah kartu yang berukuran seperti kartu kredit tetapi memiliki sebuah chip

computer atau microprocessor di dalamnya. Kartu ini dapat di program untuk

melakukan suatu tugas dan menyimpan informasi, tetapi harus diingat bahwa

mikroprosesor pada kartu tidak sekuat microprocessor Personal Computer

(PC), sehingga kemampuannya tidak dapat disamakan dengan PC. Untuk

mengkoneksikan kartu dan komputer diperlukan Card Acceptance Device

(CAD), seperti card reader, yang bertindak sebagai terminal penghubung atau

interface device.

2.12 Uang Elektronik (E-money)

Uang elektronik (disebut juga uang digital, atau dalam bahasa inggris:

electronic money, electronic cash, digital money, digital cash) merupakan

44

bentuk uang tanpa uang fisik (cashless money) yang menyimpan nilai uang

dalam bentuk data digital. Uang elektronik pada saat ini semakin berkembang,

karena lebih praktis dari uang konvensional (uang kertas). Bank for International

Settlement (BIS, 1996) mendefinisikan electronic money (e-money) adalah

produk stored value atau prepared card yang jumlah uang tersebut berada dalam

kartu elektronik atau juga bisa disebut peralatan elektronik. Uang tersebut dapat

diperoleh secara elektronik karena prosesnya melalui penyetoran sejumlah uang

tunai ke bank lalu dari pihak bank memindahkan uang tersebut dengan sistem

transfer dana atau uang secara elektronik ke pemiliknya.

Menurut Adiyanti (2015), uang elektronik adalah uang yang digunakan

dalam transaksi internet dengan cara elektronik. Biasanya, transaksi ini

melibatkan penggunaan jaringan komputer. Uang elektronik memiliki nilai

tersimpan (stored-value) atau prabayar (prepaid) dimana sejumlah nilai uang

disimpan dalam suati media elektronis yang dimiliki seseorang. Nilai uang

dalam e-money akan berkurang pada saat konsumen menggunakan untuk

pembayaran. Menurut Kim et al. (2013), electronic money is used with the

concept of performing money functions with electronic equipment.. Further, it

is value information that is described with a digital signal that a bank sends to

guarantee face value. It is defined as money that is provided to the issuer in

advance; a certain monetary value is saved in an IC chip or a computer

communication network built in a plastic card to be used in the information

communication network. Electronic money is used in various forms. Pengertian

diatas mengatakan bahwa alat tukar elektronik dianggap penting karena dapat

45

dijadikan sebagai revolusi dalam perubahan sistem pembayaran dari tradisional

berupa transaksi non tunai atau cek menjadi sistem pembayaran yang lebih

canggih untuk masa depan.

Menurut Rivai (2001), uang elektronik adalah alat bayar elektronik yang

diperoleh dengan menyetorkan terlebih dahulu sejumlah uang kepada penerbit,

baik secara langsung, maupun melalui agen-agen penerbit, atau dengan

pendebitan rekening di Bank, dan nilai uang tersebut dimasukan menjadi nilai

uang dalam media uang elektronik, yang dinyatakan dalam satuan Rupiah, yang

digunakan untuk melakukan transaksi pembayaran dengan cara mengurangi

secara langsung nilai uang pada media uang elektronik tersebut. E-Money

merupakan salah satu alternatif pembayaran yang bentuknya bisa bermacam-

macam. Selama ini e-money yang berkembang di masyarakat masih dalam

bentuk microprocessor chip yang ditanamkan dalam sebuah kartu. Kartu e-

money berukuran sama dengan kartu kredit/debit namun sedikit lebih tebal

akibat adanya chip tadi (Fadhli, 2013). E-money yang dimaksudkan disini juga

berbeda dengan alat pembayaran elektronis berbasis kartu lainnya seperti kartu

kredit dan kartu debet. Kartu kredit dan kartu debet bukan merupakan prepaid

products melainkan access products. Secara umum perbedaan karakteristik

antara prepaid product dan access product adalah:

1. Prepaid Product (E- Money)

a. Nilai uang telah tercatat dalam instrumen e-money, atau sering disebut

dengan stored value.

46

b. Dana yang tercatat dalam e-money sepenuhnya berada dalam

penguasaan konsumen.

c. Pada saat transaksi, perpindahan dana dalam bentuk electronic

value dari kartu e-money milik konsumen kepada

terminal merchant dapat dilakukan secara off-line. Dalam hal ini

verifikasi cukup dilakukan pada level merchant (point of sale), tanpa

harus on-line ke computer issuer.

2. Access Product (Kartu Debet dan Kartu Kredit)

a. Tidak ada pencatatan dana pada instrumen kartu.

b. Dana sepenuhnya berada dalam pengelolaan bank, sepanjang belum

ada otorisasi dari nasabah untuk melakukan pembayaran.

c. Pada saat transaksi, instrumen kartu digunakan untuk melakukan

akses secara on-line ke komputer issuer untuk mendapatkan otorisasi

melakukan pembayaran atas beban rekening nasabah, baik berupa

rekening simpanan (kartu debet) maupun rekening pinjaman (kartu

kredit). Setelah di-otorisasi oleh issuer, rekening nasabah kemudian

akan langsung didebet. Dengan demikian pembayaran dengan

menggunakan kartu kredit d