Fisio Mastikasi Reflek Muntah

20
DAFTAR ISI Kata Pengantar..................................... 1 Daftar isi......................................... 2 BAB 1. PENDAHULUAN................................. 3 BAB 2. HASIL PENGAMATAN............................ 7 BAB 3. PEMBAHASAN.................................. 11 BAB 4. KESIMPULAN.................................. 14 Daftar Pustaka..................................... 15

description

reflek muntah

Transcript of Fisio Mastikasi Reflek Muntah

DAFTAR ISI

Kata Pengantar1

Daftar isi2

BAB 1. PENDAHULUAN3

BAB 2. HASIL PENGAMATAN7

BAB 3. PEMBAHASAN11

BAB 4. KESIMPULAN14

Daftar Pustaka15

BAB I

PENDAHULUAN

0. Landasan Teori

Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada Maksila dan mandibula, yang terjadi selama pergerakan Mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara Dental system, Secara teoritis, oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan secara langsung (tanpa perantara) dalam suatu hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen sistem stomato-gnatik terhadap permukaan gigi-geligi yang berkontak dalam keadaan berfungsi.

0. Konsep Dasar Oklusi

a. Oklusi seimbang

oklusi seimbang (balanced occlusion) yang menyatakan suatu oklusi baik atau normal, bila hubungan antara kontak geligi bawah dan geligi atas memberikan tekanan yang seimbang pada kedua rahang, baik dalam kedudukan sentrik maupun eksentrik.

b. Oklusi morfologis

oklusi morfologik (morphologic occlusion) yang penganutnya menilai baik-buruknya oklusi melalui hubungan antar geligi bawah dengan lawannya dirahang atas pada saat geligi tersebut berkontak.

c. Oklusi dinamis

oklusi dinamik/individual/fungsional (dinamic)/individual/functional occlusion). Oklusi yang baik atau normal harus dilihat dari segi keserasian antara komponen-komponen yang berperan dalam proses terjadinya kontak antar geligi tadi. Komponen-komponen ini antara lain ialah geligi dan jaringan ini antara lain ialah geligi dan jaringan penyangganya, otot-otot mastikasi dan sistem neuromuskularnya, serta sendi temporo mandibula. Bila semua struktur tersebut berada dalam keadaan sehat dan mampu menjalankan fungsinya dengan baik, maka oklusi tersebut dikatakan normal (Gunadi, Haryanto A; dkk).

0. Jenis-Jenis Oklusi

a. Oklusi Ideal merupakan konsep teoretis dari struktur oklusal dan hubungan fungsional yang mencakup prinsip dan karakteristik ideal yang harus dimiliki suatu keadaan oklusi. Menurut Kamus Kedokteran Gigi, oklusi ideal adalah keadaan beroklusinya semua gigi, kecuali insisivus central bawah dan molar tiga atas, beroklusi dengan dua gigi di lengkung antagonisnya dan didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami keausan.

b. Oklusi Normal, menurut Leory Johnson menggambarkan oklusi normal sebagai suatu kondisi oklusi yang berfungsi secara harmonis dengan proses metabolic untuk mempertahankan struktur penyangga gigi dan rahang berada dalam keadaan sehat.

Oklusi gigi-geligi secara normal dapat dikelompokkan dalam 2 jenis, yaitu:

1. oklusi statik merupakan hubungan gigi geligi rahang atas (RA) dan rahang bawah (RB) dalam keadaan tertutup atau hubungan daerah kunyah gigi-geligi dalam keadaan tidak berfungsi (statik). Pada oklusi statik, hubungan cusp fungsional gigi geligi posterior (premolar) berada pada posisi cusp to marginal ridge dan cusp fungsional gigi molar pada posisi cusp to fossa. Sedang pada hubungan gigi anterior dapat ditentukan jarak gigit (overjet) dan tinggi gigit (overbite) dalam satuan milimeter (mm). Jarak gigit (overjet) adalah jarak horizontal antara incisal edge gigi incisivus RA terhadap bidang labial gigi insisivus pertama RB. Dan tinggi gigit (overbite) adalah jarak vertikal antara incisal edge RB sampai incisal edge RA.

2. oklusi dinamik merupakan hubungan antara gigi geligi RA dan RB pada saat seseorang melakukan gerakan mandibula ke arah lateral (samping) ataupun kedepan (antero-posterior). Oklusi dinamik timbul akibat gerakan mandibula ke lateral, kedepan (anterior) dan kebelakang (posterior). Oklusi yang terjadi karena pergerakan mandibula ini sering disebut artikulasi. Pada gerakan ke lateral akan ditemukan sisi kerja (working side) yang ditunjukan dengan adanya kontak antara cusp bukal RA dan cusp molar RB; dan sisi keseimbangan (balancing side). Working side dalam oklusi dinamik digunakan sebagai panduan oklusi (oklusal guidance), bukan pada balancing side.

c. Oklusi sentrik adalah posisi kontak maksimal dari gigi geligi pada waktu mandibula dalam keadaan sentrik, yaitu kedua kondisi berada dalam posisi bilateral simetris di dalam fossanya. Sentris atau tidaknya posisi mandibula ini sangat ditentukan oleh panduan yang diberikan oleh kontak antara gigi pada saat pertama berkontak. Keadaan ini akan mudah berubah bila terdapat gigi supra posisi ataupun overhanging restoration.

0. Kontak Gigi Geligi

Kontak gigi geligi karena gerakan mandibula dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Intercupal Contact Position (ICP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi dengan antagonisnya

2. Retruded Contact Position (RCP), adalah kontak maksimal antara gigi geligi pada saat mandibula bergerak lebih ke posterior dari ICP, namun RB masih mampu bergerak secara terbatas ke lateral.

3. Protrusif Contact Position (PCP) adalah kontak gigi geligi anterior pada saat RB digerakkan ke anterior

4. Working Side Contact Position (WSCP) adalah kontak gigi geligi pada saat RB digerakkan ke lateral. (Hamzah, Zahreni,dkk)

0. Hubungan Mandibula Terhadap Maksila

Relasi Sentrik merupakan hubungan mandibula terhadap maksila, yang menunjukan posisi mandibula terletak 1-2 mm lebih ke belakang dari oklusi sentris atau kondili terletak paling distal dari fossa glenoid, tetapi masih memungkinkan adanya gerakan dalam arah lateral. Pada keadaan kontak ini gigi-geligi dalam keadaan ICP atau dapat dikatakan bahwa ICP berada pada posisi RCP.

Jarak Inter-Oklusal, Jarak antara oklusal premolar RA dan RB dalam keadaan istirahat, rileks dan posisi tegak lurus. Pada keadaan ini otot-otot pengunyahan dalam keadaan istirahat, hal ini menunjukan otot-otot kelompok elevator dan depresor tonus dan kontraksinya dalam keadaan seimbang, dan kondili dalam keadaan netral atau tidak tegang. Posisi ini dianggap konstan untuk tiap individu.

0. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Oklusi

Oklusi pada masing-masing individu tidaklah sama. Faktor-faktor yang mempengaruhi oklusi gigi manusia antara lain:

Variasi genetik

Perkembangan gigi-geligi secara acak

Adanya gigi-gigi supernumerary

Otot-otot dan jaringan sekitar rongga mulut

Kebiasaan

Trauma

BAB II

HASIL PERCOBAAN

2.1 Tabel Hasil Percobaan

2.1.1Pengunyahan

1. Kekuatan Gigit Maksimal

Jenis kelamin orang coba

gigi

Kedalaman gigit

Kanan

Kiri

Perempuan

Insisiv pertama

0,3 cm

0,2 cm

Kaninus

0,7 cm

0,5 cm

Molar Pertama

O,5 cm

1 cm

Laki-laki

Insisiv pertama

0,8 cm

0,8 cm

Kaninus

0,5 cm

0,7 cm

Molar pertama

0,4 cm

0,3 cm

1. Efisiensi Kunyah

Perhitungan efisiensi kunyah:

1. Pengunyahan 20 kali

NA = (N+S) S

= 25,12 11,52

= 13,6

= x 100% = x 100%= 144,83%

1. Pengunyahan 15 kali

NA = (N+S) S

= 25,7 11,52

= 14,18

= x 100% = x 100%= 151,01%

1. Pengunyahan 10 kali

NA = (N+S) S

= 24,9 11,52

= 13,38

= x 100% = x 100%= 142,49%

Jenis kelamin orang coba

Efisiensi kunyah

20 kali

15 kali

10 kali

Perempuan

144,83%

151,01%

142,49%

1. Kelelahan Otot wajah

Jenis kelamin orang coba

Waktu kunyah (awal kunyah-lelah)

Perempuan

3.57 detik (340 kunyahan)

1. Gerakan Lidah pada saat Pengunyahan

Jenis kelamin orang coba

Posisi lidah

Bentuk

Ukuran (normal / tidak)

warna

Tekstur

Perempuan

Relaksasi

Pipih dan lebar

Normal

Merah muda

Lembut

Anterior

Panjang dan tebal

Menyempit

Lebih gelap

lembut

Lateral

Panjang tebal dan melengkung

Menyempit

Lebih geap

Lembut

Posterior

Melengkung ke belakang

Lebih kecil

Merah muda keunguan

Lebih kasar

Mengunyah

Tidak menentu

Agak mengecil

Merah muda

lembut

2.1.2 Pemeriksaan Proses Menelan

1. Pemeriksaan Palpasi saat menelan

Jenis kelamin orang coba

Pola gerakan

(deskripsikan apakah gerakannya normal atau ada hambatan)

Perempuan

Normal, gerakan keatas, kebawah dan keatas

1. Pengaruh Peningkatan Sekresi Saliva terhadap Penelanan

Perlakuan

Respon Orang coba

Dengan pemijatan

Pengunyahan terasa lebih mudah dan lebih cepat halus

Tanp pemijatan

Lebih sulit menelan

Kemudahan menelan : lebih mudah dengan pemijatan

1. Pengaruh Jenis Makanan terhadap Penelanan

Jenis kelamin orang coba

Kemudahan menelan dan respon orang coba

1 : 1

1 : 2

1 : 3

Perempuan

Sulit ditelan karena ukuran nasi masih besar

Agak mudah di telan

Sangat mudah ditelan

2.1.3Prosedur Percobaan Refleks Muntah

1. Pengaruh Sentuhan Terhadap Refleks Muntah

Lokasi

Respon orang coba (reflex muntah)

Ujung lidah

Tidak terjadi respon

Dorsal lidah

Tidak terjadi respon

Lateral kiri

Tidak terjadi respon

Lateral kanan

Tidak terjadi respon

Anterior

Tidak terjadi respon

Posterior

Terjadi respon

Posterior palatum

Terjadi respon

Uvula

Terjadi respon dengan cepat

Tonsil

Terjadi respon

Faring aas ( jika bisa)

-

Yang paling sensitive adalah :

Uvula

1. Pengaruh Suhu dan Sentuhan terhadap Refleks Muntah

Lokasi

Respon orang coba (reflex muntah)

Air es

Air hangat

Ujung lidah

Tidak terjadi respon

Tidak terjadi respon

Dorsal lidah

Tidak terjadi respon

Tidak terjadi respon

Lateral kiri

Tidak terjadi respon

Tidak terjadi respon

Lateral kanan

Tidak terjadi respon

Tidak terjadi respon

Anterior

Tidak terjadi respon

Tidak terjadi respon

Posterior

Terjadi respon tapi lama

Terjadi respon

Posterior palatum

Terjadi respontapi lama

Terjadi respon dengan cepat

Uvula

Terjadi respon agak cepat

Terjadi respon dengan cepat

Tonsil

Terjadi respon sangat cepat

Terjadi respon dengan cepat

Faring atas (jika bisa)

-

-

Yang paling sensitive adalah :

Tonsil

Posterior palatum, uvula dan tonsil

1. Pengaruh Rasa Pahit terhadap Refleks Muntah

Jenis kelamin orang coba

Daerah yang di tetes

Reaksi orang coba

Perempuan

Posterior lidah

Terdapat pengaruh gagging reflex dan terasa pahit

Laki-laki

Posterior lidah

Terdapat pengaruh gagging reflex dan terasa pahit

PERTANYAAN:

1. Apa ada perbedaan lebar permukaan rongga mulut antara laki-laki dan perempuan? Jelaskan mengapa?

Jawab: Ada perbedaan lebar permukaan rongga mulut antara laki-laki dan perempuan. Terdiri dari perbedaan lengkung rahang dimana lengkung rahang aki-laki lebih besar dari perempuan. Selain itu kebiasaan laki-laki tertawa terlalu lebar juga mempengaruhi lebar permukaan rongga mulut. Lengkung rahang juga mempengaruhi faktor local baik oleh gigi geligi yang menyusun lengkung gigi itu sendiri. Hubungan antar gigi , maupun gigi antagonisnya lengkung rahang mengekspresikan gabungan antara ukuran gigi, lidah, bibir dan fungssi gigi otot pipi.

1. Apa perbedaan kekuatan gigit maksimal laki-laki dan perempuan? Jelakan mengapa?

Jawab: Terdapat perbedaan antara kekuatan gigit maksimal laki-laki dan perempuan tapi hanya sedikit. Kekuatan gigit maksimal laki-laki sedikit lebih kuat daripada perempuan. Hal ini terjadi karena otot pengunyahan laki-laki lebih kuat daripada perempuan.

1. Mangapa makanan ada yang mudah di telan dan ada yang sukar? Jelaskan mengapa?

Jawab: Karena umumnya makanan yang dimakan banyak yang berbeda baik dari segi bentuk dan kandungan dalam makanan tersebut. Makanan yang teksturnya kasar dan mengandung sedikit air akan susah di telan, sedangkan makanan yang teksturnya halus dan mengandung banyak air akan lebih mudah ditelan.

1. Mengapa rasa pahi dapat merangsang refleks muntah?

Jawab : Karena rasa pahit dapat merangsang impuls saraf sensorik yang di teuskan ke otot melalui nervus glossofaringeus. Setelah mencapai otak rangsangan motoriknya akan di bawa kembali ke nervus vagus untuk member reflex muntah. Dimana di dalam rongga mulut terdapat saraf motorik maupun sensorik yang keduanya saling bekerja sama. Hal inilah yang memberikan reflex muntah pada seseorang yang merasakan rasa pahit.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Pemeriksaan Oklusi Sentrik

Pada pemeriksaan oklusi sentrik ini orang coba yang berjenis kelamin perempuan dalam posisi duduk dengan tenang, dengan posisi bidang oklusi sejajar lantai. Kemudian instruksikan untuk membuka mulut lalu menutupkan mulut sampai gigi pada kedua rahang saling menyentuh .Lalu mencatat hubungan gig Pada percobaan ini, kami menggunakan orang coba dengan jenis I posterior rahang atas terhadap rahang bawah.

Pada orang coba hubungan gigi-geligi posterior adalah pada rahang kiri P1, P2, M1 dan M2 berkontak dengan pasangannya masing-masing. Sedangkan pada rahang kiri, P1 atas dengan P2 bawah, P2 atas dengan M1 bawah, M1 atas dengan M2 bawah dan M2 atas dengan M2 bawah

3.2. Pemeriksaan Relasi Sentrik

1. Oklusi sentrik

Pada percobaan ini, kami mengukur jarak gigit orang coba yang berjenis elamin perempuan dengan menggunakan jangka . Orang coba diinstriksikan untuk membuka dan menutuk mulut sebanyak 3 kali lalu kami mencatat jarak overjet dengan jangka dan didapatkan hasil 2 mm. Hal ini dikatakan normal, karena jarak normal overjet pada oklusi sentrik 2-3mm.

1. Relasi sentrik

Pada percobaan ini, orang coba diinstruksikan untuk menggerakkan mandibula ke belakang dengan dibantu oleh operator sehingga dididapatkan oklusi sentrik. Lalu diukur jaraj overjet menggunakan jangka yang selanjutnya diukur pada penggaris. Didapatkan hasil yaitu 4 mm. Hal ini dikatakan normal karena jarak overjet normal pada relasi sentrik adalah 4-6mm.

3.3. Pemeriksaan Physiological Rest Position

Orang coba melakukan posisi istirahat dan mandibula dalam keadaan rileks dan posisi tegak lurus, dalam posisi non oklusal mandibula yaitu posisi physiological rest position, selanjutnya perhatikan otot-otot harus dalam keadaan istirahat. Orang coba diminta untuk membuka kedua bibir orang coba tanpa menimbulkan gerakan pada rahangnya. Kemudian dimulai pengukuran jarak oklusal sebagai free way space. Selisih antara dimensi vertical saat gigi geligi beroklusi dan saat mandibula istirahat disebut freeway space. Range freeway space normal adalah berkisar 2-4 mm. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan,pada orang coba dengan jenis kelamin perempuan diketahui memiliki freeway space 4,5 mm. Hal ini dikatakan kurang normal.

3.4. Pemeriksaan Oklusi Senterik (Overbite dan Overjet)

Pada percobaan ini dilakukan pengukuran overjet dan overbite. Overjet atau jarak gigit adalah jarak horizontal antara incisal gigi incisivus RA terhadap bidang labial gigi incisivus pertama RB. Sedangkan Overbite atau tinggi gigit adalah jarak vertical antara incisal edge RB sampai incisal edge RA. Overbite dan overjet normal yaitu sekitar 2 4 mm. Berdasarkan percobaan didapatkan overjet pada orang coba 3, mm. Sedangkan untuk overbite 5 mm sehingga menyebabkan gigi terlihat lebih maju kedepan.

3.5. Pemeriksaan Oklusi Dinamikn/Artikulasi

Pada posisi duduk dengan tenang, orang coba diminta menggerakan RB ke lateral sampai didapatkan cusp bukal RA dan RB bersentuhan. Kemudian instruksikan orang coba untuk melakukan gerakan gerakan RB ke lateral, tentukan sisi kerja (working side) dan sisi keseimbangan (balancing side). Selanjutnya tentukan pola oklusinya.

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan pada orang diperoleh data bahwa oklusi gigi geligi pada sisi kerja terjadi kontak dan oklusi gigi pada sisi keseimbangannya terjadi kontak. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa orang coba pola oklusinya adalah BBO (Bilateral Balanced Occlusion) dimana gigi geligi posterior pada sisi kerja dan sisi keseimbangan, keduanya dalam keadaan kontak.

.

3.6. Pemeriksaan Oklusi Ideal

oklusi ideal adalah keadaan beroklusinya semua gigi, kecuali insisivus central bawah dan molar tiga atas, beroklusi dengan dua gigi di lengkung antagonisnya dan didasarkan pada bentuk gigi yang tidak mengalami keausan.

Pada percobaan ini, kami mengamati ketika orang coba melakukan oklusi sentris, pergerakan relasi sentris ke oklusi sentris, pergerakan mandibula ke anterior dan ke segala arah, ketika orang coba melakukan ICP,RCP dan PCP.

Berdasarkan percobaan didapatkan untuk oklusi sentrik, relasi sentris ke oklusi sentris dan pergerakan mandibula ke anterior pada orang coba semuanya normal. Untuk gerakan oklusi ICP, gigi geligi yang mengalami kontak prematur adalah pada gigi M2 kiri. Pada gerakan oklusi RCP, gigi geligi yang mengalami kontak prematur adalah gigi M1 pada sisi kiri dan gigi I1 kanan. Sedangkan pada gerakan oklusi PCP, gigi geligi yang mengalami kontak prenatur adalah gigi I1 kiri dan I2 kanan.

BAB IV

KESIMPULAN

Dari percobaan yang telah kita lakukan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Oklusi didefinisikan sebagai kontak antara gigi-geligi yang saling berhadapan secara langsung dalam suatu hubungan-hubungan biologis yang dinamis antara semua komponen sistem stomatognasi terhadapa permukaan gigi-geligi yang berkontok dalam keadaan berfungsi.

1. Oklusi dikatakan baik/benar apabila hubungan kontak antara gigi-geligi pada rahang bawah dan rahang atas memberikan tekanan yang seimbang pada kedua sisi rahang, baik dalam keadaan sentrik maupun eksentrik.

1. Dikenal 2 macam istilah oklusi yaitu oklusi ideal dan oklusi normal

1. Oklusi normal dikelompokan dalam 2 jenis yaitu oklusi statik dan dinamik.

DAFTAR PUSTAKA

Bishara S.E. 2001.Text Bookof Orthodontics. America:WB.Saunders Co

Chandra. 2004. Textbook of Dental and Oral Anatomy Physiology and Occlusion. New Delhi: Jaypee Brothers Publishers

Foster, T. D. 1997.Buku Ajar Ortodonsi, edisi ke 3. Jakarta: EGC. Hal 32-35.

Gros, Martin D; Mahtews, J.D. 1991.Oklusi Dalam Kedokteran Gigi Restoratif.Surabaya : Airlangga University Press.

Thomson, Hamist. 1994. Oklusi ed.2. Jakarta: EGC