fisio 1.docx

28
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Laporan Praktikum Fisiologi Mekanisme sensorik Kelompok A2 Nama NIM Tanda Tangan Ketua Kelompok Herlin Indah Bangalino 102014022 Anggota Thya Fitriani 102012398 Sigit Deswanto 102013258 Tresy Kalawa 102013276 Aldesy Yustika Indriani 102014076 Louis Hendri 102014097 Hersi Khansa Alifah 102014164 1

Transcript of fisio 1.docx

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida WacanaLaporan Praktikum Fisiologi

Mekanisme sensorik

Kelompok A2

Nama NIM Tanda Tangan

Ketua Kelompok Herlin Indah Bangalino 102014022

Anggota Thya Fitriani 102012398

Sigit Deswanto 102013258

Tresy Kalawa 102013276

Aldesy Yustika Indriani 102014076

Louis Hendri 102014097

Hersi Khansa Alifah 102014164

Alexander Yosua Santoso 102014179

Nur Amira Amalina Binti Mohammad Zulkifli

102014228

Percobaan I ( Perasaan subyektif panas dan dingin )

1

A. Tujuan: Mengetahui perasaan subyektif OP terhadap ransangan panas dan dingin

B. Alat dan bahan

1.      3 waskom dengan air berduhu 200, 300, dan 400

2.      Gelas beker dan termometer kimia

3.      Es

4.      Alkohol dan eter

C. Langkah Kerja

1.      Sediakan 3 waskom bersuhu kira-kira 200, 300, dan 400

2.      Masukkan tangan kanan ke  dalam air bersuhu 200 dan tangan kiri ke dalam air bersuhu

400 selama ± 2 menit

3.      Catat kesan apa yang dialami

4.      Kemudian masukkan segera kedua tanga itu serentak kedalam air bersuhu  300. catat

kesan apa yang saudara alami

5.      Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan jering dari jarak ± 10cm

6.      Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan

dengan kecepatan seperti di atas.

7. Bandingkan kesan yang saudara alami hasil tiupan pada sub.5 dan 6

8.Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan eter atau alkohol. Kesan apa yang saudara

alami ?

D, Hasil Percobaan

Saat memasukkan tangan kanan pada air bersuhu 20  dan tangan kiri pada air

bersuhu 40 , OP merasakan rasa hangat pada tangan kanan dan rasa dingin pada

tangan kiri yang menimbulkan rasa tidak nyaman bagi OP

   Saat memasukkan tangan kiri dan kanan bersamaan pada air bersuhu 30 , tangan

kanan OP merasakan rasa yang lebih hangat dan tangan kiri OP merasakan rasa lebih

dingin yang sama sehingga OP menyatakan merasa lebih nyaman

Pada punggung tangan yang kering dan ditiup, OP merasakan ada angin yang

berhembus di tangannya dan terasa sejuk.

2

Ketika diberikan air pada pada punggung tangan OP dan kemudian ditiup, OP merasa

tiupan lebih dingin dibandingkan dengan ketika punggung tangan kering.

Kemudian ketika diberikan alkohol atau eter pada punggung tangan OP, lalu ditiup,

OP merasakan sensasi dingin yang jauh lebih dingin dibandingkan pada punggung

tangan kering dan punggung tangan yang dibasahi oleh air.

Percobaan II ( Titik panas, dingin, tekan, dan nyeri di kulit )

A. Tujuan: Mengetahui letak titik panas, dingin, tekan dan nyeri pada kulit

B. Alat dan Bahan:

- Sehelai kertas- Kerucut kuningan- Jarum pentul- Gelas beker dengan air dingin dan panas- Estesiometer rambut Frey

C. Langkah Kerja

1. Letakkan punggung tangan kanan saudara di atas sehelai kertas dan tarik garis pada

pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan.

2.   Pilih dan gambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3x3cm dan gambarkan

pula daerah itu d lukisan tangan pada kertas. Kotak 3x3cm dibuat lagi menjadi 12x12

kotak, jadi ∑ 144 kotak kecil.

3.   Tutup mata OP dan letakkan punggung tangan kanan di atas meja.

4.    Selidiki  secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang membrikan garis

panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan keruncut kuningan

yang telah dipanasi. Cara memanasi keruncut kuningan yaitu dengan menempatkannya

pada bejana berisi kikiran kuningan yang direndam air panas bersuhu 500

5.      Ulangi penyelidikan yang serupa pada no.4 dengan kerucut kuningan yang telah

didinginkan. Cara mendinginkan kerucur kuningan yaitu dengan menempatkannya 

3

dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es.Tandai titik-titik

dingin yang diperoleh dengan tinta.

6.     Selidiki pula menurut cara diatas titik-titik yang memberi kesan tekan dengan

menggunakan estiometer rambut frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri

dengan jarum.

7.     Gambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan

tangan di kertas.

D. Hasil Percobaan

(terlampir)

Percobaan III ( Lokalisasi Taktil )

A. Tujuan: Mengetahui letak atau lokasi taktil (sistem sensorik sentuhan) pada OP

B. Alat dan bahan :

1. jangka

4

C. Langkah kerja :

1.    Tutup mata OP dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung jarinya.

2.    Suruh sekarang OP melokalisasi tempat yang baru dirangsang tadi dengan ujung semua

pensil pula.

3.    Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.

4.    Ulangi percobaan di atas sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung

jari, telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk.

D. Hasil Percobaan

a. Percobaan pada Ujung Jari

Ujung Jari 1     : 0,4 cm

Ujung Jari 2     : 0,3 cm

Ujung Jari 3     : 0,4 cm

Ujung Jari 4     : 0,3 cm

Ujung Jari 5     : 0,3 cm

Jarak rata-rata yang dihasilkan: 0,34 cm

b. Percobaan pada Telapak Tangan

Titik 1              : 0,3 cm

Titik 2              : 0,7 cm

Titik 3              : 0,5 cm

Titik 4              : 0,7 cm

Titik 5              : 0,4 cm

Jarak rata-rata yang dihasilkan: 0,52 cm

c. Percobaan pada Lengan Bawah

Titik 1              : 0,9 cm

Titik 2              : 1,4 cm

Titik 3              : 1,5 cm

Titik 4              : 0,3 cm

Titik 5              : 1,3 cm

5

Jarak rata-rata yang dihasilkan: 1,08 cm

d. Percobaan pada Lengan Atas

Titik 1              : 2,2 cm

Titik 2              : 1,4 cm

Titik 3              : 1,5 cm

Titik 4              : 0,3 cm

Titik 5              : 0,2 cm

Jarak rata-rata yang dihasilkan: 1,12 cm

e. Percobaan pada Tengkuk

Titik 1              : 0,8 cm

Titik 2              : 0,6 cm

Titik 3              : 1,0 cm

Titik 4              : 0,6 cm

Titik 5              : 0,8 cm

Jarak rata-rata yang dihasilkan: 0,76 cm

Percobaan IV ( Diskriminasi Taktil )

A. Tujuan: Mengetahui dan memahami diskriminasi taktil

B. Langkah kerja

1.    Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan

menempatkan kedua ujung jangka secara serentak ( simultan ) pada kulit ujung jari.

2.    Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai di bawah ambang, kemudian jauhkan

berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan sebagai 2 titik.

3.    Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan di atas ambang.

Ambil angka ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.

4.    Lakukan percobaan di atas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua

ujung jangka secara berturut-turut ( suksesif ).

5.    Tentukan dengan cara yang sama ( simultan dan suksesif ) ambang membedakan dua

titik ujung jari, tengkuk dan pipi.

6.    Catat apa yang saudara alami.

6

Hasil Percobaan

         Secara Serentak ( Simultan )

a.       Percobaan pada ujung Jari

-          Pada jarak 1 cm : 2 titik

-          Pada jarak 0,8 cm  : 2 titik

-          Pada jarak 0,6 cm    : 2 titik

-          Pada jarak 0,4 cm    : 2 titik

- Pada jarak 0,2 cm : 2 titik ( ambang batas )

- Pada jarak 0,1 cm : 1 titik

b.      Percobaan pada Tengkuk

-          Pada jarak 5,5 cm : 2 titik ( ambang batas )

-          Pada jarak 5 cm    : 1 titik

c.       Percobaan pada Pipi

-          Pada jarak 3 cm : 2 titik

-          Pada jarak 2,5 cm    : 2 titik

-          Pada jarak 2,3 cm    : 2 titik

-          Pada jarak 2,1 cm    : 1 titik

         Secara Berturut-turut ( Suksesif )

a.       Percobaan pada Ujung Jari

-          Pada jarak 1 cm : 2 titik

-          Pada jarak 0,8 cm : 2 titik

-          Pada jarak 0,6 cm : 2 titik

- Pada jarak 0,4 cm : 2 titik

- Pada jarak 0,2 cm : 2 titik ( ambang batas )

- Pada jarak 0,1 cm : 1 titik

b.      Percobaan pada Tengkuk

-          Pada jarak 3 cm : 2 titik

-          Pada jarak 2,5 cm    : 2 titik

-          Pada jarak 2,3 cm : 2 titik

-          Pada jarak 2,1 cm : 2 titik

-          Pada jarak 1,8 cm : 2 titik

7

-          Pada jarak 1,5 cm : 2 titik

-          Pada jarak 1,2 cm : 2 titik ( ambang batas )

-          Pada jarak 1 cm : 1 titik

c.       Percobaan pada Pipi

-          Pada jarak 1 cm    : 1 titik

-          Pada jarak 2 cm    : 2 titik

-          Pada jarak 3 cm    : 2 titik

Dari hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa OP memiliki kemampuan untuk

menentukan tempat rangsang taktil yang biasa disebut Topognosia.

Percobaan V ( Perasaan Iringan (After Image) )

A. Tujuan: Mengetahui dan memahami apakah yang dimaksud dengan perasaan iringan.

B. Alat dan bahan :

1. pensil

C. Langkah kerja :

1.      Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telinga dan biarkan di tempat itu selama

saudara melakukan percobaan VI.

2.      Setelah saudara selesai dengan percobaan VI angkatlah pensil dari telinga saudara dan

apakah yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil?

C. Hasil Percobaan

Hasil dari percobaan ini adalah setelah beberapa saat OP meletakkan sebuah

pensil di antara kepala dan daun telinga, kemudian pensil itu diangkat, OP masih

merasakan pensil itu masih berada di antara kepala dan daun telinganya.  Hal ini terjadi

karena adanya impuls yang terus beredar dalam lingkaran rantai neuron daerah yang

terangsang, walaupun stimulus sudah tidak ada lagi.

Percobaan VI ( Daya membedakan berbagai sifat benda )

A. Tujuan: Mengetahui besar daya atau kemampuan  untuk membedakan berbagai sifat benda.

8

B. Alat dan bahan : 1. amplas2. benda ( pensil, penghapus, rautan, koin)3. kain

C. Langkah kerja :

a. Kekasaran Permukaan Benda

1.    Dengan mata tertutup suruh OP meraba-raba permukaan ampelas yang mempunyai derajat kekasaran yang berbeda-beda.

2.      Perhatikan kemampuan OP untuk membedakan derajat kekasaran ampelas.

b.      Bentuk Benda

1.    Dengan mata tertutup, suruh OP memegang-megang benda-benda kecil yang saudara berikan ( pensil, penghapus, rautan, koin dan lain-lain ).

2.    Suruh OP menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.

c.       Bahan Pakaian

1.    Dengan mata tertutup, suruh OP meraba-raba bahan-bahan pakaian yang saudara berikan.

2.    Suruh OP setiap kali menyebutkan jenis/sifat bahan yang dirabanya itu.

Apa nama kemampuan membedakan sifat benda ( ukuran, bentuk, berat, permukaan )?

C. Hasil Percobaan

a.       Kekasaran Permukaan Ampelas

Dengan posisi mata tertutup, OP dapat membedakan derajat kekasaran permukaan ampelas dengan cara mengurutkan dari yang permukaannya paling kasar hingga yang permukaannya paling halus.

b.      Bentuk Benda

Dengan posisi mata tertutup, OP dapat membedakan bentuk-bentuk benda yang diberikan.Pada percobaan ini, benda-benda yang digunakan adalah pensil, penghapus, rautan, koin, dan penggaris.

c.       Bahan Pakaian

9

Dengan posisi mata tertutup, OP dapat membedakan jenis dan sifat dari bahan kain yang ia raba. Bahan kain yang diberikan pada OP berupa kain kasar tidak berserat, kain kasar berserat, dan kain halus.

Dari percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa OP tidak menderita Astereognosis/Stereoagnosis, yaitu suatu kelainan neurologis di mana seseorang tidak bisa membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat, permukaan) dengan keadaan mata tertutup.

Percobaan VII ( Tafsiran sikap )

A. Tujuan: Mengetahui tafsiran sikap pada OP

B. Langkah kerja

1.    Suruh pasien simulasi duduk dan tutup mata.

2.    Pegang dan gerakan secara pasif lengan bawah pasien simulasi ke dekat kepalanya,

ke dekat dadanya, ke dekat lututnya, dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.

3.    Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan OP.

4.    Suruh OP dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung, dan dahinya dengan

perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya.

5.    Perhatikan apakah ada kesalahan.

Bila OP membuat kesalahan dalam melokalisasikan tempat- tempat yang diminta, apakah

kelainan neurologis yang dideritanya ?

C. Hasil Percobaan

         Dengan keadaan mata tertutup, OP dapat melakukan gerakan pasif sesuai

dengan pengarahan dari seorang yang lain. Dalam percobaan ini, gerakan pasif yang OP

lakukan dengan pengarahan dari teman lain adalah lengan bawah OP di dekatkan ke

kepalanya, lalu ke dekat dada, kemudian ke dekat lututnya, lalu akhirnya

menggantungkan di sisi badannya.

     Dengan keadaan mata tertutup juga, OP dapat melakukan kegiatan yang diperintahkan

oleh seorang lainnya dengan baik.OP disuruh untuk menyentuh leher, telinga, hidung,

dan dahinya dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya.

10

Dari percobaan di atas, dapat disimpulkan bahwa OP tidak menderita

Dysdiadochokinesis, yaitu kelainan neurologis di mana seseorang tidak dapat

melokalisasikan tempat-tempat yang diminta.

Percobaan VIII (Waktu reaksi )

A. Tujuan : menentukkan waktu reaksi B. Alat dan bahan :

1. Mistar 2.

C. Langkah kerja :1. Suruh pasien simulasi duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangan kakannnya

ditepi meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 2 cm siap untuk menjepit2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada saat titik hitam dengan

menempatkan garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan telunjuk pasien tanpa menyentuh jari-jari pasien

3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan pasien harus menagkapnya selekas-lekasnya. Ulangi latihan ini sebanyak 5 kali.

4. Tetapkan waktu reaksi pasien simulasi ( rata-rata dari ke 5 hasil yang diperoleh )Apa yang menentukan waktu reaksi seseorang ?

D. Hasil percobaan :

- Percobaan 1 : 0,2 - Percobaan 2: 0,26 - Percobaan 3: 0,26 - Percobaan 4: 0,2 - Percobaan 5: 0,18

Rata-rata waktu reaksi yang diperoleh adalah 0,22 , yang menentukan waktu reaksi seseorang adalah focus matanya.

Pembahasan

Salah satu fungsi kulit adalah mengatur suhu tubuh, sehingga kulit memerlukan

reseptor.Kegunaan reseptor adalah untuk mendeteksi panas dan dingin.Sebagai contoh, jika

11

udara luar panas. Reseptor akan menerima stimulus, pembuluh darah melebar, dan aliran darah

melambat. Akibat-nya akan jarang buang air kecil, mengeluarkan keringat, dan suhu tubuh turun.

Berhubungan dengan percobaan 1 dan 2, dapat diketahui bahwa ada beberapa reseptor yang di

klasifikasikan menurut beberapa kategori, antara lain :

Kategori lapisan :

a) Epidermis : untuk mendeteksi sentuhan.

Merkel’s disc : untuk mendeteksi sentuhan oleh orang lain yang tidak di kenal.

Meisner’s corpuscle : untuk mendeteksi sentuhan orang yang di kenal.

b) Dermis

Ruffini’s : untuk mendeteksi panas.

End Krause : untuk mendeksi dingin.

Reseptor Paccini’s : untuk mendeteksi tekanan.

Free Nerve Ending: untuk mendeteksi rasa sakit.

Kategori tipe energi rangsangan :

a) Termoreseptor (peka terhadap perubahan suhu).

b) Mekanoreseptor (peka terhadap sentuhan dan tekanan).

c) Kemoreseptor (peka terhadap perubahan kimiawi).

d) Osmoreseptor (peka terhadap perubahan tekanan osmotik).

Kategori sumber rangsangan :

a) Ekteroreseptor, terletak pada permukaan tubuh dan berespons terhadap rangsangan

eksterna atau luar.

b) Proprioreseptor, berespons terhadap perubahan posisi dan pergerakan terutama

berhubungan dengan sistem muskuloskeletal.

c) Interoreseptor, terletak pada visera/ alat dalam dan pembuluh darah.

Kategori Morfologi :

a. Badan terakhir yang bebas/ terbuka (tanpa kapsul) yang tak berhubungan dengan tipe

sel lainnya.

b. Badan akhir yang berkapsul (korpuskular) yang mengandung unsur bukan saraf di

samping saraf badan akhir saraf.

Menurut percobaan 1, hal itu terjadi karena adanya temperatur reseptor/

thermoreseptor. Sensasi suhu diteruskan pada jalur yang sama dengan sensasi nyeri,

12

dikirim ke formatio retikularis, thalamus dan korteks primer sensoris. Thermoreseptor

merupakan reseptor yang akan aktif bila temperatur berubah dan cepat beradaptasi.

Sehingga pada percobaan dimana tangan kanan dimasukan ke dalam air bersuhu 20ºC

akan merasakan dingin karena tubuh akan secara otomatis melepaskan kalor. Sedangkan

untuk percobaan dimana tangan kiri dimasukan ke dalam air bersuhu 40ºC akan merasa

panas karena menerima kalor dari lingkungan. Serta untuk kedua tangan yang dimasukan

ke dalam air bersuhu 30ºC, tangan kanan yang tadinya merasa dingin jadi merasa

panas/hangat. Untuk tangan kiri yang tadinya merasa panas jadi merasa dingin/sejuk. Hal

tersebut terjadi karena tangan kanan menerima kalor dan tangan kiri melepas kalor.

Menurut percobaan 1 tentang tiupan pada tangan kering dan tangan basah, hal ini

terjadi karena penguapan. Punggung tangan kering terasa sejuk, punggung tangan basah

karena air terasa dingin, dan punggung tangan basah karena alkohol terasa sangat dingin.

Hal ini dapat terjadi karena masa jenis alkohol lebih ringan, sehingga penguapan sangat

cepat terjadi. Sedangkan untuk air yang masa jenis nya lebih rendah, akan mengalami

penguapan yang lebih lambat. Perbedaan dinginnya disebabkan oleh penguapan yang

menguapkan kalor bersama cairan tersebut, sehingga punggung tangan akan terasa lebih

sejuk atau dingin ketika ditiup. 

Menurut percobaan 2, hasil yang diberikan menunjukkan bahwa tidak seluruh

bagian tangan memberikan rangsangan. Setiap rangsangan memiliki reseptornya masing-

masing. Secara detail, reseptor-reseptor yang bekerja pada kulit percobaan antara lain;

1. Korpuskulus peraba (meissner) terletak pada papila dermis, khususnya pada ujung

jari, bibir, puting dan genetalia. Bentuknya silindris, sumbu panjangnya berukuran

±80 µm, lebar sekitar 40 µm. Pada bagian tengah terdapat sel silindris, tersusun

transversal. Sel saraf ada di setiap korpuskel dan serat saraf ini mempunyai

banyak cabang yang mengandung mielin dan yang tak mangandung mielin.

Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan memungkinkan diskriminasi/

pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang dua titik yang letaknya

berdekatan).

2. Korpuskulus berlamel (vater pacini), ditemukan di jaringan subkutan, khususnya

telapak tangan, telapak kaki, jari, puting, periosteum, mesenterium, tendo,

ligamen dan genetalia eksterna. Bentuk bundar/lonjong, panjang 2 mm, diameter

13

0,5-1 mm, banyak mengandung mitokondria, dikelilingi 60 lamela rapat (terdiri

dari sel gepeng yang tersusun bilateral dengan dua alur longitudinal). Bentuknya

paling besar dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Setiap korpuskulus disuplai

sebuah serat bermielin besar yang telah kehilangan sel schwann pada tepi

korpuskulus. Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima rangsangan tekanan yang

dalam.

3. Korpuskulus gelembung (krause); ditemukan di daerah mukokutis (bibir dan

genetalia eksterna) dan pada dermis (rambut). Korpuskel berbentuk bundar,

diameter ±50 µm, punya kapsula tebal yang menyatu dengan endoneurium. Serat

bermielin kehilangan mielin dan cabangnya, tetapi diselubungi dengan sel

schwann. Seratnya mungkin bercabang/berjalan spiral dan berakhir sebagai akhir

saraf yang bergelembung. Korpuskel ini jumlahnya semakin berkurang dengan

bertambahnya usia. Korpuskel ini berguna sebagai mekanoreseptor yang peka

terhadap dingin.

4. Korpuskulusruffini, ditemukan di jaringan ikat termasuk dermis dan kapsula sendi.

Mempunyai sebuah kapsula jaringan ikat tipis yang mengandung ujung akhir saraf

yang bergelembung. Korpuskulus ini merupakan mekanoreseptor. Korpuskulus

terdiri dari berkas kecil serat tendo (fasikuli intrafusal) yang terbungkus dalam

kapsula berlamela. Akhir saraf tak bermielin yang bebas, bercabang disekitar

berkas tendonya.Korpuskulus ini terangsang oleh regangan atau kontraksi otot

yang bersangkutan juga untuk menerima rangsangan panas.

5. Ujung saraf bebas/Free nerve ending, sebagai ujung akhir saraf bebas pada

banyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam kulit. Serat

akhir saraf bebas ini merupakan serat saraf yang tak bermielin dilanjutkan serat

saraf terbuka yang berjalan di antara sel epidermis. Sebuah serat saraf seringkali

bercabang-cabang banyak dan mungkin berjalan ke permukaan, sehingga hampir

mencapai stratum korneum. Serat yang berbeda mungkin menerima perasaan raba,

nyeri dan suhu. Beberapa saraf berhubungan dengan jaringan epitel khusus. Pada

epidermis berhubungan dengan sel folikel rambut dan mukosa oral, akhir saraf

membentuk badan akhir seperti lempengan (diskus/korpuskel merkel). Badan ini

merupakan sel yang berwarna gelap dengan banyak juluran sitoplasma. Seperti

14

mekanoreseptor badan ini mendeteksi pergerakan antara keratinosit dan

kemungkinan juga gerakan epidermis sehubungan dengan jaringan ikat di

bawahnya. Telah dibuktikan bahwa beberapa diskus merkel merespon rangsangan

getaran dan juga reseptor terhadap dingin.

Sehingga ketika diterapkan pada percobaan 2, dapat diketahui bahwa seluruh reseptor di

atas adalah reseptor yang menerima seluruh rangsangan yang tersebar di seluruh tubuh.

Reseptor-reseptor ini juga tidak secara keseluruhan sama dalam jumlah dan tempat. Oleh karena

itu, pada percobaan dapat dilihat bahwa ada tempat yang tidak terasa dan jumlah titik respon

yang berbeda jumlahnya.

Reseptor taktil adalah mekanoreseptor.Mekanoreseptor berespons terhadap perubahan

bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi dan menghasilkan potensial

aksi.Apabila  depolarisasinya cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke reseptor akan

melepaskan potensial aksi dan menyalurkan informasi ke korda spinalis dan otak. Dikriminasi

titik adalah kemampuan membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari dua ujung.

Normalnya dua titik dapat dibedakan pada ujung jari tangan 2–4 mm, dapat dibedakan pada

dorsum pedis 30-40mm. Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran

masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai.

Pada tempat dimana tidak ada rambut, tetapi dengan kepekaan yang besar terdapat

stimulus taktil, ternyata banyak corpuscullum tactus.Reseptor taktil yang berbeda

memilikikepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda. Semakin distal (lebih

menjauhi pangkal badan), maka akan semakin sensitif dalam melokalisasitaktil.Kepekaan kulit

yang berambut terhadap stimulus besar, sehingga diduga bahwa akhiran syaraf yang mengelilingi

foliculus rambut adalah reseptor taktil.Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi perasaan taktil

kasar dan perasaan taktil halus.Impuls taktil kasar dihantarkan oleh tractus spinothalamicus

anterior, sedangkan implus taktil halus dihantarkan melalui faciculus gracilisdan faciculus

cunneatus.Istilah untuk kemampuan seseorang mampu menentukan tempat rangsang taktil

disebuttopognasia.

Sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan dan getaran sering di golongkan sebagai

sensasi terpisah, mereka semua dideteksi oleh jenis reseptor yang sama. Satu – satunya

perbedaan diantara ketiganya adalah :

15

1) Sensasi raba, umunya disebabkan oleh reseptor taktil di dalam kulit atau di dalam

jaringan tepat dibawah kulut.

2) Sensasi tekanan biasanya disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam

3) Sensasi getaran, disebabkan oleh sinyal sensori yang berulang dengan cepat, tetapi

menggunakan beberapa jenis reseptor yang sama seperti yang digunakan untuk raba dan

tekanan. 

Kemampuan pancaindra untuk membedakan keberadaan 2 titik yang mendapat

rangsangan sangat dipengaruhi oleh mekanisme inhibisi lateral.Mekanisme ini meningkatkan derajat

kontrasnya pada pola yang disadari. Setiap sensorik bila dirangsang, secara simultan akan

menghasilkan sinyal inhibitorik lateral ( sinyal ini menyebar ke sisi sinyal eksitatorik dan

menghambat neuron yang berdekatan ). Contoh, neuron yang dirangsang di nukleus kolumna

dorsalis.Selain dari pusat sinyal eksitatorik juga menjalarkan sinyal inhibitorik ke neuron di

sekitarnya.Jadi, sinyal ini lewat melelui interneuron tambahan yang mensekresi transmitter

inhibitorik.

TPL adalah sistem yang menyebar dan melingkar. TPL ( Two point localization ) lebih

peka pada bagian yang menonjol, seperti bibir, hidung, mata, ujung jari dan telinga. Waktu

mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi.Menurut percobaan ketiga, dapat diketahui

bahwa lokalisasi taktil terjadi karena adanya reseptor taktil yang membantu penangkapan

rangsangan menurut tipenya masing-masing, dan dibantu dengan kemampuan lokalisasi taktil,

yaitu topognasia.Menurut hasil yang ada, dapat disimpulkan bahwa lokalisasi taktil dapat terjadi

sensitif di bagian jari dan untuk yang tidak sensitif terjadi pada telapak tangan. Menurut

percobaan keempat, dapat diketahui bahwa diskriminasi taktil itu terjadi karena adanya

mekanisme inhibisi lateral yang membuat terjadinya 1 perasaan meskipun terjadi 2 rangsangan

pada bagian tubuh yang disentuh. Dapat disimpulkan bahwa diskriminasi taktil terjadi karena

adanya 2 rangsangan yang terjadi pada 1 tempat yang cukup kecil. Menurut hasil dari percobaan

keempat, ambang diskriminasi taktilnya yang paling besar berada di tengkuk ( leher bagian

belakang ) dan yang terkecil terdapat di ujung jari.

Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan,

getaran dan sifat sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda

16

tersebut.sehingga pada saat mencopot benda, reseptor-reseptor tersebut memperlihatkan suatu

“off reseptor” dan adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik menyebabkan kita

menyadari bahwa benda telah di copot. Mekanisme adaptasi ini dilakukan oleh badan paccini.

Perasaan iringan terjadi karena adanya impuls yang terus beredar dalam lingkaran rantai

neuron daerah yang terangsang, walaupun stimulus sudah tidak ada lagi.

Pada percobaan 6, OP dapat membedakan kekasaran benda, mengenali benda yang ia

raba dan membedakan kain dengan baik. OP dapat membedakan dengan baik karena kulit

mempunyai daya sensibilitas raba.Daya sensibilitas ini dipengaruhi oleh korteks

somatosensorik.Korteks ini melakukan dikriminasi spasial sehingga kita mampu membedakan,

mengetahui bentuk dan dapat membedakan keringanan benda yang sedang kita pegang.Reseptor

yang bertugas dalam hal ini adalah reseptor meissner.Reseptor ini tidak tersebar secara

merata.Reseptor ini tersebar lebih banyak pada ujung jari dibandingkan pada pergelangan

tangan.Apabila OP tidak dapat membedakan sifat benda dengan baik maka OP mengelami

kelainan neurologis yang disebut dengan astereognesis. Pada percobaan ini OP tidak mengalami

masalah dalam membedakan sifat-sifat benda yang ia pegang oleh sebab itu OP tidak mengalami

astereognesis.

OP dapat membedakan berbagai benda dan dapat membedakan kain dengan baik.Hal ini

dikarenakan adanya sensibilitas raba pada kulit.Daya membedakan berbagai sifat benda

dipengaruhi oleh korteks somatosensorik.Korteks ini dapat melakukan diskriminasi spasial,

sehingga mampu mengetahui bentuk benda yang sedang dipegang dan dapat membedakan

perbedaan ringan antara benda-benda serupa yang berkontak dengan kulit.Reseptor yang

berperan adalah reseptor Meissner. Distribusi reseptor ini tidak sama rata. Distribusi di ujung jari

jauh lebih luas dibandingkan distribusi di pergelangan tangan.Apabila OP membuat kesalahan

dalam membedakan sifat benda, maka OP mengalami kelainan neurologis yang disebut

Astereognesis.

Kesimpulan : Korteks OP dapat melakukan diskriminasi spasial dan tidak melakukan kesalahan

dalam membedakan sifat benda sehingga OP tidak mengalami kelainan neurologis yang disebut

Astereognesis.

17

Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik itu dari dalam tubuh maupun dari

luar tubuh.Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan

penghantaran impuls oleh saraf.Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak lepas

dari peranan system saraf.Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya terdapat

sel-sel saraf atau neuron.

Sistem saraf memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Pusat koordinasi segala aktivitas tubuh

2. Pusat kesadaran, memori dan intelegansi

3. Higher mental process, yaitu reasoning (penalaran), thinking (berpikir), judgement

(pengambilan keputusan).

Jalan dari gerak reflex adalah mulai dari stimulus diterima reseptor, kemudian impus

tersebut dibawa oleh saraf sensorik menuju sum-sum tulang belakang, kemudian impul

dilanjutkan oleh saraf motorik, kemudian diterima oleh efektor maka terjadilah

respon/tanggapan.

Selain itu, OP dapat menunjukkan dengan tepat posisi, sikap tubuh, beserta bagian-

bagiannya karena adanya rasa dalam atau propriosepsi yang menyebabkan OP sadar dan tahu

posisi atau sikap tubuh serta bagian-bagiannya pada waktu bergerak.Rasa dalam adalah rasa

posisi atau sikap dan rasa gerak.Bila OP salah dalam melokalisasi tempat-tempat yang diminta,

maka OP mengalami kelainan neurology yang disebut Dysdiadochokinesis.

Kesimpulan : OP tidak mengalami kelainan neurology yang disebut Dysdiadochokinesis karena

OP dapat melokalisasikan dan menunjuk tempat yang diminta tanpa melakukan kesalahan sama

sekali.

Kesimpulan

1. Terdapat perbedaan subyektif antara rasa panas dan dingin

2. Titik panas,dingin,tekan dan nyeri berada pada tempat yang berbeda di kulit

3. Kemampuan lokalisasi taktil seseorang tidak sama besar pada seluruh bagian tubuh,

18

Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda

spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. TPL (lokalisasi taktil) lebih peka

pada bagian yang menonjol, seperti hidung, mata, bibir, dan lain-lain.

4. Apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan

sebagai satu titik

5. Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan,

getaran dan sifat-sifat fisik benda,mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda

tersebut

6. Kemampuan dapat membedakan berbagai sifat benda menunjukkan bahwa sifat sensoris

7. Jika tafsiran sikap benar, maka daya menentukan sikap anggota tubuh baik.

Daftar pustaka

1. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2009. Hal 212-25

2. Pearce EC. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama; 2009.Hal 148-

55

3. Syaifuddin H.Anatomi fisiologi . Edisi 3. Jakarta:Penerbit EGC; 2006. hal 299

4. Sherwood L. fisiologi manusia .Jakarta: penerbit EGC; 2012.hal 203

19