Fisika Tanah

download Fisika Tanah

of 40

Transcript of Fisika Tanah

Fisika tanahDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Langsung ke: navigasi, cari Fisika tanah adalah cabang dari ilmu tanah yang membahas sifat-sifat fisik tanah, pengukuran dan prediksi serta kontrol (pengaturan) proses fisika yang terjadi dalam tanah. Karena pengertian fisika meliputi materi dan energi, maka fisika tanah membahas pula status dan pergerakan material serta aliran dan transformasi energi dalam tanah. Tujuan Fisika tanah dapat dilihat dari 2 sisi:

Dalam satu sisi, tujuan kajian fisika tanah adalah untuk memberikan pemahaman dasar tentang mekanisme pengaturan perilaku (fisika dan kimiawi) tanah, serta perannya dalam biosfer, termasuk proses saling hubungan dalam pertukaran energi di dalam tanah, serta siklus air dan material yang dapat diangkutnya. Pada sisi lainnya, pemahaman fisika tanah dapat digunakan sebagai asas untuk manajemen sumberdaya tanah dan air, termasuk kegiatan irigasi, drainasi, konservasi tanah dan air, pengolahan tanah dan konstruksi.

Oleh karena itu fisika tanah dapat dipandang sebagai ilmu dasar sekaligus terapan dengan melibatkan berbagai cabang ilmu yang lain termasuk ilmu tanah, hidrologi, klimatolologi, ekologi, geologi, sedimentologi, botani dan agronomi. Fisika tanah juga erat kaitannya dengan mekanika tanah, dinamika tanah dan teknik sipil. Area penelitian fisika tanah dapat mencakup:

Pengukuran dan kuantifikasi sifat fisik tanah di lapangan Transportasi materi dan energi (berupa air, udara, panas) di dalam tanah Manajemen air untuk irigasi

Dasar Dasar Ilmu TanahBahan Kuliah Online untuk mahasiswa Fakultas Pertanian, Univ. Sriwijaya Oleh: Dr.Ir.Abdul Madjid,MS

Kamis, 2009 April 30

Kadar Hara Mikro TanamanKadar Beberapa Hara Mikro Pada Berbagai Tanaman

Kadar hara mikro (g/ha) pada berbagai tanaman berbeda-beda dan sangat tergantung dengan jenis tanaman dan bagian tanaman yang dianalisis. Kadar hara mikro pada bagian jerami tanaman berbeda dengan kadar hara mikro pada bagian biji, gabah, polong, buah, siung, umbi, dan daun. Beberapa hasil analisis kadar hara mikro pada beberapa tanaman meliputi: (a) tanaman pangan, (b) tanaman buahbuahan, (c) tanaman sayur-sayuran, dan (d0 tanaman industri, disajikan sebagai berikut: A. Tanaman Pangan Beberapa hasil analisis kadar hara mikro tanaman pangan meliputi: (1) tanaman padi, (b) tanaman jagung, (3) tanaman kedelai, dan (4) tanaman kacang tanah, disajikan sebagai berikut: (1) Kadar Hara Mikro pada Tanaman Padi: Kadar hara mikro Tembaga (Cu), Kobalt (Co), Mangan (Mn), dan Seng (Zn) serta Hasil tanaman padi pada Gabah dan Jerami, disajikan sebagai berikut: (1.1). Kadar Hara Mikro (a) Hasil Gabah: (b) Kadar hara mikro Tembaga (Cu) : (c) Kadar hara mikro Kobalt (d) Kadar hara mikro Mangan (e) Kadar hara mikro Seng (1.2). Kadar Hara Mikro (a) Hasil Gabah : (b) Kadar hara mikro Tembaga (Cu) : (c) Kadar hara mikro Kobalt (d) Kadar hara mikro Mangan (e) Kadar hara mikro Seng pada Gabah Padi: 2,85 ton/ha 11 g/ha dan 3,86 g/ton (Co) : 11 g/ha (Mn) : 90 g/ha (Zn) : 78 g/ha

pada

Jerami Padi: 2,80 ton/ha --- g/ha dan ----- g/ton (Co) : --g/ha (Mn) : 1.771 g/ha (Zn) : --g/ha

(2) Kadar Hara Mikro pada Tanaman Jagung: Kadar hara mikro Tembaga (Cu), Kobalt (Co), Mangan (Mn), dan Seng (Zn) serta Hasil tanaman Jagung dalam bentuk biji pipilan kering dan Jerami, disajikan sebagai berikut: (2.1) Kadar Hara Mikro pada Biji Jagung:

(a) (b) (c) (d) (e)

Hasil Kadar hara Kadar Kadar Kadar

Biji Pipilan mikro Tembaga hara mikro hara mikro hara mikro

Kering (Cu) : Kobalt Mangan Seng

Jagung: 5,34 ton/ha 67 g/ha dan 12,55 g/ton (Co) : 67 g/ha (Mn) : 101 g/ha (Zn) : 168 g/ha

(2.2) Kadar Hara Mikro pada Jerami Tanaman Jagung: (a) Hasil Biji Pipilan Kering Jagung : 5,00 ton/ha (b) Kadar hara mikro Tembaga (Cu) : 56 g/ha dan 11,20 g/ton (c) Kadar hara mikro Kobalt (Co) : 56 g/ha (d) Kadar hara mikro Mangan (Mn) : 1.681 g/ha (e) Kadar hara mikro Seng (Zn) : 336 g/ha

(3) Kadar Hara Mikro pada Tanaman Kedelai: Kadar hara mikro Tembaga (Cu), Kobalt (Co), Mangan (Mn), dan Seng (Zn) serta Hasil tanaman Kedelai dalam bentuk biji dan Jerami, disajikan sebagai berikut: (3.1) Kadar Hara Mikro (a) Hasil Biji Kedelai (b) Kadar hara mikro Tembaga (Cu) : (c) Kadar hara mikro Kobalt (d) Kadar hara mikro Mangan (e) Kadar hara mikro Seng (3.2) Kadar (a) Hasil (b) Kadar hara (c) Kadar (d) Kadar (e) Kadar Hara Jerami mikro hara hara hara pada : 45 g/ha (Co) (Mn) (Zn) Biji Kedelai: 1,22 ton/ha dan 36,88 g/ton : 45 g/ha : 56 g/ha : 45 g/ha

Mikro pada Jerami Tanaman Kedelai: Tanaman Kedelai : 2,24 ton/ha Tembaga (Cu) : --- g/ha dan 20,09 g/ton mikro Kobalt (Co) : 45 g/ha mikro Mangan (Mn) : 516 g/ha mikro Seng (Zn) : 168 g/ha

(4) Kadar Hara Mikro pada Tanaman Kacang Tanah: Kadar hara mikro Tembaga (Cu), Kobalt (Co), Mangan (Mn), dan Seng (Zn) serta Hasil tanaman Kacang Tanah berupa polong dan Jerami, disajikan sebagai berikut: (4.1) Kadar Hara (a) Hasil Polong (b) Kadar hara mikro (c) Kadar hara (d) Kadar hara (e) Kadar hara (4.2) Kadar Hara Mikro pada Polong Kacang Tanah : Tembaga (Cu) : 22 g/ha mikro Kobalt (Co) mikro Mangan (Mn) mikro Seng (Zn) pada Jerami Tanaman Kacang Tanah: 1,25 ton/ha dan 17,60 g/ton : 22 g/ha : 11 g/ha : --g/ha Kacang Tanah:

Mikro

(a) (b) (c) (d) (e)

Hasil Jerami Tanaman Kacang Kadar hara mikro Tembaga (Cu) : Kadar hara mikro Kobalt Kadar hara mikro Mangan Kadar hara mikro Seng

Tanah : 2,50 ton/ha --g/ha dan --g/ton (Co) : --g/ha (Mn) : 258 g/ha (Zn) : --g/ha

B. Tanaman Buah-Buahan Beberapa hasil analisis kadar hara mikro tanaman buah-buahan meliputi: (1) tanaman apel, dan (2) tanaman jeruk, disajikan sebagai berikut: (1) Kadar Hara Mikro pada Tanaman Apel: Kadar hara mikro Tembaga (Cu), Kobalt (Co), Mangan (Mn), dan Seng (Zn) serta Hasil tanaman apel berupa buah apel, disajikan sebagai berikut: (1.1) Kadar Hara Mikro (a) Hasil Buah Apel (b) Kadar hara mikro Tembaga (Cu) : (c) Kadar hara mikro Kobalt (d) Kadar hara mikro Mangan (e) Kadar hara mikro Seng pada Buah Apel: : 5,08 ton/ha 34 g/ha dan 6,69 g/ton (Co) : 34 g/ha (Mn) : 34 g/ha (Zn) : 34 g/ha

(2) Kadar Hara Mikro pada Tanaman Jeruk: Kadar hara mikro Tembaga (Cu), Kobalt (Co), Mangan (Mn), dan Seng (Zn) serta Hasil tanaman jeruk berupa buah jeruk, disajikan sebagai berikut: (2.1) Kadar (a) Hasil (b) Kadar hara (c) Kadar (d) Kadar (e) Kadar Hara Mikro Buah Jeruk mikro Tembaga (Cu) : hara mikro Kobalt hara mikro Mangan hara mikro Seng pada Buah Jeruk: : 70,40 ton/ha 220 g/ha dan 3,125 g/ton (Co) : 220 g/ha (Mn) : 67 g/ha (Zn) : 269 g/ha

C. Tanaman Sayur-Sayuran Beberapa hasil analisis kadar hara mikro tanaman sayur-sayuran meliputi: (1) tanaman bayam, (2) tanaman tomat, (3) tanaman buncis, (4) tanaman kol, (5) bawang putih, (6) tanaman kentang, dan (7) tanaman kentang manis, disajikan sebagai berikut: (1) Kadar Hara Mikro pada Tanaman Bayam: Kadar hara mikro Tembaga (Cu), Kobalt (Co), Mangan (Mn), dan Seng (Zn) serta Hasil tanaman bayam berupa bayam utuh, disajikan sebagai berikut:

(1.1) Kadar Hara Mikro pada Bayam: (a) Hasil Bayam Utuh : 5,60 ton/ha (b) Kadar hara mikro Tembaga (Cu) : 22 g/ha dan 3,93 g/ton (c) Kadar hara mikro Kobalt (Co) : 22 g/ha (d) Kadar hara mikro Mangan (Mn) : 112 g/ha (e) Kadar hara mikro Seng (Zn) : 112 g/ha

(2) Kadar Hara Mikro pada Tanaman Tomat: Kadar hara mikro Tembaga (Cu), Kobalt (Co), Mangan (Mn), dan Seng (Zn) serta Hasil tanaman tomat berupa buah tomat, disajikan sebagai berikut: (2.1) Kadar Hara Mikro pada Buah Tomat: (a) Hasil Buah Tomat : 22,40 ton/ha (b) Kadar hara mikro Tembaga (Cu) : 78 g/ha dan 3,48 g/ton (c) Kadar hara mikro Kobalt (Co) : 78 g/ha (d) Kadar hara mikro Mangan (Mn) : 146 g/ha (e) Kadar hara mikro Seng (Zn) : 179 g/ha (3) Kadar Hara Mikro pada Tanaman Buncis: Kadar hara mikro Tembaga (Cu), Kobalt (Co), Mangan (Mn), dan Seng (Zn) serta Hasil tanaman buncis berupa biji buncis, disajikan sebagai berikut: (3.1) Kadar (a) Hasil (b) Kadar hara (c) Kadar (d) Kadar (e) Kadar Hara Mikro Biji Buncis mikro Tembaga (Cu) : hara mikro Kobalt hara mikro Mangan hara mikro Seng pada : 22 g/ha (Co) (Mn) (Zn) Biji Buncis: 0,91 ton/ha dan 24,18 g/ton : 22 g/ha : 34 g/ha : 67 g/ha

(4) Kadar Hara Mikro pada Tanaman Kol: Kadar hara mikro Tembaga (Cu), Kobalt (Co), Mangan (Mn), dan Seng (Zn) serta Hasil tanaman kol berupa bagian atas tanaman (kecuali akar) atau shoot, disajikan sebagai berikut: (4.1) Kadar Hara Mikro pada Bagian Atas Tanaman Kol (Shoot): (a) Hasil Bagian Atas Tanaman Kol : 22,40 ton/ha (b) Kadar hara mikro Tembaga (Cu) : 47 g/ha dan 24,18 g/ton (c) Kadar hara mikro Kobalt (Co) : 47 g/ha (d) Kadar hara mikro Mangan (Mn) : 112 g/ha (e) Kadar hara mikro Seng (Zn) : 93 g/ha (5) Kadar Hara Mikro pada Tanaman Bawang Putih: Kadar hara mikro Tembaga (Cu), Kobalt (Co), Mangan (Mn), dan Seng (Zn) serta

Hasil tanaman bawang putih berupa siung bawang putih, disajikan sebagai berikut: (5.1) Kadar Hara Mikro pada Bawang Putih: (a) Hasil Siung Bawang Putih : 8,40 ton/ha (b) Kadar hara mikro Tembaga (Cu) : 34 g/ha dan 4,05 g/ton (c) Kadar hara mikro Kobalt (Co) : 34 g/ha (d) Kadar hara mikro Mangan (Mn) : 67 g/ha (e) Kadar hara mikro Seng (Zn) : 34 g/ha

(6) Kadar Hara Mikro pada Tanaman Kentang: Kadar hara mikro Tembaga (Cu), Kobalt (Co), Mangan (Mn), dan Seng (Zn) serta Hasil tanaman kentang berupa umbi kentang, disajikan sebagai berikut: (6.1) Kadar Hara Mikro pada Umbi Kentang: (a) Hasil Umbi Kentang : 10,16 ton/ha (b) Kadar hara mikro Tembaga (Cu) : 45 g/ha dan 4,43 g/ton (c) Kadar hara mikro Kobalt (Co) : 45 g/ha (d) Kadar hara mikro Mangan (Mn) : 101 g/ha (e) Kadar hara mikro Seng (Zn) : 56 g/ha (7) Kadar Hara Mikro pada Tanaman Kentang Manis: Kadar hara mikro Tembaga (Cu), Kobalt (Co), Mangan (Mn), dan Seng (Zn) serta Hasil tanaman kentang manis berupa umbi kentang manis, disajikan sebagai berikut: (7.1) Kadar Hara (a) Hasil Umbi (b) Kadar hara mikro (c) Kadar hara (d) Kadar hara (e) Kadar hara Mikro pada Umbi Kentang Manis: Kentang Manis : 7,60 ton/ha Tembaga (Cu) : 34 g/ha dan 4,47 g/ton mikro Kobalt (Co) : 34 g/ha mikro Mangan (Mn) : 67 g/ha mikro Seng (Zn) : 34 g/ha

D. Tanaman Beberapa hasil analisis kadar hara mikro tanaman industri, meliputi: (1) tembakau untuk industri rokok, dan (2) tanaman kapuk untuk industri disajikan sebagai

Industri tanaman mebeler, berikut:

(1) Kadar Hara Mikro pada Tanaman Tembakau: Kadar hara mikro Tembaga (Cu), Kobalt (Co), Mangan (Mn), dan Seng (Zn) serta Hasil tanaman tembakau berupa daun tembakau, disajikan sebagai berikut: (1.1) Kadar (a) Hasil (b) Kadar hara Hara Mikro pada Daun Tembakau: Daun Tembakau : 1,02 ton/ha mikro Tembaga (Cu) : 34 g/ha dan 33,33 g/ton

(c) (d) (e)

Kadar Kadar Kadar

hara hara hara

mikro mikro mikro

Kobalt Mangan Seng

(Co) (Mn) (Zn)

: : :

34 617 78

g/ha g/ha g/ha

(2) Kadar Hara Mikro pada Tanaman Kapuk: Kadar hara mikro Tembaga (Cu), Kobalt (Co), Mangan (Mn), dan Seng (Zn) serta Hasil tanaman kapuk berupa biji kapuk, disajikan sebagai berikut: (2.1) Kadar Hara Mikro (a) Hasil Biji Kapuk (b) Kadar hara mikro Tembaga (Cu) : (c) Kadar hara mikro Kobalt (d) Kadar hara mikro Mangan (e) Kadar hara mikro Seng pada : 34 g/ha (Co) (Mn) (Zn) Biji Kapuk: 0,76 ton/ha dan 44,74 g/ton : 34 g/ha : 617 g/ha : 78 g/ha

Daftar

Pustaka:

Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Http://dasar2ilmutanah.blogspot.com. Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 360 halaman.Diposkan oleh Dr. Ir. Abdul Madjid, MS di 03:32 0 komentar

Kisaran Kadar Kecukupan Hara Mikro Essensial TanamanKisaran Kadar Kecukupan Hara Mikro Essensial Pada Berbagai Tanaman Tanaman membutuhkan hara mikro dalam kisaran kecukupan yang beragam. Berikut ini disajikan kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial dari dari berbagai tanaman:

A.

Tanaman

Pangan

(1) Tanaman Padi (Oryza sativa L.): Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman padi bagian daun muda, adalah sebagai berikut: (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 5 s/d 15 mg/kg. (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 8 s/d 25 mg/kg. (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 70 s/d 200 mg/kg.

(d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 150 s/d 800 mg/kg. (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 18 s/d 50 mg/kg.

(2) Tanaman Jagung (Zea mays L.): Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman jagung bagian pucuk, daun tua, dan daun bendera, adalah sebagai berikut: (2.1) Pada Bagian Pucuk Tanaman Jagung: (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 5 s/d 25 mg/kg. (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 5 s/d 20 mg/kg. (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 50 s/d 250 mg/kg. (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 20 s/d 300 mg/kg. (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 20 mg/kg s/d 60 mg/kg. (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): 0,1 s/d 10 mg/kg. (2.2) Pada Bagian Daun Tua Tanaman Jagung: (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 4 s/d 25 mg/kg. (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 3 s/d 15 mg/kg. (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 10 s/d 20 mg/kg. (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 15 s/d 300 mg/kg. (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 15 s/d 60 mg/kg. (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): 0,1 s/d 3 mg/kg. (2.3) Pada (a) kisaran kadar (b) kisaran kadar (c) kisaran kadar (d) kisaran kadar (e) kisaran kadar (f) kisaran kadar Bagian Daun Bendera Tanaman Jagung: kecukupan hara mikro Boron (B): 5 s/d 25 mg/kg. kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 6 s/d 20 mg/kg. kecukupan hara mikro Besi (Fe): 21 s/d 250 mg/kg. kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 20 s/d 200 mg/kg. kecukupan hara mikro Seng (Zn): 25 s/d 100 mg/kg. kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): > 0,2 mg/kg..

(3) Tanaman Kedelai (Glycine max): Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman kedelai bagian daun muda, adalah sebagai berikut: (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 21 s/d 55 mg/kg. (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 10 s/d 30 mg/kg. (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 51 s/d 350 mg/kg. (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 21 s/d 100 mg/kg. (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 21 s/d 50 mg/kg. (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): 1 s/d 5 mg/kg.

(4)

Tanaman

Kacang

Tanah

(Arachis

hypogea):

Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman kacang tanah bagian trubus, adalah sebagai berikut: (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 20 s/d 60 mg/kg. (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 5 s/d 50 mg/kg. (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 60 s/d 300 mg/kg. (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 60 s/d 350 mg/kg. (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 20 s/d 60 mg/kg. (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): 0,1 s/d 5,0 mg/kg.

(5) Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculeta): Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman ubi kayu bagian daun muda dan pangkal batang, adalah sebagai berikut: (5.1) Pada Bagian Daun Muda Tanaman Ubi (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 15 s/d 20 (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 7 s/d 15 (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 60 s/d 200 (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 50 s/d 250 (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 40 s/d 100 (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): --(5.2) Pada Bagian Pangkal Batang Tanaman Ubi (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 33 s/d 40 (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 6 s/d 7 (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 82 s/d 150 (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 40 s/d 70 (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 33 s/d 43 (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): --Kayu: mg/kg. mg/kg. mg/kg. mg/kg. mg/kg. mg/kg. Kayu: mg/kg. mg/kg. mg/kg. mg/kg. mg/kg. mg/kg.

B.

Tanaman

Sayur-Sayuran:

(1) Tanaman Kacang Panjang (Phaseolus vulgaris): Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman kacang panjang bagian daun muda, adalah sebagai berikut: (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 20 s/d 75 mg/kg. (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 7 s/d 30 mg/kg. (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 50 s/d 300 mg/kg. (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 50 s/d 300 mg/kg. (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 20 s/d 200 mg/kg. (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): --- mg/kg.

(2)

Tanaman

Brokoli

(Brassica

oleraceae):

Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman brokoli bagian daun muda, adalah sebagai berikut: (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 30 s/d 100 mg/kg. (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 5 s/d 15 mg/kg. (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 70 s/d 300 mg/kg. (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 25 s/d 200 mg/kg. (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 35 s/d 300 mg/kg. (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): --- mg/kg.

(3) Tanaman Kol (Brassica oleraceae capitata): Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman kol bagian pucuk dan daun buah, adalah sebagai berikut: (3.1) (a) kisaran (b) kisaran (c) kisaran (d) kisaran (e) kisaran (f) kisaran Pada Bagian Pucuk Tanaman kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 25 s/d 75 kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 5 s/d 15 kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 30 s/d 200 kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 50 s/d 200 kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 25 s/d 200 kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): --Kol: mg/kg. mg/kg. mg/kg. mg/kg. mg/kg. mg/kg. Kol: mg/kg. mg/kg. mg/kg. mg/kg. mg/kg. mg/kg.

(3.2) Pada Bagian Daun Buah Tanaman (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 25 s/d 100 (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 5 s/d 15 (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 30 s/d 200 (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 25 s/d 200 (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 20 s/d 200 (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): 0,4 s/d 1,0

C.

Tanaman

Buah-Buahan:

(1) Tanaman Mangga (Mangifera indica): Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman mangga bagian daun muda, adalah sebagai berikut: (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 25 s/d 100 mg/kg. (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 7 s/d 50 mg/kg. (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 50 s/d 250 mg/kg. (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 50 s/d 250 mg/kg. (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 20 s/d 200 mg/kg. (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): --- mg/kg.

(2)

Tanaman

Jeruk

Orange

(Citrus

sinensis):

Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman jeruk orange bagian daun tua, adalah sebagai berikut: (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 25 s/d 100 mg/kg. (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 5 s/d 100 mg/kg. (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 60 s/d 150 mg/kg. (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 25 s/d 200 mg/kg. (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 25 s/d 200 mg/kg. (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): 0,1 s/d 3,9 mg/kg.

(3) Tanaman Jeruk Lemon (Citrus lemon): Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman jeruk lemon bagian daun, adalah sebagai berikut: (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 20 s/d 200 mg/kg. (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 5 s/d 100 mg/kg. (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 60 s/d 100 mg/kg. (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 20 s/d 200 mg/kg. (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 20 s/d 50 mg/kg. (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): 0,3 s/d 3,0 mg/kg.

(4) Tanaman Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia): Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman jeruk nipis bagian daun muda, adalah sebagai berikut: (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 30 s/d 100 mg/kg. (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 5 s/d 100 mg/kg. (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 60 s/d 200 mg/kg. (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 20 s/d 200 mg/kg. (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 20 s/d 200 mg/kg. (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): --- mg/kg.

(5) Tanaman Pepaya (Carica papaya): Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman pepaya bagian daun muda, adalah sebagai berikut: (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 20 s/d 30 mg/kg. (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 4 s/d 10 mg/kg. (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 25 s/d 100 mg/kg. (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 20 s/d 150 mg/kg. (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 15 s/d 40 mg/kg. (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): --- mg/kg.

(6) Tanaman Pisang (Musa sp.): Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman pisang bagian daun

muda

dan

daun

tua,

adalah

sebagai

berikut:

(6.1) Pada Bagian Daun Muda Tanaman Pisang: (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 15 s/d 50 mg/kg. (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 6 s/d 30 mg/kg. (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 100 s/d 300 mg/kg. (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 200 s/d 2000 mg/kg. (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 13 s/d 50 mg/kg. (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): --- mg/kg. (6.2) Pada Bagian Daun Tua Tanaman Pisang: (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 10 s/d 50 mg/kg. (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 5 s/d 25 mg/kg. (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 76 s/d 300 mg/kg. (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 100 s/d 1000 mg/kg. (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 20 s/d 200 mg/kg. (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): --- mg/kg.

(7) Tanaman Nenas (Ananas comosus): Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman nenas bagian daun muda, adalah sebagai berikut: (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): lebih dari 30 mg/kg. (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): kurang dari 10 mg/kg. (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 100 mg/kg s/d 200 mg/kg. (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 50 mg/kg s/d 200 mg/kg. (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): lebih dari 20 mg/kg. (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): --mg/kg.

D.

Tanaman

Perkebunan

(Industri):

(1) Tanaman Karet (Ficus benyamina): Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman karet bagian daun muda, adalah sebagai berikut: (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 30 s/d 75 mg/kg. (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 8 s/d 25 mg/kg. (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 30 s/d 200 mg/kg. (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 25 s/d 200 mg/kg.

(e) (f)

kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 15 s/d kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo):

200 ---

mg/kg. mg/kg.

(2) Tanaman Kopi (Coffea arabica): Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman kopi bagian daun muda, adalah sebagai berikut: (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 25 s/d 75 mg/kg. (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 10 s/d 50 mg/kg. (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 90 s/d 300 mg/kg. (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 50 s/d 300 mg/kg. (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 15 s/d 200 mg/kg. (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): --- mg/kg.

(3) Tanaman Tebu (Saccharum officinarum): Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman tebu bagian daun muda, adalah sebagai berikut: (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 4 s/d 30 mg/kg. (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 5 s/d 15 mg/kg. (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 40 s/d 250 mg/kg. (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 25 s/d 400 mg/kg. (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 20 s/d 100 mg/kg. (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): 0,05 mg/kg s/d 4,0 mg/kg.

(4) Tanaman Tembakau (Nicotiana tobaccum): Kisaran kadar kecukupan hara mikro essensial pada tanaman tembakau bagian daun muda, adalah sebagai berikut: (a) kisaran kadar kecukupan hara mikro Boron (B): 14 s/d 50 mg/kg. (b) kisaran kadar kecukupan hara mikro Tembaga (Cu): 10 mg/kg s/d 60 mg/kg. (c) kisaran kadar kecukupan hara mikro Besi (Fe): 59 mg/kg s/d 530 mg/kg. (d) kisaran kadar kecukupan hara mikro Mangan (Mn): 26 mg/kg s/d 400 mg/kg. (e) kisaran kadar kecukupan hara mikro Seng (Zn): 17 mg/kg s/d 110 mg/kg. (f) kisaran kadar kecukupan hara mikro Molidenum (Mo): 0,4 mg/kg s/d 0,6 mg/kg.

Daftar

Pustaka:

Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/. Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 360 halaman.Diposkan oleh Dr. Ir. Abdul Madjid, MS di 03:12 0 komentarSenin, 2009 April 27

Kadar dan Serapan Hara TanamanKadar dan Serapan Unsur Hara Essensial Berbagai Tanaman

Kadar dan serapan unsur hara essensial pada berbagai tanaman sangat bervariasi. Kadar dan serapan unsur hara essensial tanaman pangan berbeda dengan tanaman buah-buahan dan tanaman sayur-sayuran serta tanaman industri. Kadar dan serapan unsur hara essensial pada tanaman jagung berbeda dengan tanaman padi, kacang tanah dan kedelai. Kadar dan serapan unsur hara essensial pada jerami atau bagian vegetatif berbeda dengan pada biji atau bagian generatif. Data kadar dan serapan unsur hara essensial pada berbagai tanaman yang meliputi: (a) tanaman pangan, (b) tanaman buah-buahan, (c) tanaman sayur-sayuran, dan (d) tanaman industri, disajikan dalam uraian berikut: A. Tanaman Pangan: Data kadar dan serapan unsur hara essensial pada berbagai tanaman pangan yaitu meliputi: (a) tanaman jagung, (b) tanaman padi, (c) tanaman kacang tanah, dan (d) tanaman kedelai, disajikan dalam uraian berikut. (1) Tanaman Jagung: Kadar dan serapan unsur hara essensial pada tanaman jagung pada bagian biji dan jerami serta total tanaman disajikan sebagai berikut: (1.1) Serapan (a) (b) Serapan (c) Serapan (d) Serapan (e) Serapan (f) Serapan (g) Serapan (h) Serapan (i) Serapan (j) Serapan dan Hasil N P K Ca Mg S Co Mn Zn Kadar : : : : : : : : : Unsur Hara Essensial pada Biji Jagung: : 5,34 ton/ha 151,30 kg/ha Kadar N : 2,83 % 25,80 kg/ha Kadar P : 0,48 % 37,00 kg/ha Kadar K : 0,69 % 17,90 kg/ha Kadar Ca : 0,37 % 22,40 kg/ha Kadar Mg : 0,42 % 15,70 kg/ha Kadar S : 0,29 % 0,067 kg/ha Kadar Co : 12,50 ppm 0,101 kg/ha Kadar Mn :189,00 ppm 0,168 kg/ha Kadar Zn : 31,50 ppm

(1.2) Serapan (a) (b) Serapan (c) Serapan (d) Serapan (e) Serapan (f) Serapan (g) Serapan (h) Serapan (i) Serapan (j) Serapan (1.3) (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) Kadar

dan Kadar Unsur Hara Essensial pada Bobot : 5,00 N : 112,10 kg/ha Kadar N P : 17,90 kg/ha Kadar P K : 134,50 kg/ha Kadar K Ca : 31,40 kg/ha Kadar Ca Mg : 19,10 kg/ha Kadar Mg S : 11,20 kg/ha Kadar S Co : 0,056 kg/ha Kadar Co : Mn : 1,681 kg/ha Kadar Mn : Zn : 0,336 kg/ha Kadar Zn : Unsur N P K Ca Mg S Co Mn Zn Hara Essensial : : : : : : : : :

Jerami

Jagung: ton/ha : 2,24 % : 0,36 % : 2,69 % : 0,63 % : 0,38 % : 0,22 % 11,20 ppm 319,00 ppm 67,20 ppm Jagung: % % % % % % ppm ppm ppm

Total Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar

Tanaman 2,55 0,42 1,66 0,48 0,40 0,26 11,90 17,20 48,70

(2) Tanaman Padi: Kadar dan serapan unsur hara essensial pada tanaman padi pada gabah dan jerami serta total tanaman disajikan sebagai berikut: (2.1) Serapan dan (a) Hasil (b) Serapan N (c) Serapan P (d) Serapan K (e) Serapan Ca (f) Serapan Mg (g) Serapan S (h) Serapan Co (i) Serapan Mn (j) Serapan Zn (2.2) (a) (b) (c) Serapan Serapan Serapan Kadar : : : : : : : : : Unsur Hara Essensial dalam Gabah: : 2,85 ton/ha 56,00 kg/ha Kadar N : 1,96 % 10,10 kg/ha Kadar P : 3,54 % 9,00 kg/ha Kadar K : 0,32 % 3,40 kg/ha Kadar Ca : 0,12 % 4,50 kg/ha Kadar Mg : 0,16 % 3,40 kg/ha Kadar S : 0,12 % 0,011 kg/ha Kadar Co : 3,86 ppm 0,090 kg/ha Kadar Mn : 31,60 ppm 0,078 kg/ha Kadar Zn : 27,40 ppm Essensial pada Jerami Padi: 2,80 ton/ha Kadar N : 1,20 % Kadar P : 0,20 %

dan Kadar Unsur Hara Bobot : N : 33,60 kg/ha P : 5,60 kg/ha

(d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (2.3) (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i)

Serapan Serapan Serapan Serapan Serapan Serapan Serapan Kadar

K Ca Mg S Co Mn Zn

: : : : : : :

65,00 10,10 5,60 ----------1,771 -----Unsur N P K Ca Mg S Co Mn Zn

kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha Hara

Kadar K : 2,32 Kadar Ca : 0,36 Kadar Mg : 0,20 Kadar S : ----Kadar Co : ----Kadar Mn : 632 Kadar Zn : -----Essensial : : : : : : : : : Tanaman 1,59 0,28 1,26 0,24 0,18 --------329 -----

% % % % ppm ppm ppm Padi: % % % % % % ppm ppm ppm

Total Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar

(3) Tanaman Kacang Tanah: Kadar dan serapan unsur hara essensial pada tanaman kedelai pada polong dan jerami serta total tanaman disajikan sebagai berikut: (3.1) (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) Serapan dan Kadar Unsur Hara Essensial pada Polong Kacang Tanah: Hasil : 1,25 ton/ha Serapan N : 100,90 kg/ha Kadar N : 8,07 % Serapan P : 5,60 kg/ha Kadar P : 0,49 % Serapan K : 14,60 kg/ha Kadar K : 1,17 % Serapan Ca : 1,10 kg/ha Kadar Ca : 0,09 % Serapan Mg : 3,40 kg/ha Kadar Mg : 0,27 % Serapan S : 6,70 kg/ha Kadar S : 0,54 % Serapan Co : 0,022 kg/ha Kadar Co : 17,60 ppm Serapan Mn : 0,011 kg/ha Kadar Mn : 8,80 ppm Serapan Zn : -----kg/ha Kadar Zn : ----ppm Kacang Tanah: ton/ha : 4,71 % : 0,49 % : 3,54 % : 2,02 % : 0,08 % : 0,72 % -----ppm

(3.2) Serapan dan Kadar Unsur Hara Essensial pada Jerami (a) Bobot : 2,50 (b) Serapan N : 117,70 kg/ha Kadar N (c) Serapan P : 12,30 kg/ha Kadar P (d) Serapan K : 88,60 kg/ha Kadar K (e) Serapan Ca : 50,40 kg/ha Kadar Ca (f) Serapan Mg : 19,10 kg/ha Kadar Mg (g) Serapan S : 17,90 kg/ha Kadar S (h) Serapan Co : -----kg/ha Kadar Co :

(i) (j) (3.3) (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i)

Serapan Serapan Kadar

Mn Zn Total Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar

: :

0,258 ------

kg/ha kg/ha

Kadar Kadar

Mn Zn

: :

103,20 ------

ppm ppm Tanah: % % % % % % ppm ppm ppm

Unsur

Hara N P K Ca Mg S Co Mn Zn

Essensial : : : : : : : : :

Tanaman

Kacang 5,83 0,48 2,75 1,37 0,06 0,66 ---71,70 -----

(4) Tanaman Kedelai: Kadar dan serapan unsur hara essensial pada tanaman kedelai pada bagian biji dan jerami serta total tanaman disajikan sebagai berikut: (4.1) Serapan (a) (b) Serapan (c) Serapan (d) Serapan (e) Serapan (f) Serapan (g) Serapan (h) Serapan (i) Serapan (j) Serapan (4.2) Serapan (a) (b) Serapan (c) Serapan (d) Serapan (e) Serapan (f) Serapan (g) Serapan (h) Serapan (i) Serapan (j) Serapan (4.3) (a) Kadar dan Hasil N P K Ca Mg S Co Mn Zn Kadar : : : : : : : : : Unsur Essensial pada : 1,22 kg/ha Kadar N : kg/ha Kadar P : kg/ha Kadar K : kg/ha Kadar Ca : kg/ha Kadar Mg : kg/ha Kadar S : kg/ha Kadar Co : kg/ha Kadar Mn : kg/ha Kadar Zn : Hara Biji Kedelai: ton/ha 13,77 % 1,47 % 4,23 % 0,64 % 0,64 % 0,37 % 36,90 ppm 45,90 ppm 36,90 ppm

168,10 17,90 51,60 7,80 7,80 4,50 0,045 0,056 0,045

dan Kadar Unsur Hara Essensial pada Jerami Kedelai: Bobot : 2,24 ton/ha N : 100,90 kg/ha Kadar N : 4,50 % P : 10,10 kg/ha Kadar P : 0,45 % K : 47,10 kg/ha Kadar K : 2,10 % Ca : 44,80 kg/ha Kadar Ca : 2,00 % Mg : 20,20 kg/ha Kadar Mg : 0,90 % S : 11,20 kg/ha Kadar S : 0,50 % Co : 0,045 kg/ha Kadar Co : 20,10 ppm Mn : 0,516 kg/ha Kadar Mn :230,40 ppm Zn : 0,168 kg/ha Kadar Zn : 75,00 ppm Total Kadar Unsur N Hara Essensial : Tanaman 7,77 Kedelai: %

(b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i)

Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar Kadar

P K Ca Mg S Co Mn Zn

: : : : : : :

0,81 2,85 1,52 0,81 0,45 26,00 :157,10 61,56

% % % % % ppm ppm ppm

B. Tanaman Buah-Buahan: Data serapan unsur hara essensial pada berbagai tanaman buah-buahan yaitu meliputi: (a) tanaman apel, dan (b) tanaman jeruk, disajikan dalam uraian berikut. (1) Tanaman Apel: Serapan unsur hara essensial pada tanaman apel pada buah apel disajikan sebagai berikut: (a) Hasil : 5,08 ton/ha (b) Serapan N : 33,60 kg/ha (c) Serapan P : 5,60 kg/ha (d) Serapan K : 41,50 kg/ha (e) Serapan Ca : 9,00 kg/ha (f) Serapan Mg : 5,60 kg/ha (g) Serapan S : 11,20 kg/ha (h) Serapan Co : 0,034 kg/ha (i) Serapan Mn : 0,034 kg/ha (j) Serapan Zn : 0,034 kg/ha

(2) Tanaman Jeruk: Serapan unsur hara essensial pada tanaman jeruk pada buah jeruk disajikan sebagai berikut: (a) Hasil : 70,40 ton/ha (b) Serapan N : 95,30 kg/ha (c) Serapan P : 14,60 kg/ha (d) Serapan K : 130,00 kg/ha (e) Serapan Ca : 37,00 kg/ha (f) Serapan Mg : 13,40 kg/ha (g) Serapan S : 10,10 kg/ha (h) Serapan Co : 0,220 kg/ha (i) Serapan Mn : 0,067 kg/ha (j) Serapan Zn : 0,269 kg/ha

C.

Tanaman

Sayur-Sayuran:

Data serapan unsur hara essensial pada berbagai tanaman sayur-sayuran, yaitu meliputi: (a) tanaman buncis, (b) tanaman kol, (c) tanaman bayam, (d) tanaman bawang putih, (e) tanaman kentang, (f) tanaman tomat, dan (g) tanaman lobak, disajikan dalam uraian berikut. (1) Tanaman Buncis: Serapan unsur hara essensial pada tanaman buncis pada buncis kering disajikan sebagai berikut: (a) Hasil : 0,91 ton/ha (b) Serapan N : 84,10 kg/ha (c) Serapan P : 12,30 kg/ha (d) Serapan K : 23,50 kg/ha (e) Serapan Ca : 2,20 kg/ha (f) Serapan Mg : 2,20 kg/ha (g) Serapan S : 5,60 kg/ha (h) Serapan Co : 0,022 kg/ha (i) Serapan Mn : 0,034 kg/ha (j) Serapan Zn : 0,067 kg/ha

(2) Serapan unsur hara essensial (a) Hasil (b) Serapan (c) Serapan (d) Serapan (e) Serapan (f) Serapan (g) Serapan (h) Serapan (i) Serapan (j) Serapan

Tanaman Kol: pada tanaman kol disajikan sebagai berikut: : 22,40 ton/ha N : 145,70 kg/ha P : 17,90 kg/ha K : 121,10 kg/ha Ca : 22,40 kg/ha Mg : 9,30 kg/ha S : 51,20 kg/ha Co : 0,047 kg/ha Mn : 0,112 kg/ha Zn : 0,093 kg/ha

(3) Tanaman Bayam: Serapan unsur hara essensial pada tanaman bayam disajikan sebagai berikut: (a) Hasil : 5,60 ton/ha (b) Serapan N : 56,00 kg/ha (c) Serapan P : 7,80 kg/ha (d) Serapan K : 28,00 kg/ha (e) Serapan Ca : 13,40 kg/ha (f) Serapan Mg : 5,60 kg/ha (g) Serapan S : 4,50 kg/ha (h) Serapan Co : 0,022 kg/ha (i) Serapan Mn : 0,112 kg/ha

(j)

Serapan

Zn

:

0,112

kg/ha

(4) Tanaman Serapan unsur hara essensial pada tanaman bawang putih disajikan (a) Hasil : (b) Serapan N (c) Serapan P (d) Serapan K (e) Serapan Ca (f) Serapan Mg (g) Serapan S (h) Serapan Co (i) Serapan Mn (j) Serapan Zn

Bawang Putih: bawang putih dalam bagian siung sebagai berikut: 8,40 ton/ha : 50,40 kg/ha : 10,10 kg/ha : 37,00 kg/ha : 12,30 kg/ha : 2,20 kg/ha : 20,20 kg/ha : 0,034 kg/ha : 0,067 kg/ha : 0,034 kg/ha

(5) Tanaman Serapan unsur hara essensial pada tanaman disajikan sebagai (a) Bobot Umbi (b) Serapan N (c) Serapan P (d) Serapan K (e) Serapan Ca (f) Serapan Mg (g) Serapan S (h) Serapan Co (i) Serapan Mn (j) Serapan Zn

Kentang: kentang pada bagian umbi tanaman berikut: : 10,16 ton/ha : 89,70 kg/ha : 14,60 kg/ha : 140,10 kg/ha : 9,40 kg/ha : 6,70 kg/ha : 6,70 kg/ha : 0,045 kg/ha : 0,101 kg/ha : 0,056 kg/ha

(6) Tanaman Serapan unsur hara essensial pada tanaman sebagai (a) Bobot Buah (b) Serapan N (c) Serapan P (d) Serapan K (e) Serapan Ca (f) Serapan Mg (g) Serapan S (h) Serapan Co (i) Serapan Mn (j) Serapan Zn

Tomat: tomat dalam buah tomat disajikan berikut: : 22,40 ton/ha : 134,50 kg/ha : 20,20 kg/ha : 149,10 kg/ha : 7,80 kg/ha : 12,30 kg/ha : 15,70 kg/ha : 0,078 kg/ha : 0,146 kg/ha : 0,179 kg/ha

(7) Tanaman Lobak: Serapan unsur hara essensial pada tanaman lobak pada akar (umbi) tanaman disajikan sebagai berikut: (a) Bobot : 11,20 ton/ha (b) Serapan N : 50,40 kg/ha (c) Serapan P : 10,10 kg/ha (d) Serapan K : 84,10 kg/ha (e) Serapan Ca : 13,40 kg/ha (f) Serapan Mg : 6,70 kg/ha (g) Serapan S : -----kg/ha (h) Serapan Co : -----kg/ha (i) Serapan Mn : -----kg/ha (j) Serapan Zn : -----kg/ha

D. Tanaman Industri: Data serapan unsur hara essensial pada berbagai tanaman industri, yaitu meliputi: (a) tanaman tembakau, (b) tanaman tebu, dan (c) tanaman kapuk, disajikan dalam uraian berikut. (1) Tanaman Tembakau: Serapan unsur hara essensial pada tanaman tembakau pada bagian daun dan tangkai tanaman disajikan sebagai berikut: (1.1) (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (1.2) (a) (b) (c) (d) (e) Daun : N P K Ca Mg S Co Mn Zn dari : N P K Ca : : : : : : : : : : : : : Tembakau: ton/ha kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha Tembakau: ton/ha kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha

Bobot Serapan Serapan Serapan Serapan Serapan Serapan Serapan Serapan Serapan Tangkai Bobot Serapan Serapan Serapan Serapan

1,02 84,10 7,80 112,10 84,10 20,20 15,70 0,034 0,617 0,078 Daun -----39,20 7,80 47,10 ------

(f) (g) (h) (i) (j)

Serapan Serapan Serapan Serapan Serapan

Mg S Co Mn Zn

: : : : :

--------------------------

kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha

(2) Tanaman Serapan unsur hara essensial pada tanaman disajikan sebagai (a) Bobot : (b) Serapan N (c) Serapan P (d) Serapan K (e) Serapan Ca (f) Serapan Mg (g) Serapan S (h) Serapan Co (i) Serapan Mn (j) Serapan Zn

Tebu: tebu pada bagian batang tanaman berikut: 33,60 ton/ha : 107.60 kg/ha : 26,90 kg/ha : 251,10 kg/ha : 31,40 kg/ha : 26,90 kg/ha : 26,90 kg/ha : -----kg/ha : -----kg/ha : -----kg/ha

(3) Tanaman Kapuk: Serapan unsur hara essensial pada tanaman kapuk dalam biji dan tangkai daun adalah sebagai berikut: (3.1) (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) (i) (j) (3.2) (a) (b) (c) (d) (e) (f) Biji Bobot N P K Ca Mg S Co Mn Zn Tangkai Bobot Serapan Serapan Serapan Serapan Serapan : N P K Ca Mg : : : : : : : : : : : : : : kapas: ton/ha kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha Burs: ton/ha kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha

Hasil Serapan Serapan Serapan Serapan Serapan Serapan Serapan Serapan Serapan

/

:

0,76 44,80 10,10 14,60 84,10 20,20 15,70 0,034 0,617 0,078

Daun, 1,02 39,20 5,60 32,50 31,40 9,00

(g) (h) (i) (j)

Serapan Serapan Serapan Serapan

S Co Mn Zn

: : : :

---------------------

kg/ha kg/ha kg/ha kg/ha

Urutan

Kadar

Unsur

Hara

Essensial

dalam

Tanaman:

Menurut Jones et al. (1991) dalam Hanafiah (2005) bahwa kadar unsur hara essensial makro dan mikro pada tanaman secara berurutan dari kadar tertinggi sampai dengan terendah berdasarkan perbandingan bobot kering adalah sebagai berikut: (1) Karbon (45%) hampir sama dengan nomor (2) (2) Hidrogen (45%) (3) Oksigen (6%) (4) Nitrogen (1,5%) (5) Kalium (1,0%) (6) Kalsium (0,5%) (7) Fosfor (0,2%) hampir sama dengan nomor (8) (8) Magnesium (0,2%) (9) Belerang (0,1%) (10) Klor (100 mg/kg) hampir sama dengan nomor (9) (11) Besi (100 mg/kg) (12) Boron (50 mg/kg) (13) Mangan (20 mg/kg) hampir sama dengan nomor (14) (14) Seng (20 mg/kg) (15) Tembaga (6 mg/kg) (16) Molibdenum (0,1 mg/kg).

Daftar

Pustaka:

Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/. Foth. D.H. 1984. Fundamental of Soil Science. John Wiley & Sons. Inc. Singapore. Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 360 halaman.Diposkan oleh Dr. Ir. Abdul Madjid, MS di 03:08 0 komentar

Jumat, 2009 April 24

Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan (Bagian I: Tanaman Jagung)Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Jagung

Beberapa persyaratan dari karakteristik lahan yang menentukan kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jagung (zea mays) adalah sebagai berikut: (1) Tempeatur: Karakterisitik lahan dari variabel Temperatur Tanah (tc) yang digunakan dalam penilaian kelas kesesuaian lahan, ditentukan dari karakteristik Rata-rata Temperatur Tanah, yaitu: (a) antara 20oC s/d 26oC, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) antara lebih dari 26oC sampai dengan 30oC, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2; (c) antara 16oC s/d 20oC atau antara 30oC s/d 32oC, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan (d) kurang dari 16oC atau lebih dari 32oC, maka termasuk kelas kesesuaian lahan N.

(2) Ketersediaan Air: Karakterisitik lahan dari variabel Ketersediaan Air (wa) yang digunakan dalam penilaian kelas kesesuaian lahan, ditentukan dari 2 (dua) karakteristik berikut, yaitu: (2.1) Rata-rata Curah Hujan Tahunan: Apabila lahan yang akan dinilai kelas kesesuaian lahan tersebut memiliki rata-rata curah hujan tahunan: (a) antara 500 mm s/d 1.200 mm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) antara 1.200 mm s/d 1.600 mm atau antara 400 mm s/d 500 mm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2; (c) lebih dari 1.600 mm atau antara 300 mm s/d 400 mm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan (d) kurang dari 300 mm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan N. (2.2) Prosentase Kelembaban Tanah: Apabila lahan yang akan dinilai kelas kesesuaian lahan tersebut mengandung prosentase kelembaban tanah: (a) lebih dari 42%, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) antara 36% s/d 42%, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2; (c) antara 30% s/d 36%, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan (d) kurang dari 30%, maka termasuk kelas kesesuaian lahan N.

(3) Ketersediaan Oksigen: Karakterisitik lahan dari variabel Ketersediaan Oksigen (oa) yang digunakan dalam penilaian kelas kesesuaian lahan, ditentukan dari kondisi: Drainase, yaitu: (a) drainase: baik s/d agak terhambat, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) drainase: agak cepat, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2; (c) drainase: terhambat, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan (d) drainase: sangat terhambat atau cepat, maka termasuk kelas kesesuaian lahan N.

(4) Media Perakaran: Karakterisitik lahan dari variabel Media Perakaran (rc) ditentukan dari 3 (tiga) karakteristik berikut, yaitu: (4.1) Tekstur Tanah: Apabila lahan yang akan dinilai kelas kesesuaian lahan tersebut tanahnya bertekstur: (a) halus (h), agak halus (ah), dan sedang (s), maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) halus (h), agak halus (ah), dan sedang (s), maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2; (c) agak kasar (ak) maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan (d) kasar maka termasuk kelas kesesuaian lahan N. (4.2) Bahan Kasar: Apabila lahan yang akan dinilai kelas kesesuaian lahan tersebut mengandung prosentase bahan kasar: (a) kurang dari 15%, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) antara 15% s/d 35%, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2; (c) antara 35% s/d 55%, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan (d) lebih dari 55%, maka termasuk kelas kesesuaian lahan N. (4.3) Kedalaman Tanah: Apabila lahan yang akan dinilai kelas kesesuaian lahan tersebut memiliki kedalaman tanah: (a) lebih dari 60 cm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) antara 40 cm s/d 60 cm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2; (c) antara 25 cm s/d 40 cm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan (d) kurang dari 25 cm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan N.

(5) Karakterisitik karakteristik

lahan

dari

Kondisi variabel Kondisi Gambut berikut,

ditentukan

Gambut: dari 3 (tiga) yaitu:

(5.1) Ketebalan Gambut: Apabila lahan yang dinilai tergolong tanah gambut dengan ketebalan gambut: (a) kurang dari 60 cm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) antara 60 cm s/d 140 cm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2; (c) antara 140 cm s/d 200 cm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan (d) lebih dari 200 cm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan N. (5.2) Gambut dengan Sisipan/Pengkayaan Bahan Mineral: Apabila lahan yang dinilai termasuk tanah gambut tetapi dengan sisipan/pengkayaan bahan mineral dengan ketebalan: (a) kurang dari 140 cm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) antara 140 cm s/d 200 cm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2; (c) antara 200 cm s/d 400 cm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan (d) lebih dari 400 cm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan N. (5.3) Tingkat Kematangan Gambut: Apabila lahan yang dinilai memiliki tanah dengan tingkat kematangan gambut: (a) kategori safrik +, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) antara kategori hemik + s/d safrik, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2; (c) antara fibrik + s/d hemik, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan (d) kategori fibrik, maka termasuk kelas kesesuaian lahan N.

(6) Retensi Hara: Karakterisitik lahan dari variabel Retensi Hara (nr) ditentukan dari 4 (empat) karakteristik berikut, yaitu: (6.1) KTK Liat: Apabila KTK liat: (a) lebih besar dari 16 cmol maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1; dan (b) sama dengan 16 cmol, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2. (6.2) Kejenuhan Basa: Apabila prosentase kejenuhan basa: (a) lebih dari 50% maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) antara 35% s/d 50%, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2; dan (c) kurang dari 35%, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3. (6.3) pH H2O: Apabila pH H2O tanah: (a) antara pH 5,8 s/d pH 7,8, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) antara pH 5,5 s/d pH 5,8 atau pH 7,8 s/d pH 8,2, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2; dan (c) kurang dari pH 5,5 atau lebih dari pH 8,2, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3.

(6.4) C-organik: Apabila prosentase kandungan C-organik tanah: (a) lebih dari 0,4% maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1; dan (b) sama dengan 0,4%, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2.

(7) Toksisitas: Karakterisitik lahan dari variabel Toksisitas (xc) ditentukan dari karakteristik: Salinitas (dS/m), yaitu: Apabila salinitas: (a) kurang dari 4 (dS/m) maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) antara 4 dS/m s/d 6 dS/m, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2; (c) antara 6 dS/m s/d 8 dS/m, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan (d) lebih dari 8 dS/m, maka termasuk kelas kesesuaian lahan N.

(8) Sodisitas: Karakterisitik lahan dari variabel Sodisitas (xn) ditentukan dari karakteristik: Prosentase Alkalinitas atau Prosentase ESP, yaitu: Apabila prosentase alkalinitas: (a) kurang dari 15%, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) antara 15% s/d 20%, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2; (c) antara 20% s/d 25%, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan (d) lebih dari 25%, maka termasuk kelas kesesuaian lahan N.

(9) Bahaya Sulfidik: Karakterisitik lahan dari variabel Bahaya Sulfidik (xs) ditentukan dari karakteristik: Kedalaman Sulfidik (cm), yaitu: Apabila kedalaman sulfidik: (a) lebih dari 100 cm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) antara 75 cm s/d 100 cm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2; (c) antara 40 cm s/d 75 cm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan (d) kurang dari 40 cm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan N.

(10) Bahaya Erosi: Karakterisitik lahan dari variabel Bahaya Erosi (eh) ditentukan dari dua karakteristik berikut, yaitu: (10.1) Prosentase Lereng: Apabila prosentase lereng: (a) kurang dari 8% termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) antara 8% sampai dengan 16% termasuk kelas kesesuaian lahan S2;

(c) antara 16% sampai dengan 30% termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan (d) lebih dari 30% termasuk kelas kesesuaian lahan N. (10.2) Bahaya Erosi: Apabila bahaya erosi yang akan terjadi: (a) sangat ringan (sr) maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) antara ringan (r) s/d sedang (sd) maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2; (c) berat (b) maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan (d) sangat berat (sb) maka termasuk kelas kesesuaian lahan N.

(11) Bahaya Banjir: Karakterisitik lahan dari variabel Bahaya Banjir (fh) ditentukan dari karakteristik: Genangan, yaitu: (a) apabila tingkat genangan tergolong F0, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) apabila tingkat genangan tergolong F1, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2; (c) apabila tingkat genangan tergolong F2, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3; (d) apabila tingkat genangan tergolong > F2, maka termasuk kelas kesesuaian lahan N;

(12) Penyiapan Lahan: Karakterisitik lahan dari variabel Penyiapan Lahan (lp) ditentukan dari dua karakteristik berikut, yaitu: (12.1) Prosentase Batuan di Permukaan: Apabila prosentase batuan di permukaan: (a) kurang dari 5% termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) antara 5% sampai dengan 15% termasuk kelas kesesuaian lahan S2; (c) antara 15% sampai dengan 40% termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan (d) lebih dari 40% termasuk kelas kesesuaian lahan N. (12.2) Prosentase Singkapan Batuan: Apabila prosentase singkapan batuan: (a) kurang dari 5% termasuk kelas kesesuaian lahan S1; (b) antara 5% sampai dengan 15% termasuk kelas kesesuaian lahan S2; (c) antara 15% sampai dengan 25% termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan (d) lebih dari 25% termasuk kelas kesesuaian lahan N.

Sumber

Pustaka:

Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Http://dasar2ilmutanah.blogspot.com Djaenudin, et al. (1994, 1999, 2005) dalam Rayes (2007)

Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta. 298 halaman.Diposkan oleh Dr. Ir. Abdul Madjid, MS di 21:57 0 komentar

Survei Tanah (Bagian I: Kerapatan Pengamatan setiap Survei)Survei Tanah

Berdasarkan intensitas pengamatannya, survei tanah dibedakan atas 6 tingkatan survei, yaitu: (1) Bagan, (2) Eksplorasi, (3) Tinjau, (4) Semi Detail, (5) Detail, dan (6) Sangat Detail. Penjelasan mengenai kerapatan pengamatan, skala, luas tiap 1 cm2 pada peta, satuan peta dan satuan tanah yang dihasilkan, dan contoh penggunaannya adalah sebagai berikut: (1) Survei Tanah Tingkat Bagan: Pada survei tanah tingkat bagan belum dilakukan pengamatan lapang karena cukup dengan menghimpun dari data dan peta yang sudah ada atau cukup dengan studi pustaka; kisaran skala yang dihasilkan lebih kecil atau sama dengan 1: 2.500.000 dan pada umumnya skala yang dihasilkan adalah 1 : 2.500.000; sehingga memiliki luas tiap 1 cm2 pada peta adalah 625 km2; satuan peta yang diperoleh adalah Asosiasi dan beberapa Konsosiasi; satuan tanah yang ditampilkan adalah Ordo dan Sub-Ordo; contoh penggunaannya berupa: Gambaran umum tentang sebaran tanah di tingkat nasional yang dimanfaatkan untuk materi pendidikan. (2) Survei Tanah Tingkat Eksplorasi: Pada survei tanah tingkat eksplorasi belum dilakukan pengamatan lapang karena cukup dengan menghimpun dari data dan peta yang sudah ada atau cukup dengan studi pustaka; kisaran skala yang dihasilkan berkisar antara: 1 : 1.000.000 sampai dengan 1: 500.000 dan pada umumnya skala yang dihasilkan adalah 1 : 1.000.000; sehingga memiliki luas tiap 1 cm2 pada peta adalah 100 km2 atau kurang; satuan peta yang diperoleh adalah Asosiasi dan beberapa Konsosiasi; satuan tanah yang

ditampilkan adalah Grup atau Sub-Grup; contoh penggunaannya berupa: Perencanaan tingkat Nasional, untuk menentukan penelitian secara terarah, dan dimanfaatkan untuk materi pendidikan. (3) Survei Tanah Tingkat Tinjau: Pada survei tanah tingkat tinjau perlu dilakukan pengamatan lapang dengan tingkat kerapatan pengamatan di lapang: 1 tiap 12,5 km2 sampai dengan 1 tiap 2 km2; kisaran skala yang dihasilkan berkisar antara: 1 : 500.000 sampai dengan 1: 200.000 dan pada umumnya skala yang dihasilkan adalah 1 : 250.000 atau 1 : 100.000; sehingga memiliki luas tiap 1 cm2 pada peta adalah 625 hektar atau 100 hektar; satuan peta yang diperoleh adalah Asosiasi, kompleks atau asosiasi; satuan tanah yang ditampilkan adalah Sub-Grup atau Famili; contoh penggunaannya berupa: Perencanaan pembangunan makro di tingkat Regional dan Provinsi, Penyusunan tata ruang wilayah propinsi, Penyusunan rencana penggunaan lahan secara nasional, penentuan lokasi wilayah prioritas untuk dikembangkan. (4) Survei Tanah Tingkat Semi Detail: Pada survei tanah tingkat semi detail perlu dilakukan pengamatan lapang dengan tingkat kerapatan pengamatan di lapang: 1 tiap 50 hektar; kisaran skala yang dihasilkan berkisar antara: 1 : 100.000 sampai dengan 1: 25.000 dan pada umumnya skala yang dihasilkan adalah 1 : 50.000; sehingga memiliki luas tiap 1 cm2 pada peta adalah 25 hektar; satuan peta yang diperoleh adalah: Konsosiasi, beberapa kompleks dan asosiasi; satuan tanah yang ditampilkan adalah Famili atau Seri; contoh penggunaannya berupa: Penyusunan peta tata ruang wilayah kabupaten/kota; Perencanaan mikro dan operasional untuk proyek-proyek pertanian, perkebunan, transmigrasi, perencanaan dan perluasan jaringan irigasi. (5) Survei Tanah Tingkat Detail: Pada survei tanah tingkat detail perlu dilakukan pengamatan lapang dengan tingkat kerapatan pengamatan di lapang: 1 tiap 12,5 hektar atau 1 tiap 8 hektar atau 1 tiap 2 hektar; kisaran skala yang dihasilkan berkisar antara: 1 : 25.000 sampai dengan 1: 10.000 dan pada umumnya skala yang dihasilkan adalah 1 : 25.000 atau 1 : 20.000 atau 1 : 10.000; sehingga memiliki luas tiap 1 cm2 pada peta adalah 6,25 hektar atau 5 hektar atau 1 hektar; satuan peta yang diperoleh adalah: Konsosiasi, beberapa kompleks; satuan tanah yang ditampilkan adalah Fase dari Famili atau Seri; contoh penggunaannya berupa: Perencanaan mikro dan operasional untuk proyek-proyek pengembangan tingkat kabupaten atau kecamatan, perencanaan pemukiman transmigrasi, perencanaan dan pengembangan jaringan irigasi sekunder dan tersier. (6) Survei Tanah Tingkat Sangat Detail: Pada survei tanah tingkat sangat detail perlu dilakukan pengamatan lapang dengan tingkat kerapatan pengamatan di lapang: 2 tiap 1 hektar; kisaran skala yang dihasilkan berkisar antara: 1 : 10.000 atau berskala lebih besar; pada umumnya skala yang dihasilkan adalah 1 : 5.000; sehingga memiliki luas tiap 1 cm2 pada peta

adalah 0,25 hektar; satuan peta yang diperoleh adalah: Konsosiasi; satuan tanah yang ditampilkan adalah Fase dari Seri; contoh penggunaannya berupa: Perencanaan dan pengelolaan lahan di tingkat petani, penyusunan rancangan usaha tani konservasi; intensifikasi penggunaan lahan kebun.

Daftar

Pustaka:

Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. http://dasar2ilmutanah.blogspot.com Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. 233 halaman. Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta. 298 halaman.Diposkan oleh Dr. Ir. Abdul Madjid, MS di 02:07 0 komentar

KESESUAIAN LAHAN FAO 1976KLASIFIKASI KESESUAIAN LAHAN FAO 1976

Pengertian Keseuaian Lahan: Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk suatu penggunaan tertentu. Pengertian Klasifikasi Kesesuaian Lahan: Klasifikasi kesesuaian lahan adalah perbandingan (matching) antara kualitas lahan dengan persyaratan penggunaan lahan yang diinginkan. Struktur Klasifikasi Keseuaian Lahan: Struktur klasifikasi kesesuaian lahan menurut kerangka kerja FAO 1976 dalam Rayes (2007) adalah terdiri dari 4 kategori sebagai berikut: (1) Ordo (Order): menunjukkan keadaan kesesuaian secara umum. (2) Klas (Class) : menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo. (3) Sub-Klas : menunjukkan keadaan tingkatan dalam kelas yang didasarkan pada jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam kelas. (4) Satuan (Unit): menunjukkan tingkatan dalam sub-kelas didasarkan pada perbedaan-perbedaan kecil yang berpengaruh dalam pengelolaannya.

Kesesuaian

Lahan

Pada

Tingkat

Ordo:

Kesesuaian lahan pada tingkat Ordo berdasarkan kerangka kerja evaluasi lahan FAO

(1976)

dibedakan

menjadi

2

kategori,

yaitu:

(1) Ordo S : Sesuai (Suitable) Ordo S atau Sesuai (Suitable) adalah lahan yang dapat digunakan untuk penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau sedikit resiko kerusakan terhadap sumber daya lahannya. Penggunaan lahan tersebut akan memberi keuntungan lebih besar daripada masukan yang diberikan. (2) Ordo N: Tidak Sesuai (Not Suitable) Ordo N atau tidak sesuai (not suitable) adalah lahan yang mempunyai pembatas demikian rupa sehingga mencegah penggunaan secara lestari untuk suatu tujuan yang direncanakan. Lahan kategori ini yaitu tidak sesuai untuk penggunaan tertentu karena beberapa alasan. Hal ini dapat terjadi karena penggunaan lahan yang diusulkan secara teknis tidak memungkinkan untuk dilaksanakan, misalnya membangun irigasi pada lahan yang curamyang berbatu, atau karena dapat menyebabkan degradasi lingkungan yang parah, seperti penanaman pada lereng yang curam. Selain itu, sering pula didasarkan pada pertimbangan ekonomi yaitu nilai keuntungan yang diharapkan lebih kecil daripada biaya yang dikeluarkan.

Kesesuaian Pengertian Kelas kesesuaian menggambarkan

Lahan Kelas

pada

Tingkat Kesesuaian lebih lanjut dari dari suatu

Kelas Lahan: Ordo dan Ordo.

lahan merupakan pembagian tingkat kesesuaian

Tingkat dalam kelas ditunjukkan oleh angka (nomor urut) yang ditulis dibelakang simbol Ordo. Nomor urut tersebut menunjukkan tingkatan kelas yang makin menurun dalam suatu Ordo. Jumlah kelas yang dianjurkan adalah sebanyak 3 (tiga) kelas dalam Ordo S, yaitu: S1, S2, S3 dan 2 (dua) kelas dalam Ordo N, yaitu: N1 dan N2. Penjelasan secara kualitatif dari definisi dalam pembagian kelas disajikan dalam uraian berikut: Kelas S1: Kelas S1 atau Sangat Sesuai (Highly Suitable) merupakan lahan yang tidak mempunyai pembatas yang berat untuk penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai pembatas tidak berarti dan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi serta tidak menyebabkan kenaikan masukan yang diberikan pada umumnya. Kelas S2: Kelas S2 atau Cukup Sesuai (Moderately Suitable) merupakan lahan yang mempunyai pembatas agak berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang

harus dilakukan. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan, serta meningkatkan masukan yang diperlukan. Kelas S3: Kelas S3 atau Sesuai Marginal (Marginal Suitable) merupakan lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus dilakukan.Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan. Perlu ditingkatkan masukan yang diperlukan. Kelas N1: Kelas N1 atau Tidak Sesuai Saat Ini (Currently Not Suitable) merupakan lahan yang mempunyai pembatas yang lebih berat, tapi masih mungkin untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya yang rasional. Faktor-faktor pembatasnya begitu berat sehingga menghalangi keberhasilan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang. Kelas N2: Kelas N2 atau Tidak Sesuai Selamanya (Permanently Not Suitable) merupakan lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat, sehingga tidak mungkin digunakan bagi suatu penggunaan yang lestari.

4

(Empat)

Macam

Klasifikasi

Kesesuaian

Lahan

Berdasarkan kerangka kerja evaluasi lahan FAO (1976) dikenal empat macam klasifikasi kesesuaian lahan, yaitu: (1) Kesesuaian lahan yang bersifat kualitatif. (2) Kesesuaian lahan yang bersifat kuantitatif. (3) Kesesuaian lahan aktual. (4) Kesesuaian lahan potensial.

Daftar Madjid, A. 2009. Dasar-Dasar http://dasar2ilmutanah.blogspot.com Ilmu Tanah. Bahan Ajar

Pustaka: Online.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. 233 halaman. Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta. 298 halaman.Diposkan oleh Dr. Ir. Abdul Madjid, MS di 01:58 0 komentar

Kamis, 2009 April 23

Klasifikasi TanahKlasifikasi Tanah

Salah satu sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan Amerika Serikat dikenal dengan nama: Soil Taxonomy (USDA, 1975; Soil Survey Satff, 1999; 2003). Sistem klasifikasi ini menggunakan enam (6) kateori, yaitu: 1. Ordo (Order) 2. Subordo (Sub-Order) 3. Grup (Great group) 4. Sub-grup (Subgroup) 5. Famili (Family) 6. seri. Sistem klasifikasi tanah ini berbeda dengan sistem yang sudah ada sebelumnya. Sistem klasifikasi ini memiliki keistimewaan terutama dalam hal: 1. Penamaan atau Tata Nama atau cara penamaan. 2. Definisi-definisi horison penciri. 3. Beberapa sifat penciri lainnya.Sistem klasifikasi tanah terbaru ini memberikan Penamaan Tanah berdasarkan sifat utama dari tanah tersebut. Menurut Hardjowigeno (1992) terdapat 10 ordo tanah dalam sistem Taksonomi Tanah USDA 1975, yaitu: 1. Alfisol 2. Aridisol 3. Entisol 4. Histosol 5. Inceptisol 6. Mollisol 7. Oxisol 8. Spodosol 9. Ultisol 10. Vertisol Selanjutnya, sistem klasifikasi tanah ini telah berkembang dari 10 ordo pata tahun 1975 menjadi 12 ordo tahun 2003 (Rayes, 2007). Kedua-belas ordo tersebut dibedakan berdasarkan: (1) ada atau tidaknya horison penciri, (2) jenis horison penciri, dan (3) sifat-sifat tanah lain yang merupakan hasil dari proses pembentukan tanah, meliputi: 3.1 penciri khusus, dan

3.2 Horizon (a) (b) Penciri horizon atas horizon

penciri terdiri (permukaan) bawah dari atau atau

lainnya. dua bagian: epipedon, dan endopedon.

Epipedon atau horison atas / permukaan penciri dibedakan dalam 8 kategori (Soil Survey Staff, 2003), yaitu: (a) epipedon mollik, (b) epipedon umbrik, (c) epipedon okrik, (d) epipedon histik, (e) epipedon melanik, (f) epipedon anthropik, (g) epipedon folistik, dan (h) epipedon plagen. Endopedon atau horizon bawah penciri dibedakan menjadi 13 (Soil Survey Satff, 2003), yiatu: (a) horizon argilik, (b) horizon kambik, (c) horizon kandik, (d) horizon kalsik, (e) horizon oksik, (f) horison gipsik, (g) horizon petrokalsik, (h) horizon natrik, (i) horizon plakik, (j) horizon spodik, (k) horizon sulfuric, (l) horizon albik. Beberapa (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) Beberapa (a) (b) Sifat Penciri padas fraipan, Khusus, adalah: konkresi, (pan), (duripan), Plintit, slickenside, liat, litik, paralithik. adalah: tanah, dan

selaput kontak kontak Sifat rezim rezim Penciri suhu lengas tanah, Lain,

(c)

sifat-sifat

tanah

Andik.

Rezim suhu tanah dibedakan dalam 3 kategori, yaitu: (a) mesic: merupakan suhu tanah rata-rata tahunan 8oC s/d 15oC. (b) thermic: merupakan suhu tanah rata-rata tahunan 15oC s/d 22oC. (c) hyperthermic: merupakan suhu tanah rata-rata tahunan > 22oC. Istilah iso (iso-mesic, iso-thermic, iso-hyperthermic) digunakan untuk menunjukkan perbedaan suhu tanah rata-rata musim panas dan musim dingin < 6oC). Rezim lengas tanah dibedakan dalam 4 kategori, yaitu: (a) aquic: tanah hampir selalu jenuh air, sehingga terjadi reduksi dan ditunjukkan oleh adanya karatan dengan chroma rendah (chroma < 2 dan value < 4). (b) perudic: curah hujan setiap bulan selalu melebihi evapotranspirasi. (c) udic: tanah tidak pernah kering selama 90 hari (kumulatif) setiap tahunnya. (d) ustic: tanah setiap tahunnya kering lebih dari 90 hari (kumulatif) tetapi kurang dari 180 hari. Pengertian 10 ordo tanah menurut Hardjowigeno (1992) adalah sebagai berikut: Alfisol: Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning. Aridisol: Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil. Entisol: Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol. Histosol: Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman. Padanan

dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol. Inceptisol: Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dll. Mollisol: Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem, Brunize4m, Rendzina, dll. Oxisol: Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning. Spodosol: Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol. Ultisol: Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorf Kelabu. Vertisol: Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.

Daftar

Pustaka:

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta. 233 halaman. Rayes, M. L. 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi Yogyakarta. Yogyakarta. 298 halaman.Diposkan oleh Dr. Ir. Abdul Madjid, MS di 03:33 0 komentar

Posting Lama Langgan: Entri (Atom)

About MeDr. Ir. Abdul Madjid, MS. Dosen Jurusan Tanah, Fak. Pertanian, Univ. Sriwijaya. Kampus Unsri Indralaya, Propinsi Sumatera Selatan Lihat profil lengkapku

Blog Archive o o 2009 (16) 04/26 - 05/03 (3) Kadar Hara Mikro Tanaman Kisaran Kadar Kecukupan Hara Mikro Essensial Tanam... Kadar dan Serapan Hara Tanaman 04/19 - 04/26 (12) Penilaian Kelas Kesesuaian Lahan (Bagian I: Tanama... Survei Tanah (Bagian I: Kerapatan Pengamatan setia... KESESUAIAN LAHAN FAO 1976 Klasifikasi Tanah Padanan Beberapa Nama Tanah Sifat Fisika Tanah Sifat Fisika Tanah (Bagian 1: Tekstur Tanah)

o o o o o o o o 2007 (19) 2008 (8)

Sifat Fisika Tanah (Bagian 2: Struktur Tanah) Sifat Fisika Tanah (Bagian 3: Bobot Isi Tanah) Sifat Fisika Tanah (Bagian 4: Warna Tanah) Sifat Fisika Tanah (Bagian 5: Konsistensi Tanah) Fisika Tanah (Bagian 6: Air Tanah dan Kadar Air Ta... 04/05 - 04/12 (1) Soal Ujian Tengah Semester

03/23 - 03/30 (1) Tugas Perhitungan Kebutuhan Kapur 03/02 - 03/09 (2) Kuis II DDIT Klas C Fakultas Pertanian Unsri Sifat Kimia Tanah 02/24 - 03/02 (2) Tugas 1 MK. DDIT Klas C Fak. Pertanian Unsri Soal Kuis DDIT Klas C Fak. Pertanian Unsri 02/10 - 02/17 (3) DEFINISI TANAH, FUNGSI DAN PROFIL TANAH FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK TANAH Kriteria Status Hara Tanaman Karet

12/02 - 12/09 (5) Abstract I: Phosphate Solubilizing Microorganism Abstract II: Vermicomposting Klasifikasi Tanah USDA 1975 Profil Tanah Fungsi Utama Tanah 11/25 - 12/02 (2) Definisi Tanah Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Bagian II) 11/18 - 11/25 (6) Fungi Tanah

o o

Organisme Tanah (Bagian II) Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Bagian I) Mikrobia Pelarut Fosfat (MPF) Bakteri Tanah Alasan Pentingnya Mempelajari Organisme Tanah 11/11 - 11/18 (4) Mekanisme Penyerapan Hara Bahan Organik Tanah Mekanisme Penyediaan Unsur Hara untuk Tanaman Kapasitas Tukar Kation (KTK) 11/04 - 11/11 (2) Sifat Kimia Tanah Organisme Tanah

Design by: FinalSense