FISIKA PERAIRAN.pdf
-
Upload
dwi-wahyu-intani -
Category
Documents
-
view
346 -
download
6
description
Transcript of FISIKA PERAIRAN.pdf
![Page 1: FISIKA PERAIRAN.pdf](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071701/55cf9c3d550346d033a92592/html5/thumbnails/1.jpg)
FISIKA PERAIRAN
Oleh :
Kelompok III
Annas Safita (1511100002), Muhammad Khoirul Amin (1511100006), Suci Triana Wahyu Ningsih
(1511100019), Denaya Andrya Prasidya (1511100026), Retty Asti O.P (1511100037), Risanda
Martalina A (1511100047), Ariza Yandwiputra B (1511100052), Dwi Wahyu Intani (1511100063),
Hosnul Hotimah (1511100074)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2012
ABSTRAK
Sifat fisika perairan adalah sifat yang tampak dengan bantuan alat atau bisa diamati secara
visual, yang meliputi salinitas, suhu, kecerahan air, warna, bau, dan jumlah padatan terlarut. Tujuan
dari pengamatan ini yaitu untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor fisika perairan laut yang
berpengaruh terhadap kehidupan biota laut serta mengetahui dan mampu melaksanakan metode
standard pengambilan data parameter fisika perairan laut. Pengamatan ini dilakukan di Pantai
Kenjeran Surabaya dan di Laboratorium Ekologi jurusan Biologi FMIPA ITS Surabaya pada tanggal 5
Mei 2012. Sampel yang digunakan adalah air laut di Pantai Kenjeran Surabaya untuk diamati kadar
salinitas, suhu, kecerahan air, Total Suspended Solid (TSS), dan Total Dissolved Solid (TDS).
Pengamatan suhu dan kecerahan air dilakukan di lokasi pengambilan sampel, sedangkan salinitas, TSS
dan TDS dilakukan di laboratorium ekologi. TSS dilakukan dengan menyaring air. TDS dengan
memanaskan air laut. Hasil pengamatan menunjukkan Pantai Kenjeran Surabaya mempunyai salinitas
25 ‰ , Suhu 30 °C, Kecerahan 0,14 m, TSS 175 mg/L, dan TDS 3165 mg/L. Dapat disimpulkan
bahwa pantai Kenjeran mempunyai kualitas air yang buruk untuk kehidupan biota laut.
Kata kunci: Fisika Perairan, Salinitas, Kenjeran, TSS dan TDS, Oseanografi
ABSTRACT
The characteristic of waterways is character which appear a tool or could be observed
visually, which sorround salinity, temperature, smell, and total dissolved solids. The aim of this
observation is to know and understand The physics factors of the ocean which act toward
biota's life also to know and able to compare the standard method of removal parameter data ocean
physics. This observation was done in kenjeran beach surabaya and the ecology Laboratory of biology
FMIPA ITS surabaya on Mei 5th 2012. The sample used is a water of kenjeran beach surabaya to
observe salinity, temperature, water brightness, total suspended solid (TTS) and Total
Dissolved Solid (TDS). The observation of temperature and water brightness was doing in sample
location, while TSS and TDS was doing in ecology laboratory. TSS compare by filtering the water and
TDS by heting. The result of the observation shows that kenjeran beach has 25% of salinity, 30 C of
![Page 2: FISIKA PERAIRAN.pdf](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071701/55cf9c3d550346d033a92592/html5/thumbnails/2.jpg)
temperature, 0,14 m Brightness, 175 mg/L TSS, and 3165 mg/L TDS. Could be conclude that kenjeran
beach has a bad water quality for sea biota's life.
Keywords: Physics of Water, Salinity, Kenjeran, TSS and TDS, Oceanography
PENDAHULUAN
Wilayah pesisir merupakan suatu
wilayah yang mempunyai potensi sumber daya
alam yang cukup besar. Jenis limbah yang
masuk seperti limbah organik dan anorganik
(sampah) inilah yang menyebabkan penurunan
kualitas lingkungan perairan (Wiryawan, 1999;
Wijayanti, 2007). Penurunan kualitas
lingkungan ini dapat diidentifikasi dari
perubahan komponen fisik, kimia dan biologi
perairan di sekitar pantai (Wijayanti,
2007).Tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui dan memahami faktor-faktor fisika
perairan laut yang berpengaruh terhadap
kehidupan biota laut serta mengetahui dan
mampu melaksanakan metode standard
pengambilan data parameter fisika perairan
laut.
Air adalah suatu zat pelarut yang
bersifat sangat berdaya guna, yang mampu
melarutkan zat-zat lain dalam jumlah yang
lebih besar daripada zat cair lainnya.
Diperkirakan hampir sebesar 50 trilliun metrik
ton garam yang larut dalam air laut.
Konsentrasi rata-rata seluruh garam yang
terdapat di dalam air laut dikenal sebagai
salinitas. Konsentrasi ini biasanya sebesar 3%
(tiga persen) dari berat seluruhnya (Hutabarat,
2008). Salinitas merupakan indikator utama
untuk mengetahui penyebaran massa air lautan
sehingga penyebaran nilai-nilai salinitas secara
langsung menunjukkan penyebaran dan
peredaran massa air dari satu tempat ke tempat
lainnya. Penyebaran salinitas secara alamiah
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
curah hujan, pengaliran air tawar ke laut secara
langsung maupun lewat sungai dan gletser,
penguapan, arus laut, turbulensi pencampuran,
dan aksi gelombang (Huboyo et al, 2007)
Suhu air permukaan di perairan
indonesia menunjukkan ciri khas perairan
tropis yaitu umumnya relatif tinggi dengan
perbedaan sebaran horisontal yang kecil (28-
31C). Perubahan suhu sepanjang tahun
tergantung pada intensitas radiasi matahari,
kecepatan angin, musim (curah hujan dan
penguapan) serta asal massa air (Arinadi et al,
1997). Suhu perairan merupakan parameter
fisika yang sangat mempengaruhi pola
kehidupan biota akuatik seperti penyebaran,
kelimpahan, dan mortalitas (Wijayanti, 2007
dan Brower et al, 1989). Temperatur air yang
lebih hangat menyebabkan organisme perairan
mengalami peningkatan laju respirasi dan
peningkatan konsumsi oksigen serta lebih
mudah terkena penyakit, parasit dan bahan
kimia beracun (Huboyo dan Zaman, 2007).
Menurut Parson dan Takahashi
(1973) kecerahan perairan adalah suatu kondisi
yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk
menembus lapisan air pada kedalaman tertentu.
Pada perairan alami kecerahan sangatlah
penting karena erat hubungannya dengan
fotosintesis. Kecerahan yang tinggi merupakan
syarat untuk berlangsungnya fotosintesis
fitoplankton yang baik. Menurut birowo dan
Uktolseja (1976)faktor yang dapat
mempengaruhi kecerahan air adalah
kandungan lumpur, kandungan plankton dan
zat-zat terlarut lainnya (Supriyadi, 2002).
Muatan padatan tersuspensi adalah
materi padatan yang diangkut oleh suatu aliran
dan hampir keseluruhan dibawa oleh badan air
yang bergerak. Muatan padatan tersuspensi
terdiri dari padatan dalam perairan yang
tersuspensi dan terlarut, yang berasal dari
bahan organik dan anorganik (Supriyadi,
2002). TSS adalah padatan yang menyebabkan
kekeruhan air yang tidak larut dan tidak dapat
mengendap langsung. TDS adalah padatan
yang menyebabkan kekeruhan pada air yang
sifatnya terlarut dalam air ( Anonim, 2011).
Menurut DWAF (1998) kekeruhan perairan
![Page 3: FISIKA PERAIRAN.pdf](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071701/55cf9c3d550346d033a92592/html5/thumbnails/3.jpg)
yang tinggi sering dihubungkan dengan
kemungkinan pencemaran mikrobiologi.
METODOLOGI
Praktikum ini dilakukan di Pantai
Kenjeran Surabaya dan Laboratorium jurusan
Biologi ITS Surabaya pada 5 Mei 2012. Alat
dan bahan yang digunakan adalah: Hand
Salino-Refractometer, Pipet tetes, Termometer
merkuri, Kertas tissue, Jam Tangan, Secchi
disc, Botol sampel volume 1,5 liter, Kertas
saring, Beaker Glass volume 250 dan 1.000
ml, Analytical Balance, Corong kaca, Kamera,
Kertas Label, Pemanas Bunsen, Oven atau
incubator dan Alat Tulis.
Pengambilan data salinitas digunakan
Hand salino-Refractometer. Refractometer
dikalibrasi dengan akuades sehingga
menunjukkan nilai 0. Diambil 2 tetes sampel
air laut dan diteteskan pada kaca
refractometer. Dibaca skala penunjuk salinitas
melalui eyepiece. Dicatat hasilnya. Setelah
digunakan, refractometer dicuci dengan
akuades dan dikeringkan dengan kertas tissue.
Pengambilan data suhu digunakan
termometer merkuri (raksa). Termometer
dikalibrasi dengan mengkibaskan pelan di
udara sehingga termometer mencatat suhu
udara ambien. Dicelupkan ujung termometer
pada permukaan air selama 10 menit. Dicatat
suhu yang ditunjukkan oleh skala termometer.
Pengambilan data kecerahan
menggunakan secchi disc. Secchi disc diikat
dengan tali dan diturunkan perlahan kedalam
kolom air hingga tidak terlihat warna hitam-
putih pada permukaan disc sambil dipegang
ujungnya. Diukur panjang tali yang tercelup
dalam air. Panjang tali yang tercelup itulah
yang menunjukkan nilai kecerahan air.
Pengambilan data Total Suspended
Solid (TSS) dengan menyiapkan 2 kertas
saring dan ditimbang menggunakan neraca
analitik. Dicatat massa kertas saring tersebut.
Dengan bantuan corong, 1,5 liter sampel air
disaring dengan menggunakan kertas saring
dan ditampung dalam beaker glass volume 1
liter. Setelah penyaringan, kertas saring
dikeringkan dengan oven hingga kering
sempurna. Ditimbang kembali kertas saring
dan dicatat beratnya. Dihitung selisih berat
kertas saring. Selisih berat kertas saring adalah
nilai TSS.
Pengambilan data Total Dissolved
Solid (TDS) dengan menyiapkan 2 buah
beaker glass volume 1000ml dan ditimbang
dengan neraca analitik. Dimasukkan 100 ml
filtrat hasil pengukuran TSS pada setiap beaker
glass. Dipanaskan beaker glass dengan hati-
hati pada penangas air hingga filtrat menguap
sempurna. Didinginkan beaker glass dan
ditimbang beratnya. Dicatat berat beaker glass
tersebut dan dihitung selisihnya. Selisih berat
beaker glass adalah nilai TDS dalam 100 ml
air.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel I. Hasil pengamatan fisika perairan di
Pantai Kenjeran pada 5 Mei 2012 :
NO PARAMETER NILAI
1 Salinitas 25‰
2 Suhu 30C
3 Kecerahan air 0,14 m
4 TSS 175 Mg/Liter
5 TDS 3165 Mg/Liter
Tabel II. Baku mutu air laut untuk biota laut
berdasarkan Kepre LH No. 51/2004 Lampiran
III
(Wibosono, 2011)
Dalam praktikum ini dilakukan
pengamatan salinitas, suhu, kecerahan air,
TSS, dan TDS. Pengamatan salinitas
no Parameter Satuan Baku
mutu
1 Suhu C 28-30
2 kecerahan m >5
3 Padatan
Tersuspensi
Mg/L 20
4 salinitas ‰ 33-34
![Page 4: FISIKA PERAIRAN.pdf](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071701/55cf9c3d550346d033a92592/html5/thumbnails/4.jpg)
dilakukan dengan menggunakan hand-salino
Refractometer. Sebelum menggunakannya
harus dikalibrasi dengan akuades terlebih
dahulu hingga skala menunjukkan angka 0.
Akuades digunakan untuk menetralisir zat-zat
yang tersisa pada Refractometer sehingga
hasil yang didapatkan bisa maksimal. Pada
pengamatan salinitas ini, skala Refractometer
menunjukkan nilai 25‰ yang berarti bahwa 1
tetes air, mengandung mineral garam yang
terlarut (salinitas) sebanyak 2,5%. Bila
dibandingkan dengan baku mutu air laut
untuk biota laut, Dapat dikatakan bahwa air
laut di kawasan pantai Kenjeran Surabaya
memiliki nilai salinitas yang cukup rendah.
Dimana baku mutu air laut adalah sekitar 33-
34‰ (Wibisono, 2011). Newman dan Pierson
(1966) menyatakan bahwa di perairan pantai
rendahnya salinitas dikarenakan adanya
pengenceran (adanya pengaruh air sungai)
(Supriyadi, 2002).
Pada pengambilan data suhu,
digunakan termometer merkuri yang
ujungnya diikat dengan tali supaya
termometer tersebut tidak jatuh ke laut dan
mempermudah pengamatan suhu. Sebelum
digunakan dikalibrasi dengan mengkibaskan
pada udara untuk memperoleh suhu
ambientnya. Hasil pengamatan, skala
termometer menunjukkan angka 30C. Hal ini
menunjukkan suhu di perairan Pantai
Kenjeran Surabaya sesuai untuk biota laut,
dimana baku mutu air laut untuk biota laut
menurut Wibisono (2011) adalah sekitar 28-
30C.
Pada pengambilan data kecerahan
perairan, digunakan secchi disc yang diikat
dengan tali kemudian diturunkan secara
perlahan-lahan ke dalam air dan dipegang
ujung tali tersebut supaya secchi disc tidak
hanyut pada air. Kecerahan air di Pantai
Kenjeran adalah 0,14 m. Apabila
dibandingkan dengan baku mutu air laut
untuk biota laut adalah sangat rendah yaitu >5
m (Wibisono, 2011). Kecepatan arus
diperkirakan menjadi faktor penentu terhadap
kekeruhan atau kecerahan, dimana pada
kecepatan tersebut diperkirakan telah mampu
mengaduk dasar perairan sehingga terjadi
resuspensi partikel (Supriyadi, 2002)
Pada pengambilan data TSS,
dilakukan di Laboratorium dengan menyaring
sampel yang telah diambil pada lokasi
sampling untuk mengetahui banyaknya
padatan yang terlarut dalam perairan. Hasil
TSS yang diperoleh adalah 175 Mg/Liter. Jika
dibandingkan dengan baku mutu air laut
menurut Wibisono (2011) yaitu 20 mg/liter
dapat dikatakan bahwa padatan yang terlarut
dalam air sangat banyak. Supriyadi (2002)
berpendapat bahwa kecepatan arus yang
cukup tinggi sebagai penyebab tingginya nilai
TSS akibat pengadukan sehingga terjadi
resuspensi.
Untuk pengambilan data TDS, hasil
penyaringan TSS dipanaskan pada penangas
air hingga menguap sempurna untuk
mendapatkan endapan garam dalam perairan
tersebut. Hasil endapan yang diperoleh adalah
3165 Mg/Liter. Menurut Wibisono (2011)
Pada air tawar, garam yang terlarut umumnya
terdiri dari garam karbonat (CO3) dan garam
bikarbonat (HCO3) dari logam-logam seperti
misalnya ca, Mg, Na, K. Salah satu bukti yang
bisa dilihat adalah bila bejana yang sering
dipakai untuk merebus air tawar akan terjadi
kerak yang menempel pada dinding dalam
bejana yang menggambarkan terjadinya
endapan dari garam-garam tersebut diatas.
Garam anorganik terlarut dalam air tawar
hanya 0,01%. Dibanding dengan air laut
maka unsur-unsur kimia yang ada di air tawar
jumlahnya lebih sedikit dan lebih sederhana.
Salinitas air laut dipengaruhi oleh
suhu, cahaya, dan kedalaman. Salinitas
semakin besar dengan bertambahnya
kedalaman. Kedalaman dan kecerahan juga
mempengaruhi suhu air laut. Semakin dangkal
dan daya tembus cahaya matahari yang tinggi
dapat meningkatkan suhu perairan. Salinitas
permukaan air laut erat kaitannya dengan
penguapan. Penguapan yang tinggi
mengakibatkan salinitas yang tinggi pula.
Menurut Morrisey dan College (2009) salinitas
berubah dengan adanya proses penambahan
atau perpindahan garam atau air dari laut.
![Page 5: FISIKA PERAIRAN.pdf](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071701/55cf9c3d550346d033a92592/html5/thumbnails/5.jpg)
Mekanisme utama penambahan dan
perpindahan ini disebut evaporasi.
Padatan tersuspensi dan kekeruhan
memiliki korelasi positif yaitu semakin tinggi
nilai padatan tersuspensi maka semakin tinggi
pula nilai kekeruhan. Akan tetapi, tingginya
padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan
tingginya kekeruhan. Air laut memiliki nilai
padatan terlarut yang tinggi, tetapi tidak berarti
kekeruhannya tinggi pula (Effendi, 2003;
Irawan dkk, 2009). TSS atau padatan
tersuspensi akan mempengaruhi turbiditas
(kekeruhan) dan warna perairan yang
umumnya disebabkan oleh adanya aktivitas
manusia baik di sungai maupun di sekitarnya
(Soeriaatmadja, 1978; Supriyadi, 2002).
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
praktikum ini adalah Pantai Kenjeran surabaya
mempunyai suhu yang ideal untuk kehidupan
biota laut, tetapi mempunyai kualitas air yang
sangat rendah (buruk) yaitu dengan nilai
sebagai berikut: salinitas 25 ‰ , Suhu 30 °C,
Kecerahan 0,14 m, TSS 175 mg/L, dan TDS
3165 mg/L.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Limbah Industri.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/12345678
9/26949/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada 25
mei 2012 pukul10.06 WIB
Arinardi,O.H et al. 1997. Kisaran Kelimpahan
dan Komposisi Plankton Predominan di
Perairan Kawasan Timur Indonesia. LIPI:
Jakarta
Barnabe, gilbert dan Barnade-Quet,regine.
2000. Ecology and Management of Coastal
Waters. Springer
Huboyo, Setiyo Haryono dan Zaman, Badrus.
2007. Analisis Sebaran Temperatur dan
Salinitas Air Limbah PLTU-PLTGU
Berdasarkan Sistem Pemetaan Spasial (Studi
Kasus : PLTU-PLTGU Tambak Lorok
Semarang). eprints.undip.ac.id/516/1/hal_40-
45__haryono_dkk_.pdf. Vol. 2 No. 3
September 2007, ISSN 1907-187X. diakses
pada 22 mei 2012 pukul 15.50 WIB
Hutabarat, sahala et al. 2008. Pengantar
Oseanografi. Universitas Indonesia: Jakarta
Igbinosa, E. O dan Okoh, A. I. 2009. Impact of
Discharge Wastewater Effluents on the
Physico-chemical Qualities of a Receiving
Watershed in a Typical Rural Community.
International journal of Environmental Science
and Technology, vol. 6, No. 2, Spring, 2009,
pp. 175-182. Diakses pada 2 juni 2012 pukul
21.53 WIB
Irawan, andri. 2009. Faktor-faktor Penting
dalam Proses Pembesaran Ikan di Fasilitas
Nursery dan Pembesaran.
www.sith.itb.ac.id/d4.../Kelompok_6_Pembesa
ran_Ikan_Udang.pdf. diakses pada 03 juni
2012 pukul 15.33 WIB
Morrissey, John P dan College,Swees B. 2009.
Introduction to the Biology of Marine Life.
ninth edition.Jones and Barleti Publisher:
London
Supriyadi,Dedy S. 2002. Kondisi Perairan
Muara Berdasarkan Parameter Fisika dan
Kimia di Muara Bengawan Solo Ujung
Pangkah Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/12345678
9/.../C02dss.pdf?...1. diakses pada 03 juni 2012
pukul 16.07 WIB
Wibisono, M.S. 2011. Pengantar Ilmu
Kelautan. Universitas Indonesia: jakarta
Wijayanti, Henni. 2007. Kajian Kualitas
Perairan di Pantai Kota Bandar Lampung
Berdasarkan Komunitas Hewan
Makrobenthos.
http://eprints.undip.ac.id/17572/1/HENNI_WIJ
AYANTI_M..pdf. diakses pada 22 mei 2012
pukul 16.26 WIB.
![Page 6: FISIKA PERAIRAN.pdf](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022071701/55cf9c3d550346d033a92592/html5/thumbnails/6.jpg)
PERHITUNGAN
1. UJI TSS
Kertas saring I
Massa sebelum penyaringan : 600 g
Massa setelah penyaringan : 820g
Selisih kertas saring : 820 g – 600 g = 220 g
Kertas saring II
Massa sebelum penyaringan : 590 g
Massa setelah penyaringan : 720 g
Selisih kertas saring : 720 g – 590 g = 130 g
Rata-rata kedua kertas saring : (220 g + 130 g) : 2 = 175 g
TSS = 175 g = 175 Mg/Liter
2. UJI TDS
Beaker glasss I
Massa sebelum pemanasan : 344,150 g
Massa setelah pemanasan : 347,600 g
Selisih beaker glass : 347,600g – 344,150g = 3450g
Beaker glass II
Massa sebelum pemanasan : 254,600 g
Massa setelah pemanasan : 251,720 g
Selisih beaker glass : 251,720g – 254,600g = 2880g
Rata-rata kedua beaker glas = (3450 g + 2880 g) : 2 = 3165 Mg/Liter
TDS = 3165 Mg/Liter