fiqh ikhtilaf

31
Hatta Syamsuddin

Transcript of fiqh ikhtilaf

Hatta Syamsuddin

Kajian IKADI Sragen 21 November 2010 Masjid Agung Kauman Kabupaten Sragen

1.2. 3. 4. 5.

Pengertian Ikhtilaf dan Hakikatnya Ragam dan Contoh Ikhtilaf Sebab-sebab Iftiroq Ikhtilaf Madzmum (Perpecahan) Sebab-sebab Ikhtilaf Mahmudz ( Ikhtilaf Fiqh) Adab dalam Berbeda Pendapat

Ikhtilaf adalah lawan dari ittifaq / kesepakatan. Dalam kamus Lisanul Arab : Ikhtalafa al-amr in lam yattafiqa sesuatu disebut ikhtilaf ketika belum bisa bersatu/bersepakat. Setiap yang tidak sama bisa juga disebut dengan ikhtilaf (perbedaan).

(811) "Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan

manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. (QS Huud 118-119)

Meskipun demikan, Sunnah Kauniyah yang buruk, menurut Ijmak Ulama harus tetap dihindari

Ikhtilaf disebut terpuji jika merupakan hasil ijtihad yang berlandaskan niat mencari kebenaran dan memenuhi syarat dan adabnya, bahkan meskipun hasil ijtihad tersebut keliru. Dari Amr bin Ash Rasulullah SAW bersabda : " Jika seorang hakim menghukumi (suatu urusan) kemudian dia berijtihad dan benar maka baginya dua pahala, dan jika ia menghukumi lalu berijtihadi kemudian salah, maka baginya satu pahala " (HR Bukhori dan Muslim)

Pelaksanaan Ibadah Thowaf Larangan Menjual Kulit Qurban Pengeluaran Zakat Fitrah

ikhtilaf ini muncul dari hasil ijtihad dengan metodologi yang salah atau tidak sempurna, bahkan terkadang lebih didominasi kepentingan dan hawa nafsu semata dari Anas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda : " dan sesungguhnya umatku akan terpecah menjadi 72 golongan, semuanya di neraka kecuali satu golongan saja yaitu al-jamaah " ( HR Ibnu Majah).

Perbedaan yang dimunculkan oleh Syiah terhadap Ahli Sunnah : Penilaian terhadap Sahabat, Surat dan Ayat dalam Al-Quran, Nikah Mutah dll

CONTOH 1 Baca Basmalah Jahr (dikeraskan) Baca Basmalah Sir ( pelan ) Baca Basmalah dengan bahasa Indonesia CONTOH 2 Umroh hukumnya Sunnah Umroh hukumnya Wajib Umroh sunnah tempatnya tidak harus di Mekkah

Ini adalah sebab paling banyak dari ikhtilaf yang tercela, dimana sejarah islam banyak mencatat perbedaan-perbedaan yang berasal dari pembangkangan, dan pembelaan kepentingannya. Seperti : Khowarij, Syiah Rofidhoh dan seterusnya. Contoh : Celaan syiah kepada dua sahabat mulia abu Bakar dan Umar

Adalah merasa takjub dengan pendapatnya sendiri, merasa sombong dan meremehkan pendapat orang lain. Maka ia tetap pada pendapatnya sendiri meskipun jelas keliru, tanpa mau mendengarkan pendapat dan pertimbangan dari pihak lain.

Yaitu melihat kepada yang lain dengan cara pandang negatif, menuduh pemahaman orang lain cacat, amal-amal orang lain salah, tujuan-tujuan orang lain adalah buruk. Maka mereka ini senantiasa menuduh dan menjelek-jelekkan orang lain, baik dengan perkataan dan juga dengan perbuatan.

Yang senantiasa menjadi sebab sifat ini adalah dorongan hawa nafsu semata. Maka ia berbeda pendapat hanya karena menginginkan popularitas, pengakuan dan penghargaan dari yang lainnya. Begitu pula mereka berbeda pendapat karena memang menyukai perdebatan panjang, pada hal-hal yang semestinya tidak prioritas.

Ini ada sejak jaman dulu hingga kini. Bahkan hingga mengorbankan nyawa atau darah sekalipun. Ibnu Taimiyah mengatakan : " Barang siapa yang bertaashob kepada salah satu dari para imam madzhab tanpa yang lainnya, maka ia bagaikan bertaashob pada salah seorang sahabat tanpa yang lainnya". Contoh dalam masalah ini seperti Syiah dengan fanatisme terhadap para imamnya.

Para musuh-musuh Islam dari Yahudi dan Nasrani sangat mengetahui persis bahwa kekuatan umat Islam adalah pada persatuannya. Maka langkah pertama yang ia ambil dalam rangka menguasai negri muslim adalah dengan memecah belah kaum muslimin di daerah tersebut. Maka merekapun mempelajari hal-hal dalam ajaran Islam yang bisa djadikan sebab perpecahan, kemudian menambah-nambahi, menghias, memperbesar dan memperuncing perbedaan yang semestinya sederhana dan wajar.

Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawi sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu).

Contoh : Perbedaan antara Abu Bakar, Rasulullah SW dan Umar dalam masalah tebusan perang badar )67 (

Contoh 2 : Perbedaan antara Ibnu Umar dan Ibnu Abbas dalam masalah menyentuh Hajar Aswad Ibnu Abbas suka berdesak-desakan, tapi Ibnu Abbas justru memakruhkannya Ibnu Umar mengatakan : Ia menjawab, "Hati saya tertuju padanya dan saya senang jika hati saya bersama dengan mereka-mereka yang berbondong-bondong mendekati Hajar

Aswad

Ibnu Taimiyah mengatakan : "sebab ini adalah yang paling banyak menjadikan perbedaan diantara para salaf, karena menguasai seluruh hadits Nabi SAW itu tidak akan dapat dilakukan oleh seorangpun dari umat ini " Contoh 1: Masalah warisan bagi nenek yang tidak diketahui oleh Abu Bakar Contoh 2 : Masalah adab bertamu yang tidak diketahui oleh Umar bin Khotob

Perbedaan dalam menilai kuat tidaknya suatu hadits. Maka yang menganggap kuat akan beramal dengannya, sementara yang menganggap lemah akan beramal dengan hadits lain yang berbeda maknanya. Contoh : Permasalahan Hukum Sholat tasbih

Bisa karena Lafadz asing : munabadzah, muhaqolah, urbun. Bisa karena lafadz mempunyai banyak makna Contoh lafadz Quru Bisa karena diartikan makna hakiki dan makna majazy : contoh lafadz Rukyah dalam penetepan Ramadhan dan Hari Raya, atau Lams dalam masalah batalnya wudhu atau tidak Dan banyak ragam dari jenis ini.

Dalam kajan Ushul Fiqh, kita mengenal bahwa setiap imam mempunyai prioritas yang berbeda-beda dalam menentukan urutan dalil syarinya. Setelah mereka bersepakat urutan pertama dan kedua adalah Al-Quran dan Sunnah, maka urutan berikutnya terdapat banyak perbedaan. Bahkan ada sebuah dalil bagi madzhab tertentu yang mungkin tidak dianggap oleh ulama madzhab lainnya.

PERTAMA : Menyadari bahwa perbedaan dalam hal furu' adalah sesuatu yang pasti ada. Sehingga penyatuan pendapat adalah sesuatu yang cenderung tidak mungkin, dan jika dipaksakan justru akan mengarah pada perpecahan. Yang lebih diperlukan adalah kesadaran akan perbedaan tersebut. KEDUA :Mengikuti manhaj yang moderat / pertengahan dan menghindari sikap berlebih-lebihan dalam agama, karena sesungguhnya urusan yang terbaik adalah yang pertengahan (kata2 hikmah)

ijtihad tidak bisa dibatalkan dengan ijtihad yang lain.

KETIGA : Hendaknya kita fokus pada hal-hal yang muhkamat atau jelas penafsirannya, dan menghindari perdebatan seputar hal yang mutasyabihat (masih rancu). KEEMPAT :Tidak mengingkari secara mutlak atau final terhadap masalah-masalah ijtihadiyah yang masih khilafiyah. Hal ini sesuai kaidah :

KELIMA : Pentingnya membaca dan menelaah perbedaan di antara ulama, sebab dan dalildalinya. Hal ini untuk menguatkan toleransi dan menghindari sikap reaktif dalam menanggapi perbedaan. KEENAM : Menyibukkan diri dengan agenda umat yang lebih besar dan prioritas. Berdebat Membahas dan menanggapi masalah khilafiyah tidak akan pernah selesai, yang ada justru melemahnya kesatuan umat.

Aku akan menjamin sebuah rumah di surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan meskipun dia berada dalam pihak yang benar.(Hadis Hasan Riwayat Abu Dawud)

Barangsiapa yang berkata kepada saudaranya :

KETUJUH :Saling bekerja sama dan membantu dalam hal-hal yang disepakati, serta saling bertoleransi dan memahami dalam hal-hal yang masih berbeda dan belum bisa disepakati KEDELAPAN :Tidak gegabah dan mudah dalam mengkafirkan orang. : . :

wahai kafir, maka (dosa) pengkafiran ini akan kembali kepada salah satu dari keduanya, jika dia benar dalam berkata (maka tidak mengapa), tapi jika tidak maka ucapan itu akan kembali kepadanya. (HR.Bukhori dan Muslim)

Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS Al-Anfal 46)

Hatta Syamsuddin 081329078646 [email protected] www.indonesiaoptimis.com