final sik
Transcript of final sik
E-HEALTH AKAN DIIMPLEMENTASIKAN DI TANAH DATAR
Pemerintah Kabupaten Tanah Datar akan membangun sistem e-Health. Penggunaan teknologi
informasi untuk bidang kesehatan ini merupakan kerjasama dengan TheTelecomunication
Technology Committee (TTC) dan Nippon Telephone Telegram Japan (NTT).
Bupati Tanahdatar, Shadiq Pasadigoe mengatakan,yang dilansir Padang Ekspres, bahwa Ini
bisa menjadi pusat percontohan untuk Indonesia Bagian Barat sehinggadapat
menghubungkan pusat-pusat kesehatan dan rumah-rumah sakit dengan TIKdengan
menyediakan informasi secara akurat dan lengkap dalam lingkungan klinik, rumah sakit dan
pusat kesehatan masyarakat.
Beberapa layanan yang disediakan dalam e-Health tersebut diantaranya mengenai data diri
riwayat kesehatan pasien, jenis penyakit yang diderita, gejala dan waktu munculnya gejala
penyakit, medical treatment dan informasi yang berkaitan dengan kesehatan pasien.
Sistem ini akan mempermudah dalam pengambilan keputusan medis, karena database yang
berkaitan dengan kesehatan selalu diperbarui dan ada rekam jejaknya secara digital.
Bapak Zainal A. Hasibuan, Ph.D : Indonesian e-Health Framework untuk peningkatan
kualitas layanan kesehatan
Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (DETIKNAS) merupakan lembaga
yang dibentuk dan diketuai Presiden Republik Indonesia. DETIKNAS dalam kinerjanya
memiliki visi untuk mempercepat pertumbuhan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
di Indonesia secara efisien dengan membuat kebijakan TIK secara nasional melalui
sinkronisasi program-program TIK di seluruh Kementerian/Lembaga. Kualitas layanan
kesehatan merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian DETIKNAS. DETIKNAS
memasukkan program peningkatan kualitas layanan kesehatan ini ke dalam salah satu
program strategisnya, yang disebut Indonesian e-Health Framework. E-Health Framework ini
pada dasarnya memperkenalkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam upayanya
mengkoordinir dan mensinergikan berbagai stakeholder yang terlibat dalam layanan
kesehatan. Berbagai stakeholder yang terlibat dalam penentuan kualitas layanan kesehatan,
seperti: IDI, KKI, DEPKES, DINKES, Rumah Sakit, Klinik, Apotik, Dokter, Perawat,
Fakultas Kedokteran dan Keperawatan, dll. Akan sulit bagi masyarakat Indonesia (terutama
yang kurang beruntung dalam bidang ekonomi) untuk bisa mendapatkan layanan kesehatan
yang memadai, apabila berbagai stakeholder ini tidak berkoordinasi dan bersinergi. Sumber
daya kesehatan yang sangat terbatas, distribusinya yang tidak merata, keadaan geografis
Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau, ”memaksa” bangsa Indonesia untuk merumuskan
suatu kerangka e-Health yang sesuai untuk kondisi dan situasi di Indonesia. Rumusan ini
harus selalu disosialisasikan dan dikomentari agar tetap up-to-date dan relevan. Salah satu
media untuk membahas kerangka e-Health ini adalah dalam suatu konferensi.
Konferensi nasional seperti FIKI 2010 dan perkumpulan/asosiasi nasional seperti PIKIN,
merupakan salah satu bentuk nyata dimana berbagai kalangan stakeholder yang memberikan
layanan kesehatan dapat bertemu dan berdiskusi untuk mewujudkan Pelayanan Kesehatan
Yang Prima Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Konferensi ini merupakan suatu upaya yang
strategis dan harus dinaungi dalam satu payung. Dari konferensi ini, perlu diadakanannual
scientific meeting terkait e-health yang menghadirkan pakar-pakar TIK kesehatan nasional.
DETIKNAS telah menyusun suatu model pengembangan kerangka e-Health di Indonesia.
Pada kesempatan di konferensi FIKI 2010 nanti (25 Oktober 2010), Bapak Zainal A.
Hasibuan, selaku wakil ketua harian DETIKNAS akan mempresentasikan kerangka e-Health
tersebut, berikut time frame pengembangan e-Health di Indonesia. Melalui kerangka e-Health
ini diharapkan dapat membantu proses penaungan dan koordinasi lintas institusi yang terkait
pengembangan TIK untuk bidang kesehatan. Bapak Zainal A. Hasibuan juga adalah salah
seorang staf pengajar Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia. Berbagai penelitian
terkait information retrieval, digital library, e-learning dan IT Strategic planning telah
dilakukan dan dipublikasikannya di berabagai konferensi informatika nasional dan
internasional.
E-Medical Record Adalah Dasar E-Health
[wartaekonomi.co.id] Menurut Suryo Suwignjo, presiden direktur PT IBM Indonesia,
implementasi e-medical record adalah dasar dari sistem e-health. “E-medical record ini
memang dasar dari e-health, dan yang terpenting, data medis itu bisa dipertukarkan, bukan
sekadar disimpan,” kata Suryo. Ia menambahkan, salah satu hal yang membuat layanan
kesehatan di luar negeri menjadi lebih baik ialah implementasi e-health. Langkah ini dinilai
mampu mereduksi kesalahan manusia dalam layanan kesehatan.
Perkembangan negara-negara maju dalam penerapan e-health sudah advance. Ia
mencontohkan penggunaan chip yang ditanam pada tubuh pasien kritis. Chip ini berisi data
rekam medik dirinya yang bisa diakses sejumlah rumah sakit di negara tersebut. Dampaknya,
saat pasien dalam keadaan kritis, maka ia bisa ditangani secara optimal karena pihak medis
bisa menjadikan data medik yang tersimpan dalam chip tersebut sebagai panduan
tindakan.
Di negara maju, imbuh Suryo, inovasi e-health sudah berkembang pesat. “Misalnya, ketika
pasien berada di ambulans dan data yang diperoleh selama dalam perjalanan akan bisa
didapat oleh paramedik rumah sakit tujuan secara real-time,” kata Suryo. Teknologi ini
memungkinkan pasien ditangani lebih cepat setibanya di rumah sakit.
Ke depan, Suryo berharap implementasi e-health di Indonesia dapat lebih optimal dengan
melibatkan tiga unsur utama: asuransi, penyedia layanan kesehatan, dan pemerintah. Selama
ini, menurut Suryo, baik pihak swasta maupun pemerintah berjalan sendiri-sendiri dan kurang
sinergi. “Ke depan, saya berharap medical record bisa saling tukar antar-rumah sakit,”
ujarnya.
Bagi korporasi, langkah ini juga dianggap efektif karena mampu meningkatkan efisiensi dari
penggunaan alat-alat kesehatan yang terbilang mahal. Setiap rumah sakit bisa saling berbagi
fasilitas sehingga pendapatannya dapat meningkat. “Setiap rumah sakit tidak perlu berlomba-
lomba membeli perangkat kesehatan yang mahal, asal mereka saling terkoneksi dan
bersinergi itu bisa sangat baik,” cetus Suryo. Jika itu tidak dilakukan, Suryo justru khawatir
rumah sakit akan membebani diri mereka sendiri dan, mau tidak mau, pasienlah yang
menjadi korbannya.
Tantangan lain bagi rumah sakit ialah mengimplementasikan kebijakan TI untuk rumah sakit.
Maklum, urusan TI di rumah sakit saat ini masih terkendala oleh besarnya anggaran. RS
Pondok Indah, misalnya, setidaknya menyisihkan 15%‒20% dari pendapatan korporasi yang
besarnya sekitar Rp400 miliar per tahun untuk operasional TI. “Untuk bujet per tahunnya
sekitar 20% dari pendapatan perusahaan, sedangkan investasi awalnya lebih dari itu,” kata
Tavri. Meski begitu, Suryo optimistis peluang perbaikan layanan kesehatan Indonesia masih
terbuka lebar seiring tuntutan dalam meningkatkan daya saing rumah sakit.
Terapi Akupunktur Untuk Kanker
Surabaya, eHealth. Kanker telah menggantikan
penyakit jantung sebagai penyebab kematian
nomor satu di dunia, seperti dikutip dari
Asosiasi Rumah Sakit Amerika. Di Indonesia,
sebaliknya, Kanker adalah penyumbang
kematian ketiga terbesar setelah penyakit
jantung. Penyebab utama Kanker di negara kita
ini adalah pola hidup yang tidak sehat seperti
kurang olahraga, merokok, dan pola makan yang
tak sehat.
Kanker adalah suatu istilah penyakit yang disebabkan adanya pembelahan sel yang abnormal
secara tidak terkontrol yang dapat menyebar ke jaringan sekitarnya. Sebuah sel normal dapat
menjadi sel Kanker apabila terjadi ketidakseimbangan antara fungsi onkogen dengan gen
tumor suppresor dalam proses perkembangan suatu sel.
Kanker lebih sering diobati dan ditangani secara medis oleh pengobatan-pengobatan modern
yang notabene memiliki risiko besar. Pernahkah Anda dengar bahwa terapi secara
“tradisional” pun ternyata mampu memberi kesembuhan dan lebih-lebih minim risiko?
Disamping karena masih belum tersedianya obat-obatan untuk kanker secara pasti, banyak
orang menemukan alternatif lain pengobatan kanker yang ternyata menyamai keampuhan
efek pengobatan medis.
Terapi Akupunktur
Salah satu teknik pengobatan alternatif tersebut adalah akupuntur/akupunktur. Teknik
memasukkan jarum ke dalam tubuh ini berasal dari Cina, dan menurut ajaran ilmu
akupunktur, teknik ini akan memulihkan kesehatan dan kebugaran, khususnya sangat baik
untuk mengobati rasa sakit.
Teori pengobatan akupunktur tradisional Cina didasarkan pada teori aliran qi (energi) dan
darah yang mengalir melalui jalur-jalur atau meridian tertentu di dalam tubuh. Meridian-
meridian tersebut telah dipetakan oleh orang Cina sejak ribuan tahun yang lalu melalui hasil
observasi, meditasi, latihan qi gong dan berbagai pengamatan lainnya. Menurut teori
pengobatan tradisional Cina, terapi akupunktur dapat memperlancar aliran qi yang sehat ke
daerah yang kekurangan energi positif, dan membuang qi negatif dari daerah yang kelebihan.
Dengan cara ini, akupunktur dapat mengatur dan mengembalikan keseimbangan qi yang
harmonis di dalam tubuh.
Banyak penderita Kanker yang beralih ke metode akupunktur setelah menemukan harapan
tipis akan kesembuhan mereka yang awalnya berobat secara medis.
Akupunktur bisa dijadikan sebagai terapi penunjang yang ditujukan untuk meningkatkan
daya imun tubuh, mencegah dan mengurangi efek samping terapi Kanker, serta
menanggulangi atau meringankan keluhan yang timbul akibat Kanker.
Teknik pengobatan yang bisa diterapkan pada semua jenis Kanker ini juga tidak memiliki
efek samping negatif jika dilakukan dengan cara yang tepat, dengan indikator keberhasilan
tergantung pada kondisi pasien itu sendiri.
Menjaga Kondisi Penderita Kanker
Terdapat beberapa hal yang dapat berkontribusi dalam penyembuhan Kanker dan diharapkan
meningkatkan kualitas hidup penderita. Hal-hal tersebut adalah:
1. Milikilah komitmen total untuk memerangi penyakit Kanker;
2. Mencari petunjuk/saran dari medical practitioner yang dapat dipercaya;
3. Konsumsi herbal antikanker, seperti Sarang Semut, Buah Merah, Keladitikus, dan
Mengkudu;
4. Menjalani pola makan yang benar; dan
5. Melakoni hidup bebas stres.
Penerapan akupunktur untuk nyeri Kanker biasanya dengan terlebih dahulu mencari sumber
rasa nyerinya. Untuk penggunaan nyeri sebaiknya akupunktur dilakukan sebagai penunjang
pengobatan yang dilakukan secara medis. Sehingga bisa menghindari pemakaian morfin
sebagai penghilang rasa nyeri untuk sementara waktu. Pemanfaatan titik general merupakan
hal yang utama. Misalnya titik lambung, limpa, hati, usus besar, dan jantung.
Akupunktur dalam beberapa teknik akan sangat menguntungkan para penderita Kanker.
Terutama untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Sehingga meski mengidap Kanker,
penderita masih bisa melakukan berbagai kegiatan yang mereka sukai dan ini berarti
meningkatkan rasa bahagia dan harapan hidup mereka. (Fns/dari berbagai sumber)
PROGRAM EHEALTH DAPAT MEMBANTU PENCEGAHAN HIV/AIDS
Satudunia, Jakarta. Program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS membutuhkan dana
yang tidak sedikit. Selain mengandalkan bantuan asing, sumber dana dalam negeri dinilai
juga sangat terbatas. Perlu terobosan kreatif dan ekonomis menyiasati dan menekan angka
penyebaran HIV/AIDS.
Salah satu cara, yang boleh dicoba adalah dengan programeHealth yaitu program telepon
seluler yang digunakan untuk pelayanan dan pencegahan HIV. Karena tidak sedikit
kelebihannya, untuk Indonesia, program tersebut layak diimplementasikan.
Seperti disebutkan dalam situs http://www.fik.ui.ac.id, programeHealth memakai teknologi
informasi dan komunikasi (information and communication technology/ ICT) – misalnya
komputer, telepon selular, dan komunikasi satelit – untuk layanan dan informasi kesehatan.
Telepon selular adalah salah satu teknologi yang tercepat menyebar di dunia, dan sekarang
dipakai lebih dari sekadar menelepon. Serupa dengan SMS, pengguna memakai telepon
selular – dan teknologi itu – hingga ke gagasan baru yang sama sekali tidak terbayangkan
ketika telepon selular pertama kali dipakai secara luas pada akhir 1990-an.
Dengan perkiraan 2,2 miliar pengguna telepon selular di negara berkembang (64% pasar
dunia), teknologi telepon selular memberi kesempatan besar dan kemungkinan untuk
menghadapi dan berdampak baik pada banyak tantangan kesehatan yang dihadapi di negara-
negara berkembang.
Penerapan sistem eHealth di Indonesia sangat mungkin sekali karena banyak sekali
masyarakat Indonesia yang sudah menggunakan telepon selular. Pemakaiannya pun sudah
hampir merata, dan dapat menjangkau tempat terpencil sekalipun. Sehingga dapat
mendukung program ini.
Selain itu program ini membutuhkan tenaga atau personel yang dapat memantau program
untuk edukasi bagi pasien HIV/AIDS. Tetapi tentunya tenaga ini harus terlatih dan untuk itu
dibutuhkan biaya bagi pelatihan ini.
Pemerintahpun harus memikirkan layanan telekomunikasi khusus untuk pasien HIV/AIDS
yang dihubungkan dengan sistem layanan di rumah sakit atau layanan kesehatan primer,
seperti puskesmas. Sehingga memudahkan bagi orang positif HIV/AIDS untuk menerima
layanan, seperti pengobatan ataupun terkait komplikasi dari penyakit penyertanya.
Program eHealth ini adalah suatu program layanan selular kepada masyarakat yang berisikan
informasi tentang pencegahan penyebaran HIV/AIDS, atau layanan konseling untuk pasien
HIV/AIDS.
Program eHealth dapat mencakup hampir seluruh daerah di Indonesia. Karena program ini
didukung oleh perangkat atau jaringan telekomunikasi nasional, yang sifatnya berupa
pengiriman SMS kepada pengguna jaringan telepon selular tanpa dibebani pulsa alias gratis.
Hal ini tentu akan banyak menarik minat masyarakat karena dapat berkonsultasi secara gratis
melalui SMS dan juga dapat mendeteksi berapa banyak jumlah orang yang berkonsultasi
tentang HIV/AIDS atau orang yang terinfeksi HIV sendiri.
Dengan begitu pemerintah dapat mendeteksi keberadaan orang positif HIV/AIDS, dan
memudahkan untuk mengontrol penyebarannya.Tentunya program ini akan berhasil kalau
didukung oleh berbagai pihak yang terkait, dan masyarakat itu sendiri.
Praktik e-hospital untuk Meningkatkan Kepatuhan Dokter
Terhadap Formularium Rumah Sakit dan Membantu Praktek
Farmasi Klinik
Patient safety didefinisikan sebagai bebas dari cedera aksidental atau menghindari cedera
pasien akibat tindakan pelayanan. (Zorab, 2002) Farmasi klinik didefinisikan sebagai segala
aktifitas yang dilakukan seorang farmasis untuk mencapai terapi obat yang rasional (rational
drug therapy) yang aman, tepat dan cost effective. Kunci utamanya adalah pemantauan terapi
obat yang bertujuan mengoptimalkan terapi dan meminimalkan efek obat yang tidak
diinginkan (adverse effect). Dengan paradigma Pharmaceutical care, farmasis juga mendapat
tugas tambahan untuk memastiakn bahwa terapi yang diberikan sesuai yang diinginkan
penderita. Pharmaceutical care menurut Hepler dan Strand (1990) adalah tanggung jawab
pemberian terapi obat yang bertujuan untuk mencapai outcome yang dapat meningkatkan
kualitas hidup penderita (Seto,dkk,2004)
Patient safety melibatkan system operational dan proses pelayanan yang meminimalkan
kemungkinan adverse event / error dan memaksimalkan langkah-langkah penanganan bila
eror terjadi. Upaya untuk meningkatkan patient safety adalah dengan pengembangan system
untuk identifikasi dan pelaporan resiko dan penggunaan teknologi informasi serta upaya
perbahan kultur organisasi.
Lebih dari 50% dokter di Kanada telah menggunakan aplikasi medis PDA. Aplikasi tersebut
sangat mendukung system informasi klinik yang dapat berisi informasi referensi obat,
referensi klinis, interaksi obat dan protap rumah sakit. Aplikasi tersebut sangat memudahkan
mobilitas tenaga kesehatan karena ada yang berbentuk e-book / e-text (pdf, pdb, doc, html)
Aplikasi perangkat lunak PDA: khusus ( kalkulator medis, basis data, info jurnal), dan umum
(pembaca e-book, penampil gambar, perambah/ browser). PDA di bidang medis berguna
dalam hal pemetaan, GPS (Global Positioning System), e- Prescribing dan mengurangi
medication eror.(Iswara, 2007)
Beberapa rumah sakit di Indonesia telah mempergunakan aplikasi e-hospitaly secara
menyeluruh, sebagai contoh adalah Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI). RSPI telah
mengimplementasikan Vesalius-software yang diproduksi pengembang asal Malaysia, Nova
MSC. Adapun untuk aplikasi keuangan menggunakan Oracle finance. Aplikasi vesalius,
mempunyai dua modul utama yaitu Hospital Information System (HIS) dan Clinical
Information System (CIS) HIS mencakup modul-modul administrasi pasien dan dokter,
farmasi, system biling dan kasir purchasing, inventory, medical record tacking, system
informasi laboratorium dan radiology serta meal order. Sementara CIS merupakan modul
yang mengcover seluruh proses klinis baik inpatient maupun outpatient. Lebih lengkapnya,
CIS mencakup modul-modul: Outpatient clinical Management (terdiri dari order
management, electronic medical record/EMR, prescription dan Medical alerts) serta
Inpatient clinical management. Semua modul tersebut akan bertumpu dan harus terintegrasi
dengan EMR. Di luar aplikasi itu RSPI juga mengimplementasikan TB Views yang digunakan
untuk melihat dan menganalisa performa rumah sakit dari sisi manajerial dan financial.(BS,
Mohammad,2007)
Sedangkan RSIB (RS Internasional Bintaro) menerapkan tiga aplikasi utama yang saling
terkait. Pertama, Medtrak, merupakan aplikasi yang diproduksi TrackHealth Pty. Ltd.,
Australia, dengan modul-modul:outpatient management, inpatiet management, Clinical
management, pharmacy management, Stock management, Diet Management, Operating
Theatre, Resource Management, Administration Discharge & Transfer, order management
dan billing system. Aplikasi kedua adalah Labtrak, aplikasi ini menyediakan fungsi (modul)
Laboratory Information System. Aplikasi ketiga Prodogious buatan MTech Private Ltd, India,
yang menyediakan funsi (modul) : financial & Acounting System, Purchase order, Good
Receiving, Fixed Asset Management dan Doctors Fee. Di luar ketiga aplikasi utama, RSIB
juga memiliki aplikasi yang digunakan untuk keperluan internal management antara lain :
Attedance system, Payroll System (ABS), Telephone Management System (terintegrasi dengan
Medtrak) Work Order System (Maintenance & TI dan system Dokumentasi ISO) (BS,
Mohammad,2007)
RSIB belum mengimplementasikan rekam medis elektronik dan resep elektronik karena
masalah hukum dan Change Management. Seperti diketahui Dokument MR dan resep yang
diakui secara legal di Indonesia adalah dokumen hardcopy yang berisis tulisan tangan dokter.
Selain itu, Medtrak sebenarnya juga memiliki fasilitas Computerized Physician Order entry
sebagai pengganti resep dokter. .(BS, Mohammad,2007)
Penerapan e-hospitaly memang bias memberikan manfaat dalam hal peningkatan kinerja
karyawan, efisiensi, efektifitas, keselamatan pasien dan peningkatan layanan masyarakat.
Lebih lanjut e-hospitaly bisa dikembangkan untuk menambah kepatuhan dokter terhadap
formularium rumah sakit, dengan Medtrack, computer akan memberikan warning jika dokter
mengetikan obat yang tidak terdapat dalam formularium. Tentu saja hal ini harus diikuti
dengan formularium elektronik (BS, Mohammad,2007)
Yang sangat penting adalah tantangan dalam Aplikasi medis PDA dalam hal memilih
perangkat PDA yang tepat, dibutuhkan spesialisasi fungsi dan terintegrasi dengan system
informasi rumah sakit (Iswara, 2007).Bates dan Gawande mengidentifikasi 3 faktor
penghambat utama dalam penerapan teknologi informasi pada praktek farmasi klinik, yaitu
hambatan financial, belum adanya standard an hambatan cultural dimana TI belum dipandang
penting para tenaga kesehatan. Resep sukses suatu teknologi informasi untuk dapat
meningkatkan mutu layanan kesehatan adalah dukungan cultural dan kesiapan semua pihak
dalam organisasi pelayanan kesehatan(Bates & Gawande, 2003)
Pelayanan klinik akan selalu menempatkan pasien-pasien dalam resiko akibat tindakan
medis. E-hospitaly berperan untuk meningkatkan kewaspadaan, pengelolaan kompleksitas
masalah farmasi klinis dan meningkatkan kepatuhan dalam program pengobatan termasuk
formularium rumah sakit.
e-Hospital 100% Complete
Inilah jobs bulan april yang selesai juga di awal mei ini. Sebuah Rumah Sakit Swasta minta
di buatkan Sistem Informasi Rumah Sakit kemudian saya beri nama dengan e-Hospital.
Bukan Rumah Sakit besar tapi kalo untuk ukuran kota Rantauprapat masuk di urutan no 2
setelah RS Umum Pemerintah. Sekedar gambaran bahwa sistem ini terdiri dari beberapa
modul diantaranya adalah Modul Rawat Jalan, Modul Rawat Inap, Modul Instalasi IGD,
Modul Rekam Medis, Modul Obat, dan Modul Reporting. Sistem dibuat base on Web
menggunakan PHP, Apache, Mysql, dan JavaScript tapi masih under Windows . Ada
beberapa pengalaman menarik dan kesan ketika melakukan pembuatan sistem ini mulai dari
awal sampe selesai. Pertama Ketika survey ke RS untuk mengumpukan proses bisnisnya
ternyata nggak cuma perawatnya yang norax dokter-dokternya juga pada Gaptek. Belum
pernah liat Laptop…hahahahaaa… Kedua ternyata penyimpangan-penyimpangan selama ini
dilakukan oleh orang dalam sendiri. Ketahuannya ketika testing pertama waktu itu saya
jelaskan bahwa sistemnya real time semua kegiatan operator tercatat di Log sistem mulai dari
Jam nya menit nya sampai detiknya. Dari sini Rahasia Perusahaan terbongkar… Tapi itu
bukan urusan saya, monggo bu ditindak lanjutin sendiri. Ketiga ternyata kehadiran Sistem Ini
mengubah pola management disana… Hal ini yang membuat saya senang. Top management
memutuskan mengubah pola-pola lama yang penuh dengan cara-cara manual dan di
sesuaikan dengan Pola Baru dengan Sistem Baru, sampai-sampai shiff para staff diganti
kemudian menambah anggota staff baru untuk operasional si
stem ini. Sistem ini udah running well jadi di Week end ini mo jalan-jalan dulu sama
keluarga Refreshing...
Gambar-1 Topologi Sistem e-Hospital
Gambar-2 Menu Utama e-Hospital
e-Hostpital Telkom Jangkau RSUD Anutapura Kota Palu
Palu, 19 Agustus 2011 – Telkom Divisi Business Service (DBS) bekerjasama dengan
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Anutapura, Palu, Sulawesi Tengah, mewujudkan
manajemen rumah sakit berbasis data dan internet atau yang dinamakan sebagai e-Hospital.
Konsep tersebut diluncurkan pada Hari Kamis, 18 Agustus 2011 di RSUD Anutapura. Kini,
pasien yang datang ke rumah sakit tersebut dapat mencoba registrasi, penebusan obat, hingga
pembayaran tagihan dengan sistem online.
Adanya e-Hospital diharapkan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan
rumah sakit; baik pasien, manajemen rumah sakit, tenaga medis hingga keluarga pasien.
Demikian dijelaskan oleh Deputy Executive General Manager (DEGM) DBS, Achmad
Sugiarto atau yang akrab dipanggil Anto, pada saat acara peluncuran.
Anto bahkan menambahkan pihak-pihak yang diberi otoritas, seperti gubernur atau walikota
bisa mengakses keadaan keuangan rumah sakit hingga berapa jumlah pasien. Hal tersebut
bisa dilakukan kapan saja. “Semangat dari e-Hospital adalah memperlancar pelayanan rumah
sakit, meningkatkan kualitas dokter serta mendorong transparansi keuangan. Aplikasi
administrasinya juga menggunakan standar nasional,” kata Anto.
Sejauh ini, e-Hospital sudah diterapkan 97 rumah sakit di Jawa Timur, Jawa Tengah dan
Sulawesi. Dibandingkan dengan sistem e-Hospital yang lain, sistem yang dimiliki Telkom
jauh lebih murah dan terjamin keamanannnya. Sebab, pihak RS tidak perlu lagi membangun
server, melainkan Telkom yang membangun dan mengelolanya. Kalau seumpama terjadi
force majoure, dapat dilakukan recovery data dalam waktu 1 x 24 jam, sehingga data tetap
aman.
Wakil Direktur Pelayanan Medis RSUD Anutapura dr. Sitti Atikah mengatakan, pihaknya
masih membutuhkan bantuan Telkom untuk menyempurnakan e-Hospital RSUD Anatapura.
“Sekarang ini sistem yang sudah online masih di bagian farmasi, keuangan, administrasi, dan
rekam medik. Kita ingin seluruh bagian sudah terintegrasi dalam jaringan online.
e-Hospital ini sendiri merupakan bagian dari Smart Bussiness Costumer Solution (SBCS)
yang menjadi program Telkom DBS. Selain rumah sakit, SBCS juga menyasar perhotelan,
kampus, hingga transaksi keuangan. Telkom DBS juga sedang gencar mengampanyekan
Bussiness Solution for Community serta Solusi Basic Service.
Menuju Terciptanya e-Hospital dan Green Hospital
Saat ini, sistem pemasaran manual dan konvensional sudah
tidak lagi efektif untuk dapat mengembangkan pelayanan dan
penetrasi pasar. Hal itu disebabkan karena keterbatasan dalam
ruang dan waktu, serta kebutuhan biaya yang tinggi dengan
cakupan penetrasi pasar yang terbatas secara teritorial.
Hal itu juga berlaku pada dunia usaha layanan kesehatan rumah sakit di tanah air.
Mengadopsi berbagai kebutuhan rumah sakit dengan jumlah pasien dan pegawai yang relatif
sangat banyak, kini sudah saatnya dibutuhkan sebuah inovasi teknologi tersendiri. Begitu
banyak pasien, dokter, pegawai, atau calon pasien, tentu akan sangat merepotkan, jika semua
transaksi di dalamnya masih dilakukan secara manual atau menggunakan kertas.
Karena itu, tidak perlu heran jika suatu saat nanti, seorang pasien rumah sakit tidak akan
mendapatkan kertas resep obat dari dokter yang memeriksakan kesehatannya. Tidak akan ada
lagi secarik kertas resep yang perlu ditebus oleh seorang pasien, karena, baik daftar obat
maupun administrasi biaya berobat karena sudah ditransfer oleh dokter secara online
langsung ke bagian apotek. Dan yang pasti, tidak akan ada lagi kesalahan medis akibat
salahnya penulisan resep.
Minimalisir penggunaan kertas
Selain untuk mendukung kampanye Global Warning dalam upaya pengurangan produk bahan
alami pembuat kertas, secara ekonomis pun banyaknya pemakaian kertas sangat tidak hemat,
dan tidak ekonomis. Dan bisa dipastikan, banyak sekali waktu terbuang untuk mencari data di
lemari brangkas. Alhasil, secara tidak langsung, hal itu juga menghambat kinerja dan
pelayanan dari sebuah rumah sakit.
Melihat perkembangan teknologi yang sudah semakin maju, akan lebih mudah jika data-data
transaksi yang terjadi di dalam rumah sakit dipindahkan ke dalam sebuah sistem
terkomputasi. Sebuah konsep e-hospital yang terbentuk dari suatu sistem terpadu untuk
mampu menyajikan data secara cepat, akurat, dan transparan, mulai pencarian data pasien,
riwayat kesehatannya, dokter yang menanganinya, biaya rawat inap, dan sebagainya yang
bisa dilakukan dalam waktu beberapa detik saja.
Namun sampai sejauh ini, umumnya rumah sakit di Indonesia belum memanfaatkan TI secara
optimal. Kalaupun memang ada, TI digunakan hanya sebatas pada kanal administratif, tidak
sekaligus untuk mendukung sepenuhnya kepentingan medis.
Sebagian besar rumah sakit di Indonesia umumnya masih memakai pola manajemen
informasi yang masih konvensional, yaitu dengan secarik atau berlembar-lembar kertas untuk
berbagai kebutuhannya. Bisa dikatakan, layanan e-prescription atau resep elektronik yang
sudah tidak lagi membutuhkan kertas masih sangat jarang dijumpai di rumah sakit di
Indonesia.
Data tahun 2007 yang dihimpun dari sejumlah sumber menyebutkan, dari sekitar 1.200
rumah sakit di Indonesia, sebanyak 92 persen diantaranya masih memakai cara manual dalam
melayani pasiennya, lima persen sudah terkomputasi, dan hanya tiga persen saja yang
menerapkan teknologi informasi secara signifikan. Sebaliknya, bisnis inti rumah sakit adalah
pelayanan medis, bukan administratif.
Sejauh ini, penerapan TI yang paling banyak digunakan baru pada tahap transaksional seperti
pada sistim billing. Alhasil, belum banyak manfaat yang bisa didapatkan, kecuali hanya
sebatas pada peningkatan efisiensi, seperti halnya mengamankan dari kebocoran keuangan,
perhitungan biaya dan pembayaran jasa layanan medis, atau registrasi.
Mengingat bisnis utama rumah sakit adalah layanan medis, maka data rekam medis yang
masih bersifat manual akan mempersulit pihak manajemen dalam mengarsipkan. Dan yang
paling utama, dalam mengevaluasi mutu layanan medisnya. Inventarisasi berbagai kebutuhan
fisik layanan medis, seperti persediaan obat, kamar, tempat tidur, dan sebagainya pun akan
terasa lebih efisien.
Sistem informasi terpadu
Kini Vesalius.geo hadir sebagai sebuah sistem informasi terpadu dalam rangka mendukung
komunitas industri Rumah Sakit di seluruh Indonesia. It’s a Totally Hospital Information
System! Sebuah modul informasi pertama dan mutakhir yang mampu mengalirkan data
layanan rumah sakit secara elektronis untuk multi kebutuhan. Alhasil, pelayanan kepada
pasien dapat dilakukan dengan lebih cepat, akurat dan transparan yang pada akhirnya bisa
memberikan kepuasan kepada para pasiennya.
Aplikasi Vesalius.geo memiliki dua modul utama informasi, yaitu Hospital Information
System (HIS) dan Clinical Information System (CIS). Keduanya adalah sinergi sistem yang
saling melengkapi. HIS merupakan sistem informasi yang mengotomasi seluruh proses
administrasi (back office) rumah sakit, termasuk di dalamnya adalah sistem penerapan
keuangan. Secara lengkap, HIS mencakupi kebutuhan informasi mulai dari administrasi
pasien dan dokter (jadwal dokter, appointment, dan pendaftaran), farmasi, sistem pembayaran
dan kasir, purchasing, inventori, medical record tracking, sistem informasi lab dan radiologi,
serta pemesanan menu makanan rawat inap.
Sementara itu, menurut Lai Teik Kin, CEO novaHEALTH Singapore, CIS sendiri
merupakan modul yang menyajikan seluruh proses klinis atau layanan medis, baik inpatient
maupun outpatient. Lai Teik Kin menambahkan, tercakup di dalam CIS antara lain adalah
Outpatient Clinical Management yang terdiri dari order management, Electronic Medical
Record (EMR), medical alerts, e prescription atau resep elektronik, serta Inpatient Clinical
Management. “Dengan resep elektronik tersebut, dokter cukup hanya mengetikkan resep obat
yang akan diberikan ke pasiennya lewat komputer,” ujar Lai Teik Kin kepada BISKOM di
Jakarta beberapa waktu lalu
Terkait hadirnya Vesalius.geo di Indonesia, sejak tahun 2004 lalu melalui partner bisnis
lokalnya PT novaTARA Indonesia, Novahealth Singapore, telah menjalin kerjasama dengan
Pondok Indah Healthcare Group (PIHG) dalam rangka pengimplementasian Vesalius.geo
sebagai sistem informasi integral di rumah sakit tersebut. Sementara itu, tahun 2007 lalu, juga
melalui PT novaTara Indonesia, NovaHEALTH pun telah menandatangi perjanjian kerjasama
serupa dengan RS Puri Indah, Jakarta Barat, yang masih bagian dari kelompok PIHG.
“Dilihat dari sudut pandang pihak Rumah Sakit sebagai user, kami tentu menginginkan
sebuah sistem yang ideal, istimewa, yang dapat meng-handle semua transaksi yang ada,
sehingga pihak manajerial Rumah Sakit tidak lagi mengenal kata terlambat dalam pembuatan
laporan masing-masing pelayanannya,” kata Tavri Deviyan, Chief Information Officer
PIHG. “Bahkan bagian poliklinik tidak perlu lagi melakukan sensus harian, karena setiap
laporan akan tercetak otomatis atau terkirim otomatis untuk berbagai keperluan administrasi
dan medis,” tambahnya.
Melalui sistem informasi terpadu ini, intervensi manusia semakin tidak ada tempat. Menurut
A.I. Gindo, Direktur PT novaTARA Indonesia, hal tersebut merupakan keunggulan utama
yang patut disimak dari fitur-fitur Vesalius.geo. Yakni, kemampuannya untuk meminimalisir
kesalahan medis pada permintaan atau pemberian resep obat. “Fitur medical alerts-nya akan
secara otomatis mengecek dan menolak kontradiksi resep obat tertentu yang diberikan oleh
dokter, semisal ada dua obat yang sama atau sejenis manfaatnya, pasti akan langsung di-
alert,” ujar Gindo.
Lebih lanjut Gindo mengatakan, dengan kehadiran Vesalius.geo ini, harapan masyarakat akan
sebuah layanan dan pelayanan kesehatan yang cepat dan nyaman kini semakin nyata
terwujud. Vesalius.geo mampu melayani semakin tingginya tingkat mobilitas pasien, yang
otomatis menuntut pula adanya komunikasi dan pelayanan yang cepat antara pasien dan
institusi kesehatan, serta antara pasien dengan dokter.
“Dan yang lebih penting lagi, konsep e-hospital ini secara langsung menciptakan konsep
green hospital lewat pengurangan pemakaian kertas, meskipun terlihat kecil, hal ini dapat
menjadi salah satu upaya untuk ikut mendukung kampanye ramah lingkungan,” ujar Gindo.
Kampanye Global Warming dengan e-Hospital
Jakarta - Penggunaan kertas yang berlebihan dalam manajemen informasi rumah sakit
dianggap tidak mendukung kampanye global warming. Peran teknologi informasi pun
dibutuhkan untuk menyiasatinya.
Yaitu dengan menciptakan sebuah rumah sakit (RS) yang mengoptimalkan peran TI dalam
kegiatan operasionalnya atau disebut e-hospital.
Sebagian besar RS di tanah air umumnya memang masih memakai pola manajemen
informasi yang konvensional, yaitu dengan berlembar-lembar kertas untuk berbagai
kebutuhannya. Data tahun 2007 yang dihimpun dari sejumlah sumber menyebutkan, dari
sekitar 1200 RS di Indonesia sebanyak 92% diantaranya masih memakai cara manual dalam
melayani pasiennya, 5% sudah terkomputasi dan hanya 3% saja yang menerapkan TI secara
signifikan.
Jadi bisa dikatakan, layanan resep elektronik (e-prescription) yang sudah tidak lagi
membutuhkan kertas masih sangat jarang dijumpai di RS di Indonesia.
Peluang bisnis inilah yang ingin coba dimasuki oleh NovaHEALTH Pte. dengan menawarkan
sebuah modul informasi yang diklaim pertama bagi para RS di tanah air lewat aplikasi
bernama Vesalius.geo.
Lai Teik Kin, CEO NovaHEALTH mengatakan, vesalius.geo merupakan software yang
mampu mengalirkan data layanan RS secara elektronis untuk multi kebutuhan.
Aplikasi Vesalius.geo memiliki dua modul utama informasi, yaitu Hospital Information
System (HIS) dan Clinical Infromation System (CIS).
HIS merupakan sistem informasi yang mengotomasi seluruh proses administrasi (back office)
RS, termasuk di dalamnya adalah sistem penerapan keuangan. Sementara CIS merupakan
modul yang menyajikan seluruh proses klinis atau layanan medis, baik inpatient maupun
outpatien.
Teknologi informasi dalam keperawatan
Penggunaan catatan pasien yang terkomputerisasi (computerized patient records)
yang berkembang pesat, membutuhkan bahasa yang baku dalam menggambarkan masalah-
masalah pasien. Diagnosis keperawatan melengkapi kebutuhan tersebut dan membantu
menetapkan lingkup praktik keperawatan, dengan menggambarkan kondisi perawat yang
dapat merawat secara mandiri. Diagnosis keperawatan menyertakan pemikiran kritis dan
pembuatan keputusan, serta menyediakan istilah yang dipahami secara universal dan
konsisten diantara para perawat yang bekerja pada beragam tempat, termasuk rumah sakit,
klinik rawat jalan, fasilitas perawatan lain, fasilitas kesehatan okupasi, dan praktik
pribadi/swasta. (Doenges et al. 1999)
Pembakuan klasifikasi dalam asuhan keperawatan merupakan hal yang sangat
penting, apalagi jika kita bicara dalam konteks komputerisasi. Kesepakatan istilah dan
terminologi akan memperbaiki proses komunikasi, menghilangkan ambiguitas dokumentasi
serta memberikan manfaat lebih lanjut terhadap sistem kompensasi, penjadwalan, evaluasi
efektivitas intervensi maupun sampai kepada upaya identifikasi error dalam manajemen
keperawatan. Salah satu tantangan besar dalam informatika kesehatan adalah disepakatinya
standar klasifikasi dan terminologi yang mencakup berbagai konsep (kedokteran,
keperawatan, laboratorium, obat, patient safety, images, pertukaran data, demografis)
(Suparti, 2005)
Sistem Informasi Keperawatan yang di design dalam sistem ini adalah seluruh dokumentasi
yang diperlukan dalam aktifitas keperawatan di ruang rawat inap. Dokumentasi Asuhan
Keperawatan tentu menjadi yang paling utama dalam sistem ini.
Selengkapnya tentang SIM Keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Dokumen Proses Keperawatan yang terdiri dari Pengkajian; Diagnosa, Perencanaan,
Implemetasi dan Evaluasi
2. Dokumentasi Keselamatan Pasien (patient safety) yang terdiri dari Ketepatan
identifikasi pasien; Peningkatan komunikasi yang efektif; Peningkatan keamanan obat
yang perlu diwaspadai; Ketepatan pasien yang di operasi; Pengurangan resiko infeksi;
Pengurangan resiko pasien jatuh. Aplikasi ini memfasilitasi dalam pengkajian pasien
resiko jatuh, menampilkan dalam dashdoard monitoring pasien yang beresiko
sekaligus memfasilitasi form KTD/KNC yang dikeluarkan oleh KKPRS
3. Dokumentasi indikator mutu pelayanan keperawatan klinik. Poin-poin indikator mutu
pelayanan keperawatan adalah Keselamatan pasien (patient safety); Perawatan diri;
Kepuasan pasien; Kecemasan; Kenyamanan; Pengetahuan. Agar pelaporan indikator
mutu pelayanan keperawatan menjadi valid, maka sistem didesain agar data yang
ditampilkan oleh sistem dapat diklarifikasi mengenai sumber data dasarnya (nama
pasien, ruang, tanggal kejadian dll).
2. Manajemen Pelayanan Keperawatan
1. Ketenagaan. Sistem didesain untuk memenuhi data base tenaga, standar ketenagaan
keperawatan, pola ketenagaan, jenjang karir, perencanan pengembangan tenaga,
perencanaan kebutuhan, kompetensi, rekrutmen, mutasi, rotasi, jadwal dinas, angka
kredit perawat, kinerja perawat. Sistem juga mampu menampilkan pelaporan
ketenagaan sesuai kebutuhan (customize).
2. Fasilitas keperawatan. Sistem didesain untuk memfasilitasi standar peralatan
keperawatan, perencanaan kebutuhan, pemakaian, mutasi dan pemeliharaan fasilitas
keperawatan
3. Metode. Sistem juga memfasilitasi Model Pelayanan Keperawatan, Standar Prosedur
Operasional, Standar Asuhan Keperawatan berdasarkan Evidance Base Nursing,
Pedoman pengelolaan etik, supervisi keperawatan
4. Keuangan. Sistem mampu memfasilitasi remunerasi tenaga keperawatan, pembiyaan
pasien dari pelayanan keperawatan, analisis base costing, unit cost
5. Laporan Rawat Inap, Rawat Jalan dan Perawatan Khusus
6. Dokumen kinerja perawat
7. Dokumen efisiensi pembiayaan pasien
8. Akreditasi Pokja Pelayanan Perawatan Rumah Sakit
9. Dll
Teknologi Informasi Dalam Keperawatan
Dewasa ini tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan
keperawatan semakin meningkat. Masyarakat semakin tahu apa yang menjadi haknya,
masyarakat semakin cerdas karena banyaknya informasi yang dapat diperoleh melalui
berbagai media informasi. Disamping itu tingkat pendidikan dan kebudayaan masyarakat
semakin tinggi sehingga masyarakat semakin sadar akan harkat dan martabatnya serta sadar
akan hak dan kewajibannya.
Kecenderungan tersebut seharusnya menjadi pemicu bagi profesi perawat untuk
meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan mencerminkan
kualitas pelayanan kesehatan pada umumnya karena selama 24 jam pasien diasuh oleh
perawat sehingga semua data pasien, mulai dari pengkajian, tindakan dan evaluasi
perkembangan diketahui oleh perawat. Namun seringkali data tersebut tidak dioptimalkan
untuk kepentingan perawat, tapi justru perawat lebih sering mengumpulkan data untuk
dipakai profesi lain. Padahal penghargaan dari profesi lain akan muncul saat perawat mampu
memanfaatkan informasi pasien untuk melaksanakan praktek keperawatan mandiri maupun
kolaboratif.
Ada satu tahap penting proses keperawatan yang sering terabaikan yaitu dokumentasi
keperawatan. Dokumentasi keperawatan merupakan pencatatan semua kegiatan asuhan
keperawatan yang telah dilaksanakan terhadap pasien. Dokumentasi keperawatan
mengandung informasi yang diperlukan untuk mengembangkan asuhan keperawatan agar
lebih berkualitas. Banyak manfaat yang dapat diambil dari dokumentasi keperawatan yang
baik, misalnya dokumentasi keperawatan dapat menjadi bukti hukum, akreditasi, pencapaian
angka kredit, audit profesi dan informasi bagi manajemen keperawatan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan. Namun sayang, dokumentasi keperawatan belum
dilaksanakan dengan sepenuh hati.
Alasan klise yang sering kali muncul adalah kurang tenaga sehingga kurang waktu untuk
mendokumentasikan asuhan, menulis membutuhkan waktu yang lama karena dokumentasi
asuhan keperawatan banyak sekali. Pasien yang mempunyai satu diagnose medis dapat
mempunyai beberapa diagnose keperawatan, setiap diagnose keperawatan harus dituliskan
lengkap mencakup diagnose, data yang menunjang diagnose, tujuan, intervensi,
implementasi, evaluasi dan catatan perkembangan pasien dari waktu ke waktu. Memang
banyak sekali yang harus dituliskan, tentunya juga akan membutuhkan banyak waktu.
Tapi akankah menyerah begitu saja? Tentu tidak, ada banyak solusi untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Misalnya dengan menerapkan teknologi informasi. Saat ini teknologi
informasi kesehatan berkembang dengan sangat pesat, bahkan ada beberapa rumah sakit
besar/swasta yang telah menerapkan konsep paperless untuk mempercepat komunikasi data
serta untuk alas an efektivitas dan efisiensi. Bukan tidak mungkin teknologi informasi
diterapkan dalam melaksanakan dokumentasi keperawatan.
Belajar dari Rumah Sakit Banyumas yang telah mencoba menerapkan teknologi informasi
dalam keperawatan, tentunya ini memberikan secercah harapan untuk pengembangan lebih
lanjut. Mudah-mudahan tidak berhenti dengan segala hambatan dan tantangan.
Bila dikaji lebih jauh, ternyata hampir semua aspek kegiatan keperawatan meliputi
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dapat diefektifkan dengan pemanfaatan
teknologi informasi.
Daftar Pustaka
1. Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. PT Rineka Cipta.
2002.
2. Azis Alimul. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta. Salemba
Medika. 2003.
3. Depkes RI. Standar Asuhan Keperawatan. Jakarta. 1997.
4. Nursalam. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Edisi 2. Jakarta.
Salemba Medika. 2008.
5. Suyanto. Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit.
Jogjakarta. Mitra Cendekia Press. 2008
6. Swansburg C.R. Pengembangan Staf Keperawatan, Suatu Pengembangan SDM.
Jakarta. EGC. 2001
7. http://www.depkominfo.go.id/berita/siaran-pers-no-31pihkominfo42011-tentang-
kenaikan-peringkat-indonesia-pada-world-economic-forum-global-information-and-
technology-report-2010-–-2011/
8. ilustrasi: www.weforum.org
9. http://www.wartaekonomi.co.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=3910:saatnya-dokter-menulis-resep-di-
komputer