FINAL Referat Selulitis Orbita

42
BAB I PENDAHULUAN Mata bukanlah suatu organ vital bagi manusia, tanpa mata manusia masih dapat hidup, namun keberadaan mata sangatlah penting. Mata adalah jendela kehidupan, tanpa mata manusia tidak dapat melihat apa yang ada di sekelilingnya. Oleh karena itu pemeliharaan mata sangatlah penting (1). Salah satu penyakit mata yang dapat membahayakan serta dapat mengakibatkan seseorang kehilangan penglihatannya adalah selulitis orbita (1). Selulitis Orbita bakteri adalah infeksi yang mengancam nyawa dari jaringan lunak di belakang septum orbital. Hal ini dapat terjadi pada segala usia tetap ilebih sering terjadi pada anak-anak, organisme penyebab yang paling umum adalah Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, Staphylococcus pyogenes dan Haemophilus influenza (1). 1

description

new

Transcript of FINAL Referat Selulitis Orbita

Page 1: FINAL Referat Selulitis Orbita

BAB I

PENDAHULUAN

Mata bukanlah suatu organ vital bagi manusia, tanpa mata manusia masih

dapat hidup, namun keberadaan mata sangatlah penting. Mata adalah jendela

kehidupan, tanpa mata manusia tidak dapat melihat apa yang ada di

sekelilingnya. Oleh karena itu pemeliharaan mata sangatlah penting (1).

Salah satu penyakit mata yang dapat membahayakan serta dapat

mengakibatkan seseorang kehilangan penglihatannya adalah selulitis orbita (1).

 Selulitis Orbita bakteri adalah infeksi yang mengancam nyawa dari

jaringan lunak di belakang septum orbital. Hal ini dapat terjadi pada segala usia

tetap ilebih sering terjadi pada anak-anak, organisme penyebab yang paling

umum adalah Streptococcus pneumonia, Staphylococcus aureus, Staphylococcus

pyogenes dan Haemophilus influenza (1).

 Selulitis Orbita memiliki berbagai penyebab dan mungkin terkait dengan

komplikasi yang serius. Sebanyak 11% dari kasus-kasus Selulitis Orbita

hilangnya penglihatan. Diagnosis yang tepat dan pengelolaan yang tepat sangat

penting untuk menyembuhkan pasien dengan selulitis orbita (1).

1

Page 2: FINAL Referat Selulitis Orbita

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 ANATOMI

Anatomi Palpebra

Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata,

sertamengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan

kornea.Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi

bola mataterhadap trauma, paparan sinar, dan pengeringan bola mata (1).

Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan

sedangkan pada bagian belakang ditutupi oleh selaput lendir tarsus yang disebut

konjungtiva tarsa (1).

Gambar 1.1 Anatomi Palpebrae (1).

2

Page 3: FINAL Referat Selulitis Orbita

Pada kelopak terdapat bagian-bagian :

-Kelenjar, seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat,

kelenjar Zeis pada pangkal rambut,dan kelenjar Meibom pada tarsus.

-Otot, seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam

kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi

margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut M. Rioland.

M.orbikularis berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. fasial. M.levator

palpebra, yang berorigo pada annulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus

atas dengan sebagian menembus M. orbikularisokuli menuju kulit kelopak

bagian tengah. Bagian kulit tempat insersi M.levator palpebra terlihat sebagai

sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N. III, yang berfungsi untuk

mengangkat kelopak mata atau membuka mata.

-Di dalam kelopak mata ada tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan

kelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada

margo palpebra.

-Septum orbita, yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita

merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.

-Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh

lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus, terdiri atas jaringan ikat yang

merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 buah di

kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).

3

Page 4: FINAL Referat Selulitis Orbita

-Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.

-Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal n.

V,sedangkan kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.

Orbita

Orbita adalah sebuah rongga berbentuk segi empat seperti buah pir yang

berada di antara fossa kranial anterior dan sinus maksilaris. Tiap orbita

berukuran sekitar 40 mm pada ketinggian, kedalaman, dan lebarnya. Orbita

dibentuk oleh 7 buah tulang:

- Os. Frontalis

- Os. Maxillaris

- Os. Zygomaticum

- Os. Sphenoid

- Os. Palatinum

- Os. Ethmoid

- Os. Lacrimalis

Secara anatomis orbita dibagi menjadi enam sisi, yaitu:

1. Dinding medial, terdiri dari os maxillaris, lacrimalis, ethmoid, dan sphenoid.

Dinding medial ini seringkali mengalami fraktur mengikuti sebuah trauma. Os

ethmoid yang menjadi salah satu struktur pembangun dinding medial

4

Page 5: FINAL Referat Selulitis Orbita

merupakan salah satu lokasi terjadinya sinusitis etmoidales yang merupakan

salah satu penyebab tersering selulitis orbita.

2. Dinding lateral, terdiri dari sebagian tulang sphenoid dan zygomaticum.

3. Langit-langit, berbentuk triangular, terdiri dari tulang sphenoid dan frontal.

Defek pada sisi ini menyebabkan proptosis pulsatil.

4. Lantai, terdiri dari os. Palatina, maxillaris, dan zygomaticum. Bagian

posteromedial dari tulang maksilaris relatif lemah dan seringkali terlibat dalam

fraktur blowout.

5. Basis orbita, merupakan bukaan anterior orbita

Vaskularisasi Orbita

Arteri utama : Arteri Oftalmika yang bercabang menjadi :

1.Arteri retina sentralismemperdarahi nervus optikus

2.Arteri lakrimalismemperdarahi glandula lakrimalis dan kelopak mata atas

3.Cabang-cabang muskularis berbagai otot orbita

4.Arteri siliaris posterior brevis memperdarahi koroid dan bagian-bagian

nervus optikus

5.Arteri siliaris posterior longa memperdarahi korpus siliare

6.Arteri siliaris anterior memperdarahi sklera, episklera,limbus,konjungtiva

7.Arteri palpebralis media ke kedua kelopak mata

8.Arteri supraorbitais

9.Arteri supratrokhlearis

5

Page 6: FINAL Referat Selulitis Orbita

Arteri-arteri siliaris posterior longa saling beranastomosis satu dengan yang lain

serta dengan arteri siliaris anterior membentuk circulus arterialis mayor iris.

Vena utama : Vena Oftalmika superior dan inferior.

Vena Oftalmika Superior dibentuk dari :

Vena supraorbitalis

Vena supratrokhlearis mengalirkan darah dari kulit

Satu cabang vena angularis di daerah periorbita

Vena ini membentuk hubungan langsung antara kulit wajah dengan sinus

kavernosus sehingga dapat menimbulkan trombosis sinus kavernosus yang

potensial fatal akibat infeksi superfisial di kulit periorbita (2).

6

Page 7: FINAL Referat Selulitis Orbita

Anatomi Bola Mata

Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat dengan

diameter anteroposterior sekitar 24,5 mm.

Gambar 1.2 Anatomi Bola Mata

Konjungtiva :

Membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus

permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan

anterior sklera(konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan dengan kulit

pada tepi kelopak (persambungan mukokutan) dan dengan epitel kornea di

limbus (2).

7

Page 8: FINAL Referat Selulitis Orbita

1.Konjungtiva palpebralis : melapisi permukaan posterior kelopak mata dan

melekat erat ke tarsus. Ditepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat

ke posterior ( pada fornices superior daninferior ) dan membungkus jaringan

episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.

2.Konjungtiva bulbaris : melekat longgar ke septum orbitae di fornices

danmelipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan

memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik.

Sklera dan Episklera

Sklera : pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar.Jaringan ini

padat dan berwarna putih serta bersambungandengan kornea di sebelah

anterior dan duramater nervus optikus di belakang.

Episklera:lapisan tipis dari jaringan elastik halus, yang

membungkus permukaan luar sklera anterior, mengandung banyak  pembuluh

darah yang memasok sklera.

Kornea

Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya

sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea disisipkan ke sklera di

limbus, lekuk melingkar pada persambungan ini disebut sulkus skleralis.

8

Page 9: FINAL Referat Selulitis Orbita

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang di

lalui berkas cahaya menuju retina. Kornea bersifat tembus cahaya karena

strukturnya uniform, avaskuler, dan deturgesens. Detugesens, atau keadaan

dehidrasi relatif  jaringan kornea, dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif

pada endotel dan olehfungsi sawar epitel dan endotel.

Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya

sifat transparan, sedangkan cedera epitel hanya menyebabkan edema lokal

sesaat, hilang pada saat epitel sudah beregenerasi.

Uvea

Uvea terdiri dari iris, korpus siliare, dan koroid.

1.Iris : perpanjangan korpus siliare ke anterior.

Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, yang

memisahkan kamera anterior dari kamera posterior, yang masing-masing berisi

humor aquaeus. Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke dalam

mata.

2.Korpus siliaris: secara kasar berbentuk segitiga pada potongan melintang,

membentang ke depan dari ujung anterior koroid ke pangkal iris ( + 6 mm ).

Muskulus siliaris tersusun dari gabungan serat longitudinal,sirkuler, dan

radial. Fungsi serat-serat sirkuler adalah untuk mengerutkan dan relaksasi

serat-serat zonula. Otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa, sehinga lensa

9

Page 10: FINAL Referat Selulitis Orbita

dapat mempunyai berbagai fokus baik untuk objek berjarak dekat maupun yang

berjarak jauh dalam lapangan pandang. 

3.Koroid: segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera.

Koroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah koroid; besar,sedang,

dan kecil. Semakin dalam pembuluh terletak di dalam koroid,semakin lebar

lumennya. Bagian dalam pembuluh darah koroid dikenal sebagai khorio

kapilaris.

Lensa :

Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir

transparan sempurna.

Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula, yang menghubungkannya

dengan korpus siliare. Di sebelah anterior lensa terdapat humor aquaeus di

sebelah posterior vitreus. Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum yang

dikenal sebagai zonula (zonula Zinnii), yang tersusun dari banyak fibril dari

permukaan korpus siliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.

Humor Aquaeus

Humor Aquaeus diproduksi oleh korpus siliare. Setelah memasuki

kamera posterior, humor aquaeus melalui pupil dan masuk ke kamera anterior

dan kemudian ke perifer menuju ke sudut kamera anterior.

10

Page 11: FINAL Referat Selulitis Orbita

Sudut Kamera Anterior

Sudut kamera anterior terletak pada persambungan kornea perifer dan akar iris.

Retina

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan, dan

multil apis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola mata.. Di

tengah-tengah retina posterior terdapat makula. Secara klinis makula dapat

didefinisikan sebagai daerah pigmentasi kekuningan yang disebabkan oleh

pigmen luteal (xantofil).

Di tengah makula, di sebelah lateral diskus optikus, terdapat fovea

yangmerupakan suatu cekungan yang memberi pantulan khusus bila dilihat

dengan oftalmoskop. Fovea merupakan zona avaskular di retina pada angiografi

fluoresens.

Vitreus

Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang

membentuk 2/3 dari volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang

dibatasi oleh lensa,retina, dan diskus optikus

11

Page 12: FINAL Referat Selulitis Orbita

2.2 Selulitis Orbita

2.2.1 Definisi

Adalah peradangan supuratif jaringan ikat jarang intraorbita di belakang

septum orbita. Keadaan ini merupakan infeksi preseptal utama dari jaringan

adneksa dan orbital ocular.

2.2.2 Patofisiologi dan etiologi

Selulitis Orbita terjadi dalam 3 situasi berikut:

(1) perluasan infeksi daristruktur periorbital, paling sering dari sinus paranasal,

tetapi juga dariwajah, dan kantung lacrimalis

(2) inokulasi langsung orbita setelah adanya trauma, operasi,dan ifeksi kulit

(3) penyebaran hematogen dari bacteremia, misalnya dari fokus- fokus seperti

otitis media dan pneumonia (2).

  Dinding medial orbital tipis dan berlubang tidak hanya oleh banyak 

pembuluh darah tanpa katup dan saraf tetapi juga oleh berbagai defek lainnya.

Kombinasi tulang yang tipis, adanya foramen untuk jalur neurovaskular, dan

defek alami yang terjadi pada tulang memungkinkan jalur yang mudah bagi

bahan infeksius antara sel-sel udara ethmoidal dan ruang subperiorbital dalam

bagian medial orbita. Lokasi yang paling umum dari abses subperiorbital adalah

12

Page 13: FINAL Referat Selulitis Orbita

sepanjang dinding medial orbital. Periorbita adalah relatif longgar melekat pada

tulang dinding medial orbita, yang memungkinkan material abses untuk dengan

mudahnya berpindah ke lateral, superior, dan inferior dalam ruang

subperiorbital (2).

  Selain itu, ekstensi lateral selubung dari otot-otot luar mata,

septaintermuskularis, memperpanjang otot rektus dari satu ke yang berikutnya.

Bagian posterior orbita, fasia antara otot rektus adalah tipis dan sering secara

tidak lengkap memungkinkan perluasan mudah antara ruang orbitextraconal

dan intraconal (2).

 Drainase vena dari sepertiga tengah wajah, termasuk sinus paranasal,

terutama melalui vena orbita, yang tanpa katup, yang memungkinkan alur

infeksi baik anterograde dan retrograde. Bahan infeksius dapat masuk ke dalam

orbit secara langsung dari trauma kecelakaan atau trauma operasi melalui kulit

atau sinus paranasalis (2).

 Sinusitis ethmoid adalah penyebab paling umum dari orbital selulitis

pada semua kelompok usia dan bakteri aerobik non-spora adalah organisme

yang paling sering bertanggung jawab (2).

Organisme yang sering menjadi penyebab adalah organisme yang sering

ditemukan di dalam sinus: Haemophilus Influenzae type B, Streptococcus

Pneumonia, Staphylococcus aureus yang resisten methicillin, streptokokus lainnya

13

Page 14: FINAL Referat Selulitis Orbita

dan stafilokokus lainnya. Jamur penyebab selulitis yang paling sering adalah

Mucor dan Aspergillus (2).

  Mucormycosis tersebar luas dalam distribusi yang sangat luas, sementara

aspergilosis lebih sering terlihat di iklim lembab/hangat. Mucormycosis memiliki

onset yang cepat (1-7 hari), sedangkan aspergilosis jauh lebih lambat (bulan

sampai tahun). Aspergillosis awalnya memberikan proptosis kronis dan visi

menurun, sementara mucormycosis memberikan sindrom apeks orbital

(melibatkan saraf kranial II, III, IV, V-1, dan VI, dan sympathetics orbital), dan,

lebih umum, disertai dengan nyeri, edema palpebra , proptosis, dan hilangnya

penglihatan. Sementara keduanya dapat mengakibatkan hidung dan langit-langit

nekrosis,mucormycosis juga dapat mengakibatkan arteritis thrombosis dan

nekrosis iskemik, sedangkan aspergilosis mengakibatkan fibrosis kronis dan

proses granulomatosa non nekrosis (2).

Adapun beberapa bakteri penyebab, diantaranya : 

a.Haemophilus influenzae

Merupakan bakteri yang bersifat gram negatif dan termasuk keluarga

Pasteuracella. Haemophilus influenzae yang tidak berkapsul banyak diisolasi dari

cairan serebrospinalis, dan morfologinya seperti Bordetella pertussis penyebab

batuk rejan, namun bakteri yang didapat dari dahak besifat pleomorfik dan

sering berbentuk benang panjang dan filament (2).

14

Page 15: FINAL Referat Selulitis Orbita

Gambar 3 : Haemophilus influenza yang diperoleh dari dahak.

Haemophillus influenzae dapat tumbuh dengan media “heme” oleh karena

media ini merupakan media kompleks dan mengandung banyak prekursor-

prekursor pertumbuhan khususnya faktor X (hemin) dan factor V ( NAD dan

NADP ). Di laboratorium di tanam dalam agar darah cokelat yang sebelumnya

media tanam tersebut dipanaskan dalam suhu 80C Cuntuk melepaskan faktor

pertumbuhan tersebut. Bakteri dapat tumbuhdengan baik pada suhu 35 oC- 38oC

dengan PH optimal sebesar 7,6. Bakteri ini dapat tumbuh pada kondisi aerobik

( sedikit CO2). Bakteri ini sekarang sudah jarang untuk menyebabkan selulitis

akibat banyaknya tipe vaksinasi untuk strain ini (2).

15

Page 16: FINAL Referat Selulitis Orbita

b.Staphylococcus aureus

  Merupakan bakteri gram positif yang berkelompok seperti anggur dan

merupakan bakteri normal yang ada di kulit manusia terutama hidung dan kulit.

S aureus dapat menyebabkan berbagai penyakit kulit ringan khususnya selulitis,

impetigo, furunkel, karbunkel dan penyakit kulitl lainnya. S aureus ini sangat

bersifat fakultatif naerobic yang tumbuh oleh respirasi aerobik atau melalui

fermentasi asam laktat. Bakteri ini memiliki sifat katalase (+), dan oksidase (-)

dan dapat tumbuh pada suhu antara 15-45 derajat celcius pada konsentrasi NaCl

setinggi 15 persen. Oleh karena bakteri ini memiliki enzim koagulase yang dapat

menyebabkan gumpalan protein yang berbentuk bekuan, maka bakteri ini

memiki sifat pathogen yang sangat potensial (2).

Gambar 4. Staphylococcus aureus gram negatif

16

Page 17: FINAL Referat Selulitis Orbita

c.Streptococcus pneumoniae

Merupakan bakteri gram positif yang berbentuk seperti bola yang secara

khas hidup berpasangan atau rantai pendek. Bagian ujung belakang setiap sel

berbentuk tombak ( runcing tumpul ), tidak membentuk spora, dan tidak

bergerak, namun yang galur ganas memiliki kapsul, bersifat alpha hemolisis

pada agar darah dan akan terlisis oleh garam empedu. Streptococcus

pneumoniae ini merupakan bakteri penghuni normal pada saluran napas bagian

atas manusia yang sering menyebabkan sinusitis. Bakteri inilah yang paling

sering menyebabkan selulitis orbita melalui jalur sinusitis terlebih dahulu.

Kuman ini merupakan yang paling sering menyebabkan selulitis pada anak-anak

usia < 3 tahun yang lebih cenderung menyebar secara bacteremia (2).

Gambar 5. Streptococus pneumonia

17

Page 18: FINAL Referat Selulitis Orbita

d.Streptococcus pyogenes

Merupakan bakteri gram positif yang berbentuk kokus berantai, tidak

bergerak, bersifat katalase negatif, fakultatif anaerobik, serta sangat

membutuhkan media untuk hidupnya berupa medium yang mengandung darah.

Streptokokus grup A biasanya memiliki sebuah kapsul yang terdiridari asam

hialuronat dan menunjukkan hemolisis beta pada agar darah (2).

 

2.2.3 Epidemiologi

Peningkatan insiden selulitis orbita terjadi di musim dingin, baik nasional

maupun internasional, karena peningkatan insiden sinusitis dalam cuaca. Ada

peningkatan frekuensi selulitis orbita pada masyarakat disebabkan oleh infeksi

Staphylococcus aureus yang resisten methicillin dan beberapa faktor lainnya :

 a.Mortalitas / Morbiditas (3).

Sebelum ketersediaan antibiotik, pasien dengan selulitis orbita memiliki

angka kematian dari 17%, dan 20% dari korban yang selamat buta di mata yang

terkena. Namun, dengan diagnosis yangcepat dan tepat penggunaan antibiotik, angka

ini telah berkurang secara signifikan; kebutaan terjadi dalam 11% kasus.

Selulitis orbita akibat S. aureus yang resisten terhadap methicillin dapat

menyebabkan kebutaan meskipun telah diobati antibiotic (3).

18

Page 19: FINAL Referat Selulitis Orbita

b.Ras

Selulitis orbita tidak dipengaruhi oleh rasial (3).

c.Sex

Tidak ada perbedaan frekuensi antara jenis kelamin pada orang dewasa,

kecuali untuk kasus-kasus S. aureus yang resisten terhadap methicillin, yang

lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki dengan rasio 4:1. Namun,

pada anak-anak, selulitis orbita telah dilaporkan dua kali lebih sering terjadi

pada laki-laki daripada perempuan (3).

D.Usia

Selulitis orbita, pada umumnya, lebih sering terjadi pada anak-

anak daripada di dewasa muda. Kisaran usia anak-anak yang dirawat dirumah

sakit dengan selulitis orbita adalah 7-12 tahun (3).

 

2.2.4 Gambaran klinis

Gambaran klinis selulitis orbita yaitu:

Gejala subjektif berupa demam, nyeri pergerakan bola mata, penurunan

penglihatan. Gejala objektif berupa mata merah, kelopak sangat edema,

proptosis, kemosis, restriksi motilitas bola mata, exophtalmus, peningkatan

tekanan intraokular, rinore. Proptosis dan oftalmoplegi adalah tanda kardinal

dari selulitis orbita (4).

19

Page 20: FINAL Referat Selulitis Orbita

2.2.5 Pemeriksaan Penunjang

Evaluasi pada pemeriksaan penunjang mencakup sebagai berikut :

 a.Leukositosis lebih besar dari 15.000

b.Pemeriksaan kultur darah

c.Usap sekret hidung

d.Pap smear untuk Gram stain

e.CT Scan

Pandangan aksial untuk menyingkirkan kemungkinan pembentukan

abses otak dan abses peridural parenkim. Pandangan koronal sangat membantu

dalam menentukan keberadaan dan batas dari setiap abses subperiorbital.

Namun, pandangan koronal,yang membutuhkan hiperfleksi atau hiperekstensi

leher, mungkin sulitpada anak-anak tidak kooperatif dan pada pasien yang akut

(5).

f.MRI

membantu dalam mendefinisikan abses orbita dan dalam mengevaluasi

kemungkinan penyakit sinus kavernosa. Dan juga bermanfaat

untuk memutuskan kapan dan dimana melakukan drainase pada abses orbita

(6).

 

20

Page 21: FINAL Referat Selulitis Orbita

2.2.6 Komplikasi

Komplikasi yang mungkin terjadi pada selulitis orbita adalah

a)Okular Komplikasi meliputi keratopathy, tekanan intraokular

meningkat,oklusi dari arteri atau vena retina sentral, dan neuropati

optik endophthalmitis (7).

b)Intrakranial Komplikasi yang jarang terjadi, termasuk meningitis, abses

otak dan trombosis sinus kavernosus. Yang terakhir adalah komplikasi yang

jarang namun sangat serius yang harus dicurigai bila ada bukti-bukti

keterlibatan bilateral, perkembangan proptosis yang sangat cepat dan sumbatan

pembuluh darah wajah, konjungtiva danretina (8).

c)Abses Subperiosteal adalah yang paling sering terletak di sepanjang dinding

medialorbital. Merupakan masalah serius karena potensi perkembangan yang

cepat dan perluasan intracranial (9).

d)Abses orbita relatif langka di selulitis orbital terkait sinusitis, tetapi mungkin

terjadi pada kasus paska-trauma atau paska operasi (9).

21

Page 22: FINAL Referat Selulitis Orbita

2.2.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan terhadap selulitis orbita meliputi :

1)Rawat inap rumah sakit

Pengawasan dan penilaian oleh ahli mata dan otolaryngological sangat

diperlukan. Pembentukan abses intrakranial mungkin memerlukan drainase (9).

2) Terapi antimikroba

- Melibatkan ceftazidime 1g intramuskular setiap 8 jam dan oral metronidazole

500mg setiap 8 jam untuk bakteri anaerob.

- Antibiotik intravena dosis tinggi 1.5g oksasilin dikombinasikan dengan satu

juta unit penicillin G setiap 4 jam

- Vankomisin intravena adalah alternatif yang berguna jika alergi penisilin

- Anak-anak usia sekolah dapat diterapi dengan oksasillinkombinasi dengan

cefuroxime, atau antibiotik ampisilin-sulbaktam.Bayi sebaiknya diterapi

dengan ceftriakson (9).

3) Dekongestan hidung dan vasokonstriktor

Dapat membantu drainase sinus paranasalis (9).

22

Page 23: FINAL Referat Selulitis Orbita

4)Pemantauan fungsi saraf optik.

Setiap 4 jam dipantau dengan pengujian reaksi pupil, ketajaman visual,

penglihatan warna dan apresiasi cahaya (9).

5)Intervensi bedah

Tidak respon terhadap antibiotik, penurunan penglihatan, orbital atau

subperiosteal abses (9).

Beberapa jenis antibiotik yang dapat digunakan dalam terapi selulitis orbita

yaitu :

 a. Vankomisin (Vancocin)

Trisiklik glycopeptide antibiotik untuk pemberian intravena.

Diindikasikan untuk pengobatan strain staphylococcus methicillin-resistant

(tahan beta-laktam) pasien yang alergi penisilin (9).

b. Klindamisin (Cleocin)

Menghambat sintesis protein bakteri pada ribosom bakteri tuas,

mengikat dengan preferensi 50S subunit ribosom dan mempengaruhi proses

inisiasi rantai peptide (9).

c. Sefotaksim (Claforan)

23

Page 24: FINAL Referat Selulitis Orbita

Semisintetik antibiotik spektrum luas untuk penggunaan parenteral.

Efektif terhadap gram positif aerob, seperti Staphylococcus aureus

(tidak mencakup methicillin-resistant strain), termasuk penisilinase dan non-

penisilinasestrain, dan Staphylococcus pyogenes , gram negatif aerob (misalnya,

Hinfluenzae), dan anaerob (misalnya , spesies Bacteroides) (9).

d. Nafcillin (Unipen

Efektif terhadap spektrum gram-positif yang luas,

termasuk Staphylococcus, pneumococci, dan grup A beta-hemolitik

streptokokussemisintetik penisilin (9).

e.Ceftazidime (Fortaz, Ceptaz)

Semisintetik, spektrum luas, beta-laktam antibiotik untuk injeksi

parenteral. Memiliki spektrum yang luas dari efektivitas terhadap gram

negatif aerob seperti H. influenzae, gram positif aerob seperti Staphylococcus

aureus(termasuk penisilinase dan non-penghasil penisilinase strain) dan S.

pyogenes ,dan anaerob, termasuk Bacteroides spesies (9).

f. Kloramfenikol (Chloromycetin)

Efek bakteriostatik terhadap berbagai bakteri gram negatif dan gram-

positif dan sangat efektif terhadap H influenza (9).

g. Tikarsilin (Ticar)

Penisilin semisintetik suntik yang bakterisida terhadap kedua organisme

gram positif dan gram negatif, termasuk H influenzae, Staphylococcus S (non-

24

Page 25: FINAL Referat Selulitis Orbita

penghasil penisilinase), beta-hemolitik streptokokus (kelompok A),

S.pneumoniae, dan organisme anaerob, termasuk Bacteroides dan

Clostridiumspesies (9).

h. Cefazolin (Ancef, Kefzol, Zolicef)Sefalosporin IM atau IV semisintetik. Memiliki

efek bakterisidal terhadapStaphylococcus S (termasuk strain yang memproduksi

penisilinase-), kelompok Astreptokokus beta-hemolitik, dan H influenza (9).

25

Page 26: FINAL Referat Selulitis Orbita

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Salah satu penyakit mata yang dapat membahayakan serta dapat

mengakibatkan seseorang kehilangan penglihatannya adalah selulitis orbital.

Selulitis orbita bakteri adalah infeksi yang mengancam nyawa dari jaringan

lembut di belakang septum orbital. Hal ini dapat terjadi pada segala usia tetapi

lebih sering terjadi pada anak-anak, organisme penyebab yang paling

umumadalah Streptococcus Pneumonia, Staphylococcus Aureus,

Staphylococcuspyogenes dan Haemophilus influenza.

Peningkatan insiden selulitis orbita terjadi di musim dingin, baik nasional

maupun internasional, karena peningkatan insiden sinusitis dalam kondisi

cuaca. Ada peningkatan frekuensi selulitis orbita pada masyarakat disebabkan

oleh infeksi Staphylococcus aureus yang resisten methicillin.

Penegakan diagnosis selulitis orbita dengan gejala klinis yaitu gejala

subjektif berupa demam, nyeri pergerakan bola mata, penurunan penglihatan.

Gejala objektif berupa mata merah, kelopak sangat edema, proptosis,

kemosis, restriksi motilitas bola mata, exophtalmus, peningkatan tekanan

26

Page 27: FINAL Referat Selulitis Orbita

intraokular,rinore. Proptosis dan oftalmoplegi adalah tanda cardinal dari

selulitis orbita.

Penatalaksanaan pada selulitis orbita adalah rawat inap rumah sakit,

terapiantimikroba, dekongestan hidung dan vasokonstriktor, pemantauan fungsi

saraf optic, dan intervensi bedah.

27

Page 28: FINAL Referat Selulitis Orbita

BAB IV

SARAN

Pada pasien selulitis orbita sebaiknya segera mungkin diberikan terapi

antibiotik untuk mencegah perkembangan kuman dan penyulit atau komplikasi.

Jika komplikasi sudah terjadi maka harus segera dilakukan intervensi bedah

agar tidak terjadi thrombosis vena kevernosus yang dapat mengancam jiwa.

 

DAFTAR PUSTAKA

28

Page 29: FINAL Referat Selulitis Orbita

1. Asbury, Taylor. Rundaneva, Paul. Vaughan, Daniel P.Oftalmologi

Umum.Jakarta : Widya Medika. Hal. 1-5, 265-266.

2. Ilyas, S.Ilmu Penyakit Mata Edisi 3. Fakultas Kedokteran

UniversitasIndonesia. Jakarta.2004. Hal. 1-13, 101-102

3. Kanski J.Clinical Ophtalmology a Systemic

Approach.Philadelphia :Butterworth Heinemann Elsevier. Page : 175-176.

4. Anari S, Karagama YG, Fulton B, et al. Neonatal disseminated methicillin-

resistant Staphylococcus aureus presenting as orbital cellulitis. J Laryngol

Otol. Jan 2005;119(1):64-7. 

5. Kloek CE, Rubin PA. Role of inflammation in orbital cellulitis. Int

Ophthalmol Clin. Spring 2006;46(2):57-68

6. Boden JH, Ainbinder DJ. Methicillin-resistant ascending facial and orbital

cellulitis in an operation Iraqi Freedom troop population. Ophthal Plast

Reconstr Surg. Sep-Oct 2007;23(5):397-9. 

7. Doxanas MT, Anderson RL. Clinical Orbital Anatomy. Baltimore, Md:

Williams & Wilkins;2005.

8. Chiu ES, Capel B, Press R, et al. Successful management of orbital cellulitis

and temporary visual loss after blepharoplasty. Plast Reconstr Surg. Sep

2006;118(3):67e-72e. [Medline].

29

Page 30: FINAL Referat Selulitis Orbita

9. Blomquist PH. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus infections of the

eye and orbit (an American Ophthalmological Society thesis). Trans Am

Ophthalmol Soc. 2006;104:322-45

30