Final
-
Upload
ella-melyna -
Category
Documents
-
view
214 -
download
0
description
Transcript of Final
Pasal 15
(1) Pelaku usaha wajik melaksanakan:
a. pengurangan sampah dari kegiatan usaha; dan
b. penanganan sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan.
(2) Pengurangan sampah dari kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a dilakukan melalui :
a. penerapan teknologi bersih dan ramah lingkungan;
b. penerapan teknologi daur ulang yang aman bagi kesehatan dan
lingkungan; dan
c. membantu upaya pengurangan dan pemanfaatan yang dilakukan
Pemerintah Daerah dan masyarakat.
(3) Penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilakukan dengan cara :
a. memproduksi produk dan kemasan ramah lingkungan;
b. pengolahan lingkungan dalam satu kesatuan proses produksi;
c. pemilahan sampah;
d. pembayaran biaya kompensasi pengolahan kemasan yang tidak dapat
didaur ulang dengan teknologi yang berkembang saat ini, melalui
tanggung jawab sosial dan lingkungan;
e. penerapan mekanisme pengolahan sampah yang timbul akibat kegiatan
produksi yang dilakukannya;
f. pemanfaatan sampah untuk menghasilkan produk dan energi;
g. optimalisasi penggunaan bahan daur ulang sebagai bahan baku produk;
dan
h. menampung kemasan produk yang telah dimanfaatkan oleh konsumen.
Pasal 16
(1) Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,
kawasan khusus,fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib
menyediakan :
a. fasilitas pemilahan sampah;
b. lokasi dan fasilitas TPS;
c. meminimalkan jumlah sampah yang dihasilkan; dan
d. bertanggung jawab terhadap sampah yang ditimbulkan dari aktivitas
kegiatannya.
(2) Penyediaan fasilitas pemilahan sampah, lokasi dan fasilitas TPS
sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a dan huruf b wajib mendapat
rekomendasi dari Dinas Tata Ruang dan Kebersihan.
Pasal 17
(1) Untuk mempermudah pengendalian Sampah setiap
pemilik/penghuni/penanggung jawab bangunan wajib menyediakan Tempat
Sampah yang tertutup, kedap air yang ditempatkan di lingkungan
pekarangan.
(2) Dalam melakukan pembuangan Sampah ke Tempat Sampah wajib dilakukan
pemilahan Sampah organik dengan Sampah an organik.
(3) jadwal pembuangan sampah ke Tempat Sampah dan/atau TPS dilakukan
antara pukul 18.00 sampai pukul 06.00 WIB atau sebelum truk sampah lewat/
pelayanan pemerintah kota, atau jadwal tertentu yang ditetapkan oleh
Walikota;
(4) pengadaan Fasilitas TPS/gerobak Sampah/becak sampah di kawasan
permukiman dapat dilakukan secara swadaya oleh masyarakat dan/atau oleh
Kelurahan dari berbagai sumber pembiayaan yang ada.
(5) Untuk masyarakat yang membuang Sampah langsung ke TPS,
diwajibkan melakukan prosedur pembuangan Sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan (3).
Bagian Keempat
Larangan
Pasal 18
Setiap orang dilarang :
a. membuang sampah di sungai, parit, saluran irigasi, saluran drainase, taman
kota, tempat terbuka, fasilitas umum, jalan dan lokasi lainnya yang
peruntukannya bukan untuk sampah;
b. membuang sampah spesifik;
c. membakar sampah (plastik /non plastik) yang tidak menggunakan peralatan
pembakar sesuai standar;
d. membakar sampah jenis apapun
e. menggunakan lahan untuk dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan
sampah tanpa izin.
f. mencampur sampah dengan limbah B3
g. membuang sampah infeksius (bangkai hewan, kotoran manusia, kotoran
hewan) yang tidak sesuai dengan perundang- undangan dan peraturan yang
berlaku;
h. membuang sampah B3 (oli bekas,kaleng, kaca/ beling, baterai, barang
medik) yang tidak sesuai dengan peundang-undangan dan peraturan yang
berlaku;
i. menumpuk dan menempatkan sampah bongkaran bangunan, penebangan
pohon, sampah kebun/pekarangan barang-barang bekas yang masih
mempunyai nilai ekonomis maupun yang tidak, pada kiri dan kanan bahu
jalan, badan jalan, taman, jalur hijau, depan bangunan dan tempat-tempat
umum;
j. menghilangkan, merusak, memindahkan sarana persampahan tanpa izin
k. membuang sampah dari kendaraan
BAB V
PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 19
(1) Pemerintah Daerah, pelaku usaha dan atau kegiatan, dan masyarakat
wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan persampahan.
(2) Dalam kegiatan pengelolaan persampahan, Pemerintah Daerah
memberikan pelayanan pengelolaan persampahan.
(3) Kegiatan pengelolaan persampahan oleh pelaku usaha/kegiatan dan
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara
swakelola dan atau melalui kerjasama dengan penyedia jasa pengelolaan
persampahan.
(4) Bentuk kerjasama pengelolaan persampahan dengan penyedia jasa
pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi
pengelolaan sampah dan kebersihan.
Pasal 20
Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga
terdiri dari :
a. pengurangan sampah; dan
b. penanganan sampah.
Bagian Kedua
Pengurangan Sampah
Pasal 21
(1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a,
meliputi kegiatan :
a. pembatasan timbulan;
b. pendauran ulang sampah; dan
c. pemanfaatan kembali sampah.
(2) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1)
dilakukan melalui kegiatan:
a. pemantauan dan supervisi pelaksanaan rencana pemanfaatan bahan
produksi ramah lingkungan oleh pelaku usaha; dan
b. fasilitasi kepada mesyarakat dan dunia usaha dalam mengembangkan dan
memanfaatkan hasil daur ulang, pemasaran hasil produk daur ulang, dan
guna ulang usaha.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurangan sampah diatur dalam Peraturan
Walikota.
Bagian Ketiga
Penanganan sampah
Paragraf Kesatu
Umum
Pasal 22
(1) Pemerintah Daerah melakukan kegiatan penanganan sampah yang meliputi :
a. pemilahan di TPS/TPS 3R ;
b. penyapuan jalan utama dan Pengumpulan ke TPS/TPS 3R;
c. pengangkutan sampah dari TPS/TPS 3R ke Tempat Pengolahan
dan/atauTPST/TPA;
d. pengolahan; dan
e. pemrosesan akhir sampah.
(2) Dalam melakukan kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) teknis pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Teknis.
Paragraf Kedua
Pemilahan
Pasal 23
Setiap orang wajib melakukan pemilahan sampah di sumber sampah.
Pasal 24
(1) Pemilahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dilakukan melalui
pemilahan sesuai dengan jenis sampah organik, anorganik dan sampah B3
rumah tangga.
(2) Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
menyediakan fasilitas tempat sampah organik, anorganik dan sampah B3
rumah tangga disetiap sumber sampah.
Pasal 25
(1) Jenis sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 pada ayat (1) dipilah
dan ditempatkan kedalam wadah yang diberi simbol, label dan warna yang
berbeda.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis dan standarisasi pemilahan sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dalam Peraturan Walikota.
Pasal 26
(1) Dalam rangka pemilahan sampah, Produsen harus mencantumkan simbol dan
label pada produk dan/atau kemasan produk yang menunjukkan bahwa
produk dan/atau kemasan produk :
a. dapat terurai oleh proses alam;
b. dapat diguna ulang; dan/atau
c. dapat didaur ulang.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai simbol dan label sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Paragraf Ketiga
Pengumpulan Sampah
Pasal 27
(1) Pengumpulan sampah dilakukan sejak pemindahan sampah dari sumber
sampah ke TPS/TPS 3R.
(2) Pengumpulan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi
tanggung jawab lembaga pengelola sampah yang dibentuk oleh RT/RW,
pengelola kawasan permukiman, kawasan komersil, kawasan industri,
kawasan khusus, fasilitas umum,fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya.
(3) Pemerintah Kota memfasilitasi pembentukan lembaga pengelola
sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di kelurahan, kawasan
komersial, kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas
lainnya, sesuai dengan kebutuhan.
(4) TPS/TPS 3R sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi kriteria :
a. terpilah yang dikelompokan menjadi 3 (tiga) jenis sampah yaitu organik,
anorganik dan B3 rumah tangga;
b. luas lokasi dan kapasitas yang mencukupi;
c. mudah diakses;
d. tertutup;
e. memiliki jadwal pengumpulan.
(5) Penyediaan TPS/TPS 3R sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
melalui penetapan lokasi bersama pengurus RW beserta Lurah dan Camat
melalui musyawarah.
(6) SKPD/Lembaga pengelola tempat dan fasilitas umum, pasar, saluran
terbuka, sungai, taman kota di lingkungan Pemerintah Daerah
menyelenggarakan pengelolaan sampah berupa kegiatan pengumpulan dan
pemindahan sampah ke TPS/TPS 3R dan/atau ke TPA.
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengumpulan sampah dan penyediaan
TPS/TPS 3R diatur dengan Peraturan Walikota.
Paragraf Keempat
Pengangkutan
Pasal 28
(1) Pemerintah Daerah melakukan :
a. pengangkutan sampah dari TPS/TPS 3R ke TPA atau TPST;
b. penyediaan alat angkut sampah yang aman bagi kesehatan dan lingkungan
sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan;
c. penjadwalan pengangkutan.
(2) Pelaksanaan pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai dengan jenis sampah.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penjadwalan pengangkutan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diatur dengan Peraturan
Walikota.
Paragraf Kelima
Pengolahan
Pasal 29
(1) Kegiatan pengolahan sampah dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. pemadatan;
b. pengomposan;
c. daur ulang; dan/atau
d. pengolahan sampah lainnya dengan teknologi ramah lingkungan.
(2) Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
pada sumber, TPS, TPST dan/atau TPA.
(3) Kegiatan pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan dengan persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan.
Paragraf Keenam
Pemrosesan Akhir Sampah
Pasal 30
(1) Pemerintah Daerah menyediakan TPA yang aman bagi kesehatan dan
lingkungan dalam pemrosesan akhir sampah.
(2) Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau
residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.
Pasal 31
(1) TPA yang aman bagi kesehatan dan lingkungan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 30 harus dilengkapi fasilitas yang meliputi :
a. fasilitas dasar;
b. fasilitas perlindungan lingkungan;
c. fasilitas operasi; dan
d. fasilitas penunjang.
(2) Kriteria TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 32
(1) Pemrosesan akhir sampah dilakukan dengan cara :
a. lahan urug saniter; dan/atau
b. penggunaan teknologi ramah lingkungan.
(2) Rencana pemrosesan akhir sampah wajib dilengkapi dengan dokumen
lingkungan hidup.
(3) Dokumen lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(4) Sampah yang sudah diproses melalui cara pemrosesan akhir sampah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dimanfaatkan sebagai sumber
energi.
Bagian Keempat
Penanganan Sampah Spesifik
Pasal 33
(1) Penanganan sampah spesifik akan diatur tersendiri sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
b. sampah yang mengandung limbah berbahaya dan beracun;
c. sampah yang timbul akibat bencana;
d. puing bongkaran bangunan;
e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
f. sampah yang timbul secara tidak periodik.
Bagian Kelima
Insentif dan Disinsentif
Pasal 34
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif pada setiap orang yang
melakukan pengurangan dan/atau pengolahan sampah berupa :
a. inovasi terbaik dalam pengelolaan sampah;
b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan;
c. pengurangan timbulan sampah; dan/atau
d. tertib penanganan sampah.
(2) Terhadap orang yang melaksanakan pengelolaan sampah sejak dari
sumber baik perorangan atau kelompok, dapat diberikan insentif sesuai
dengan kemampuan Pemerintah Daerah.
(3) Terhadap masyarakat yang melakukan pengorganisasian pengelolaan
sampah baik dalam bentuk pengomposan maupun bank sampah dan atau
dalam bentuk koperasi pengelolaan sampah, maka Pemerintah Kota
Payakumbuh perlu memberikan insentif berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(4) Terhadap masyarakat yang mampu mengembangkan teknologi tepat guna
pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, maka Pemerintah Kota
Payakumbuh dapat memberikan insentif berupa penghargaan dan
kesempatan kepada pihak yang bersangkutan untuk mengembangkan
produknya secara lebih luas.
Pasal 35
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan disinsentif kepada setiap orang yang
melakukan:
a. pelanggaran terhadap larangan; dan/atau
b. pelanggaran tertib penanganan sampah.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentif
dan/atau disinsentif diatur dengan Peraturan Walikota.
BAB VI
KERJASAMA DAN KEMITRAAN
Bagian Kesatu
Kerjasama Antar Daerah
Pasal 36
(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama antar Pemerintah
Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi dalam Pengelolaan Sampah.
(2) Kerjasama Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
melibatkan 2 (dua) atau lebih daerah Kabupaten/Kota pada satu Provinsi atau
antar Provinsi.
(3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan dalam
bentuk kerjasama atau pembuatan usaha bersama pengelolaan sampah.
(4) Pedoman kerjasama dan bentuk usaha bersama antar daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam bentuk perjanjian sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Bagian Kedua
Kemitraan
Pasal 37
(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan kerja sama dan/atau kemitraan
dengan badan usaha dalam pengelolaan sampah.
(2) Kerja sama dan/atau kemitraan dengan badan usaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan
Pasal 38
Lingkup kerja sama bidang pengelolaan sampah dapat berupa :
a. penyediaan/pembangunan TPA;
b. sarana dan prasarana TPA;
c. pengangkutan sampah dari TPS/TPS 3R ke TPA/TPST;
d. pengelolaan TPA; dan/atau pengolahan sampah menjadi produk lainnya yang
ramah lingkungan
BAB VII
RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN
Pasal 39
(1) Pemerintah Kota dapat mengenakan retribusi atas pelayanan persampahan
yang ditetapkan secara progresif berdasarkan jenis, karakteristik, dan volume
sampah.
(2) Retribusi pelayanan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digolongkan pada retribusi jasa umum.
(3) Wajib Bayar Jasa pengelolaan sampah meliputi kategori :
a. rumah tinggal;
b. sosial;
c. komersial/non komersial;
d. pedagang sektor informal; dan
e. angkutan umum.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perhitungan tarif retribusi
berdasarkan jenis, karakteristik, dan volume sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berpedoman pada peraturan menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang dalam negeri.
Pasal 40
(1) Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan sampah dari sumber sampah ke
TPS melalui swakelola Rukun Warga (RW)/lembaga pengelola dapat
memungut iuran sebagai pembayaran atas pengumpulan sampah dari sumber
ke TPS.
(2) Penentuan besaran iuran pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan berdasarkan musyawarah melalui RW.
BAB VIII
Kompensasi
Pasal 41
(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan kompensasi sebagai akibat dampak
negatif yangditimbulkan oleh kegiatan pengolahan dan/atau pemrosesan
akhir sampah.
(2) Dampak negatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakibatkan oleh :
a. pencemaran air;
b. pencemaran udara;
c. pencemaran tanah;
d. longsor;
e. kebakaran;
f. ledakan gas methan; dan/atau
g. hal lain yang menimbulkan dampak negatif.
(3) Pemberian kompensasi sebagaimana pada ayat (1) dapat berupa :
a. relokasi;
b. pemulihan lingkungan;
c. biaya kesehatan dan pengobatan;
d. ganti rugi; dan/atau
e. kompensasi dalam bentuk lain.
Pasal 42
(1) Tata cara pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
43 dilaksanakan melalui :
a. Pengajuan surat pengaduan kepada Pemerintah Daerah;
b. Pemerintah Daerah melakukan investigasi atas kebenaran dan dampak
negatif pengelolaan sampah; dan
c. Menetapkan bentuk kompensasi yang diberikan berdasarkan hasil
investigasi dan hasilkajian.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi diatur dengan
Peraturan Walikota.
BAB IX
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal 43
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam menangani masalah Pengelolaan
Sampah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.
(2) Bentuk peran masyarakat dalam pengelolaan sampah meliputi:
a. menjaga kebersihan lingkungan;
b. aktif dalam kegiatan pengurangan, pengumpulan, pemilahan,
pengangkutan, dan pengolahan sampah; dan
c. pemberian usul, pertimbangan, dan/atau saran kepada Pemerintah kota
dalam kegiatan pengelolaan sampah.
d. pemberian saran dan pendapat dalam perumusan kebijakan dan strategi
pengelolaan sampah;
e. pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa
persampahan; dan
f. pengelolaan Sampah pada lingkungan (RT/RW/Kelurahan) melalui
pembuatan tempat Sampah terpisah, pengumpulan, pengambilan dan
pemindahan Sampah dari sumbernya ke TPS serta pembentukan kader-
kader Pengelolaan Sampah.
(3) Untuk lebih mengaktifkan peran serta masyarakat dalam Pengelolaan
Sampah, Pemerintah Daerah dapat melaksanakan kegiatan sosialisasi
Pengelolaan Sampah pada masyarakat dan pihak-pihak terkait, publikasi
dalam bentuk reklame di lokasi-lokasi strategis, lomba-lomba terkait
dengan kebersihan lingkungan serta memfasilitasi pembentukan kader-
kader Pengelolaan Sampah ditingkat Rukun Warga maupun Kelurahan.
BAB X
PERIZINAN
Pasal 44
(1) Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan sampah wajib
memiliki izin dari Walikota sesuai dengan kewenangannya.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh izin
pengelolaan sampahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
Peraturan Walikota.
(3) Keputusan mengenai pemberian izin pengelolaan sampah harus diumumkan
kepada masyarakat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha pengelolaan sampah yang
mendapat izindan tata cara pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Walikota.
BAB XI
KETENTUAN SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 45
(1) Setiap orang atau badan hukum yang melanggar ketentuan Pasal 11, Pasal
12, dan Pasal 16 sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini,
dikenakan sanksi administrasi;
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
peringatan lisan, peringatan tertulis, penutupan sementara, pencabutan ijin,
dan penutupan kegiatan;
(3) Tata cara dan prosedur penerapan sanksi administrasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Walikota;
BAB XII
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 46
(1) Penyidikan terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah ini dilaksanakan
oleh Penyidik Umum dan atau dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil
di lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh;
(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), berwenang:
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan-
keterangan atau laporan berkenaan dengan tindakan pidana di bidang
Pengelolaan Sampah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih
lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai
penyelenggaraan pengelolaan sampah tentang kebenaran perbuatan yang
dilakukan sehubungan dengan tindak pidana;
c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari penyelenggaraan pengelolaan
sampah sehubungan dengan tindak pidana;
d. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan
ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan
memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa;
e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang yang berkitan dengan
tindak pidana;
f. Memanggil seseorang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
g. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tidak pidana;
h. Menghentikan penyidikan;
i. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
pidana menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan;
(3) Dalam melaksanakan tugasnya, penyidik tidak berwenang melakukan
penangkapan, penahanan, dan atau penggeledahan;
(4) Penyidik membuat berita acara setiap tindakan tentang:
a. Pemeriksaan tersangka;
b. Penyitaan benda;
c. Pemeriksaan saksi;
d. Pemeriksaan tempat kejadian;
(5) Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil
penyidikan kepada penuntut umum sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku
BAB XIII
Ketentuan Pidana
Pasal 47
(1) Setiap orang dan/atau badan hukum yang melanggar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Peraturan Daerah ini diancam
dengan pidana kurungan, selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda
sebanyak-banyaknya Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah);
(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) termasuk pada
pelanggaran;
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 48
Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini semua peraturan pelaksanaan dalam
Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Tentang Kebersihan, Keindahan, Ketertiban,
dan Kesehatan Lingkungan dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini dan atau belum dicabut
dengan ketentuan baru;
Pasal 49
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangan;
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan
Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kota Payakumbuh;