Final

25
Pasal 15 (1) Pelaku usaha wajik melaksanakan: a.pengurangan sampah dari kegiatan usaha; dan b.penanganan sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan. (2) Pengurangan sampah dari kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan melalui : a.penerapan teknologi bersih dan ramah lingkungan; b.penerapan teknologi daur ulang yang aman bagi kesehatan dan lingkungan; dan c.membantu upaya pengurangan dan pemanfaatan yang dilakukan Pemerintah Daerah dan masyarakat. (3) Penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan cara : a.memproduksi produk dan kemasan ramah lingkungan; b.pengolahan lingkungan dalam satu kesatuan proses produksi; c.pemilahan sampah; d.pembayaran biaya kompensasi pengolahan kemasan yang tidak dapat didaur ulang dengan teknologi yang berkembang saat ini, melalui tanggung jawab sosial dan lingkungan; e.penerapan mekanisme pengolahan sampah yang timbul akibat kegiatan produksi yang dilakukannya; f.pemanfaatan sampah untuk menghasilkan produk dan energi;

description

plastik

Transcript of Final

Page 1: Final

Pasal 15

(1) Pelaku usaha wajik melaksanakan:

a. pengurangan sampah dari kegiatan usaha; dan

b. penanganan sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan.

(2) Pengurangan sampah dari kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a dilakukan melalui :

a. penerapan teknologi bersih dan ramah lingkungan;

b. penerapan teknologi daur ulang yang aman bagi kesehatan dan

lingkungan; dan

c. membantu upaya pengurangan dan pemanfaatan yang dilakukan

Pemerintah Daerah dan masyarakat.

(3) Penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

dilakukan dengan cara :

a. memproduksi produk dan kemasan ramah lingkungan;

b. pengolahan lingkungan dalam satu kesatuan proses produksi;

c. pemilahan sampah;

d. pembayaran biaya kompensasi pengolahan kemasan yang tidak dapat

didaur ulang dengan teknologi yang berkembang saat ini, melalui

tanggung jawab sosial dan lingkungan;

e. penerapan mekanisme pengolahan sampah yang timbul akibat kegiatan

produksi yang dilakukannya;

f. pemanfaatan sampah untuk menghasilkan produk dan energi;

g. optimalisasi penggunaan bahan daur ulang sebagai bahan baku produk;

dan

h. menampung kemasan produk yang telah dimanfaatkan oleh konsumen.

Pasal 16

(1) Pengelola kawasan permukiman, kawasan komersial, kawasan industri,

kawasan khusus,fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya wajib

menyediakan :

a. fasilitas pemilahan sampah;

Page 2: Final

b. lokasi dan fasilitas TPS;

c. meminimalkan jumlah sampah yang dihasilkan; dan

d. bertanggung jawab terhadap sampah yang ditimbulkan dari aktivitas

kegiatannya.

(2) Penyediaan fasilitas pemilahan sampah, lokasi dan fasilitas TPS

sebagaimana dimaksudpada ayat (1) huruf a dan huruf b wajib mendapat

rekomendasi dari Dinas Tata Ruang dan Kebersihan.

Pasal 17

(1) Untuk mempermudah pengendalian Sampah setiap

pemilik/penghuni/penanggung jawab bangunan wajib menyediakan Tempat

Sampah yang tertutup, kedap air yang ditempatkan di lingkungan

pekarangan.

(2) Dalam melakukan pembuangan Sampah ke Tempat Sampah wajib dilakukan

pemilahan Sampah organik dengan Sampah an organik.

(3) jadwal pembuangan sampah ke Tempat Sampah dan/atau TPS dilakukan

antara pukul 18.00 sampai pukul 06.00 WIB atau sebelum truk sampah lewat/

pelayanan pemerintah kota, atau jadwal tertentu yang ditetapkan oleh

Walikota;

(4) pengadaan Fasilitas TPS/gerobak Sampah/becak sampah di kawasan

permukiman dapat dilakukan secara swadaya oleh masyarakat dan/atau oleh

Kelurahan dari berbagai sumber pembiayaan yang ada.

(5) Untuk masyarakat yang membuang Sampah langsung ke TPS,

diwajibkan melakukan prosedur pembuangan Sampah sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dan (3).

Page 3: Final

Bagian Keempat

Larangan

Pasal 18

Setiap orang dilarang :

a. membuang sampah di sungai, parit, saluran irigasi, saluran drainase, taman

kota, tempat terbuka, fasilitas umum, jalan dan lokasi lainnya yang

peruntukannya bukan untuk sampah;

b. membuang sampah spesifik;

c. membakar sampah (plastik /non plastik) yang tidak menggunakan peralatan

pembakar sesuai standar;

d. membakar sampah jenis apapun

e. menggunakan lahan untuk dimanfaatkan sebagai tempat pembuangan

sampah tanpa izin.

f. mencampur sampah dengan limbah B3

g. membuang sampah infeksius (bangkai hewan, kotoran manusia, kotoran

hewan) yang tidak sesuai dengan perundang- undangan dan peraturan yang

berlaku;

h. membuang sampah B3 (oli bekas,kaleng, kaca/ beling, baterai, barang

medik) yang tidak sesuai dengan peundang-undangan dan peraturan yang

berlaku;

i. menumpuk dan menempatkan sampah bongkaran bangunan, penebangan

pohon, sampah kebun/pekarangan barang-barang bekas yang masih

mempunyai nilai ekonomis maupun yang tidak, pada kiri dan kanan bahu

jalan, badan jalan, taman, jalur hijau, depan bangunan dan tempat-tempat

umum;

j. menghilangkan, merusak, memindahkan sarana persampahan tanpa izin

k. membuang sampah dari kendaraan

Page 4: Final

BAB V

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 19

(1) Pemerintah Daerah, pelaku usaha dan atau kegiatan, dan masyarakat

wajib melaksanakan kegiatan pengelolaan persampahan.

(2) Dalam kegiatan pengelolaan persampahan, Pemerintah Daerah

memberikan pelayanan pengelolaan persampahan.

(3) Kegiatan pengelolaan persampahan oleh pelaku usaha/kegiatan dan

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara

swakelola dan atau melalui kerjasama dengan penyedia jasa pengelolaan

persampahan.

(4) Bentuk kerjasama pengelolaan persampahan dengan penyedia jasa

pengelolaan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi

pengelolaan sampah dan kebersihan.

Pasal 20

Pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga

terdiri dari :

a. pengurangan sampah; dan

b. penanganan sampah.

Bagian Kedua

Pengurangan Sampah

Pasal 21

(1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a,

meliputi kegiatan :

a. pembatasan timbulan;

b. pendauran ulang sampah; dan

Page 5: Final

c. pemanfaatan kembali sampah.

(2) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1)

dilakukan melalui kegiatan:

a. pemantauan dan supervisi pelaksanaan rencana pemanfaatan bahan

produksi ramah lingkungan oleh pelaku usaha; dan

b. fasilitasi kepada mesyarakat dan dunia usaha dalam mengembangkan dan

memanfaatkan hasil daur ulang, pemasaran hasil produk daur ulang, dan

guna ulang usaha.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurangan sampah diatur dalam Peraturan

Walikota.

Bagian Ketiga

Penanganan sampah

Paragraf Kesatu

Umum

Pasal 22

(1) Pemerintah Daerah melakukan kegiatan penanganan sampah yang meliputi :

a. pemilahan di TPS/TPS 3R ;

b. penyapuan jalan utama dan Pengumpulan ke TPS/TPS 3R;

c. pengangkutan sampah dari TPS/TPS 3R ke Tempat Pengolahan

dan/atauTPST/TPA;

d. pengolahan; dan

e. pemrosesan akhir sampah.

(2) Dalam melakukan kegiatan penanganan sampah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) teknis pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Teknis.

Paragraf Kedua

Pemilahan

Pasal 23

Setiap orang wajib melakukan pemilahan sampah di sumber sampah.

Page 6: Final

Pasal 24

(1) Pemilahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 dilakukan melalui

pemilahan sesuai dengan jenis sampah organik, anorganik dan sampah B3

rumah tangga.

(2) Pemilahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan

menyediakan fasilitas tempat sampah organik, anorganik dan sampah B3

rumah tangga disetiap sumber sampah.

Pasal 25

(1) Jenis sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 pada ayat (1) dipilah

dan ditempatkan kedalam wadah yang diberi simbol, label dan warna yang

berbeda.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai teknis dan standarisasi pemilahan sampah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dalam Peraturan Walikota.

Pasal 26

(1) Dalam rangka pemilahan sampah, Produsen harus mencantumkan simbol dan

label pada produk dan/atau kemasan produk yang menunjukkan bahwa

produk dan/atau kemasan produk :

a. dapat terurai oleh proses alam;

b. dapat diguna ulang; dan/atau

c. dapat didaur ulang.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai simbol dan label sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf Ketiga

Pengumpulan Sampah

Pasal 27

(1) Pengumpulan sampah dilakukan sejak pemindahan sampah dari sumber

sampah ke TPS/TPS 3R.

Page 7: Final

(2) Pengumpulan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi

tanggung jawab lembaga pengelola sampah yang dibentuk oleh RT/RW,

pengelola kawasan permukiman, kawasan komersil, kawasan industri,

kawasan khusus, fasilitas umum,fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya.

(3) Pemerintah Kota memfasilitasi pembentukan lembaga pengelola

sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di kelurahan, kawasan

komersial, kawasan industri, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas

lainnya, sesuai dengan kebutuhan.

(4) TPS/TPS 3R sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi kriteria :

a. terpilah yang dikelompokan menjadi 3 (tiga) jenis sampah yaitu organik,

anorganik dan B3 rumah tangga;

b. luas lokasi dan kapasitas yang mencukupi;

c. mudah diakses;

d. tertutup;

e. memiliki jadwal pengumpulan.

(5) Penyediaan TPS/TPS 3R sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan

melalui penetapan lokasi bersama pengurus RW beserta Lurah dan Camat

melalui musyawarah.

(6) SKPD/Lembaga pengelola tempat dan fasilitas umum, pasar, saluran

terbuka, sungai, taman kota di lingkungan Pemerintah Daerah

menyelenggarakan pengelolaan sampah berupa kegiatan pengumpulan dan

pemindahan sampah ke TPS/TPS 3R dan/atau ke TPA.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengumpulan sampah dan penyediaan

TPS/TPS 3R diatur dengan Peraturan Walikota.

Paragraf Keempat

Pengangkutan

Pasal 28

(1) Pemerintah Daerah melakukan :

a. pengangkutan sampah dari TPS/TPS 3R ke TPA atau TPST;

Page 8: Final

b. penyediaan alat angkut sampah yang aman bagi kesehatan dan lingkungan

sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan;

c. penjadwalan pengangkutan.

(2) Pelaksanaan pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a tetap menjamin terpisahnya sampah sesuai dengan jenis sampah.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penjadwalan pengangkutan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diatur dengan Peraturan

Walikota.

Paragraf Kelima

Pengolahan

Pasal 29

(1) Kegiatan pengolahan sampah dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. pemadatan;

b. pengomposan;

c. daur ulang; dan/atau

d. pengolahan sampah lainnya dengan teknologi ramah lingkungan.

(2) Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan

pada sumber, TPS, TPST dan/atau TPA.

(3) Kegiatan pengolahan sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilakukan dengan persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan.

Paragraf Keenam

Pemrosesan Akhir Sampah

Pasal 30

(1) Pemerintah Daerah menyediakan TPA yang aman bagi kesehatan dan

lingkungan dalam pemrosesan akhir sampah.

(2) Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau

residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman.

Page 9: Final

Pasal 31

(1) TPA yang aman bagi kesehatan dan lingkungan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 30 harus dilengkapi fasilitas yang meliputi :

a. fasilitas dasar;

b. fasilitas perlindungan lingkungan;

c. fasilitas operasi; dan

d. fasilitas penunjang.

(2) Kriteria TPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 32

(1) Pemrosesan akhir sampah dilakukan dengan cara :

a. lahan urug saniter; dan/atau

b. penggunaan teknologi ramah lingkungan.

(2) Rencana pemrosesan akhir sampah wajib dilengkapi dengan dokumen

lingkungan hidup.

(3) Dokumen lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disusun

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Sampah yang sudah diproses melalui cara pemrosesan akhir sampah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dimanfaatkan sebagai sumber

energi.

Bagian Keempat

Penanganan Sampah Spesifik

Pasal 33

(1) Penanganan sampah spesifik akan diatur tersendiri sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

(2) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;

b. sampah yang mengandung limbah berbahaya dan beracun;

c. sampah yang timbul akibat bencana;

Page 10: Final

d. puing bongkaran bangunan;

e. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau

f. sampah yang timbul secara tidak periodik.

Bagian Kelima

Insentif dan Disinsentif

Pasal 34

(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif pada setiap orang yang

melakukan pengurangan dan/atau pengolahan sampah berupa :

a. inovasi terbaik dalam pengelolaan sampah;

b. pelaporan atas pelanggaran terhadap larangan;

c. pengurangan timbulan sampah; dan/atau

d. tertib penanganan sampah.

(2) Terhadap orang yang melaksanakan pengelolaan sampah sejak dari

sumber baik perorangan atau kelompok, dapat diberikan insentif sesuai

dengan kemampuan Pemerintah Daerah.

(3) Terhadap masyarakat yang melakukan pengorganisasian pengelolaan

sampah baik dalam bentuk pengomposan maupun bank sampah dan atau

dalam bentuk koperasi pengelolaan sampah, maka Pemerintah Kota

Payakumbuh perlu memberikan insentif berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

(4) Terhadap masyarakat yang mampu mengembangkan teknologi tepat guna

pengelolaan sampah yang ramah lingkungan, maka Pemerintah Kota

Payakumbuh dapat memberikan insentif berupa penghargaan dan

kesempatan kepada pihak yang bersangkutan untuk mengembangkan

produknya secara lebih luas.

Pasal 35

(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan disinsentif kepada setiap orang yang

melakukan:

a. pelanggaran terhadap larangan; dan/atau

Page 11: Final

b. pelanggaran tertib penanganan sampah.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk dan tata cara pemberian insentif

dan/atau disinsentif diatur dengan Peraturan Walikota.

BAB VI

KERJASAMA DAN KEMITRAAN

Bagian Kesatu

Kerjasama Antar Daerah

Pasal 36

(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan kerjasama antar Pemerintah

Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi dalam Pengelolaan Sampah.

(2) Kerjasama Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat

melibatkan 2 (dua) atau lebih daerah Kabupaten/Kota pada satu Provinsi atau

antar Provinsi.

(3) Kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diwujudkan dalam

bentuk kerjasama atau pembuatan usaha bersama pengelolaan sampah.

(4) Pedoman kerjasama dan bentuk usaha bersama antar daerah sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam bentuk perjanjian sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Kemitraan

Pasal 37

(1) Pemerintah Daerah dapat melakukan kerja sama dan/atau kemitraan

dengan badan usaha dalam pengelolaan sampah.

(2) Kerja sama dan/atau kemitraan dengan badan usaha sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan

Pasal 38

Lingkup kerja sama bidang pengelolaan sampah dapat berupa :

a. penyediaan/pembangunan TPA;

Page 12: Final

b. sarana dan prasarana TPA;

c. pengangkutan sampah dari TPS/TPS 3R ke TPA/TPST;

d. pengelolaan TPA; dan/atau pengolahan sampah menjadi produk lainnya yang

ramah lingkungan

BAB VII

RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN

Pasal 39

(1) Pemerintah Kota dapat mengenakan retribusi atas pelayanan persampahan

yang ditetapkan secara progresif berdasarkan jenis, karakteristik, dan volume

sampah.

(2) Retribusi pelayanan persampahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

digolongkan pada retribusi jasa umum.

(3) Wajib Bayar Jasa pengelolaan sampah meliputi kategori :

a. rumah tinggal;

b. sosial;

c. komersial/non komersial;

d. pedagang sektor informal; dan

e. angkutan umum.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perhitungan tarif retribusi

berdasarkan jenis, karakteristik, dan volume sampah sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) berpedoman pada peraturan menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang dalam negeri.

Pasal 40

(1) Dalam rangka penyelenggaraan pengelolaan sampah dari sumber sampah ke

TPS melalui swakelola Rukun Warga (RW)/lembaga pengelola dapat

memungut iuran sebagai pembayaran atas pengumpulan sampah dari sumber

ke TPS.

(2) Penentuan besaran iuran pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) ditetapkan berdasarkan musyawarah melalui RW.

Page 13: Final

BAB VIII

Kompensasi

Pasal 41

(1) Pemerintah Daerah dapat memberikan kompensasi sebagai akibat dampak

negatif yangditimbulkan oleh kegiatan pengolahan dan/atau pemrosesan

akhir sampah.

(2) Dampak negatif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakibatkan oleh :

a. pencemaran air;

b. pencemaran udara;

c. pencemaran tanah;

d. longsor;

e. kebakaran;

f. ledakan gas methan; dan/atau

g. hal lain yang menimbulkan dampak negatif.

(3) Pemberian kompensasi sebagaimana pada ayat (1) dapat berupa :

a. relokasi;

b. pemulihan lingkungan;

c. biaya kesehatan dan pengobatan;

d. ganti rugi; dan/atau

e. kompensasi dalam bentuk lain.

Pasal 42

(1) Tata cara pemberian kompensasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal

43 dilaksanakan melalui :

a. Pengajuan surat pengaduan kepada Pemerintah Daerah;

b. Pemerintah Daerah melakukan investigasi atas kebenaran dan dampak

negatif pengelolaan sampah; dan

c. Menetapkan bentuk kompensasi yang diberikan berdasarkan hasil

investigasi dan hasilkajian.

d. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi diatur dengan

Peraturan Walikota.

Page 14: Final

BAB IX

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 43

(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam menangani masalah Pengelolaan

Sampah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah.

(2) Bentuk peran masyarakat dalam pengelolaan sampah meliputi:

a. menjaga kebersihan lingkungan;

b. aktif dalam kegiatan pengurangan, pengumpulan, pemilahan,

pengangkutan, dan pengolahan sampah; dan

c. pemberian usul, pertimbangan, dan/atau saran kepada Pemerintah kota

dalam kegiatan pengelolaan sampah.

d. pemberian saran dan pendapat dalam perumusan kebijakan dan strategi

pengelolaan sampah;

e. pemberian saran dan pendapat dalam penyelesaian sengketa

persampahan; dan

f. pengelolaan Sampah pada lingkungan (RT/RW/Kelurahan) melalui

pembuatan tempat Sampah terpisah, pengumpulan, pengambilan dan

pemindahan Sampah dari sumbernya ke TPS serta pembentukan kader-

kader Pengelolaan Sampah.

(3) Untuk lebih mengaktifkan peran serta masyarakat dalam Pengelolaan

Sampah, Pemerintah Daerah dapat melaksanakan kegiatan sosialisasi

Pengelolaan Sampah pada masyarakat dan pihak-pihak terkait, publikasi

dalam bentuk reklame di lokasi-lokasi strategis, lomba-lomba terkait

dengan kebersihan lingkungan serta memfasilitasi pembentukan kader-

kader Pengelolaan Sampah ditingkat Rukun Warga maupun Kelurahan.

BAB X

PERIZINAN

Pasal 44

(1) Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha pengelolaan sampah wajib

memiliki izin dari Walikota sesuai dengan kewenangannya.

Page 15: Final

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara memperoleh izin

pengelolaan sampahsebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

Peraturan Walikota.

(3) Keputusan mengenai pemberian izin pengelolaan sampah harus diumumkan

kepada masyarakat.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis usaha pengelolaan sampah yang

mendapat izindan tata cara pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Walikota.

BAB XI

KETENTUAN SANKSI ADMINISTRATIF

Pasal 45

(1) Setiap orang atau badan hukum yang melanggar ketentuan Pasal 11, Pasal

12, dan Pasal 16 sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah ini,

dikenakan sanksi administrasi;

(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa

peringatan lisan, peringatan tertulis, penutupan sementara, pencabutan ijin,

dan penutupan kegiatan;

(3) Tata cara dan prosedur penerapan sanksi administrasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Walikota;

BAB XII

KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 46

(1) Penyidikan terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah ini dilaksanakan

oleh Penyidik Umum dan atau dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil

di lingkungan Pemerintah Kota Payakumbuh;

(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), berwenang:

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan-

keterangan atau laporan berkenaan dengan tindakan pidana di bidang

Page 16: Final

Pengelolaan Sampah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih

lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai

penyelenggaraan pengelolaan sampah tentang kebenaran perbuatan yang

dilakukan sehubungan dengan tindak pidana;

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari penyelenggaraan pengelolaan

sampah sehubungan dengan tindak pidana;

d. Menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan

ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan

memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa;

e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang yang berkitan dengan

tindak pidana;

f. Memanggil seseorang untuk didengar keterangannya dan diperiksa

sebagai tersangka atau saksi;

g. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas

penyidikan tidak pidana;

h. Menghentikan penyidikan;

i. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan

pidana menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan;

(3) Dalam melaksanakan tugasnya, penyidik tidak berwenang melakukan

penangkapan, penahanan, dan atau penggeledahan;

(4) Penyidik membuat berita acara setiap tindakan tentang:

a. Pemeriksaan tersangka;

b. Penyitaan benda;

c. Pemeriksaan saksi;

d. Pemeriksaan tempat kejadian;

(5) Penyidik memberitahukan dimulainya penyidikan dan penyampaian hasil

penyidikan kepada penuntut umum sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku

Page 17: Final

BAB XIII

Ketentuan Pidana

Pasal 47

(1) Setiap orang dan/atau badan hukum yang melanggar ketentuan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Peraturan Daerah ini diancam

dengan pidana kurungan, selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda

sebanyak-banyaknya Rp. 50.000.000,- (Lima Puluh Juta Rupiah);

(2) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) termasuk pada

pelanggaran;

BAB XIV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 48

Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini semua peraturan pelaksanaan dalam

Peraturan Daerah Kota Payakumbuh Tentang Kebersihan, Keindahan, Ketertiban,

dan Kesehatan Lingkungan dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak

bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini dan atau belum dicabut

dengan ketentuan baru;

Pasal 49

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangan;

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan

Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kota Payakumbuh;