FILSAFAT VOLUNTARISME - UGM

10
I ARTIKEL I FILSAFAT VOLUNTARISME Misnal Munir Stat Pengajar Fakultas Filsatat Universitas Gadjah Mada Filsafat voluntarisme (filsafat kehe'ndak) dalam . literatur sejarah filsafat Barat jarang dibahas dalam konteks suatu aliran. Namun tidak berarti pemikiran tentang kehendak belurn menjadikajian para filosof. Para filosof Barat, seperti So- crates dan Plato, sudah membahasanya sejak Yunani Kuno. Plato menempatkan 'kehendak' sebagai bagian dari jiwa yang disebutnya 'keinginan',yang mempunyai pengendalian diri (sophrosyne), Pemikiran Aristoteles dalam soal ini berhu- bungan dengan konsepnya tentang kebahagiaan. Menu- rutnya, Manusia dapat memperoleh kebahagiaan apa- bila ia menjalankan aktifitasnya dengan baik menu- rut keutamaan (arefe). Hanyapemikiran yang disertai dengan keutamaan (arefe) ya.ng dapat membuat manusia bahagia. PENGANTAR Ajaran kaunl Stoa tentallg kehen- dak di arahkan pada kehendak individual yang bersifat otonOln. Kehendak itu tnuncul dali dilinya sendiri dan menjadl miliknva sendiri dan tidak pemah dikon- trol oleh individu yang lain.. Tak pun memiliki kekuatan yang mengatasl keltendak seseOl"ang, dan kehendak itu JURNAl JUU ·97 nlemiliki kebebasan dan semangat yang beltitik tolak jiwa (Sahakian, 1966:40). Pada masa abad pertengahan filosof yang memJ)erlihatkan tentang peranan kehendak dalam diri manusia adalah Thomas Aquinas. fa mengatakan bahwa ketidak tahuan berakibat pada tindakan kehendak, sejauh ketidal1ahuan itu sendili merupakan kehendak bebas, dan ini teljadi dalam dua cara yang ber- 15

Transcript of FILSAFAT VOLUNTARISME - UGM

Page 1: FILSAFAT VOLUNTARISME - UGM

I ARTIKEL I

FILSAFATVOLUNTARISME

Misnal MunirStat Pengajar Fakultas Filsatat Universitas Gadjah Mada

Filsafat voluntarisme(filsafat kehe'ndak) dalam .

literatur sejarah filsafat Barat jarangdibahas dalam konteks suatu aliran. Namun

tidak berarti pemikiran tentang kehendak belurnmenjadikajian para filosof. Para filosof Barat, seperti So­

crates dan Plato, sudah membahasanya sejak Yunani Kuno.Plato menempatkan 'kehendak' sebagai bagian dari jiwa yangdisebutnya 'keinginan',yang mempunyai pengendalian diri(sophrosyne), Pemikiran Aristoteles dalam soal ini berhu­bungan dengan konsepnya tentang kebahagiaan. Menu­rutnya, Manusia dapat memperoleh kebahagiaan apa­bila ia menjalankan aktifitasnya dengan baik menu-

rut keutamaan (arefe). Hanyapemikiran yangdisertai dengan keutamaan (arefe) ya.ng

dapat membuat manusia bahagia.

PENGANTAR

Ajaran kaunl Stoa tentallg kehen­dak di arahkan pada kehendak individualyang bersifat otonOln. Kehendak itu halU~

tnuncul dali dilinya sendiri dan menjadlmiliknva sendiri dan tidak pemah dikon­trol oleh individu yang lain.. Tak seoran~pun memiliki kekuatan yang mengataslkeltendak seseOl"ang, dan kehendak itu

JURNAl Fll~AFAT. JUU ·97

nlemiliki kebebasan dan semangat yangbeltitik tolak jiwa (Sahakian, 1966:40).

Pada masa abad pertengahanfilosof yang memJ)erlihatkan tentangperanan kehendak dalam diri manusiaadalah Thomas Aquinas. fa mengatakanbahwa ketidak tahuan berakibat padatindakan kehendak, sejauh ketidal1ahuanitu sendili merupakan kehendak bebas,dan ini teljadi dalam dua cara yang ber-

15

Page 2: FILSAFAT VOLUNTARISME - UGM

sesuaian dengan cara-cara kehendak.Pertama, sebab tindakan kehendakmem­bawa ke ketidak tahuan, ketika manusiatidak ingin mengetahui sesuatu. keduaketidak tahuan itu menjadi suatu kehen­dak manakala kehendak itu menjawabsesuatu yang dapat dan hams diketahui(Kaufman, 1965:620).

Filosof Perancis Rene Descartesmemandang kehendak manusia sebagaisesuatu yang hampir tidak terbatas, jikadibandjJigkan dengan rasio yang melaluiberbagai keterbatasan-keterbatasan. lamengatakan bahwa kekuatan kehendak­lah yang memungkinkan manusiamemiliki kebebasan, dan dengan kehen­dak itu pula .manusia menembus kebun­tuan pemikiran (Descartes, 1984 : 40 ­41). Kant mengatakan kehendak adalahsuatu jenis kausalitas yang termasuk da­lam kehidupan manusia yang bertsifatrasional, dan unsur kebebasan menjadiciri dari setiap. kausalitas yang bersifatefisien, tidak tergantung pada faktor­faktor penyebab dari luar (Kant, 1986:279).

Filosof yang dengan jelas meletak­kan kedudukan kehendak di atas rasio(aka!) adalah SChopenhauer. Jika filosofsebelumnya (Yunani Kuno dan Abad Per­tengahan) menempatkan kehendak seba­gai pelayan rasio, atau disamakan deng­all rasio, nutka Schopenhauer menem­patkan kehendak di atas rasio. Menurut­nya hakekat manusia tidak terletak padapemikiran atau rasionya, akan tetapihakekat manusia itu terletak pada kehen­daknya. Jadi pada hakekatnya manusiaitu adalah kehendak (Harun HadiwiionoII, 1980 : 30). ~

Filosof jaman modern yang jugamenempatkan peranan kehendak menga­tasi rasio adal Nietzsche. Jika Scopen­hauer menempatkan kehendak sebagaiunsur utama kehidupan, maka bagiNietzsche kehendak merupakan kekuatanbawah sadar yang mendorol1:& manusiauntuk 'berkuasa. Kehendak untukberkuasa ini menjadi titik pusat filsafat­nya untuk menghancurkan berbazaipandangan filsafat sebelumnya. Ia sangatmenekankan bahwa hidup aJalah ke­hendak untuk berkuasa dan itu adalah,JURNAL FILSAFAT, JUU '97

yang lebih hidup. Kehendak, Ulltuk

berkuasa ini menurut Nietzsche akanmelahirkanmakhluk terbaik sebagai pe­menang dalam perlombaan hidup, sebabkehendak untuk berkuasa adalah doro­ngan hidup yang paling kuat (Copleston,1975:82). Dengan demikian kehendakdalam pandangan Nietzsche adalah suatukekuatan yang mendorong manusia un­tuk berkuasa. Kekuatan kehendak di sinitidak hanya mengacu pada kekuatan la­hiriah, sepcrti kek"Uatan otot atau tulang,melainkan daya yang mendorongmanusia untuk menaati sesuatu, yaitukehendak untuk berkuasa (Deleuze,1986:7).

Ricoeur mengembangkan suatupemahaman baru tentang kehendak yallgdisebutllya dengan fenomenologi kehen­dak (Toeti Heraty, 1983 : 183). Ricoeurmenggunakan metode fenomenologiHusserl untuk mencari eidos atauhakekat sesuatu. la ingin memberikansuatu 'eldetika'tentang kehendak, suatu-pelukisall tentang eidos kehendak(Beliens, 1985 : 443). Penyelidikan Ri­coeur tentang kehendak ditujukannyauntuk menemukan hakekat kebebasandalam hubunganllya dengan kejahatan.Pandangan Ricreur telltang kehendakberkaitan juga dengan upaya dia Ulltukmenerapkan metode hermeneutika. Her­menutika menurut Ricoeur seluas eksis­tensi dan pengalaman manusia (''aku '? lamempergunakan bermacam-macamuraian tentang kehendak manusia, keja­hatan, simbel, hubungan sosial dalamdunai politik, dan sebagainya (Verhaak,1992: 79).

PENGERTIAN VOLUNTARISME

Istilah voluntalisme mellunjukkepada suatu aliran filsafat yang tokoh­tokohnya berkeyakinan bahwa 'kehen­dak' nlallusia mengatasi akalnya. Katatkehendak' dalam bahasa Latin adalahvoiuntas, Jelman: ltriile, Inggris: urill.Penekanan bahwa kehidupan manusiadidominasi oleh 'kehendak' mel'umbulkallaliran filsafat voluntalisme (Ali-Mudha­fir, 1988:100-101).

Para filosof yang tergabung dalam

16

Page 3: FILSAFAT VOLUNTARISME - UGM

aliran ini 'berkeyakinan bahwa manusiadalam hidupnya tidak dikuasasi oleh ra­sio atau akal --sebagaimana yang diya­kinioleh kaum rasionalis-- melainkanoleh kehendak, kemauan, atau disebutjuga dengan nafsu. Dinamika perkem­bangan sejarah kehidupan manusia di­dorong kehendak yang kuat, sehinggamanusia senantiasa mengalami kemajuandalam segala aspek kehidupannya.

Para penganut aliran filsafat Vol­untarisme fllembelikan tekanan yangberbeda tentang peran dan pengaruh ke­hendak bagi kehidupan manusia. Kehen­dak menurut penganut voluntarismemerupakan unsur yang dominan dalammengatur tindakan manusia. Jika kaumrasionalis atau intelektualis mengatakanbahwa akal manusia merupakan faktordominan dalam tindakan manusia, makakaum voluntaris berkeyakinan bahwasegala aspek kegiatan manusia didorongoleh kehendaknya. Kehendak merupakanhakekat manusia itu sendiri, hal ini ber­beda dengan kaum rasionalis yang ber­pendapat bahwa akal yang tampakdalamproses. berpikir merupakan hakekatmanUSla.

Aliran voluntarisme biasanya dila­wankan dengan intelek.walisme atau ra­sionalisme. Illtelektualisme adalah aliranfilsafat yang memandang bahwa rasioatauakal mallusia lebih menentukan tin­dakan manusia dibandingkan dengan ke­hendak. Voluntalisme ~rpandangan se­baliknya, kehendaklah yang menguasaiakal atau rasio manusia. Kehendak me­nurut J?enzanut aliran voluntati.smeInerupakan unsur pokok yang menguasaimallusia, manusia tanpa kehendak tidakakan pernah mengalami perkembangan.

BERBAGAI PANDANGAN TENTANGKEHENDAK DALAM FlLSAFAT BARAT

A. Plato (427-347 SMFilosof yang secara eksplisit meln­

baMs peranan kehendak dalam dililnanusia pada masa Yunani Kuno ialahPlato. Plato mengatakan bahwa jiwamanusia itu· terdil; atas riga bagian ataulapisan. Peruuna disebutnya akal atau ra­sio, yaitu bagian jiwa yang tertinggi. Akal

JURNAL fllS"AFAT. JUU 697

atau rasio ini disebut juga bagian ra­sional. Bagian rasi0nal ini merupakanunsur yang memimpin seluruhaktivitasmanusia. Bagian rasional oleh Plato di­ibaratkan seperti sais yang mengen­dalikan kuda dalam suatu rangkaiankel~ta. Kedua, disebut kehendak, kehen­dak menurot Plato merupakan alat bagiakal atau rasio. Kehendak olehPlato di­ibaratkan seperti seekor kuda yang me­nrik gerobak atau pedati. Plato menga­takan bahwa di dalam kehendak ini ber­semayam perasaan-perasaan yang lebihtinggi, seperti: keberanian, gila hormat,kemarahan, yang adil, dan sebagainya.Ketiga, merupakan tempat bersemayam­nya nafsu-nafsu liar atau nafsu kebi­natangan manusia yang harus diatur olehakal atau rasio (Harun-Hadiwijono I,1980:43). Dalam filsafat Plato ini kehen­dak ditempat kedudukannya dibawahakal atau rasio manusia. Attinya dalamdili. manusia yang 1Jerperanan adalahrasionya atau akalnya, sedangkan kehen­dak mell.lpakan pelayan dati. akal ataurasio.

B.Aristoteles (384-322SM)Ali.stoteles, sebagaimana halnya

dengan Plato, juga menempatkan kehen­dak sebagai bagian dari unsur ke­manusiaan. Berbeda dengan Plato yangmembagi jiwa manusia dalam tigabagian, maka Ati.stoteles membaginyamenjadi dua bagian. Pemikiran Aristo­teles tentang kehendak dapat ditemukandalam penlbicaraan tentang keba­hagiaan. Menurutnya manusia dapatmemperoleh kebahagiaan apabila iamenjalankan aktifitasnya dengan baik.Artin)Ta supaya manusia bahagia iaharusmenjalankan aktivitasnya menul'Ut keu­tanlaan (arefe). Hanya pemikiran yangdisettai dengan keutamaan (arete) yangdapat membuat manusia bahazia. Keu­tarnaan itu tidak hanya menyangkut 1"a­sio, akan tempi juga manusia seluruhnya.Manusia bukan saja merupakan makh­luk intelektual, melainkan juga makhlukyang lllenlpunyai perasaall-perasaan,kinginan-keinginan, nafsu-nafsudan lainsebagainya (BeltellS, 1975:161). Dengan

17

Page 4: FILSAFAT VOLUNTARISME - UGM

demikian dari pemikiran Arsitolteles inikehendak mencakup perasaan-perasaan,keinginan-keinginan, nafsu-nafsu itu.Kehendak inilah yang mendorongmanusia untuk melakukan tindakan-tin­dakan dalam hidupnya . Oleh karena ituAristoteles membagi keutamaan itumenjadi dua macam, yaitu; keutamaanintelek.iuil dan keutamaan moril. Keu­tamaan intelektui! bersumber dari rasio,sedangkan keutamaan moril bersumberdari kehendak manusia. Namundemikian Aristoteles tampaknya tetapmeletakkan keutamaan intelek.iuil seba­gai keutamaan teltinggi yang mem­bimbing keutamaan mori!.

C. Thomas Aquinas (1225-1274).Filosof yang agak terang membi­

earakan kehendak dalam filsafat abadPertengahan adalah Thomas Aquinas.Aquinas mengatakan bahwa dalam dirimanusia itu terdapat unsur berpikir danberkehendak yang melandasi setiap per­buatanya. Kedua hal ini menyatu dalamjiwa manusia sebagai kesatuan yang ti­dak dapat dipisahkan. Oleh karena itukesatuan manusia ini mengandaikanbahwa tubuh manusia hanya dijiwai olehsatu bentuk saja, yaitu; bentuk rohani.Rohani ini dalam din manusia memben­tuk hidup lahiriah sekaligus juga hidupbatiniah (Harun Hadiwijono I, 1980:110­111). Dengan demikian dalam filsafatThomas Aquinas jiwa adalah satu dengantubuh dan sekaligus menjiwai tubuh.Jiwa dan tubuh dalam diri manusia tidakterpisah akan tetapi dapat dibedakanmenurut fungsinya.

Berdasarkan pemikiran bahwa jiwaitu menjadi satu dengan tubuh, makaThomas Aquinas dalam melihat unsur­unsur dalam diri manusia itu juga belti­tik tolak dan pengandaian bahwa jiwalebih berperanan dalam diri manusia.Aquinas menegaskan bahwa jiwa itumemiliki 5 daya jiwani, yaitu; (1) dayajiwani vegetatip yang bersangkutan de­ngan pel'8antian zat dengan pembiakan;(2) daya jiwani yang sensitip adAlah dayajiwani yang bersangkutan dengan

JURNAL FIL)AFAT, JULI '97

keinginan; (3) daya jiwani yang meng­gerakkan; (4) daya jiwani untuk memikirdan (5) daya jiwani unttlk mel1genal(Harun Hadiwijono I, 1980:112). Dayamemikir dan mengenal terdiri dali akaldan kehendak. Akal adalah daya yangteltinggi dan termulia yang lebih pentingdari kehendak. Bagi Thomas Aquinasyang benar lebih tinggi daripada yangbaik. Mengenal adalah perbuatan yanglebih sempurna dibandingkan denganmenghendaki.

Uraian di atas semakin mengu­kuhkan pendapat bahwa pemahamanpara filsof tentang kehendak sejak Yu­nani Kuno sampai Abad Pertengahandisubordinasi dibawah akal atau rasio.Pandangan yang menempatkan kehendakdibawah rasio atau akal masih berlanjutsampai jaman Modern dengan kemun­culan aliran rasionalisme.

D. Rene Descartes 0596-1650).Pemikiran Filsafat Bared, terutama

sejak dikemukakannya tesis "Cogito ergosum"oleh Descartes, realitas dunia hanyadifahami sebagai bagian dari ide(gagasan) manusia. Altinya duniadikuasai dan dikendalikan oleh ide ataugagasan. Cara pandang seperti itu se­makin jelas pada filosof idealisme <riehte,Schelling, dan Hegel) yang meredusirseluruh realitas ke dalam ide atau gasa­gan manusia. Hegel bahkan menyatakandengan tegas bahwa ide yang dimengeltiidentik dengan kenyataan yang diamati.

Rene Descartes adalah seorang ra­sionalis yang menjadi aeuan para filosofBarat Modern. la memandang kehendakmanusia sebagai sesuatu yang hampir ti­dak terbatas, sedangkan rasio dihadap­kan pada berbagai keterbatasan. la me­ngatakan bahwa kekuatan kehendaklahyang memungkinkan manusia memilikikebebasan, dan dengan kehendak itupula manusia menembus kebuntuanpemikiran (Descaltes, 1984:40-41).Dengan demikian Descaltes mengakuibahwa di dalam dili manusia selain rasio,ada unsur lain yang mempengaruhi ke­hidupannya, yaitu kehendak.

18

Page 5: FILSAFAT VOLUNTARISME - UGM

Descartes meyakini bahwa kehen­dak memiliki kemampuan yang tidak ter­batas, namun tetap berada di bawah pe­ngaruh rasio yang bersifat terbatas. Halini tampak pada pemikirannya, bahwahakikat manusia terletak pada rasioatau akalnya. Ia bahkan menegaskan"Cogito ergo sum'~ yaknisaya berpikirmaka saya ada. KendatipunDescartesmengakui adanya kehendak,akan tetapiia tetap menempatkan akal sebagai pem­bimbing tindakan manusia.

E. Maine de Biran (1766-1824)Dalam jaman modern filosof yang

membahas peranan dan kedudukan ke­hendak dalam diri manusia secara lebihjelas diawali oleh filosof ·Perancis Mainede Biran.. Maine de Biran melihatmanusia itu sebagai makhluk yang ber­tindak. Tindakan manusia ini dilang­sungkan oleh kehendak yang mengalamihambatan (foeti Hel~ty, 1984:61-62).Tindakan yang dilangsungkan oleh ke­hendak yang mengalami hambatan inimemerlukan suatu tenaga yang cukupbesar. Tenaga inilah melahirkan penya­daran adanya aku. Karena suatu tindakanmemerlukan gerakan tenaga, denganadanya peli:entangan antara kehendakdan hambatan, terjadilah penyadaranaku dengan jelas. Namun demikian ak'Uini tidak merupakan person atau plibadi.Aku ini lebih merupakansuatu saat padaarus kehidupan kesadaran yang telikatoleh waktu dan tetap tel~antung padakemampuan untuk melangsungkan tin­dakan. Ak."U hanya merupakan satu saatpada kehidupan rohaniah. Dari pemikir­annya ini Maine de Biran telah meng­angkat peranan kehendak dalam dilimanusia pada tataran aku (su~iek)

meskipun masih bersifat temporal. Ke­helldak menentukan eksistensi manusia

. atau keberadaan manusia.

F.. Immanuel Kantla mengatakan kehendak adalah

suatu lenis kausalitas yang terrnasuk da­lam kehidupan manusia yang bersifat ra­sional, dan unsur kebebasan menjadi cit;dari setiap kausalitas yang bersifatefisien, tidak tergantung pada faktor-

JURNAL f'L~AfAT. JUU ·97

faktor penyebab dari luar (Kant,1986:279). Kebebasan kehendak meru­pakan salah satu IX>stulat dari rasiopraktis. Pendapat Kant ini ditulisnya da­lam buku Kritik der Praktischen Ver­nunft (Kritik atas rasio Pral1is).Kritikatas rasio praktis ini hendak menjawabpertanyaanapa yang dapat saya perbuat.Pertanyaan Kant ini dimaksudkannyauntuk mencari jawaban dan menjelaskandasar-dasar kaidah tindakan manusia.Dasar-dasar kaidah tindakan manusia ituoleh Kant dibedakan sebagai berikut. (1)Maksim-maksim; kaidah-kaidah yangberlaku subjel'tif. (2) Undang-undang;kaidah-kaidah yang berlaku secaraumum, objek.'tif. (3) Imperatif hipotetis;yang berlaku secara umumsebagaisyarat untuk mencapai sesuatu. (4) Im­pertatif kategoli.s; kaidah yang berlakusecara umum, selaiu dan dimana-mana(Hamersma, 1983:32-33).

Kaidah yang paling memadai untukmenzatur norma-norma Moral menurutKant adalah Imperatif kategoris. Kantmengatakan bahwa kaidah imperatifkategolis sebagai dasar perbuatanmanusia dalam berbuat baik tidakditentukan oleh alasan-alasan rasional,akan tetapi ditentukan olehperbuatanbaik itu senditi. Akan tetapi hal inimenimbulkan masalah karena di duniakebaikan moral sering tidak menghasil­kan kebahagian. Pada haJ tujuan utamamoral atau etika adalah kebaikan, kebai­kan harus menghasilkan kebahagiallsempurna. Oleh karena itu Kant menge­mukakan adanya tiga postulat, yaitu tigasyarat atau tuntutan yang memungkinanteljalinnya hubungan antara kebaikanmoral dan kebahagian sempurna. Postu­lat sebagai dasar bagi kebaikan moraldan kebahagian sempurna itu ialah: (1)kebebasan kehendak, (2) keabadian jiwa,(3) adanya Tuhan (Hamersma, 1983:33).

Di antara tiga JX>stulat di atas, ke­bebasan kehendak merupakan syaratmutlak bagi perbuatan yang berdasarkanimperatif kategoli.s. Sebab, seseorang ti­dak mungkin dituntut tanggung jawab­nya jika ia tidak memiliki kebebasan ke­hendak dalam melakukan suatu perbuat­an moral.

19

Page 6: FILSAFAT VOLUNTARISME - UGM

G. SchopenhauerSchopenhauer (1956:4) menga~

takan bahwa kalau kita menerima duniahanya semata~mata sebagai ide, maka inimerupakan pandangan sepihak yang di­timbulkan oleh abstraksi sewenang­wenang. Padahal kesadaran hanya meru~

pakan sebagian dari hakikat manusia.Bagian hakikat manusia yang lain ituialah 'kehendak'. Schopenhauermengidentikkan kehendak dengan se­suatu dalam dirinya. Kehendak menurut­nya adalah .dorongan, insting, kepenting­an, hasrat, dan emosi. Dalam setiap pe­ngalaman hidup manusia, subjek danobjek bukan merupakan hal yangterpisah sebagaimana hal-hal yang lain­nya (Parker, 1956:xvi). Seluruh kehen­dak berasal dari keinginan yang tumbuhdari penderitaan manusia (Sahakian,1966:48). Dalamdiri manusia pikiran­pikiran (I'asio) hanya merupakan lapisanatas dari hakikat manusia. Watakmanusia di tentukan oleh kehendaknya.Kehendak tidak mengenal lelah, karenaterjadi tanpa kesadaI'an, seperti halnyadengan jalannya jantung, pernafasanyang beraktifitas tanpa perlu kitapikirkan. Lebih jauh Schopenhauel' jugamenjelaskan bahwa kehendak itu tidakhanya menjadi pendorong bagi manusia,akan tetapi kehendak juga menjadi dayapendorong didalam seluruh dunia, yaitusebagai kehendak dunia. Kehendak duniajuga berkembang dari yang tak sadar keyang sadar. Demikianlah kehendakmenampakkan diri sebagai asas dunia.Disini kehendak seolah-olah berperansebagai daya hidup dalam dunia, kehen~daklah yang menghidupi dunia danmenjadi motor penggerak perkembangandunia dan manusia. Oleh karena itu ke~

hendak pada Schopenhauer menjadi dayapendorong hidup segala hal, sehinggapengertian kehendak diletakkan sebagaikehendak untuk hidup (WJ11e zur LebeI1).

Berdasarkan landasan metafisik da­lam filsafat Schopenhauer da:pat ditarikkesimpulan bahwa hakikat manusia tidakterletak pada pemikiI'an, kesadaran ataurasio, melainkan pada kehendaknya. Ke~hendak sebagai hakikat terdalam di da~lam diri manusia menjadi daya pen~

JURNAL fIL)AfAT. JULl '97

dorong seluruh aktivitas kehidupannya.Kehendak sebagai daya pendorong itumenampilkan diri sebagai kehendak yanglebih tinggi dan kehendak yang lebihrendah. Kehendak yang lebih tinggi tam­pak dalam proses berpikir yang mela ~

hirkan gagasan~gagasan tentang dunia.Kehendak yang tampil sebagai kehendakyang lebih rendah tampak dalam per­buatan tubuh yang dapat diamati. Ak­tivitas tubuh adalah peI'buatan kehendakyang telah diperagakan, yang telah diob­jetivir dalam luang dan wa1.w (HarunHadiwijono II, 1980:106).

Kehendak sebagai hakikat manusiatidak hanya berperan sebagai penggeraksehingga manusia mampu bertindak danberpikir, akan tetapi juga menjadi peng~

gerak unsur elementer dalam tubuhnya.Kehendak sebagai penggerak elementerberkembang dali keadaan yang tak sadar(yang tampak pada alam anorganis)menuju keadaan yang setengah sadar(alam Ol'Sanis) untuk seterusnya menam~

pakkan dili dalam kesadaran penuh padamanusia (kemampuan berpikiI'). Segalagejala atau penampakan yangmengelilingi manusia dalam ruang danwaktu hams dipandang sebagai penjel­maan kehendak. Artinya hidup ataudunia fenomena adalah cerminan ataubayang-bayang dari kehendak. Kehendakdan hidup ibarat badan dengan bayang~

bayangnya, sehingga dapat dikatakan dimana ada kehendak, di sana mestilah adahidup, yang dapay dilingkas menjadi"kehendak untuk hidup" (Schopenhauer,1956:4).

Kehendak yang paling nyata dalamhidup manusia adalah keinginan untukmelangsungkan ketumnan (Hamersma,1983:61). Bagi Schopenhauer yang men~

dorong manusia untuk kawin adalah ke~

hendak yang menampak pada cinta kasihantar jenis (laki~laki dengan perempuan).Saling jatuh cinta laki-Iaki dan perem­puan itu didorong oleh kehendak untukhidup agar spesiesnya tidak punah(Schopenhauer, 1956:190). Saling jatuhcinta yang didorong oleh kehendak inijuga berlaku dalam dunia tumbuh-tum­buhan dan binatang. Pada umumnyasetiap orang mencintai unsur-unsur yang

QO

Page 7: FILSAFAT VOLUNTARISME - UGM

ia sendiri tidak memilikinya. Hal ini ber­alii kehendak alam mencoba untuk'mengoreksi' atau saling melengkapi keti­dak sempurnaan genetis dari suatu part­ner atau pasangan melalui perkawinan.

H. NietzscheSenada dengan Schopenhauer yang

mengatakan kehendaklah yang menjadipendorong al.1ivitas manusia, Nietzschejuga menegaskan bahwa manusia dalamhidupnya dikuasai oleh kehendak. Be­danya, jika Schopenhauer mengatakanbahwa kehendak sebagai daya pen­dorong untuk hidup, maka Nietzschemenegaskan kehendak itu sebagai pen­dorong untuk berkuasa (Sudiardja,1982:9). Kehendak untuk berkuasa (willezur n18cht) ini terutama ditujukanNietzsche untuk melepaskan diri dalisegala kekuasaan yang melingkupimanusia selama ini. Dengan kehendakuntuk berkuasa ini Nietzsche meniada­kan segala pribadi yang lebih berkuasadali rnanusia, termasuk kekuasaan Tubanatas manusia. Dengan kehendak untukberl.'UaSa inilah manusia dapat menjadimanusia unggul (Uebemlensch).

Kehendak untuk berkuasa hanyadapat diperoleh dengan kekuatan dan ke­mampuan sendiri. Sasaran akhir dari ke­hendak untuk berklJasa ini bagiNietzsche adalah tercapainya tingkatmanusia unggul. Tingkat manusia unggulini hanya mungkin jika tidak adakekuasaan di atas manusia, yaitu Tuhan,oleh karena itu manusia harus menya­takan bahwa Tuhan telah mati(Nietzsche, 1905:6).. Untuk mencapaitingkat manusia unggul diperlukanwaktu yang panjang dan bel1ahap yangdidukung oleh dorongan kehendak yangterns menerus. Agar cita-cita menjadimanusia unggul itu tercapai, manusiaharuslah berikhtiar dan merealisasikandiri secara terus menerus melampauidirinya, dan. selalu berpikir bahwamanusia bukanlah sesuatu yang sudahselesai. Manusia unggul itu diciptakansendiri oleh dilinya, dengan membangunkemampuan cipta dan keunggulannya.

Basi Nietzsche siapapun yang hen­dak mef\ladi pencipta, ia haruslah men-

JURNAl f'L~Af-AT. JUU "97

jadi pemusnah dan pendobrak nilai-nilai(Chairul Arifin, 1978:59). Setiap nilaibaru yang dibuatoleh. manusia harus da­pat memberikan arah yang berangkatdari kekurangannya sendiri menuju ketingkatan yang lebih tinggi. Untukmewujudkan itu diperlukan kekuat­an,kecerdasan dan kebanggan pada dirisendiri. Dengan demikian ·manusia un­&gul hanya dapat ditumbuhkan oleh ga­bungan tiga hal, yaitu; kekuatan, kecer­dasan dan kebanggaan. Manusia unggulakan tercapai herdasarkan kemampuanindividu itu sendiri. Manusia ungguladalah mereka yang dengan kekuatannyadapat mengatasi l."Umpulan-kumpulanmanusia dalam massa, atau manusiayang dapat menguasai manusia lainnya.

I. Paul RicouerPada abad ke-20, kehendak sebagai

suatu kalian khusus dibahas oleh PaulRicouer ~ (1913-...). Ricouer mengem­bangkan suatu pemahaman balu tentangpengertian kehendak yang disebutnyadengan fenomenologi kehendak. Erazinl'v Kohak dalam kata pengantar edisi Ing­gelis buku Ricour mengatakan bahwaarah filsafat kehendak dalam pandanganRicouer dapat diklasifikasikan menjaditiga, yaitu: (1) eidetik, aliinya kehendakyang disebabkan tugasnya sebagai suatudesklipsi fenomenologis tentang hakekat,yakni struk.1l1r keberadaan manusia didalam duma. (2) empilik, altinya kehen­dak yang di arahkan untuk nlenggam­barkan tugas refleksi yang menggerak­kan kembali aspek eidetik. (3) poetik,artinya kehendak yang dipergunakanuntuk analisis secara intensif terhadapvisi kemanusiaan dali aspek penjelasanelnpirik (Ricoeur, 1984:xvi).

Fenomena kehendak menurutdeskripsi eidetik membedakan suatu tin­dakan atau kegiatan kehendak menuruttiga gerak yang dikehendaki (voJunfalY),yaitu; (1) aklJ menentukall; (2) akumenggerakkan tubuh; (3) ak'U menyetu­jui (foeti Heraty, 1984:183). Ketiga halini ditunjang oleh kegiatan kehendak.Setiap gerakan kehendak ini juga nlem­punyai pasangan bukan-kehendak(inITolunfary) masing-masing, dalaln arti

Page 8: FILSAFAT VOLUNTARISME - UGM

bahwa bukan-kehendak menjadi latarbelakang sebab bagi kehendak dan se­baliknya kehendak memberi fokuskepada bukan kehendak, selalu adahubungan timbal balik antal'a yang dike­hendaki dengan yang tidak dikehendaki(Bettens,1985:443).

Pertentangan antara yang dikehen­daki (volunflJry) dengan yang bukan­dikehendaki (involuntary) dapat dipe­cahkan manusia menurut dua ke­mungkinan, ialah bahwa ia mengg«::rak­kan kehendak ke arah h'ansendensimenuju Tuhan, atau dapat pula sampaipacta kegagalan kehendak yang disebutdengan dosa. Demikianlah antara keduakutub fenomenologi kehendak manusiapada satu pihak memiliki kemerdekaan,sedangkan di lain pihak manusia dibatasioleh alamnya. Kedudukan manusia diantara kedua l.:utub tersebut menggam­barkan, bahwa pada kehendak selalu adafaktor bukan-kehendak dalam berbagaibentuk (Tuti Heraty, 1984:191). Manusiadengan kehendak itu bebas mengek­spresikan dirinya, sementara itu dilainpihak ternyata dalam hidupnya manusiasering berbuat sesuatu di luar kehen­daknya.

BENTUK-BENTUK ALIRAN FILSAFATVOLUNTARISME

Richard Taylor secal'a galis besarmembagi aliran filsafat voluntarismemenjadi empat bentuk, yaitu: (1) Psycho­logical voluntarism, aliran ini berpenda­pat bahwa akal berada dibawah kehen­dak; (2) Ethical voluntarism, menurutaliran ini perbuatan baik atau buruk di­dorong oleh kehendak manusia; (3)Theological voluntarism, adalah teoriyang menggambarkan keunggulan ke­hendak manusia atas akalnya, kemudiankonsepsi teologis yang menggambarkankeunggulan kehendak Illahi atas kehen­dak manusia; (4) Memphisycal voluntar­ism, suatu pandangan yang menekankanpentingnya konsep kehendak untuk me­mahami problem-problem hukum, etika,dan tingkah laku manusia pada umum­nya (Taylor, 1966:270-272). Alil'an fil­safat voluntarisme, selain yang dikemu­kakan Taylor adalah voluntarisme

JURNAl fll~AfAT. JULI '97

fenomenologis, yaitu suatu upaya untukmemahami kehendak melalui metooefenomenologi (Bettens, 1985:443).

Berdasarkan bentuk-bentuk alirantersebut di atas, maka suIit untuk me­nempatkan secara pasti kedudukanseorang filosof ke dalam salah satu alir­an. Kesulitan itu terutama disebabkanoleh Iuasnya pembahasan para filosoftentang peranan kehendak dalam dirimanusia. Seorang filosof kadangkalamembicarakan berbagai dimensi yangsekaligus dapat dimasukkan ke dalamkategoli aliran-aliran tersebut.

A.Voluntarisme PsikologisFilosof yang terrnasuk dalam aliran

voluntarisme psikologis adalah Nietzsche.Kehendak untuk berk-uasa pada filsafatNietzsche tidak memiliki akar metafisik,ungkapan Nietzsche tentang kehendakuntuk berkuasa semata-mata didorongoleh emosi psikis, yakni ketidakber­dayaan yang dialaminya sejak ked!. Se­lain itu, kemuakannya terhadap berbagainilai, norma, aturan main yang mengikatdirinya, yang dianggapnya sebagai sik­saan, merupakan fa1'1or pendorong bagiNietzsche untuk membangun suatukekuatan. Sasaran akhir kehendak untukberkuasa pada Nietzsche adalah untukmembangun manusia unggul yang mengahancurkan berbagai nilai-nilai yangselama ,ini berla1-u.

B. Voluntarisme EtisFilosof yang termasuk ke dalam ali­

ran filsafat voluntalisme etis ada be­berapa orang, antal'a lain Plato, Kant, danSchopenhauer. Bagi Plato dan Kant, ke­hendak adalah kekuatan yang men­dorong manusia melakukan tindakan­tindakan, baik tindak dalam bentuk per­buatan baik maupun yang buruk. BagiSchopenhauer kekuatan kehendak yangtidak terbatas, sementara sarana untukmemenuhinya terbatas, melahirkan suatufilsafat moral yang didasarkannya padamoral Budhisme. Moral Budhisme inidipakai untuk menekan seminirnal mungkin gejolak kehendak manusia.

C. Voluntarisme TheologisFilosof yang termasuk aliran filsafat

Page 9: FILSAFAT VOLUNTARISME - UGM

voluntarisme teologis adalah Paul Ri­couer. Ia mengatakan ada sesuatu yangdapat dikehendaki manusia dan sesuatuyang di luar kehendaknya. PenelusuranRicouer terhadap~ yang dikehendaki dantidak-dikehendaki menggirinya ke suatupemahaman tentang rmsteri kejahatan.Ricouer juga termasuk aliran voluntar­isme fenomenologis. Kehendakdi dalamdiri manusia oleh Ricouer di selidiki de­ngan menerapkan metode fonomelogi.

D. Voluntarisme MetafisikFilosof-filosof yang termasuk ke

dalam aliran filsafat voluntarismemetafisis antara lain: (1) Maine de Biranyang mengemukakan pendapat yang ber­beda de~an Descartes. Jika Descartesmenegaskan bahwa substansi pokok ituadalah 'al"U yang berpikir', atau ak."U adakarena berplkir, maka Maine de Biranjustru mengatakal!nya dengan 'aku yangberkehendak', arttnya aku ada karenaberkehendak. (2) Schopenhauer, filosofmodern yang bersungguh meletakkanhakikat manusia bahkan alam semestapada kehendak. Kehendak bagi Schopen­hauer adalah inti dati segala realitas,tumbuhan, hewan,manusia atau alamseluruhnya lahir, tumbuh; berkemabangkarena dorongan kehendaK.

Bentuk-bentuk aliran filsafat vo­luntarisme juga dapat diklasifikasikanberdasarkan Slkap mereka memandangakibat-akibat peranan kehendak padamanusia. Bagi filosof yang melihat ke­hendak sebagai sumber penderitaan, se­pelti Schopenhauer, dapat disebut vo­luntarisme pesimistik. Fllosof yang me­nempatkan kehendak sebagai saranauntuk mewujudkan cita-cita manusia,seperti Nietzsche dengan manusia ung­gulnya, maka ~ni dap~t .di~tegorilcinsebagal voluntarlsme opnnusnk.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yan$ telah di­paparkan, maka dapatlah d.lsimpulkanhal-hal sebagai belikut:

1. Pembicaraan tentallS kehendaktelah terdapat pada penlikiran filosof \"u­nani Kuno. Kehendak dalam filsafat Yu­nani kruno sebagai bagian dan iiwa yangmemberikan daya dorong bagi manusiauntuk beltindak. Tindakan ntanusia yangdidorong oleh kehendak ini dikontrol

JURNAL fIL)AFAT. JUU '97

oleh rasio dan akalnya agar kehendak itutidak menyengsarakan hidup manusia.Sebab, kebajikan tertinggi dalam hidupinimenulut mereka adalah pengetahuan.Dengan pengetahuan manuslaakanmendapatkan kebahagiaan.

2. Filosof abad tengah mengiden­tikkan kehendak ini de~an rasio. Antararasio dan kehendak tidakdapatdipisahkan ·akan tetapi keduanyadapatdibedakan melalui pengungkapan dalamkehidupan manusia. Rasio akan tampakdalam aktifitas intelektual seda~kan ke­hendak menampakkan diri dalam ak'1i­fitas etik atau prak.'1is.

3. Penukiran tentang kehendakmendapatkan tempatyang lebih dominanadalah dalam filsafat Schopenhauer .danNietszche. Keduanya sependapat bahwahakekat manusia itu adalah kehendak.Akan tetapi bagi Schopellhauerkehendakadalah untuk hidup, maka bagi nietzschekehendak adalah untuk berkuasa menujumanusia unggul.

4. Dalam abad ke-20 pengertiankehendak pada Ricoeur dilawankan de­~an yang bukan-kehendak. Baginya da­lam diri manusia itu yang akan tampakdalam rerbuatannya ada hal-hal yangdapat dlkehandaki dan ada hal-hal yangtidak dikehendaki. Pada kehendak terda­pat dua kutub, yaitu; kehendak di satupihak dan kegagalan kehendak dipihaklain.

5. Secara galis besar ada empatbentuk aliran filsafat voluntarisme

iyaltu;

(1) voluntarisme psikol<;>gis; (2) vo untar­isme etis; (3) voluntarisme teologis; (4)voluntarisme metafisis; (5) voluntarismefenomenologis; (6) voluntarisme pesimis­tik; (7) voluntaristne optimistik.

DAITAR PUSfAKA

Ali-Mudhafir, 1988, Kall1US Teori dall

A/ira.n dala.m Fi/safat, Libert)T,'''ogyakarta.

Bakker, Anton, 1992, Ontologi alauMela.fisika Ull1UJ11, Kanisius,\'ogyakalta.

Beltens, K., 1975, ,,')ejaraJl Filsafat lll­nal1i; da.ri TJlaJes ke Aristoteles,Kanisius, Yogyakarta.

Beliens, K., 1985, Sc;iarall Fi/safat B{iraf

23

Page 10: FILSAFAT VOLUNTARISME - UGM

Abad XX, jilid II, PT Gramedia, Ja­kal1:a.

Chairul-Amin, 1978, Kehendak UntukBerkuasa Friedriech WilhelmNietzsche, Erlangga, Jakal1:a.

Copleston, F.,1975, Fiidriech NietzschePhilosopher of Culture, Barnes &Noble Book, New York.

Deleuze, Gilles, 1986, Nietzsche and Phi­losophy, Translated from Germanyby Hugh Tomlison, The AthlonePress, Lundon.

Descartes, Rene, 1984, Meditations onFirst Philosphy, Translated fromFrench by John Cottonghan, Cam­bridge University Press, Cambridge.

Hammersma, Harry, 1983, Tokoh-TokohFilsafat Barat Modern, Kanisius,Yogyakal1:a.

Harun-Hadiwijono, 1980, Sejarah Fi1safatBal"'llt I, Kaninisius, Yogyakarta.

Harun-Hadiwijono, 1980, Sejarah FilsafatBarat II, Kanisius, Yogyakal1:a.

Kant, Immanuel, 1986, The Critique ofPractical Keason, Translated uumGermany by Tohomas KingsmillAbbott, Encyclopedia Britanica, Inc.Chicago.

Kaufman, Walter, 1965, PJu1osophicClassics: 11lales to St. 11lomas,Prentice Hall, Inc., New Jersey.

Lorens Bagus, 1996, KBmus Filsafat, PT.Gramedia Utama, Jakalta.

Nietzsche, F.W., 1905, 11lus Spoke2arathustra, Translated ti'Um Ger­many by Thomas Common, theModern Library, New york.

Parker, DeWitt H., (ed) 1956, Schopen­hauer Selections, Charles Sclibner'sSons, New York.

Ricoeur, Paul, 1984, Freedom and Na­ture: 711e Voluntary and the Invol­untary, Translated from French byErazim V. Kohak, NorthwesternUniversity Press, Boston.

Sahakian, William S., & Mabel Lewis Sa­hakian, 1966, Ideas of 711e GreatPhilosophers, Barnes & NobleBooks, New York.

Sudiardja, A., 1982, "Pergulatan ManusiaDengan Allah Dalam AntropolO$iNietzsche", dalam: Sastrapratedja(ed) , Mal1Usia Multi Dimensional,

JURNAl. Fll)AfAT. JULI '97

Gramedia, Jakal1:a.Taylor, Richard, 1967, "Voluntalism", da­

lam: Paul Edwards (eds), 71re Ency­clopedia of Philosophy, The Mac­millan Company & The Free Press,New York.

Toeti-Heraty, 1984, Aku dalam Budaya,1983, Pustaka Jaya, Jakalta.

Verhaak, C., 1992, "Aliran Hermeneutik:Bergumul dengan Penafsiran", da­lam: FX. Mudji Shisno & F. BudiHardiman (eds) , Para FilsufPenentu Gerak zaman, Kanisius,Yogyakarta.

'24