filsafat umum

download filsafat umum

of 25

Transcript of filsafat umum

I. FILOSOFIS PENDIDIKAN1. PENGERTIAN FILSAFAT Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mcngenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan. Ciri-ciri berfikir filosfi :

1. 2. 3. 4.

Berfikir dengan menggunakan disiplin berpikir yang tinggi. Berfikir secara sistematis. Menyusun suatu skema konsepsi, dan Menyeluruh.

Empat persoalan yang ingin dipecahkan oleh filsafat ialah :

1. 2. 3.

Apakah sebenarnya hakikat hidup itu? Pertanyaan ini dipelajari oleh Metafisika Apakah yang dapat saya ketahui? Permasalahan ini dikupas oleh Epistemologi. Apakah manusia itu? Masalah ini dibahas olen Atropologi Filsafat.

Beberapa ajaran filsafat yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah:

1.

Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme dialektik dan materialisme humanistis. 2. Idealisme yang berpendapat bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme objektif. 3. Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi. 4. Pragmatisme merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia. Manfaat filsafat dalam kehidupan adalah :

1. 2. 3. 4.

Sebagai dasar dalam bertindak. Sebagai dasar dalam mengambil keputusan. Untuk mengurangi salah paham dan konflik. Untuk bersiap siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah.

2. FILSAFAT PENDIDIKAN Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalahmasalah pendidikan. Beberapa aliran filsafat pendidikan;

1. 2. 3.

Filsafat pendidikan progresivisme. yang didukung oleh filsafat pragmatisme. Filsafat pendidikan esensialisme. yang didukung oleh idealisme dan realisme; dan Filsafat pendidikan perenialisme yang didukung oleh idealisme.

Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal; menyala. tidak pernah sampai pada yang paling ekstrem, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu dengan nilai yang telah disimpan dalam kehudayaan. Belajar berfungsi untuk :mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu dapat disesuaikan dengan kebutuhan. 3. ESENSIALISME DAN PERENIALISME Esensialisme berpendapat bahwa dunia ini dikuasai oleh tata yang tiada cela yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula. Esensialisme didukung oleh idealisme modern yang mempunyai pandangan yang sistematis mengenai alam semesta tempat manusia berada. Esensialisme juga didukung oleh idealisme subjektif yang berpendapat hahwa alam semesta itu pada hakikatnya adalah jiwa/spirit dan segala sesuatu yang ada ini nyata ada dalam arti spiritual. Realisme berpendapat bahwa kualitas nilai tergantung pada apa dan bagaimana keadaannya, apabila dihayati oleh subjek tertentu, dan selanjutnya tergantung pula pada subjek tersebut. Menurut idealisme, nilai akan menjadi kenyataan (ada) atau disadari oleh setiap orang apabila orang yang bersangkutan berusaha untuk mengetahui atau menyesuaikan diri dengan sesuatu yang menunjukkan nilai kepadanya dan orang itu mempunyai pengalaman emosional yang berupa pemahaman dan perasaan senang tak senang mengenai nilai tersehut. Menunut realisme, pengetahuan terbentuk berkat bersatunya stimulus dan tanggapan tententu menjadi satu kesatuan. Sedangkan menurut idealisme, pengetahuan timbul karena adanya hubungan antara dunia kecil dengan dunia besar. Esensialisme berpendapat bahwa pendidikan haruslah bertumpu pada nilai- nilai yang telah teruji keteguhan-ketangguhan, dan kekuatannya sepanjang masa. Perenialisme berpendirian bahwa untuk mengembalikan keadaan kacau balau seperti sekarang ini, jalan yang harus ditempuh adalah kembali kepada prinsip-prinsip umum yang telah teruji. Menurut. perenialisme, kenyataan yang kita hadapi adalah dunia dengan segala isinya. Perenialisme berpandangan hahwa persoalan nilai adalah persoalan spiritual, sebab hakikat manusia adalah pada jiwanya. Sesuatu dinilai indah haruslah dapat dipandang baik. Beberapa pandangan tokoh perenialisme terhadap pendidikan:

1.

Program pendidikan yang ideal harus didasarkan atas paham adanya nafsu, kemauan, dan akal (Plato) 2. Perkemhangan budi merupakan titik pusat perhatian pendidikan dengan filsafat sebagai alat untuk mencapainya ( Aristoteles) 3. Pendidikan adalah menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur agar menjadi aktif atau nyata. (Thomas Aquinas) Adapun norma fundamental pendidikan menurut J. Maritain adalah cinta kebenaran, cinta kebaikan dan keadilan, kesederhanaan dan sifat terbuka terhadap eksistensi serta cinta kerjasama. 4. PENDIDIKAN NASIONAL Pendidikan nasional adalah suatu sistem yang memuat teori praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri

di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat bangsa yang bersangkutan guna diabdikan kepada bangsa itu untuk merealisasikan cita-cita nasionalnya. Pendidikan nasional Indonesrn adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan pratek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh flisafat bangsa Indonesia yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia guna memperlanar mencapai cita-cita nasional Indonesia. Filsafat pendidikan nasional Indonesia adalah suatu sistem yang mengatur dan menentukan teori dan praktek pelaksanaan pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh filsafat hidup bangsa "Pancasila" yang diabdikan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia dalam usaha merealisasikan cita-cita bangsa dan negara Indonesia.

Buku ini menjelaskan tentang pengertian,maksud dan tujuan filsafat secara umum disamping secara rinci memaparkan fisafat yang begitu populer akhir-akhir ini yaitu filsafat analitis dan strukturalisme. Sebagai penguat, pengarang juga menerapkan lebih jauh cabang-cabang filsafat yang pernah mendunia antara lain, filsafat Yunani, filsafat abad pertengahan, pemikiran filsafat di timur dan juga filsafat moderen.

Asmoro Asmadi adalah staf pengajar di Fakultas Ushuluddin IAIN Walisongo Semarang dalam mata kuliah filsafat umum. Beliau dalam kata pengantarnya menyarankan agar mempelajari filsafat dengan cara tersendiri, kajian terhadap filsafat tidak bertolak pada definisi-definisi yang ada, dan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sejarah.

Pada bagian pertama buku ini menjelaskan tentang pengetian filsafat, objek materi dan objek forma filsafat, ciri-ciri pemikiran filsafat, cabang-cabang filsafat, kedudukan ilmu, filsafat dan agama, kegunaan mempelajari filsafat, metode-metode filsafat dan sejarah kelahiran filsafat. Menurut etimologi filsafat adalah mencintai kebijaksanaan, konsep Plato memberi istilah dialektika yang berarti seni berdiskusi, konsep Cicero menyebutnya sebagai ibu dari semuai seni, konsep Al Farabi adalah menyelidiki hakikat sebenarnya dari segala yang ada, konsep Rene Descartes menyatakan kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan. Dari keragaman pengertian filsafat tersebut. Penulis memberikan suatu konsep bahwa filsafat mempunyai pengertian yang multi dimensi.

Filsafat dikatakan sebagai ilmu karena filsafat mengandung empat pertanyaan ilmiah yaitu : bagaimana, mengapa, kemana dan apa. Pertanyaan bagaimana mengandung sifat-yang dapat ditangkap atau tampak oleh indera, jawaban yang diperoleh bersifat deskriptif. Pertanyaan mengapa mengandung sebab (asal mula) suatu obyek, jawaban yang diperoleh bersifat kausalitas. Pertanyaan kemana menanyakan tantang apa yang terjadi dimasa lampau, sekarang dan yang akan datang, pengetahuan yang diperoleh adalah: pengetahuan yang timbul dari hal yang selalu berulang dapat dijadikan sebagai pedoman, pengetahuan yang terkandung dalam adat istiadat atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat dan pengetahuan yang timbul dari

pedoman yang dipakai (hukum) sebagai suatu hal yang dijadikan pegangan. Pertanyaan apakah menanyakan tentang hakikat atau inti mutlak dari suatu hal, jawaban yang diperoleh mengetahui hal-hal yang sifatnya sangat umum, universal dan abstrak.

Ciri-ciri pemikiran filsafat yaitu: sangat umum, tidak faktual artinya membuat dugaan-dugaan yang masuk akal dengan tidak berdasarkan pada bukti tetapi bukan berarti tidak ilmiah, bersangkutan dengan nilai dimana penilaian yang dimaksud adalah yang baik dan buruk yang susila dan asusila, berkaitan dengan arti, dan implikatif. .

Adapun kegunaan mempelajari filsafat adalah : Menambah ilmu pengetahuan sehingga dapat membantu menyelesaikan masalah dengan bijaksana, membuat manusia lebih hidup lebih tanggap (peka) terhadap diri dan lingkungannya, membantu manusia untuk mengetahui mana yang pantas ditolak dan mana yang pantas disetujui.

Bagian lain buku ini membahas tentang filsafat Yunani, dimana filsafat Yunani terbagi menjadi dua periode yaitu periode Yunani kuno dan periode Yunani klasik.Periode Yunani kuno disebut periode filsafat alam, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya ahli pikir alam dimana arah dan perhatian pemikirannya pada alam sekitarnya. Pernyataan-pernyataan yang dibuat bersifat filsafati (berdasar akal pikir) dan tidak berdasar pada mitos. Ahli pikir alam antara lain, adalah Thales, Anaximandros, dan Pythagoras. Periode Yunani klasik merupakan periode perkembangan filsafat yang sangat pesat, aliran yang mengawali periode Yunani kalasik adalah sofisme (cerdik pandai). Ahli pikir Yunani klasik antara lain, Socretes menyelidiki manusia secara keseluruhan yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah, dimana keduanya tidak dapat dipisahkan. Plato mencoba menyelesaikan permasalahan lama : mana yang benar yang berubah-ubah (Heracleitos) atau yang tetap (Parmenides), antara pengetahuan lewat indera dan pengetahuan lewat akal. sebagai penyelesaian persoalan. Ia menerangkan bahawa manusia sesungguhnya berada dalam dua dunia yaitu dunia pengalaman yang bersifat tidak tetap, dan dunia ide yang bersifat tetap. Dunia pengalaman merupakan bayang-bayang dunia ide sedang dunia ide merupakan dunia sesungguhnya. Pemikiran Aristoteles antara lain: ajaran tentang logika, silogisme, pengelompokan ilmu pengetahuan, potensia dan dinamika, pengenalan etika dan Negara.

Bagian ketiga buku ini menjelaskan tentang filsafat barat abad pertengahan. Filsafat barat abad petengahan (476-1492) dapat dikatakan sebagai abad gelap karena berdasarkan pada pendekatan sejarah gereja, saat itu tindakan gereja sangat membelenggu kehidupan manusia, sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi dirinya . Masa abad pertengahan dibagi menjadi 2 (dua) masa yaitu masa Patristik dan masa Skolastik.

Masa patristik, para ahli pikir beragam pemikirannya ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yang menerimanya, yang menolak adalah karena mereka sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan dan tidak dibenarkan mencari kebenaran lain seperti filsafat Yunani, sedang yang menerima beranggapan bahwa walau telah ada sumber kebenaran, tetapi tidak ada salahnya menggunakan filsafat Yunani, yang diambil tata cara berpikirnya, ahli pikir patristik antara lain: Justinus martir, Klemens, Tertullianus, Augustinus. Aliran skolastik berkaitan dengan sekolah dan merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama, filsafat yang mengabdi kepada teologi, atau filsafat yang rasional memecahkan persolan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk, filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesa yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal, filsafat Nasrani, karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja, ahli pikir skolastik antara lain, Peter Abaelardus, Albertus Magnus, Thomas Aquinas, William Ockham.

Pemikiran filsafat di timur mengemukakan tentang filsafat India, filsafat Tiongkok, dan filsafat Islam. Filsafat India berkembang dan menjadi satu dengan agama sehingga pemikiran filsafatnya bersifat religius dan tujuan akhirnya mencari keselamatan akhirat Filsafat India terbagi menjadi : Zaman Weda pemikiran filsafat berupa mantera-mantera dan pujian keagamaan, Zaman Wira Carita pemikiran filsafat berupa tulisan-tlisan tentang kepahlawanan dan tentang hubungan manusia dengan dewa. Zaman Sastra Sutra diisi oleh semakin banyaknya bahan-bahan pemikiran filsafat (sutra), dengan ditandai dengan lahirnya tokoh-tokoh seperti Sankara, Ramanuja, Madhwa, dan lainnya. Zaman Kemunduran diisi oleh pemikiran filsafat yang mandul, karena para ahli pikir hanya menirukan pemikiran filsafat yang lampau saja. Zaman Pembaharuan diisi oleh kebangkitan pemikiran filsafat India,yang mnejadi pelopornya Ram Mohan Ray seorang pembaharu yang mendapatkan pendidikan di Barat.

Filsafat Tiongkok dapat dikatakan hidup dalam kebudayaan Tiongkok. Hal ini disebabkan karena pemikiran filsafat selalu diberikan dalam setiap jenjang pendidikan dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Menurut rakyat Tiongkok fungsi filsafat dalam kehidupan manusia adalah untuk mempertinggi tingkat rohani. Di Tiongkok ada dua aliran yang mendominasi pemikiran rakyat yaitu Confusianisme dan Taoisme.

Filsafat Islam dibagi dalam beberapa periode (a). Periode Mutazilah yaitu periode yang mendahulukan pemakaian akal pikiran kemudian diselaraskan dengan Al-Quran dan Al-Hadits. Menurut mereka , Al-Quran dan Al-Hadits tidak mungkin bertentangan dengan akal pikiran.(b). Periode Filsafat Pertama upaya pendahuluannya adalah diadakan pengumpulan naskah-naskah filsafat Yunani, kemudian diterjemahkan. (c). Periode kalam Asyari adalah periode memperkokoh akidah Islam.(d) Periode filsafat kedua merupakan prestasi besar dan sebagai

mata rantai hubungan Islam dari Timur ke Eropa. Inilah sumbangan Islam terhadap Eropa yang dapat membawa kebebasan berpikir.

Filsafat modern dimulai sejak adanya krisis zaman pertengahan yang ditandai dengan munculnya gerakan Renaissance yang berarti kelahiran kembali. Tujuan utamanya adalah merealisasikan kesempurnaan pandangan hidup Kristiani dengan mengaitkan filsafat Yunani dengan ajaran agama Keristen.

Bagian akhir buku ini menjelaskan tentang filsafat Analitis dan Strukturalis. Kedua filsafat tersebut merupakan dua aliran filsafat yang mempunyai pengaruh besar dewasa ini. Tokoh aliran filsafat analitis adalah Ludwig Josef Johan Wittgenstein. Sumbangannya yang terbesar adalah pemikirannya tentang pentingnya bahasa. Ia mencita-citakan suatu bahasa yang ideal, lengkap,formal dan memberikan kemungkinan bagi penyelesaian masalah-masalah kefilsafatan. Sedang tokoh Strukturalisme adalah J.Lacan, menurut pemikirannya bahasa terdiri dari sejumlah termin yang ditentukan oleh posisi-posisinya satu terhadap yang lain. Menurut pendapatnya kita baru menjadi pribadi apabila kita mengabdikan diri pada permainan bahasa. Kalau orang tidak lagi mengabdikan diri pada aturan tersebut, ia tidak lagi bersifat pribadi (maksudnya orang gila yang bicara dengan Neo-Logisme).

Filsafat Umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu manusia lahir tanpa bekal pengetahuan apapun tetapi, ia telah dilengkapi dengan fitrah yang memungkinkannya untuk mengenali berbagai pengetahuan dan peradaban. Dengan memfungsikan fitrah itulah ia belajar dari lingkungannya dan masyarakat yang mendirikan institusi pendidikan. Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Masyarakat primitif pun memiliki kondisi yang serupa dengan individu manusia yang baru lahir. Mereka pada mulanya tidak berperadaban namun, melalui proses belajar dengan mengikuti polapola dan norma-norma sosial, mengikatkan diri pada pada ideologi, sistem nilai, serta terlibat dalam aktivitas saling menukar pengetahuan dan pengalaman, sehingga perubahan zaman tidak bisa dipungkiri yang menjadikan dunia penuh perkembangan ilmu pengetahuan. Serta munculnya pakar-pakar ilmu dengan ide-ide yang sangat akurat yang mendorong munculnya penemuan-penemuan serba canggih dan menjadikan mereka masyarakat yang berperadaban dan beradab.

B. Rumusan Masalah Sebagai langkah awal dari penyusunan makalah ini, beberapa rumusan masalah yang berkaitan dengan latar belakang tersebut diungkapkan sebagai berikut : 1. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan filsafat itu sendiri? 2. Apa pengertian ilmu pengetahuan lainnya? 3. Seberapa erat hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan lainnya? 4. Apa mamfaat filsafat yang berkembang di masyarakat? 5. Apa perbedaan filsafat dan ilmu pengetahuan lainnya? C. Tujuan Pembahasan Tujuan pembahasan makalah dalam garis besarnya dirumuskan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengertian filsafat. 2. Untuk mengetahui fungsi dan mamfaat filsafat itu. 3. Untuk mengetahui pentingnya filsafat dalam suatu kegiatan tertentu. 4. Untuk mengetahui perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya. Posted November 16th, 2008 by TOLETS82

Filsafat Umum

Dalam mata kuliah Filsafat Pengetahuan (Philosophy of Knowledge) yang didiskusikan tidak hanya tidak hanya pengetahuan sain (science), didiskusikan juga seluruh yag disebut pengetahuan termasuk pengetahuan yang aneh-aneh seperti pelet, kebal, santet, saefi dan lainlain.Manusia ingin tahu lantas ia mencari. hasilnya ia tahu sesuatu. sesuatu itulahyang disebut dengan pengetahuan. pengetahuan ialah semua yang diketahui, titik. Salah satu tujuan perkuliahan Filsafat Pengetahuan ialah agar kita mengetahui kapling pengetahuan, kita akan dapat memperlakukan memperlakukan pengetahuan masing-masing pengetahuan itu sesuai dengan kaplingnya. Pengetahuan sain ialah pengetahuan yang rasional dan didukung bulti empiris. Namun, gejala yang paling menonjol dalam pengetahuan sain adalah adanya bukti empiris itu. Pengetahuan sain itu mempunyai paradigma dan metode tertentu. Paradigmanya disebut paradigma sain (scientific paradigm) dan metodenya disebut metode ilmiah (metode sain, scientific method). Formula utama dalam pengetahuan sain adalah buktikan bahwa itu rasional dan tunjukan bukti empirisnya. Kebenaran pengetahuan filsafat hanya dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Bila rasional, benar, bila tidak salah, salah. Kebenarannya tidak pernah dapat dibuktikan secara empiris. Bila ia rasional dan empiris, maka ia berubah menjadi pengetahuan sain. Objek penelitiannya adalah objek-objek yang abstrak, maka temuannya juga abstrak. Paradigmanya ialah paradigma yang rasional (rational pardigm), metodenya metode rasional (Kerlinger menyebutnya Method of reason). Logis dan Rasional Kant mengatakan bahwa apa yang kita katakan rasional itu ialah suatu pemikiran yang masuk akal tetapi menggunakan aturan hukum alam. Dengan kata lain, menurut Kant rasional itu ialah kebenaran akal yang diukur dengan hukum alam.

Kesimpulannya: 1. Sesuatu yang rasional ialah sesuatu yang mengikuti atau sesuai dengan hukum alam. 2. Yang tidak rasional ialah yang tidak sesuai dengan hukum alam 3. Kebenaran akal diukur dengan hukum alam Jadi, di sini, akal itu sempit aja, hanya sebatas hukum alam. Itulah sebabnya saya dapat mengatakan bahwa pemikiran yang rasional sebenarnya belum dapat disebut pemikiran tingkat sangat tinggi. Pemikiran rasional belum mampu mengungkap sesuatu yang tidak dapat diukur dengan hukum alam. Kebenaran logis terbagi dua, pertama logis-rasional, seperti yang telah diuraikan diatas tadi, kedua logis-supra-rasioanal. Logis-supra-rasional ialah pemikiran akal yang kebenarannya hanya mengandalkan argumen, ia tidak diukur dengan hukum alam. Bila argumennya masuk alkal maka ia benar, sekalipun melawan hukum alam. Dengan kata lain ukuran kebenaran logis-suprarasional ialah logika yang ada di dala susunan argumennya. Kebenaran logis-supra-rasional itu ialah kebenaran yang masuk akal sekalipun melawan hukum alam. Kita dapat membuat beberapa ungkapan sebagai berikut: 1. Yang logis ialah yang masuk akal. 2. Yang logis itu mencakup yang rasional dan yang supra-rasional. 3. Yang rasiona ialah yang masuk akal dan sesuai dengan hukum alam. 4. Yang supra-rasional ialah yang masuk akal sekalipuntidak sesuai dengan hukum alam. 5. Istilah logis boleh dipakai dalam pengertian rasional atau dalam pengertian supra-rasional. Pengetahuan Sains Ontologi sain membahas hakikat dan struktur sain. Epistemologi sain difokuskan pada cara kerja metode ilmiah. Sedangkan pembahasan aksiologi sain diutamakan pada cara sainmenyelesaikan masalah yang dihadapi manusia. Hakikat pengetahuan sain pertama, masalah rasional. Hipotesis harua berdasarkan rasio, dengan kata lain hipotesis harus rasional. Dalam hal hipotesis yang saya ajukan itu rasionalnya ialah: untuk sehat diperlukan gizi, telur banyak mengandung gizi, karena itu, logis bila semakin banyak makan telur maka semakin sehat. Hipotesis saya itu belum diuji kebenarannya. Kebenarannya barulah dugaan. Tetapi hipotesis yang telah mencukupin dari segi kerasionalannya. Dengan kata lain, hipotesisnya itu rasional. Kata rasional di sini menunjukan adanya hubungan pengaruh atau hubungan sebab akibat. Kedua masalah empiris. Cara kerja saya dalam memperoleh teori itu adalah cara kerja metode ilmiah. Rumus baku metode ilmiah ialah: logico-hypothetico-verificatif (buktikan bahwa itu logis, tarik hipotesis, ajukan bukti empiris). Pada dasarnya carakerja sain adalah mencari hubungan sebab-akibat atau mencari pengaruh sesuatu terhadap yang lain. Asumsi dasar sain adalah tidak ada kejadian tanpa sebab. Asumsi ini oleh Fred N. Kerlinger (Foundation of behavior research, 1973;378) dirumuskan dalam ungkapan post hoc, ergo propter hoc (ini tentu disebabkan oleh ini). Asumsi ini benarbila sebab akibat itu memiliki hubungan rasional. Ilmu atau sain dibagi dua, yaitu sain kealaman dan sain sosial. 1. Sain Kealaman Astronomi Fisika: mekanika, bunyi, cahaya dan optik, fisika nuklir Kimia: kimia organik, kimia teknik

Ilmu bumi: paleontologi, ekologi, geofisiks, geokimia, mineralogi, geografi Ilmu hayat: biofisika, botani, zoologi 2. Sain Sosial Sosiologi: sosiologi komunikasi, sosiologi politik, sosiologi pendidikan Antropologi: antropologi budaya, antropologi ekonomi, anropologi politik Psikologi: psikologi pendidikan, psikologi anak, psikologi abnormal Ekonomi: ekonomi makro, ekonomi lingkungan, ekonomi pedesaan Politik: politik dalam negeri, politik hukum, politik internasional Epistemologi Sain Pada bagian ini diuraikan objek pengetahuan sain, cara memperoleh pengetahuan sain dan cara mengukur benar-tidaknya pengetahuan saui. Objek pengetahuan sain (yaitu objek-objek yang diteltit sain\0 ialah semua objek yang empiris. Jujun F. Suriasumantri (Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, 1994;105) menyatakan bahwa objek kajian sain hanyalah objek yang berada pada ruang lingkup pengalaman manusia. Yang dimaksud pengalaman disini ialah pengalaman indera. Objek kajiani sain haruslah objek-objek yang empiris sebab bukti-bukti yang harus ia temukan adalah bukti-bukti yang empiris. Bukti empiris ini diperlukan untukmenguji bukti rasional yang telah dirumuskan dalam hipotesis. PENGETAHUAN FILSAFAT Poedjawijatna (Pembimbing ke alam filsafat, 1974:11), mendefenisikan filsafat sebagai sejenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan akal pikiran belaka. Filsafat terdiri atas tiga cabang yaitu : Ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi membicarakan hakikat (segala sesuatu), in berupa pengetahuan tentang hakikat segala sesuatu. Epistemologi, cara memperoleh pengetahuan itu. Aksiologi, membicarakan guna pengetahuan itu.Salah satu filsafat yang masih baru ialah filsafat perenial, adalah filsafat yang dipandang dapat menjelaskan segala kejadian yang bersifat hakiki, menyangkut kearifan yang diperlukan dalam menjalani hidup benar, yang menjadi hakikat seluruh agama dan tradisi benar spiritualitas manusia. Adanya suci atau yang satu dalam seluruh manifestasinya seperti dalam agama, filsafat, seni, dan sain. Pembicaraan mengenai objek utama filsafat perennial tentu akan sulit bila tidak dihubungkan dengan alam ciptaan Tuhan. Filsafat perennial melihat dua kecenderungan dalam manusia, yaitu Aku-Objek yang bersifat terbatas dan Aku-subject yang dalam kesadarannya tentang keterbatasan ini mampu membuktikan bahwa dalam dirinya sendiri ia bebas dari keterbatasannya. Filsafat perenial bukan berarti tidak menghargai akal. Namun dalam menghargai akal itu yang dihargai ialah orang yang menggunakannya bukan pada kemampuan akal itu Filsafat perennial bukan berarti tidak menghargai akal.Nzmun dalam menghargai akal itu yang dihargai ialah orang yang menggunakannya bukan pada kemampuan akal itu. Etika adalah kumpulan petunjuk untuk mengefektifkan usaha transformasi diri yangakan memungkinkan untuk mengalami dunia dengan cara baru. Isi etika adalah bentuk-bentuk kerendahhatian, kedermawanan, ketulusan.

PERBEDAAN FILSAFAT DENGAN ILMU PENGETAHUAN LAINNYA

View clicks

Posted November 26th, 2008 by nebo_chery

Filsafat Umum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu manusia lahir tanpa bekal pengetahuan apapun tetapi, ia telah dilengkapi dengan fitrah yang memungkinkannya untuk mengenali berbagai pengetahuan dan peradaban. Dengan memfungsikan fitrah itulah ia belajar dari lingkungannya dan masyarakat yang mendirikan institusi pendidikan. Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Masyarakat primitif pun memiliki kondisi yang serupa dengan individu manusia yang baru lahir. Mereka pada mulanya tidak berperadaban namun, melalui proses belajar dengan mengikuti polapola dan norma-norma sosial, mengikatkan diri pada pada ideologi, sistem nilai, serta terlibat dalam aktivitas saling menukar pengetahuan dan pengalaman, sehingga perubahan zaman tidak bisa dipungkiri yang menjadikan dunia penuh perkembangan ilmu pengetahuan. Serta munculnya pakar-pakar ilmu dengan ide-ide yang sangat akurat yang mendorong munculnya penemuan-penemuan serba canggih dan menjadikan mereka masyarakat yang berperadaban dan beradab. B. Rumusan Masalah Sebagai langkah awal dari penyusunan makalah ini, beberapa rumusan masalah yang berkaitan dengan latar belakang tersebut diungkapkan sebagai berikut : 1. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan filsafat itu sendiri? 2. Apa pengertian ilmu pengetahuan lainnya? 3. Seberapa erat hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan lainnya? 4. Apa mamfaat filsafat yang berkembang di masyarakat? 5. Apa perbedaan filsafat dan ilmu pengetahuan lainnya? C. Tujuan Pembahasan Tujuan pembahasan makalah dalam garis besarnya dirumuskan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengertian filsafat. 2. Untuk mengetahui fungsi dan mamfaat filsafat itu.

3. Untuk mengetahui pentingnya filsafat dalam suatu kegiatan tertentu. 4. Untuk mengetahui perbedaan filsafat dengan ilmu pengetahuan lainnya.

TEOLOGI , ONTOLOGI, DAN EPISTIMOLOGI

View clicks

Posted December 31st, 2008 by Andi Silalahi

Filsafat Umum

TEOLOGI , ONTOLOGI, DAN EPISTIMOLOGI DALAM KAJIAN FILSAFAT A. Teologi Filsafat dan ilmu yang dikenal didunia barat dewasa ini berasal dari zaman Yunani kuno. Pada zaman itu filsafat dan ilmu jalin menjalin menjadi satu dan orang tidak memisahkannya sebagai dua hal yang berlainan. Keduanya termasuk ke dalam pengertian episteme. Kata philisophia merupakan suatu padanan kata dari episteme. Menurut konsepsi filsuf besar Yunani kuno Aristoteles, episteme adalah suatu kumpulan yang teratur dari pengetahuan rasional dengan objeknya sendiri yang tepat. Jadi, filsafat dan ilmu tergolong sebagai pengetahuan rasional, yakni pengetahuan yang diperoleh dari pemikiran atau rasio manusia. Dalam pemikiran Aristoteles selanjutnya, episteme atau pengetahuan rasional itu dapat dibagi menjadi tiga bagian yang disebutnya: 1. Praktike (pengetahuan praktis) 2. Poietike (pengetahuan produktif) 3. Theoreitike (pengetahuan teoritis) Manusia dengan latar belakang, kebutuhan-kebutuhan dan kepentingan-kepentingan yang berbeda mesti akan berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti, dari manakah saya berasal? Bagaimana terjadinya proses penciptaan alam? Apa hakikat manusia? Tolok ukur kebaikan dan keburukan bagi manusia? Apa faktor kesempurnaan jiwa manusia? Mana pemerintahanyang benar dan adil? Mengapa keadilan itu ialah baik? Pada derajat berapa air mendidih? Apakah bumi mengelilingi matahari atau sebaliknya? Dan pertanyaanpertanyaanyang lain. Tuntutan fitrah manusia dan rasa ingin tahunya yang mendalam niscaya mencari jawaban dan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut dan hal-hal yang akan dihadapinya. Teologi adalah merupakan ilmu yang mengkaji tentang Ketuhanan. Yang mana orang yang mengkaji ilmu tersebut disebut sebagai teolog. Hal ini dapat dinilai dengan suati kajian ilmu yang lai yaitu aksiologi. Secara etimologis, aksiologi berasal dari perkataan axios (yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Ilmu sebagai dimensi masyarakat menunjukan adanya kelompok eilt yang dalam kehidupannya sangat mendambakan inpertives, yakni universalisme, komunalisme desinterestedness, dan

skeptisme yang teratur.1 Teori tentang nilai dapat dibagi menjadi dua yaitu nilai etika dan nilai estetika. B. ONTOLOGI Ontology merupakan salah satu dari obyek garapan filsafat ilmu yang menetapkan batas lingkup dan teori tentang hakikat realitas yang ada (Being), baik berupa wujud fisik (al-Thobiah) maupun metafisik (ma bada al-Thobiah) selain itu Ontology merupakan hakikat ilmu itu sendiri dan apa hakikat kebenaran serta kenyataan yang inheren dengan penetahuan ilmiah tidak terlepas dari persepektif filsafat tentang apa dan bagaimana yang ada. Dalam pemahaman ontology dapat dikemukakan pandangan pokok sebagai berikut: 1. Aliran Pluralisme, aliran ini berpandangan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan dan menyatakan ala mini tersusun dari banyak unsure serta lebih darisatu itentisa. Tokoh aliran ini adalah Anaxsagoras, Danempedcles yang menyebutkan bahwa subtansi yang ada itu tebentuk dari empat unsure yaitu: Tanah, Air, Api dan Udara. 4.Aliran Nihilisme merupakan sebuah doktrin yang tidak mengakui Validitas alternative yang positif. Gorgias berpandangan bahwa ada tiga proposisi tentang realitas. Tidak ada satupun yang eksis beranggapan bahwa kontradiksi tidak dapat diterima, maka pemikiran tidak menyatakan apa-apa tentang realitas. Bila suatu itu ada, ia tidak dapat diketahui, ini disebabkan penginderaan tidak dapat dipercaya, pengideraan adalah sunber ilusi. Akal juga tidak mampu meyakinkan kita tentang bahan alam semesta karena kita telah didukung olh delima subyektif, kita berfikir sesuai dengan kemauan dan ideyang kita terapkan pada fenomena. Sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat memberikan kepada orang lain. 2.Aliran Agnotisme, aliran ini merupakan sebuah penyangkalan terhadap kemampuan Manusia mengetahui hakikat benda, baik materi meupun ruhani, hal ini mirip dengan skeptismeyang berpendapat bahwa manusia diragukan dalam mengerahui hakiakt. Tetapi Agnotisme lebih dari itu. Kattsoff banyak memberikan term dasar mengenai bidang ontologi, misalnya; yang ada, kenyataan, eksitensi, perubahan, tunggal, dan jamak. Secara ontology ilmu membatasi lingkup pengalaman keilmuannya yang hanya pada daerah-daerah yang barbed dalam jangkauan pengalaman manusia. Objek pengalaman yang berada dalam batas pra-pengalaman dan pascapengalaman. Penetapan lingkup batas penelaahan keilmuan yang bersifat empiris ini adalah merupakan konsistensi pada batas epistemology keilmuan. Ontology keilmuan juga merupakan penafsiran tentang hakikat realitas dari objek ontology keilmuan. C. EPISTIMOLOGI Definisi epistemologi adalah suatu cabang dari filsafat yang mengkaji dan membahas tentang batasan, dasar dan pondasi, alat, tolok ukur, keabsahan, validitas, dan kebenaran ilmu, makrifat, dan pengetahuan manusia Pokok Bahasan Epistemologi Dengan memperhatikan definisi epistemologi, bisa dikatakan bahwa tema dan pokok pengkajian epistemologi ialah ilmu, makrifat dan pengetahuan. Dalam hal ini, dua poin pentingakan dijelaskan: 1.Cakupan pokok bahasan, yakni apakah subyek epistemologi adalah ilmu secara umum atau ilmu dalam pengertian khusus seperti ilmu hushl[4]. Ilmu itu sendiri memiliki istilahyang berbeda dan setiap istilah menunjukkan batasan dari ilmu itu. Istilah-istilah ilmu tersebut adalah

sebagai berikut: a. Makna leksikal ilmu adalah sama dengan pengideraan secara umum dan mencakup segala hal yang hakiki, sains, teknologi, keterampilan, kemahiran, dan juga meliputi ilmu-ilmu seperti hudhr, hushl, ilmu Tuhan, ilmu para malaikat, dan ilmu manusia. b. Ilmu adalah kehadiran (hudhr) dan segala bentuk penyingkapan. Istilah ini digunakan dalam filsafat Islam. Makna ini mencakup ilmu hushl dan ilmu hudhr. c. Ilmu yang hanya dimaknakan sebagai ilmu hushl dimana berhubungan dengan ilmu logika (mantik). d. Ilmu adalah pembenaran (at-tashdiq) dan hukum yang meliputi kebenaran yang diyakini dan belum diyakini. e. Ilmu adalah pembenaran yang diyakini. f. Ilmu ialah kebenaran dan keyakinan yang bersesuaian dengan kenyataan dan realitas eksternal. g. Ilmu adalah keyakinan benar yang bisa dibuktikan. Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang saling bersesuaian dimana tidak berhubungan dengan masalah-masalah sejarah dan geografi. h. Ilmu ialah gabungan proposisi-proposisi universal yang hakiki dimana tidak termasuk hal-hal yang linguistik. i. Ilmu ialah kumpulan proposisi-proposisi universal yang bersifat empirik. 2.Sudut pembahasan, yakni apabila subyek epistemologi adalah ilmu dan makrifat, maka dari sudut mana subyek ini dibahas, karena ilmu dan makrifat juga dikaji dalam ontologi, logika, dan psikologi. Sudut-sudut yang berbeda bisa menjadi pokok bahasan dalam ilmu. Terkadang yang menjadi titik tekan adalah dari sisi hakikat keberadaan ilmu. Sisi ini menjadi salah satu pembahasan dibidang ontologi dan filsafat. Sisi pengungkapan dan kesesuian ilmu dengan realitas eksternal juga menjadi pokok kajian epistemologi. Sementara aspek penyingkapan ilmu baru dengan perantaraan ilmu-ilmu sebelumnya dan faktor riil yang menjadi penyebab hadirnya pengindraan adalah dibahas dalam ilmu logika. Dan ilmu psikologi mengkaji subyek ilmu dari aspek pengaruh umur manusia terhadap tingkatan dan pencapaian suatu ilmu. Sudut pandang pembahasanakan sangat berpengaruh dalam pemahaman mendalam tentang perbedaanperbedaan ilmu. Dalam epistemologi akan dikaji kesesuaian dan probabilitas pengetahuan, pembagian dan observasi ilmu, dan batasan-batasan pengetahuan. Dan dari sisi ini, ilmu hushl dan ilmu hudhr jugaakan menjadi pokok-pokok pembahasannya. Dengan demikian, ilmu yang diartikan sebagai keumuman penyingkapan dan pengindraan adalah bisa dijadikan sebagai subyek dalam epistemologi. Dengan memperhatikan definisi dan pengertian epistemologi, maka menjadi jelaslah bahwa metode ilmu ini adalah menggunakan akal dan rasio, karena untuk menjelaskan pokok-pokok bahasannya memerlukan analisa akal. Yang dimaksud metode akal di sini adalah meliputi seluruh analisa rasional dalam koridor ilmu-ilmu hushl dan ilmu hudhr. Dan dari dimensi lain, untuk menguraikan sumber kajian epistemologi dan perubahan yang terjadi di sepanjang sejarah juga menggunakan metode analisa sejarah. Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat Islam dan Barat memiliki perbedaan bentuk dan arah. Perjalanan historis epistemologi dalam filsafat barat ke arah skeptisisme dan relativisme. Skeptisisme diwakili oleh pemikiran David Hume, sementara relativsime nampak pada pemikiran Immanuel Kant. Sementara perjalanan sejarah epistemologi di dalam filsafat Islam mengalami suatu proses yang menyempurna dan berhasil menjawab segala bentuk keraguan dan kritikan atas epistemologi.

Konstruksi pemikiran filsafat Islam sedemikian kuat dan sistimatis sehingga mampu memberikan solusi universal yang mendasar atas persoalan yang terkait dengan epistemologi. Pembahasan yang berhubungan dengan pembagian ilmu, yakni ilmu dibagi menjadi gagasan/konsepsi (attashawwur) dan penegasan (at-tashdiq), atau hushl dan hudhr, macam-macam ilmu hudhr, dan hal yang terkait dengan kategori-kategori kedua filsafat. Walaupun masih dibutuhkan langkah-langkah besar untuk menyelesaikan persoalan-persoalan partikular yang mendetail di dalam epistemologi. 1. Sejarah Epistemologi dalam Filsafat Barat Apabila kita membagi perjalanan sejarah filsafat Barat dalam tiga zaman tertentu (Yunani kuno, abad pertengahan, dan modern) dan menempatkan Yunani kuno sebagai awal dimulainya filsafat Barat, maka secara implisit bisa dikatakan bahwa pada zaman itu juga lahir epistemologi. Pembahasan-pembahasan yang dilontarkan oleh kaum Sophis dan filosof-filosof pada zaman itu mengandung poin-poin kajian yang penting dalam epistemologi. Hal yang mesti digaris bawahi ialah pada zaman Yunani kuno dan abad pertengahan epistemologi merupakan salah satu bagian dari pembahasan filsafat, akan tetapi, dalam kajian filsafat pasca itu epistemologi menjadi inti kajian filsafat dan hal-hal yang berkaitan dengan ontologi dikaji secara sekunder. Dan epistemologi setelah Renaissance dan Descartes mengalami suatu perubahan baru. 2. Epistemologi di Zaman Yunani Kuno Berdasarkan penulis sejarah filsafat, orang pertama yang membuka lembaran kajian epistemologi adalah Parmenides. Hal ini karena iamenempatkan dan menekankan akal itu sebagai tolok ukur hakikat. Pada dasarnya, iamengungkapkan satu sisi dari sisi-sisi lain dari epistemologi yang merupakan sumber dan alat ilmu, akal dipandang sebagai yang valid, sementara indra lahir hanya bersifat penampakan dan bahkan terkadang menipu. Heraklitus berbeda dengan Parmenides, ia menekankan pada indra lahir. Heraklitus melontarkan gagasan tentang perubahan yang konstan atas segala sesuatu dan berkeyakinan bahwa dengan adanya perubahan yang terus menerus pada segala sesuatu, maka perolehan ilmu menjadi hal yang mustahil, karena ilmu memestikan kekonstanan dan ketetapan, akan tetapi, dengan keberadaan hal-hal yang senantiasa berubah itu, maka mustahil terwujud sifat-sifat khusus dari ilmu tersebut. Oleh karena itu, sebagian peneliti sejarah filsafat menganggap pemikirannya sebagai dasar Skeptisisme. Kaum Sophis ialah kelompok pertama yang menolak definisi ilmu yang bermakna kebenaran yang sesuai dengan realitas hakiki eksternal, hal ini karena terdapat kontradiksi-kontradiksi pada akal dan kesalahan pengamatan yang dilakukan oleh indra lahir. Pythagoras berkata, Manusia merupakan parameter segala sesuatu, tolok ukur eksistensi segala sesuatu, dan mizan ketiadaan segala sesuatu. Gagasan Pythagoras ini kelihatannya lebih menyuarakan dimensi relativitas dalam pemikiran. Gorgias menyatakan bahwa sesuatu itu tiada, apabila ia ada, maka mustahil diketahui, kalau pun iabisa dipahami, namun tidak bisa dipindahkan. Socrates ialah filosof pertama pasca kaum Sophis yang lantas bangkit mengkritisi pemikiranpemikiran mereka, dan dengan cara induksi dan pendefinisian, ia berupaya mengungkap hakikat segala sesuatu. Iamemandang bahwa hakikat itu tidak relatif dan nisbi. Democritus beranggapan bahwa indra lahir itu tidak akan pernah mengantarkan pada pengetahuan benar dan segala sifat sesuatu iabagi menjadi sifat-sifat majasi dimana dihasilkan dari penetapan pikiran seperti warna dan sifat-sifat hakiki seperti bentuk dan ukuran. Pembagian sifat ini kemudian menjadi perhatian para filosof dan sumber lahirnya berbagai pembahasan.

Plato, murid Socrates, ialah filosof pertama yang secara serius mendalami epistemologi dan menganggap bahwa permasalahan mendasar pengetahuan indriawi itu ialah terletak pada perubahan objek indra. Iajuga berkeyakinan, karena pengetahuan hakiki semestinya bersifat universal, pasti, dan diyakini, maka objeknya juga harus tetap dan konstan, dan perkara-perkara yang senantiasa berubah dan partikular tidak bisa dijadikan objek makrifat hakiki. Oleh karena itu, pengetahuan indriawi bersifat keliru, berubah, dan tidak bisa diyakini, sementara pengetahuan hakiki (baca: pengetahuan akal) itu yang berhubungan dengan hal-hal yang konstan dan tak berubah ialah bisa diyakini, universal, tetap, dan bersifat pasti. Dengan dasar ini, iakemudian melontarkan gagasan tentang mutsul (maujud-maujud non-materi di alam akal). Pengetahuan hakiki dalam pandangan Plato ialah keyakinan benar yang bisa diargumentasikan, dimana pengetahuan jenis ini terkait dengan hal-hal yang konstan. Pengetahuan-pengetahuan selain ini ialah bersifat prasangka, hipotesa, dan perkiraan belaka. Begitu pula, definisi plato tentang pengetahuan dan makrifat lantas menjadi perhatian serius para epistemolog kontemporer. Lebih lanjut ia berkata bahwa panca indra lahir itu tidak melakukan kesalahan, melainkan kekeliruan itu bersumber dari kesalahan penetapan makna-makna maujud di ruang memori pikiran atas perkara-perkara indriawi. Aristoteles, murid Plato, lebih menekankan penjelasan ilmu dan pembuktian asumsi-asumsinya daripada menjelaskan persoalan yang berkaitan dengan probabilitas pengetahuan. Iayakin bahwa setiap ilmu berpijak pada kaidah-kaidah awal dimana hal itu bisa dibuktikan di dalam ilmu-ilmu lain, akan tetapi, proses pembuktian ini harus berakhir pada kaidah yang sangat gamblang yang tak lagi membutuhkan pembuktian rasional. Dalam hal ini, prinsip non-kontradiksi merupakan kaidah pertama yang sangat gamblang yang diketahui secara fitrah. Ia menetapkan penggambaran universal, abstraksi, dan analisa pikiran menggantikan gagasan mutsul Plato. Iamenyusun ilmu logika dengan tujuan menetapkan suatu metode berpikir dan berargumentasi secara benar dengan menggunakan kaidah-kaidah pertama dalam ilmu dan pengetahuan yang bersifat gamblang (badihi), dengan demikian, pencapaian hakikat dan makrifat hakiki ialah hal yang sangat mungkin dan tidak mustahil. Kelompok Rawaqiyun yang yakin pada pengalaman agama dan indra lahir, menolak pandangan tentang konsepsi universal pikiran dari Aristoteles dan konsep mutsul Plato tersebut. Mereka beranggapan bahwa pengetahuan itu adalah pengenalan partikular sesuatu. Disamping meyakini bentuk intuisi batin (asy-syuhud) itu sebagai tolok ukur kebenaran, juga meyakini penalaran rasionalitas. Epicure (270-341 M) memandang indra lahir sebagai pondasi dan tolok ukur kebenaran pengetahuan. Makrifat yang diperoleh lewat indra itu merupakan makrifat yang paling diyakini kebenarannya, dengan perspektif ini, ilmu matematika dianggap hal yang tidak valid. Kaum Skeptis beranggapan bahwa kesalahan indra lahir dan akal itu merupakan dalil atas ketidakabsahannya. Sebagian dari mereka bahkan menolak secara mutlak adanya kebenaran dan sebagian lain memandang kemustahilan pencapaiannya. Perbedaan kaum Skeptis dengan kaum Sophis adalah bahwa argumentasi-argumentasi kaum Sophis menjadi pijakan utama kaum Skeptis. Gagasan Skeptisisme muncul sebelum Masehi hingga abad kedua Masehi yang dipropagandai oleh Agrippa (di abad pertama) dan kemudian dilanjutkan oleh Saktus Amirikus (di abad kedua). Walhasil, epistemologi di zaman Yunani kuno dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dan kemudian dibahas dalam bentuk yang berbeda dalam filsafat. Dan semua persoalan, keraguan, jawaban, dan solusinya hadir dalam bentuk yang semakin kuat dan sistimatis serta terlontarnya pembahasan seputar probabilitas pengetahuan, sumber ilmu, dan tolok ukur kesesuaian dengan

realitas eksternal. 3. Epistemologi pada Abad Pertengahan (dari Awal Masehi hingga Abad Kelimabelas) Inti pembahasan di abad pertengahan adalah persoalan yang terkait dengan universalitas dan hakikat keberadaannya, disamping itu, juga mengkaji dasar-dasar pengetahuan dan kebenaran. Plotinus, penggagas maktab neo platonisme, di abad ketiga masehi melontarkan gagasan-gagasan penting dalam epistemologi. Ia membagi tiga tingkatan persepsi (cognition): 1. Persepsi panca indra (sensuous perception), 2. Pengertian (understanding), 3. Akal (logos, intellect). Tingkatan pertama berkaitan dengan halhal yang lahir, tingkatan kedua adalah argumentasi, dan akal sebagai tingkatan ketiga, bisa memahami hakikat kesatuan dalam kejamakan dan kejamakan dalam kesatuan tanpa lewat proses berpikir. Dan tingkatan di atas akal adalah intuisi (asy-syuhud). Augustine (354-430 M) beranggapan bahwa ilmu terhadap jiwa dan diri sendiri itu tidak termasuk dalam ruang lingkup yang bisa diragukan oleh kaum Skeptis dan Sophis, di samping itu iamemandang bahwa ilmu itu sebagai ilmu yang paling benar dan proposisi-proposisi matematika adalah bersifat gamblang yang tidak bisa diragukan lagi. Pengetahuan indriawi itu, karena objeknya senantiasa berubah, tidak tergolong sebagai makrifat hakiki. Dalam pandangannya, ilmu dan pengetahuan dimulai dari diri sendiri, karena ilmu terhadap jiwa tidak bisa diragukan. Salah satu ungkapan beliau adalah Saya ragu, oleh karena itu, saya ada. 4.Gagasan Tentang Universalia Salah satu pembahasan inti di abad pertengahan ialah kajian tentang universal dan sumber kehadirannya, yakni apakah universal itu adalah penyaksian mutsul Plato itu sendiri ataukah konsep abstraksi akal yang bersifat universal yang sebagaimana diyakini oleh Aristoteles. Apakah universal itu secara mendasar tidak memiliki wujud luar. Apakah universal itu hanya sebatas suatu konsep. Apakah universal itu hanyalah sebuah kata umum yang bisa mencakup beberapa individu-individu eksternal. Apakah wujud universal itu sendiri sama dengan wujud partikular yang keberadaannya bukan hanya di alam pikiran, bahkan juga berada di alam eksternal yang sebagaimana maujud-maujud hakiki yang lain? Sebagai contoh manusia universal. Apakah manusia universal di sini hanyalah sebuah konsep universal yang ada di alam pikiran semata, ataukah manusia universal itu sendiri memiliki realitas eksternal (misalnya ia berada di alam non-materi) yang hanya bisa disaksikan secara intuitif dan syuhudi, ataukah manusia universal itu hanyalah sebuah kata umum yang bisa diterapkan pada lebih dari satu objek individual?. Upaya-upaya pemikiran di abad pertengahan itu tak lain ialah untuk menjawab persoalanpersoalan tersebut. Dalam hal ini, ada tiga perspektif dan aliran pemikiran: 1. Realisme (universalitas itu memiliki wujud eksternal atau mutsul Plato), 2. Idealisme (universal itu hanya terdapat dalam alam pikiran atau gagasan Aristoteles), 3. Nominalisme (menetapkan kata-kata umum yang mewakili individu-individu eksternal). Boethius (470-525 M) ialah orang pertama yang beranggapan bahwa universal itu hanyalah kata semata, walaupun iaberupaya menyelesaikan persoalan universal itu lewat gagasan Aristoteles. Roscelin (1050-1120 M) berkeyakinan bahwa yang hanya ada di alam eksternal adalah partikular, sementara universal itu tidaklah memiliki wujud hakiki dan hanya bersifat kata-kata semata. Peter Abelard (1079-1142 M) memandang bahwa universal itu terdapat di alam pikiran dan konsep-konsep universal itu adalah konsep-konsep abstraksi yang diambil dari maujud-maujud luar dengan memperhatikan sifat-sifatnya, dengan kata lain, universal itu merupakan konsepkonsep yang terdapat dalam pikiran yang menceritakan tentang realitas-realitas hakiki dan

eksternal. Segala kaidah filsafat dan ilmu berpijak pada penerimaan atas konsep-konsep universal, yakni jika seseorang beranggapan bahwa universalitas itu hanyalah sebuah kata semata dan menolak konsep universal itu, maka tidak satu pun kaidah yang iabisa diterima, karena semua proposisi universal akan menjadi proposisi partikular yang hanya terkait dengan individu tertentu saja, dengan demikian, segala proposisi universal yang merupakan pijakan seluruh ilmu dan kaidahkaidah ilmiah tidak memiliki individu-individu eksternalnya, begitu pula, seluruh filsafat dan hukum-hukumnya tak bermanfaat. Dengan alasan ini, pembahasan universalitas memiliki urgensi. Roger Bacon (1214-1294 M) ialah orang yang berpijak pada empirisme dan positivisme. Ia memandang bahwa alat pengetahuan adalah teks suci, argumentasi, dan experimen. Proposisi matematik yang karena berkaitan langsung dengan experiman bisa diterima. Thomas Aquinas (1225-1274 M) yakin bahwa rasionalitas dan pemikiran itu sangat bergantung pada pengindraan lahiriah, yakni pertama-tama indra lahir kita berhubungan dengan alam luar, kemudian akan terbentuk konsep-konsep imajinasi, dari konsep ini akal akan membentuk konsep-konsep universal. Perlu diketahui bahwa iabanyak bersentuhan dengan pemikiran filsafat Islam. William of Ockam (1287-1347 M) adalah seorang yang dikenal sebagai pengingkar konsepkonsep universal. Namun, sebenarnya tidak bisa dikatakan bahwa ia secara mutlak mengingkari dan menolaknya, karena ia menafsirkan universal itu sebagai penghubung antara pikiran dan objek-objek luar, dan terkadang ia juga menyebut penghubung itu sebagai konsep-konsep. Kesimpulan Filsafat pengetahuan merupakan suatu ilmu yang sangat urgen diketahui dan dipahami oleh peminat ilmu-ilmu univerasal, apatah lagi ia berguna untuk melacak kebenaran suatu mazhab dan ideologi, misalnya sophisme, skeptisisme, rasionalisme, empirisisme, peripatetisme, iluminasi, hikmah mutaaliyah, materialisme, eksistensialisme, humanisme, dan agama-agama. Untuk itu, mari kita bersama mengkaji aliran-aliran epistemologi yang ada dan memperdalam pengetahuan kita terhadap epistemologi yang dikembangkan oleh pemikir-pemikir Islam kontemporer, seperti Allamah Thaba-tahabai, syahid Sadr, Syahid Muthahari, Hairi Yazdi, dan lainnya. Mungkin dengan ini kita bisa memperkukuh keberagaman kita dan tidak terombang ambingkan oleh berbagai isykal dan syubhat yang ditiupkan tentang masalah eksistensi Tuhan, wahyu, kenabian, Maad, dan ajaran-ajaran agama Islam lainnya.

Filsafat Materialisme

View clicks

Posted January 13th, 2009 by iir_q

Filsafat Umum

BAB II PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN MATERIALISME Materialisme merupakan salah satu aliran dalam dunia filsafat. Materialisme adalah aliran yang memandang bahwa segala sesuatu adalah relitas, dan realitas seluruhnya adalah materi belaka. Kenyataan bersifat material dipandang bahwa segala sesuatu yang hendak dikatakannya adalah berasal dari materi dan berakhir dengan materi atau berasal dari gejala yang bersangkutan dengan materi. Tokoh aliran materialisme adalah Ludwig Freuerbach (1804-1872). Menurtnya hanya alamlah yang ada, manusia juga termasuk alam. Kaum materialis mengingkari adanya the ultimate nature of reality (realitas tertinggi atau Yang Mutlak). Mereka menganggap bahwa doktrin alam semesta yang digambarkan oleh sains merupakan materialisme sederhana. Kaum materialis berpendapat bahwa para filosof tidak dapat menambah, dalam arti memperbaiki pengertian materi yang bersifat deskripif yang diberikan oleh para ilmuwan pada masa hidupnya. B.ALIRAN-ALIRAN DALAM MATERIALISME Aliran-aliran dalam materialisme yang dimaksud disini adalah bahwa kaum materialis tidak seluruhnya dari dulu sampai sekarang dalam satu konsep pendapat yang tetap. Namun mengalami perubahan seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Adapun aliran-aliran dalam materialisme adalah: 1.Materialisme Lama Adalah aliran dalam materialisme yang lebih dulu muncul. Aliran ini berpendapat bahwa alam adalah unsur yang terbentuk dari atom materi yang berada sendiri dan bergerak. Aliran ini juga menggunakan energisme, yakni mengembalikan segala bentuk sesuatu pada energi. Mereka juga berpendapat bahwa manusia sama halnya seperti kayu dan batu. Tapi di sini bukan mereka berpendapat bawa manusia sama dengan kayu dan batu, namun pada akhirnya senua adalah materi, hanya materi. 2.Materialisme Modern Adalah aliran yang lebih modern, yang dalam beberapa hal tidak sesuai dengan pendapat para pendahulunya. Aliran ini berpendapat bahwa alam (universe) merupakan kesatuanmaterial yang tak terbatas. Alam, termasuk di dalamnya segala materi dan energi selalu ada dan akan tetap ada. Dan alam (world) adalah realitas yang keras, dapat disentuh, material, objektif, yang dapat diketahui manusia. Materialisme juga mengatakan bahwa jiwa (self) ada setelah materi, jadi psikis manusia merupakan salah satu gejala dari materi yang ada. 3.Materilisme Dialektis/Historis Materialisme aliran ini adalah aliran atau ajaran dari Karl Marx (1818-1883), sehingga aliran ini juga sering disebut dengan aliran Marxisme. Adapun pokok-pokok ajaran aliran ini adalah: 1.Teori materialisme historis. 2.Perjuangan kelas (class struggle) 3.Teori nilai dan teori lebih Adapun disebut dengan Materialisme Historis, karena menurut teorinya arah yang ditempuh oleh sejarah sama sekali ditentukan oleh perkembangan sarana-sarana produksi yang materiil. Marx berkeyakinan bahwa arah sejarah manusia akan manuju pada satu arah yakni komunisme. Dengan kata lain segala kepemilikan pribadi akan diganti dengan kepemilikan bersama. Fase sejarah seperti ini mutlak terjadi, oleh karena itu perjuangan kelas adalah hal utama yang perlu dilakukan. Sedangkan yang dimaksud dengan aliran Materialisme Dialektik adalah falsafah karl marx

bahwa keadaan peristiwa kehidupan akan berubah, seperti layaknya benih pohon yang akan berusaha berubah wujud menjadi pohon. Dalam hal ini marx mengemukakan teori Tese, Antitese, dan Sintese. Tese adalah keadaan awal, dimana manusia hidup pada komunitas asli tanpa pertentangan kelas. Lalu antitese, diman mulai muncul kelaskaum kapitalis dan kaum proletar, maka timbul krisis yang hebat dimana pada akhirnya kaum proletar bersatu untuk mengadakan revolusi. Selanjutnya terjadilah masyarakat tanpa kelas, dimana produksi menjadi hak milik bersama atau negara. C.DASAR PEMIKIRAN KAUM MATERIALIS 1.Bersifat Empirisme, yakni memahami segala sesuatu atas dasar akal dan indera saja. 2.Bersifat Naturalisme, yakni semua adalah alamiah. 3.Alam merupakan semesta yang bersifat abadi dan sebagai keseluruhan tidak terarah secara lurus kepada satu tujuan tertentu. 4.Jiwa merupakan gejala dari materi. 5.Semua perubahan yang terjadi bersifat kepastian semata. 6.Substansi-substansi materi merupakan penyusun utama sebuah materi dalam hal ini adalah atom. D.BANTAHAN TERHADAP ALIRAN MATERIALISME Aliran materilisme ternyata juga mendapatkan banyak bantahan dari aliran-aliran lain, diantaranya adalah: Re Le Sene, seorang tokoh eksentialisme, berpendapat bahwa aliran materialisme tidak mencakup keseluruhan. Dia mengatakan bahwa aliran materialisme bersifat detotalisasi artinya mengingkari manusia secara total, dia berpendapat bahwayang terpenting bagi manusia adalah usaha, bukan hanya akalnya. Para ilmuwan modern, berpendapat bahwa materialisme mengingkari faktor penting dalam kehidupan, misalnya cinta dan kebaikan. Karena kadua faktor inijuga merupakan faktor penting dalam keberhasilan usaha manusia. Agama islam, aliran ini dianggap tidak sesuai dengan ajaran agama, karena tidak mengakui adanya Yang Mutlak dan unsur metafisika. Karena dalam islam, kehidupan bukam semata yang terlihat, namun juga ada kehidupan yang tak terlihat. BAB III PENUTUP A.KESIMPULAN 1.Aliran materialisme adalah aliran yang berpendapat bahwa segala sesuatu adalah dari, oleh dan kembali pada materi. 2.Aliran materialisme terbagi menjadi tiga, yakni materialisme lama, materialisme baru dan materialisme dialektik (marxisme). 3.Banyak pendapat aliran ini yang ditentang karena tidak mengakui adanya the ultimate nature of reality (Yang Mutlak) dan jiwa. B.SARAN-SARAN 1.Filsafat berdasar rasio, jadi sebaiknya memilih filsafat yang berdasar rasio kita. 2.Filsafat sebaiknya diiringi oleh agama, yang merupakan kebenaran tertinggi.

3.Jangan pernah takut untuk berfilsafat. DAFTAR PUSTAKA 1.Kattsoff, Louis O. 2004. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana. 2.Syadali, Drs. H. Ahmad, M.A. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia. 3.Praja, Prof. Dr. Juhaya S. 2005. Aliran-aliran Filsafat dan Etika. Jakarta: Bumi putera. 4.iirmakalahtarbiyah.blogspot.com

click link 1873 clicks

Untuk dapat merequest file lengkap yang dilampirkan pada setiap judul, anda harus menjadi special member, klik Register untuk menjadi free member di Indoskripsi. Semua Special Member dapat mendownload data yang ada di download area. NB: Ada kemungkinan beberapa data belum ada filenya, karena dikirim oleh member biasa dan masih menunggu konfirmasi dari member yang bersangkutan. Untuk memastikan data ada atau tidak silahkan login di download area. BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah kebintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani : philosophia. Seiring perkembangan jaman akhirnya dikenal juga dalam berbagai bahasa, seperti : philosophic dalam kebudayaan bangsa Jerman, Belanda, dan Perancis; philosophy dalam bahasa Inggris; philosophia dalam bahasa Latin; dan falsafah dalam bahasa Arab. Para filsuf memberi batasan yang berbeda-beda mengenai filsafat, namun batasan yang berbeda itu tidak mendasar. Selanjutnya batasan filsafat dapat ditinjau dari dua segi yaitu secara etimologi dan secara terminologi. Secara etimologi, istilah filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah atau juga dari bahasa Yunani yaitu philosophia philien : cinta dan sophia : kebijaksanaan. Jadi bisa dipahami

bahwa filsafat berarti cinta kebijaksanaan. Dan seorang filsuf adalah pencari kebijaksanaan, pecinta kebijaksanaan dalam arti hakikat. Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filsuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya. Seorang Plato mengatakan bahwa : Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat kalau filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Al Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu ( pengetahuan ) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya. Berikut ini disajikan beberapa pengertian Filsafat menurut beberapa para ahli : Apa sebenarnya yang ditelaah filsafat ? selaras dengan dasarnya yang spekulatif , maka dia menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikrkan manusia. Sesuai dengan fungsinya sebagai pionir dia mempermasalahkan hal-hal yang pokok : terjwaba masalah satu, dia pun mulai merambah pertanyaan yang lain. Seorang professor yang penuh humor mendekatkan permasalahan yang dikaji dengan sajak dibawah ini. 1. What is man? 2. What is? 3. What? Maksudnya adalah bahwa pada tahap mula sekali, filsafat mempersoalkan siapakah manusia itu? : Hallo siapakah kau? Tahap ini dapat dihubungkan dengan segenap pemikiran ahliahli filsafat zaman yunani kuno sampai sekarang yang rupanya tidak kunjung selesai mempermasalahkan makhluk yang satu ini. Kadang kurang disadari bahwa tiap ilmu, terutama ilmu-ilmu sosialmempunyai asumsi tertentu tentang manusia yang menjadi tokoh utama dalam kajian keilmuannya. Tahap yang kedua adalah pertanyaan yang berkisar tentang ada: tentang hidup dan eksistensi manusia . apakah hidup ini sebenarnya? Apakah hidup itu sekedar peluang dengan

nasib yang melempar dadu acak? Dan nasib adalaha bagaikan sibernetik dengan umpan balik pilihan probablistik. Ataukah hidup ini sama sekali absura, tanpa arah dan tanpa bentuk, bagaikan amoeba yang berzigzag? Tahap yang ketiga, scenarionya bermula pad suatu pertemuan ilmiah tingkat tinggi dimana seorang ilmuan bicara panjang lebar tentang suatu penemua ilmiah dalam risetnya. Setelah berjam-jam dia bicara diapun menyeka keringatnya dan bertanya kepada hadirin : adakah kiranya yang belum jelas ? salah seorang bangkit dan seperti orang yang pekak memasang kedua belah tangan disamping kupingnya: Apa? ( rupanya sejak tadi dia tidak mendengar apa-apa ) Cabang cabang filsafat Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup 3 segi yakni : 1. Apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah ( Logika ) 2. Mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika) 3. Apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika) Ketiga cabang utama filsafat ini kemudian bertambah lagi yakni : 1. Pertama, teori tentang ada 2. Kedua, politik Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mrmpunyai bidang kajian yang lebih spesifik diantanya fisafat ilmu. Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain : 1. Epistemologi ( Filsafat Pengetahuan ) 2. Etika ( Filsafat Moral ) 3. Estetika ( Filsafat Seni )

4. Metafisika 5. Politik ( Filsafat Pemerintahan ) 6. Filsafat Agama 7. Filsafat Ilmu 8. Filsafat Pendidikan 9. Filsafat Hukum 10. Filsafat Sejarah 11. Filsafat Matematika Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan A. Penalaran Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakannya yang bersumber pada pengeteahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan penegetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan, meskipun seperti dikatakan pasca, hati pun mempunyai logika tersendiri. Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio atau fakta. Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran mengembangkan paham yang kemudian disebut sebagai rasionalisme. Sedangkan mereka yang yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sunber kebenaran mengembangkan paham empirisme. Ada beberapa usaha untuk menemukan pengetahuan yang benar, antara lain adalah : 1. Berpikir

Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah maka oleh sebab itu kegiatan proses berpikir utnuk menghasilkan pengetahuan yang benar itu pun juga berbeda-beda. Dapat dikatakan bahwa tiap jalan pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai criteria kebeneran. 2. Wahyu Ditinjau dari hakikat usahanya, maka dalam rangka menemukan kebenaran, kita dapat bedakan 2 jenis pengetahuan : a. Pengetetahuan yang didapatkan sebagai hasil usaha yang aktif dari manusia untuk menemukan kebenaran, baik melalui penalaran maupun lewat kegiatan lain seperti perasaan dan intiusi ( merupakan suatu kegiatan berpikir yang nonalitik yang tidak mendasarkan diri kepada suatu pola berpikir tertentu ). b. Pengetahauan yang bukian merupakan kebenaran yang didapat sebagai hasil usaha aktif manusia. Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran memepunyai cirri-ciri tertentu. 1. Adanya suatu proses berpikir secara luas yang dapat disebut logika Dalam hal ini maka dapat kita katakana bahwa tiap bentuk penalaran mempunyai logika tersendriri. Atau dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis, diman berpikir logis disini harus diartikan sebagai kegaitan berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu. Hal ini harus disadari bahwa berpikir logis itu mempunyai konotasi yang bersifat jamak (plural) dan bukan tunggal (singular). Suatu kegiatan berpikir bisa disebut logis ditinjau dari suatu logika tertentu, dan mungkin tidak logis bila ditinjau dari sudut logika yang lainnya. 2. Dari penalaran adalah sifat analitik dari proses berpikirnya Penlarana merupakan suatu kegiatan berpikir yangmenyandarkan diri kepadas suatu analisis dan kerangka berpikir yang dipergunakan untuk analisis tersebut adalah logika penalaran yang bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah merupakan suatu kegiatan analisis yang

mempergunkan logika ilmiah dan demikian juga penalaran lainnya yang mempergunkan logikanya tersendiri pula. B. Logika Logika adalah suatu penarikan kesimpulan baru yang dianggap shahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tyersebut dilakukan menurut cara tertentu. Sedangkan logika secara luas dapat didefinisikan sebagai pengkajian berpikir secara sahih. Ada 2 cara penarikan kesimpulan yang sesuai dengan studi yang memusatkan diri kepada penalaran ilmiah : 1. Logika Induktif Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan dari kasuskasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. 2. Logika Deduktif Logika deduktif yang membantu kita dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi khusus yang bersifat individual Induksi merupakan cara berpikir dima aditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Sedangkan Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesilpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogisme disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor.