Filsafat Abad Pertengahan di Eropa.docx

18
Sejarah Eropa memiliki bentangan waktu yang panjang dimulai dari zaman paleolithikum ribuan tahun yang lalu. Secara garis besar, sejarah Eropa dibagi menjadi 3 periode, yaitu: Eropa klasik, Eropa pertengahan, dan Eropa modern. Di sini kita akan membahas tentang Eropa abad pertengahan pada masa abad kegelapan. Abad pertengahan adalah periode sejarah yang terjadi di daratan Eropa yang ditandai sejak bersatunya kembali daerah bekas kekuasaan Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5 hingga munculnya monarkhi-monakhi nasional. Dimulainya penjelajahan samudera, kebangkitan humanisme, serta reformasi Protestan dengan dimulainya renaissance pada tahun 1517. Abad pertengahan sering diwarnai dengan kesan-kesan yang tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya kalangan yang memberikan stereotipe kepada abad pertengahan sebagai periode buram sejarah Eropa mengingat dominasi kekuatan agama yang begitu besar sehingga menghambat perkembangan ilmu pengetahuan, prinsip-prinsip moralitas yang agung membuat kekuasaan agama menjadi begitu luas dan besar di segala bidang. Abad pertengahan merupakan abad kebangkitan religi di Eropa. Pada masa ini agama berkembang dan mempengaruhi hampir seluruh kegiatan manusia, termasuk pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, sains yang telah berkembang di zaman klasik dipinggirkan dan dianggap sebagai ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia dari pemikiran ketuhanan. Eropa dilanda Zaman Kegelapan sebelum tiba Zaman Pembaharuan. Yang dimaksud Zaman Kelam atau Zaman Kegelapan ialah zaman masyarakat Eropa menghadapi kemunduran intelektual dan kemunduran ilmu pengetahuan Menurut Ensikopedia Amerikana, zaman ini berlangsung selama 600 tahun, dan bermula antara zaman kejatuhan Kerajaan Romawi dan berakhir dengan kebangkitan intelektual pada abad ke-15 Masehi. Gelap juga dianggap sebagai tidak adanya prospek yang jelas bagi masyarakat Eropa. Keadaan ini merupakan wujud kekuasaan agama, yaitu gereja Kristiani yang sangat berpengaruh. Gereja serta para pendeta mengawasi pemikiran masyarakat serta juga politik. Mereka berpendapat hanya gereja saja yang pantas untuk menentukan kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu

Transcript of Filsafat Abad Pertengahan di Eropa.docx

Sejarah Eropa memiliki bentangan waktu yang panjang dimulai dari zaman paleolithikum ribuan tahun yang lalu. Secara garis besar, sejarah Eropa dibagi menjadi 3 periode, yaitu: Eropa klasik, Eropa pertengahan, dan Eropa modern. Di sini kita akan membahas tentang Eropa abad pertengahan pada masa abad kegelapan.Abad pertengahan adalah periode sejarah yang terjadi di daratan Eropa yang ditandai sejak bersatunya kembali daerah bekas kekuasaan Kekaisaran Romawi Barat pada abad ke-5 hingga munculnya monarkhi-monakhi nasional. Dimulainya penjelajahan samudera, kebangkitan humanisme, serta reformasi Protestan dengan dimulainya renaissance pada tahun 1517.Abad pertengahan sering diwarnai dengan kesan-kesan yang tidak baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyaknya kalangan yang memberikan stereotipe kepada abad pertengahan sebagai periode buram sejarah Eropa mengingat dominasi kekuatan agama yang begitu besar sehingga menghambat perkembangan ilmu pengetahuan, prinsip-prinsip moralitas yang agung membuat kekuasaan agama menjadi begitu luas dan besar di segala bidang.Abad pertengahan merupakan abad kebangkitan religi di Eropa. Pada masa ini agama berkembang dan mempengaruhi hampir seluruh kegiatan manusia, termasuk pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, sains yang telah berkembang di zaman klasik dipinggirkan dan dianggap sebagai ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia dari pemikiran ketuhanan. Eropa dilanda Zaman Kegelapan sebelum tiba Zaman Pembaharuan. Yang dimaksud Zaman Kelam atau Zaman Kegelapan ialah zaman masyarakat Eropa menghadapi kemunduran intelektual dan kemunduran ilmu pengetahuan Menurut Ensikopedia Amerikana, zaman ini berlangsung selama 600 tahun, dan bermula antara zaman kejatuhan Kerajaan Romawi dan berakhir dengan kebangkitan intelektual pada abad ke-15 Masehi.Gelap juga dianggap sebagai tidak adanya prospek yang jelas bagi masyarakat Eropa. Keadaan ini merupakan wujud kekuasaan agama, yaitu gereja Kristiani yang sangat berpengaruh. Gereja serta para pendeta mengawasi pemikiran masyarakat serta juga politik. Mereka berpendapat hanya gereja saja yang pantas untuk menentukan kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu pengetahuan. Akibatnya kaum cendekiawan yang terdiri daripada ahli-ahli sains merasa mereka ditekan dan dikawal ketat. Pemikiran mereka pun ditolak dan timbul ancaman dari gereja, yaitu siapa yang mengeluarkan teori yang bertentangan dengan pandangan gereja akan ditangkap dan didera, malah ada yang dibunuh. segala keputusan pemerintah dan hukum negara tidak diambil berdasarkan demokrasi di parlemen seperti ketika zaman kekasiaran Roma. Keputusan tersebut diambil oleh majelis dewan Gereja. Tidak setiap individu berhak berpendapat, karena pada zaman itu yang berhak mengeluarkan pendapat-keputusan adalah para ahli agama. (lihat perilaku kaum Salafy yang kini justru meniru mereka) Bahkan segala sesuatu yang bertentangan dengan penafsiran dewan gereja merupakan pelanggaran hukum berat.Akibatnya setiap inovasi yang berasal dari kaum ilmuan selalu digagalkan oleh dewan gereja. Ya itu tadi pokoknya bila dewan gereja tidak paham dan tidak memiliki dasar argumen yang kuat di dalam injil maka inovasi tersebut merupakan perkara pelanggaran agama berat. Salah satu yang menjadi korbannya adalah Nicholas Coppernicus yang berakhir tragis akibat teorinya yang mengataAkibat terlalu banyak intervensi dewan Gereja pada sendi-sendi kehidupan, termasuk juga pelarangan terhadap temuan maupun inovasi baru yang tidak ada pada injil maka akhirnya terjadi stagnasi secara multi dimensi yang lambat laun berimbas pada timbulnya krisis multi dimensi.Zaman Kegelapan (Dark Ages) Abad kegelapan merupakan sebuah zaman antara runtuhnya Kekaisaran Romawi dan Renaisannce atau munculnya kembali peradaban lama. Dari masa sebelum masehi yang kental dengan Filsafat Relativisme (Kebenaran) Sofisme Yunani Kuno, berlanjut ke apa yang kemudian dinamakan Jaman Abad Pertengahan yang berlangsung lama, kurang lebih selama lima belas Abad, dari sekitar Abad I sampai Abad XV M.Masa ini disebut juga sebagai Era atau masa Medieval atau juga Abad Kegelapan atau Dark Ages) dan dimulai setelah masa Nabi Isa bin Maryam alaihis salam menapakkan kaki di muka Bumi dan berdakwah. Beliau dikenal juga sebagai Isa bin (anak) Maryam, yang dengan sejumlah perkecualian dan catatan perbedaan mendasar adalah hampir dapat dikenal sama juga sebagai Yesus Kristus atau Yesus dari Nazareth dalam khazanah Kristen.Kegemparan akan datangnya Yesus dari Nazareth yang tak memiliki ayah dan nasabnya ditahbiskan kepada Maryam (Maria), ibunya, dan dalam hidup singkatnya menampilkan berbagai mukjizat luar-biasa itu, mengguncang peradaban manusia di sekitarnya saat itu, dan banyak orang yang kemudian berspekulasi akan kenyataan ini.Di masa ini, lahir pula agama Kristen, dan ide-idenya mendominasi relung kehidupan masyarakat Eropa dan pengikutnya, termasuk para Pemikirnya. Dan wajah peradaban Barat pada Abad Pertengahan ini, karenanya, didominasi oleh Filsafat Kristen.Filsafat Kristen atau Abad Pertengahan ini, antara lain bertokohkan Filsuf Plotinus, (Santo atau Saint) Augustinus atau Augustine, (Saint) Anselmus, Robert Grosseteste, Roger Bacon, Albert Agung, Thomas Aquinas, dsb. Yang kesemuanya sepakat mengedepankan iman dogmatis (tak boleh dibantahi) Kristiani, dan telaahnya pun bersifat religius-dogmatis.Akibat pengaruh hebat dan dominan Agama Kristen yang didominasi oknum kaum Gerejawan dan Monarki Baratnya dengan segala ragam tafsir dogmatisnya.Dan tak pelak pemanfaatan Platonisme ala Yunani Kuno (dicetuskan Plato) yang mengajarkan bahwa kebenaran itu sudah ada dengan sendirinya dan berpusat kepada Tuhan namun berjenis dan berbungkus baru, yang disebut sebagai Neo-Platonisme, menjadi gencar dan ditahbiskan sepenuhnya tanpa telaah kristis kepada iman Kristiani. Ini, mau tak mau mendukung pula klaim dogmatis akan kebenaran Kristen.Para ahli Filsuf dan Agamawan mereka di saat itu karenanya teguh bermottokan Credo et intelligam atau Keyakinan (keimanan agama) berkedudukan di atas pemikiran (logika), keyakinan mengungguli pemikiran atau lebih mudahnya, Yakini dulu sesuatu, baru carikan alasan untuk menjelaskannya.Maka, dengan sendirinya, Akal (di Barat) benar-benar kalah pada masa ini (terutama terlihat pada isi Filsafat dari Plotinus, Augustinus, Anselmus). Bahkan potensi pemanfaatan akal diganti mutlak oleh Augustinus dengan Iman dogmatis, sebelum penghargaan terhadap potensi Akal sempat muncul kembali kemudian pada masa Thomas Aquinas di akhir masa Abad Pertengahan itu.Dan karenanya pula, Aquinas kemudian ditentangi hebat dan dibenci sebagian besar masyarakat gereja yang terlanjur menjadi pendukung jalur hati iman Kristiani yang dalam hal ini sebagaimana telah disebutkan di atas adalah iman mutlak dogmatis kristiani yang tidak mengindahkan telaah kritis akal.Ini juga tak pelak menyebabkan masyarakat Barat di masa itu secara luas menjadi percaya dan beriman dogmatis akan rasa hati (atau yang adalah agama, Kristen, lebih tepatnya Kristen Katolik, bagi mereka), karena menurut mereka agama adalah rasa hati dan Filsafat adalah pemikiran. Filsafat dan Agama itu sendiri, satu hal yang di masa sesudahnya terutama masa Thomas Aquinas, dicoba untuk disatu-padukan namun menemui sejumlah kendala sampai masa Modern merebak.Keyakinan Kristiani yang mendominasi di masa Abad Pertengahan ini, menjadikannya tidak boleh atau tidak mudah untuk dapat dikritiki, sekaligus membuat kedudukan mereka yang berada dalam struktur otoritas agamanya menjadi tinggi dan tak dapat disalahkan. Dan karenanya ini juga membuat mereka makmur secara ekonomi juga sebagai pemegang mandat negara dengan mandat Otokrasi dan Teokrasi Kristiani.Dan kenyataan ini bagi sebagian orang lain, misalnya rakyatnya yang mereka pimpin, artinya juga adalah kesemena-menaan yang diorganisasikan. Kekuasaan absolut negara dan pusat-pusat kesejahteraan masyarakat saat itu dipegang mutlak oleh Gereja dan Kerajaan, dengan pajak sistem Feodalisme berdasarkan tafsir mereka terhadap iman Kristiani dan bahwa Gereja adalah wakil Tuhan di Bumi dan bahwa sistem pemerintahan yang terbenar adalah Kerajaan Kristiani penyokongnya. Golongan Ksatria, dan Raja adalah pelindung rakyat dan rakyat harus membayar pajak kepada mereka yang penafsirannya seringkali dianggap semena-mena oleh rakyat.Tak pelak juga, maka, perkembangan ilmu-pengetahuan yang biasanya berdasarkan kepada gelitikan pemikiran, rasa penasaran, kebertanya-tanyaan pemikiran pun menjadi lambat pula. Pendeknya, potensi telaah akal pada masa ini dihambati.Di saat Zaman Kegelapan, segala keputusan pemerintah dan hukum negara tidak diambil berdasarkan demokrasi di parlemen seperti ketika zaman Kekaisaran Romawi. Keputusan tersebut diambil oleh majelis dewan Gereja. Tidak setiap individu berhak berpendapat, karena pada zaman itu yang berhak mengeluarkan pendapat keputusan adalah para ahli agama. Gagasan tentang Dark Age berasal dari Petrarch (seorang humanis,cendekiawan dan penyair Italia) pada tahun 1330-an. Dia menulis tentang orang-orang yang hidup sebelum dia, ia berkata: "Di tengah kesalahan bersinar seorang genius, mata mereka melihat dengan tajam meskipun mereka dikelilingi oleh kegelapan yang sangat pekat ". Para penulis yang beragama Kristen, termasuk Petrarch sendiri telah lama menggunakan kiasan " terang melawan gelap "untuk menggambarkan" kebaikan melawan kejahatan ". Petrarch adalah orang pertama yang menggunakan kiasan dan memberikan makna sekuler dengan membalikkan penerapannya. Zaman klasik telah lama dianggap sebagai zaman "gelap" karena kurangnya kekristenan yang dilihat oleh Petrarch sebagai zaman "cahaya" karena prestasi dan pencapaian kultural, sedangkan pada zaman Petrarch, diduga kurang prestasi budaya sehingga Petrarch memandangnya sebagai zaman kegelapan (dark age).Abad pertengahan merupakan zaman dimana Eropa sedang mengalami masa suram. Berbagai kreativitas sangat diatur oleh gereja. Dominasi gereja sangat kuat dalam berbagai aspek kehidupan. Agama Kristen sangat mempengaruhi berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Seolah raja tidak mempunyai kekuasaan, justru malah gereja lah yang mengatur pemerintahan. Berbagai hal diberlakukan demi kepentingan gereja, tetapi hal-hal yang merugikan gereka akan mendapat balasan yang sangat kejam. Contohnya, pembunuhan Copernicus mengenai teori tata surya yang menyebutkan bahwa matahari pusat dari tata surya, tetapi hal ini bertolak belakang dari gereja sehingga Copernicus dibunuhnya.Pemikiran manusia pada Abad Pertengahan ini mendapat doktrinasi dari gereja. Hidup seseorang selalu dikaitkan dengan tujuan akhir (ekstologi). Kehidupan manusia pada hakekatnya sudah ditentukan oleh Tuhan. Maka tujuan hidup manusia adalah mencari keselamatan. Pemikiran tentang ilmu pengetahuan banyak diarahkan kepada theology. Pemikiran filsafat berkembang sehingga lahir filsafat scholastik yaitu suatu pemikiran filsafat yang dilandasi pada agama dan untuk alat pembenaran agama. Oleh karena itu disebut Dark Age atau Zaman Kegelapan.Abad pertengahan merupakan abad kebangkitan religi di Eropa. Pada masa ini agama berkembang dan mempengaruhi hampir seluruh kegiatan manusia, termasuk pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, sains yang telah berkembang di zaman klasik dipinggirkan dan dianggap sebagai ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia dari pemikiran ketuhanan. Eropa dilanda Zaman Kegelapan sebelum tiba Zaman Pembaharuan. Yang dimaksud Zaman Kelam atau Zaman Kegelapan ialah zaman masyarakat Eropa menghadapi kemunduran intelektual dan kemunduran ilmu pengetahuan Menurut Ensikopedia Amerikana, zaman ini berlangsung selama 600 tahun, dan bermula antara zaman kejatuhan Kerajaan Romawi dan berakhir dengan kebangkitan intelektual pada abad ke-15 Masehi.Gelap juga dianggap sebagai tidak adanya prospek yang jelas bagi masyarakat Eropa. Keadaan ini merupakan wujud kekuasaan agama, yaitu gereja Kristiani yang sangat berpengaruh. Gereja serta para pendeta mengawasi pemikiran masyarakat serta juga politik. Mereka berpendapat hanya gereja saja yang pantas untuk menentukan kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu pengetahuan. Akibatnya kaum cendekiawan yang terdiri daripada ahli-ahli sains merasa mereka ditekan dan dikawal ketat. Pemikiran mereka pun ditolak dan timbul ancaman dari gereja, yaitu siapa yang mengeluarkan teori yang bertentangan dengan pandangan gereja akan ditangkap dan didera, malah ada yang dibunuh. segala keputusan pemerintah dan hukum negara tidak diambil berdasarkan demokrasi di parlemen seperti ketika zaman kekasiaran Roma. Keputusan tersebut diambil oleh majelis dewan Gereja. Tidak setiap individu berhak berpendapat, karena pada zaman itu yang berhak mengeluarkan pendapat-keputusan adalah para ahli agama. (lihat perilaku kaum Salafy yang kini justru meniru mereka) Bahkan segala sesuatu yang bertentangan dengan penafsiran dewan gereja merupakan pelanggaran hukum berat.Akibatnya setiap inovasi yang berasal dari kaum ilmuan selalu digagalkan oleh dewan gereja. Ya itu tadi pokoknya bila dewan gereja tidak paham dan tidak memiliki dasar argumen yang kuat di dalam injil maka inovasi tersebut merupakan perkara pelanggaran agama berat. Salah satu yang menjadi korbannya adalah Nicholas Coppernicus yang berakhir tragis akibat teorinya yang mengatakan akibat terlalu banyak intervensi dewan Gereja pada sendi-sendi kehidupan, termasuk juga pelarangan terhadap temuan maupun inovasi baru yang tidak ada pada injil maka akhirnya terjadi stagnasi secara multi dimensi yang lambat laun berimbas pada timbulnya krisis multi dimensi

Filsafat Yunani mengalami kemegahan dan kejayaannya dengan hasil yang sangat gemilang, yaitu Yunani merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Giliran selanjutnya adalah warisan peradaban Yunani jatuh ke tangan kekuasaan Romawi. Kekuasaan Romawi memperlihatkan kebesaran dan kekuasaannya hingga daratan Eropa (Britania), tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut terbawa. Hal ini berkat peran Caesar Agustus yang berperan mencipta masa keemasan kesustraan Latin, kesenian, dan arsitektur Romawi.Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa (kira kira selama 5 abad) belum memunculkan ahli pikir(filosof) , akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi, barulah muncul para ahli pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat Barat abad pertengahan .Filsafat barat abad pertengahan (476 1492) juga dapat dikatakan sebagai abad gelap. Pendapat ini didasarkan pada pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu tindakan gereja sangat mebelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli pikir pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan berpikir. Apabila terdapat pemikiran pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang mengemukakannya akan mendapat hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya penyelidikan penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Yang berhak mengadakannya adalah pihak gereja. Walaupun demikian , ada juga yang melanggar dan mereka dianggap murtad kemudian di inkuisisi. Pengejaran terhadap orang orang murtad ini mencapai puncaknya pada saat Paus Innocentius III di akhir abad XII, dan yang paling berhasil dlam pengejaran orang orang murtad ini di Spanyol.

Ciri ciri pemikiran filsafat abad pertengahan adalah:- cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja-berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles-berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain lainMasa ini penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah hidup yang saleh. Namun di sisi lain, dominasi gereja ini tanpa memikirkan martabat dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran,keinginan dan cita cita untuk menentukan masa depannya sendiri.Masa abad pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu: masa pratistik dan masa skolastik. Masa skolastik terbagi menjadi: Skolastik Awal, Skolastik Puncak, dan Skolastik Akhir.

A. Masa Pratistik

Berasal dari kata latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin gereja. Para pemimpin ini dipilih dari golongan atas atau golongan ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang menolak filsafat Yunani dan ada yang menerimanya.Bagi yang menolak, mereka beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, dan tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat Yunani. Bagi mereka yang menerima sebagai alasannya beranggapan bahwa walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara berfikir). Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang orang yang menerima filsafat yunani menuduh bahwa mereka (orang orang kristen yang menolak filsafat Yunani) itu munafik. Kemudian, orang orang yang dituduh munafik tersebut menyangkal, bahwa tuduhan tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang orang yang dituduh munafik tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang orang yang menolak filsafat yunani mengatakan bahwa dirinyalah yang benar benar hidup sejalan dengan Tuhan.

1. Justinus Martir

Nama aslinya Justinus, kemudian nama Martir diambil dari istilah orang orang yang rela mati hanya untuk kepecayaannya.Menurutnya, agama Kristen bukan agama baru karena .Kristen lebih tua dari filsafat dari filsafat Yunani, dan nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan Kristen. Padahal, musa hidup sebelum Socrates dan Plato. Socrates dan Plato sendiri sebenarnya telah menurunkan hikmahnya dengan memakai hikmah musa. Selanjutnya di katakan bahwa filsafat Yunani itu mengambil dari kitab Yahudi. Pandangan ini berdasarkan bahwa kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek logosnya ini orang orang Yunani (Socrates, Plato dan lain lain) kurang memhami apa yang terkandung dan memancar dari logosnya, yaitu pencerahan sehingga orang orang Yunani dapat dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Mengapa meeka menyimpang? Karena orang orang yunani terpengaruh oleh demon atau setan. Demoun atau setan tersebut dapat mengubah pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi agama Kristen lebih bermutu dibanding dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan Justinus Martin.

2. Klemens (150 215)

Ia juga termasuk pembela Kristen, tetapi ia tidakmembenci filsafat Yunani. Pokok pokok pikirannya adalah sebagai berikut :- memberikan batasan batasan terhadap ajaran kristen untuk mempertahankan diri dari otoritas filsafat Yunani- memerangi ajaran yang anti terhadap kristen dengan menggunakan filsafat yunani- bagi orang kristen, filsafat dapat diapakia untuk membela iman kristen, dan memikirkan secara mendalam.

3. Tertullianus (160 222)

Ia dilahirkan bukan dari keluarga kristen, tetapi setelah melakukan pertobatan ia menjadi gigih membela kristen secara fanatik. Ia menolak kehadiran filsafat yunani karena filsafat dianggap sebagai sesuatu yang tidak perlu. Ia berpendapat, bahwa wahyu tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubungan antara teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan antar Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat).Akan tetapi lama kelamaan , ia akhirnya menerima juga filsafat Yunani sebagai cara berpikir yang rasional. Alasannya bagaimanapun juga berpikir rasional itu diperlukan sekali. Ketika itu, karena pemikiran filsafat yang diharapkan tidak dibakukan, saat itu filsafat hanya mengajarkan pemikiran pemikiran ahli pikir Yunani saja, sehingga akhirnya Tertullianus melihat filsafat hanya dimensi praktisnya saja, dan ia menerima filsafat sebagai cara atau mode berpikir untuk memikirkan kebenaran keberadaan tuhan dan sifat sifatnya.

4. Augustinus (354 430)

Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam macam aliran, antara lain platonisme dan skeptitisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai guru skolastik yang sejati. Ia seorang tokoh besar di bidang teologi dan filsafat.Menurutnya, daya pemikiran manusia ada batasnya, tetapi pikiran manusia dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi. Artinya, akal pikir manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kenyataan yang lebih tinggi.Ajaran Augustinuspun berhasil menguasai sepuluh abad, dan mempengaruhi pemikiran Eropa. Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari skolastik dapat mendominasi hampir sepuluh abad? Karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada suatu sistem sehingga ajarannya mampu meresap sampai masa skolastik.

B. Masa Skolastik

Istilah ini berasal dari kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakancorak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan.Beberapa pengertian dari corak khas skolastik :a. Merupakan filsafat yang mempunyai corak semata mata agama. Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.b. Merupakan filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional memecahkan pesoalan persoalan mengenai berpikir, sifat ada, kejasmanian,kerohanian, baik buruk. Dari rumusan tersebut muncul istilah Skolastik Yahudi, Skolastik Arab dan selainnya.c. Adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi antara kepercayaan dan akal.d. Merupakan filsafat yunani karena banyak dipengaruhi oleh ajaran gereja.

Adapun faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan filsafat skolastik yaitu :Faktor religiusYang dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang berperikehidupan religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu perjalanan ke tanah suci Yerussalem, dunia ini bagaikan negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air mata saja (tempat kesedihan). Manusia dengan sifat kodratnya mempunyai cela atau kelemahan, ia memerlukan suatu pengampunan untuk dapat sampai ke surga. Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya.Faktor ilmu pengetahuanSaat itu telah banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara biara, gereja, ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambil dari apara penulis Latin, Arab (Islam) dan Yunani.Masa skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu :1. Skolastik awal (800 1200)2. Skolastik puncak (1200 1300)3. Skolastik akhir (1300 1450)

1. Skolastik awal

Sekjak abad ke -5 hingga ke -8 masehi, pemikiran filsafat patristik mulai merosot, terlebih lagi pada abad ke -6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap romawi sehingga kerajaan romawi besreta peradabannya ikut runtuh yang telah dibangun selama berabad abad. Baru pada abad ke -8 masehi kekuasaan berada di bawah karel agung (742 814) dapat memberikan suasana ketenangan dalam berbagai bidang termasuk pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulainya kebangkitan yang merupakan kecemerlangan abad pertengahan.Saat ini merupakan zaman baru bagi bangsa eropa. Hal ini ditandaidengan skolastik yang di ndalamnya banyak diupayakan pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah sekolah. Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau artes liberales, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika (seni berdiskusi), ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan dan musik.Di antara tokoh tokohnya adalah Aquinas (735 805), Johannes Scotes Eriugena (815 870), Peter Lombard(1100 1160), John Salisbury (1115 1180), Peter Abaelardus(1079 1180).

Peter Abaelardus (1079 1180)

Ia dilahirkan di Le Pallet, Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar dengan para ahli pikir dan pejabat gereja. Ia termasuk orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman. Iman harus mau didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh akal.Berbeda halnya dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berpikir harus sejalan dengan iman.

2. Skolastik PuncakMasa ini merupakan masa kejayaan skolastik yang ditandai dengan munculnya universitas universitas dan ordo ordo yang berperan sebagai pusat ilmu pengetahuan dan kebudayaan.adapun faktor faktor yang memdukung kejayaannya adalah :a. Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke 12 hingga abad ke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.b. Didirikannya 1200 didirikan Universitas Almameter di Perancis yang merupakan gabngan dari beberapa sekolah. Almameter inilah sebagai aawal berdirinya universitas di Paris, Oxford, Mont Pellier,Cambridge dan lain lain.c. Berdirinya ordo ordo yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap ilmu pengetahuan.

Albertus Magnus (1203 1280)

Ia dikenal sebagai cendikiawan abad pertengahan. Di universitas Padua ia belajar artes liberales, ilmu ilmu pengetahuan alam, kedokteran, filsafat aristoteles, teologi di Bulogna, dan masuk Ordo Dominican tahun 1223, lalu kle Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.

Thomas Aquinas(1225-1274)

Di samping sebagai ahli pikir, ia juga dikenaj sebagai dokter gereja bangsa italia. Ia merupakan tokoh besar skolatitisme, salah seorang suci gereja Katholik Romawi dan pendirian aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja katholik. Karya Thomas Aquinas telah menandai taraf yang tinggi dari aliran skolastisisme paada abad pertengahan.Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan dengan jalan yang berbeda beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman. Semua kebenaran timbul secara ketuhanan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa kebenaran yang berada di luar kekuatan pikir.selanjutnya ia mengatkan bahwa iman lebih tinggi dan berada di luar pemikiran yang berkenaan sifat Tuhan dan alam semesta. Timbulnya pokok persoalan yang aktual dan praktis dari gagasannya adalah pemikirannya dan kepercayaannya telah menemukan kebenaran mutlak yang harus diterima oleh orang orang lain. Pandangan inilah menjadikan perlawanan kaum Protestan karena sikapnya yang otoriter. Ia sendiri menyadari bahwa tidak dapat menghilangkan unsur unsur Aristoteles. Bahkan ia menggunakan ajaran Aristoteles, tetapi sistem pemikirannya berbeda. Masuknya unsur Aristoteles ini didukung oleh kebijakan pimpinan gereja Paus Urbanus V (1366) yang memberikan angin segar untuk kemajuan filsafat. Iapun mengadakan langkah langkah sebagai berikut.Langkah pertama, ia menyuruh teman sealiran Willem van Moerbeke untuk membuat terjemahan baru langsung dari Yunani untuk melawan Aristotelianisme.Langkah kedua, pengkristenan ajaran Aristoteles dari dalam.Langkah ketiga, ajaran Aristoteles yang telah dikristenkan dipakai untuk membuat sintesis yang lebih bercorak ilmiah.

3. Skolastik Akhir

Masa ini ditandai dengan adanya raas jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Di antara tokoh tokohnya adalah William Ockham (1285 1349). Nicolas Cussasus (1401 1464).

William Ockham (1285 1349)

Ia adalah ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Ia pernah dipenjara di Avignon karena menolak ajakan Thomas dan mendalilkan bahwa kenyataan itu dapat apda benda benda satu demi satu, dan hal hal yang umum itu hanya tanda tanda abstrak.Menurutnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang barang atau kejadian kejadian individual. Konsep konsep atau kesimpulan kesimpulan umum tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran ini dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Di samping itu ia membantah anggapan skolastik bahwa logika dapat membuktikan doktrin logis. Hal ini akan membawa kesulitan dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.

Nicholas Cusasus (1401 1464)

Ia sebagai tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurutnya terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat indra, akal, dan intuisi. Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk bentuk pengertian yang abstrak berdasarkan pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan yang lebih tinggi.hanya dengan intuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak dapat satukan. Adapun akal hanya mempunyai kemampuan yang terbatas. Maka dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada kenyataan, yaitu suatu tempat di mana segala sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan. Pemikirannya ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan, yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari pemikirannya ini tersirat suatu pemikiran yang humanis.

4. Skolastik Arab (Islam)

Tokoh tokoh yang termasuk para ahli pikir Islam (pemikir Arab atau Islam pada masa skolastik), yaitu Al-Farabi, Ibnu Sina, Al-Kindi, Ibnu Rusyd. Adapun peranan ahli pikir tersebut antara lain :a. Hingga abad ke-12 orang orang barat belum pernah mengenal filsafat Aristoteles sehingga yang terkenal hanya hanya buku Logika Aristoteles.b. Orang orang Barat itu mengenal Aristoteles berkat tulisan dari para ahli pikir Islam, terutama dari Ibnu Rusyd yang kemudian dikenal sebagai guru terbesar para ahli pikir Skolastik Latin.c. Skolastik Islamlah yang membawakan perkembangan Skolastik Latin.Selain dalam bidang filsafat, para ahli pikir tersebut juga memberikan sumbangan yang tidak kecil bagi Eropa, yaitu dalam bidang ilmu pengetahuan. Sebagian ahli pikir Islam menganggap bahwa filsafat Aristoteles benar, Plato dan Al quran benar, mereka mengadakan perpaduan dan sinkretisme antara agama dan filsafat. Pemikiran pemikiran tersebut masuk ke Eropa yang merupakan sumbangan Islam paling besar.Dengan demikian, dalam pembahasan skolastik Islam terbagi menjadi dua periode, yaitu:a. Periode Mutakallimin (700 900)b. Periode filsafat Islam (850 1200)

C. Masa Peralihan

Masa peralihan ini diisi dengan gerakan kerohanian yang bersifat penbaharuan. Zamanperalihan ini merupakan embrio masa modern, yang ditandai dengan munculnya Renaissance, humanisme, dan reformasi yang berlangsung antara abad ke-14 hingga ke-16.

Renaissance

Renaissance atau kelahiran kembali di Eropa ini merupakan suatu gelombang kebudayaan dan pemikiran yang dimulai dari Italia, kemudian di Spanyol, Prancis, dan selanjutnya hingga menyebar ke seluruh Eropa. Di antar tokoh tokohnya adalah Leonardo Da Vinci, Michelangelo, Machiavelli, dan Giordano Bruno.

Humanisme

Pada mulanya ini dipakai sebagai suatu pendirian di kalangan ahli pikir Rennaissance yang mencurahkan perhatiannya terhadap pengajaran kesustraan Yunani dan Romawi, serta prikemanusiaan. Kemudian, humanisme berubah fungsinya menjadi gerakan untuk kembali melepaskan gerakan dari gereja dan berusaha menemukan kembali sastra Yunani dan Romawi. Di antara para tokohnya adalah Boccaccio, Petrarcus, Lorenco Vallia, Erasmus, dan Thomas Morre.

Reformasi

Merupakan revolusi keagamaan di Eropa Barat abad ke-16. Itu dimulai dari pergerakan terhadap perbaikan keadaan Gereja Khatolik, lalu berkembang menjadi asas asas Protestanisme. Para tokohnya antara lain Jean Calvin dan Martin Luther.Akhirnya dalam filsafat Renaissace salah satu unsur pokoknya adalah manusia. Suatu pemikiran yang sejajar dengan Renaissance. Pemikiran yang ingin menempatkan menusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan.

KESIMPULAN

Akal pada abad pertengahan ini benar benar kalah. Hal itu kelihatan dengan jelas pada filsafat Poltinus, Augustinus dan Anselmus. Pada Aquinas penghargaan terhadap akal muncul kembali, dan karena itu filsafatnya banyak mendapat kritik. Sebagaimana telah dikatakan , abad pertengahan merupakan pembalasan terhadap dominasi akal yang hampir seratus persen pada zaman Yunani sebelumnya, terutama pada zaman sofis.Pemasungan akal dengan jelas terlihat pad pemikiran Plotinus. Ia mengatakan bahwa Tuhan (ini mewakili metafisika)bukan untuk dipahami, melainkan untuk dirasakan.Augustinus mengganti akal dengan iman; potensi manusia yang diakui pada zaman Yunani diganti dengan kuasa Allah. Ciri khas filsafat abad pertengahan terletak pada rumusan terkenal yang dikemukakan oleh Saint Anselmus, yaitu credo ut intelligam. Credo ut intelligam kira kira berarti iman lebih dulu, setelah itu mengerti. Sifat ini berlawanan dengan sifat filsafat rasional, di mana pengertian itulah yang didahulukan; setelah mengerti barulah mungkin diterima, dan kalau mau diimani. Kelihatannya filsafat credo ut intelligam itu tidak akan merugikan perkembangan filsafat dan saint seandainya wahyu yang dijadikan andalan adalah wahyu yang tidak berlawanan dengan akal logis. Hal ini kita temukan misalnya dalam Islam. Filsafat di dalam Islam berkembang amat pesat karena keyakinan (iman) Islam tidak ada yang berlawanan dengan akal logis; yang ada ialah bagian bagian yang supralogis atau suprarasional.Adapun kelemahan dalam filsafat Kristen pada abad pertengahan ialah sifatnya yang terlalu yakin pada penafsiran teks Kitab Suci.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi Asmoro , 1995 , Filsafat Umum , Jakarta : Rajawali PersTafsir Ahmad , 1990 , Filsafat Umum , Bandung : PT Remaja RosdakaryaKattsoff Louis O. , 1986 , Pengantar Filsafat , Yogyakarta , Tiara Wacana