FILSAFAT

73
FILSAFAT Etimologis: Filsafat = falsafat = falsafah = filosofi = philosophy berasal dari kata Yunani: Philos, philein, philia = cinta, kekasih, sahabat, suka, gemar Sophia = kebijaksanaan, kearifan, kebenaran Kata philosphia pertama kali digunakan oleh Phytagoras pada abad 6 BC.

description

FILSAFAT. Etimologis: Filsafat = falsafat = falsafah = filosofi = philosophy berasal dari kata Yunani: Philos, philein, philia = cinta, kekasih, sahabat, suka, gemar Sophia = kebijaksanaan, kearifan, kebenaran Kata philosphia pertama kali digunakan oleh Phytagoras pada abad 6 BC. - PowerPoint PPT Presentation

Transcript of FILSAFAT

Page 1: FILSAFAT

FILSAFAT

Etimologis: Filsafat = falsafat = falsafah = filosofi = philosophy berasal dari kata

Yunani:Philos, philein, philia = cinta, kekasih, sahabat, suka, gemar

Sophia = kebijaksanaan, kearifan, kebenaran

Kata philosphia pertama kali digunakan oleh Phytagoras pada abad 6 BC.

Page 2: FILSAFAT

Pengertian Filsafat 1. Plato: a. filsafat adalah ilmu pengetahuan yang

berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni, b. penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.

2. Aristoteles: filsafat adalah a. ilmu pengetahuan yang berusaha mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada, b. ilmu pengetahuan yang berusaha mempelajari perihal ada selaku perihal itu ada (being as being) atau sebagaimana adanya (being as such).

Page 3: FILSAFAT

3. Rene Descartes: filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah Tuhan, alam, dan manusia.

4. William James: filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan terang.

5. R.F. Beerling: filsafat a. memajukan pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya atau tentang hakekat, asas, prinsip dari kenyataan, b. suatu usaha untuk mencapai radix atau akar kenyataan dunia wujud, juga akar pengetahuan tentang diri sendiri.

Page 4: FILSAFAT

Pembagian Filsafat

Menurut Aristoteles: Filsafat Spekulatif/Teoretis adalah filsafat

yang bersifat obyektif yakni ilmu demi ilmu: Fisika

Filsafat Praktis yaitu filsafat yang memberi pedoman untuk bertingkah laku sebagaimana mestinya: Etika dan politik

Filsafat Produktif adalah pengetahuan yang membimbing manusia menjadi produktif lewat suatu keterampilan khusus: Sastra, retorika, estetika

Page 5: FILSAFAT

Menurut Christian Wolff: Logika Ontologi Kosmologi Psikologi Teologi Naturalis Etika

Page 6: FILSAFAT

Menurut Will Durant: Logika Estetika Etika Politika Metafisika

Page 7: FILSAFAT

Menurut The World University Encyclopedia:

Sejarah filsafat Metafisika Epistemologi Logika Etika Estetika

Page 8: FILSAFAT

Dewasa ini pada umumnya filsafat dibagi dalam 6 bidang:

1. Epistemologi2. Metafisika:

Ontologi Kosmologi Teologi metafisik Antropologi

3. Logika4. Etika5. Estetika6. Filsafat berbagai disiplin ilmu.

Page 9: FILSAFAT

Pembagian Filsafat

Filsafat

Umum

Kosmologi

Ontologi

Humanologi

Teologi

Aksiologi

Metodologi IP

Epist Ilmu PIlmu Pend

Praktek Pen

Deduksi

Induksi

Ontologi IP

Logika

Kosmologi

Metafisika

Khusus

Aksiologi IP

Pendidikan

Hukum

Sejarah

Seni

Etika

Estetika

Page 10: FILSAFAT

Pada mulanya semua ilmu Pada mulanya semua ilmu pengetahuan berinduk pada pengetahuan berinduk pada filsafat karena ia dianggap filsafat karena ia dianggap sebagai:sebagai:Mater scientiarum/Mater scientiarum/Mother of science/Mother of science/The queen of knowledgeThe queen of knowledge

Page 11: FILSAFAT

Lama kelamaan, ilmu-ilmu memisahkan Lama kelamaan, ilmu-ilmu memisahkan diri dari filsafat karena:diri dari filsafat karena:

tidak mampu memecahkan masalah praktistidak mampu memecahkan masalah praktis Metodenya yang kontemplatifMetodenya yang kontemplatif Spesialisasi yang tajam Spesialisasi yang tajam

Page 12: FILSAFAT

SEJARAH

Yunani KunoFilsuf-filsuf Yunani kuno • menaruh perhatian pada gejala-gejala alam, • perubahan yang terjadi terus-menerus

seperti musim, laut • bertanya mengapa terjadi• Ada ketetapan yang mengherankan• menduga sebab-sebab terjadinya• Berspekulasi bahwa ada prinsip, asas,

hukum di baliknya

Page 13: FILSAFAT

Thales:Air Thales:Air Anaximandros: yang tak terbatasAnaximandros: yang tak terbatas Anaximes: UdaraAnaximes: Udara Herakleitos: Herakleitos:

Api adalah dasar pertama dari segala sesuatu yang adaApi adalah dasar pertama dari segala sesuatu yang ada dan api sebagai lambang perubahan misalnya kayu dan api sebagai lambang perubahan misalnya kayu

menjadi abumenjadi abu Apa yang ada pada alam senantiasa berubahApa yang ada pada alam senantiasa berubah Semuanya “sedang menjadi”Semuanya “sedang menjadi” Ungkapannya Ungkapannya pantha rei, pantha rei, semuanya mengalir bagai sungaisemuanya mengalir bagai sungai

Page 14: FILSAFAT

Pythagoras:Pythagoras:segala sesuatu dapat diejelaskan dengan segala sesuatu dapat diejelaskan dengan bilangan-bilanganbilangan-bilangan

Parmenides:Parmenides:Pendasar metafisika karena ia berpendapat Pendasar metafisika karena ia berpendapat tentang yang ada tentang yang ada as being, being as such as being, being as such (yang (yang ada sejauh ada) atau “yang ada ada yang tidak ada sejauh ada) atau “yang ada ada yang tidak ada tidak ada.” Yang ada sebagaimana adanya ada tidak ada.” Yang ada sebagaimana adanya tak dapat dibagi, tak bergerak, tidak plural tak dapat dibagi, tak bergerak, tidak plural melainkan tunggal.melainkan tunggal.

Demokritos: Segala sesuatu terdiri dari bagian-Demokritos: Segala sesuatu terdiri dari bagian-bagian kecil yang tak dapat dibagi lagi atau atombagian kecil yang tak dapat dibagi lagi atau atom

Page 15: FILSAFAT

HAL-HAL YANG MELAHIRKAN FILSAFAT

1. Ketakjuban

Manusia takjub terhadap alam sekitar Obyek ketakjuban adalah segala sesuatu yang ada di

sekitar Plato: pengamatan terhadap matahari, bulan, bintang,

langit merangsang manusia untuk mencari jawaban. Ketakjuban juga meliputi akal budi dan moral Immanuel Kant takjub terhadap hukum moral dalam

hatinya2. Ketidakpuasan

Tidak puas terhadap penjelasan sesuatu dengan mitos Tidak puas terhadap penjelasan orang awam Tidak puas terhadap jawaban spekulatif Ketidakpuasan itu merangsang rasio untuk memikirkan

sebab dan akibat sehingga lahirlah filsafat

Page 16: FILSAFAT

3. Hasrat bertanya Ketakjuban menimbulkan pertanyaan Ketidakpuasan menimbulkan pertanyaan Pertanyaan menimbulkan pengamatan

atau penelitian Pertanyaan bukan hanya mencari wujud

sesuatu tetapi dasar dan hakekatnya Bertanya merupakan tugas filsafat

Page 17: FILSAFAT

4. Keraguan Manusia meragukan sesuatu yang telah

diketahui Manusia meragukan sesuatu yang telah

diterima sebagai suatu kebenaran Francis Bacon: “ragukanlah ilmu pengetahuan

yang telah ada, dan ragukanlah guru-gurumu.” Meragukan berarti mempertanyakan kebenaran

sesuatu

Page 18: FILSAFAT

SIFAT DASAR FILSAFAT

Berpikir radikal: Menemukan akar dari kenyataan/fenomena Menemukan akar suatu permasalahan Berpikir secara mendalam untuk menemukan jawaban

Mencari azas: Menemukan esensi dari suatu realitas Menemukan prinsip dari suatu kejadian Memahami landasan suatu aktivitas

Memburu kebenaran Sesuatu yang sesungguhnya Sesuatu kejadian sebenarnya Kebenaran bersifat terbuka: dapat dikritik untuk menemukan kebenaran

yang mneyakinkan Kebenaran tidak bersifat mutlak dan final

Page 19: FILSAFAT

Mencari kejelasan: Menghilangkan keragu-raguan Mengejar kejelasan pengertian Mengejar kejelasan intelektual

Berpikir rasional: Logis Sistematis kritis

Page 20: FILSAFAT

Metode-metode filsafat

Metode = Bahasa Yunani Meta = dengan Hodos = jalan

Sesuatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan

Teknik mengetahui ilmu pengetahuan tertentu

Ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur

Page 21: FILSAFAT

Kontemplatif: memikirkan hakekat sesuatu sedalam-dalamnya Memikirkan hakekat sesuatu sedalam-dalamnya

• Berlangsung lama• Dalam keadaan tenang/hening• Kesendirian• Kapan dan dimanapun

Tanpa harus kontak langsung dengan obyek Obyek perenungan dapat berupa apa saja;

• Makna hidup• Mati• Kebenaran• Keadilan• Keindahan

Tetapi bukan dengan menikmati Melainkan dengan penuh kesadaran

Page 22: FILSAFAT

Spekulatif: mengerti hakekat sesuatu: Menyelami sesuatu secara mendalam Dengan wajar merenung berpikir kritis Berpikir murni menganalisis menghubungkan antarmasalah berulang-ulang sampai mantap

Page 23: FILSAFAT

Silogisme/Logika Induktif : bukti khusus ke prinsip umum Premis minor/ khusus

besi dipanaskan memuai perak dipanaskan memuai

Premis mayor/prinsip umum Jadi semua logam dipanaskan memuai (silogisme)

Deduktif Premis mayor: semua manusia pasti mati Premis minor : Plato adalah manusia Jadi : Plato pasti mati (silogisme)

Page 24: FILSAFAT
Page 25: FILSAFAT

FILSAFAT PENDIDIKANFILSAFAT PENDIDIKAN Filsafat pendidikan adalah Filsafat pendidikan adalah

penerapan analisis filosofis penerapan analisis filosofis terhadap bidang pendidikan terhadap bidang pendidikan (Imam Barnadib).(Imam Barnadib).

Filsafat pendidikan adalah Filsafat pendidikan adalah landasan filosofis yang menjiwai landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan pelaksanaan pendidikan (Noorsyam).(Noorsyam).

Page 26: FILSAFAT

Filsafat pendidikan dipandang sebagai pembahasan yang sistematis masalah-masalah pendidikan secara fiolosofis, yaitu dengan menyelidiki persoalan-persoalan pendidikan dengan menjabarkannya baik sebagai metafisika, epistemologi, etika, logika, estetika maupun kombinasi semuanya (Broudy).

Perlukah kurikulum sekolah berisi metafisika, epiestemologi dsb?

Tunjukkan bahwa aspek-aspek filosofis tersebut sudah ada dalam kurikulum?

Page 27: FILSAFAT

Filsafat pendidikan menyelidiki perbandingan pengaruh-pengaruh: a. aliran-aliran filsafat yang bersaingan dalam proses kehidupan, b. kemungkinan proses2 pendidikan dan pembinaan watak keduanya berusaha menemukan pengelolaan pendidikan yang dikehendaki untuk membina watak yang paling konstruktif bagi kaum muda dan tua (Klipatrick).

Page 28: FILSAFAT

Hubungan filsafat dan pendidikan

Berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha , berfilsafat adalah memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik ialah usaha merealisasi nilai-nilai dan cita-cita itu di dalam kehidupan, dalam kepribadian manusia. Mendidik adalah mewujudkan nilai-nilai yang dapat disumbangkan filsafat, dimulai dengan generasi muda, untuk membimbing rakyat membina nilai-nilai di dalam kepribadian mereka, dan dengan cara ini demi menemukan cita-cita tertinggi suatu filsafat dan melembagakannnya di dalam kehidupan mereka (Kliptatrick).

Page 29: FILSAFAT

Kita harus membawa filsafat guna mengatasi persoalan-persoalan pendidikan secara efisien, jelas, dan sistematis sedapat mungkin(Brameld).

Filsafat pendidikan dan ilmu pendidikan dapat dipandang sebagai bidang-bidang ilmu yang saling melengkapi (Brubacher).

Page 30: FILSAFAT

FUNGSI FILSAFAT PENDIDIKAN

Fungsi Spekulatif: mengerti seluruh persoalan pendidikan dan antarhubungannya dengan faktor lain yang mempengaruhi pendidikan

Fungsi normatif: menentukan arah pendidikan sesuai dengan norma masyarakat

Fungsi kritik: mengkritisi dan menafsirkan data-data ilmiah

Fungsi teori bagi praktek: Filsafat memberikan prinsip-prinsip kerja ilmiah yang melahirkan teori untuk dipraktekkan.

Fungsi integratif: memadukan semua fungsi nilai sebagai satu kesatuan nilai pendidikan.

Page 31: FILSAFAT

Tugas

Hal-hal apakah dalam bidang pendidikan dan bimbingan konseling yang sarat dengan filsafat?

Buatlah pertanyaan-pertanyaan filosofis terhadap hal-hal pendidikan itu!

Gunakan satu atau lebih metode filsafat untuk menemukan jawabannya.

Page 32: FILSAFAT

EPISTEMOLOGI

Etimologis:Epistemologi = Yunani yakni episteme (pengetahuan) dan logos (kata, pikiran, percakapan atau ilmu). Epistemologi sering disamakan dengan theory of knowledge.

Jadi epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas hakekat ilmu pengetahuan, bagaimana memperolehnya, dan apa teori-teorinya.

Page 33: FILSAFAT

Pertanyaan pembimbing ke epistemologi

Apakah pengetahuan itu? Apa sumber ilmu pengetahuan? Apakah pengetahuan itu berasal dari

pengamatan/pengalaman atau akal budi? Apa jenis-jenis pengetahuan itu? Apakah kebenaran pengetahuan itu pasti?

Page 34: FILSAFAT

Pengetahuan berarti apa yang diketahui oleh seseorang tentang sesuatu.

Apa yang diketahui: Materi proses terjadinya/bertumbuhnya sesuatu Bentuk pengalaman dulu Ukuran Perasaan Warna komposisi suatu benda Jumlah dsb Rasa

Pengetahuan mempersyaratkan: Subyek yang mengetahui Obyek atau sesuatu yang diketahui

Page 35: FILSAFAT

Sumber-sumber pengetahuan

1. Empirisme (Pengalaman inderawi) Sumber pengetahuan adalah pengalaman atau

pengamatan atau data atau fakta yang dialami/ditangkap oleh pancaindra kita.

Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan inderawi Pengetahuan diperoleh melalui penyerapan indera

terhadap obyek Seorang memilki pengetahuan karena ia menyerap

obyek, barulah akal budi mengolahnya. John Locke berpendapat bahwa mula-mula akal budi

hanyalah “as a white paper” Akal budi sendiri tak dapat menghasilkan pengetahuan

tanpa bantuan penyerapan indera David Hume: semua pengetahuan berasal dari

pengalaman inderawi Empirisme lebih mementingkan perolehan pengetahuan

dengan metode induktif

Page 36: FILSAFAT

2. Rasio/akal Rasionalisme berpendapat bahwa sumber

pengetahuan adalah akal budi. Sumber pengetahuan satu-satunya adalah akal

budi. Dengan menggunakan kekuatan akal budi (berpikir)

maka dapat diperoleh pengetahuan atau kebenaran. Penggabungan 2 pengetahuan atau lebih dapat

menghasilkan suatu pengertian baru Misalnya 2 + 2 = 4 yang sudah merupakan aksioma Pengetahuan diperoleh dari proposisi logika &

Matematika

Page 37: FILSAFAT

Plato: satu-satunya pengetahuan sejati adalah episteme yaitu pengetahuan tunggal sesuai dengan ide abadi.

Plato: Apa yang ditangkap melalui pancaindra hanyalah tiruan dari ide abadi tentang sesuatu.

Jadi kebenaran yang sebenarnya adalah ide.

Page 38: FILSAFAT

3. Intuisi Pemerolehan pengetahuan secara

tiba-tiba (immediate knowledge) Orang-orang tertentu yang memperoleh pengetahuan

semacam ini meyakini kebenarannya Tokoh filsafat intuisi adalah Hendri Bergson

4. Otoritas: pengetahuan diperoleh dari kekuasaan, kewibawaan, kharisma, tradisi, legalitas dan formalitas.

5. Wahyu: pengetahuan yang diperoleh dari Tuhan kepada para nabi atau rasul.

Page 39: FILSAFAT

Proses Pemerolehan Pengetahuan

Individu menerima masukan (input data) Individu mengadakan proses pengolahan

data Individu mengeluarkan hasil (output) dalam

bentuk kesan atau pengertian terhadap sesuatu

Page 40: FILSAFAT

Jenis-jenis pengetahuan

Pengetahuan biasa atau sehari-hari (ordinary knowledge): pengetahuan yang diperoleh melalui akal sehat. Disebut pengetahuan biasa, sehari-hari sehingga belum dapat dibedakan secara tegas ciri konotatif (ciri khusus) dan denotatif (ciri benda).

Pengetahuan ilmiah: pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian

Pengetahuan filsafat: pengetahuan yang diperoleh dari permenungan terhadap hakekat sesuatu. Kebenarannya bersifat meta atau mengatasi pengetahuan ilmiah.

Pengetahuan religius adalah pengetahuan yang diperoleh dari kitab-kitab suci yang kebenarannya mutlak bagi para penganutnya.

Page 41: FILSAFAT

Teori-teori Kebenaran

Teori korespondensi: Sesuatu itu benar kalau terdapat hubungan antara realita

obyek dengan apa yang ditangkap oleh subyek. If it is squares with reality, then it is true. Kebenaran bersifat obyektif yakni keadaan apa adanya realita

suatu obyek. Kebenaran itu ada di luar diri manusia, sehingga

– Manusia/anak didik mencari kebenaran itu– Anak didik menemukan dan mendeskripsi ciri-ciri suatu obyek

yang sebenarnya

Page 42: FILSAFAT

Kritik terhadap teori Korespondensi Kesan subyektif satu dengan yang lain mungkin

sekali berbeda-beda terhadap suatu obyek Tidak ada jaminan bahwa kesan seorang sungguh-

sungguh menggambarkan realita Hubungan berkali-kali dengan suatu obyek dapat

menimbulkan reaksi berbeda-beda Jadi kriteria kebenaran bukan semata-mata

didasarkan pada hubungan dengan realita.

Page 43: FILSAFAT

Teori Konsistensi: Terjadi kebenaran apabila terdapat konsistensi

antara kebenaran yang ditangkap oleh subyek yang satu dengan subyek yang lain tentang suatu realita

Makin konsisten hasil pengamatan subyek-subyek maka makin benar

Kebenaran itu terjadi atau valid karena ada konsistensi atau reliabilitas

Page 44: FILSAFAT

Kebenaran konsistensi = ilmiah Penyelidikan yang berkali-kali pada waktu dan situs

berbeda Kebenaran mempersyaratkan juga reliabilitas Teori korespondensi dan konsistensi saling melengkapi Teori korespondensi membuat pernyataan tentang

dunia realitas, dan teori konsistensi menguji kebenaran pernyataan itu.

Page 45: FILSAFAT

Teori Pragmatisme Pragma = manfaat, guna Sesuatu itu benar jika berguna atau bermanfaat Suatu ide atau teori itu benar dilihat pada konsekuensi-

konsekuensi praktisnya Ide atau teori itu benar jika mampu memecahkan

masalah atau berguna Sesuatu itu benar jika mendatangkan kegunaan yakni

membuat manusia beradaptasi secara seimbang dengan tuntutan lingkungannya.

Page 46: FILSAFAT

Pragmatisme dalam dunia pendidikan:Sesuatu teori itu benar jika: ia mampu memberi penjelasan ia dapat memecahkan masalah ia dapat mendatangkan manfaat ia merupakan model yang praktis bagi guru

dan murid

Page 47: FILSAFAT

William James menekankan: Asas dan tujuan pendidikan adalah pengembangan

kepribadian dan pemberian motivasiJohn Dewey menekankan bahwa: suatu ide itu benar terletak pada konsekuensi yang

menyertainya Seseorang dapat mengerti suatu teori ketika ia

menggunakannya dalam memecahkan suatu masalah.

Page 48: FILSAFAT

Adakah pengetahuan itu benar dan pasti?

Socrates: apa yang saya ketahui ialah bahwa saya tidak mengetahui apa-apa (All that I know is that I know nothing). Maksudnya tidak ada pengetahuan yang pasti dan mutlak.

Pyrrho, Timon, Sextus Empiricus (365 – 275 BC): tokoh skeptisme, kita harus senantiasa menyangsikan segala sesuatu yang dianggap benar karena sesungguhnya tidak ada yang benar-benar diketahui dengan pasti.

John Wilkins dan Joseph Glanvill (1636-1680): membedakan antara pengetahuan tertentu yang sempurna dan pengetahuan tertentu yang sudah pasti. Yang pertama tak dapat dicapai karena manusia tidak sempurna dan yang kedua misalnya matahari terbit dari timur, api itu panas, terkena air basah.

Page 49: FILSAFAT

AKSIOLOGI

Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat nilai dalam kehidupan manusia.

Menurut Earle (1992), nilai adalah suatu kualitas positif yang terkandung pada sesuatu yang menyebabkan orang ingin mendapatkannya atau memandang kualitas itu sebagai sesuatu yang positif itu sebagai sesuatu yangt berguna, yang menarik, yang baik, dan yang penting.

Aksiologi dibagi menjadi 2 bagian besar: etika dan estetika.

Page 50: FILSAFAT

ETIKA atau FILSAFAT MORAL

EtimologisEtika = Yunani = ethos dan ethikos. Ethos = sifat, watak, kebiasaan karakter atau kecenderungan kepribadian.Ethikos = susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan yang baik.Moral = Latin = Mores yang bentuk jamak dari mos = adat istiadat, kebiasaan, watak, kelakuan, tabiat dan cara hidup.

Etika adalah perenungan filsafati tentang hakekat suatu perbuatan manusia, apakah secara secara moral diperkenankan atau tidak, diwajibkan atau tidak.

Page 51: FILSAFAT

TEORI-TEORI ETIKA

Terdapat 3 teori etika: teori kognitif, teori imperatif, dan teori emotif.

Teori kognitif berpendapat: Kalimat-kalimat moral memiliki nilai kebenaran atau diputuskan

benar atau salah berdasarkan pernyataan kalimat itu. Pengetahuan moral dapat dijadikan pertimbangan atau

penilaian moral apakah sesuatu itu benar atau salah Contoh kalimat/pengetahuan moral: “membunuh adalah

perbuatan salah.” Para penganut teori kognitif dikenal sebagai penganut teori

realisme moral

Page 52: FILSAFAT

Teori imperatif berpendapat bahwa: Kalimat-kalimat moral bersifat imperatif (memaksa) atau wajib

dilakukan. Contoh: “membunuh adalah perbuatan yang salah” adalah

perintah untuk tidak (melarang) membunuh. Teori Emotif

Kalimat moral bersifat ekslamatif atau seruan Istilah-istilah moral hanya merupakan luapan perasaan,

rintihan, seruan, umpatan. Meskipun demikian, perasaan atau emosi dapat menjelaskan

pertimbangan-pertimbangan moral yang dilakukan manusia.

Page 53: FILSAFAT

Teori Deontologis

Kewajiban atau tugas moral merupakan hal penting dalam memberikan penilaian bahwa suatu perilaku bermoral atau tidak bermoral.

Misalnya: “Membunuh adalah perbuatan yang sala”. Tokoh teori deontologis Immanuel Kant (1724-1804)

melalui ajarannya tentang prinsip imperatif kategoris yakni pada dasarnya tingkah laku manusia diikat oleh hukum-hukum moral meskipun dalam dii manusia juga ada kecenderungan berbuat jahat.

Page 54: FILSAFAT

Teori Konsekuensionalis

Ketika seorang berpikir terhadap suatu pernyataan moral ia seharusnya berpikir tentang konsekuensi atau akibat dari pernyataan moral tersebut.

Salah satu bentuknya adalah utilitarianisme adalah J. Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806 – 1873) yang berpandangan bahwa suatu tindakan adalah benar jika tindkan itu bila menguntungkan atau membahagiakan bagi orang yang melakukannya.

Page 55: FILSAFAT

METAFISIKA

Etimologis Metafisika = Yunani

Meta = di atas atau di balik Phusis = alam atau fisik

Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat realitas dari segala sesuatu baik yang bersifat fisik maupun yang nonfisik.

Ada dua hal dasar yang dipelajari metafisika: analisis terhadap kategori-kategori dasar dan inventori terhadap corak-corak dasar dari keberadaan manusia.

Page 56: FILSAFAT

Menurut Aristoteles, metafisika adalah ilmu yang mempelajari keadaan atau keberadaan sesuatu.

Obyek penelaahan metafisika: Tuhan, alam semesta, waktu, ruang, dan hukum-hukum sebab akibat.

Page 57: FILSAFAT

Pembagian Metafisika

Metafisika– Metafisika umum/ontologi: filsafat yang

mempelajari hakekat realitas dari segenap yang ada

– Metafisika khusus: mengkaji obyek-obyek metafisika seperti Tuhan (filsafat ketuhanan), manusia (filsafat manusia), dan keteraturan alam semesta (kosmologi)

Page 58: FILSAFAT

Dua obyek Metafisika

Kategori dasar adalah klasifikasi terhadap segala sesuatu dengan membagi-baginya ke dalam kategori atau kelas yang sesuai dengan obyek-obyek lain yang sejenis

Inventori kategori dasar yang umum digunakan adalah: substansi dan aksiden, spasiotemporal partikular, keberadaan yang seharusnya ada, (necessary beings), keberadaan yang bersifat kontingen (continent beings), serta perstiwa dan proses.

Page 59: FILSAFAT

Inventori Kategori Dasar:

Substansi adalah sesuatu yang memiliki eksistensi mandiri atau independent.

Keberadaan substansi tidak memerlukan keberadaan-keberadaan lain.

Aksiden adalah sesuatu yang keberadaannya tidak mandiri atau dependent/tidak independent.

Keberadaan aksiden memerlukan keberadaan substansi

Substansi keberadaan manusia adalah sifat kemanusiaannya.

Aksidennya adalah egois, altruis, pemarah dsb.

Page 60: FILSAFAT

Spasiotemporal partikular adalah sesuatu yang memiliki keberadaan pada suatu tempat dan waktu tertentu.

Contoh: orang, pintu, meja, pelangi, dan awan. Spasiotemporal partikular sering mengacu pada

keberadaan individual. Contoh perbedaan A dan B atau beda meja licin dan

meja berdebu pada waktu yang sama.

Page 61: FILSAFAT

Banyak pakar filsafat membagi segala sesuatu ke dalam dua kategori:

Keberadaan yang harus ada, tidak boleh tidak, dan ia tidak diadakan (necessary beings) yaitu Tuhan

– Keberadaan Tuhan itu berada dalam realitasnya sendiri tanpa bergantung pada manusia dan alam

Keberadaan yang bersifat kontingen (contingent beings) misalnya manusia atau makluk lain dan alam raya bergantung pada sesuatu yang lain.

Page 62: FILSAFAT

Kritik terhadap Metafisika

Filsuf-filsuf anti metafisika adalah kelompok positivisme logis yang berasal dari lingkungan Wina.

Bagi mereka, kajian metafisika adalah kajian spekulatif dan tak dapat dibuktikan secara empiris.

Namun demikian, kritik mereka tidak sepenuhnya benar karena terdapat multidimensional. Misalnya ada fenomena spiritual, transpersonal, dan ketidaksadaran.

Page 63: FILSAFAT

LOGIKA

Empat karakteristik logika (Aristoteles dan Wilhem Leibniz):1. Hukum identitas (Law of identity):

Sesuatu itu sama dengan dirinya sendiri.P = P

2. Hukum kontradiksi( Law of contradiction) Sesuatu itu pada waktu yang sama tidak dapat sekaligus memiliki sifat tertentu dan juga tidak memiliki sifat tertentu itu.Tidak mungkin P = Q

3. Hukum tiada jalan tengah (Law of excluded middle)Sesuatu itu pasti memiliki sifat tertentu atau tidak memiliki sifat tertenu itu dan tidak ada kemungkinan lain.

Jadi P = Q atau P tidak sama dengan Q4. Hukum cukup alasan

Page 64: FILSAFAT

KEBUDAYAAN SEBAGAI ISI PENDIDIKAN

Etimologis Culture dari Latin colo = colore = bercocok tanam, memelihara,

mengembangkan jiwa (Kuypers) Kebudayaan itu komplek terdiri dari pengetahuan,

kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, kecakapan-kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai warga masyarakat. (Taylor)

Page 65: FILSAFAT

Roucek dan Waren dan Henry Lucas Kebudayaan adalah cara hidup, cara

berpikir, bertindak dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan (survive).

Peradaban peng (rk)embagan unsur-unsur kebudayaan sehingga menjadi kompleks, canggih halus, mulia.

Page 66: FILSAFAT

Kebudayaan Nasional bersifat:1. Spiritual, psikologis yang dimanifestasikan dalam filsafat hidup,

karakter bangsa, sikap mental 2. Rasional-intelektual bersifat hasil berpikir

yang dituangkan dalam ilmu pengetahuan 3. Material konkret tercermin dalam desain

teknologi, arsitektur, mode, seni.

Page 67: FILSAFAT

Azas Kebudayaan Nasional: Konsentrasi berpusat pada kebudayaan

nasional sekarang dan warisan budaya Konvergensi: memadukan budaya bangsa

dan budaya luar, terbuka tetapi dengan sensor.

Kontinuitas: penerusan dan pengembangan kebudayaan

Page 68: FILSAFAT

Tugas Pendalaman

Apakah pengetahuan ilmiah itu Apakah anda setuju dengan klasifikasi ilmu

pengetahuan menurut August Comte? Kebudayaan yang bagaimana dijadikan

sebagai isi pendidikan? Apakah kurikulum memasukkan semua hal

yang sudah diketahui sebagai isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik?

Page 69: FILSAFAT

Aliran-aliran Filsafat

Naturalisme: Fakta yang sebenarnya adalah alam semesta fisik ini. Segala sesuatu berasal dari alam, tidak ada lagi sesuatu di baliknya.

Naturalisme melahirkan faham plurasisme yang berpendangan bahwa alam semesta dengan segala isinya memiliki keragaman

Page 70: FILSAFAT

Idealisme

Fakta itu adalah ide-ide. Atau kenyataan merupakan substansi yang diperoleh ide tentang sesuatu.

Menurut Plato, ada fakta yang diperoleh melalui pancaindera dan ada fakta diperoleh melalui ide rasio.

Ide rasio adalah fakta sesungguhnya yang melampaui fakta pancaindera.

Page 71: FILSAFAT

Realisme berpandangan bahwa fakta diperoleh dari hasil pertemuan dengan obyek realnya.

Orang bisa memiliki pengetahuan yang kurang tepat terhadap benda tetapi dapat memiliki gambaran yang tepat tentang benda itu.

Page 72: FILSAFAT

Pragmatisme mementingkan pragma atau kegunaan dari sesuatu dan perwujudan nyata dari suatu ide.

Sesuatu ide itu berguna kalau bermanfaat.

Page 73: FILSAFAT

Empirisme