FILSAFAT
Etimologis: Filsafat = falsafat = falsafah = filosofi = philosophy berasal dari kata
Yunani:Philos, philein, philia = cinta, kekasih, sahabat, suka, gemar
Sophia = kebijaksanaan, kearifan, kebenaran
Kata philosphia pertama kali digunakan oleh Phytagoras pada abad 6 BC.
Pengertian Filsafat 1. Plato: a. filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni, b. penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
2. Aristoteles: filsafat adalah a. ilmu pengetahuan yang berusaha mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas yang ada, b. ilmu pengetahuan yang berusaha mempelajari perihal ada selaku perihal itu ada (being as being) atau sebagaimana adanya (being as such).
3. Rene Descartes: filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah Tuhan, alam, dan manusia.
4. William James: filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan terang.
5. R.F. Beerling: filsafat a. memajukan pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya atau tentang hakekat, asas, prinsip dari kenyataan, b. suatu usaha untuk mencapai radix atau akar kenyataan dunia wujud, juga akar pengetahuan tentang diri sendiri.
Pembagian Filsafat
Menurut Aristoteles: Filsafat Spekulatif/Teoretis adalah filsafat
yang bersifat obyektif yakni ilmu demi ilmu: Fisika
Filsafat Praktis yaitu filsafat yang memberi pedoman untuk bertingkah laku sebagaimana mestinya: Etika dan politik
Filsafat Produktif adalah pengetahuan yang membimbing manusia menjadi produktif lewat suatu keterampilan khusus: Sastra, retorika, estetika
Menurut Christian Wolff: Logika Ontologi Kosmologi Psikologi Teologi Naturalis Etika
Menurut Will Durant: Logika Estetika Etika Politika Metafisika
Menurut The World University Encyclopedia:
Sejarah filsafat Metafisika Epistemologi Logika Etika Estetika
Dewasa ini pada umumnya filsafat dibagi dalam 6 bidang:
1. Epistemologi2. Metafisika:
Ontologi Kosmologi Teologi metafisik Antropologi
3. Logika4. Etika5. Estetika6. Filsafat berbagai disiplin ilmu.
Pembagian Filsafat
Filsafat
Umum
Kosmologi
Ontologi
Humanologi
Teologi
Aksiologi
Metodologi IP
Epist Ilmu PIlmu Pend
Praktek Pen
Deduksi
Induksi
Ontologi IP
Logika
Kosmologi
Metafisika
Khusus
Aksiologi IP
Pendidikan
Hukum
Sejarah
Seni
Etika
Estetika
Pada mulanya semua ilmu Pada mulanya semua ilmu pengetahuan berinduk pada pengetahuan berinduk pada filsafat karena ia dianggap filsafat karena ia dianggap sebagai:sebagai:Mater scientiarum/Mater scientiarum/Mother of science/Mother of science/The queen of knowledgeThe queen of knowledge
Lama kelamaan, ilmu-ilmu memisahkan Lama kelamaan, ilmu-ilmu memisahkan diri dari filsafat karena:diri dari filsafat karena:
tidak mampu memecahkan masalah praktistidak mampu memecahkan masalah praktis Metodenya yang kontemplatifMetodenya yang kontemplatif Spesialisasi yang tajam Spesialisasi yang tajam
SEJARAH
Yunani KunoFilsuf-filsuf Yunani kuno • menaruh perhatian pada gejala-gejala alam, • perubahan yang terjadi terus-menerus
seperti musim, laut • bertanya mengapa terjadi• Ada ketetapan yang mengherankan• menduga sebab-sebab terjadinya• Berspekulasi bahwa ada prinsip, asas,
hukum di baliknya
Thales:Air Thales:Air Anaximandros: yang tak terbatasAnaximandros: yang tak terbatas Anaximes: UdaraAnaximes: Udara Herakleitos: Herakleitos:
Api adalah dasar pertama dari segala sesuatu yang adaApi adalah dasar pertama dari segala sesuatu yang ada dan api sebagai lambang perubahan misalnya kayu dan api sebagai lambang perubahan misalnya kayu
menjadi abumenjadi abu Apa yang ada pada alam senantiasa berubahApa yang ada pada alam senantiasa berubah Semuanya “sedang menjadi”Semuanya “sedang menjadi” Ungkapannya Ungkapannya pantha rei, pantha rei, semuanya mengalir bagai sungaisemuanya mengalir bagai sungai
Pythagoras:Pythagoras:segala sesuatu dapat diejelaskan dengan segala sesuatu dapat diejelaskan dengan bilangan-bilanganbilangan-bilangan
Parmenides:Parmenides:Pendasar metafisika karena ia berpendapat Pendasar metafisika karena ia berpendapat tentang yang ada tentang yang ada as being, being as such as being, being as such (yang (yang ada sejauh ada) atau “yang ada ada yang tidak ada sejauh ada) atau “yang ada ada yang tidak ada tidak ada.” Yang ada sebagaimana adanya ada tidak ada.” Yang ada sebagaimana adanya tak dapat dibagi, tak bergerak, tidak plural tak dapat dibagi, tak bergerak, tidak plural melainkan tunggal.melainkan tunggal.
Demokritos: Segala sesuatu terdiri dari bagian-Demokritos: Segala sesuatu terdiri dari bagian-bagian kecil yang tak dapat dibagi lagi atau atombagian kecil yang tak dapat dibagi lagi atau atom
HAL-HAL YANG MELAHIRKAN FILSAFAT
1. Ketakjuban
Manusia takjub terhadap alam sekitar Obyek ketakjuban adalah segala sesuatu yang ada di
sekitar Plato: pengamatan terhadap matahari, bulan, bintang,
langit merangsang manusia untuk mencari jawaban. Ketakjuban juga meliputi akal budi dan moral Immanuel Kant takjub terhadap hukum moral dalam
hatinya2. Ketidakpuasan
Tidak puas terhadap penjelasan sesuatu dengan mitos Tidak puas terhadap penjelasan orang awam Tidak puas terhadap jawaban spekulatif Ketidakpuasan itu merangsang rasio untuk memikirkan
sebab dan akibat sehingga lahirlah filsafat
3. Hasrat bertanya Ketakjuban menimbulkan pertanyaan Ketidakpuasan menimbulkan pertanyaan Pertanyaan menimbulkan pengamatan
atau penelitian Pertanyaan bukan hanya mencari wujud
sesuatu tetapi dasar dan hakekatnya Bertanya merupakan tugas filsafat
4. Keraguan Manusia meragukan sesuatu yang telah
diketahui Manusia meragukan sesuatu yang telah
diterima sebagai suatu kebenaran Francis Bacon: “ragukanlah ilmu pengetahuan
yang telah ada, dan ragukanlah guru-gurumu.” Meragukan berarti mempertanyakan kebenaran
sesuatu
SIFAT DASAR FILSAFAT
Berpikir radikal: Menemukan akar dari kenyataan/fenomena Menemukan akar suatu permasalahan Berpikir secara mendalam untuk menemukan jawaban
Mencari azas: Menemukan esensi dari suatu realitas Menemukan prinsip dari suatu kejadian Memahami landasan suatu aktivitas
Memburu kebenaran Sesuatu yang sesungguhnya Sesuatu kejadian sebenarnya Kebenaran bersifat terbuka: dapat dikritik untuk menemukan kebenaran
yang mneyakinkan Kebenaran tidak bersifat mutlak dan final
Mencari kejelasan: Menghilangkan keragu-raguan Mengejar kejelasan pengertian Mengejar kejelasan intelektual
Berpikir rasional: Logis Sistematis kritis
Metode-metode filsafat
Metode = Bahasa Yunani Meta = dengan Hodos = jalan
Sesuatu prosedur yang dipakai untuk mencapai suatu tujuan
Teknik mengetahui ilmu pengetahuan tertentu
Ilmu yang merumuskan aturan-aturan dari suatu prosedur
Kontemplatif: memikirkan hakekat sesuatu sedalam-dalamnya Memikirkan hakekat sesuatu sedalam-dalamnya
• Berlangsung lama• Dalam keadaan tenang/hening• Kesendirian• Kapan dan dimanapun
Tanpa harus kontak langsung dengan obyek Obyek perenungan dapat berupa apa saja;
• Makna hidup• Mati• Kebenaran• Keadilan• Keindahan
Tetapi bukan dengan menikmati Melainkan dengan penuh kesadaran
Spekulatif: mengerti hakekat sesuatu: Menyelami sesuatu secara mendalam Dengan wajar merenung berpikir kritis Berpikir murni menganalisis menghubungkan antarmasalah berulang-ulang sampai mantap
Silogisme/Logika Induktif : bukti khusus ke prinsip umum Premis minor/ khusus
besi dipanaskan memuai perak dipanaskan memuai
Premis mayor/prinsip umum Jadi semua logam dipanaskan memuai (silogisme)
Deduktif Premis mayor: semua manusia pasti mati Premis minor : Plato adalah manusia Jadi : Plato pasti mati (silogisme)
FILSAFAT PENDIDIKANFILSAFAT PENDIDIKAN Filsafat pendidikan adalah Filsafat pendidikan adalah
penerapan analisis filosofis penerapan analisis filosofis terhadap bidang pendidikan terhadap bidang pendidikan (Imam Barnadib).(Imam Barnadib).
Filsafat pendidikan adalah Filsafat pendidikan adalah landasan filosofis yang menjiwai landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan dan seluruh kebijaksanaan dan pelaksanaan pendidikan pelaksanaan pendidikan (Noorsyam).(Noorsyam).
Filsafat pendidikan dipandang sebagai pembahasan yang sistematis masalah-masalah pendidikan secara fiolosofis, yaitu dengan menyelidiki persoalan-persoalan pendidikan dengan menjabarkannya baik sebagai metafisika, epistemologi, etika, logika, estetika maupun kombinasi semuanya (Broudy).
Perlukah kurikulum sekolah berisi metafisika, epiestemologi dsb?
Tunjukkan bahwa aspek-aspek filosofis tersebut sudah ada dalam kurikulum?
Filsafat pendidikan menyelidiki perbandingan pengaruh-pengaruh: a. aliran-aliran filsafat yang bersaingan dalam proses kehidupan, b. kemungkinan proses2 pendidikan dan pembinaan watak keduanya berusaha menemukan pengelolaan pendidikan yang dikehendaki untuk membina watak yang paling konstruktif bagi kaum muda dan tua (Klipatrick).
Hubungan filsafat dan pendidikan
Berfilsafat dan mendidik adalah dua fase dalam satu usaha , berfilsafat adalah memikirkan dan mempertimbangkan nilai-nilai dan cita-cita yang lebih baik, sedangkan mendidik ialah usaha merealisasi nilai-nilai dan cita-cita itu di dalam kehidupan, dalam kepribadian manusia. Mendidik adalah mewujudkan nilai-nilai yang dapat disumbangkan filsafat, dimulai dengan generasi muda, untuk membimbing rakyat membina nilai-nilai di dalam kepribadian mereka, dan dengan cara ini demi menemukan cita-cita tertinggi suatu filsafat dan melembagakannnya di dalam kehidupan mereka (Kliptatrick).
Kita harus membawa filsafat guna mengatasi persoalan-persoalan pendidikan secara efisien, jelas, dan sistematis sedapat mungkin(Brameld).
Filsafat pendidikan dan ilmu pendidikan dapat dipandang sebagai bidang-bidang ilmu yang saling melengkapi (Brubacher).
FUNGSI FILSAFAT PENDIDIKAN
Fungsi Spekulatif: mengerti seluruh persoalan pendidikan dan antarhubungannya dengan faktor lain yang mempengaruhi pendidikan
Fungsi normatif: menentukan arah pendidikan sesuai dengan norma masyarakat
Fungsi kritik: mengkritisi dan menafsirkan data-data ilmiah
Fungsi teori bagi praktek: Filsafat memberikan prinsip-prinsip kerja ilmiah yang melahirkan teori untuk dipraktekkan.
Fungsi integratif: memadukan semua fungsi nilai sebagai satu kesatuan nilai pendidikan.
Tugas
Hal-hal apakah dalam bidang pendidikan dan bimbingan konseling yang sarat dengan filsafat?
Buatlah pertanyaan-pertanyaan filosofis terhadap hal-hal pendidikan itu!
Gunakan satu atau lebih metode filsafat untuk menemukan jawabannya.
EPISTEMOLOGI
Etimologis:Epistemologi = Yunani yakni episteme (pengetahuan) dan logos (kata, pikiran, percakapan atau ilmu). Epistemologi sering disamakan dengan theory of knowledge.
Jadi epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas hakekat ilmu pengetahuan, bagaimana memperolehnya, dan apa teori-teorinya.
Pertanyaan pembimbing ke epistemologi
Apakah pengetahuan itu? Apa sumber ilmu pengetahuan? Apakah pengetahuan itu berasal dari
pengamatan/pengalaman atau akal budi? Apa jenis-jenis pengetahuan itu? Apakah kebenaran pengetahuan itu pasti?
Pengetahuan berarti apa yang diketahui oleh seseorang tentang sesuatu.
Apa yang diketahui: Materi proses terjadinya/bertumbuhnya sesuatu Bentuk pengalaman dulu Ukuran Perasaan Warna komposisi suatu benda Jumlah dsb Rasa
Pengetahuan mempersyaratkan: Subyek yang mengetahui Obyek atau sesuatu yang diketahui
Sumber-sumber pengetahuan
1. Empirisme (Pengalaman inderawi) Sumber pengetahuan adalah pengalaman atau
pengamatan atau data atau fakta yang dialami/ditangkap oleh pancaindra kita.
Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan inderawi Pengetahuan diperoleh melalui penyerapan indera
terhadap obyek Seorang memilki pengetahuan karena ia menyerap
obyek, barulah akal budi mengolahnya. John Locke berpendapat bahwa mula-mula akal budi
hanyalah “as a white paper” Akal budi sendiri tak dapat menghasilkan pengetahuan
tanpa bantuan penyerapan indera David Hume: semua pengetahuan berasal dari
pengalaman inderawi Empirisme lebih mementingkan perolehan pengetahuan
dengan metode induktif
2. Rasio/akal Rasionalisme berpendapat bahwa sumber
pengetahuan adalah akal budi. Sumber pengetahuan satu-satunya adalah akal
budi. Dengan menggunakan kekuatan akal budi (berpikir)
maka dapat diperoleh pengetahuan atau kebenaran. Penggabungan 2 pengetahuan atau lebih dapat
menghasilkan suatu pengertian baru Misalnya 2 + 2 = 4 yang sudah merupakan aksioma Pengetahuan diperoleh dari proposisi logika &
Matematika
Plato: satu-satunya pengetahuan sejati adalah episteme yaitu pengetahuan tunggal sesuai dengan ide abadi.
Plato: Apa yang ditangkap melalui pancaindra hanyalah tiruan dari ide abadi tentang sesuatu.
Jadi kebenaran yang sebenarnya adalah ide.
3. Intuisi Pemerolehan pengetahuan secara
tiba-tiba (immediate knowledge) Orang-orang tertentu yang memperoleh pengetahuan
semacam ini meyakini kebenarannya Tokoh filsafat intuisi adalah Hendri Bergson
4. Otoritas: pengetahuan diperoleh dari kekuasaan, kewibawaan, kharisma, tradisi, legalitas dan formalitas.
5. Wahyu: pengetahuan yang diperoleh dari Tuhan kepada para nabi atau rasul.
Proses Pemerolehan Pengetahuan
Individu menerima masukan (input data) Individu mengadakan proses pengolahan
data Individu mengeluarkan hasil (output) dalam
bentuk kesan atau pengertian terhadap sesuatu
Jenis-jenis pengetahuan
Pengetahuan biasa atau sehari-hari (ordinary knowledge): pengetahuan yang diperoleh melalui akal sehat. Disebut pengetahuan biasa, sehari-hari sehingga belum dapat dibedakan secara tegas ciri konotatif (ciri khusus) dan denotatif (ciri benda).
Pengetahuan ilmiah: pengetahuan yang diperoleh dari hasil penelitian
Pengetahuan filsafat: pengetahuan yang diperoleh dari permenungan terhadap hakekat sesuatu. Kebenarannya bersifat meta atau mengatasi pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan religius adalah pengetahuan yang diperoleh dari kitab-kitab suci yang kebenarannya mutlak bagi para penganutnya.
Teori-teori Kebenaran
Teori korespondensi: Sesuatu itu benar kalau terdapat hubungan antara realita
obyek dengan apa yang ditangkap oleh subyek. If it is squares with reality, then it is true. Kebenaran bersifat obyektif yakni keadaan apa adanya realita
suatu obyek. Kebenaran itu ada di luar diri manusia, sehingga
– Manusia/anak didik mencari kebenaran itu– Anak didik menemukan dan mendeskripsi ciri-ciri suatu obyek
yang sebenarnya
Kritik terhadap teori Korespondensi Kesan subyektif satu dengan yang lain mungkin
sekali berbeda-beda terhadap suatu obyek Tidak ada jaminan bahwa kesan seorang sungguh-
sungguh menggambarkan realita Hubungan berkali-kali dengan suatu obyek dapat
menimbulkan reaksi berbeda-beda Jadi kriteria kebenaran bukan semata-mata
didasarkan pada hubungan dengan realita.
Teori Konsistensi: Terjadi kebenaran apabila terdapat konsistensi
antara kebenaran yang ditangkap oleh subyek yang satu dengan subyek yang lain tentang suatu realita
Makin konsisten hasil pengamatan subyek-subyek maka makin benar
Kebenaran itu terjadi atau valid karena ada konsistensi atau reliabilitas
Kebenaran konsistensi = ilmiah Penyelidikan yang berkali-kali pada waktu dan situs
berbeda Kebenaran mempersyaratkan juga reliabilitas Teori korespondensi dan konsistensi saling melengkapi Teori korespondensi membuat pernyataan tentang
dunia realitas, dan teori konsistensi menguji kebenaran pernyataan itu.
Teori Pragmatisme Pragma = manfaat, guna Sesuatu itu benar jika berguna atau bermanfaat Suatu ide atau teori itu benar dilihat pada konsekuensi-
konsekuensi praktisnya Ide atau teori itu benar jika mampu memecahkan
masalah atau berguna Sesuatu itu benar jika mendatangkan kegunaan yakni
membuat manusia beradaptasi secara seimbang dengan tuntutan lingkungannya.
Pragmatisme dalam dunia pendidikan:Sesuatu teori itu benar jika: ia mampu memberi penjelasan ia dapat memecahkan masalah ia dapat mendatangkan manfaat ia merupakan model yang praktis bagi guru
dan murid
William James menekankan: Asas dan tujuan pendidikan adalah pengembangan
kepribadian dan pemberian motivasiJohn Dewey menekankan bahwa: suatu ide itu benar terletak pada konsekuensi yang
menyertainya Seseorang dapat mengerti suatu teori ketika ia
menggunakannya dalam memecahkan suatu masalah.
Adakah pengetahuan itu benar dan pasti?
Socrates: apa yang saya ketahui ialah bahwa saya tidak mengetahui apa-apa (All that I know is that I know nothing). Maksudnya tidak ada pengetahuan yang pasti dan mutlak.
Pyrrho, Timon, Sextus Empiricus (365 – 275 BC): tokoh skeptisme, kita harus senantiasa menyangsikan segala sesuatu yang dianggap benar karena sesungguhnya tidak ada yang benar-benar diketahui dengan pasti.
John Wilkins dan Joseph Glanvill (1636-1680): membedakan antara pengetahuan tertentu yang sempurna dan pengetahuan tertentu yang sudah pasti. Yang pertama tak dapat dicapai karena manusia tidak sempurna dan yang kedua misalnya matahari terbit dari timur, api itu panas, terkena air basah.
AKSIOLOGI
Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat nilai dalam kehidupan manusia.
Menurut Earle (1992), nilai adalah suatu kualitas positif yang terkandung pada sesuatu yang menyebabkan orang ingin mendapatkannya atau memandang kualitas itu sebagai sesuatu yang positif itu sebagai sesuatu yangt berguna, yang menarik, yang baik, dan yang penting.
Aksiologi dibagi menjadi 2 bagian besar: etika dan estetika.
ETIKA atau FILSAFAT MORAL
EtimologisEtika = Yunani = ethos dan ethikos. Ethos = sifat, watak, kebiasaan karakter atau kecenderungan kepribadian.Ethikos = susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan yang baik.Moral = Latin = Mores yang bentuk jamak dari mos = adat istiadat, kebiasaan, watak, kelakuan, tabiat dan cara hidup.
Etika adalah perenungan filsafati tentang hakekat suatu perbuatan manusia, apakah secara secara moral diperkenankan atau tidak, diwajibkan atau tidak.
TEORI-TEORI ETIKA
Terdapat 3 teori etika: teori kognitif, teori imperatif, dan teori emotif.
Teori kognitif berpendapat: Kalimat-kalimat moral memiliki nilai kebenaran atau diputuskan
benar atau salah berdasarkan pernyataan kalimat itu. Pengetahuan moral dapat dijadikan pertimbangan atau
penilaian moral apakah sesuatu itu benar atau salah Contoh kalimat/pengetahuan moral: “membunuh adalah
perbuatan salah.” Para penganut teori kognitif dikenal sebagai penganut teori
realisme moral
Teori imperatif berpendapat bahwa: Kalimat-kalimat moral bersifat imperatif (memaksa) atau wajib
dilakukan. Contoh: “membunuh adalah perbuatan yang salah” adalah
perintah untuk tidak (melarang) membunuh. Teori Emotif
Kalimat moral bersifat ekslamatif atau seruan Istilah-istilah moral hanya merupakan luapan perasaan,
rintihan, seruan, umpatan. Meskipun demikian, perasaan atau emosi dapat menjelaskan
pertimbangan-pertimbangan moral yang dilakukan manusia.
Teori Deontologis
Kewajiban atau tugas moral merupakan hal penting dalam memberikan penilaian bahwa suatu perilaku bermoral atau tidak bermoral.
Misalnya: “Membunuh adalah perbuatan yang sala”. Tokoh teori deontologis Immanuel Kant (1724-1804)
melalui ajarannya tentang prinsip imperatif kategoris yakni pada dasarnya tingkah laku manusia diikat oleh hukum-hukum moral meskipun dalam dii manusia juga ada kecenderungan berbuat jahat.
Teori Konsekuensionalis
Ketika seorang berpikir terhadap suatu pernyataan moral ia seharusnya berpikir tentang konsekuensi atau akibat dari pernyataan moral tersebut.
Salah satu bentuknya adalah utilitarianisme adalah J. Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806 – 1873) yang berpandangan bahwa suatu tindakan adalah benar jika tindkan itu bila menguntungkan atau membahagiakan bagi orang yang melakukannya.
METAFISIKA
Etimologis Metafisika = Yunani
Meta = di atas atau di balik Phusis = alam atau fisik
Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakekat realitas dari segala sesuatu baik yang bersifat fisik maupun yang nonfisik.
Ada dua hal dasar yang dipelajari metafisika: analisis terhadap kategori-kategori dasar dan inventori terhadap corak-corak dasar dari keberadaan manusia.
Menurut Aristoteles, metafisika adalah ilmu yang mempelajari keadaan atau keberadaan sesuatu.
Obyek penelaahan metafisika: Tuhan, alam semesta, waktu, ruang, dan hukum-hukum sebab akibat.
Pembagian Metafisika
Metafisika– Metafisika umum/ontologi: filsafat yang
mempelajari hakekat realitas dari segenap yang ada
– Metafisika khusus: mengkaji obyek-obyek metafisika seperti Tuhan (filsafat ketuhanan), manusia (filsafat manusia), dan keteraturan alam semesta (kosmologi)
Dua obyek Metafisika
Kategori dasar adalah klasifikasi terhadap segala sesuatu dengan membagi-baginya ke dalam kategori atau kelas yang sesuai dengan obyek-obyek lain yang sejenis
Inventori kategori dasar yang umum digunakan adalah: substansi dan aksiden, spasiotemporal partikular, keberadaan yang seharusnya ada, (necessary beings), keberadaan yang bersifat kontingen (continent beings), serta perstiwa dan proses.
Inventori Kategori Dasar:
Substansi adalah sesuatu yang memiliki eksistensi mandiri atau independent.
Keberadaan substansi tidak memerlukan keberadaan-keberadaan lain.
Aksiden adalah sesuatu yang keberadaannya tidak mandiri atau dependent/tidak independent.
Keberadaan aksiden memerlukan keberadaan substansi
Substansi keberadaan manusia adalah sifat kemanusiaannya.
Aksidennya adalah egois, altruis, pemarah dsb.
Spasiotemporal partikular adalah sesuatu yang memiliki keberadaan pada suatu tempat dan waktu tertentu.
Contoh: orang, pintu, meja, pelangi, dan awan. Spasiotemporal partikular sering mengacu pada
keberadaan individual. Contoh perbedaan A dan B atau beda meja licin dan
meja berdebu pada waktu yang sama.
Banyak pakar filsafat membagi segala sesuatu ke dalam dua kategori:
Keberadaan yang harus ada, tidak boleh tidak, dan ia tidak diadakan (necessary beings) yaitu Tuhan
– Keberadaan Tuhan itu berada dalam realitasnya sendiri tanpa bergantung pada manusia dan alam
Keberadaan yang bersifat kontingen (contingent beings) misalnya manusia atau makluk lain dan alam raya bergantung pada sesuatu yang lain.
Kritik terhadap Metafisika
Filsuf-filsuf anti metafisika adalah kelompok positivisme logis yang berasal dari lingkungan Wina.
Bagi mereka, kajian metafisika adalah kajian spekulatif dan tak dapat dibuktikan secara empiris.
Namun demikian, kritik mereka tidak sepenuhnya benar karena terdapat multidimensional. Misalnya ada fenomena spiritual, transpersonal, dan ketidaksadaran.
LOGIKA
Empat karakteristik logika (Aristoteles dan Wilhem Leibniz):1. Hukum identitas (Law of identity):
Sesuatu itu sama dengan dirinya sendiri.P = P
2. Hukum kontradiksi( Law of contradiction) Sesuatu itu pada waktu yang sama tidak dapat sekaligus memiliki sifat tertentu dan juga tidak memiliki sifat tertentu itu.Tidak mungkin P = Q
3. Hukum tiada jalan tengah (Law of excluded middle)Sesuatu itu pasti memiliki sifat tertentu atau tidak memiliki sifat tertenu itu dan tidak ada kemungkinan lain.
Jadi P = Q atau P tidak sama dengan Q4. Hukum cukup alasan
KEBUDAYAAN SEBAGAI ISI PENDIDIKAN
Etimologis Culture dari Latin colo = colore = bercocok tanam, memelihara,
mengembangkan jiwa (Kuypers) Kebudayaan itu komplek terdiri dari pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, kecakapan-kecakapan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai warga masyarakat. (Taylor)
Roucek dan Waren dan Henry Lucas Kebudayaan adalah cara hidup, cara
berpikir, bertindak dari masyarakat untuk memenuhi kebutuhan (survive).
Peradaban peng (rk)embagan unsur-unsur kebudayaan sehingga menjadi kompleks, canggih halus, mulia.
Kebudayaan Nasional bersifat:1. Spiritual, psikologis yang dimanifestasikan dalam filsafat hidup,
karakter bangsa, sikap mental 2. Rasional-intelektual bersifat hasil berpikir
yang dituangkan dalam ilmu pengetahuan 3. Material konkret tercermin dalam desain
teknologi, arsitektur, mode, seni.
Azas Kebudayaan Nasional: Konsentrasi berpusat pada kebudayaan
nasional sekarang dan warisan budaya Konvergensi: memadukan budaya bangsa
dan budaya luar, terbuka tetapi dengan sensor.
Kontinuitas: penerusan dan pengembangan kebudayaan
Tugas Pendalaman
Apakah pengetahuan ilmiah itu Apakah anda setuju dengan klasifikasi ilmu
pengetahuan menurut August Comte? Kebudayaan yang bagaimana dijadikan
sebagai isi pendidikan? Apakah kurikulum memasukkan semua hal
yang sudah diketahui sebagai isi kurikulum untuk dipelajari peserta didik?
Aliran-aliran Filsafat
Naturalisme: Fakta yang sebenarnya adalah alam semesta fisik ini. Segala sesuatu berasal dari alam, tidak ada lagi sesuatu di baliknya.
Naturalisme melahirkan faham plurasisme yang berpendangan bahwa alam semesta dengan segala isinya memiliki keragaman
Idealisme
Fakta itu adalah ide-ide. Atau kenyataan merupakan substansi yang diperoleh ide tentang sesuatu.
Menurut Plato, ada fakta yang diperoleh melalui pancaindera dan ada fakta diperoleh melalui ide rasio.
Ide rasio adalah fakta sesungguhnya yang melampaui fakta pancaindera.
Realisme berpandangan bahwa fakta diperoleh dari hasil pertemuan dengan obyek realnya.
Orang bisa memiliki pengetahuan yang kurang tepat terhadap benda tetapi dapat memiliki gambaran yang tepat tentang benda itu.
Pragmatisme mementingkan pragma atau kegunaan dari sesuatu dan perwujudan nyata dari suatu ide.
Sesuatu ide itu berguna kalau bermanfaat.
Empirisme
Top Related