FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity...

36
FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity Indonesia (QCI) Ujian Tesis Pembimbing: Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister dalam bidang Hukum Ekonomi Syariah Dyahita Alifah Riani NIM : 12.2.00.0.08.01.0169 SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2017 M

Transcript of FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity...

Page 1: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

FIKIH KARITAS:

Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity Indonesia (QCI)

Ujian Tesis

Pembimbing: Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister

dalam bidang Hukum Ekonomi Syariah

Dyahita Alifah Riani

NIM : 12.2.00.0.08.01.0169

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H/2017 M

Page 2: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

ii

KATA PENGANTAR

را اشهد ان ل اله الا الله وحده ل شريك له الحمد لله حمدا حما دا بد ده و كثي و اش هد انا حما د و س ل و ر ر بل نس و الدشر. اللاه ا له سي د ال ده و خلي و بل رسوله و حدي

را. حره و سلا تسليم كثي اله و ا

Puji syukur selalu tercurah kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga terselesaikan penulisan tesis ini, rasa syukur

yang telah menguatkan hati penulis untuk selalu menuntut ilmu. Shalawat serta

salam tak lupa juga penulis panjatkan kepada nabi Muhammad SAW dan seluruh

keluarga, para sahabat, dan semua pengikut sunnah-nya.

Penelitian ini menguraikan tentang “Fikih Karitas: Studi Perwalian Yatim

Di Qatar Charity Indonesia (QCI)”, yang ditulis sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan pada program Magister Sekolah Pascasarjana (SPs) UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta dan bertujuan untuk memberikan kontribusi dalam

pengembangan keilmuan hukum ekonomi Islam di Indonesia. Penelitian ini telah

melibatkan banyak pihak dalam rangkaian proses penulisannya, sehingga penulis

ingin menyampaikan penghargaan tertinggi serta menyampaikan terimakasih

sebesar-besarnya kepada semua pihak, yang secara khusus saya sampaikan kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof Dr Dede Rosyada

2. Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr.

Masykuri Abdillah, wakil direktur dan ketua program S3 Prof. Dr. Didin

Saepudin, MA., kemudian wakil direktur dan ketua program S2 Dr. JM.

Muslimin, MA.

3. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku pembimbing dan promotor dalam

penulisan tesis ini, yang telah memberikan masukan, saran serta kritikan yang

sangat berguna bagi penulis.

4. Dr. Kusmana, MA., yang telah menyempatkan waktunya untuk memberikan

arahan dan bimbingan pada penelitian ini.

5. Dr Setyawan Lahuri, MA., yang telah banyak menjadi rujukan penulis dalam

memahami perdebatan akademik khususnya rujukan berbahasa Arab.

6. Qatar Charity Indonesia beserta jajarannya, yayasan Ruhamaa Dramaga Bogor

khususnya Ibu Sri selaku penanggung jawab yatim, serta anak-anak yatim

binaan QCI yang telah membantu dan memberikan banyak informasi terkait

objek penelitian ini.

7. Seluruh guru besar, dosen, dan staf SPs. UIN Syarif Hidayatullah yang telah

memberikan gagasan-gagasan pemikiran serta mengembangkan pengetahuan

akademis penulis.

8. Seluruh keluarga, orang tua Ahmad Badarun (alm) dan Hj. Dwi Indah Nurul

Fadjri, saudara laki-laki Khoirul Anam, S.Pd., H. Muflih Adi Laksono, MA., M.

Page 3: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

iii

Silmi Hakiki yang selalu mensupport selesainya tesis ini, suami H. Ahmad Rifai

Arif, M.Pd.I yang telah meridhoi dan banyak berbagi peran selama proses

penelitian ini, anak-anak Zahida Aqila Raudya, Nahid Ahmad Zufar, dan Adela

Khairina Ahmad yang telah merelakan waktunya tersita, seluruh keluarga besar

Tsabit Hasan dan H. Damanhuri, serta seluruh keluarga besar Pondok Pesantren

Darel Azhar, Rangkasbitung.

9. Kepada Sahabat, teman seangkatan SPS UIN Syarif Hidayatullah angkatan

ganjil 2013 yang tidak henti-henti menyemangati meski sudah banyak yang

lulus terlebih dahulu.

Akhirnya semoga tesis ini dapat memberikan sumbangsih kepada semua

pihak dan bisa berkontribusi bagi agama, bangsa dan negara, meskipun penulis

menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan, namun besar harapan

penulis akan kritikan dan saran yang membangun.

Jakarta, 29 NOvember 2017 M

10 Rabiul Awwal 1439 H

Page 4: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

vi

PERSETUJUAN UJIAN TESIS

Tesis yang berjudul Fikih Karitas: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity

Indonesia (QCI), oleh Dyahita Alifah Riani, NIM 12.2.00.0.08.01.0169 telah

dinyatakan lulus pada ujian tesis yang diselenggarakan pada hari Kamis tanggal 16

November 2017

Tesis ini telah diperbaiki sesuai saran dan komentar para penguji dan dapat

dicetak menjadi buku ber-ISBN.

Jakarta, 29 NOvember 2017 M

10 Rabiul Awwal 1439 H

Tim Penguji:

No. Nama Tanda Tangan Tanggal

1. Prof. Dr. Masykuri Abdillah

2. Prof. Dr. Ahmad Rodhoni, MM

3. Prof. Dr. Huzaemah T. Yanggo, MA

4. Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor, MA

Page 5: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

vii

ABSTRAK

Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian yatim dengan model karitas

yang dilakukan oleh QCI terhadap anak yatim di Indonesia sesuai dengan QS.

Annisa: 5 & 6, dengan: (a) tidak menyerahkan harta kepada semua yang tergolong

dalam safi>h termasuk didalamnya anak yatim, (b) memberlakukan perwalian atas

diri dan harta anak yatim, (c) memberikan rizki dalam bentuk nafaqah dan kafa>lah

yatim, (d) memberlakuan ibtila> kepada yatim, (e) tidak mengambil harta anak

yatim apabila wali yatim dalam keadaan kaya, (f) menyerahkan harta yatim setelah

mencapai rusyd dan atau sudah menikah, (g) menyerahkan harta yatim dengan

saksi, (h) wali yatim yang kaya untuk menahan diri dari mengambil sebagian harta

yatim, namun perwalian yatim ini tidak sesuai dengan (a) prinsip “warzuqu>hum fi>ha>” yang terdapat pada QS. Annisa: 5, karena tidak melakukan pengelolaan harta,

sehingga terjadi “warzuqu>hum minha>”, dan (a) prinsip “is}la>h”} atas pemeliharaan

harta anak yatim sebagaimana tercantum dalam QS. Al-Baqarah: 220, karena tidak

melakukan pengelolaan atas harta anak yatim, yang memang dianjurkan untuk

dikelola dengan baik lagi tepat guna mendapatkan maslahah bagi yatim.

Hasil studi ini mendukung pernyataan Belabes Mourad (2010) yang

mengatakan bahwa rusyd (kematangan) dan ahliyyah (kecakapan) dalam diri yatim

merupakan dua hal yang menghapus masa berlakunya perwalian anak yatim dalam

Islam, dan pengelolaaan harta anak yatim merupakan bentuk peningkatan stabilitas

kekayaan anak yatim, juga mendukung pernyataan Novita Erliana Sari (2015) yang

mengatakan bahwa pengelolaan keuangan dan kebiasaan pengeluaran dipengaruhi

oleh literasi finansial. Penelitian ini tidak sepenuhnya sependapat dengan Sahal

Mahfudz, yang mengatakan bahwa pola pemberian yang bercorak konsumtif

selama ini tidak mampu mengubah kemiskinan umat menuju kemandirian yang

dicita-citakan Islam karena anak yatim belum cukup secara umur dan kematangan,

juga tidak sepenuhnya sependapat dengan Gunawan (2012) yang berpendapat

bahwa praktik pemberdayaan dengan pendekatan yang sifatnya charity dapat

berdampak ketergantungan kaum dhuafa kepada pemberi bantuan.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan tafsir dan

fiqh, serta dilakukan penguatan melalui sudut pandang psikologi dan sosiologi,

yang menggali pemahaman Qatar Charity Indonesia atas perwalian yatim pada

QS.Al-Nisa>`: 5-6, menggunakan studi pustaka yang merujuk pada kitab-kitab tafsir

dan fikih khususnya yang berhubungan dengan nafaqah, kafa>lah, Ibtila>``, serta rushd

anak yatim sebagai data primer, serta buku-buku yang berkaitan dengan usia

kematangan (maturation/ rushd) pada anak menurut psikologi, wawancara,

observasi lapangan, serta memanfaatkan dokumen dalam bentuk laporan dan foto

sebagai data sekunder.

Kata kunci: Karitas, anak yatim, nafaqah, rusyd, kafa>lah, ibtila>

Page 6: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

viii

الملخصنتيجة هذا الدحث أن ولية األيتم رطريقة التمكين الخيري رطريقة الذي بقد قطر الخيرية

التي تتكون ن: )أ( بدم إيتء األوال 6-5الندونيسية نحو األيتم رإندونيسي طرق رسورة النسء لنفقة والكفلة ع, للسفهء تشم فيه اليت, )ب( ولية األيتم بل األنفس واألوال, )ج( إبطء ا

ح, )ز( )د( الرتالء بل األيتم, )ه ( دفع األوال رعد رلوغ الرشد في نفس األيتم أو رلوغ النكإستعفف الولي أي بدم أخذ ل اليتي للولي الغني, )ح( اشترا الشهيد بند دفع األوال. ولكن

ألن إرزاقه ن نفس األوال 5في سورة النسء تختلف هذه الولية األيتم ر )أ( فهوم "وارزقوه فيه"التي 222وليس ن نتيجة إدارة األوال أي إرزاقه "نه", )ب( فهوم "الالح" في سورة الدقرة

تتعلق رصينة أوال األيتم لعدم إدارة أواله التي تكون قوا له في التجرة أو الديوع أو الزرابة أو غير ية والمستقدلة. ذلك حت تزيد أ واله نتيجة ن أسسه ألج المصلحة له في حيته اليو

( أن الرشد واألهلية في نفس اليتي اللذان 2202هذه الدراسة تدب قول ريالريس وراد )يحذفن اتقضء ولية األيتم في السالم, وأن إدارة األوال نوع ن تحسين استقرار األوال لأليتم.

( أن إدارة األوال وبدة التصرف تؤثر إل حو األية 2205يض قول نوفيت إرليين سري )وتدب أالملية. هذه الدراسة ل تتفق تمم التفق بل قول سه حفوظ أن أنمط التغذية الستهالكية دون

, ألن اليت ل ه السالمالستنتجية في أين هذه ل تقدر بل تغيير الفقير إل إستقالل األفراد تمن( أن مرسة التمكين 2202. ول تتفق تم بل قول غونوان )تكن ستقال تم في العمر والرشد

رنهج الخيري تؤثر إل ابتمد الضعفء نحو المنحين.ث تأييده رنظر بل النفس وبل نهج التفسير والفقه, تستخدم هذا الدحث رحث نوبي ية ردراسة الكتب اللتي تتعلق رلنفقة تنقش التفه في ولية األيتم بند قطر الخيرية الندونيسالجتمع

, ع رينت الثنوية ن كتب التفسير والفقه األولية ن رينت رتالء والرشد التي صدركفلة والوالالستفدة نحو والمالحظة الميدانية ع المقرالتو نظر بل النفسفي التي تتعلق رعمر الرشد الكتب

في شك التقرير والصور. قئالوث

Page 7: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

ix

الكلمت: اليت, الخيرية, الرشد, الكفلة, الرتالء

ABSTRACT

This research show that orphans guardianship with approach of charity

conducted by Qatar Charity Indonesia appropriated to Quran surah Annisa: 5-6,

which: (a) give not the treasure unto the foolish included orphan, (b) maintain the

self and the treasure under the guardianship, (c) feed and clothe orphans in the

form of guarantee and aid, (d) put orphans to the test as the effort of maturation,

(e) refrain from taking treasure for the rich guardians, (e) submit orphan treasure

after marriageable age or sound judgement, (f) submit orphan treasure with

witnesses, but this guardianship contradicted to: (a) the principle of “warzuqu>hum fi>ha>” as it appears on Quran Surah Annisa verse 5, that feeding orphans must the

result of treasury management, and not from the capital of its treasure as interpret

“warzuqu>hum minha>”, (b) the principle of “is }la>h}” which have to maintain the

treasure of orphans as it appears on Quran Surah Al-Baqarah verse 220, in the form

of trading, buy and sell, farms, or any other way to get maslahah and economic

stability towards orphans.

This research support the statement of Belabes Mourad (2010) that

maturity and eligibility are the two in the self of orphans which can remove

guardianship in Islam, and treasury management is the way to increase the stability

of orphan’s wealth, also support Novita Erlita Sari (2015) that financial

management and consumption habits are effects on financial literacy. This research

not fully agreed with Sahal Mahfudz that granting charity scheme nowadays

unable to change poverty towards self-reliance as the wish of Islam because

orphans hasn’t quite independent by age and maturity, also not fully agreed with

Gunawan (2012) that empowerment practice based on charity caused the

dependency of the beneficiary to the philanthropist.

This research is the qualitative research using tafsir and fiqh approach

which strengthened by psychology and sociology as a viewpoint, seeking the

comprehension of Qatar Charity Indonesia’s orphans guardianship by literature

review which is related to orphans nafaqah, kafa>lah, Ibtila>``, and rushd, which refers

to books of exegesis, jurisprudence as the primary data and refers to the age of

child maturity in psychology view, interviews, field observation, and documents

in the form of report and photos as the secondary data.

Keywords: Charity, orphans, maturity, orphan guarantee and aid

Page 8: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

x

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam penelitian ini

adalah ALA-LC ROMANIZATION tables yaitu sebagai berikut:

A. Konsonan

Initial Romanization Initial Romanization

}D ض A ا

Ţ ط B ب

}Z ظ T ت

‘ ع Th ث

Gh غ J ج

F ف }H ح

Q ق Kh خ

D K د

L ل Dh ذ

M م R ر

N ن Z ز

H ه،ة S س

W و Sh ش

Y ي }S ص

B. Vokal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Page 9: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

xi

Fatḥah A A

Kasrah I I

Ḑammah U U

... ي Fatḥah dan ya Ai A dan I

... و Fatḥah dan wau Au A da U

<Fatḥah dan alif a ــا a dan garis di atas

ي Kasrah dan ya Ī I dan garis di atas ــ

Ḑamah dan wau Ū u dan garis di atas ــ و

Page 10: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

xii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... ii

Pernyataan Bebas Plagiarisme ... iv

Lembar Pengecekan Plagiarisme ... v

Persetujuan Pembimbing ... vii

Persetujuan Penguji ... viii

Abstrak Bahasa Indonesia ... ix

Abstrak Bahasa Arab ... x

Abstrak Bahasa Inggris ...xi

Pedoman Transliterasi Arab-Latin ... xii

Daftar Isi

Daftar Singkatan

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah … 1

B. Permasalahan ... 14

C. Tujuan Penelitian … 16

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian ... 16

E. Penelitian Terdahulu Yang Relevan … 16

F. Metodologi Penelitian … 20

G. Sistematika Penulisan … 23

BAB II PERWALIAN DAN KARITAS

A. Karitas dan Filantropi Islam di Indonesia … 25

B. Pemberdayaan (tamki>n) Perspektif Al-Quran … 38 C. Anak Yatim dan Dharuriyya>t Khams ... 45

D. Pemeliharaan Anak Yatim di Indonesia … 56

BAB III PERWALIAN YATIM DALAM QS. ANNISA: 5-6

A. Perwalian Yatim perspektif Tafsir ... 61

a. Nafa>qah/ Kafa>lah Yatim ... 62

b. Ibtila>` Yatim ... 65

c. Rusyd ... 66

B. Perwalian Yatim perspektif Fikih ... 68

a. Nafa>qah/ Kafa>lah Yatim ... 70

b. Ibtila>` Yatim ... 75

c. Rusyd ... 78

BAB IV PROGRAM DAN SEJARAH PERKEMBANGAN QATAR CHARITY

INDONESIA

A. Qatar Charity ... 85

B. Qatar Charity Indonesia ... 87

C. Yayasan Ruhamaa ... 94

BAB V PEMAHAMAN QATAR CHARITY INDONESIA ATAS PERWALIAN

YATIM DI INDONESIA

Page 11: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

xiii

A. Pandangan Umum tentang Perwalian Yatim dalam QS. Annisa 5 & 6

… 99

B. Relevansi Pemahaman Qatar Charity Indonesia atas Perwalian Yatim di

Indonesia ... 101

C. Implementasi Pemahaman Perwalian yatim oleh Qatar Charity

Indonesia atas Nafa>qah, Kafa>lah, Ibtila>, serta Rusyd … 106

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan … 121

B. Saran … 122

Dafar Pustaka

Lampiran

Indeks

Biodata

Lampiran Hasil, Notulasi, dan Berita Acara Ujian-ujian

Page 12: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

xiv

DAFTAR SINGKATAN

ATK : Alat Tulis Kantor

BAZNAS : Badan Amil Zakat Nasional

BSM : Bank Syariah Mandiri

ECOSOC : Economic and Social Council

GCC : Gulf Cooperation Council

IDR : Indonesian Rupiah

IFRC : International Federation of Red Crescent

KUHP : Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat

NGO : Non Government Organization

ORMAS : Organisasi Masyarakat

QCI : Qatar Charity Indonesia

QC : Qatar Charity (pusat)

QS : Quran Surat

QR : Qatar Real

QRC : Qatar Red Crescent

SDM : Sumber Daya Manusia

SOP : Standar Operasional Pelaksanaan

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

SPP : Sumbangan Penyelenggaraan Pendidikan

TPQ : Taman Pendidikan Al-Quran

UUD : Undang Undang Dasar

UNESCO : United Nations Educational, Scientific, and Cultural

Organization

USD : United States Dollar

VOC : Vereenigde Oostindische Compagnie

YRDB : Yayasan Ruhamaa Dramaga Bogor

ZISWAF : Zakat Infak Sedekah Wakaf

Page 13: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Perhatian Islam atas anak yatim bisa dilihat dari beberapa ayat Quran yang

menyebut kata “yati>m” juga “yata>ma>” sebanyak 23 ayat.1 Hal ini juga dikuatkan dengan hadits nabi “Aku dan pengasuh anak yatim di surga nanti seperti 2 jari ini (dengan menunjukkan 2 jari telunjuk dan tengah)”2 yang menyeru untuk membina yatim, memberikan hak-haknya, memberikan pendidikan kepadanya, menyiapkan kehidupan yang layak baginya hingga yatim mencapai akil, balig serta rasyid (kematangan), karena disitulah Allah SWT menjanjikan pahala yang amat besar di dunia juga akhirat bagi mereka yang melaksanakan tuntunan-Nya, bahkan konon para malaikat yang saling berlomba-lomba dalam menyayangi anak yatim.3 Sebaliknya, memberikan peringatan bagi yang enggan terhadap anak yatim, dengan memasukkannya dalam kategori pendusta agama sebagaimana termaktub dalam surat Al-Ma>`un ayat 1-3:

ين ( ب بالد 4)٣طعام المسكين () وال يحض على ٢) فذلك الذي يدع اليتيم (١أرأيت الذي يكذAnak yatim pada masa jahiliyah sebelum datangnya Islam hidup dalam

kondisi yang termarginalkan oleh masyarakat sebagaimana yang diriwayatkan oleh Halimah Al-Sa’diyyah –wanita yang menyusui nabi Muhammad SAW ‘kecil’- bahwasannya orang-orang pada saat itu tidak ada yang mau menyusui bayi yang telah ditinggal meninggal oleh ayahnya karena tidak akan ada yang akan memberi imbalan atasnya. Anak yatim kehilangan hak atas hartanya karena saudara ayahnya yang akan mengambil alih seluruh harta yang ditinggalkan, sebagaimana yang terjadi pada Ummu Kajjah dan 3 anak perempuannya yang ditinggal meninggal oleh Aus bin Tsabit Al-Anshari, hingga mereka mengadu kepada Rasulullah, dan

turunlah QS. Al-Nisa>`: 11 ( ◌ يوصيكم الله في أوالدكم ◌ للذكر مثل حظ األنـ ثـيـين)5 kemudian

1 Kata al-yati>m sebanyak 5 kali, yati>man sebanyak 3 kali, yati>maini satu kali, al-

yata>ma> sebanyak 14 kali. Lihat Muhammad Waila>li>, kafa>latu Al-Yati>m Ta’s}i>lan wa Tanzi>lan, 2010, www.alukah.net/sharia/0/22221/, diakses pada 1/3/2017

2 Sunanu Al-Tirmi>dhi>, Kita>bu Al-Birri wa Al-S}illati ‘An Rasu>lillahi S}allahu ‘Alaihi wa Sallam, Ba>bu Man Ja>-a fi> Rahmati Al-Yati>m wa Kafa>latihi, Hadits 1918, hadits.al-islam.com/page.aspx?page.id=192&TOCID=1108&BookID=37&PID=3628, diakses pada 28/7/2017

3 Sahir Kamil Ahmad, Al-H}irma>n mina-l-wa>lidaini fi-l-t}ufu>lah al-mubakkirah wa ‘ala>qa>tuhu bi al-numuwwi al-jinsi>, wa al-‘aqli>, wa al-infi’a>li>, wa al-ijtima>’i>, Majallah Ilmu Nafsi>, vol.4, Al-Haiah Al-Mis}riyyah li al-kita>b (Cairo, 1987) hal. 2

4 “Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin.

5 “Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-anakmu, yaitu: bagian seorang anak lelaki sama dengan bagian dua orang anak perempuan….”

Page 14: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

2

Rasulullah memberikan seperdelapan bagi Ummu Kajjah dan dua pertiga untuk ketiga anak perempuannya.6

Anak yatim di Indonesia setelah kemerdekaan mendapatkan kedudukan yang sangat baik dengan diamanatkan hak atas penghidupan yang layak dengan dikeluarkannya pasal 27 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi: “Hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, yang dikuatkan dengan pasal 34 ayat 1 UUD 1945: “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.”, sehingga lembaga yatim piatu di Indonesia mendapatkan kedudukan strategis dalam membina dan mendidik anak yatim. Sejarah panti asuhan di Indonesia sudah dimulai sejak penjajahan Belanda (sekitar abad 18-19) yang ber filosofi kristiani karena rata-rata dikelola oleh gereja, keluarga militer Belanda/ Inggris, masyarakat Tionghoa, dan lainnya, dimana anak yatim di panti asuhan ini merupakan korban perang dengan mayoritas ibu dari kalangan pribumi, namun sayangnya pemerintah Belanda mengeluarkan suatu peraturan yang mengharuskan harta anak yatim di bawah pengawasan Wesskamer (Balai Harta Peninggalan) yang mewajibkan pajak 15%. Rev Walter Medhurst mendirikan panti asuhan yang lebih modern dengan nama “The English Orphan Asylum” pada tanggal 17 oktober 1832 yang terletak di gereja Inggris (Jl. Prapatan, Jakarta Pusat). Sedangkan panti asuhan yang berlabel Islam baru didirikan pada Juli 1931 dengan nama “Roemah Piatoe” oleh Ibu Siti Zahara Gunawan, serta panti asuhan “Daaroel Aitam” yang diprakarsai oleh para habaib dan kiai ibu kota pada Agustus 1931, 7 yang kemudian diikuti ratusan panti asuhan lainnya di tanah air yang dikelola oleh organisasi-organisasi kemasyarakatan Islam (seperti Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama, Persis, Al-Irsad, dll), yayasan-yayasan sosial yang tidak terafiliasi dengan organisasi ke-Islaman, serta lembaga/ institusi pemerintahan di kementerian agama maupun kementerian sosial, dengan jumlah lembaga yatim piatu yang tercatat oleh kementrian sosial pada tahun 2008 adalah 3.486 lembaga se Indonesia.8

Dewasa ini, pengelolaan, pembinaan, pemeliharaan, serta pendidikan anak yatim bisa dilakukan dengan berbagai cara, seperti santunan keluarga, asuhan keluarga, serta panti asuhan.9 Dimana tujuan dari mengasuh anak yatim bukan hanya terletak pada tanggung jawab secara sandang-pangan, pendidikan, sosial

6 Maryam ‘At}a>` H}ami>d Qauzah}, Ah}ka>m Ma>li Al-Yati>m fi Al-Fiqh Al-Isla>mi>,

Ja>mi’ah Al-Naja>h} Al-Wat}aniyyah, Kulliyyatu Al-Dira>sah Al-‘Ulya> (Palestina, 2011) hal.32-33, https://scholar.najah.edu/sites/default/files/, diakses pada 7/5/2017

7 Alwi Shahab, Memelihara Anak Yatim Zaman Belanda Hingga Indonesia Merdeka, Red: Karta Raharja Ucu, Ahad, 07 Agustus 2016, 07:00 WIB, http://www.republika.co.id/berita/selarung/nostalgia-abah-alwi/16/08/07/obg0vs282-memelihara-anak-yatim-zaman-belanda-hingga-indonesia-merdeka, republika.co.id, diakses pada 10/9/2016

8 Pedoman Lembaga Yatim Piatu, Kementrian Agama Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Pemberdayaan Zakat (2010), hal. 7-13 & 35

9 Muhsin MK, Mari Mencintai Anak Yatim (Jakarta, Gema Insani Press, 2003), hal.32

Page 15: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

3

saja, melainkan juga sebagai bentuk upaya untuk menghilangkan rasa rindu anak yatim kepada orang-orang yang telah meninggalkannya, rindu secara naluri yang tidak mungkin akan didapat kecuali dari keluarga aslinya, sehingga yayasan yang mengelola anak yatim diharapkan mampu untuk menghadirkan kehangatan, lingkungan yang baik, serta dapat menghilangkan kerinduan anak yatim.10

Islam memandang keberpihakan pada kaum d}uafa (termasuk anak yatim) sebagai aset jangka panjang yang bersifat ukhrawi, bukan hanya sekedar memecahkan masalah sosial manusia duniawi saja,11 namun sebagai bentuk usaha untuk menyelamatkan kaum d}uafa dari bahaya kufur.12 Maka Islam menyeru setiap manusia untuk “menjaga” dan menjamin “terjaga”nya agama, jiwa, akal, keturunan, serta harta yang merupakan maqashid syariah bagi orang-orang yang membutuhkan, seperti kepada orang sakit, orang yang berada dibawah tanggungan orang lain, orang miskin, serta yang tak kalah penting adalah anak-anak yatim, karena kesendiriannya, kelemahannya dalam mendapatkan semua hak-haknya, sebagaimana hak-hak yang diterima oleh anak-anak pada umumnya menurut Islam dan Undang-undang yang berlaku di Indonesia.

Urgensi perwalian Islam difahami sebagai pemberian tanggung jawab dan kewenangan yang meliputi perwalian atas diri dan harta yatim yatim,13 yang mencakup: (a) diri anak yatim, dalam bentuk pengasuhan, pemeliharaan, perlindungan, pengajaran, pernikahan, khitan, ibadah, nadzar dan segala kemaslahatan atasnya, serta (b) harta anak yatim, dalam bentuk pengaturan hak-hak yang seharusnya diperoleh anak yatim, seperti jual-beli dalam upaya pengelolaan harta yatim, perdagangan, peminjaman uang, pembayaran zakat, hibah, perjanjian, dan lainnya yang menyangkut pengelolaan harta anak yatim demi masa depannya.14 Kedudukan wali yatim adalah sebagai orang-orang yang menguasai anak yatim dan bertindak untuk mencukupi semua kebutuhan yatim.15

10 Al-yati>m; Mas-u>liyyatu Al-Mujtama’ wa Al-Daulah, alyaum.com, diakses pada

1/3/2017 11http://www.mitraummat.org/2013/09/islam-dan-pemberdayaan-

kaumdhuafa.html 12 Fakir Terkadang Akan Menyeret Pada Kekufuran, Lihat Badrul Tamam,

Kefakiran Mendekatkan Kepada Kekufuran, http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2013/03/25/23721/kefakiran-mendekatkan-kepada-kekufuran/#sthash.nnhthek9.dpbs. dalam sumber lainnya juga dikatakan لقدر سبق كون كفرا وكاد الحسد أن ,lihat sya’bu al-i>ma>n li al-baihaqi, 5, 267 ,كاد الفقر أن http://www.tasfiatarbia.org/vb/showthread.php?t=12874

13 Belabes Mourad, Istithma>r Amwa>l Al-Aita>m; Dira>sah Fiqhiyyah Maqa>s}idiyyah Mua>s}arah, Fakultas Ilmu Keislaman, Jurusan Syariah, Universitas Al-Jazair, 2009/2010, hal. 118

14 Muhammad Ra>tib Al-Na>bulsi>, Kaifa tu’a>milu Al-Isla>m ma’a Ma>l Al-Yati>m, Tafsi>ru A>ya>t; Su>rah Al-Baqarah wa Al-Nisa>`, Dars 19-50, 31 Januari 1996, www.nabulsi.com, lihat juga Fiqh Al-At}fa>l wa Al-qa>s}iri>n, https://imamreza.net, diakses pada 1/3/2017

15 Maryam ‘At}a H}ami>d Qauzah}, Ah}ka>m Ma>li Al-Yati>m fi Al-Fiqh Al-Isla>mi>, Ja>mi’ah Al-Naja>h} Al-Wat}aniyyah, Kulliyyatu Al-Dira>sah Al-‘Ulya>, Palestina, 2011, hal.50-51, https://scholar.najah.edu/sites/default/files/, diakses pada 7/5/2017. Terdapat

Page 16: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

4

Sayangnya, dahulu kewenangan wali yatim ini sempat menimbulkan pemahaman yang salah akan tujuan dari anjuran pemeliharaan anak yatim, dengan kesengajaan wali yatim untuk memelihara anak yatim dengan tujuan menikahinya atau menikahkannya dengan anaknya, agar bercampur hartanya dan menjadi miliknya, atau dimakan olehnya, atau ditukar harta yang baik dengan harta buruk miliknya,

sebagaimana yang bisa difahami dari turunnya QS. Al-Nisa>`: 3 ( طوا في وإن خفتم أال تـقس

عدلوا فـواحدة أو ما تم خف فإن ◌ اليـتامى فانكحوا ما طاب لكم من النساء مثـنى وثالث ورباع أال تـ

yang justru sering difahami sebagai ayat yang 16,(ملكت أيمانكم ◌ ذل ك أدنى أال تـعولوا

memperbolehkan untuk poligami. Pemeliharaan anak yatim tidak hanya sebatas pada pemberian sandang

pangan sebagaimana anjuran Islam untuk orang-orang miskin, melainkan haruslah mencakup pemeliharaan diri yatim dan harta yatim, sebagaimana yang dijelaskan Imam Nawawi dalam kitab Riya>d}u Al-S}a>lih}i>n bahwa menyantuni anak yatim berarti menegakkan segala perkara-perkaranya. Begitu pula dengan ‘Alamah Ibn ‘Ala>n Al-S}adi>qi> Al-Sya>fi’i> dalam kitab Dali>lu Al-Fa>lih}i>n yang mengamini pemeliharaan anak yatim dengan menegakkan perkara-perkara yang mencakup dunia dan agama, yaitu dengan memberikan nafkah, pakaian, pendidikan, serta pengajaran sopan santun/ ta’di>b, dan lainnya.17

Ta’di>b sebagai konsep pemeliharaan diri yatim, yang merupakan upaya menyiapkan anak untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban yang berkualitas saat ini dan di masa yang akan datang,18dengan memberikan ilmu pengetahuan, karena ilmu pengetahuan sangat erat kaitannya dengan adab.19 Sedangkan konsep Is}la>h}} merupakan konsep dasar dalam pengelolaan harta anak

perbedaan jelas antara waliyyu Al-yati>m dengan Ka>filu Al-yati>m, dimana ka>filu al-yati>m adalah orang yang bertanggungjawab dalam pendidikan anak kecil tapi bukan merupakan salah satu anggota keluarga anak kecil tersebut. Lihat Abdul Al-Sala>m Al-Raf’i, Al-Wila>yah ’ala Al-Ma>l fi Al-Syari>’ah Al-Isla>miyah wa Tathbi>qa>tuha> fi Al-Madzhab Al-ma>liki>, hal. 271

16 Muhammad Syaltut, Tafsi>r Al-Qura>n Al-Kari>m, Al-Ajza>` Al-‘asyrah Al-U>la>, Da>r Al-Syuru>q, Kairo, 2004, hal. 145

17 Kafa>latul Yati>m ba’dal bulu>gh, Fatwa Raqm musalsal 4645, Ta/.rikh 14/2/2013, http://dar-alifa.org/Ar/Viewfatwa.aspx?ID=4645&LangID=1. Kata Ta’dib menurut Naquib Al-Attas mencakup unsur-unsur ilmu pengetahuan, pengajaran (ta’li>m), dan pengasuhan (tarbiyah), lihat Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas, penerjemah Hamid Fahmy, dkk (Bandung, Mizan Media Utama, 2003), hal. 24-25

18 Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam: Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan (Jakarta, Rajawali Grafindo Persada, 2006), hal. 14

19 Bahkan menurut Naquib Al-Attas, kekeliruan persepsi ilmu pengetahuan akan merusak adab di tengah masyarakat begitu pula dengan rusaknya adab hanya akan melahirkan pemimpin yang cenderung menghancurkan masyarakat daripada membangunnya. Lihat Wan Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas, penerjemah Hamid Fahmy, dkk (Bandung, Mizan Media Utama, 2003), hal. 24-25

Page 17: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

5

yatim dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam penggunaaannya

sebagaimana yang tercantum dalam QS. Al-Nisa>`: 2 لواتـ وال ◌ وآتوا اليـتامى أموالهم تـبد Mengelola harta sebagai perbaikan .الخبيث بالطيب ◌ وال تأكلوا أموالهم إلى أموالكم ◌ 20

atasnya agar harta tidak habis dengan dikonsumsi belaka, serta menjadi bekal kehidupan anak yatim di masa depan sebagaimana bisa difahami dari QS. Al-Baqarah 220:

من المفسد يـعلم والله ◌ وإن تخالطوهم فإخوانكم ◌ خيـر لهم إصالح قل ◌ ويسألونك عن اليـتامى

.21 المصلح Ironinya, pemeliharaan anak yatim yang difahami masyarakat di Indonesia

selama ini ‘terkesan’ tidak holistik, karena hanya memelihara diri yatim saja, memelihara diri yatim dengan mempergunakan harta yatim tanpa menyisakan hartanya kelak dewasa, memelihara harta yatim saja, mengelola hartanya dalam perdagangan namun merugikan harta tersebut akibat kurangnya tingkat kecermatan wali yatim dalam memilih jenis usaha atau investasi yang ‘aman’, memberikan skill saja yang terkadang justru berujung pada eksploitasi anak, sehingga menimbulkan ketidak sempurnaan pemeliharaan anak yatim sebagaimana yang dianjurkan Islam. Inggris dan Kanada menerapkan program dana perwalian bagi anak-anak untuk menjamin akses pendidikan dan kesehatan sebagai bentuk aplikasi investasi sosial.22 Sedangkan Alaska menerapkan program perwalian (Guardianship) selain adopsi, dengan memberikan persetujuan kepada wali oleh pengadilan untuk bertanggungjawab secara finansial atas sekolah maupun kesehatan anak umur 10 tahun atau diatasnya, yang secara legal berakhir ketika anak dewasa, dengan tidak mendapatkan hak warisan kecuali dengan adanya keinginan dari wali.23

Pemberian kepada anak yatim bisa dilakukan dalam bentuk nafaqah maupun kafa>lah untuk memenuhi segala kebutuhannya, keduanya sama-sama merupakan bentuk pemberian kepada anak yatim dengan pembeda pada keadaan harta tiap anak yatim. Apabila anak yatim dalam keadaan miskin maka pemberian harta orang lain kepadanya disebut kafa>lah, apabila anak yatim dalam keadaan kaya maka pemberian kepadanya disebut nafaqah entah yang diambilkan dari harta

20 "Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah baligh) harta mereka,

jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu…”

21 "… Dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah: "Mengurus urusan mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu menggauli mereka, maka mereka adalah saudaramu dan Allah mengetahui siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan… ".

22 Caroline Paskarina, Pembangunan Manusia Berbasis Investasi Sosial (Bandung, Universitas Padjadjaran, 2007), Hal 6

23 Adoption & Guardianship, What Are The Differences Between Adoption & Guardianship?, Alaska Department Of Health And Social Services, Office Of Children’s Services, Http://Dhss.Alaska.Gov/Ocs/Pages/Adoptions/Comparisonchart.Aspx

Page 18: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

6

milik anak yatim yang bersangkutan maupun merupakan hasil pengelolaan harta milik anak yatim yang bersangkutan.24 Namun secara praktek di lapangan memahami bahwa pemberian barang maupun tunai dari orang lain disebut dengan kafa>lah, sedangkan pemberian barang maupun tunai dari keluarga disebut dengan nafaqah.

Kafa>lah al-yati>m berarti mendirikan apa yang terbaik untuk agamanya dan dunianya.25 Kafa>lah yang banyak difahami masyarakat di Indonesia sebagai santunan biasanya dilakukan dengan memberikan bahan makanan pokok seperti beras, minyak, mie, kecap, teh, gula, sirup, dan lainnya yang sifatnya konsumtif. Lebih dari itu, santunan ini ‘hanya’ gencar dilakukan ketika bulan Ramadhan dengan agenda ’buka puasa bersama dan santunan yatim’, dengan asumsi dan harapan bahwa akan dilipatgandakannya segala amalah di bulan Ramadhan dari pada bulan-bulan lainnya. Lain dari pada itu, beberapa donatur juga mengalokasikan dana santunannya pada bentuk beasiswa yatim, namun dengan memberikan embel-embel syarat seperti yatim berprestasi, yatim dari kalangan keluarga besar organisasi Islam, yatim yang bersekolah di lembaga pendidikan Islam yang terafiliasi dengan organisasi Islam seperti Muhammadiyah, NU, Persis, MA (Mathla’ul Anwar) yang terkesan tidak serius dalam membantu anak yatim dengan memberikan keadilan bagi sesama.

Praktek charity disinyalir telah lama dikenal bahkan sebelum datangnya Islam, konon charity dalam Islam dipengaruhi oleh awal peradaban manusia seperti Mesopotamia kuno, Yunani, Roma, serta Arab Jahiliyah.26 Praktek charity di Indonesia sarat tujuan agama, sosial, ekonomi, dan politik entah dalam kegiatan keagamaan maupun non-kegamaan, karena adanya kesatuan dalam keberagaman (unity in diversity) etnik, budaya, serta bahasa yang ada di Indonesia yang turut menjadi bagian dari kepentingan-kepentingan NGO non-profit di Indonesia. Okten dan Ossili berpendapat sebaliknya, bahwa jumlah donasi dengan keberagaman etnik memiliki pengaruh yang negatif karena charity didasarkan pada banyaknya pilihan tempat untuk mendonasikan harta, kurangnya kepercayaan kepada pemerintah, sulitnya komunikasi, serta kepentingan satu etnik komunitas, sebagaimana tradisi charity melalui pesan agama dan budaya yang sangat kuat di Asia karena mempercayai bentuk tanggung jawab seseorang atas keluarga dan komunitas.27 Dalam hal ini, penulis belum menemukan kepentingan ‘lain’ yang menjadi sorotan dalam berbagai macam program bantuan dalam bentuk kafa>lah yang disalurkan oleh Qatar Charity Indonesia kepada anak-anak yatim karena

24 Aima>n Khami>s Umar Hama>d, Ah}ka>mu al-yati>m al-ma>liyah fi> al-syari>’ah al-

isla>miyyah wa tat}bi>qa>t}uha> fi al-mah}a>kim al-syari>’ah, kulliyyah syari>ah wa al-qa>nu>n, ja>mi’ah al-isla>miyyah Gaza (2009), hal. 35

25 Al-Sinnu Alladzi> Yanqat}i’u Bihi Al-Yutma>, Wa Mas-alatu Al-Rushdi Al-Yati>m, Fatwa Raqm 299857, 11/6/2015, fatwa.islamweb.net

26 Murat Cizakca, Awqaf In History and Its Implications for Modern Islamic Economies, Islamic Economic Studies, Vol.6, No.1 ( November 1998), hal.48

27 Anouk Vandendael, Bas Hagoort, Jelle Van Balen, Joppe ter Meer, Stimulating Civil society from the Perspective of an INGO: an exploration study of Indonesia, Rotterdam Scool of Management, Erasmus University (March, 2013), hal. 8-10

Page 19: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

7

memang murni untuk tujuan kemanusiaan semata, sebagaimana pernyataan yang dilontarkan oleh Smith Al-Hadar bahwa Qatar tidak begitu menarik perhatian gerakan Islam di Indonesia, berbeda dengan Arab Saudi yang justru memberikan bantuan atau sumbangan dana sosial terkait upaya Saudi menanamkan pengaruh ke negara lainnya, termasuk Indonesia.28 Qatar Charity Indonesia juga ‘enggan’ menerima kerjasama dengan isu ‘syiar Islam’ di suku Baduy (Banten) karena tidak ingin masuk ke ranah ‘rawan’, yang kiranya menurut penulis mampu menguatkan pendapat Widyawati (2011) bahwa filantropi Islam bertujuan pada terciptanya keadilan bagi yatim dan d}uafa.29 Meskipun pernyataan di atas tidak sepenuhnya sependapat dengan William Racimora (2013) bahwa support keuangan dalam pendidikan, sosial, dan institusi keagamaan hanya dijadikan sebagai alat untuk penetrasi paham salafi/ wahabi yang bertujuan pada pengaruh politik, dimana penelitian ini dilakukan di 5 negara yang rata-rata berpenduduk muslim, seperti Egypt, Tunisia, Bosnia, Pakistan dan Indonesia.30 Juga Elizabeth Ferris (2005) yang berpendapat bahwa organisasi kemanusiaan yang didasarkan pada keyakinan (agama) maupun sekuler sekalipun, sama-sama memiliki karakteristik, dan dipengaruhi oleh konteks politik, sosial, maupun ekonomi.31

Filantropi merupakan sifat kedermawanan yang menyatu dalam diri manusia baik secara individu maupun kolektif dengan mengutamakan kepentingan orang lain maupun kepentingan bersama32sedikit banyak membantu pencapaian hak-hak yang seharusnya dimiliki oleh anak yatim. Filantropi dalam Islam juga merupakan bentuk jaminan sosial yang diartikan sebagai al-at}a>` al-ijtima>’i> (pemberian sosial), al-birr (perbuatan baik), s{adaqah (sedekah), al-taka>ful al-insa>niy (jaminan kemanusiaan), serta al-`at}a>` khairy (pemberian untuk kebaikan).33 Filantropi berbasis pemberdayaan (empowerment) merupakan aksi sosial untuk mempromosikan partisipasi perorangan, organisasi, maupun komunitas, yang bertujuan untuk meningkatkan kontrol diri dan masyarakat, meningkatkan kualitas hidup komunitas, serta keadilan sosial.34 Pemberdayaan dewasa ini memiliki tujuan yang berbeda-beda, seperti tujuan (a) keagamaan, sebagai bentuk sadaqah, infaq, zakat dan lainnya dalam Islam, (b) sosial yang semata-mata untuk mengurangi

28 http://www.bbc.com/indonesia/indonesia-40170037, diakses pada 19/7/2017 29 Widyawati, Filantropi Islam Dan Kebijakan Negara Pasca Orde Baru: Studi

Tentang Undang-Undang Zakat Dan Undang-Undang Wakaf (Bandung, Penerbit Arsad Press, 2011), hal. 32

30 William Racimora, Salafist/Wahhabite Financial Support To Educational, Social And Religious Institutions, Policy Department DG External Policies, European Parliament (June, 2013), Http://Www.Europarl.Europa.Eu

31 Elizabeth Ferris, Faith-based and Secular Humanitarian Organizations, International Review of The Red Cross, Volume 87 Number 858 (June 2005), hal. 316

32 Hilman Latief, Melayani Umat: Filantropi Islam Dan Ideologi Kesejahteraan Kaum Modernis (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2010), hal. 33-34

33 Barbara Ibrahim, From Charity to Social Change: Trends in Arab Philanthropy, American Open University Cairo (Kairo, 2008), hal. 11

34 Wallerstein, N., Powerlessness, Empowerment And Health: Implications For Health Promotion Programs, American Journal Of Health Promotion, 1992, 6(3), 197-205.

Page 20: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

8

atau bahkan menghilangkan beban kemiskinan masyarakat, (c) keadilan sosial (social jusctice) yang menitikberatkan pada perubahan sosial (social change), bahkan (d) politik,35meskipun pemberdayaan dengan tujuan politik dirasa merupakan program populis yang tidak mempertimbangkan need assessment, karena tanpa adanya proses analisis kebijakan yang komprehensif, dan hanya sebatas tindakan formalitas, simbolisasi politik untuk kepentingan, serta mobilisasi masa dalam meraih kekuasaan.36

Filantropis berperilaku derma (giving Behavior) untuk mencapai kepuasan (utility function) yang didapat setelah memberikan infak secara pribadi dan langsung (direct giving) kepada penerima bantuan,37 meskipun di sisi lain menimbulkan berbagai polemik tersendiri di masyarakat, karena alasan: (a) program charity tidak memberikan hakikat dari setiap apa yang dinikmati haruslah merupakan apa yang dihasilkan atas usaha sendiri, (b) tidak menciptakan kemandirian masyarakat, (c) tidak membangun kemampuan untuk memajukan individu ke arah kehidupan yang lebih baik secara berkesinambungan,38(d) praktek charity disinyalir berdampak pada ketergantungan kepada pemberi bantuan,39 (e) penyaluran filantropi dalam ranah konsumtif ‘terkesan’ tidak memecahkan masalah kemiskinan secara jangka panjang,40 (f) pola distribusi dana yang didominasi konsumtif-sporadis hanya mampu menutupi kebutuhan secara jangka pendek saja, sehingga tidak bisa mencerminkan agenda pengentasan kemiskinan dari akar permasalahan seperti yang dicita-citakan Islam.41 Sebagaimana pendapat Sahal Mahfudz -seorang penggagas fiqh sosial- yang berpendapat bahwa pola pemberian kepada kaum d}uafa selama ini bercorak konsumtif, sehingga tidak mampu

35 Widyawati, Filantropi Islam Dan Kebijakan Negara Pasca Orde Baru: Studi Tentang Undang-Undang Zakat Dan Undang-Undang Wakaf, (Bandung, Penerbit Arsad Press, 2011), hal. 20

36Tobirin, Formalitas dan simbolisasi politik pemberdayaan masyarakat dalam pengentasan kemiskinan, Jurusan Ilmu Administrasi Negara, FISIP (Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto).

37 Mustofa, Sistem Ekonomi Keuangan Publik Berbasis Zakat, IAIN Sultan Amai Gorontalo, Jurnal Madani, Vol 4 No 1, Juni 2014, Hal 36, Www.Journal.Iaingorontalo.Ac.Id/Index.Php/Ma/Article/View/173/129+&Cd=3&Hl=En&Ct=Clnk&Gl=Id

38 Ginandjar Kartasasmita, Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas, Disampaikan Pada Sarasehan Dpd Golkar Tk. I Jawa Timur, Surabaya, 14 Maret 1997, Hal. 10

39 Gunawan, Pemberdayaan Keluarga Miskin Di Sekitar Industri Pertambangan; Di Desa Manduin, Kecamatan Muara Harus, Kabupaten Tabalong, Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 01, 2012

40 Asnaini, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008, hal. 64.

41 Al-Syairazi, Al-Muhadzdzab, Da>r Ihya>’ Kutub Al-Arabiyyah, juz 1, hal. 169

Page 21: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

9

mengubah kemiskinan umat menuju kemandirian yang dicita-citakan Islam.42 Maka penulis juga tidak sepenuhnya sependapat dengan argumentasi di atas, mengingat anak yatim dengan situasi kondisi ‘kesendirian’-nya (a) masih harus ditopang oleh wali yatim dalam setiap perkara yang belum tercapai secara umur, kematangan (maturuty), kecakapan (rushd), (b) masih membutuhkan dorongan finansial yang menggabungkan antara pemberian secara konsumtif (sebelum tercapainya rushd) dan produktif (setelah tercapainya rushd).

Pemberdayaan dalam paradigma baru menyeru adanya workfare society selain social society dan social security (jaminan sosial) untuk mendorong individu bekerja keras dalam mencapai kesejahteraannya sendiri,43 menurut penulis sejalan dengan perintah Allah SWT untuk bekerja (kasb ma’i>syah)44 dan prinsip pemberdayaan (tamki>n) dalam Islam yang mencakup prinsip ta’a>wu>n dan prinsip syu>ra.45 Namun hal itu terkendala oleh ketidak sesuaian dengan situasi kondisi anak yatim yang secara penuh belum bisa bertindak secara mandiri oleh umur dan kematangan, yang tentu hanya sebatas “latihan” untuk memberikan skill serta pemahaman hidup bagi anak yatim, sebagaimana pendapat Elizabet yang berpendapat bahwa kematangan (maturity) merupakan kombinasi dari pembelajaran dan latihan (learning) yang menyebabkan terjadinya perkembangan (cause of development).46

42 Jamal Ma’mur, Zakat Produktif: Studi Pemikiran KH. Sahal Mahfudh, Institut

Pesantren Mathali’ul Falah, Religia Vol. 18 No. 1 (Pati, April, 2015). Hlm. 109-128,Http://E-Journal.Stain-Pekalongan.Ac.Id/Index.Php/Religia/Article/Viewfile/624/917

43 Dr Mulyono D Prawiro, Paradigma Baru Pembangunan Sosial, Universitas Satyagama, Jakarta, Gemari, Edisi 106/Tahun X/Nopember 2009, hal. 64-65. Lihat juga Prof. Dr. H. Bambang Banu Siswoyo, M.M., Implementasi Corporate Social Responsibility (Csr); Urgensi Dan Permasalahannya, yang disampaikan pada pidato pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen pada Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Malang, Rabu, 7 November 2012

44 Karena bekerja bernilai terpuji, bekerja mampu menghapus penyebab kemiskinan, karena Allah memang menghendaki perbedaan taraf hidup manusia (QS.Al-Zukhruf: 32) dengan tujuan empati atas sesama manusia (QS.Al-Hasyr: 7). Lihat Goenawan Wibisana, Pemberdayaan dalam perspektif Islam, LPPM UHAMKA, 5 Desember 2016, lppm.uhamka.ac.id/2016/12/05/pemberdayaan-dalam-perspektif-islam/.

45 Prinsip ta’a>wu>n merupakan prinsip pemberdayaan dimana semua pihak saling bersinergi dalam menyelesaikan masalah umat termasuk mengenai masalah anak yatim, sebagaimana dalam firman Allah SWT: “Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (QS.Al-Māidah: 2). Prinsip syu>ra adalah prinsip pemberdayaan dalam Islam yang menganjurkan seluruh lapisan masyarakat berperan aktif dengan bermusyawarah dalam mengidentifikasi permasalahan termasuk permaslahan yang menyangkut anak yatim, menentukan langkah-langkah pemecahannya, serta memberikan solusi cerdas dalam setiap tahap pemberdayaan. Lihat Dede Rodin, Pemberdayaan Ekonomi Fakir Miskin Dalam Perspektif Al-Quran, Jurnal Economica, Vol. VI/ Edisi I/ Mei 2015, hal 73-74

46 Akyas Azhari, Psikologi: Umum dan Perkembangan (Bandung, Mizan, 2004), hal. 190

Page 22: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

10

Partisipasi individu merupakan kunci sukses pemberdayaan, ternyata sejalan dengan proses Ibtila>`` anak yatim pada masa perwalian yang merupakan masa paling penting dalam tahapan pencapaian kematangan anak yatim. Partisipasi individu mengukur (a) sejauhmana keterlibatan fisik, mental, dan emosi invidu, (b) seberapa besar motivasi yang dimiliki individu untuk mendukung kelompoknya dalam bentuk inisiatif, serta (c) sejauhmana dorongan tiap individu untuk bertanggung jawab atas aktivitas kelompok,47 maka tidak heran bila kurangnya partisipasi individu merupakan faktor dominan pada ketidakberhasilan program pemberdayaan khususnya di Asia dan Afrika.48 Dalam hal ini, wali yatim dianjurkan untuk melakukan ujian-ujian kepada anak yatim dalam hal mengatur dirinya, hartanya serta pengelolaan atasnya, menguji juga diartikan sebagai proses penyelidikan tentang agama, usaha, kelakuan, dan lainnya atas anak yatim sampai diketahui bahwa anak yatim telah dapat dipercaya, mempunyai kecerdasan, serta kecakapan. Margaret Mead, seorang antropolog berpendapat bahwa remaja bersifat fisik dan sosio-budaya bisa ditandai dengan kematangan seksual, psikis, perilaku sosial (tanggung jawab secara moral), yang membawa konsekuensi hukum agama, meskipun tidak semua remaja secara fisik bisa dibebani hal yang serupa.49

Proses ujian ini merupakan proses berkesinambungan untuk mengetahui sejauhmana kematangan anak yatim dalam mencapai kecerdasannya, yang dimulai dari kategori (a) bulugh , atau sekitar 15 tahun, (b) mumayyiz (bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk), (c) rahaq, hingga (d) rushd atau masa pernikahan. Laura Berk menjelaskan tentang adolescence (umur 11-18 tahun) sebagai waktu transisi anak menjadi dewasa dengan berkembangnya pemikiran menjadi abstrak-idealistik, mulai mendapatkan otonomi dalam keluarga, serta mampu mendifinisikan nilai diri beserta tujuannya.50 Sayangnya, isu baligh yang bias gender seringkali dikaitkan dengan reproduksi bagi baligh perempuan dan laki-laki, yang kemudian dikaitkan dengan pengalihan tanggung jawab orang tua atas baligh dengan mengawinkannya bagi anak baligh perempuan, atau menyuruhnya menafkahi dirinya sendiri bagi anak baligh laki-laki, yang dengan pengalaman hidup yang minim sering mengalami kegagalan dalam hidup.51 Kegagalan hidup bagi anak-anak yang minim pengalaman inilah yang sebenarnya

47 Gunawan, Pemberdayaan Keluarga Miskin Di Sekitar Industri Pertambangan;

Di Desa Manduin, Kecamatan Muara Harus, Kabupaten Tabalong, Jurnal Sosiokonsepsia Vol. 17, No. 01 2012, Hal. 35

48 Agus Purbathin Hadi,Tinjauan Terhadap Berbagai Program Pemberdayaan Masyarakat Di Indonesia, Yayasan Agribisnis/Pusat Pengembangan Masyarakat Agrikarya (PPMA), hal.1-2

49 Imam Mutakhim, Peran Guru dalam Pendidikan Baligh; antara Teori dan Praktik, hal. 2-3, e-journal.iainjambi.ac.id/index.php/Innovatio/article/view/823/752, diakses tanggal 9/4/2017

50 Laura E. Berk, Child Development, Illinois State University, seventh edition, www.ablongman.com/berk, (Boston, 2003),Hal. 6

51 Lies Marcoes Natsir, MA.: Dewasa Itu Aqil Baligh, Bukan Hanya Baligh, 23 Oktober 2015, http://www.ykp2015.com/lies-marcoes-natsir-ma-dewasa-itu-aqil-baligh-bukan-hanya-baligh/

Page 23: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

11

merujuk pada larangan memberikan harta kepada orang-orang yang termasuk dalam golongan safi>h (bodoh, termasuk para yatim) karena: (a) kelemahan akal (dhu’fu al-‘aql) dalam mengetahui mana yang baik lagi bagus (khair wa s}ala>h}), (b) ketidakmampuan dalam mempergunakan harta (tas}arruf al-ma>l) yang terdapat pada

QS. Al-Nisa>`: 5 ( وا ارزقوهم فيها واكسوهم وقول وال تـؤتوا السفهاء أموالكم التي جعل الله لكم قياما و

dengan tetap memberikan kesempatan untuk belajar 52( لهم قـوال معروفا

membelanjakan serta mengelola harta sebagai bentuk latihan dalam tahapan Ibtila>` 53 sebagaimana tercantum pada ayat setelahnya QS. Al-Nisa>`: 6 ( وابـتـلوا اليـتامى ح تى إذا

عوا إليهم أم ان لوها إسرافا وبدارا أن يكبـروا ومن ك والهم وال تأك بـلغوا النكاح فإن آنستم منـهم رشدا فادفـ

غني�ا فـليستـعفف ومن كان فقيرا فـليأكل بالمعروف فإذا دفـعت م إليهم أموالهم فأشهدوا عليهم وكف ى بالله

yang lazim dilakukan oleh wali yatim sebagai upaya untuk mengetahui 54(حسيبا

tahapan pencapaian rushd dalam diri anak yatim dan menjadi syarat penyerahan harta sepenuhnya kepada anak yatim, dengan menghadirkan saksi saat penyerahan harta, serta ditutup dengan sindiran bahwa Allah SWT Maha Penghitung untuk membedakan mana wali yatim yang shalih dan mana yang dzolim pada saat harta yatim ada di bawah kendalinya.

Qatar Charity Indonesia (QCI) memberikan kafa>lah anak yatim dari sejak menjadi yatim binaan hingga anak yatim berumur 18 tahun (sebagai batas akhir

52 Mahmud Syaltu>t,Tafsi>r Al-Quran Al-Kari>m (Cairo, Da>r Al-Syuru>q, 2004),

hal.147-149, www.al-mostafa.com. “Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) serta ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”

53 Ibtila> adalah tes dan ujian (ikhtiba>r wa imtih}a>n) yaitu dengan cara mendorong yatim untuk mendapatkan kecakapannya (rushd) dengan cara-cara yang memungkinkan untuk mencapai rushd-nya seperti dengan membelanjakan hartanya yang sesuai dengan kebutuhannya sehingga terlihat kecakapannya dari pada kebodohannya (safi>h) dan apabila tidak baik dalam membelanjakan hartanya maka tidak akan diserahkan hartanya untuk dikelola sendiri, yang berarti mengindikasikan kebodohannya meskipun sudah mencapai umur yang selayaknya, namun apabila sudah terlihat kecakapannya dan kemaslahatannya dalam mengelola harta dan sudah menikah maka harus diserahkan hartanya kepadanya untuk dikelola sendir, lihat Al-Sinnu Alladzi> Yanqathi’u Bihi Al-Yutma. Wa Mas-alatu Rushdi Al-yati>m, Fatwa Raqm 299857, 11/6/2015, fatwa.islamweb.net

54 “Dan ujilah anak-anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas, maka serahkanlah kepada mereka hartanya. Janganlah kamu memakan harta anak yatim melebihi batas yang patut dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah dia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barang siapa yang miskin, maka bolehlah dia makan harta itu menurut cara yang patut. Kemudian, apabila kamu menyerahkan harta itu kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi. Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).”

Page 24: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

12

kafa>lah) karena dianggap telah memiliki rushd dalam diri yatim, yang posisinya kemudian digantikan oleh anak yatim binaan QCI yang ‘baru’ (pendaftaran menjadi anak yatim binaan adalah pada umur 3-10 tahun anak yatim). Kafa>lah yang diberikan oleh QCI kepada tiap anak yatim berbeda-beda, tergantung kesiapan donatur dari Negara Qatar, yaitu pada rentangan 100 QR, 200 QR, dan 300 QR tiap bulannya (sekitar Rp. 365.500,- hingga Rp. 1.096.500,- per bulan)55 yang turun per termin (3 bulan) atau sekitar Rp.1.96.500,- hingga Rp. 3.89.500,- per anak, tanpa ketentuan penggunaan uang kafa>lah dalam artian bisa dipergunakan dalam bentuk apapun guna mencukupi kebutuhan yatim entah konsumtif maupun produktif sebagai biaya kuliah, kursus, maupun modal kerja.

Dana kafa>lah tanpa ketentuan penggunaan jarang sekali terjadi di lapangan, karena rata-rata santunan diberikan dengan maksud dan tujuan tertentu seperti untuk mencukupi kebutuhan pokok yatim saja, biaya kesehatan saja, biaya pendidikan saja, dan lainnya. Inilah yang menarik perhatian penulis untuk mengetahui sejauhmana pemanfaatan uang santunan oleh anak yatim binaan, karena ketiadaan ketentuan peruntukan uang santunan memerlukan bimbingan dalam pembelanjaan harta sebagai bentuk pembelajaran manajemen finansial, mencegah terjadinya isra>f (berfoya-foya/ berlebih-lebihan) dalam diri yatim, serta mampu memaksimalkan uang santunan dalam hal-hal yang lebih bermanfaat selama proses perwalian yatim, dengan mengajak wali yatim serta wa>s}i>y (yayasan) untuk ikut serta dan berperan aktif dalam mengelola harta anak yatim, karena kebiasaan pengelolaan keuangan dipengaruhi oleh pendidikan pengelolaan keuangan dalam keluarga sebagai literasi finansial.56Kafa>lah dalam jumlah yang besar (dari rata-rata santunan di Indonesia), tetap, rutin, dan tanpa ketentuan penggunaan ini oleh penulis dianggap sebagai harta anak yatim, karena harta menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah barang (uang dan sebagainya) yang menjadi kekayaan, barang milik seseorang.57

Pengelolaan harta dipengaruhi oleh kebudayaan dan juga aspek-aspek demografi lainnya dari keluarga dan lingkungan remaja sekitarnya, sebagaimana yang terjadi pada remaja-remaja di beberapa Negara Arab.58 Urgensi pengelolaan harta merupakan bentuk usaha: (a) untuk mencegah terjadinya ketiadaan harta saat yatim dewasa lagi matang, (b) agar harta yatim bertambah dari harta pokoknya, (c) untuk meningkatkan stabilitas kekayaan anak yatim saat dewasa, karena

55 Konfersi mata uang1 QR (Qatar Real) ke mata uang 1 IDR (Indonesia Rupiah)

per 9 Mei 2017 adalah 3,655.89 Rupiah, The World’s Trusted Currency Authority, www.xe.com/currencyconverter/

56 Novita Erliana Sari, Hubungan Pendidikan Pengelolaan Keuangan Keluarga, Kebiasaan Pengeluaran Dan Jenis Kelamin Dengan Literasi Finansial Mahasiswa, UNS-Pascasarjana, 2015.

57 https://kbbi.web.id/harta.html 58 Meskipun anak sudah berumur rashid, namun secara psikologi masih termasuk

dalam kategori umur remaja, lihat Marwan Dwairy, Musthafa ‘Ashwiy, Ridha Abu Sari>’, Adnan Farah, Irtiba>tu-l-Mara>hiq bi-l-Usrati fi-l-Bulda>n Al-‘Arabiyyah, Al-Thiflu Al-‘Arabiy; Nahwa Si>ku>lu>jiyyah Mutawa>fiqah Ma’a-l-Dza>t, Majallah Syabakati-l-‘Ulu>m Al-Nafsiyyah 27-28 Shaif wa Khari>f (2010)

Page 25: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

13

pengelolaan harta yang baik termasuk juga kewajiban yang mendesak untuk memakmurkan bumi (I`ma>rul Ardhi) sebagai tugas manusia untuk menjadi khalifah

di muka bumi59 seperti yang terdapat pada QS. Al-Baqarah: 30 ( وإذ قال ربك للمال ئكة

الدماء ونحن نسبح بحمدك فك ويس فيها يـفسد من فيها أتجعل قالوا ◌ إني جاعل في األرض خليفة

Bahkan Imam Al-Qurthubi menyamakan 60.(ونـقدس لك ◌ قال إني أعلم ما ال تـعلمون

derajat orang-orang yang bekerja untuk mendapatkan rizki yang halal bagi dirinya dan keluarganya, seperti derajat orang-orang yang berjihad di jalan Allah SWT.61 Harta anak yatim yang tidak dikelola (mujammadah) dengan baik akan menghilangkan kemaslahatan karena nafkah dan sedekah yang selalu diberikan kepada anak yatim tanpa pengelolaan hanya akan menimbulkan penghabisan harta, karenanya Allah SWT menyeru untuk “warzuqu>hum fi>ha>” (QS. Al-Nisa>`: 5), bukan “warzuqu>hum minha>” yang berarti nafkah diberikan dari hasil pengelolaan harta dan bukan dari hakikat harta itu sendiri.

Allah SWT menyeru wali yatim untuk berbuat is}lah (QS. Al-Baqarah: 220) atas harta yatim, dalam bentuk: (a) perdagangan, (b) investasi, yang diwujudkan dalam perusahaan pribadi, keikutsertaan dalam modal, atau perusahaan publik secara legal, (c) bisnis (syirkah a’ma>l), (d) perusahaan modal (syirkah amwa>l), yang meliputi syirkah ’ina>n (setiap pihak berserikat dalam hal uang maupun usaha, yang kedua belah pihak berlaku seperti jual beli) dan syikah mufa>wadzah (setiap pihak berserikat dalam hal uang maupun usaha, yang kedua belah pihak berlaku sama dalam segala hal), perusahaan asuransi (syirkah wuju>h/ dhima>n), atau perusahaan simpan pinjam (syirkah mudharabah/ mua>malah/ qira>dh) dalam perspektif fiqh islam.62 Pengelolaan harta juga tetap mempertimbangan: (a)

59 Belabes Mourad, Istithma>r Amwa>l Al-Aita>m; Dira>sah Fiqhiyyah Maqa>s}idiyyah

Mua>s}arah, Fakultas Ilmu Keislaman, Jurusan Syariah, Universitas Al-Jazair, 2009/2010, hal. 62-73.

60 “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

61 Abu Abdullah Syamsyuddin Al-Quthubi, Al-Ja>miLi Ahka>mi Al-Qura>n, ditahqiq oleh Hisya>m Sami>r Al-Bukha>ri> (Riyad, Da>r A>lam Al-Kutub, 2003M/1423H), 55/19

62 Syirkah mudharabah merupakan istilah dari bahasa orang Irak karena seorang pinjam diperbolehkan mengambil laba dari pekerjaan dan usahanya atau bisa juga diistilahkan dengan syirkah mua>malah karena terdapat perserikatan orang lain dalam pekerjaan atau bisa juga diistilahkan dengan syirkah qira>dh yang merupakan istilah dari bahasa orang Hijaz karena terdapat pinjaman dari pemilik modal. Lihat Belabes Mourad, Istithma>r Amwa>l Al-Aita>m; Dira>sah Fiqhiyyah Maqa>s}idiyyah Mua>s}arah, Fakultas Ilmu Keislaman, Jurusan Syariah, Universitas Al-Jazair, 2009/2010, hal. 179-183. Lihat juga Abdul Azi>z Al-Khiya>th, Al-Syirka>t fi Al-Syari>ah Al-Isla>miyyah wa Al-Qa>nu>n Al-Wadhi>, Muassasah Risa>lah, Beirut, 1988, hal. 50. Lihat juga Syaikh Isla>m Ibnu Taimiyyah, Majmu>`

Page 26: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

14

kondisi ekonomi suatu negara, (b) rasa tanggung jawab/ amanah dari orang yang akan mengelola harta, (c) pengalaman dan kemampuan yang dimiliki wali yatim dalam bentuk pengelolaan harta yang akan dipilihnya.63

Dari permasalahan di atas, peneliti ingin melengkapi penelitian sebelumnya yang fokus pada pemberdayaan anak yatim yang dilakukan oleh QCI yang memiliki 2413 total anak yatim binaan yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia yakni Aceh, Yogyakarta, dan Bogor, khususnya pemberdayaan anak yatim di yayasan Ruhama, Dramaga, Bogor yang berjumlah 276, dimana asrama belum dibangunkan oleh pihak QCI, karena QCI sudah membangunkan asrama untuk yatim di wilayah Aceh dan Yogyakarta guna memudahkan pembinaan tiap hari, maka anak yatim di wilayah Bogor masih tinggal di rumah orang tua masing-masing dengan satu kali pembinaan tiap minggu oleh yayasan Ruhama, Dramaga Bogor.

B. Permasalahan

Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: 1. Setiap harta yang dimiliki, terdapat hak bagi anak yatim dan d}uafa, 2. Pemerintah dan lembaga pemerintahan meliputi Baznas memiliki peran

strategis dalam pendayagunaan zakat produktif dan konsumtif guna mensejahterakan dan memandirikan umat,

3. Dana filantropi pada beberapa NGO di Indonesia sangatlah besar, namun orang-orang yang termarginalkan masih tetap ada dengan jumlah yang tidak sedikit,

4. Alokasi dana filantropi dalam pemberdayaan anak yatim dan d}uafa sangat memerlukan faktor-faktor pendukung agar tepat sasaran,

5. Pemberdayaan anak yatim dan d}uafa perlu peran serta keluarga, lingkungan, masyarakat, dan pemerintah,

6. Pemberdayaan dengan pendekatan karitas lebih memberikan kepastian bagi penerima kafalah dan kepuasan bagi donatur,

7. Harta yang menjadi tonggk kehidupan tidak boleh diserahkan kepada orang-orang yang masih termasuk dalam golongan safi>h,

8. Ibtila>`` atas yatim perlu dilakukan guna mendapatkan gambaran yang jelas akan rushd yang dimiliki anak yatim sebelum penyerahan harta untuk dikelola sendiri,

9. Rushd sebagai syarat penyerahan harta anak yatim menurut QS. Al-Nisa>` ayat 6. 10. Belum adanya kesamaan batasan umur anak pada hukum Islam dan undang-

undang di Indonesia.

Fata>wa>, tahqi>q Anwa>r Aba>z dan A>mir Al-Jazza>r (Mesir, Da>r Al-Wafa>` Al-Mans}u>rah, 1426/ 2005), 29, hal 189

63 Belabes Mourad, Istithma>r Amwa>l Al-Aita>m; Dira>sah Fiqhiyyah Maqa>s}idiyyah Mua>s}arah, Fakultas Ilmu Keislaman, Jurusan Syariah, Universitas Al-Jazair, 2009/2010, hal. 162. Lihat juga Nazi>h H}ama>d, Qadha>ya> Fiqhiyyah Mu’a>s}arah fi Al-Ma>l wa Al-Iqtis}a>d, (Damaskus, Da>r Al-Qalam, dan Beirut, Da>r Al-Sha>miyah, 2001), cet. 1, hal. 476

Page 27: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

15

Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, penulis perlu memahami bagaimana perwalian yatim dalam QS. Al-Nisa>`: 5-6 oleh Qatar Charity Indonesia dengan rincian perumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana relevansi pemahaman Qatar Charity Indonesia atas Perwalian Yatim

di Indonesia? 2. Bagaimana implementasi pemahaman perwalian yatim oleh Qatar Charity

Indonesia atas Nafa>qah, Kafa>lah, Ibtila>`, serta Rusyd?

Pembatasan Masalah Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak meluas seta menjaga kemungkinan penyimpangan dalam penelitian ini, maka penulis perlu memberikan batasan pada pemahaman perwalian yatim dalam QS. Al-Nisa>`: 5-6 oleh Qatar Charity Indonesia yang berhubungan dengan fikih, karitas, serta perwalian yatim. Fikih yang dimaksud dalam penelitian ini adalah fikih menurut fuqaha>` ahli ijtiha>d yang secara istilah berarti suatu ilmu yang darinya diketahui hukum-hukum shar’iyyah yang ‘amaliyah yang diperoleh dari dalil-dalilnya yang terperinci.64 Sedangkan karitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang memiliki 2 pengertian, yaitu (a) uang atau barang yang disumbangkan untuk menolong orang miskin atau orang yang tertimpa bencana, (b) organisasi kemanusiaan yang mengumpulkan uang untuk keperluan kemanusiaan,65 sebagaimana difahami dari tulisan Abdullahi Ahmed Anna’im yang menyebutkan bahwa karitas dalam filantropi Islam merupakan pemberian yang didasarkan pada pandangan untuk mempromosikan keadilan sosial dan kebaikan publik/ masyarakat umum.66 Perwalian yatim yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perwalian atas diri dan harta yatim dari sisi agama yang membahas hak yatim dan perwaliannya pada zaman jahiliyah serta saat datangnya Islam, dikuatkan lagi dengan praktik perwalian yatim di Indonesia sebelum kemerdekaan dan sesudahnya.

C. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisa pemahaman perwalian yatim dalam QS. Al-Nisa>`: 5-6 oleh Qatar Charity Indonesia, dan secara khusus bertujuan untuk: 1. Menganalisa relevansi pemahaman Qatar Charity Indonesia atas Perwalian

Yatim di Indonesia, 2. Menganalisa implementasi pemahaman perwalian yatim oleh Qatar Charity

Indonesia atas Nafa>qah, Kafa>lah, Ibtila>`, serta Rusyd.

64 T.M. Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam (Jakarta, Bulan Bintang,

1980), jilid 1, hal. 30 65 https://kbbi.web.id/karitas.html 66 Berderma untuk Semua, Wacana dan Praktik Filantropi Islam, Pengantar Prof.

Dr. Azyumardi Azra (Jakarta, Pusat Bahasa dan Budaya UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, The Ford Foundation, Mizan), hal. 296

Page 28: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

16

D. Signifikansi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam memperkaya khazanah keilmuan, serta menjadi acuan bagi akademisi dan praktisi yang bergelut dalam bidang filantropi, NGO, maupun pemerintahan, memberi gambaran model lain dalam sistem pemberdayaan anak yatim yang lebih komprehensif.

E. Penelitian Terdahulu yang Relevan Diantara beberapa studi yang telah dilakukan yang berkaitan dengan studi ini, antara lain:

Belabes Mourad, Istitsma>r Amwa>l Al-Aita>m; Dira>sah Fiqhiyyah Maqa>s}diyyah Mua>s}arah, berpendapat bahwa kedudukan wali yatim dalam Islam sangatlah urgen, karena diberikan tanggung jawab dan kewenangan atas diri yatim dan harta milik yatim, dengan mensyaratkan bulu>gh, Islam, merdeka, mampu berbuat adil, berkecukupan, serta memiliki kemampuan dan pengalaman dalam mengelola harta yatim, 67 dimana wali yatim menurut Maryam ‘Atha Hamid Qauzah}, Ah}ka>m Ma>li Al-Yati>m fi Al-Fiqh Al-Isla>mi>, adalah orang-orang yang menguasai anak yatim dan bertindak untuk mencukupi semua kebutuhan yatim,68 karena pemenuhan kebutuhan anak yatim menurut Aiman Khamis Umar Hamad, Ah}ka>mu al-yati>m al-ma>liyah fi> al-syari>’ah al-isla>miyyah wa tat}bi>qa>t}uha> fi al-mah}a>kim al-syari>’ah, bisa dilakukan dengan pemberian dalam bentuk nafaqah dan kafa>lah yang sama-sama merupakan pemberian yang diberikan kepada anak yatim, dengan perbedaan keduanya pada keadaan harta tiap anak yatim, yaitu apabila anak yatim dalam keadaan miskin harta, maka pemberian harta orang lain kepadanya disebut kafa>lah, namun apabila anak yatim dalam keadaan kaya harta, maka pemberian kepadanya disebut nafaqah, yang diambilkan dari harta pokok maupun hasil pengelolaan harta pokok milik anak yatim yang bersangkutan, walaupun secara praktek di lapangan memahami bahwa semua pemberian dari orang lain dalam bentuk barang maupun tunai adalah kafa>lah, dan semua pemberian dari keluarga dalam bentuk barang maupun tunai adalah nafaqah, juga dalam hal wali yatim dalam kondisi berlebih-lebihan atau melakukan pemborosan dalam memberikan nafaqah dan kafa>lah kepada yatim, maka harus bertanggung jawab dan mengganti harta, karena melakukan kesalahan atau pelanggaran dalam melakukan tindakan-tindakan yang membahayakan harta anak yatim.69 Batas Usia Nafkah Anak Berdasarkan Maqas}id syariah menurut Marwan adalah usia 23 tahun karena standar balig yang selama ini dijadikan patokan dapat menimbulkan kemudaratan bagi yang belum tercapai kematangannya, sehingga penetapan angka

67 Belabes Mourad, Istithma>r Amwa>l Al-Aita>m; Dira>sah Fiqhiyyah Maqa>s}idiyyah

Mua>s}arah, Fakultas Ilmu Keislaman, Jurusan Syariah, Universitas Al-Jazair, 2009/2010, hal. 118

68 Maryam ‘At}a H}ami>d Qauzah}, Ah}ka>m Ma>li Al-Yati>m fi Al-Fiqh Al-Isla>mi>, Ja>mi’ah Al-Naja>h} Al-Wat}aniyyah, Kulliyyatu Al-Dira>sah Al-‘Ulya>, Palestina, 2011, hal.50-51, https://scholar.najah.edu/sites/default/files/, diakses pada 7/5/2017.

69 Aima>n Khami>s Umar Hama>d, Ah}ka>mu al-yati>m al-ma>liyah fi> al-syari>’ah al-isla>miyyah wa tat}bi>qa>t}uha> fi al-mah}a>kim al-syari>’ah, kulliyyah syari>ah wa al-qa>nu>n, ja>mi’ah al-isla>miyyah Gaza, 2009, hal. 35

Page 29: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

17

umur 23 merupakan usia menyelesaikan pendidikan strata satu yang umumnya terjadi di Indonesia pada umur 22 tahun ditambah 1 tahun sebagai persiapan mencari pekerjaan untuk membiayai hidupnya sendiri, selain itu umumnya perusahaan-perusahaan di Indonesia membatasi calon karyawan baru pada usia 25 tahun, penelitian ini menggunakan metode deduktif-induktif,70 sayangnya penelitian ini tidak menggunakan batasan pendidikan strata satu yang tidak bisa diterapkan di seluruh pelosok daerah di Indonesia karena melebihi batasan wajib belajar 9 tahun yang masih menjadi patokan di Indonesia.

Hamid Al-Shaghi>r, Al-Maqa>s}d Al-Syar’iyyah; li hima>yatil Mustahlik fi Al-Fiqh Al-Isla>miy, juga berpendapat bahwa rushd yang terpenuhi dalam diri yatim merupakan salah satu sebab hilangnya kewajiban perwalian wali yatim atas anak yatim dan hartanya, sehingga bisa disebut sebagai mukallaf dari segala bentuk takli>f yang terdapat dalam syariat Islam, karena rushd berarti baiknya harta dan penjagaannya yang terhindar dari pemubadziran, 71 yang dalam hal wali yatim menggunakan harta milik yatim pada masa rushd yatim menurut Abdul Kholid, Pengelolaan Harta Anak Yatim, mengharuskan wali yatim untuk mengembalikan harta anak yatim yang telah dimakan apabila sudah berada dalam keadaan mampu pendapat Hamka, dan sebaliknya pendapat Quraish Shihab yang tidak mengharuskan untuk mengembalikannya.72 Novita Erliana Sari, Hubungan Pendidikan Pengelolaan Keuangan Keluarga, Kebiasaan Pengeluaran Dan Jenis Kelamin Dengan Literasi Finansial Mahasiswa, berpendapat bahwa pendidikan pengelolaan keuangan atau literasi finansial sangat berpengaruh secara signifikan terhadap kebiasaan pengelolaan keuangan dan pengeluaran, maka dari itu anak yatim perlu dibekali skill dalam pengelolaan harta dengan memberikan latihan pembelanjaan harta,73 juga Subroto Rapih, Pendidikan Literasi Keuangan pada Anak; Mengapa dan Bagaimana?, bahwa pendidikan literasi keuangan sangat perlu diterapkan pada anak sedini mungkin karena berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masa depannya dengan peran serta keluarga juga sekolah untuk memberikan ruang diskusi yang cukup dan keterbukaan dalam membahas mengenai literasi keuangan, agar anak sedini mungkin terhindar dari obyek pasif dari finansial,74 begitu juga dengan Sopiah Sangadji, dkk, Descriptive Analysis of the Profiles of Orphanage Children to entrepreneurship in Indonesia, bahwa pembelajaran tentang entrepenership, desain bisnis, juga praktek pembukuan

70 Marwan, Batas Usia Nafkah Anak Berdasarkan Maqas}id syariah, Program

Pascasarjana IAIN Ar-Ranity, Banda Aceh, Jurnal Ilmiah Islam Futura, Vol.13, No.12, Februari 2014, 230-249

71 Hamid Al-Shaghi>r, Al-Maqa>s}d Al-Syar’iyyah; li hima>yatil Mustahlik fi Al-Fiqh Al-Isla>miy, Alu>kah, www.alukah.net, hal.107-111

72 Abdul Kholid, Pengelolaan Harta Anak Yatim, Tesis Tafsir Hadits, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Surabaya, 2016, http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/3162

73 Novita Erliana Sari, Hubungan Pendidikan Pengelolaan Keuangan Keluarga, Kebiasaan Pengeluaran Dan Jenis Kelamin Dengan Literasi Finansial Mahasiswa, UNS-Pascasarjana, 2015.

74 Subroto Rapih, Pendidikan Literasi Keuangan pada Anak; Mengapa dan Bagaimana?, IKIP PGRI Madiun, Scholaria, Vol.6, No. 2, Mei 2016: 14-28, hal. 11

Page 30: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

18

ternyata banyak diharapkan oleh anak-anak yatim untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam berwirausaha sehingga menumbuhkan jiwa wirausaha,75 karena menurut Bunkers, Kelly, Amanda Cox, Sarah Gesiriech, Kerry Olson, Children, Orphanage, and Families; A Summary of Research to Help Guide Faith-based Action, anak-anak yang memiliki keluarga, bersama orangtua, saudara, komunitas, support jaringan sosial tidak akan mengalami ’age-out’of care, sedangkan anak-anak yatim yang tidak hidup dengan keluarganya bisa jadi akan mengalami eksploitasi sosial, konflik dengan hukum, pengangguran, tunawisma, bermasalah dengan kesehatan, pendidikan, dsb yang kesemuanya akan ’dibayar mahal’ oleh masyarakat kelak, yang oleh karenanya diharapkan saudara anak yatim maupun keluarganya lebih diprioritaskan dengan bentuk penguatan-penguatan hingga mendorong berkurangnya pilihan untuk meninggalkan anak yatim di panti asuhan, 76 bahkan menurut Marwan Dwairy, Musthafa ‘Ashwiy, Ridha Abu Sari>’, Adnan Farah, Irtiba>tu-l-Mara>hiq bi-l-Usrati fi-l-Bulda>n Al-‘Arabiyyah, 2010, meskipun anak sudah mencapai umur rushd, namun secara psikologi masih termasuk dalam kategori remaja yang mudah terpengaruh oleh kebudayaan dan juga aspek-aspek demografi dari keluarga dan lingkungan remaja sekitarnya meskipun di beberapa Negara Arab sekalipun.77

Mustofa, Sistem Ekonomi Keuangan Publik Berbasis Zakat, 2014, berpendapat bahwa motivasi dalam melakukan perilaku derma (giving Behavior) adalah mencapai kepuasan (utility function), dimana titik kepuasan maksimum didapat setelah memberikan infak secara pribadi dan secara langsung (direct giving) kepada pengemis, korban bencana alam, dan santunan anak yatim, dalam bentuk charity dan lainnya,78 begitu pula dengan Fatima Lambarraa, Gerhard Riener, On the Norms of Charitable Giving in Islam, yang berpendapat bahwa support ekonomi secara langsung seperti halnya zakat yang diberikan langsung kepada anak yatim lebih banyak diminati dari pada harus mendonasikan melewati panti asuhan atau lembaga khusus lainnya, karena menghambat tersalurnya zakat secara cepat, walaupun di sisi lain lebih mengoptimalkan peran zakat itu sendiri,79

75 Sopiah Sangadji, Heny Kusdiyanti, Rosanti Rosmawati, Descriptive Analysis of the Profiles of Orphanage Children to entrepreneurship in Indonesia, International Journal of Learning and Development, ISSN 2164-4063 (2014), Vol. 4, No. 1, hal 1

76 Bunkers, Kelly, Amanda Cox, Sarah Gesiriech, Kerry Olson, Children, Orphanage, and Families; A Summary of Research to Help Guide Faith-based Action, The Faith to Action Initiative, 2014, hal. 16

77 Marwan Dwairy, Musthafa ‘Ashwiy, Ridha Abu Sari>’, Adnan Farah, Irtiba>tu-l-Mara>hiq bi-l-Usrati fi-l-Bulda>n Al-‘Arabiyyah, Al-Thiflu-l-‘Arabiy; Nahwa Si>ku>lu>jiyyah Mutawa>fiqah Ma’a-l-Dza>t, Majallah Syabakati-l-‘Ulu>m Al-Nafsiyyah 27-28 Shaif wa Khari>f, 2010

78 Mustofa, Sistem Ekonomi Keuangan Publik Berbasis Zakat, IAIN Sultan Amai Gorontalo, Jurnal Madani, Vol 4 No 1, Juni 2014, Hal 36, Www.Journal.Iaingorontalo.Ac.Id/Index.Php/Ma/Article/View/173/129+&Cd=3&Hl=En&Ct=Clnk&Gl=Id

79 Fatima Lambarraa, Gerhard Riener, On The Norms Of Charitable Giving In Islam: A Field Experiment, Düsseldorf Institute For Competition Economics (DICE), (Germany, June, 2012).

Page 31: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

19

dimana pola distribusi dana LAZ dengan menggunakan tinjauan maqashid syariah menurut Siti Mardiah dan Mahmud alfan Jamil, Efisiensi Alokasi Berdasarkan Maqashid Syariah, Studi Kasus Terhadap Pola Distribusi LAZ, 2016, menunjukkan bahwa distribusi dana lebih dominan pada pemeliharaan jiwa yakni sebanyak 59,9%, yang kemudian diikuti dengan pemeliharaan harta, agama, keturunan, serta akal, walaupun penelitian ini tidak mencantumkan alasan kenapa lembaga penyalur zakat lebih memperbanyak pemeliharaan jiwa daripada pemeliharaan 4 domain lainnya,80 maka tidaklah benar apa yang dikatakan oleh William Racimora (2013), Salafist/Wahhabite Financial Support To Educational, Social And Religious Institutions, yang melakukan penelitian di 5 negara yang rata-rata berpenduduk muslim, seperti Egypt, Tunisia, Bosnia, Pakistan dan Indonesia, bahwa support keuangan dalam pendidikan, social, dan institusi keagamaan hanya dijadikan sebagai alat untuk penetrasi paham salafi/ wahabi yang bertujuan pada pengaruh politik,81 maupun Elizabeth Ferris, Faith-based and Secular Humanitarian Organizations, yang berpendapat bahwa organisasi kemanusiaan yang didasarkan pada keyakinan (agama) maupun sekuler sekalipun, sama-sama memiliki karakteristik, dan dipengaruhi oleh konteks politik, sosial, maupun ekonomi,82karena unsur-unsur filantropi Islam menurut Widyawati, Filantropi Islam Dan Kebijakan Negara Pasca Orde Baru: Studi Tentang Undang-Undang Zakat Dan Undang-Undang Wakaf, bertujuan pada terciptanya keadilan bagi yatim dan d}uafa.83

F. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan cara yang digunakan peneliti untuk merancang, melaksanakan, mengolah data, dan menarik kesimpulan dalam masalah penelitian tertentu.84 Sedangkan penelitian (reserach) adalah serangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka memecahkan masalah, yang bisa saja berupa keadaan abstrak atau umum sebagaimana dalam penelitian dasar (basic research), dan dapat pula berupa hasil spesifik atau konkret sebagaimana dalam penelitian terapan (applied research),85 dimana penelitian berfungsi sebagai: (a) pengembangan suatu ilmu

80 Siti Mardiah dan Mahmud alfan Jamil, Efisiensi Alokasi Berdasarkan Maqashid

Syariah, Studi Kasus Terhadap Pola Distribusi LAZ, I-Finance Vol.2, No.2 (Desember 2016), UIN Raden Fatah Palembang

81 William Racimora, Salafist/Wahhabite Financial Support To Educational, Social And Religious Institutions, Policy Department DG External Policies, European Parliament (June, 2013), Http://Www.Europarl.Europa.Eu

82 Elizabeth Ferris, Faith-based and Secular Humanitarian Organizations, International Review of The Red Cross, Volume 87 Number 858 (June 2005), hal. 316

83 Widyawati, Filantropi Islam Dan Kebijakan Negara Pasca Orde Baru: Studi Tentang Undang-Undang Zakat Dan Undang-Undang Wakaf (Bandung, Penerbit Arsad Press, 2011), hal. 32

84 Nana Syaodih Sumadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 317

85 Dharminto, Metode Penelitian dan Penelitian Sampel, hal. 1 http://eprints.undip.ac.id/5613/1/METODE_PENELITIAN_-_dharminto.pdf

Page 32: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

20

pengetahuan yang diarahkan pada pengembangan teori-teori yang ada atau menemukan teori baru pada penelitian dasar, (b) menguji manfaat dari teori-teori ilmiah serta mengetahui hubungan empiris dan analisis dalam bidang-bidang tertentu pada penelitian terapan, serta (c) mengukur keberhasilan suatu program, produk, atau kegiatan tertentu pada penelitian evaluatif, yang kesemuanya bertujuan pada: (a) tujuan eksploratif, untuk menemukan sesuatu yang baru dalam bidang tertentu, (b) tujuan verifikatif, untuk menguji kebenaran dari sesuatu yan telah ada, serta (c) tujuan pengembangan, untuk mengembangkan sesuatu yang telah ada.86 Jenis Penelitian Jenis penelitian dapat diklasifikasikan menurut cara atau sudut pandang yang menurut pendekatan analisisnya terbagi atas: (a) penelitian kuantitatif, yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka) yang diolah dengan metode statistik, dan (b) penelitian kualitatif, yang menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta analisis dinamika hubungan antar fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah.87

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggali pemahaman Qatar Charity Indonesia atas perwalian yatim pada QS. Al-Nisa>`: 5-6, sebagaimana Strauss dan Corbin dalam Creswell, J. (1998) menjelaskan penelitian kualitatif sebagai jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai menggunakan prosedur statistik atau cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Bogdan & Biklen, S. (1992) juga menjelaskan bahwa penelitian kualitatif merupakan salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau tulisan, serta prilaku orang-orang yang diamati, yang secara umum digunakan dalam penelitian tentang tingkah laku, sejarah, kehidupan masyarakat, fungsionalisasi organisasi, aktifitas sosial, dan lainnya. Penelitian kualitatif ini berawal dari kelompok ahli sosiologi dari Madzhab Chicago (1920-1930) yang menekankan pentingnya penelitian kualitatif untuk mengkaji kelompok kehidupan manusia, yang sejalan dengan penggambaran outline dari metode karya lapangan dengan melakukan pengamatan langsung lapangan untuk mempelajari adat dan budaya masyarakat setempat, juga merupakan reaksi dari tradisi positivisme dan postpositivisme yang berupaya melakukan kajian budaya dan bersifat interpretatif.88

Penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka khususnya yang berhubungan dengan nafaqah, kafa>lah, Ibtila>``, serta rushd anak yatim, yang merujuk pada kitab-kitab tafsir dan fikih, serta buku-buku yang berkaitan dengan usia kematangan (maturation/ rushd) pada anak, sebagaimana difahami bahwa

86 Pendekatan, Jenis, dan Metode Penelitian Pendidikan, Direktorat Tenaga

Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Department Pendidikan Nasional, 2008, hal. 8-13

87 Dharminto, Metode Penelitian dan Penelitian Sampel, hal. 6 http://eprints.undip.ac.id/5613/1/METODE_PENELITIAN_-_dharminto.pdf

88 Pupu Saeful Rahmat, Penelitian Kualitatif, Equilibrium, Vol. 5, No. 9, Januari-Juni 2009, hal. 2, http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf

Page 33: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

21

penelitian kualitatif memiliki 5 jenis, yaitu: (a) biografi yang mempelajari tentang individu dan pengalamnnya yang dituliskan kembali dengan bantuan dokumen dan arsip, (b) etnografi yang mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup subjek penelitian, (c) grounded theory yang digunakan untuk menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu, (d) studi pustaka yang mengeksplorasi masalah dengan batasan terperinci, dan (e) fenomenologi yang mengungkapkan konsep atau fenomena pengalaman yang didasari atas kesadaran dan terjadi pada beberapa individu.89

Penelitian ini menggunakan pendekatan tafsir dan fiqh, serta dilakukan penguatan dengan sudut pandang psikologi dan sosiologi, sebagaimana diyakini bahwa teori dalam penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai paradigma, dimana dasar teoritis dalam penelitian kualititaif adalah: (a) pendekatan fenomenologis yang memahami arti peristiwa dan kaitannya dengan orang-orang yang biasa ada di peristiwa tersebut, (b) pendekatan interaksi simbolik yang mengamsusikan bahwa objek orang, situasi dan peristiwa memiliki pengertian yang bersamaan, (c) pendekatan kebudayaan yang menggambarkan peristiwa perpektif latar belakang kebudayaan, (d) pendekatan etnometodologi yang merupakan upaya untuk memahami bagaimana masyarakat memandang, menjelaskan, dan menggambarkan tata hidup sesuai dengan sudut pandang objek penelitian.90

Tehnik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder, data primer adalah data yang diperoleh dari responden secara langsung atau data dalam bentuk verbal yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subyek atau informan penelitian yang berkenaan langsung dengan variable yang diteliti, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yang menunjang data primer, yang diperoleh dari hasil observasi, studi pustaka, tabel, catatan, foto, dan lainnya91 termasuk buku-buku referensi, laporan, jurnal, website resmi, dan media lainnya yang berkaitan dengan obyek penelitian.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang dilakukan kepada penanggung jawab yatim di yayasan Ruhamaa, pihak Qatar Charity Indonesia, beberapa informan dari yatim yang sudah tercapai rushd, serta anak-anak yatim yang belum mencapai rushd, dengan beragam opini dan latar belakang sebagai kelompok mini antara 2 hingga 6 informan heterogen,92 dimana wawancara ini dilakukan sebagai alat pembuktian atau keterangan dari informasi yang di dapat sebelumnya, dengan melakukan wawancara mendalam (in-

89 Pupu Saeful Rahmat, Penelitian Kualitatif, Equilibrium, Vol. 6, No. 9, Januari-

Juni 2009, hal. 2, http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf 90 Pupu Saeful Rahmat, Penelitian Kualitatif, Equilibrium, Vol. 5, No. 9, Januari-

Juni 2009, hal. 3, http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf 91 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta,

Rineka Cipta, 2010), hal. 22 92 Teknik Wawancara, www.ut.ac.id

Page 34: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

22

dept interview) yang memungkinkan peneliti melakukan wawancara secara autoanamnesa (responden) dan aloanamnesa (keluarga responden).93

Peneliti melakukan observasi lapangan (field research) guna mengetahui mekanisme implementasi yang dilakukan oleh Qatar Charity Indonesia dalam memberikan santunan anak yatim yang merupakan bentuk pemberdayaan anak yatim dengan pendekatan karitas yang menggabungkan antara latihan pengelolaan keuangan secara konsumtif (sebelum mencapai rushd) dan produktif (setelah mencapai rushd), terhadap anak-anak yatim binaan di Yayasan Ruhama, Dramaga, Bogor sebagai tempat kejadian gejala.94 Dimana observasi merupakan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian,95 karena observasi merupakan alat untuk memperoleh informasi tentang tempat, pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, dan peristiwa sebagai gambaran realistik perilaku atau kejadian untuk menjawab pertanyaan, memahami perilaku, serta melakukan pengukuran (evaluasi), yang menurut Ratcliff, D. (2001) bisa dilakukan dengan menggunakan observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.96 Peneliti juga memanfaatkan dokumen dalam penelitian ini dalam bentuk laporan, foto, dan lainnya yang berpeluang memberikan informasi tentang hal-hal yang pernah terjadi di masa lampau.97 Responden dalam penelitian ini berjumlah 34 anak yatim dibawah tanggung jawab ibu Ir. Sri Kiswardani yang berdomisili di Ciomas, Bogor, yang juga mengkordinir yatim binaan wilayah kecamatan Ciomas serta merangkap divisi yatim di yayasan Ruhamaa, Dramaga, Bogor yang memiliki total yatim sebanyak 276 anak yatim dari 2413 keseluruhan anak yatim Qatar Charity Indonesia di Indonesia per 2017, dimana yayasan Ruhamaa, Dramaga, Bogor memiliki 15 orang penanggung jawab yatim yang terbagi berdasarkan domisili penanggung jawab serta cakupan daerah sebaran yatim binaan, yakni: (a) kabupaten Bogor (yang dibagi berdasarkan kecamatan: Sukaraja, Ciomas, Dramaga, Parungaleng, Pasir Mulya), dan (b) kota Bogor (yang dibagi atas Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Timur, Bogor Tengah, dan Bogor Selatan).

Metode Analisis Data Analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan mengumpulkan data yang ada, menyusunnya secara sistematis, dan mempresentasikan hasil penelitian kepada orang lain. Analisis ini dimulai dengan wawancara mendalam dengan informan kunci, membuat transkrip wawancara, mereduksi data dengan cara membuat abstraksi yaitu mengambil dan mencatat informasi-informasi yang

93 Pupu Saeful Rahmat, Penelitian Kualitatif, Equilibrium, Vol. 6, No. 9, Januari-

Juni 2009, hal. 7, http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf 94 M. Iqbal Hasan, Pokok- Pokok Materi Metodologi Penelitian Dan Aplikasinya,

(Jakarta, Ghalia Indonesia, 2002), hal. 11 95 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta, Rineka Cipta, 2000),

hal.94-95. 96 Pupu Saeful Rahmat, Penelitian Kualitatif, Equilibrium, Vol. 6, No. 9, Januari-

Juni 2009, hal. 7, http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf 97 Pupu Saeful Rahmat, Penelitian Kualitatif, Equilibrium, Vol. 6, No. 9, Januari-

Juni 2009, hal. 7, http://yusuf.staff.ub.ac.id/files/2012/11/Jurnal-Penelitian-Kualitatif.pdf

Page 35: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

23

bermanfaat sesuai konteks penelitian dengan mengabaikan yang tidak perlu dan mengambil inti kalimat yang sesuai dengan bahasa informan, atau bisa juga disebut dengan proses analisis data yang dilakukan dengan mengumpulkan data dan mencari hubungan dan perbandingan antara data yang ada dengan data yang realitas yang sedang diteliti, dengan menggunakan teknik analisis deskriptif. Sebagaimana analisis data kualitatif menurut Bognan dan Biglen (1982) yang juga dikutip oleh Moleong adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah data menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistensiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan yang penting untuk dipelajari dan diceritakan kepada orang lain.98

G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah menggunakan buku

Pedoman Akademik yang diterbitkan oleh Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini terdiri dari enam bab, yaitu:

Bab pertama merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, penelitian terdahulu yang relevan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab kedua menguraikan tentang perwalian dan karitas, yang membahas tentang karitas dan filantropi Islam di Indonesia, pemberdayaan (tamki>n) perspektif Al-Quran, anak yatim dan dharuriyya>t khams, dan pemeliharaan anak yatim di Indonesia.

Bab ketiga membahas tentang perwalian yatim dalam QS. Al-Nisa>` 5-6, yang membahas tentang perwalian yatim perspektif tafsir (nafaqah/ kafa>lah yatim, Ibtila>`` yatim, rushd), dan perwalian yatim perspektif fikih (nafaqah/ kafa>lah yatim, Ibtila>`` yatim, rushd).

Bab keempat menguraikan tentang program dan sejarah perkembangan Qatar Charity Indonesia, yang meliputi Qatar Charity, Qatar Charity Indonesia, dan yayasan ruhamaa. Bab kelima yang menguraikan tentang pemahaman Qatar Charity Indonesia atas perwalian yatim di Indonesia, yang meliputi pandangan umum tentang perwalian yatim dalam QS. Al-Nisa>` 5-6, relevansi pemahaman Qatar Charity Indonesia atas perwalian yatim di Indonesia, nafaqah dan kafa>lah, Ibtila>`, serta rushd.

Bab keenam berisi kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan dan tujuan penelitian pada bab-bab sebelumnya, serta saran-saran atau rekomendasi-rekomendasi terkait dengan judul penelitian.

98 Moleong, J., Metode Penelitian Kualitatif (Bandung, Rosdakarya, 2007), hal.

248

Page 36: FIKIH KARITAS: Studi Perwalian Yatim Di Qatar Charity ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41652/1/Dyahita... · vii ABSTRAK Penelitian ini membuktikan bahwa perwalian

24