Fibrosis kistik.docx
-
Upload
rizal-kurniawan -
Category
Documents
-
view
38 -
download
13
Transcript of Fibrosis kistik.docx
Makalah Genetika
Cystic Fibrosis
Oleh:
Nama : Rizal Kurniawan
Kelas : 4A Biologi
NPM : 13320155
Pendidikan Biologi
Fakultas Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam dan
Teknologi Informasi
2015
BAB 1
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Gangguan pada sistem-sistem organ manusia semakin berkembang.
Gangguan tersebut ada yang timbul karena factor gaya hidup yang kurang tepat
dan ada juga yang timbul sejak bayi lahir (konginetal). Kelainan konginetal bisa
disebabkan oleh kegagalan pada saat proses embriologi, tetapi ada juga yang
disebabkan oleh kelainan genetik. Salah satu contoh kelainan genetik pada system
pernapasan adalah cystic fibrosis. Cystic fibrosis merupakan gangguan monogenic
yang ditemukan sebagai penyakit multisistem. Tanda dan gejala pertama biasanya
terjadi pada masa kanak-kanak, namun sekitar 5% pasien di Amerika Serikat
didiagnosis pada waktu dewasa (Wilkinson, 2007).
Prevalensi dari cystic fibrosis atau yang biasa disingkat dengan CF
beragam, tergantung dari etnis suatu populasi. CF dideteksi pada sekitar 1 dari
3000 kelahiran hidup pada populasi Kaukasia di Amerika bagian Utara dan Eropa
Utara, 1 dari 17.000 kelahiran hidup pada African Amerikan (Negro), dan 1 dari
90.000 kelahiran hidup pada populasi Asia di HawaiiKarena adanya
perkembangan dalam terapi, >41% pasien yang sekarang dewasa (18 tahun) dan
13% melewati umur 30 tahun. Median harapan hidup untuk pasien CF adalah >41
tahun sehingga CF tidak lagi merupakan penyakit pediatrik, dan internis harus
siap untuk menentukan diagnosis CF dan menangani banyak komplikasinya.
Penyakit ini ditandai dengan adanya infeksi bakteri kronis pada saluran napas
yang pada akhirnya akan menyebabkan bronciectasis dan bronchiolectasis,
insufisiensi exokrin pancreas, dan disfungsi intestinal, fungsi kelenjar keringat
abnormal, dan disfungsi urogenital (Haririson, 2013).
Cystic fibrosis bisa terjadi akibat adanya mutasi genetic yang membentuk
protein CF transmembrane conductance regulator (CFTR) yang terletak pada
kromosom 7. Mekanisme terjadinya malfungsi sel pada cystic fibrosis tidak
diketahui secara pasti. Sebuah teori menyebutkan bahwa kekurangan klorida yang
terjadi pada protein CFTR menyebabkan akumulasi secret di paru-paru yang
mengandung bakteri yang tidak terdeteksi oleh system.imun Teori yang lain
menyebutkan bahwa kegagalan protein CFTR menyebabkan peningkatan
perlawanan produksi sodium dan klorida yang menyebabkan pertambahan
reabsorbsi air, menyebabkan dehidrasi dan kekentalan mucus. Teori-teori tersebut
mendukung sebagian besar observasi tentang terjadinya kerusakan di cystic
fibrosis yang menghambat jalanya organ yang dibuat dengan secret yang kental.
Hambatan ini menyebabkan perubahan bentuk dan infeksi di paru-paru, kerusakan
pada pancreas karena akumulasi enzim digestive, hambatan di usus halus oleh
kerasnay feses dll.
Begitu besaranya resiko perkembangan penyakit cystic fibrosis, sebagai
tenaga kesehatan diharapkan bias mengidentifikasi secara dini sebagai upaya
pencegahn penyebaran penyakit ke berbagai organ lain.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi cystic fibrosis?
2. Bagaimanakah etiologi cystic fibrosis?
3. Apa saja manifestasi klinis seseorang hingga dikatakan menderita cystic
fibrosis?
4. Bagaimana WOC cystic fibrosis?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui patofisiologi cystic fibrosis.
2. Mengetahui etiologi cystic fibrosis.
3. Mengetahui WOC pada cystic fibrosis.
BAB 2
Landasan Teori
Definisi
Cystic fibrosis merupakan gangguan monogenic yang ditemukan sebagai
penyakit multisistem. Penyakit ini ditandai dengan adanya infeksi bakteri kronis
pada saluran napas yang pada akhirnya akan menyebabkan bronciectasis dan
bronchiolectasis, insufisiensi exokrin pancreas, dan disfungsi intestinal, fungsi
kelenjar keringat abnormal, dan disfungsi urogenital.
Cystic fibrosis adalah suatu gangguan kronik multisistem yang ditandai
dengan infeksi endobronkial berulang, penyakit paru obstruktif progresif dan
insufisiensi pankreas dengan gangguan absorbsi/malabsorbsi intestinal. Kelainan
ini merupakan kelainan genetik yang bersifat resesif heterogen dengan gambaran
patobiologis yang mencerminkan mutasi pada gen-gen regulator transmembran
fibrosis kistik (cystic fibrosis transmembrane conductance regulator/CFTR).
BAB 3
Pembahasan
Etiologi
Cystic fibrosis merupakan penyakit yang diwariskan secara resesive
autosomal. Gen yang bertanggung jawab terhadap terjadinya CF telah
diidentifikasi pada tahun 1989 sebagai cystic fibrosis transmembrane-conductance
regulator glycoprotein (CFTR gene) yang terletak pada lengan panjang kromosom
no 7.
Protein CFTR merupakan rantai polipeptida tunggal, mengandung 1480
asam amino, yang sepertinya berfungsi untuk cyclic AMP–regulated Cl– channel
dan dari namanya, mengatur channel ion lainnya. Bentuk CFTR yang terproses
lengkap ditemukan pada membran plasma di epithelial normal. Penelitian
biokimia mengindikasikan bahwa mutasi F508 menyebabkan kerusakan proses
dan degradasi intraseluler pada protein CFTR. Sehingga alpanya CFTR pada
membrane plasma merupakan pusat dari patofisiologi molecular akibat mutasi
F508 dan mutasi kelompok I-II lainnya. Namun, mutasi kelompok III-IV
menghasilkan protein CFTR yang telah diproses lengkap namun tidak berfungsi
atau hanya sedikit berfungsi pada membrane plasma.
Gen CFTR ini membuat protein yang mengontrol perpindahan garam dan
air di dalam dan di luar sel di dalam tubuh. Orang dengan cystic fibrosis, gen
tersebut tidak bekerja dengan efektif. Hal ini menyebabkan kental dan lengketnya
mucus serta sangat asinya keringat yang dapat menjadi cirri utama dari cystic
fibrosis.
Mekanisme terjadinya malfungsi sel pada cystic fibrosis tidak diketahui
secara pasti. Sebuah teori menyebutkan bahwa kekurangan klorida yang terjadi
pada protein CFTR menyebabkan akumulasi secret di paru-paru yang
mengandung bakteri yang tidak terdeteksi oleh system imun. Teori yang lain
menyebutkan bahwa kegagalan protein CFTR menyebabkan peningkatan
perlawanan produksi sodium dan klorida yang menyebabkan pertambahan
reabsorbsi air, menyebabkan dehidrasi dan kekentalan mucus. Teori-teori tersebut
mendukung sebagian besar observasi tentang terjadinya kerusakan di cystic
fibrosis yang menghambat jalanya organ yang dibuat dengan secret yang kental.
Hambatan ini menyebabkan perubahan bentuk dan infeksi di paru-paru, kerusakan
pada pancreas karena akumulasi enzim digestive, hambatan di usus halus oleh
kerasnay feses dll.
Manifestasi Klinis
Manifestasi cystic fibrosis yang umum pada tahun pertama atau kedua
kehidupan pada traktus respiratorius yang paling sering batuk dan/atau infiltrate
pulmoner. Sebagian besar gejala dari cystic fibrosis adalah disebabkan oleh
banyaknya mucus. Gejala umumnya adalah:
1. Batuk persisten yang disertai sputum dan semakin memburuk
2. Batuk dari efek bronkitis dan pneumonia yang dapat menimbulkan inflamasi
dan kerusakan permanen paru
3. peningktan volume sputum
4. Penurunan fungsi pulmoner
5. Obstruksi hidung
6. Dispnea
7. Nasal discharge yang makin memburuk
8. Demam
9. Dehidrasi
10. Diare
11. Nafsu makan besar tetapi tidak menambah berat badan dan pertumbuhan
(cenderung menurun). Ini hasil dari malnutisi kronik karena tidak
mendapatkan cukup nutrisi dari makanan
12. Nyeri dan ketidaknyamanan pada perut karena terlalu banyak gas dalam
usus. Hal ini bisa disebabkan oleh disfungsi intestinal.
Pada saluran napas bagian bawah, gejala pertama dari CF adalah batuk.
Seiring dengan waktu, batuk menjadi persisten dan menghasilkan sputum kental,
purulen, dan berwarna kehijauan. Tak dapat dihindari, masa dari stabilitas klinis
diinterupsi oleh “eksaserbasi”, didefinisikan oleh peningkatan batuk, berat badan
menurun, demam subfebris, peningktan volume sputum , dan penurunan fungsi
pulmoner. Dalam beberapa tahun perjalanan penyakit, eksaserbasi menjadi
semakin sering dan penyembuhan dari hilangnya fungsi paru tidak sempurna,
pada akhirnya menyebabkan kegagalan pernapasan (Wilkinson, 2007).
Patofisiologi
Tanda biofisika diagnostic pada CF epitel saluran napas yaitu adanya
peningkatan perbedaan potensi listrik transepitelial (Potential difference/PD).
Transepitelial PD menunjukkan jumlah transport ion aktif dan resistensi epithelial
terhadap aliran ion. CF saluran napas memperlihatkan ketidaknormalan pada
absorbsi Na+ dan Sekresi Cl- aktif (Gambar II). Defek sekresi Cl memperlihatkan
alpanya cyclic AMP–dependent kinase dan protein kinase C–regulated Cl–
transport yang dimediasi oleh CFTR. Suatu pemeriksaan yang penting
mengatakan bahwa adanya perbedaan molekul pada Ca2+-activated Cl– channel
(CaCC) yang terlihat pada membrane apical. Channel ini dapat menggantikan
CFTR dengan imbas pada sekresi Cl- dan dapat menjadi target terapeutik
berpotensial.
Regulasi abnormal dari absorbsi Na+ merupakan gambaran inti pada CF di
epitel saluran napas. Abnormalitas ini menunjukkan fungsi kedua dari CFTR,
yaitu sebagai tonic inhibitor pada channel Na+. Mekanisme molekuler yang
memediasi CFTR belum diketahui.
Klirens mucus merupakan pertahanan innate primer saluran napas
terhadap infeksi bakteri yang terhisap. Saluran napas mengatur jumlah absorbsi
aktif Na+ dan sekresi Cl- untuk mengatur jumlah cairan (air), misal “hidrasi”,
pada permukaan saluran napas untuk klirens mucus yang efisien. Hipotesis utama
tentang patofisiologi CF saluran napas adalah adanya regulasi yang salah terhadap
absorbsi Na+ dan ketidakmampuan untuk mengsekresi Cl- melalui CFTR,
mengurangi volume cairan pada permukaan saluran napas, baik penebalan mucus,
maupun deplesi cairan perisiliar mengakibatkan adhesi mucus pada permukaan
saluran napas. Adhesi (tarik-menarik benda yang sejenis) mucus menyebabkan
kegagalan untuk membersihkan mucus dari saluran napas baik melalui mekanisme
siliar dan batuk. Tidak ditemukannya keterkaitan yang tegas antara mutasi genetic
dan keparahan penyakit paru-paru menyimpulkan adanya peran penting dari gen
pemodifikasi dan interaksi antara gen dan lingkungan.
Infeksi yang terdapat pada CF saluran napas cenderung melibatkan lapisan
mukosa dibandingkan invasi epitel atau dinding saluran napas. Predisposisi dari
CF saluran napas terhadap infeksi kronis Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa selaras dengan kegagalan membersihkan mucus.
Sekarang ini, telah didemonstrasikan bahwa tekanan O2 sangat rendah pada
mucus CF, dan adaptasi terhadap hypoxia merupakan penentu penting fisiologi
bakteri pada paru-paru CF. Ditekankan bahwa, baik stasis mucus dan hypoxia
mucus dapat berkontribusi terhadap kecenderungan Pseudomonas untuk dapat
tumbuh pada koloni biofilm didalam plak mucus disekitar permukaan saluran
napas dengan CF (Haririson, 2013).
Test genetika
Test genetik melalui test darah dapat mendeteksi kondisi karier
dengan keakuratan sampai 95%
Biaya yang diperlukan berkisar $US 50-150
Testing in direkomendasikan untuk individu-individu yang
mempunyai riwaya keluarga dengan CF dan untuk pasangan-
pasangan yang merencanakan kehamilan, namun tidak
diindikasikan untuk keperluan skrining secara umum (NIH
Consensus Stetment, 1999)
Skrining bayi baru lahir dapat dilakukan melalui pengukuran
kadar tripsin immunoreaktive pada blood spot test Guthrie.
Diagnosis CF secara laboratoris ditegakkan jika ada salah satu marker
seperti test genetik atau test kadar klorida keringat positif ditambah
salah satu dari gejala klinis dibawah ini :
Penyakit paru obstruksi kronik khas
Insufisiensi eksokrin kelenjar pancreas
Riwayat keluarga positif CF
Tes carrier cystic fibrosis.
Untuk menentukan adanya carrier CF, jika:
Memiliki keluarga dengan riwayat CF
Memiliki hubungan dengan seseorang yang menderita CF.
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada cystic fibrosis adalah :
1. Sinusitis. Disebabkan oleh produksi nucus yang berlebihan sehingga
menutupi dan menginfeksi sinus
2. Bronchiectasis. Bronkus akan teregang dan membentuk kantong- kantong
ketika terkumpul mucus. Mucus ini adalah tempat berkembangnya bakteri
yang sangat berpotensi menyebabkan infeksi paru. Infeksi ini akan lebih
merusak bronkus dan jika tidak diobati bronkiektasis dapat berkembang
menjadi penyakit parah termasuk gagal pernapasan.
3. Pancreatitis.
4. Polip hidung
5. Clubbing. Ini terjadi karena tidak adanya perpindahan oksigen dari paru-
paru ke aliran darah
6. Kolaps paru
7. Prolaps rektal. Batuk persisten atau penekanan mungkin dapat menyebabkan
jaringan rektum timbul keluar.
8. Penyakit liver
9. Diabetes
10. Pneumothorax sering terjadi (>10% pasien)
Komplikasi paling buruk dari cystic fibrosis adalah kegagalan pernapasan
dan cor pulmonale.
Pencegahan
1. Tetap masih belum ada penyembuhan untuk cystic fibrosis (CF), namun
perawatan-perawatan telah menjadi lebih baik pada tahun-tahun baru-baru
ini. Tujuan-tujuan dari perawatan CF adalah untuk:
2. Mencegah dan mengontrol infeksi-infeksi pada paru-paru anda.
3. Melonggarkan dan mengeluarkan lendir yang kental dan lengket dari paru-
paru anda.
4. Mencegah halangan-halangan pada usus-usus anda.
5. Menyediakan nutrisi yang cukup.
Perawatan Untuk Persoalan-Persoalan Paru
Perawatan-perawatan utama untuk persoalan-persoalan paru pada orang-
orang dengan CF adalah:
Antibiotik-antibiotik untuk infeksi-infeksi saluran-saluran udara
Kebanyakan orang-orang dengan CF mempunyai infeksi-infeksi paru
derajat rendah yang terus menerus. Adakalanya, infeksi-infeksi ini menjadi
begitu serius sehingga anda mungkin memerlukan dirawat dirumah sakit.
Antibioti-antibiotik adalah perawatan utama.
Anda mungkin diberikan beberapa tipe-tipe yang berbeda dari
antibiotik-antibiotik. Pilihan dari antibiotik-antibiotik tergantung pada:
Strain-strain dari bakteri-bakteri yang terlibat.
Berapa serius kondisi anda.
Sejarah penggunaan antibiotik anda sebelumnya.
Tipe-tipe yang berbeda dari antibioti-antibiotik termasuk:
Antibiotik-antibiotik oral untuk infeksi-infeksi saluran udara yang
relatif ringan.
Antibiotik-antibiotik yang dihirup, seperti tobramycin (to-bra-MI-sin).
Mereka mungkin digunakan sendirian atau dengan antibiotik-
antibiotik oral.
Antibiotik-antibiotik intrvena untuk infeksi-infeksi yang berat/parah
atau ketika tidak ada satupun dari antibiotik-antibiotik oral yang
bekerja.
Antibiotik-antibiotik, seperti azithromycin (az-ith-roe-MYE-sin), yang
juga mengurangi peradangan.
Terapi Fisik Dada.
Terapi fisik dada atau chest physical therapy (CPT) juga disebut
menepuk dada atau perkusi dada. Ia melibatkan pemukulan dada dan
punggung anda berkali-kali untuk mengeluarkan lendir dari paru-paru anda
sehingga anda dapat membatukan lendir keatas. CPT untuk cystic fibrosis
harus dilakukan tiga sampai empat kali setiap hari.
CPT juga sering dirujuk sebagai pengaliran postural. Ini melibatkan
duduk anda atau berbaring pada perut anda dengan kepala anda kebawah
ketika anda melakukan CPT. Ini mengizinkan gaya berat untuk membantu
mengalirkan lendir dari paru-paru anda.
Karena CPT adalah berat atau tidak nyaman untuk beberapa orang-
orang, beberapa alat-alat telah dikembangkan baru-baru ini yang mungkin
membantu dengan CPT. Alat-alat termasuk:
Penepuk dada elektrik, dikenal sebagai mechanical percussor.
Vest (rompi) terapi yang dapat dikembangkan yang menggunakan
gelombang-gelombang udara frekwensi tinggi untuk memaksa lendir keluar
dari paru-paru anda.
Alat "flutter", alat kecil yang dipegang tangan yang anda napas keluar
melaluinya. Ia menyebabkan getaran-getaran yang mengeluarkan
lendir.
Positive expiratory pressure (PEP) mask yang menciptakan getaran-
getaran yang membantu melepaskan lendir dari dinding-dinding
saluran udara.
Beberapa teknik-teknik pernapasan mungkin juga membantu
mengeluarkan lendir. Teknik-teknik ini termasuk:
Forced expiration technique (FET) - memaksa keluar sepasang
pernapasan-pernapasan atau tiupan-tiupan dan kemudian melakukan
pengenduran pernapasan.
Active cycle breathing (ACB) - FET dengan latihan-latihan
pernapasan yang dalam yang dapat mengendurkan lendir pada paru-
paru anda dan membantu membuka saluran-saluran udara anda.
Olahraga.
Latihan aerobic membantu:
Mengendurkan lendir.
Mendorong batuk untuk membersihkan lendir.
Memperbaiki kondisi fisik keseluruhan anda.
Jika anda olahraga secara teratur, anda mungkin mampu untuk
memperpendek terapi dada anda. Check dengan dokter anda sebelum
melakukan ini.
Obat-obat lain.
Obat-obat anti-peradangan mungkin membantu mengurangi
peradangan pada paru-paru anda yang disebabkan oleh infeksi-infeksi yang
terus menerus. Obat-obat ini termasuk:
Steroid-steroid yang dihirup atau, adakalanya oral. Steroid-steroid
adalah obat-obat anti-peradangan yang paling efektif.
Ibuprofen, tipe dari obat anti-peradangan nonsteroid. Ia mungkin juga
memperlambat kemajuan dari CF pada anak-anak muda dengan
gejala-gejala ringan.
Bronchodilators, yang adalah obat-obat yang dihirup yang
mengendurkan otot-otot sekitar saluran-saluran udara sehingga
saluran-saluran udara dapat terbuka. Mereka harus dipakai tepat
sebelum CPT untuk membantu membersihkan lendir.
Obat-obat pengencer lendir yang mengurangi kelengketan dari lendir
pada saluran-saluran udara anda. Mereka termasuk:
Human DNase (Dornase Alfa), obat yang mengendurkan
lendir pada paru-paru anda. Ia mungkin menjurus pada rawat
inap yang lebih pendek.
Acetylcysteine dan saline.
Hypertonic saline, larutan dari air yang steril dan sangat asin
yang dipakai dengan nebulizer dua kali sehari, dapat
membantu membersihkan lendir dan memperbaiki fungsi paru.
Beberapa dokter-dokter sekarang memberikannya pada pasien-
pasien yang terpilih diatas umur 6 tahun
Terapi Oksigen
Jika tingkat oksigen dalam darah anda terlalu rendah, anda mungkin
memerlukan terapi oksigen. Oksigen biasanya diberikan melalui selang
plastik hidung yang bercabang atau masker.
Transplantasi Paru
Operasi untuk menggantikan satu atau keduanya paru-paru anda dengan
paru yang sehat dari donor manusia mungkin membantu anda. Beberapa
faktor-faktor yang menentukan apakah anda dapat menjalani transplantasi
paru termasuk:
Tipe bakteri dalam paru-paru anda.
Umur dan berat badan anda.
Obat-obat yang sedang anda minum.
Apakah anda mempunyai kondisi-kondisi medis lain, termasuk
osteoporosis.
Berapa baiknya fungsi paru anda.
BAB 4
PENUTUP
Kesimpulan
Cystic fibrosis merupakan gangguan monogenic yang ditemukan sebagai
penyakit multisistem. Penyakit ini ditandai dengan adanya infeksi bakteri kronis
pada saluran napas yang pada akhirnya akan menyebabkan bronciectasis dan
bronchiolectasis, insufisiensi exokrin pancreas, dan disfungsi intestinal, fungsi
kelenjar keringat abnormal, dan disfungsi urogenital.
(http://cetrione.blogspot.com). Cystic fibrosis bisa terjadi akibat adanya mutasi
genetic yang membentuk protein CF transmembrane conductance regulator
(CFTR) yang terletak pada kromosom 7.
Manifestasi cystic fibrosis yang umum pada tahun pertama atau kedua
kehidupan pada traktus respiratorius yang paling sering batuk dan/atau infiltrate
pulmoner. Sebagian besar gejala dari cystic fibrosis adalah disebabkan oleh
banyaknya mucus. Gejala umumnya seperti batuk persisten yang disertai sputum,
batuk dari efek bronkitis dan pneumonia. Pemeriksaan diagnostik pada kasus
cystic fibrosis meliputi pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologis CT
scan, dan pemeriksaan kultur. Sedangkan penatalaksanaan untuk mengatasi cystic
fibrosihan yaitu medikamentosa dan pembedahan.
Asuhan keperawatan untuk kasus ini meliputi tahap asuhan keperawatan
pada umumnya. Adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada kasus
cystic fibrosis salah satunya adalah bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan sekret mukus yang kental dan banyak serta upaya batuk buruk.
Saran
Bagi masyarakat yang menemui gejala – gejala yang tertulis di atas segera
lapor ke pelayanan kesehatan terdekat sebagai upaya penangan lebih dini dan
pencegahan komplikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2013. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 13, EGC : Jakarta.
Doenges, Marilynn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.
Haririson (2013). Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Volume 5, EGC, Jakarta
Nanda International (2013). Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi 2012-2014, EGC, Jakarta
Prihardjo R. (2012). Pengkajian Fisik Keperawatan Edisi Revisi, EGC, Jakarta
http://cetrione.blogspot.com. (Cystic Fibrosis, Chapter 253, Harrison's Principles of Internal Medicine 17th ed.,diterjemahkan oleh Husnul Mubarok,S.ked). Akses tanggal 27 September 2013
Wilkinson J. (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC Dan Kriteria Hasil NOC, EGC, Jakarta
.