Fibroadenoma Mammae

11
Fibroadenoma Mammae Disusun oleh : Nama : Ari Filologus Sugiarto Nim : 10 2009 – 187 Kelompok : D 4 Email : [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Transcript of Fibroadenoma Mammae

Fibroadenoma Mammae

Disusun oleh : Nama : Ari Filologus Sugiarto Nim : 10 2009 187 Kelompok : D 4 Email : [email protected]

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Kasus Seorang perempuan usia 23 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan benjolan pada payudara kiri bagian atas dekat ketiak. Benjolan tersebut tidak nyeri dan dapat digerakkan. Pemeriksaan fisik : TD : 120/80mmHg. N : 80x/menit, RR : 20x/menit, suhu tubuh : 36,7 C. Pada inspeksi : payudara kiri dan kanan tampak simetris, letak dan bentuk papilla mammae tampak normal, tidak tampak edema, warna kulit normal, tidak tampak adanya lesi kulit. Palpasi : teraba massa pada payudara kanan sebelah lateral atas, diameter 2 cm, kenyal, mobile, palpasi daerah leher dan ketiak : tidak teraba perbesaran KGB.

Definisi Fibronoma adalah suatu neoplasma payudara jinak umum yang terjadi pada semua usia, dengan insidensi tertinggi pada wanita muda. Fibroadenoma muncul sebagai noldul padat pada payudara yang berbatas tegas dan dapat digerakkan dengan bebas. Fibroadenoma multiple terjadi pada 10% kasus. Umumnya, fibroadenoma terbungkus di dalam kapsul, teraba padat, dan seluruhnya rata berwarna putih keabuan. Fibroadenoma biasanya berdiameter 1-5 cm, tetapi dapat juga lebih besar (fibroadenoma raksasa). Pemeriksaan histologik menunjukkan proliferasi unsure glandula maupun unsure stroma. Jumlah relative masing-masing komponen bervariasi dari kasus ke kasus. Bila komponen glandula mendominasi, digunakan istilah adenoma tubular atau fibroadenoma perikanalikular; bila stroma mendominasi, digunakan istilah fibroadenoma intrakanalikular.

Anamnesis Didahului dengan pencatatan identitas penderita secara lengkap. Keluhan utama penderita dapat berupa benjolan / massa di payudara, rasa sakit, keluar cairan dari puting susu, timbulnya kelainan kulit (dimpling, kemerahan, ulserasi, peau dorange), pembesaran kelenjar getah bening, atau tanda metastasis jauh. Perlu juga ditanyakan sejak berapa lama benjolan tersebut muncul. Cepat atau tidak membesar, dan disertai sakit atau tidak. Setiap kelainan pada payudara harus dipikirkan ganas sebelum dibuktikan tidak.

Dalam anamnesis juga ditanyakan adanya faktor faktor risiko pada pasien, dan pengaruh siklus haid terhadap keluhan atau perubahan ukuran tumor. Untuk meminimalkan pengaruh hormon estrogen dan progesteron, sebaiknya pemeriksaan dilakukan kurang lebih 1 minggu dihitung dari hari pertama haid.

Pemeririksaan fisik Inspeksi : payudara kiri dan kanan tampak simetris, letak dan bentuk papilla mammae tampak normal, tidak tampak edema, warna kulit normal, tidak tampak adanya lesi kulit. Palpasi : teraba massa pada payudara kanan sebelah lateral atas, diameter 2 cm, kenyal, mobile, palpasi daerah leher dan ketiak : tidak teraba perbesaran KGB.

Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan laboratorium Pada pasien FAM, biasanya ditemukan adanya peningkatan LED, serum alkali posfatase meningkat dan hipercalsemia 2. Mammografi Apabila adanya proses keganasan akan memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign, adanya perbedaan yang nyata ukuran klinik dan rontgenologik dan adanya mikrokalsifikasi. Tanda-tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, perubahan posisi papilla dan aerola, infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang glandula mamae. Mammografi dapat mendeteksi tumor-tumor payudara yang secara palpasi tidak teraba, jadi sangat baik untuk diagnosis dini dan screening. Pemeriksaan dengan mammografi mempunyai ketepatan diagnosis sekitar 83-95 %. Mammografi merupakan indikasi pemeriksaan pada wanita yang memiliki tanda-tanda atau gejala kanker payudara. Namun cara ini kurang praktis dan biayanya relatif mahal, dan tidak dianjurkan untuk usia 30 tahun ke bawah.

Pada pemeriksaan mammogram, fibroadenoma dapat tersamarkan dan mungkin terlihat seperti suatu massa bundar atau oval dengan batas yang kurang tegas dengan ukuran 4 hingga 100 mm. Biasanya tumor mengandung kalsifikasi yang kasar yang menandakan adanya infark atau involusi. Kalsifikasi berguna untuk mendiagnosis massa ini, namun biasanya, kalsifikasi ini menyerupai suatu keganasan mikrokalsifikasi. 3. Ultrasonografi Dengan pemeriksaan ini hanya dapat dibedakan lesi solid dan kistik. Kista dibedakan dari lesi pada ultrasonografi, tapi metode ini tidak dapat mendeteksi mikrokalsifikasi. Aspirasi jarum lebih sederhana dan lebih murah untuk mendeteksi kista. Pemecahan paling baik untuk lesi meragukan yang tidak dapat teraba pada mamogram. 4. Xeromammografi Pemakaian belakangan ini atas teknik mammografi konvensional dan Xeromammografi menunjukkan modalitas utama yang digunakan untuk mendeteksi lesi samar yang tidak dapat dipalpasi 5. MSCT SCAN Merupakan low dose CT, dimana radiasinya sama seperti mammografi 2 views. Mendeteksi mikrokalsifikasi dan lesi stelata. 6. PET Merupakan FDG (F18-2deoxy-2fluoro-Dglucose) tracer dengan cara kerja mendeteksi glycolisis yang meningkat pada tumor dibanding normal. Pemeriksaan ini kurang sensitif dan memiliki spatial resolution rendah serta radiation exposure yang tinggi.

7.

MRI MRI memiliki sifat akurat dan memiliki sensitivitas yang tinggi.MRI lebih efektif daripada mammography sebagai screening pada wanita < 50 tahun yang memiliki risiko tinggi terhadap ca mammae yang terdapat riwayat keluarga.

8.

Pemeriksaan histopatologi Digunakan untuk mendiagnosa secara pasti Bahan pemeriksaan diambil secara : 1. FINE NEEDLE ASPIRATION CYTOLOGI / FNAC Dengan jarum yang kecil ukuran 21-23 Dapat membedakan antara bentuk solid dankistik Hasil dapat dibaca dalam 30 menit 2. CORE BIOPSI Dengan jarum yang lebih besar, ukuran 14, beberapa inti diambil dari massa atau area mikrokalsifikasi

3. OPEN BIOPSI Open biopsy hanya dapat dilakukan pada pasien yang telah diperiksa dengan imaging, FNAC, dan core biopsy Biopsi dapat dilakukan dengan local/general anestesi 4. FROZEN SECTION / FS Pemeriksaan rutin FS untuk mendiagnosis ca mammae sudah tidak praktis lagi, FS dapat dipakai untuk melihat kelenjar limpa tapi sensitivitasnya hanya 80%

Working Diagnosis Fibroadenoma mamae sinistra Fibroadenoma mammae adalah suatu neoplasma jinak yang berbatas tegas, padat, berkapsul dan lesi payudara terlazim dalam wanita berusia dibawah 25 tahun, sebagian besar (80%) tunggal. Biasanya neoplasma tampil sebagai massa payudara mobil, lobulasi tidak nyeri tekan, kenyal seperti karet berukuran 1-4cm. Ia tergantung hormon dan bisa berfluktuasi dalam diameter sebanyak 1 cm dibawah pengaruh estrogen haid normal, kehamilan, laktasi atau penggunaan kontrasepsi oral. Pertumbuhan bisa jelas selama kehamilan atau laktasi. Terapi dengan biopsi eksisi dan harus dinasehatkan karena jarang regresi involusional. Penampilan makroskopik berbeda dari tumor mammae apapun tepinya tajam dan permukaan potongannya putih keabu-abuan sampai merah muda dan homogen secara makroskopik. Secara histologi ada susunan lobus perikanalikuler yang mengandung stroma padat dan epitel proliferatif. Varian bisa memperlihatkan proliferasi epitel yang jelas dari kelenjar matang tak teratur yang dikemas padat dan epitel sekresi. Fibroadenoma mammae yang dikeluarkan selama laktasi cukup selular dan telah dikelirukan pada potongan beku dengan adenokarsinoma berdiferensiasi baik. Ahli patologi yang memeriksa suatu fibroadenoma yang dikeluarkan selama kehamilan harus selalu di informasikan bahwa lesi berasal dari payudara laktasi.

Penegakan Diagnosis

Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu dengan pemeriksaan fisik (phisycal examination), dengan mammography atau ultrasound, dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC). Pada pemeriksaan fisik dokter akan memeriksa benjolan yang ada dengan palpasi pada daerah tersebut, dari palpasi itu dapat diketahui apakah mobile atau tidak, kenyal atau keras,dll. Mammography digunakan untuk membantu diagnosis, mammography sangat berguna untuk mendiagnosis wanita dengan usia tua sekitar 60 atau 70 tahun, sedangkan pada wanita usia muda

tidak digunakan mammography, sebagai gantinya digunakan ultrasound, hal ini karena fibroadenoma pada wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik bila menggunakan mammography. Pada FNAC kita akan mengambil sel dari fibroadenoma dengan menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan. Dari alat tersebut kita dapat memperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma, lalu hasil pengambilan tersebut dikirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa di bawah mikroskop.

Dibawah mikroskop tumor tersebut tampak seperti berikut : a. Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa) dan berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus; b. Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk bular (perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler) c. Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar pendek uniform

Diagnosis Banding 1. Kista payudara Hampir seperti fibroadenoma Disertai rasa nyeri Batas kurang jelas (terutama bila ada peradangan) 2. Dysplasia mamma Batas benjolan tidak tegas (memberi kesan berbenjol pada sekitarnya (daerah noduler) Ada nyeri 3. Tumor payudara atau kanker payudara Benjolan dengan tepi tidak rata Immobile Konsistensi keras Kecil tidak ada rasa sakit

Etiologi Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab sesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh hormonal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae, hal ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus menstruasi atau pada saat kehamilan. Perlu diingat bahwa tumor ini adalah tumor jinak, dan fibroadenoma ini sangat jarang atau bahkan sama sekali tidak dapat menjadi kanker atau tumor ganas. Epidemiologi Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW Breats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami fibroadenoma dalam hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula wanita dengan usia yang lebih tua atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih kecil disbanding pada usia muda. Patosisiologi Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan dalam mamary displasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada kuadran luar atas, merupakan lobus yang berbatas jelas, mudah digerakkan dari jaringan di sekitarnya. Pada gambaran histologis menunjukkan stroma dengan proliferasi fibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda. Pembagian fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu : 1. Fibroadenoma Pericanaliculare Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.

2. Fibroadenoma intracanaliculare Yakni jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang. Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran sedikit dan pada saat menopause terjadi regresi.

Manifestasi klinis 1. Secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada penampang tampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal 2. Ada bagian yang menonjol ke permukaan 3. Ada penekanan pada jaringan sekitar 4. Ada batas yang tegas 5. Bila diameter mencapai 10 15 cm muncul Fibroadenoma raksasa ( Giant Fibroadenoma ) 6. Memiliki kapsul dan soliter 7. Benjolan dapat digerakkan 8. Pertumbuhannya lambat 9. Mudah diangkat dengan lokal surgery 10. Bila segera ditangani tidak menyebabkan kematian

Pencegahan1. Pemerikasaan payudara sendiri 2. Pemeriksaan klinik 3. Mammografi / ultrasonografi 4. Melaporkan tanda dan gejala pada sumber/ahli untuk mendapat perawatan.

Komplikasi Jika benjolan dibiarkan, mungkin nantinya akan perlu dibuang apabila benjolan tersebut berubah, makin besar, atau tidak mau hilang. Pada kasus yang jarang sekali, benjolan tersebut dapat berkembang menjadi kanker payudara.

Penatalaksanaan Terapi fibroadenoma mammae adalah eksisi dengan anastesi lokal. Bila penderita muda, dan lesi kecil, diagnosa dapat ditegakkan dengan aspirasi jarum halus, bila penderita tidak menginginkan biopsi dengan eksisi. (sampai kini belum ada publikasi ilmiah tentang penyelidikan terhadap fibroadenoma, yang tetap dibiarkantanpa tindakan, hal ini harus diberitahukan kepada penderita yang menolak pembedahan). Fibroadenoma yang lebih besar (lebih dari 2 cm) harus diangkat, karena dapat menyebabkan nyeri, dan dapat bertumbuh terus.

Prognosis Prognosis dari fibroadenoma mammae adalah baik, bila diangkat dengan sempurna, tetapi bila masih tertapat jaringan sisi dari hasil operasi dapat kambuh kembali.

Kesimpulan

Fibronoma adalah suatu neoplasma payudara jinak umum yang terjadi pada semua usia, dengan insidensi tertinggi pada wanita muda. Fibroadenoma muncul sebagai noldul padat pada payudara yang berbatas tegas dan dapat digerakkan dengan bebas Hipotesis diterima.

Daftar Pustaka 1. De Jong Wim, Sjamsuhidajat R, Editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. 2005;p. 392. 2. Anderson Silvia, McCarty Lorraine, et al. Patofisiologi. Edisi VI. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. 2006; p. 1302. 3. Sabiston C David jr. Buku Ajar Bedah. Edisi II. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. 1995; p. 383-384. 4. Ramli HM; Kanker Payudara. Dalam : Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta. Binarupa Aksara. 1995; p 342-62. 5. Benson Ralph C, Pernoll Martin L. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Edisi IX. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. 2009; p 487-91. 6. Norwitz Errol R, Schorge John O. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta. Erlangga. 2008; p 35.