fh.unram.ac.id · Web viewPembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh yang ditujukan...
Transcript of fh.unram.ac.id · Web viewPembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh yang ditujukan...
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KECELAKAAN
KERJA BAGI PEKERJA OUTSORCHING
(Studi di PT. Indonesia Power PLTU Jeranjang)
Program Studi Ilmu Hukum
Oleh :
NOVIA DWI LESTARI
D1A 012 354
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2016
HALAMAN PENGESAHAN
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DAN PENGARUHNYA TERHADAP
KECELAKAAN KERJA BAGI PEKERJA OUTSORCHING
(Studi di PT. Indonesia Power PLTU Jeranjang)
Oleh:
NOVIA DWI LESTARID1A 012 354
Menyetujui
Dosen Pembimbing Pertama,
H. Zaeni Asyhadie, S.H., M.Hum.NIP. 19610620198803 1 001
PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN PENGARUHNYA TERHADAP
PENGANGKATAN KINERJA BAGI PEKERJA OUTSORCHING (Studi di PT. Indonesia Power PLTU Jeranjang)
NOVIA DWI LESTARID1A 012 354
FAKULTAS HUKUMUNIVERSTIAS MATARAM
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaturan keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga outsorching dan Implementasi perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja outsorching pengaruhnya terhadap kecelakaan kerja di PT. Indonesia Power PLTU Jeranjang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian normatif empiris. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa pengaturan keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga outsorching yaitu terdapat dalam UU No, 1 Tahun 1970 dan UU No. 13 Tahun 2003. Kemudian implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan pengaruhnya terhadap kecelakaan kerja di PT. Indonesia Power PLTU Jeranjang yaitu sudah terlaksana dengan baik sesuai aturan yang ada yang dibuat dalam perjanjian kerja antara pihak pekerja dengan PT. Indonesia Power PLTU Jeranjang
Kata kunci : Pekerja Outsorching, Keselamatan dan Kesehatan Tenaga Kerja.
LEGAL PROTECTION OF OCCUPATIONAL HEALTH AND SAFETY AND EFFECT ON APPOINTMENT OF PERFORMANCE FOR WORKERS
OUTSORCHING (Study in PT. Indonesia Power PLTU Jeranjang)
Abstract
This study aims to determine the setting of safety and health for workers outsorching and implementation of occupational safety and health protection for workers outsorching influence on the accident in PT. Indonesia Power coal plant Jeranjang. This type of research is normative empirical research. Based on the results of the study, that the regulation of safety and health for workers outsorching which is contained in Law No. 1 of 1970 and Law No. 13 of 2003. Then the implementation of Occupational Health and Safety and their influence on the accident in PT. Indonesia Power Jeranjang power plant that is already performing well by the rules made in bargaining between workers with PT. Indonesia Power PLTU Jeranjang
Keywords : Outsorching Worker, Occupational Health and Safety.
i
I. PENDAHULUAN
Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya menyeluruh yang
ditujukan pada pembentukan, peningkatan dan pengembangaan tenaga kerja,
Dalam pembangunanan ketenagakerjaan perlu dibina dan dikembangkan
perbaikan syarat-syarat kerja serta perlindungan tenaga kerja dalam menuju
peningkatan kesejahteraan tenaga kerja, sesuai dengan undang-undang No. 13
Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, Pada dasarnya hubungan kerja adalah
hubungan antara pekerja dan pengusaha. Apabila hubungan kerja hanya
diserahkan pada antar pihak yakni pihak pengusaha dan pekerja saja maka tujuan
hukum ketenagakerjaan yang mana untuk menciptakan keadilan sosial di bidang
ketenagakerjaan akan sangat sulit tercapai.1
Beberapa tahun terakhir ini muncul suatu kecenderungan penggunaan
sistem outsourcing yang seakan menjadi trend tersendiri di berbagai perusahaan
besar baik yang berstatus swasta nasional atau perusahaan-perusahaan milik
negara (BUMN) dan bahkan juga instansi-instansi pemerintahan2, Outsourcing
(Alih Daya) dalam hukum ketenagakerjaan di Indonesia diartikan sebagai
pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa tenaga kerja3 pengaturan hukum
outsourcing (Alih Daya) di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 (pasal 64, 65 dan 66) dan Keputusan
Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia
1 Anis elisa, perlindungan hokum bagi pekerja dalam perjanjian pemborongan outsorching anatra pt. PLN dengan PT. Muspida sejahtera dikabupaten wonogiri, (skripsi fakultas hokum universitas sebelas maret), Surakarta, 2009, hlm. 2
2 Ibid. Hlm. 3 3 Mochtar pakpahan & Ruth damaihati pakpahan, konflik kepentingan outsorching dan
kontrak dalam UU. No 13 Tahun 2003, PT.. bumi intitama sejahtera, Jakarta pusat, 2010.hlm 23
ii
No.Kep.101/Men/VI/2004 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perijinan Perusahaan
Penyedia Jasa Pekerja/Buruh. 4
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam suatu perusahaan. Semakin
berkembang teknologi di berbagai sektor usaha semakin besar pula potensi yang
dapat mengancam Keselamatan dan Kesehatan Kerja, oleh karena itu usaha untuk
membina, mengarahkan serta memberikan perlindungan tenaga kerja, apabila
tenaga kerja diperlakukan sesuai harkat dan martabatnya maka perusahaan dapat
mencapai hasil yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan oleh perusahaan5,
Setiap pekerjaan selalu mengandung potensi resiko bahaya dalam bentuk
kecelakaan dan penyakit kerja. Besarnya potensi kecelakaan tersebut tergantung
dari jenis tata ruang dan lingkungan bangunan serta kualitas manajemen dan
tenaga-tenaga pelaksana. Untuk melindungi Keselamatan pekerja/buruh guna
mewujudkan produktivitas kerja dan optimal yang diselenggarakan upaya
Keselamatan dan kesehatan kerja, Perlindungan tersebut dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka dikelurkanlah
Undang-Undang no. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan kesehatan kerja6.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah: 1. Bagaimana pengaturan keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga
outsorching. 2. Bagaimana Implementasi perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja bagi pekerja outsorching pengaruhnya terhadap kecelakaan kerja di PT. 4 http;//mdiorentino.blogspot.co.id/2013/06/pengertian-outsorching-dalam-dunia.html?
m=1 diakses pada tanggal 26-0520165 Ana salmah, perlindungan hokum keselamatan dan keseahatan kerja dalam proses
produksi pada PT.aneka adhilogam karya kllaten, (skripsi fakultas syari’ah dan hokum universitas islam negerin sunan kalijaga), Yogyakarta, 2014., hlm.6
6 Grisma ilfani, analisa pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan studi PT. Apac inti kapota bawen jawa tengan (skripsi fakultas ekonomika dan bisnis universitas diponogoro), semarang, 2013, hlm. 1
iii
Indonesia Power PLTU Jeranjang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk
mengetahui pengaturan K3 bagi pekerja outsorching serta mengetahui
implementasi perlindungan hukum Keslamatan dan Kesehatan kerja terhadap
kecelakaan kerja bagi pekerja outsorching di PT. Indonesia power. Adapun
manfaat penelitian sebagai berikut : 1. Secara Teoritis, Dalam memberikan
gambaran secara jelas mengenai perlindungan hukum Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang dilaksankan oleh PT. Indonesia power dan penelitian ini diharapkan
pula sebagai tambahan karya ilmiah. 2. Secara Praktis, Dalam menambah
pengetahuan dan wawasan peneliti dalam bidang hukum Keselamatan dan
Kesehatan kerja serta sebagai data peneliti lebih lanjut.
Metode penelitian adalah penelitian hukum normatif empiris, menggunakan
Pendekatan Konseptual (conceptual approach), Pendekatan Perundang-undangan
(statute approach), dan Pendekatan Sosiologis (sociological approach). Jenis dan
sumber data, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Teknik pengumpulan data, data primer diperoleh dari wawancara
dan data sekunder diperoleh dari studi dokumentasi. Data yang telah terkumpul
kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.
II. PEMBAHASAN
iv
Gambaran Umum Perusahaan PT. Indonesia Power
PT. Indonesia power, atau IP adalah sebuah anak perusahaan PLN
menjalankan usaha komersial pada bidang pembangkitan tenaga listrik.
Saat ini Indonesia power merupakan perusahaan pembangkit listrik dengan
daya mampu terbesar di Indonesia, Cikal bakal perusahaan ini adalah PT.
Pembangkit tenaga listrik jawa-bali (PLN PJB) yang didirikan pada
tanggal 3 okotober 1995 sebagai anak perusahaan PLN yang waktu itu
baru saja berubah dari perum menjadi persero pada tanggal 3 oktober
2000.
Indonesia power pada akhirnya membetuk UPJP bali pada tanggal 3
maret 2004 yang mengelola pembangkit di kawasan Indonesia timur yang
salah satunya adalah di Jeranjang desa kebun ayu , pembangunan PLTU
jeranjang desa taman ayu, kecamatan gerung, Lombok barat , proyek
pembangunan Unit, 1, 2 dan 3 pun sedang berjalan hingga saat ini, akan
tetapi awal februari 2015 proyek ppembangunan PLTU jeranjang unit 1
sudah dapar di fungsikan agar menunjang system kelistrikan di pulau
Lombok dan proyek pembangunan unit 2 pun sedang berjalan
pembangunannya samoai pada akhirnya pada taggal 11 Juni 2016 jam
09:00 WITA Presiden RI meresmikan Unit 2 dan sudah dapat difungsikan.
Indonesia power dalam pembangkitannya tidak jauh juga karena
adanya pekerja yang sudah bekerjasama dengan IP antara lain PT. cogindo
daya bersama sebagai anak perusahaan IP dan PT. CUMP sebagai
penyedia jasa (outsorching) yang sudah bekerjasam dengan IP sejak 2015
v
adapun latar belakang mengenai PT. CUMP adalah, PT. CUMP berdiri
pada tahun 2004 dibawah naungan koperasi listrik negaran PT. PLN
wilayah nusa tenggara barat yang berkedudukan di jalan energy no 05
lingkungan kota mataram Nusa tenggara barat. Pada awalnya PT. CUMP
didirikan dengan tujuan untuk menangani pekerjaan-pekerjaan yang di
outsorchingkan PT. PLN khususnya wilayah Nusa tenggara barat namun
dengan berjalannya waktu kini PT. CUMP sudah melebarkan sayapnya
kebeberapa perusahaan-perusahaan.
Pengaturan pelaksanaan hukum Keselamatan dan kesehatan kerja
pengaruhnya terhadap kecelakaan kerja bagi pekerja outsorching di PT.
Indonesia power PLTU jeranjang.
Berbicara mengenai perlindungan kerja bagi pekerja/buruh pada
perusahaan lain (outsorching) tersebut diatas sekurang-kurangnya sama
dengan perlindungan kerja pada perusahaan pemberi perkerjaan atau
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Perlindungan
kerja dapat dilakukan baik dengan jalan memberikan tuntunan, santunan,
maupun dengan jalan meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia,
perlindungan fisik dan sosial ekonomis melalui norma yang berlaku dalam
perusahaan, dengan demikian secara teoritis dikenal ada tiga jenis
perlindungan kerja, yaitu sebagai berikut7 a. Perlindungan sosial, yaiitu
suatu perlindungan yang berkaitan dengan usaha kemsyarakatan yang
tujuannya untuk memungkinkan pekerja/buruh mengenyam dan 7 Zaeni asyhadie, hukum kerja: hukum ketenagakerjaan bidang hubungan kerja . PT.
Rajagrafindo persada, cetakan ke-3, Jakarta rajawali pers 2013, hlm.84
vi
mengembangkan perikehidpannya sebagaiman manusia pada umumnya,
dan khususnya sebagai anggota masyarakat dan anggota keluarga,
perlindungan sosial ini disebut juga dengan kesehatan kerja. B.
Perlindungan teknis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan dengan
usaha-usaha untuk menjaga agak pekerja/buruh terhindar dari bahaya
kecelakaan yang dapat ditimbuulkan oleh alat-alat kerja atau bahan yang
dikerjakan, perlndungan ini lebih sering disebut sebagai keselamatan kerja.
C. Perlindungan ekonomis, yaitu suatu jenis perlindungan yang berkaitan
dengan usaha-usaha untuk memberikan kepada pekerja/ buruh suatu
penghasilan yang cukup guna memenuhi keperluan sehari-hari baginya
dan keluarganya, termasuk dalam hal pekerja/buruh tidak mampu bekerja
karena sesuatu diluar kehendaknya. Perlindungan jenis ini biasanya
disebut dengan jaminan sosial.
Dalam program keselamatan dan Kesehatan kerja perusahaan akan
selalu terkait dengan landasan hukum pengaturan program keselamatan
dan kesehatan kerja itu sendiri. Landasan hukum tersebut memberikan
pijakan yang jelas mengenai aturan yang menentukan bagaimana K3 harus
ditetapkan, pengaturan Keselamatan dan kesehatan kerja tertuang dalam
Undang-undang nomor 1 tahun 1970 dan Undang-undang Nomor 13 tahun
2003 pasal 86 yang meliputi; 1. Setiap pekerjaan/buruh mempunyai hak
untuk memperoleh perlindungan atas; a. keselamatan dan kesehatan kerja,
b. moral dan kesusilaan c. perlakauan yang sesuai dengan harkat dan
martabat manusian seperti nilai-nilai agama. 2. Untuk melindungi
vii
keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal diselenggarakan upaya keselamatan kerja. 3.Perlindungan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undanagan yang berlaku Selain Undang-
undang tentang Keselamatan Kerja dan UU Ketenagakerjaan yang
mengatur mengenai Keselamatan dan Kesehatan kerja, terdapat pula
peraturan-peraturan menteri tenaga kerja, berikut adalah beberapa
peraturan menteri tenaga kerja antara lain : 1.Peraturan Menteri Tenaga
Kerja dan Transmigrasi No.Per.02/MEN/1980 tentang pemeriksaan
Kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan Keselamatan kerja yaitu
dalam Pasal 2 ayat (1, 2, 3). 2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi No.Per.05/MEN/1996 tentang sistem manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 3.
Mengenai pengaturan Keselamatan dan kesehatan Kerja bagi pekerja
outsorching (penyedia jasa) tidak memliki perbedaan dengan
pekerja/buruh yang lain, karena perlindungan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja bagi tenaga kerja sudah termuat dalam Undang-Undang no 1 tahun
1970, adapun program keselamatan dan kesehatan kerja antara lain8 : 1.
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja 2. Pelatihan keselamatan dan
kesehatan kerja 3. Alat pelindung diri bagi pekerja/buruh : a. Beban kerja
b. Jam kerja
8 Hasil wawancara dan pengumpulan data oleh bapak nandang safruding kepala bagian K3 pada tanggal 1 juni 2016 pukul 10:16
viii
Indonesia power sebagaimana perusahaan yang memprogramkan
Keselamatan dan kesehatan kerja sedang dan sudah menjalankan program-
program tersebut terealisasikan dengan baik, dan menerapkan program
tersebut dalam kebijakan Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di PLTU
jeranjang bagi semua pekerja/buruh tanpa ada perbedaan baik jabatan
maupun jenis pekerjaan.
Implementasi perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja
outsorching pengaruhnya terhadap kecelakaan kerja di PT. Indonesia power
PLTU Jeranjang
Faktor-faktor penyebab kecelakaan kerja
Di Indonesia kurangnya pengamanan keselamatan kerja (K3) ini
menyebabkan data mengenai kecelakaan di perusahaan sulit didapat. Seharusnya,
pihak pemerintah menetapkan dan meneliti prosedur pelaksanaannya yang tidak
birokrtis. Dengan mengetahui penyebabnya maka akan diketahui pencegahanya,
Secara garis besar penyebab terjadinya kecelakaan kerja di PT. Indonesia power
PLTU jeranjang terdiri dari beberapa faktor meliputi : A. Faktor sumber daya
manusia (SDM) Mengenai sumber daya manusia bagaimana memahami masalah
budaya (kebiasaan) para pekerja/buruh walaupun perusahaan sudah memberikan
fasilitas, kebijakan, sesuai dengan kebijakan tertuang implementasinya bagaimana
mereka memahami aspek keselamatan kerja dan banyak cara SDM yang digaris
bawahi. B. Faktor peralatan Mengenai faktor peralatan ini terkait dengan
massalah keselamatan kerja bahwa ada 2 penyebab yang paling dominan tentang
faktor tersebut, antara lain: 1) Faktor action (tindakan) yang terdapat 2 pihak yang
ix
terlibat yaiitu : a. pihak pengawas dan pembina Keselamatan dan kesehatan kerja.
b. pihak pekerja, yang dimana pekerja outsorching yang masih rendah
pengetahuannya akan pentingnya keselamatan kerja dan alat pelindung diri.
2)Faktor location atau (lokasi) Alasannya bahwa dilokasi PT. Indonesia power
PLTU jeranjang ini pihak pekerjanya nasih nerasa kurang nyaman diakibatkan
lokasinya yang masih dalam proses pembangunan sehingga kurang memadai
untuk keselamatan pihak tenaga kerja dan mengenai peralatan dan caranya juga
yang kurang memadai C. Faktor lingkungan Setelah melihat dari data dan
pengamatan yang diperoleh oleh peneliti penyebab-penyebab atau fakror yang
mempengaruhi kecelakaan kerja adalah : 1. kurangnya pengetahuan dari tenaga
kerja baru mengenai pentingnya alat pelindung diri. 2. kurangnya pengawasan
oleh panitia dan pembina keselamatan dan kesehatan kerja yang telah ditunjuk
oleh perusahaan. 3. penyakit akibat kerja yang timbul dari lingkungan kerja yang
masih dalam proses pembangunan dan berbahaya bagi kesehatan akibat partikel
debu yang masih tersebar di aera lingkungan tersebut.
Dari hasil penelitian ternyata faktor manusia dalam timbul
kecelakaan sering kali ditemui dari hasil penelitian bahwa 80-
85%kecelakaan disebabkan oleh kelalain atau kealahan manusia. Berikut
ini akan dituangkan Dari hasil jawaban/quisioner mengenai elemen-
elemen penerapan K3 dihitung masing-masing jawaban berdasarkan
pointDapat dilihat pada tabel berikut ini sesuai dengan data Questioner
yang disebarkan bagi outsorching yaitu dari pekerja bagian helper teknisi,
custo mer service, driver dan helper operator yang dimana sebanyak 20
x
lembar data pertanyaan/quisioner dan hanya kembali 11 lembar, 9 lembar
diantaranya tidak dikembalikan dan tidak diproses. Dengan demikian
proses analisis hanya di lakukan terhadap 11 Quisioner yang sudah
dianggap mewakili sebagaimana di jelaskan pada table dibawah ini :
No Elemen K3 Dilaksanakan belum sepenuhnya
Tidak di laksanakan
Belum di patau
Ket
1 Persyratan umum k3
11 pekerja menyetuji
- -
2 Penerapan K3
9 orang pekerja menyetujui
2 pekerja menyetujui
- -
3 Perlengkapan APD
9 pekerja menyetujui
2 pekerja menyetujui
- -
4 Sturktur dan tanggung jawab
10 pekerja menyetujui
1 pekerja menyetujui
- -
5 Konsultasi K3 dan komunikasi
7 pekerja menyetujui
4 pekerja menyetujui
- -
6 Kesiagapan dan tanggap darurat
9 orang pekerja menyetujui
2 pekerja menyetujui
- -
Tabel hasil jawaban Quisioner yang disebarkan bagi pekerja
outsorching. Melalui data-data pengamatan visual yang diperoleh
dilapangan, Perusahaan berusaha mengikuti standar mengenai persyaratan
umum K3 tetapi tidak mengikuti sistemnya, perusahaan hanya
menyediakan beberapa item peralatan yang dianggap standar. Penerapan
Keselamatan dan kesehatan kerja di PT. Indonesia power sudah mulai
diterapkan baik bagi pekerja tetap maupun pekerja kontrak. Ini terbukti
dengan hasil wawancara/pengamatan langsung dilokasi proyek. Dari hasil
xi
wawancara langsung diketahui bahwa K3 sudah cukup baik diterapkan
diproyek ini walaupun masih ada beberapa kekurangan namun dari segi
Safety para pekerja proyek telah dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri
(APD).
Upaya pelaksanaan perlindungan hukum Keselamatan dan kesehatan kerja
terhadap kecelakaan kerja.
PT. Indonesia Power PLTU Jeranjang memiliki 3 jenis pencegahan
dan penanggulangan untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja
adapun jenis pencegahan dan penanggulangannya adalah sebagai berikut :
A.Didalam Perusahaan memiliki penanggulangan kecelakaan kerja atau
penanggulangan bila terjadi kebakaran yang terdiri dari alat dan bahan
penanggulangan kebakaran. B. Diluar Perusahaan artinya pihak PT.
Indonesia Power PLTU Jeranjang melakukan perjanjian kerja sama
dengan beberapa pihak perusahaan dan doctor khusus yang menangani
tenaga kerja mengalami kecelakaan kerja diantaranya : bekerja sama
dengan dokter khusus, bekerjasama dengan Rumah Sakit Graha Media dan
melakukan sosialisasi tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. C. Melakukan pengawasan dan pembinaan yang rutin
terhadap para pekerja yang telah di tentutkan pekerjanya oleh kepala
bagian K3 di Pt. Indonesia power PLTU jeranjang.
PLTU jeranjang selalu memberikan upaya-upaya pencegahan dan
penanggulangan kecelakaan kerja bagi tenaga kerja baik pekerja tetap
xii
maupun pekerja kontrak (outsorching) karena meningkatkan pengawasan
dan pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat meningkatkan
produktivitas kerja bagi pekerja, tidak hanya itu saja perusahaan dapan
memberikan kepercayaan akan perlindungan Keselamatan dan Kesehatan
kerja bagi tenaga kerja. Selain itu perusahaan telah menerapkan terlebih
dahulu dalam dasar hukum atau dasar kebijakan yang terdiri dari Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1870 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
III. PENUTUP
1. Kesimpulan : 1)Pengaturan perlindungan keselamatan dan Kesehatan kerja
di PT. Indonesia power PLTU jeranjang sudah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku yaitu Undang-Undang No. 1 tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan yang terdapat dalam Pasal 86 bahwa
perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini diperuntukkan bagi
pekerja/buruh baik pekerja outsorching (penyedia jasa) itu sendiri tidak
memliki perbedaan dengan pekerja/buruh yang lain, adapun isi dari pasal
86 Undang-undang Nomor. 13 Tahun 2003 meliputi ; 1. Setiap
pekerjaan/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas; a.
keselamatan dan kesehatan kerja; b. moral dan kesusilaan c. perlakauan
yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia seperti nilai-nilai agama.
2 Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan
xiii
kerja. 3 Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undanagan yang berlaku.
2) Implementasi perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja di PT.
Indonesia power PLTU jeranjang sudah sesuai dengan peraturan yang
berlaku , perusahaan sudaah memberikan penanggulangan dan pencegahan
terhadap keselamatan dan Kesehatan Kerja yang menimbulkan Kecelakaan
akibat kerja di perusahaan baik dari alat dan bahan, perawatan medis dan
bimbingan terhadap perlindungan Keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Saran : A. Diharapkan kepada PT. Indonesia power untuk
meningkatkankan pembinaan yang telah dilakukan sebelumnya seperti
training mengenai Keselamatan dan Kesehatan kerja yang tidak hanya bagi
tenaga kerja yang bekerja di pekerjaan utama di perusahaan melainkan
bagi pekerja outsorching (penyedia jasa) yang diketahui bahwa
pengetahuannya yang masih kurang mengenai alat pelindung dari
kecelakaan kerja dan keselamatan dan kesehatan kerja. B. Diharapkan
kepada perusahaan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan bagi semua
pekerja baik pada saat mulai bekerja maupun pada hari yang sudah
ditentukan oleh perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku dan skripsi
Asyhadie zaeny, hokum kerja: hokum ketenagakerjaan bidang hubungan kerja . PT. Rajagrafindo persada, cetakan ke-3, Jakarta rajawali pers 2013
Elisa anis, perlindungan hokum bagi pekerja dalam perjanjian pemborongan outsorching anatra pt. PLN dengan PT. Muspida sejahtera dikabupaten wonogiri, (skripsi fakultas hokum universitas sebelas maret), Surakarta, 2009
Ilfani grisma, analisa pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja karyawan studi PT. Apac inti kapota bawen jawa tengan (skripsi fakultas ekonomika dan bisnis universitas diponogoro), semarang, 2013
Pakpahan mochtar & Ruth damaihati pakpahan, konflik kepentingan outsorching dan kontrak dalam UU. No 13 Tahun 2003, PT.. bumi intitama sejahtera, Jakarta pusat, 2010
Salmah ana, perlindungan hokum keselamatan dan keseahatan kerja dalam proses produksi pada PT.aneka adhilogam karya kllaten, (skripsi fakultas syari’ah dan hokum universitas islam negerin sunan kalijaga), Yogyakarta, 2014
Pengaturan-pengaturan
Indonesia, Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Indonesia, Undang-undang tentang keselamatan kerja UU No 1 Tahun 1970. Lembaran Negara No. 1 Tahun 1970.
Indonesia Undang-undang tentang ketenagakerjaan kerja , UU No. 13 Tahun 2003, UU No. 86 Tahun 2003.
Peraturan menteri tenaga kerja dan transmgrasi Nomor Per 02/MEN/1980 Tentang pemeriksan kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.Per.05/MEN/1996 tentang sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Website
http;//mdiorentino.blogspot.co.id/2013/06/pengertian-outsorching-dalam-dunia.html?m=1 diakses pada tanggal 26-052016