fgh

2
Nuansa Bacaan Hari Minggu Biasa XXIII Minggu, 6 Agustus 2015 BACAAN I Sumber bacaan : Yes 35: 4-7a Nuansa : Nubuat Latar Belakang Kitab Yesaya Masa kejayaan dan kemakuran Israel sangat pendek. Kerajaan Israel telah menjadi suatu bangsa yang kecil. Orang Israel merasa bahwa diri mereka sudah tidak istimewa lagi, sehingga mereka mulai hidup seperti orang-orang lain. Israel mengetahui bahwa Yahweh, Allah mereka, adalah Allah dari segala dewa, dan para orangtua mengajarkan tatacara sedemikian rupa kepada anak-anak merekam sehingga mereka mempersembahkan kurban dan mengikuti tata cara agama seperti orangtua mereka. Yesaya, seorang bangsawan muda yang menghayati pengalaman menemui Tuhan yang hidup, menegur mereka bahwa tata cara tersebut hanyalah semata-mata hukum manusia. Ia mengatakan bahwa iman tidak mempunyai kekuatan jika tidak bertumpu pada pengalaman akan Allah. Iman perlahan-lahan akan mati bila kita hanya melakukan hukum agama tanpa pengalaman akan iman itu sendiri. Orang muda ini tak pernah berhenti berbicara kepada bangsa Israel mengenai Tuhan yang selalu hadir di dalam hati mereka, tetapi seringkali mereka sendiri tidak menyadari kehadiran Tuhan. Mengenai Bacaan Pada bab-bab sebelumnya, Kitab Yesaya berisi nubuat-nubuat yang menakutkan bangsa Israel. Pada bagian ini berisi mengenai harapan atas keadaan yang tidak berdaya. Bacaan ini hendaknya dibacakan dengan nada yang positif, menghibur, dan penuh harapan.

description

dfghdtf

Transcript of fgh

Page 1: fgh

Nuansa Bacaan Hari Minggu Biasa XXIII

Minggu, 6 Agustus 2015

BACAAN I

Sumber bacaan : Yes 35: 4-7a

Nuansa : Nubuat

Latar Belakang Kitab Yesaya

Masa kejayaan dan kemakuran Israel sangat pendek. Kerajaan Israel telah menjadi suatu bangsa yang kecil. Orang Israel merasa bahwa diri mereka sudah tidak istimewa lagi, sehingga mereka mulai hidup seperti orang-orang lain. Israel mengetahui bahwa Yahweh, Allah mereka, adalah Allah dari segala dewa, dan para orangtua mengajarkan tatacara sedemikian rupa kepada anak-anak merekam sehingga mereka mempersembahkan kurban dan mengikuti tata cara agama seperti orangtua mereka. Yesaya, seorang bangsawan muda yang menghayati pengalaman menemui Tuhan yang hidup, menegur mereka bahwa tata cara tersebut hanyalah semata-mata hukum manusia. Ia mengatakan bahwa iman tidak mempunyai kekuatan jika tidak bertumpu pada pengalaman akan Allah. Iman perlahan-lahan akan mati bila kita hanya melakukan hukum agama tanpa pengalaman akan iman itu sendiri. Orang muda ini tak pernah berhenti berbicara kepada bangsa Israel mengenai Tuhan yang selalu hadir di dalam hati mereka, tetapi seringkali mereka sendiri tidak menyadari kehadiran Tuhan.

Mengenai Bacaan

Pada bab-bab sebelumnya, Kitab Yesaya berisi nubuat-nubuat yang menakutkan bangsa Israel. Pada bagian ini berisi mengenai harapan atas keadaan yang tidak berdaya. Bacaan ini hendaknya dibacakan dengan nada yang positif, menghibur, dan penuh harapan.

Page 2: fgh

BACAAN II

Sumber Bacaan : Yak 2: 1-5

Nuansa : Surat

Latar belakang Surat Santo Yakobus

Santo Yakobus sering disebut sebagai uskup jemaat Yerusalem. Dari semua rasul, Yakobuslah yang paling melekat dengan tradisi Yahudi. Ketika berbicara kepada kaum beriman di Yerusalem, ia mengajarkan mereka hal-hal yang praktis dan sederhana yang diilhami oleh kebijaksanaan Perjanjian Lama. Kita mendengar gema khotbah mingguannya dalam surat ini yang dialamatkan kepada orang-orang Kristen keturunan Yahudi yang tinggal dalam keuskupannya yang luas. Karena surat ini tidak banyak memuat ajaran doktrinal, beberapa kalangan menganggapnya tidak begitu penting. Padahal sebenarnya surat ini memuat ajaran moral yang sangat berniiai dan relen, khususnya dalam hubungan dengan keadilan.

Mengenai Bacaan

Maksud dari bacaan ini adalah: siapapun yang membedakan antara pribadi yang satu dengan pribadi yang lain adalah tidak Kristiani. Perbedaan kelas, warna kulit, bulu, dan tidak menghormati hak-hak pribadi, dengan memperlambat urusannya atau memperlakuannya tidak baik, tidak sesuai dengan ajaran Kristus yang mencintai dan mengasihi tanpa membeda-bedakan. Malahan Allah telah memilih kaum miskin untuk menerima kekayaan iman. Sedikit perenungan, apabila Kristus begitu mencintai perbedaan, sudahkah kita bisa menerima perbedaan dengan lingkungan di sekitar kita?