Fermentasi Kinetika_Allicia Ariesca_11.70.0124_Universitas Soegijapranata
-
Upload
james-gomez -
Category
Documents
-
view
36 -
download
0
description
Transcript of Fermentasi Kinetika_Allicia Ariesca_11.70.0124_Universitas Soegijapranata
KINETIKA FERMENTASI DALAM PRODUKSI MINUMAN VINEGAR
LAPORAN RESMI PRAKTIKUMTEKNOLOGI FERMENTASI
Disusun oleh:
Nama : Allicia Ariesca
Nim : 11.70.0124
Kelompok B4
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATASEMARANG
2014
1. HASIL PENGAMATAN
Hasil pengamatan analisa kinetika fermentasi dalam produksi minuman vinegar dapat
dilihat pada Tabel 1.
Kel Perlakuan WaktuƩ mikroba tiap petak
Rata-rata
Rata-rata/Ʃ tiap cc
OD pHTotal asam1 2 3 4
B1Sari apel +
S.cereviceae
N0 19 14 18 12 15,75 6,3.104 0,1776 2,96 18,048N24 21 20 21 35 24,25 9,7.104 -0,1453 3,11 20,16N48 40 50 42 45 44 17,6.107 -0,2194 3,13 20,544N72 70 60 40 63 58,25 23,3.107 -0,5796 3,20 17,088N96 43 44 40 25 38 15,2.107 -0,3009 3,29 16,32
B2Sari apel +
S.cereviceae
N0 42 44 45 43 43,5 1,74.108 0,1124 3,01 19,97N24 62 60 64 68 63,5 2,54.108 -0,1453 3,09 20,16N48 58 61 73 60 63 2,52.108 -0,2194 3,12 20,54N72 68 65 70 75 69,5 2,78.108 -0,5796 3,13 20,74N96 73 78 75 68 73,5 2,94.108 -0,1304 3,32 22,08
B3Sari apel +
S.cereviceae
N0 23 26 24 27 25 108 0,2171 2,94 18,05N24 21 33 44 54 38 15,2.107 0,0476 3,15 18,24N48 60 54 66 67 61,75 24,7.107 -0,2155 3,19 18,62N72 81 92 10
995 94,25 3,77.108 -0,5793 3,24 16,32
N96 132
138
130
133
133,25
5,33.108 0,2191 3,57 15,36
B4Sari apel +
S.cereviceae
N0 62 49 44 47 50,5 2,02.108 0,1450 2,28 15,36N24 67 60 55 62 61 2,44.108 0,6964 3,12 16,32N48 89 64 63 62 69,5 2,78.108 -0,2179 3,12 18,24N72 90 92 95 67 86 3,44.108 -0,3629 3,16 15,36N96 10
088 11
484 96,5 3,86.108 0,0359 3,53 16,32
B5Sari apel +
S.cereviceae
N0 0 0 0 0 0 0 0,3116 2,52 19,39N24 38 40 38 32 37 1,48.108 -0,1453 3,12 19,58N48 32 35 28 38 33,25 1,33.108 -0,0260 3,12 20,16N72 68 58 71 92 72,25 2,89.108 0,2155 3,18 20,16N96 50 60 71 70 62,75 2,51.108 0,0359 3,68 21,50
Tabel 1. Hasil Pengamatan Jumlah Biomassa selama Proses Fermentasi
Pada Tabel 1 diatas, dapat dilihat bahwa perlakuan dari kelompok B1-B5 menggunakan
bahan yang sama yaitu sari apel dengan penambahan S. cereviceae. Dilakukan
pengamatan tiap percobaan yang dilakukan pada jam ke-0 (N0), jam ke-24 (N24), jam
ke-48 (N48), jam ke-72 (N72) dan jam ke-96 (N96). Kelompok B1 saat N0;N24; N48;N72;N96
untuk rata – rata jumlah mikroorganisme tiap cc sebesar 6,3x104; 9,7x104; 17,6x107;
23,3x 107; 15,2x107. Nilai OD sebesar 0,1776; -0,1453; -0,2194; -0,5796 dan -0,3009.
1
2
Nilai pH sebesar 2,96; 3,11; 3,13; 3,20 dan 3,29. Total asam sebesar 18,048; 20,16;
20,544; 17,088 dan 16,32. Kelompok B2 saat N0;N24; N48;N72;N96 untuk rata – rata
jumlah mikroorganisme tiap cc sebesar 2,94 x 108; 2,78 x 108; 2,52 x 108; 2,54x 108 dan
1,74 x 108. Nilai OD sebesar 0,1124; -0,1453; -0,2194; -0,5796 dan -0,1304. Nilai pH
sebesar 3,01; 3,09; 3,12; 3,13 dan 3,32. Total asam sebesar 19,97; 20,16; 20,54; 20,74
dan 22,08. Kelompok B3 saat N0;N24; N48;N72;N96 untuk rata – rata jumlah
mikroorganisme tiap cc 108; 15,2 x 107; 24,7 x 107; 3,77 x 108 dan 5,33 x 108. Nilai OD
sebesar 0,2171; 0,0476; -0,2155; -0,5793 dan 0,2191. Nilai pH sebesar 2,94; 3,15; 3,19;
3,24 dan 3,57. Total asam sebesar18,05; 18,24; 18,62; 16,32 dan 15,36. Kelompok B4
saat N0;N24; N48;N72;N96 untuk rata – rata jumlah mikroorganisme tiap cc 2,02 x 108; 2,44
x 108; 2,78 x 108; 3,44 x 108 dan 3,86 x 108. Nilai OD sebesar 0,1450; 0,6964; -0,2179; -
0,3629 dan 0,0359. Untuk nilai pH sebesar 2,28; 3,12; 3,12; 3,16 dan 3,53. Total asam
sebesar 15,36; 16,32; 18,24; 15,36 dan 16,32. Kelompok B5 saat N0;N24; N48;N72;N96
untuk rata – rata jumlah mikroorganisme tiap cc sebesar 0; 1,48 x 108; 1,33 x 108; 2,89
x 108 dan 2,51 x 108. Untuk nilai OD sebesar 0,3116; -0,1453; -0,0260; 0,2155 dan
0,0359. Nilai pH sebesar 2,52; 3,12; 3,12; 3,18 dan 3,68. Nilai total asam sebesar 19,39;
19,58; 20,16; 20,16 dan 21,50
Grafik 1. Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan Waktu
3
N0 N24 N48 N72 N960
100000000
200000000
300000000
400000000
500000000
600000000
Hubungan Jumlah Sel VS Waktu
B1B2B3B4B5
Waktu
Jum
lah
Sel
Pada Grafik1, dapat dilihat bahwa hubungan antara rata-rata jumlah mikroba/cc dengan
waktu yaitu jumlah mikroba/cc kelompok B2, B3 dan B4 akan semakin meningkat
seiring dengan berjalannya waktu (N0 hingga N96), kecuali kelompok B1 dan B5.
Kelompok B1 semakin meningkat tetapi mengalami penurunan pada saat N96 dan
kelompok B5 jumlah mikroba/cc semakin meningkat dan mengalami penurunan pada
saat N48 dan N96.
Grafik 2 Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan OD
-1 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0 0.2 0.4 0.6 0.80
100000000
200000000
300000000
400000000
500000000
600000000
Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan OD
B1B2B3B4B5
OD
Jum
lah
Sel
Pada Grafik 2, dapat dilihat bahwa hubungan antara rata-rata jumlah mikroba/cc dengan
OD yaitu jumlah mikroba/cc semakin meningkat seiring dengan meningkatnya OD.
Akan tetapi jumlah mikroba/cc akan kembali menurun setelah OD 1,5 dan kembali
meningkat di antara OD 1,5-2 untuk kelompok B4, B5 dan B6.
Grafik 3 Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan pH
4
2.2 2.4 2.6 2.8 3 3.2 3.4 3.6 3.80
100000000
200000000
300000000
400000000
500000000
600000000
Hubungan Jumlah Sel dengan pH
B1B2B3B4B5
pH
Jum
lah
Sel
Pada Grafik 3, dapat dilihat bahwa hubungan antara rata-rata jumlah mikroba/cc dengan
pH yaitu jumlah mikroba/cc semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pH.
Kelompok B5 memiliki nilai pH tertinggi pada saat N96, yaitu 3,68 sedangkan pH
terendah didapatkan kelompok B4 pada saat N0, yaitu 2,28.
Grafik 4 Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan Total Asam
15 16 17 18 19 20 21 22 230
100000000
200000000
300000000
400000000
500000000
600000000
Grafik Hubungan Jumlah Sel dengan Total Asam
B1B2B3B4B5
Total Asam
Jum
lah
Sel
Pada Grafik 4, dapat dilihat semakin tinggi jumlah sel maka total asam yang dihasilkan
akan semakin rendah. Namun, menurun atau meningkatnya jumlah sel pada tiap
kelompok tidak sama baik seiring dengan meningkatnya total asam. Nilai total asam
tertinggi didapatkan oleh kelompok B2 pada N96 yaitu 22,08 mg/ml. Total asam
terendah yaitu 15,36 mg/ml didapatkan oleh kelompok B3 pada N96, B4 pada N0 dan
N72.
Grafik 5. Grafik Hubungan Antara OD dengan Waktu
5
N0 N24 N48 N72 N96
-0.8000
-0.6000
-0.4000
-0.2000
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0.8000
Grafik Hubungan OD dengan Waktu
B1B2B3B4B5
Waktu
OD
Dari Grafik 5, dapat dilihat bahwa hubungan antara OD dengan waktu yaitu semakin
lamanya waktu, maka OD akan semakin meningkat. OD mengalami peningkatan yang
tajam dari N72 hingga N96. Akan tetapi OD akan mengalami penurunan yang tajam
setelah melewati waktu ke 48 jam sampai pada waktu ke 72 jam. Setelah N72, OD
kembali meningkat, kecuali kelompok B1.
2. PEMBAHASAN
Pada praktikum kinetika fermentasi dalam produksi minuman vinegar ini dilakukan
oleh kelompok B1 sampai B5. Bahan utama yang digunakan adalah buah apel malang
segar dan yeast S.cereviciae. Praktikum ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui
hubungan jumlah mikroorganisme dengan waktu, absorbansi, pH, total asam dan
hubungan absorbansi dengan waktu. Metode yang digunakan pada percobaan dalam
praktikum ini antara lain pengukuran biomassa dengan Haemocytometer, penentuan
total asam selama fermentasi dengan titrasi, pengukuran pH minuman vinegar dengan
pH meter dan penentuan hubungan absorbansi dengan kepadatan sel menggunakan
spektrofotometer.
Biomassa merupakan sejumlah sel yang berasal dari pertumbuhan suatu mikrobia pada
media cair ataupun media padat. Untuk menetapkan massa bakteri dapat dilakukan
secara ISG, yaitu dengan menyelidiki massa segar atau massa kering. Massa segar
ditentukan setelah sel-selnya diendapkan dengan sentrifuse. Massa kering dapat
ditentukan setelah sel-sel yang sudah dicuci, disentrifuse dan dikeringkan (Schlegel,
1994). Dilakukan pengamatan tiap percobaan yang dilakukan pada jam ke-0 (N0), jam
ke-24 (N24), jam ke-48 (N48), jam ke-72 (N72) dan jam ke-96 (N96). Pada saat
pengamatan diukur jumlah mo tiap petak, OD, pH dan total asam. Setelah diketahui
jumlah mo tiap petak, kemudian dihitung rata-rata per jumlah tiap petak dan rata-rata
per jumlah tiap cc.
Menurut jurnal yang berjudul Development of Organic Acids and Volatile Compounds
in Cider during Malolactic Fermentation (Hongfei et al., 2014) Cider terbuat dari sari
buah apel. Dimana proses pembuatannya terdiri dari dua fermentasi biologis. Pertama
adalah fermentasi alkohol yang mengubah gula menjadi etanol oleh ragi, dan yang
kedua adalah malolactic fermentasi (MLF), dimana asam malat akan diubah menjadi
asam laktat. MLF merupakan faktor penting bagi banyak ciders dan anggur karena
dapat mengurangi keasaman yang merupakan efek yang paling konsisten,
mempengaruhi stabilitas mikroba, dan juga berdampak pada karakteristik sensorik.
6
7
Fermentasi adalah suatu proses perubahan kimia yang disebabkan oleh aktivitas
mikroba ataupun oleh aktivitas enzim yang dihasilkan mikroba. Jalur metabolisme
karbohidrat yang pernah diselidiki adalah sistem fermentasi etanol oleh khamir. Salah
satu jenis khamir yang sering digunakan adalah Saccharomyces cerevisiae. Dalam
fermentasi ini glukosa didegradasi menjadi etanol dan CO2 melalui suatu jalur
metabolisme yang disebut glikolisis (Sebayang, 2006). Menurut Fardiaz & Winarno
(1984) Fermentasi merupakan suatu reaksi oksidasi atau reaksi dalam system biologi
yang menghasilkan energi di mana donor dan aseptor adalah senyawa organik. Senyawa
organik yang biasa digunakan adalah zat gula. Senyawa tersebut akan diubah oleh
reaksi reduksi dengan katalis enzim menjadi senyawa lain.
Berdasarkan jurnal yang berjudul Fermentasi Sari Buah Nanas Menjadi Vinegar
(Kwartiningsih et al. 2005) vinegar berasal dari kata vinaigre (bahasa perancis) yang
artinya anggur yang telah asam, merupakan suatu produk yang dihasilkan dari
fermentasi bahan yang mengandung gula atau pati menjadi alkohol, yang kemudian
difermentasi lebih lanjut menjadi vinegar yang mempunyai kandungan asam asetat
minimal 4 gram/100mL. Vinegar ini dibuat dari sari buah apel yang difermentasi sampai
diperoleh kadar asam asetat sebesar 4 gram/100mL, kadar gula reduksi maksimum 50
% dan jumlah padatan total sebesar 1,6 % (Kwartiningsih et al., 2005). Cider apel
adalah salah satu jenis vinegar. Proses penambahan inokulum yeast kedalam sari buah
apel malang dikenal dengan proses pembuatan cider apel. Cider adalah jenis minuman
dengan kadar alkohol rendah, diperoleh dari fermentasi sari buah atau bahan lainnya
yang mengandung pati dengan atau tanpa penambahan gula oleh sel khamir. Hampir
semua jenis buah dapat dibuat cider asal memiliki kandungan gula yang mencukupi
untuk pertumbuhan sel yeast (Realita & Debby, 2010). Menurut Felicia et al (2007),
Cider merupakan suatu produk minuman beralkohol yang memiliki citarasa manis dan
aroma yang khas serta dibuat dengan fermentasi sari buah oleh khamir jenis
Saccharomyces cerevisiae
Buah yang digunakan dalam praktikum ini adalah buah apel malang segar. Buah apel
mengandung total fenolik yang cukup tinggi yaitu sekitar 230 mg ekuivalen asam
gallat/100g bahan dengan epikatekin fenolik dominan sebesar 29,86mg. Kandungan
8
senyawa fenolik buah apel sangat ditentukan oleh kultivar atau jenisnya. Apel biasanya
dikonsumsi dengan berbagai macam cara, diantaranya buah segar atau jus. Kondisi ini
mempunyai resiko dan harganya relatif murah. Permasalahan tersebut dapat diatasi
dengan mengolah buah apel menjadi produk yang bernilai ekonomis dan tahan lama,
salah satu caranya melalui teknik pembuatan cider (Widyawati et al., 2012).
Yeast merupakan organisme eukariotik yang termasuk kelompok fungi yang tidak
membentuk spora aseksual dan bersifat sebagai sel tunggal selama siklus pertumbuhan
vegetatif. Pertumbuhan dari yeast berawal dari periode ekspansi, yaitu peningkatan
volume. Setelah ekspansi sel berhenti, tunas keluar. Tetapi sebelum terbentuknya tunas,
volume total dari sel induk dan sel anak konstan, sehingga pertumbuhan tunas terjadi
sebagai suatu konsekuensi pembelahan sel induk (Cooney et al., 1981). Berdasarkan
penelitianya dalam jurnal yang berjudul Evaluation of Growth Kinetics and Biomass
Yield Efficiency of Industrial Yeast Strains (Damtew et al., 2012) dikatakan bahwa ragi
roti adalah Saccharomyces cerevisiae yang memiliki kinetika pertumbuhan lebih tinggi
dengan konsentrasi gula dalam media pertumbuhan molase sebesar 10% (b/v) dan 15%
(b/v). Kinetika pertumbuhan sel Saccharomyces cerevisiae juga dapat dipengaruhi
temperatur. Waktu hidup Saccharomyces cerevisiae dapat lebih lama pada suhu 25°C
bila dibandingkan pada suhu 18°C. Baker’s yeast merupakan yeast yang diproduksi
secara industri. Biasanya, spesies yeast yang dikomersialkan adalah yeast fermentasi
permukaan, yaitu jenis Saccharomyces cereviseae yang ditumbuhkan dalam suatu
fermentasi aerobik dengan metode fed batch. Temperatur optimal untuk pertumbuhan
selama fermentasi dari baker’s yeast adalah 28oC-32oC dengan pH lingkungan optimal
antara 4-5 (Rehm & Reed, 1983).
2.1. Cara Kerja Kinetika Fermentasi Dalam Produksi Minuman Vinegar
Pertama – tama dilakukan pembuatan sari buah dari apel malang. Buah apel segar
dikupas kulitnya, dipotong dan dipisahkan dari biji kemudian di juicer. Selanjutnya, sari
apel hasil juicer dimasukkan kedalam erlenmeyer sebanyak 250 ml untuk tiap kelompok
kemudian di sterilisasi. Proses sterilisasi menggunakan waterbath pada suhu 80oC
selama 30 menit. Setelah di sterilisasi, sari buah apel malang di dinginkan terlebih
9
dahulu. Gambar sterilisasi dan proses pendinginan cider apel malang dapat dilihat pada
Gambar 1 dan 2 di bawah ini.
Gambar 1. Sterilisasi Cider Apel Gambar 2. Pendinginan Stelah Sterilisasi
Percobaan yang dilakukan dalam praktikum antara lain pengukuran biomassa dengan
Haemocytometer, penentuan total asam selama fermentasi, pengukuran pH minuman
vinegar dan penentuan hubungan absorbansi dengan kepadatan sel. Upaya untuk
membuat proses fermentasi cider menjadi lebih terkontrol yaitu dengan cara
memperlambat proses fermentasi. Menurut penelitian Nogueira et al. (2008) dalam
jurnal yang berjudul Slow Fermentation in French Cider Processing due to Partial
Biomass Reduction, dalam proses fermentasi cider lebih terkontrol dengan
memperlambat proses fermentasi. Caranya dengan mengurangi biomassa yang ada di
dalamnya dengan melewatkannya pada suatu filter. Selain lebih terkontrol, kematian
yeast yang berguna dalam fermentasi dapat dikurangi. Proses inkubasi dilakukan 5 hari,
dan dalam kurun waktu tersebut cider apel akan terbentuk akibat proses fermentasi.
Reaksi proses fermentasi adalah sebagai berikut :
C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2
(karbohirat) (yeast) (alkohol) (gas)
(Rahman, 1992)
Dilakukan pengamatan tiap percobaan yang dilakukan pada jam ke-0 (N0), jam ke-24
(N24), jam ke-48 (N48), jam ke-72 (N72) dan jam ke-96 (N96). Pada saat pengamatan
diukur jumlah mo tiap petak, OD, pH dan total asam. Setelah diketahui jumlah mo tiap
petak, kemudian dihitung rata-rata per jumlah tiap petak dan rata-rata per jumlah tiap
cc.
10
2.1.1.Pengukuran Biomassa dengan Haemocytometer
Sebanyak 250 ml sari buah apel didalam erlenmeyer yang telah disterilisasi kemudian
ditambahkan dengan 30 ml biakan yeast yang telah tersedia. Pengambilan biakan yeast
dilakukan secara akurat menggunakan pipet ukur dan kemudian dimasukkan ke dalam
media pertumbuhan secara aseptis. Erlenmeyer yang berisi sari apel dan biakan yeast
diinkubasi dengan perlakuan shaker atau dengan penggoyangan. Perlakuan shaker
bertujuan untuk memberi suplai oksigen pada media dan dalam penggunaannya dengan
sumber karbon untuk membantu pertumbuhan mikroba secara aerobik ( Stanburry &
Whitaker, 1984 ). Shaker inkubator berfungsi sebagai aerasi dan agitasi. Aerasi dengan
oksigen yang cukup harus tersedia untuk pertumbuhan mikroorganisme pada kultur di
bawah permukaaan air untuk syarat metabolik. Sedangkan agitasi menjamin bahwa
suspensi seragam dari sel mikroba dapat dicapai pada medium nutrien yang homogen
(Said, 1987). Gambar proses shaker dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.
Gambar 3. Proses Shaker
Proses inkubasi ini dilakukan pada suhu ruang 25-30oC selama 5 hari, dan setiap 24 jam
dilakukan pengambilan sampel sebanyak 30 ml secara aseptis. Dilakukan secara aseptis
agar dapat menghindari terjadinya kontaminasi oleh organisme yang tidak dikehendaki
dan menghindari tersentuhnya media atau permukaan tabung bagian dalam oleh benda
yang tidak steril (Hadioetomo, 1993). Hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
pertumbuhan sel yeast. Dilakukan uji tingkat kepadatan Saccharomyces cereviciae (N0)
dengan menggunakan alat Haemocytometer. Pengamatan dilakukan untuk menentukan
nilai N0, N24, N48, N72 dan N96 menggunakan teknik kepadatan sel dengan alat
Haemocytometer. Setelah itu, dari data yang didapat dibuat grafik yang menggambarkan
pertumbuhan yeast selama proses fermentasi berjalan.
11
Alat Haemacytometer dan kaca preparat penutupnya dibersihkan dulu dengan alkohol
agar aseptis kemudian dilap dengan tissue. Setelah itu, sampel sebanyak 30 ml yang
telah diambil secara aseptis kemudian diambil sedikit menggunakan pipet tetes. Sampel
cider yang ada dipipet tetes diteteskan kedalam plat haemocytometer secara perlahan
agar tidak terdapat gelembung. Adanya gelembung udara mengakibatkan pencarian
garis melalui mikroskop sulit ditemukan. Pada plat haemocytometer ada 9 kotak besar
yang dibatasi dengan 3 garis disetiap sisi dan di dalamnya terdapat kotak kecil 16 buah
yang dibatasi dengan garis. Jumlah sel yang dihitung adalah jumlah sel yang ada dalam
4 kotak besar yang saling berdekatan. Nilai rata-rata per jumlah mikroorganisme tiap cc
nya dihitung dengan membagi rata-rata per jumlah mikroorganisme tiap petak dengan
volume petak. Volume petak sebesar 0,05 mm x 0,05 mm x 0,1 mm. Nilai rata-rata per
jumlah mikroorganisme tiap petak sebanding dengan nilai rata-rata per jumlah
mikroorganisme tiap cc nya. Dapat dihitung jumlah sel mikroorganisme tersebut
menggunakan rumus:
Jumlah sel tiap cc =
Gambar proses pencarian kotak pada alat Haemacytometer untuk menghitung jumlah
sel dapat dilihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar 4. Proses Membersihkan Haemacytometer
Gambar 5. Penetesan cider kedalam haemacytometer
12
Gambar 6. Pencarian garis melalui mikroskop
2.1.2.Penentuan Total Asam Selama Fermentasi
Penentuan total asam selama fermentasi dilakukan pengukuran dengan menggunakan
metode titrasi. Sampel diambil sebanyak 10 ml dititrasi dengan NaOH 0,1N. Titrasi
dilakukan dengan bantuan indikator PP sebanyak 3 tetes. Titrasi dihentikan apabila
larutan sampel berubah menjadi warna coklat kemerahan. Menurut Petrucci (1992),
Titrasi dilakukan untuk menentukan secara kuantitatif senyawa yang ditentukan dengan
pereaksi yang dikandung oleh larutan pengukur. Dibutuhkan indikator dalam proses
titrasi, indikator PP dapat mengalami perubahan warna dalam kondisi asam atau netral,
menjadi warna merah muda di kondisi basa saat titik akhir titrasi tercapai (Okpokwasili,
2005). Penentuan kadar total titrasi menggunakan rumus :
Total asam :ml NaOH x Normalitas NaOH x192
10 ml sampel=¿ ¿ml
Pengukuran asam dilakukan bersamaan waktunya dengan pengukuran biomassa.
Setelah itu dibuat analisis kadar total asam sitrat selama fermentasi dan analisis
hubungan total biomassa dan kadar asam.
Gambar 7. Hasil titrasi cider apel
13
2.1.3. Pengukuran pH Minuman Vinegar
Pengukuran pH minuman vinegar. Pertama, larutan sampel diambil sebanyak 10 ml untuk
diukur pH menggunakan pH meter. Menurut Martoharsono (1994) pH dapat dijadikan
ukuran kekuatan suatu larutan tersebut asam atau basa. Data pH yang didapat dicatat
untuk dianalisis.Penentuan hubungan absorbansi dengan kepadatan sel. Kultur yeast yang
telah dibiakan, diambil 30 ml sampel.
Gambar 8. Pengukuran pH
2.1.4.Penentuan Hubungan Absorbansi dengan Kepadatan Sel
Kemudian dilakukan penentuan OD dengan menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 660 nm. Pengamatan ini dilakukan selama 5 hari. Nilai OD yang
dihasilkan dicatat, dan dibandingkan dengan hasil pengamatan kepadatan sel. Kemudian
dibuat grafik yang menunjukkan hubungan OD dengan kepadatan sel.
Dalam jurnal penelitian Talasila et al (2011) yang berjudul Preservation and Shelf life
Extension of Cashew Apple Juice menggunakan panjang gelombang 660 nm untuk
mengukur OD. Pada panjang gelombang tersebut tingkat kejernihan akan terbaca
dengan baik pada alat spektrofotometri. Semakin rendah panjang gelombang yang
digunakan, pembacaan OD akan semakin besar. Untuk larutan dengan konsentrasi
tingkat kejernihan yang tidak terlalu tinggi seperti cider apel, dapat menggunakan
panjang gelombang 660 nm.
14
2.2. Hasil Praktikum Kinetika Fermentasi Dalam Produksi Minuman Vinegar
Praktikum ini dilakukan oleh kelompok B1 – B5, pengamatan tiap percobaan yang
dilakukan pada jam ke-0 (N0), jam ke-24 (N24), jam ke-48 (N48), jam ke-72 (N72) dan
jam ke-96 (N96). Pada saat pengamatan diukur jumlah mo tiap petak, OD, pH dan total
asam. Setelah diketahui jumlah mo tiap petak, kemudian dihitung rata-rata per jumlah
tiap petak dan rata-rata per jumlah tiap cc. Dibawah ini adalah gambar pengukuran
biomassa yang dilakukan selama 5 hari.
Gambar 9. Pengukuran Biomassa dengan alat Haemacytometer
Jumlah mikroorganisme/cc yang didapatkan dari hasil pengamatan selama 5 hari
didapat hasil yang berbeda antar kelompok. Dimana terjadi kenaikan dan penurunan
jumlah mikroorganisme selama pengamatan pada jam ke-0 (N0), jam ke-24 (N24), jam
ke-48 (N48), jam ke-72 (N72) dan jam ke-96 (N96) yang fluktuatif antar kelompok.
Kelompok B1 dari N0 hingga N72 mengalami peningkatan jumlah mikroorganisme/cc,
kemudian mengalami penurunan pada N96. Kelompok B2 mengalami kenaikan dari N0
sampai N24, lalu menurun pada N48 dan mengalami kenaikan sampai N96. Untuk
kelompok B3 dan B4 pada N0 hingga N96 mengalami peningkatan jumlah
mikoorganisme/cc bisa dikatakan tidak terjadi penurunan. Pada kelompok B5
mengalami kenaikan dari N0 hingga N24 dan mengalami penurunan pada N48, lalu
mengalami kenaikan sampai N72, dan mengalami penurunan sampai N96. Hasil
pengamatan antar kelompok berbeda, dimana terjadi kenaikan dan penurunan jumlah
mikroorganisme tiap cc yang berbeda waktu dan jumlahnya.
2.2.1.Hubungan Jumlah Mikroorganisme dengan Waktu
Hubungan antara rata-rata jumlah mikroba/cc dengan waktu yaitu jumlah mikroba/cc
kelompok B2, B3 dan B4 akan semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu
(N0 hingga N96), kecuali kelompok B1 dan B5. Kelompok B1 semakin meningkat tetapi
mengalami penurunan pada saat N96 dan kelompok B5 jumlah mikroba/cc semakin
15
meningkat dan mengalami penurunan pada saat N48 dan N96. Dari data hasil pengamatan
pada saat praktikum, pengamatan tiap percobaan dilakukan pada jam ke-0 (N0), jam ke-
24 (N24), jam ke-48 (N48), jam ke-72 (N72) dan jam ke-96 (N96).
Kelompok B1 saat N0;N24; N48;N72;N96 untuk rata – rata jumlah mikroorganisme tiap cc
sebesar 6,3x104; 9,7x104; 17,6x107; 23,3x 107; 15,2x107. Kelompok B2 saat N0;N24;
N48;N72;N96 untuk rata – rata jumlah mikroorganisme tiap cc sebesar 2,94 x 108; 2,78 x
108; 2,52 x 108; 2,54x 108 dan 1,74 x 108. Kelompok B3 saat N0;N24; N48;N72;N96 untuk
rata – rata jumlah mikroorganisme tiap cc 108; 15,2 x 107; 24,7 x 107; 3,77 x 108 dan
5,33 x 108. Kelompok B4 saat N0;N24; N48;N72;N96 untuk rata – rata jumlah
mikroorganisme tiap cc 2,02 x 108; 2,44 x 108; 2,78 x 108; 3,44 x 108 dan 3,86 x 108.
Kelompok B5 saat N0;N24; N48;N72;N96 untuk rata – rata jumlah mikroorganisme tiap cc
0; 1,48 x 108; 1,33 x 108; 2,89 x 108 dan 2,51 x 108. Hasil pengamatan hubungan jumlah
mikroorganisme akan semakin meningkat seiring bertambah lamanya waktu fermentasi
cider apel. Dari percobaan masing – masing kelompok didapatkan data yang fluktuatif
dan bervariasi antar kelompok. Dimana kenaikan dan penurunan jumlah
mikroorganisme tidak konstan meningkat dengan bertambahnya waktu fermentasi. Hal
ini dapat disebabkan ketidaktelitian dalam mencari batas garis pada kotak yang dilihat
melalui mikroskop pada alat haemacytometer, adanya gelembung ketika meneteskan
cider apel kedalam haemacytometer ataupun ketidaktelitian ketika menghitung jumlah
mikroorganismenya ada yang tidak dihitung.
2.3. Hubungan Jumlah Mikroorganisme dengan ODDari data hasil pengamatan, dilihat bahwa hubungan antara rata-rata jumlah mikroba/cc
dengan OD yaitu jumlah mikroba/cc semakin meningkat seiring dengan meningkatnya
OD. Akan tetapi jumlah mikroba/cc akan kembali menurun setelah OD 1,5 dan kembali
meningkat di antara OD 1,5-2 untuk kelompok B4, B5 dan B6. Pengamatan yang
dilakukan tiap kelompok dilakukan pada jam ke-0 (N0), jam ke-24 (N24), jam ke-48
(N48), jam ke-72 (N72) dan jam ke-96 (N96).
Kelompok B1 saat N0;N24; N48;N72;N96 untuk rata – rata jumlah mikroorganisme tiap cc
sebesar 6,3x104; 9,7x104; 17,6x107; 23,3x 107; 15,2x107. Nilai OD sebesar 0,1776; -
16
0,1453; -0,2194; -0,5796 dan -0,3009. Kelompok B2 saat N0;N24; N48;N72;N96 untuk rata
– rata jumlah mikroorganisme tiap cc sebesar 2,94 x 108; 2,78 x 108; 2,52 x 108; 2,54x
108 dan 1,74 x 108. Nilai OD sebesar 0,1124; -0,1453; -0,2194; -0,5796 dan -0,1304.
Kelompok B3 saat N0;N24; N48;N72;N96 untuk rata – rata jumlah mikroorganisme tiap cc
108; 15,2 x 107; 24,7 x 107; 3,77 x 108 dan 5,33 x 108. Nilai OD sebesar 0,2171; 0,0476;
-0,2155; -0,5793 dan 0,2191. Kelompok B4 saat N0;N24; N48;N72;N96 untuk rata – rata
jumlah mikroorganisme tiap cc 2,02 x 108; 2,44 x 108; 2,78 x 108; 3,44 x 108 dan 3,86 x
108. Nilai OD sebesar 0,1450; 0,6964; -0,2179; -0,3629 dan 0,0359. Kelompok B5 saat
N0;N24; N48;N72;N96 untuk rata – rata jumlah mikroorganisme tiap cc 0; 1,48 x 108; 1,33 x
108; 2,89 x 108 dan 2,51 x 108. Nilai OD sebesar 0,3116; -0,1453; -0,0260; 0,2155 dan
0,0359. Menurut teori Shener et al (2007) dalam hubungan jumlah mikroorganimse
dengan OD, seharusnya nilai OD akan semakin tinggi diikuti dengan konsentrasi larutan
yang semakin keruh. Dari data hasil pengamatan didapat hasil fluktuatif antar
kelompok, yakni tidak terjadi peningkatan yang stabil dan konstan terhadap nilai OD.
Ada hasil dari kelompok B4, B5 dan B6 yang menunjukkan nilai OD meningkat
kemudian menurun dan meningkat lagi pada hari terakhir pengamatan.
2.4. Hubungan Jumlah Mikroorganisme dengan pH
Hubungan antara rata-rata jumlah mikroba/cc dengan pH yaitu jumlah mikroba/cc
semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pH. Akan tetapi jumlah mikroba/cc
akan menurun setelah pH 3 untuk kelompok B1 dan B5. Dari data hasil pengamatan
pada saat praktikum, pengamatan tiap percobaan dilakukan pada jam ke-0 (N0), jam ke-
24 (N24), jam ke-48 (N48), jam ke-72 (N72) dan jam ke-96 (N96). Kelompok B1 saat
N0;N24; N48;N72;N96 , nilai pH sebesar 2,96; 3,11; 3,13; 3,20 dan 3,29. Kelompok B2 saat
N0;N24; N48;N72;N96 , nilai pH sebesar 3,01; 3,09; 3,12; 3,13 dan 3,32. Kelompok B3 saat
N0;N24; N48;N72;N96 , nilai pH sebesar 2,94; 3,15; 3,19; 3,24 dan 3,57. Kelompok B4 saat
N0;N24; N48;N72;N96, nilai pH sebesar 2,28; 3,12; 3,12; 3,16 dan 3,53. Kelompok B5 saat
N0;N24; N48;N72;N96, nilai pH sebesar 2,52; 3,12; 3,12; 3,18 dan 3,68.
Hasil pengukurna pH kelompok B1 – B5 menunjukkan range pH berkisar 2,28-3,68.
Nilai pH yang terukur pada cider apel ini bukan range pH optimum untuk
pertumbuhan Saccharomyces cereviceae, sehingga pertumbuhannya tidak stabil. Hasil
17
yang didapat dari pengamatan selama 5 hari nilai pH menjadi fluktuatif dan tidak
konstan meningkat. Menurut Rehm & Reed (1983) Biasanya, spesies yeast yang
dikomersialkan adalah yeast fermentasi permukaan, yaitu jenis Saccharomyces
cereviseae yang ditumbuhkan dalam suatu fermentasi aerobik dengan metode fed batch.
Temperatur optimal untuk pertumbuhan selama fermentasi dari baker’s yeast adalah
28oC-32oC dengan pH lingkungan optimal antara 4-5 (Rehm & Reed, 1983).
Seharusnya semakin banyak jumlah sel mikroorganisme dan semakin lama waktu
fermentasi, maka pH-nya akan semakin meningkat. pH pada cider apel pada praktikum
ini bukan pH optimal pertumbuhan yeast sehingga hubungan antara jumlah
mikroorganisme dengan pH tidak stabil.
2.5. Hubungan Jumlah Mikroorganisme dengan Total Asam
Semakin tinggi jumlah sel maka total asam yang dihasilkan akan semakin rendah.
Namun, menurun atau meningkatnya jumlah sel pada tiap kelompok tidak sama baik
seiring dengan meningkatnya total asam. Nilai total asam tertinggi didapatkan oleh
kelompok B2 pada N96 yaitu 22,08 mg/ml. Total asam terendah yaitu 15,36 mg/ml
didapatkan oleh kelompok B3 pada N96, B4 pada N0 dan N72.
Dari data hasil pengamatan pada saat praktikum, pengamatan tiap percobaan dilakukan
pada jam ke-0 (N0), jam ke-24 (N24), jam ke-48 (N48), jam ke-72 (N72) dan jam ke-96
(N96). Kelompok B1 saat N0;N24; N48;N72;N96 nilai total asam sebesar 18,048; 20,16;
20,544; 17,088 dan 16,32. Kelompok B2 saat N0;N24; N48;N72;N96 nilai total asam
sebesar 19,97; 20,16; 20,54; 20,74 dan 22,08. Kelompok B3 saat N0;N24; N48;N72;N96
nilai total asam sebesar18,05; 18,24; 18,62; 16,32 dan 15,36. Kelompok B4 saat N0;N24;
N48;N72;N96 nilai total asam sebesar 15,36; 16,32; 18,24; 15,36 dan 16,32. Kelompok B5
saat N0;N24; N48;N72;N96 nilai total asam sebesar 19,39; 19,58; 20,16; 20,16 dan 21,50.
Hasil yang didapat dari pengamatan hubungan jumlah mikroorganisme dengan total
asam, data yang didapat fluktuatif. Dikarenakan seharusnya semakin lama waktu
fermentasi, maka total asam yang dihasilkan akan semakin tinggi karena adanya asam-
asam organik yang muncul selama fermentasi. Kelompok B2 dan B5 memiliki data
hasil pengamatan yang menunjukkan semakin lama waktu fermentasi, total asam yang
dihasilkan semakin tinggi. Untuk data kelompok B1, B3 dan B4 hasilnya fluktuatif
18
dimana selama 5 hari pengamatan terjadi kenaikan dan penurunan total asam yang tidak
stabil. Hal ini dapat disebabkan berbedanya persepsi warna oleh tiap praktikan. Warna
untuk titik akhir titrasi dalam praktikum ini adalah coklat kemerahan dan tidak ada
standar dan indikator warna yang tetap untuk tiap kali titrasi. Titrasi dikatakan telah
mencapai titik akhir titrasi sesuai dengan persepsi warna dari praktikan sendiri. Dimana
selam 5 hari pengamatan titrasi dilakukan oleh individu yang berbeda dengan
persepsinya sendiri.
2.6. Hubungan OD dengan Waktu
Hubungan antara OD dengan waktu yaitu semakin lamanya waktu, maka OD akan
semakin meningkat. OD mengalami peningkatan yang tajam dari N72 hingga N96.
Akan tetapi OD akan mengalami penurunan yang tajam setelah melewati waktu ke 48
jam sampai pada waktu ke 72 jam. Setelah N72, OD kembali meningkat, kecuali
kelompok B1. Dari data hasil pengamatan pada saat praktikum, pengamatan tiap
percobaan dilakukan pada jam ke-0 (N0), jam ke-24 (N24), jam ke-48 (N48), jam ke-72
(N72) dan jam ke-96 (N96). Kelompok B1 saat N0;N24; N48;N72;N96 , nilai OD sebesar
0,1776; -0,1453; -0,2194; -0,5796 dan -0,3009. Kelompok B2 saat N0;N24; N48;N72;N96 ,
nilai OD sebesar 0,1124; -0,1453; -0,2194; -0,5796 dan -0,1304. Kelompok B3 saat
N0;N24; N48;N72;N96, nilai OD sebesar 0,2171; 0,0476; -0,2155; -0,5793 dan 0,2191.
Kelompok B4 saat N0;N24; N48;N72;N96, nilai OD sebesar 0,1450; 0,6964; -0,2179; -
0,3629 dan 0,0359. Kelompok B5 saat N0;N24; N48;N72;N96, nilai OD sebesar 0,3116; -
0,1453; -0,0260; 0,2155 dan 0,0359.
Berdasarkan teori Clark (2007), semakin lama waktu fermentasi, maka jumlah
mikroorganisme semakin banyak serta diiringi dengan semakin keruhnya larutan dan
nilai OD yang seharusnya meningkat. Data hasil pengamatan kelompok B1-B5
fluktuatif, dimana terjadi peningkatan nilai OD pada waktu tertentu dan pada waktu
yang berbeda akan terjadi penurunan nilai OD. Kesalahan dapat terjadi ketika akan
mengukur OD, kuvet tidak dibersihkan dengan aquades dan langsung mengukur OD
dari larutan kelompok lain. Tidak dilakukanya pengenceran terhadap sampel cider apel
yang digunakan sehingga konsentrasi larutan tinggi. Menurut teori Shener et al (2007)
dalam hubungan jumlah mikroorganimse dengan OD, seharusnya nilai OD akan
19
semakin tinggi diikuti dengan konsentrasi larutan yang semakin keruh dan semakin
lamanya waktu fermentasi. Jika konsentrasi larutan yang semakin keruh, pengenceran
atau penyaringan dapat dilakukan sehingga pembacaan OD oleh alat spektrofotometri
dapat lebih akurat.
3. KESIMPULAN
Fermentasi adalah suatu proses perubahan kimia yang disebabkan oleh aktivitas
mikroba ataupun oleh aktivitas enzim yang dihasilkan mikroba.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fermentasi dari yeast antara lain tipe dan
konsentrasi sumber karbon, oksigen yang terlarut saat proses agitasi, pH dan suhu.
Vinegar adalah produk yang dihasilkan dari fermentasi bahan yang mengandung
gula atau pati menjadi alkohol, difermentasi menjadi vinegar dengan kandungan
asam asetat minimal 4 gram/100mL.
Cider apel adalah salah satu jenis vinegar.
Proses penambahan inokulum yeast kedalam sari buah apel malang dikenal dengan
proses pembuatan cider apel.
Cider adalah jenis minuman dengan kadar alkohol rendah, diperoleh dari fermentasi
sari buah atau bahan lainnya yang mengandung pati dengan atau tanpa penambahan
gula oleh sel khamir.
Buah apel mengandung total fenolik yang cukup tinggi yaitu sekitar 230 mg
ekuivalen asam gallat/100g bahan dengan epikatekin fenolik dominan sebesar
29,86mg.
Jenis khamir yang sering digunakan dalam pembuatan minuman vinegar adalah
Saccharomyces cerevisiae.
Saccharomyces cereviseae dapat digunakan dalam proses fermentasi alkohol karena
mampu memecah bahan pangan berkarbohidrat tinggi menjadi alkohol dan CO2.
Temperatur optimal untuk pertumbuhan selama fermentasi dari baker’s yeast
adalah 28oC-32oC dengan pH lingkungan optimal antara 4-5.
Pengukuran biomassa dapat dilakukan dengan menggunakan haemocytometer, total
asam dengan titrasi, pH dengan pH meter, dan nilai OD menggunakan
spektrofotometer.
Biomassa merupakan sejumlah sel yang berasal dari pertumbuhan suatu mikrobia
pada media cair ataupun media padat.
Jumlah sel dihitung dengan alat haemacytometer, nilai rata-rata per jumlah
mikroorganisme tiap petak sebanding dengan nilai rata-rata per jumlah
mikroorganisme tiap cc nya.
20
21
Titika akhir titrasi untuk menghitung total asam ditandai dengan larutan sampel
berubah menjadi warna coklat kemerahan.
Panjang gelombang 660 nm digunakan untuk mengukur OD karena konsentrasi
cider apel yang rendah akan terbaca dengan baik pada spektrofotometer.
Hasil pengamatan hubungan jumlah mikroorganisme akan semakin meningkat
seiring bertambah lamanya waktu fermentasi cider apel.
Hubungan jumlah mikroorganimse dengan OD, seharusnya nilai OD akan semakin
tinggi diikuti dengan konsentrasi larutan yang semakin keruh.
Semakin banyak jumlah sel mikroorganisme dan semakin lama waktu fermentasi,
maka pH-nya akan semakin meningkat.
Hubungan jumlah mikroorganisme dengan total asam, semakin lama waktu
fermentasi, maka total asam yang dihasilkan akan semakin tinggi karena adanya
asam-asam organik yang muncul selama fermentasi
Semakin lama waktu fermentasi, maka jumlah mikroorganisme semakin banyak
serta diiringi dengan semakin keruhnya larutan dan nilai OD yang seharusnya
meningkat.
Semarang, 27 Mei 2014Praktikan, Asisten dosen:
- Stella Mariss- Meilisa Lelyana- Katharina Nerissa- Chrysentia Archinitta- Andriani Cintya
Allicia Ariesca 11.70.0124
4. DAFTAR PUSTAKA
Realita, Tita dan M. Sumanti, Debby. 2010. Teknologi Fermentasi. Penerbit : Widya Padjajaran. Bandung.
Felicia, Hardoko, Damanik, M.T. (2007). Pengaruh Konsentrasi Gula dan Konsentrasi Serbuk Pada Pembuatan Serbuk Cider Nanas. Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan Vol.5, No. 1
Widyawati,P.S., Nugerahani,I dan Sutedja, A,M. (2012). Perbedaan Model Vinifikasi Pada Pembuatan Wine Apel Lokal Terhadap Kemampuan Menangkap Radikal Bebas. Seminar Nasional : Kedaulatan Pangan dan Energi
Kwartiningsih, E., Nuning, S.M. (2005). Fermentasi Sari Buah Nanas Menjadi Vinegar. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik UNS. Vol. 4. No. 1. 8-12.
Sebayang,F. (2006). Pembuatan Etanol dari Molase Secara Fermentasi Menggunakan Sel Saccharomyces cerevisiae yang Terimobilisasi pada Kalsium Alginat. Jurnal Teknologi Proses 5 (2) : 75-80.
Fardiaz, Winarno,1984, Biofermentasi dan Biosintesa Protein, Angkasa, Bandung.
Nogueira, A; J.M.Le Quere; P.Gestin; A.Michel; G.Wosiacki and J.F.Drilleau. (2008). Slow Fermentation in French Cider Processing due to Partial Biomass Reduction. J.Inst.Brew.114(2),102-110.
Damtew, W.; S. A. Emire & A. B. Aber. (2012). Evaluation of Growth Kinetics and Biomass Yield Efficiency of Industrial Yeast Strains. Archives of Applied Science Research, 2012, 4 (5):1938-1948.
Hongfei, Z., Fang,Z., Dziugan,P., Yonghing,Y., Jiatao,Z., Zhaolin and Bolin,Z. (2014). Development of Organic Acids and Volatile Compounds in Cider during Malolactic Fermentation. Czech J. Food Sci. Vol. 32, 2014, No. 1: 69–76.
Talasila,U., Vechalapua,R.R., Shaikb,K.B. (2011). Preservation and Shelf life Extension of Cashew Apple Juice. Internet Journal of Food Safety, Vol.13, 2011, p.275-280
Şener, A.; A. Canbaş & M. U. Ünal. (2007). The Effect of Fermentation Temperature on the Growth Kinetics of Wine Yeast Species. Turk J Agric for 31, 349-354.
22
23
Cooney, C. L.; Rehm, H. J. & G. Reed. (1981). Biotechnology volume 1. VCH. Weinheim.
Rahman, A. (1992). Teknologi Fermentasi Industrial II. Penerbit Arcan. Jakarta.
Schlegel, H. G. & K. Schmidt . (1994). Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta .
Stanbury, P. F. & Whitaker. (1984). Principles of Fermentation Technology. Pergamon Press. New York.
Said, E. G. (1987). Bioindustri. PT Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Hadioetomo, R. S. (1993). Mikobiologi Dasar dalam Praktek, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Petrucci, R.H. (1992). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Martoharsono, S. (1994). Biokimia Jilid 1. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta. Nusantara, Yogyakarta
Okpokwasili, G. C. & C. O. Nweke. (2005). Microbial Growth and Substrate Utilization Kinetics. African Journal of Biotechnology Vol.5 (4), pp. 305-317, 16 February, 2005.
5. LAMPIRAN
5.1. Perhitungan B4
Rumus Rata-rata / Ʃ tiap cc
Jumlah sel/cc= 1Volume petak
× rata−rata jumlah MO tiap petak
Volume petak = 0,05 mm x 0,05 mm x 0,1 mm
= 0,00025 mm3
= 0,00000025 cc
= 2,5 x 10-7 cc
N0 :
Jumlah sel/cc = 1
2,5 x 10−7 x 50,5 = 2,02 x 108 sel/cc
N24:
Jumlah sel/cc = 1
2,5 x 10−7 x 61= 2,44 x 108 sel/cc
N48:
Jumlah sel/cc = 1
2,5 x 10−7 x 69,5 = 2,78 x 108 sel/cc
N72:
Jumlah sel/cc = 1
2,5 x 10−7 x 86 = 3,44 x 108 sel/cc
N96:
Jumlah sel/cc = 1
2,5 x 10−7 x 96,5 = 3,86 x 108 sel/c
Total Asam
Total Asam =ml NaOH × Normalitas NaOH ×192
10 ml sampel
N0
24
25
Total Asam = 8 x0,1 x192
10 = 15,36 mg/ml
N24
Total Asam = 8,5 x0,1 x192
10 = 16,32 mg/ml
N48
Total Asam = 9,5 x0,1 x192
10 = 18,24 mg/ml
N72
Total Asam = 8 x0,1 x192
10 =15,36 mg/ml
N96
Total Asam = 8 ,5 x 0,1 x 192
10 = 16,32 mg/ml
5.1. Laporan Sementara
5.2. Report Viper
5.3. Abstrak Jurnal