Fenomena Geng Motor

download Fenomena Geng Motor

of 34

Transcript of Fenomena Geng Motor

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    1/34

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang

    Di beberapa media massa baik cetak maupun elektronik cukup gencar

    diberitakan kenakalan remaja yang mengendarai motor. Kenalakan yang dilakukan

    tidak sebatas mengendarai motor secara ugal ugalan di jalan dan balapan liar tetapi

    sudah sampai meresahkan masyarakat. Keresahan ini terutama datang dari pengguna

    jalan, pelaku usaha dan orang tua. Ada sederet persoalan ketertiban sosial yang

    dilanggar, termasuk tindakan amoral yang merugikan orang lain seperti perampokan,

    penculikan, penganiayaan bahkan sampai pembunuhan yang menghilangkan nyawa

    korbannya.

    Tindakan yang dilakukan oleh remaja tersebut mengundang reaksi banyak

    kalangan. Orang tua, pihak sekolah, penegak hukum, serta masyarakat luas ikut

    prihatin dan cemas atas perilaku remaja karena sudah terlalu jauh tindakan yang

    dilakukan. Sorotan semakin tajam ketika tindakan yang dilakukan sudah melanggar

    aturan hukum seperti kekerasan tarhadap orang lain, perampokan bahkan sampai

    menghilangkan nyawa orang.

    Di kota kota besar, fenomena kenakalan remaja yang mengendarai sepeda

    motor secara ugal ugalan ini sudah menjadi isu publik yang dilokalisir ke dalam

    jenis kenakalan remaja di mana produk otomotif (motor) disalah-fungsikan untuk

    tujuan yang kurang baik. Artinya, motor di satu sisi membentuk identitas kolektif

    bagi penggunanya, yang kemudian diterjemahkan kedalam platform organisasi, baik

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    2/34

    !

    nama, susunan pengurusan, AD/RT dan struktur hierarkis lainnya. Di sini, setiap

    orang yang memiliki motor dengan spesifikasi tertentu terbuka atau bebas untuk

    berafiliasi ke dalam kelompok tertentu. Di sisi lain, pembentukan identitas ini

    berimplikasi pada pembentukan zona interaksi sosial yang cenderung ekslusif

    (tertutup) dan terdeferensiasi lewat tradisi/ritus kolegial, tempat mangkal/kumpul

    (markas/basecamp), dan agenda-agenda kegiatan kelompok. Akibatnya, berpotensi

    menegasikan atau menganggap the otherkeberadaan kelompok yang berbeda.

    Beberapa kasus, terjadi benturan (konflik) atau persaingan antar kelompok

    dalam perebutan kuasa atas wilayah dan pengaruh sosial lainnya di masyarakat.

    Perebutan kuasa dilakukan dengan tujuan untuk menunjukan eksistensi baik kepada

    sesama kelompok motor maupun ke masyarakat luas. Sayangnya, pembentukan

    eksistensi kelompok disalurkan dengan cara-cara kekerasan yang kemudian

    memunculkan anggapan miring dari masyarakat. Sehinga masyarakat kemudian

    memberikan persepsi negatif terhadap kelompok dan organisasi motor. Persepsi yang

    muncul bisa saja berasal dari salah satu atau beberapa fenomena yang terjadi seperti

    perkelahian antar kelompok, ugal-ugalan, balapan liar dan sebagainya. Fenomena

    tersebut menjadi sorotan dan perhatian masyarakat karena muncul keranah publik

    melalui saluran media massa sehingga terjadi penyamarataan kejadian. Hal ini

    menyebabkan anggapan negatif secara umum terhadap kelompok/organisasi motor.

    Padahal, tidak semua kelompok motor melakukan tindakan yang merugikan

    masyarakat. Banyak kelompok motor yang menunjukan eksistensi dengan kegiatan

    yang positf. Meskipun demikian, tidaklah mudah mendefenisikan masing-masing

    identitas ini ke dalam logika deduksi-induksi. Dan inilah titik terpenting mengapa

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    3/34

    #

    perlu mengkaji dan memahami fenomena klub motor secara komprehensif dari

    kacamata sosiologis, sehingga dapat di identifikasi yang membentuk identitas

    kelompok.

    Salah satu bentuk dari dinamika sosial masyarakat urban, kajian ilmiah

    tentang fenomena club motor bisa dikatakan masih minim. Pada umumnya, kajian

    ilmiah mengenai fenomena ini tersentralisasi dalam lingkup yang cenderung

    berdimensi individual (pelaku/subjek) dan kurang mendalami dinamika entitas sosial

    yang embedded (melekat) didalamnya. Kolektivitas dan rasa kekeluargaan yang

    menjadi karakteristik utama identitas ini patut untuk di gali lebih utuh sebagai tahap

    awal kajian sebelum mendalami struktur di dalamnya. Kajian yang lebih

    komprehensif ini diharapkan mampu mengidentifikasi dan memproyeksikan

    dinamika dan eksistensi komunitas klub motor serta posisi di masyarakat terutama di

    Kota Yogyakarta (sebagai obyek wilayah penelitian).

    B.Rumusan Masalah

    Keberadaan klub motor memberikan warna terhadap eksistensi kelompok di

    masyarakat. Fenomena maraknya aksi kekerasan yang dilakukan oleh geng atau

    gerombolan motor, menimbulkan persepsi yang buruk terhadap organisasi/kelompok

    motor. Citra buruk tersebut berpengaruh pada keberadaan klub motor di masyarakat.

    Klub motor dianggap hanya menjadi penyakit, mengganggu ketentraman dan

    kenyamanan.

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    4/34

    $

    Persepsi masyarakat terhadap kelompok/organissi motor tentunya

    berpengaruh pada eksistensi identitas klub motor. Termasuk dalam hal ini Ikatan

    Motor Tiger Yogyakarta. Ikatan Motor Tiger Yogyakarta merupakan salah satu klub

    motor yang mempunyai eksistensi yang cukup lama dan keberadaannya sudah banyak

    di akui oleh klub atau organisasi motor lainnya. Tindakan kekerasan yang dilakukan

    oleh kelompok motor di beberapa daerah, berimbas pada juga citra IMTY di

    Yogyakarta.

    Dari fenomena inilah, menarik untuk diteliti dan dibuat suatu rumusan

    pertanyaan: Bagaimana Ikatan Motor Tiger Yogyakarta membangun eksistensi

    ditengah persepsi negatif masyarakat Yogyakarta terhadap klub motor?

    C.Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan beberapa manfaat, antara lain:

    1.

    Untuk memperkaya khasanah kajian akademis mengenai fenomena klub motor

    yang sudah ada sebelumnya.

    2. Untuk mengindentifikasi secara komprehensif fenomena klub motor dari tinjauan

    sosiologis dalam dinamikanya di masyarakat khususnya di wilayah Yogyakarta.

    3. Sebagai kajian yang menjadi dasar bagi para penggiat klub motor untuk

    melakukan proses kampanye, advokasi dan reposisi klub motor ditengah

    masyarakat luas.

    4. Sebagai wacana pendukung bagi kajian sosiologis.

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    5/34

    %

    D.Tinjauan Pustaka

    D.I. Kerangka Konseptual

    Indonesia adalah salah satu negara tujuan import komoditas otomotif yang

    sangat potensial bagi produsen kendaraan bermotor di seluruh dunia. Setiap tahun,

    angka penjualan produk-produk otomotif beserta varian-nya di Indonesia meningkat

    tajam1. Tingginya permintaan kendaraan bermotor di Indonesia disebabkan oleh

    beberapa faktor, diantaranya:2

    1. Kebutuhan masyarakat akan pentingnya efisiensi mobilitas dalam beraktivitas

    sehari-hari terutama saat bekerja.

    2. Minat terhadap kendaraan di dukung oleh situasi ekonomi yang membaik, serta

    pasar otomotif yang kondusif.

    3. Berkembangnya jasa yang menawarkan kemudahan-kemudahan bagi masyarakat

    untuk memiliki kendaraan melalui paket kredit jangka panjang dengan iming-

    iming bunga rendah.

    4. Pengguna saluran iklan yang melalui media iinformasi (televisi, koran, majalah,

    internet) turut mendorong masyarakat untuk berperilaku konsumtif, termasuk

    membeli produk-produk otomotif terbaru.

    5. Modernisasi pola konsumsi masyarakat perkotaan yang cenderung berkarakter

    instrumentalis dan praktis. Modernisasi pola konsumsi ini ditandai dengan

    1http://arsip berita.com/show/penjualan-mobil-2011-diperkirakan-naik-tipis-145130.html. Di

    download pada tanggal 07 Juni 2010, pukul 11.04;

    http://arsipberita.com/show/penjualan-sepeda-motor-capai-rekor-131537.html. Di download pada

    tanggal 07 Juni 2010, pukul 11.54;

    http://arsipberita.com/show/dasyat-tahun-ini-penjualan-motor-diprediksi-bisa-84-juta-unit-

    149234.htm. Di download pada tanggal 07 Juni 2010, pukul 10.342William Bonger, A., 1916, Criminality and Economic Conditions, Boston

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    6/34

    &

    pengunaan alat-alat high-technologi dan secara berkala meninggalkan cara-cara

    lama seiring majunya tingkat teknologi dan dihasilkannya produ-produk teknologi

    super canggih.

    Kondisi ini tak pelak lagi membawa Indonesia ke dalam situasi auto-

    phoria. Artinya, individu di pacu untuk selalu bergegas dalam aktivitasnya sehingga

    memaksa individu menggunakan moda transportasi yang efektif dan efisien. Cara ini

    dipandang karena menghemat tenaga dan mengurangi berbagai kerugian akibat

    waktu. Sementara aktivis lingkungan menilai bahwa permintaan produk otomotif

    yang berlebihan dalam masyarakat tanpa dibarengi kesadaran lingkungan dan

    menyebabkan polusi serta menipisnya lapisan ozon.

    Di luar perdebatan ini, ada cara pandang lain yang melihat bahwa dunia

    otomotif bukan hanya sekedar soal ekonomi atau lingkungan. Dunia otomotif

    memiliki dimensi sosiologis yang kental sebab akrab dengan stratifikasi (kelas) dan

    persoalan identitas. Faktanya, para pecinta otomotif - yang umumnya kalangan

    berduit - di berbagai kota selalu yang antusias menunggu kehadiran model-model

    terbaru dari kendaraan bermotor dari luar negeri, atau dari pusat-pusat produksi

    (pabrik) di dalam negeri ke daerah-daerah diseluruh Indonesia. Kehadiran produk-

    produk terbaru ini dan kepemilikannya dianggap memiliki nilai, bukan saja ekonomi,

    tetapi juga budaya. Bahkan ada yang rela menunggu berbulan-bulan untuk

    mendapatkan produk otomotif tertentu karena berbagai alasan/motif. Diantaranya,

    kelangkaan, trend-setter, prestise, competitivenessatau bahkan asosiasi (komunitas).

    Di Yogyakarta, kondisi ini tidak jauh berbeda. Hanya saja, komposisi antara

    letak geografis dan demografi serta ikon Yogyakarta sendiri sebagai kota Budaya dan

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    7/34

    '

    pariwisata memunculkan fenomena yang agak berbeda jika dibandingkan dengan

    kota-kota lain. Banyaknya jumlah mahasiswa yang memilih Yogyakarta sebagai

    tujuan kuliah dan terbentuknya komunitas-komunitas di berbagai ranah kehidupan

    mahasiswa menjadikan Yogyakarta cukup unik dan menarik untuk di kaji. Eksistensi

    mahasiswa terutama yang dari luar kota Yogyakarta atau bahkan luar Jawa serta pola

    afiliasi ini memberikan akar geneologi (pembentukan dan pertumbuhan) yang kuat

    untuk menjelaskan eksistensi klub motor di Yogyakarta.

    Karakter Yogyakarta sebagai kota budaya tergambar dari pola hidup

    masyarakatnya yang sederhana dan bersahaja. Sebelum tahun 1990-an, kota

    Yogyakarta adalah kota yang lebih bercorak tradisional. Penduduknya masih banyak

    yang menggunakan Onthel (sepeda) jika ingin berpegian ke tempat kerja atau ke

    acara-acara tertentu. Penggunaan kendaraan bermotor masih jarang, sementara moda

    transportasi darat hanya digunakan ketika melakukan perjalanan jauh ke luar kota.

    Setelah tahun 1990 menjelang reformasi dan terbentuknya pasca otoritarianisme Orde

    Baru, serta meningkatnya jumlah mahasiswa di Yogyakarta, muncul berbagai pola

    kehidupan masyarakatnya, termasuk komunitas yang berafiliasi dengan berbagai

    organisasi, salah satunya adalah klub motor.3

    Kemunculan klub motor di Yogyakarta awalnya hanyalah sebuah ide dan

    terbentuk berdasarkan hubungan pertemanan. Namun, jauh sebelum klub motor ini

    bermunculan dan tumbuh, hanya sedikit mahasiswa yang mengambil inisiatif untuk

    membentuk komunitas bertema kendaraan (otomotif). Hubungan yang terbentuk

    3http://www.indosiar.com/ragam/764491/motor-klasik-yang-banyak-dilirik. Di download pada tanggal

    07 Juni 2010, pukul 13.05 WIB

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    8/34

    (

    justru berawal dari prakondisi lingkungan. JJ Roosseau dan Herder mengatakan

    bahwa: lingkungan menimbulkan dampak paling penting terhadap perubahan

    kultur, perilaku dan karakter suatu masyarakat.

    4

    Argumen ini menjelaskan bahwa

    masalah mahasiswa di Yogyakarta adalah kondisi sarana moda transportasi umum

    yang memiliki waktu operasi terbatas. Beberapa angkutan umum seperti angkot

    hanya beroperasi dari pukul lima pagi sampai pukul enam malam. Kondisi ini praktis

    menuntut mahasiswa yang memiliki aktivitas sampai malam hari atau di luar waktu

    operasi kendaraan umum tersebut memiliki kendaraan sendiri. Sebenarnya pilihan

    untuk menggunakan angkatan umum yang lain seperti armada taksi dan ojek cukup

    banyak tersedia di malam hari, hanya saja mahasiswa mempertimbangkan argo atau

    ongkos naik taksi/ojek yang relatif mahal dan agak merepotkan karena menunggu

    atau harus kepangkalan taksi/ojek yang kadang letaknya jauh. Oleh sebab itu,

    mahasiswa yang aktivitasnya tak terbatas-yang sampai malam hari tersebut-

    cenderung mengganggap alat mobilitas seperti motor sangat penting dalam menopang

    aktivitas mereka, sebab kendaraan yang dimiliki akan dapat digunakan setiap saat

    ketika dibutuhkan. Alhasil, kodisi lingkungan Yogyakarta yang demikian ini

    mendorong mahasiswa yang kuliah di Yogyakarta untuk memiliki kendaraan sendiri.

    Lambat laun kodisi ini berkembang ke arah pembentukan dan pertumbuhan berbagai

    komunitas otomotif di Yogyakarta.

    Namun, ada dua jenis kategori dalam kepemilikan kendaraan bermotor di

    Yogyakarta dan mungkin di Indonesia, yaitu:

    1. Motor sebagai alat kendaraan sesuai dengan fungsi sebenarnya (user).

    4Makmum, A.S, 1990,Psikolog Pendidikan, Bandung:IKIP.

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    9/34

    )

    2. Motor sebagai pembentuk identitas, memiliki nilai sosial dan pembentuk

    imajinasi kolektif (modifer).

    Pemilahan di atas secara sederhana menjelaskan bahwa perbedaan signifikan

    antara user dan modifier terletak pada kemampuannya mengidentifikasi motor

    sebagai sebuah simbol. Bagi seorang user, motor tak lebih dari hanya sekedar alat

    kendaraan yang membantu aktivitas manusia sehari-hari. Jika ada bagian yang rusak,

    hilang atau lepas tinggal di bawa ke bengkel, atau di jual/tukar tambah demi

    mendapatkan produk otomotif yang lebih baik. Sementara modifier meletakkan motor

    lebih dari seorang user, dan beberapa diantaranya memiliki bengkel pribadi atau pada

    tingkat minimal mampu merawat dan mengatasi kerusakan motor secara mandiri.

    Dengan demikian, bagi seorang modifier, motor adalah pemberi nilai subyektif bagi

    komunal, bersifat eksklusif dan ruangnya terbatas hanya untuk produk-produk motor

    tertentu.

    Perbedaan antara user dan modifier tidak selamanya bersifat kaku atau tidak

    bisa dipertukarkan. Artinya dalam kondisi tertentu, seorang user dapat berubah

    menjadi seorang modifier dan sebaliknya juga, seorang modifier dapat berubah

    menjadi seorang user ketika tuntutan hidupnya ikut berubah, misalnya pekerjannya

    yang menuntut fokus sehingga tidak memiliki waktu yang banyak untuk mengurus

    motor. Perubahan ini terjadi bukan tanpa alasan. Bagaimanapun perkembangan dunia

    otomotif tidak bisa lepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebab

    perkembangan ini mendorong perubahan perilaku individu. Di samping itu, peran

    penting ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti mampu melahirkan berbagai jenis

    produk-produk otomotif terbaru dengan berbagai macam keunggulan-keunggulan

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    10/34

    *+

    tertentu jika dibandingkan satu sama lain. Sejalan dengan semakin pesatnya teknologi

    otomotif ini, maka kebutuhan akan kendaraan di masyarakat semakin berkembang.

    Hal ini tak lepas dari banyaknya produsen otomotif yang menciptakan kendaraan

    dengan produk beragam dan berkualitas, baik jenis, merek maupun bentuknya.

    Kondisi pemanjaan konsumen ini pada akhirnya memotivasi individu untuk

    mempunyai kendaraan lebih dari satu tujuan yang berbeda.

    Pada saat ini, kemajuan teknologi informatika baik jaringan televisi maupun

    internet turut memberikan dorongan dalam menciptakan dunia tanpa batas atau sering

    disebut juga dunia tanpa sekat. Otomotif pun masuk dalam peta wilayah ini di

    mana media cetak maupun media elektronik menyumbang cukup besar dalam

    mendorong berkembangnya komunitas-komunitas otomotif di Indonesia, dan di

    Yogyakarta terbentuk secara masif. Di Indonesia, lebih dari 10 media massa nasional

    yang secara khusus membahas seluk beluk dunia otomotif untuk mendapatkan

    informasi tertentu. Di Yogyakarta, informasi tersebut tidak hanya di peroleh dari

    televisi nasional dengan program khususnya tentang otomotif, tetapi juga ada

    beberapa koran dan majalah lokal yang terbit berkala, dan secara substansi membahas

    masalah-masalah otomotif dan perbincangan tentang klub motor. Sebab di

    Yogyakarta, terdapat lebih dari 70 klub motor yang terdaftar di IMI (Ikatan Motor

    Indonesia). Selain itu, ada juga organisasi bernama JAC (Jogja Automotif

    Community) yang berdiri sejak tahun 2000.5

    Berdasarkan pengamatan dan riset lapangan terhadap Ikatan Motor Tiger

    Yogyakarta, penulis menemukan fakta bahwa keanggotaan tidak hanya di isi oleh

    5http://www.jogjajac.com/profile. Di download pada tanggal 07 Juni 2010, pukul 13. 27 WIB

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    11/34

    **

    kaum remaja, tetapi juga orang dewasa. Anggota yang berumur di bawah 20 tahun,

    terdapat 7 orang dari 243 anggota. Ada 5 orang anggota perempuan. Sehingga hobi

    terhadap otomotif tidak dibatasi berdasarkan usia dan jenis kelamin. Selain itu,

    berdasarkan hasil interview (wawancara) penulis dengan beberapa pihak, ditemukan

    fakta yang menarik. Pertama, ada cara pandang yang berbeda dalam menilai klub

    motor yang bagi beberapa orang di anggap komunitas hura-hura, bersifat ekstensialis,

    pamer kendaraan dan cenderung menciptakan kompetisi terselubung antar klub.

    Kedua, menilai klub motor tidak ada bedanya dengan kenakalan remaja dalam

    mengendarai motor secara ugal-ugalan yang menjadi sumber kepanikan masyarakat

    sehingga perlu dikontrol dan didisiplinkan melalui pranata sosial.

    Pada dasarnya, klub motor berbeda dengan geng motor. Klub motor memiliki

    aturan-aturan organisasional seperti memiliki visi-misi, susunan kepengurusan dan

    program kerja yang dituangkan ke dalam AD-ART. Seiring berkembangnya

    komunitas otomotif yang dilatarbelakangi oleh faktor pendorong yang berbeda-beda,

    perlu digarisbawahi bahwa anggapan negatif tentang eksistensi komunitas otomotif

    yang terbentuk dalam klub-klub motor di masyarakat masih tetap ada. Oleh sebab itu,

    motivasi individu bergabung ke dalam klub motor menjadi kata kunci utama untuk

    menjelaskan perilaku masing-masing anggota klub motor dalam komunitas otomotif

    tersebut.

    D.II. Definisi Konseptual

    1. Klub (club)

    Dalam Ilmu Sosiologi di kenal sejumlah pendekatan untuk memahami setiap

    gejala sosial yang berkembang di masyarakat. Salah satu yang populer adalah

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    12/34

    *!

    pendekatan fungsionalis. Pendekatan ini berusaha membedah kehidupan sosial

    masyarakat melalui jaringan kelompok yang bekerjasama secara terorganisasi dan

    bekerja secara teratur sesuai dengan fungsi dan peranannya serta mengikuti aturan-

    aturan, norma-norma dan nilai-nilai yang berkembang di suatu kelompok, komunitas,

    atau pun masyarakat. Oleh sebab itu, pengertian klub dapat ditelusuri melalui

    pengertian kelompok. Menurut Marhijanto (1997): Kelompok adalah sekumpulan

    orang atau beberapa orang; binatang; tumbuhan dalam wilayah tertentu.66

    Sedangkan menurut Sherif dan Sherief (1998) menyebutkan bahwa:

    Kelompok adalah suatu unit sosial yang terdiri dari dua atau lebih individu

    yang telah mengadakan iteraksi sosial yang cukup intensif dan teratur,sehingga antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan

    norma-norma tertenti yang luas bagi kelompok itu7.

    Pendapat ini diperkuat oleh Sadily yang mengatakan bahwa klub memiliki

    pengertian yang sama dengan kelompok atau kumpulan. Namun lain halnya dengan

    yang diutarakan oleh freedman:

    kelompok adalah organisasi yang terdiri dari atas dua atau lebih individu-individu yang tergantung oleh ikatan-ikatan suatu sistem ukuran-ukuran yang

    di terima dan disetujui oleh semua anggota-anggotanya.88

    Pendapat-pendapat ini memberikan gambaran bahwa kelompok adalah suatu

    kumpulan yang terdiri dari dua atau lebih individu, yang telah lama terbentuk dan

    memiliki tujuan tertentu dari kelompok tersebut.

    2. Motor (Automotif)

    Pengertian motor atau otomotif menurut Daryanto (1999) adalah:

    6Marhijanto, B, 1995,Kamus Lengkap Bahasa Populer, Surabaya: Bintang Timur7Ahmadi Abu, 1999,Psikolog Sosial, cet, ke 2,Jakarta: PT Rineka Cipta, Hal 588Ibid, Ahmad, 1999, Hal. 60

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    13/34

    *#

    Sesuatu yang berhubungan dengan kendaraan yang menggunakan mesin

    sebagai penggerak dan digunakan sebagai sarana transportasi. Dengan katalain secara garis besar otomotif adalah kendaraan yang menggunakan tenaga

    mesin dan digunakan sebagai sarana transportasi9.

    Dengan demikian, dari dua pengertian di atas, yaitu klub dan motor, jika di

    gabung maka dapat di tarik kesimpulan bahwa:

    Klub motor adalah suatu wadah atau kelompok yang terdiri dari dua ataulebih individu yang mencintai suatu jenis kendaraan tertentu (sarana

    transportasi dengan menggunakan tenaga mesin) dan selanjutnyamembangun komitmen untuk mencapai tujuan bersama melalui kelompok

    10.

    3. Identitas

    Dalam menjelaskan klub motor, tidak bisa dilepaskan dari konteks persoalan

    identitas dalam masyarakat. Identitas menjadi warna yang melekat dalam hubungan

    antara individu karena eksistensi seseorang menjadi bagian dari kelompok sosial

    dalam sistem kebdayaan tertentu. Tidak ada satupun individu yang lahir ke dunia

    berdiri dengan sendirinya atau tanpa memasukkan dirinya ke dalam kategori identitas

    tertentu. Iedntitas selalu melekat pada masing-masing orang ataupun komunitas dan

    menjadi unsur pokok dalam interaksi sosial. Identitas merupakan karakteristik khusus

    setiap orang atau komunitas lain untuk mengenalkan mereka. Karakteristik tersebut

    berupa bentuk fisik, pola pikir dan budaya.

    Setiap orang atau kommunitas memiliki identitasnya masing-masing sehingga

    terdapat berbagai macam identitas dalam kehiduupa sosial. Identitas dengan

    sendirinya menjadi pembeda antara seseorang dengan orang lainn atau pembeda

    antara suatu komunitas dengan komunitas lain. Menurut teori identitas sosial,

    9Daryanto, 1999, Teknik Otomatif, Jakarta: Bumi Aksara10Horton, Paul B. dan Chester L, Hunt, 1984, Sociology, Edisi Keenam, international Student Edition,

    Tokyo: mc. Graw-Hill book company Inc.Hlm, 89

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    14/34

    *$

    identitas individu yang tampil dalam setiap interaksi sosial disebut dengan identitas

    sosial. Identitas tidak bisa dipisahkan dengan konstruksi tentang keakuan (selfness)

    dan yang lain (thr other). Setiap individu akan melakukan pengidentifikasian tentang

    diri sendiri dan orang lain. Mereka pun berkeinginan untuk memperkuat identitas

    dirinya. Upaya penguatan keakuan ini dengan sendirinya membentuk konsep tentang

    yang lainnya (the other). Semua yang tak memiliki karakter atau kriteria seperti

    dirinya atau komunitasnya dianggap sebagai the other. Hal ini dipengaruhi oleh cara

    seseorang memandang dirinya dalam lingkungan dan komunitasnya. Dengan

    demikian, identitas memiliki peran penting bagi keberlangsungan masyarakat.

    Identitas mencitrakan kepribadian seseorang dan mampu memberikan kejelasan

    posisi orang tersebut dalam kehidupan sosialnya. Posisi ini memberikan ketenangan

    diri karena pengakuan masyarakat atas posisi tersebut menjamin eksistensinya,

    terlebih ketika seseorang menemukan orang lain memiliki identitas sama dan

    bergabung dalam satu komunitas, misalnya klub motor.

    Jika menggunakan pendekatan kulturalisme11,

    14maka pembentukan identitas

    klub motor di Yogyakarta dapat dijelaskan dengan perpektif instrumentalis12.15

    Artinya, identitas dalam diri klub motor tidak bersifat tetap. Relasi yang terbentuk

    dapat berubah dan kesadaran individu dikonstruksi oleh si pencetus ide dalam sistem

    pewarisan. Perpektif ini lebih menekankan dimensi kekuasaan. Artinya, kesadaran

    individu untuk bergabung dalam klub motor merupakan hasil manipulasi dan

    mobilisasi mereka (elit) atas nama

    11Lihat Mekay 1982: R. Cohen 197812

    Michael Hechter (1996: 1986): michael Banton (1994:1996)

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    15/34

    *%

    pendiri/pelopor/pemrakarsa/pencetu/eksponen/pionir/senior, dll. Konnstruksi ini

    diproduksi dan diwariskan terus menerus melalui atribut-atribut berupa organisasi,

    lambang atau simbol tertentu, baik itu simbol mitos, atau pun kepercayaan lainnya.

    Dalam bahasa yang lebih sederhana, identitas dalam klubb motor terbentuk atau

    merupakan produk wacana si pembuat ide di awal.

    Menurut Liliweri (2005: 42-45)13,16bentukan identitas itu meliputi: identitas

    pribadi, identitas sosial, dan identitas budaya. Klub motor masuk dalam kategori

    identitas budaya karena berangkat dari sistem budaya tertentu. Identitas ini bisa

    diperoleh dari pembelajaran dan penerimaan (adopsi) terhadap tradisi dalam suatu

    kebudayaan, misalnya klub motor yang akar sejarahnya merupakan tradisi orang

    Eropa yang menjalar ke Amerika.

    Dalam teori identitas sosial, seorang individu tidaklah dianggap sebagai

    individu secara mutlak satu dalam kehidupannya. Individu merupakan bagian dari

    kelompok tertentu baik disadari maupun tidak disadari. Konsep identitas sosial adalah

    bagaimana seseorang itu secara sosial dapat didefinisikan (Verkuyten, 2005)14

    .

    Normalnya, suatu identitas sosial biasanya lebih menghasilkan perasaan yang

    positif. Hal tersebut terjadi karena kita menggambarkan kelompok sendiri

    diidentifikasikan memiliki norma yang baik. Jika anda berada dalam universitas yang

    terbaik di Indonesia, serta menjadi bagian dari kelompok tersebut merupakan bagian

    dari keinginan anda juga, dan ternyata hal itu membuat diri anda nyaman karena anda

    memang senang menjadi bagian dari mereka (Branscome, Wann, Noel, & Coleman,

    13Lillweri, Alo. 2003,Prasangka dan konflik,Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara14http://idhamputra.wordpress.com/2008/10/21/teori-identitas-sosial/. Di download pada tanggal 07

    Juni 2010, pukul 13.50 WIB

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    16/34

    *&

    1993; Deaux, 1996; Ethier & Deaux, 1994; P. Oakes & Turner, 1980; Oakes,

    haslam, & Turner, 1994; M. Rubin & Hewstone, 1998; Tajfel, 1981, dalam Stangor,

    2004)

    15

    .

    Identitas sosial yang melekat pada seseorang merupakan identitas posistif

    yang ingin dipertahankan olehnya. Oleh karena itu, individu yang memiliki identitas

    sosial positif, maka baik wacana maupun tindakannya akan sejalan dengan norma

    kelompoknya. Dan, jika memang individu tersebut diidentifikasikan dalam suatu

    kelompok, maka wacana dan tindakannya harus sesuai dengan wacana dan tindakan

    kelompoknya.

    Konsep identitas sosial sebenarnya berangkat dari asumsi umum:

    1. Setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikanself-esteemnya:

    mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yangpositif.

    2. Kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi terhadap

    konotasi nilai positif atau negatif. Karenanya, identitas sosial mungkin positif atau

    negatif tergantungevaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial, bahkan pada

    lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi pada identitas

    sosial individu.

    3. Evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mengdeterminasikan danjuga

    sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui perbandingan

    15http://idhamputra.wordpress.com/2008/10/21/teori-identitas-sosial/. Di download pada tanggal 07

    Juni 2010, pukul 13.55 WIB

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    17/34

    *'

    sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik (Tajfel, 1974, dalam Hogg &

    Abrams, 200016).

    19

    Dari asumsi di atas tersebut, beberapa relasi prinsip teori dapat menghasilkan:

    1. Individu berusaha untuk mencapai atau merawat identitas sosial yang positif

    2. Identitas sosial yang positif ada berdasarkan pada besarnya tingkat perbandingan

    favorit in-group-out-group; in-grouppasti mempersepsikan dirinya secara positif

    berbeda dari out-group

    3. ketika identitas sosial tidak memuaskan, individu akan berusaha keluar dari

    kelompok, lalu bergabung pada kelompok yang lebih posisitif atau membuat

    kelompok mereka lebih bersifat positif (Tajfel, ibid) .

    Identitas sosial sebagai teori tidak bisa lepas dari keinginan individu untuk

    memperbandingkan dirinya serta kelompoknya dengan yanglain. Perbandingan sosial

    digambarkan oleh Festinger (1954) sebagai teori dimana bisa membimbing kita untuk

    membandingkandiri kita dengan yanglain, siapa yang serupa dengan kita dan siapa

    yang berbeda, siapa yang berada di atas dan siapa yang berada di bawah. Setidaknya

    ada tiga variabel yang mempengaruhi hubungan pembedaan antar kelompok dalam

    situasi sosial yang nyata (Tajfel, 1974; Turner, 1975; dalam Hogg & Abrams, 2000).

    Pertama, individu pasti memiliki internalisasi kelompok mereka sebagai konsep diri

    mereka: secara subjektif mereka pasti menidentifikasikan kelompok yang relevan.

    Hal ini tidak cukup darioranglain saja yang mengidentifikasikan seseorang kalau dari

    kelompok manadia berasal. Kedua, situasi sosial akan menciptakan perbandingan

    16http://idhamputra.wordpress.com/2008/10/21/teori-identitas-sosial/. Di download pada tanggal 07

    Juni 2010, pukul 13.55 WIB

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    18/34

    *(

    social yang memungkinkan terjadinya seleksi dan evaluasi atribut relasi yang relevan.

    Perbedaan kelompok pada tiap-tiap daerah tidak sama secara sikinifikan. Misalnya

    saja, di Amerika perbedaan kelompok lebih cenderung menonjol pada perbedaan

    warna kulit, tapi perbedaan warna kulit bukan sesuatu yang menonjol di Hongkong.

    Ketiga, in-group tidak membandingkan dirinya pada tiap proses kognitif yangada

    pada out-group:out-group pastinya dipersepsikan sebagai kelompok perbandingan

    yang relevan baik dalam kesamaan, kedekatan, dan secara situasional menonjol.

    Kemudian, Determinasi out-group dihasilkan sebagai perbandingan terhadap

    determinasi in-group.

    D.III. Kerangka Operasional

    a. Dasar-Dasar Pembentukan Klub Motor

    Secara umum, dasar pembentukan klub motor dapat ditelusuri dari dasar

    pembentukan kelompok. Menurut Gerungan (1996), ada beberapa dasar pembentukan

    kelompok, yaitu:17

    1. Dasar Sosiologis

    Bapak etika Aristoteles (abad ke-4 S.M) mengatakan bahwa semua manusia

    adalah zoom politicon atau makhluk sosial. Artinya, tidak ada seorang pun

    didunia ini yang mampu hidup sendiri, terpisah dari masyarakat dan tidak

    membutuhkan orang lain. Dalam kehidupan sosial, interaksi sosial adalah sebuah

    keniscayaan sehingga individu dalam suatu kelompok masyarakat yang terdiri

    dari individu-individu saling berkomunikasi, bekerjasama dan memiliki hubungan

    17Dr. W.A. Gerungan, 1996,Psikologi Sosial, Bandung, PT. Eresco.

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    19/34

    *)

    timbal balik dan saling mempengaruhi antara individu dan kelompoknya dan juga

    sebaliknya. Logika ini dapat digunakan untuk menjelaskan dasar pembentukan

    klub motor adalah ruang interaksi dimana individu bisa saling berinteraksi dan

    motor menjadi media penghubung interaksi antara satu individu dengan individu

    yang lain. Menjadi anggota klub motor dapat memudahkan individu membangun

    interaksi dan dapat beradaptasi dengan anggota yang lain.

    2. Dasar pedagogis

    Setiap kelompok dalam masyarakat idealnya mengandung nilai-nilai pedagogis

    dalam artian bahwa dengan terbentuknya kelompok tersebut, dapat meningkatkan

    taraf perkembangan kepribadian seseorang. Dengan adanya hubungan timbal

    balik dalam kelompok, maka perilaku dan prestasi seseorang akan semakin lebih

    baik. Selama manusia itu hidup, maka manusia tersebut masih dalam tahap

    perkembangan sehingga manusia masih terus dapat meningkatkan taraf

    kepribadiannya, mungkin dengan bergabung dan menjadi anggota klub otomotif

    individu dapat lebih mengaktualisasikan kepribadiannya, misalnya; rasa mali

    menjadi berani ketika terbiasa berinteraksi dengan sesama anggota klub motor.

    Atau sifat malas menjadi rajin karena terdorong untuk selalu disiplin mengikuti

    aturan-aturan yang dijalankan dalam klub motor.

    3. Dasar didaktis

    Setiap kelompok dalam masyarakat memiliki nilai didaktis yang digunakan

    sebagai sarana untuk perantara, penyampaian materi yang baru kepada anggota,

    dan melalui kerj kelompok setiap anggota dapat menguasai suatu materi dengan

    jalan diskusi. Keinginan orang untuk bergabung, berkelompok atau tinggal

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    20/34

    !+

    bersama dapat diterangkan dengan teori nilai tukar sosial atau social exchange

    theory yang dikemukakan oleh Thilbaut dan Kelly (1959)18

    . Anggota yang

    berpartisipasi dalam kelompok (klub motor) akan memperoleh sejumlah

    kesenangan, membicaarakan masalah yang mereka hadapi, saling membantu dan

    sebagainya. Meskipun dengan cara ini, individu menanggung kerugian yang bisa

    berupa uang, tetapi dapat juga bukan uang, misalnya waktu, tenaga, atau jasa-jasa

    yang lain.

    Tiga pendekatan di atas sedikit banyak dapat menjelaskan mengapa individu

    tertariK bergabung dengan club motor. Namun, ada alasan lain bagi individu untuk

    bergabung dengan klub motor, di antaranya:

    1. Keamanan

    Motif keamanan menjadi salah satu faktor yang mendorong individu untuk

    bergabung dengan klub motor, individu yang bergabung dengan klub motor akan

    merasa aman dari kondisi tertentu, khususnya yang berhubungan dengan masalah

    jenis kendaraan yang dimiliki, misalnya apabila kendaraannya bermasalah, maka

    individu tersebut dapat rnenanyakan pada anggota klub yang memiliki kendaraan

    yang sejenis, Sehingga individu menemukan ruang dalam klub motor untuk

    mencari solusi. Selain itu, keamanan disini juga dimaknai dengan rasa aman dari

    agresi/ ancaman/ serangan dari pihak lain. Dengan masuk klub motor, individu

    akan memiliki banyak teman, sehingga akan mengurangi rasa takut di saat

    menghadapi masalah khususnya yang berhubungan dengan konflik. Untuk

    beberapa kasus, menyebabkan fragmentasi di tubuh klub motor sendiri.

    18Ahmadi Abu, Drs, H, 1991,Psikologi Sosial, cet, Ke-2, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Hal 104.

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    21/34

    !*

    2. Kemungkinan maju dan berkembang

    Motif ini juga menjadi alasan pendorong individu untuk bergabung dengan klub

    motor, individu yang tertarik dengan klub motor mungkin juga memiliki

    kemampuan dalam hal berkendaraan, sehingga bergabung dengan klub motor

    ingin lebih maju dan berkembang lagi dalam hal wawasan mengenai dunia

    otomotif.

    3. Kesamaan Merek Motor

    Kesamaan merek motor biasanya menjadi dasar utama seseorang bergabung

    dengan klub motor. Merek motor yang sama menjadi landasn pembentukan

    organisasi motor. Sebagian besar klub motor yang ada berdasarkan merek dan

    menerima anggota dengan merek motor yang sama.

    4. Organisasi

    Individu yang masuk maupun bergabung dengan salah satu klub motor jika

    ditinjau dari motif ini adalah dengan alasan organisasi, sehingga menurut motif

    ini individu yang masuk maupun membentuk klub motor semata-mata didasari

    oleh motif keinginan untuk berorganisasi sehingga dapat mengasah kemampuan

    dibidang otomotif khususnya dan kemampuan berorganisasi pada umumnya

    karena organisasi otomotif (klub) mempunyai kesamaan dengan organisasi sosial

    lain pada umumnya, yang menjadi pengurus klub itu tidak mendapat gaji hanya

    sukarela, oleh karena itu yang diutamakan pada kepengurusan klub otomotif

    adalah loyalitas terhadap klub.

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    22/34

    !!

    5. Pertemanan

    Berdasarkan motif ini, mungkin teori inilah yang dirasa cukup berhubungan

    dengan motif terbentuknya sebagian besar klub motor di Yogyakarta, karena

    berdasarkan observasi yang peneliti lakukan terhadap beberapa klub sekaligus

    mewawancarai beberapa anggota klub rata-rata individu masuk maupun

    membentuk klub otomotif atas dasar pertemanan, artinya individu yang masuk

    menjadi anggota klub otomotif karena sebelumnya ada temannya yang lebih dulu

    menjadi anggota klub tersebut, walaupun ada sebagian yang tidak juga seperti

    itu.

    6. Kepemimpinan

    Motif individu bergabung dengan salah satu klub otomotif berdasarkan teori ini

    adalah dari segi kepemimpinannya, akan tetapi teori ini pun memberikan suatu

    kebenaran yang cukup realistis, karena individu yang ingin masuk klub otomotif

    secara langsung maupun tidak langsung memperhatikan sistem kepemimpinan

    klub tersebut, baik mulai dari pelindung, pembina, penasehat, dan para pengurus

    klub tersebut. Sehingga dapat memberikan daya tarik tersendiri bagi induvidu

    yang ingin masuk klub tersebut. Peneliti mengambil contoh klub otomotif IMBY

    (lkatan Motor Besar Yogyakarta) yaitu klub motor yang menghimpun para

    pecinta motor besar dengan kriteria mesin diatas 400cc, klub ini selain

    mempunyai pengurus dan Pembina yang dipegang langsung oleh Kasat Lantas

    Yogyakarta dan anggotanya pun adalah para pengusaha sehingga individu yang

    mau masuk klub tersebut dapat menilai sendiri bahwa klub tersebut bukan

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    23/34

    !#

    sekedar klub hobbies biasa. Namun mungkin ada unsur-unsur bisnis pada calon

    anggotanya yang ingin masuk klub tersebut.

    7.

    Mengisi waktu luang

    Beberapa anggota klub motor adalah mereka para pengusaha dan memiliki

    sejumlah aktivitas di kantor, baik pemerintahan maupun swasta. Mereka ini

    memanfaatkan waktu luang yang ada untuk bergabung dengan komunitas

    tertentu. Misalnya IMBY (Ikatan Motor Besar Yogyakarta) dengan kriteria motor

    dengan kapasitas mesin di atas 400 cc.

    8.

    Benefit (keuntungan ekonomi)

    Benefit atau keuntungan-keuntungan tertentu dapat memotivasi individu untuk

    masuk klub motor, misalnya individu yang mempunyai bengkel kendaraan.

    Dengan masuk klub motor maka secara tidak langsung individu tersebut dapat

    mempromosikan bengkelnya sehingga dapat menambah pelanggan walaupun

    hanya teman klubnya. Motif ini baik langsung maupun tidak langsung sangat

    barpengaruh khususnya yang senang jual beli, hal ini dapat menjadi dorongan

    bagi individu tersebut untuk masuk klub motor.

    b. Jenis-Jenis Klub Motor

    Perkembangan klub otomotif saat ini dapa dikatakan cukup pesat. Hal ini

    dibuktikan dengan banyaknya klub otomotif yang beraneka ragam di Yogyakarta.

    Selain itu beberapa media juga mendukung perkembangan dunia otomotif. Pada

    dasarnya klub otomotif terdiri dari dua jenis, yaitu Roda Empat dan Roda Dua.

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    24/34

    !$

    Karena skripsi ini tentang klub motor, maka penulis akan lebih fokus pada klub roda

    dua.

    Di Yogyakarta terdapat beraneka ragam jenis klub motor yang berdasarkan

    kriteria-kriteria tertentu. Misalnya klub motor IMTY (Ikatan Motor Tiger

    Yogyakarta) yang berdiri 21 Oktober 1996. Klub ini menghimpun pengguna motor

    Tiger yang ada di Yogyakarta. Klub ini termasuk klub yang terbentuk berdasarkan

    jennis manufaktur atau khusus Honda Tiger yang diproduksi oleh pabrikan Honda.

    Contoh yang lain adalah IMBI (Ikatan Motor Besar Yogyakarta) yang menghimpun

    penggemar motor besar di Indonesia. Kriteria untuk menjadi anggota klub ini adalah

    individu yang memiliki motor dengan kapasitas mesin di atas 600cc tanpa

    memperhatikan ttahun kendaraan, tipe kendaraan maupun pwbrikan kendaraan.

    Dengan kata lain, motor baik pabrikan Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki, dll asal

    memiliki cc di atas 600 dapat bergabung menjadi anggota klub ini.

    Menurut Andri Aming Aliwarga dan Veroland (2003) dari Kick Chooper

    menyebutkan bahwa ada beberapa jenis klub motor berdasarkan desain, yaitu :19

    1. Muscle Bike

    Muscle bike lebih mengekspos kekuatan sasis atau rangka yang ditonjolkan

    lewat mesin besar (biasanya diproduksi massal), jelas Vero.Mencuatkan

    kemewahan, custom dan kenyamanan, Di Michigan, Amerika serikat pasukan

    muscle bike ada wadahnya. Diberi nama Michigan Classic Muscle Bike. Simbol

    19Aliwarga, A. & Veroland, 2003,Macam-macam Klub Berdasarkan Istilah Desain, dalam bikers

    motorplus magazine edisi 02 tahun 2003.

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    25/34

    !%

    organisasi dilambangkan dengan motor bersilinder banyak yang segaris dan

    melebar.

    2.

    Streetfighter

    Streetfighter biasanya berbasis motor tipe sport yang dimodifikasi. Stang jepit

    kerap digantikan yang lebar ala turingatau punya trail. Memadukan penonjolan

    antara mesin dan rangka yang seimbang. Chasisdiperlihatkan tanpa ditutupi body

    cover. Menurut Vero,streetfighterlebih sedikit radikal lantaran dipakai juga buat

    kebut-kebutan. Seperti Eropa atau Inggris, mesin sudah dimodifikasi total,

    bahkan ada yang dilengkapi turboatausupercharger.

    3. Naked Bike

    Konsep naked bike lebih sederhana. Ditunjang bentuk mesin yang lebih kecil.

    Biasanya juga dikeluarkan pihak pabrik. Termasuk motor sport yang lepas

    fairing, bisa disebut naked, contoh sederhana Buell Blast Ligthtning Xl asli

    keluaran pabrik.

    4. Moped

    Moped istilah orang Jepang menyebut motor bebek. Seperti Norick Abe,

    pembalap MotoGP dari tim Yamaha Indonesia dalam promosi 125z di Kenjeran,

    Surabaya. Abe menjuluki bebek 125z sebagai moped. Pabrikan Jepang macam

    Honda, menyebutnya supercub. Lalu ada istilah lain underbone. Artinya center

    bonemeliuk di bawah layaknya bebek lokal macam Honda Supra.

    5. Chopper

    Chopperasalnya dari istilah chopyang berarti memotong. Perilaku modifikator

    yang tidak puas dengan bentuk asli pabrikan. Terkenal mulai awal 1970-an.

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    26/34

    !&

    Gampangnya chopberarti nafsu perkembangan dari desain bobberera 1960-an.

    Kemudian bentukan chopperidentik dengan rakelebar sudut kemiringan komstir

    jelas besar sasis melandai ke bawah. Ditunjangshockbrekerpanjang dengan roda

    depan berdiameter besar, namun ukunannya kecil contoh nyata di Harley

    Davidson Erectra. Karakter chopperdikembangkan Harley mania dari Amerika.

    SepertiHell,s Angeldan Outlaw.

    6. Sport

    Jenis ini tidak asing dilihat. Menggunakan baju alias fairing seperti Motor GP.

    7. Ratbike

    Ratbikesebenamya boleh masuk dalam spesifikasi motor apa saja. Istilah ratbike

    bukan termasuk dalam desain. Namun lebih kepada jiwa biker yang

    menunggangnya. Barang apa saja boleh ada tergantung di motor dari sandal jepit

    sampai kaleng minuman.

    8. Sport Turing

    Sport Turing gabungan dari motor sport dan turing. Gaya pengendara sedikit

    merunduk namun dilengkapi perlengkapan penunjang turing. Semacam bagasi di

    belakang kiri kanan. Lebih detail dapat dilihat pada Ducati sT4 asing dilihat.

    9. Turing

    Motor turing identik dengan chopper. Namun sekarang justru lebih ergonomis

    lagi gemuk dan nyaman seperti Honda Gold Wing, bahkan dilengkapi sistem

    penunjuk arah atau GPS (Global positioning system).

    10. Speedway

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    27/34

    !'

    Kuda besi speedway aslinya digunakan untuk kompetisi. Biasa dipakai balapan

    pada sirkuit trek oval. Tidak dilengkapi rem, cukup mengandalkan tekanan balik

    dan engine-brake. Transmisinya pun terbatas, lazimnya hanya dua tingkat

    percepatan.

    11. Dirt Track

    Aslinya dari nama balap motor di Amerika. Basis dari motor jalanan yang

    dimodifikasi untuk adu cepat di trek tanah sampai dimodifikasi Harley Davidson

    KR70, kemudian berkembang kelas supertracker dengan mesin 900-1000 cc.

    Bisa pakai dari suzuki TL1000 dan Honda VTR1000. Asli buat kompetisi tidak

    dilengkapi rem depan, hanya pakai rem cakram belakang20

    .

    12. Trail dan Trial

    Kuda besi trail lebih cocok untuk medan tanah dan batu kecil. Biasanya juga

    dipakai buat motocross. Trialbeda lagi, dirancang untuk medan lebih ekstrim.

    macam bebatuan terjal. Kerap juga dipakai atraksi panjat batu. Karena

    pembalap sering berdiri maka tidak dilingkapi jok. Kalaupun ada, bentuknya

    kecil dan rendah. Transmisinya pun hanya 3-4 tingkat percepatan.

    E. Metode Penelitian

    E.I. Pemilihan Metode Penelitian

    Metode pada dasarnya adalah alat/instrumen yang digunakan untuk mencapai

    tujuan penelitian. Oleh karena itu tujuan umum penelitian adalah untuk memecahkan

    20Aliwarga, A. & Veroland, 2003,Macam-macam Klub Berdasarkan Istilah Desain, dalam bikers

    motorplus magazine edisi 02 tahun 2003.

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    28/34

    !(

    masalah, maka langkah-langkah yang akan ditempuh harus relevan dengan masalah

    yang telah dirumuskan. Karena tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana

    IMTY membangun citra dirinya, maka pertama-tama akan dijelaskan metode yang

    akan digunakan.

    Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus.

    Menurut Wahyudi Kumorotomo (1995), studi kasus adalah deskripsi atau pemapaan

    analitis tentang peran IMTY dalam peembentukan formasi sosial di Yogyakarta.

    Tujuan penggunaan studi kasus, dan juga eksperimen, pada umumnya untuk

    menjawab pertanyaan how dan why (Yin, 1994). Dengan kata lain, studi kasus

    banyak dimanfaatkan untuk keperluan deskripsi dan eksplanasi dari suatu

    permasalahan.

    Berkaitan dengan penelitian deskriptif dalam studi kasus, maka yang

    dimaksud deskriptif adalah prosedur pemecaehan masalah yang diselidiki dengan

    menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang,

    lembaga, masyarakat dan lain-lain) pada saat sekarang berdasrkan fakta-fakta yang

    tampak atau sebagian adanya, atau secara singkat dapat dikatakan bahwa metode

    deskriptif merupakan langkah-langkah melakukan representasi obyektif tentang

    gejala-gejala yang terdapat di dalam masalah yang diselidiki (H, Hadari Nawawi,

    1983). Menurut Masri Singarimbun (1989), penelitian deskriptif dimaksudkan untuk

    pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial tertentu. Peneliti mengembangkan

    konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Metode

    ini tidak terbatas sampai pada pengumpulan data dan penyusunan data, tetapi juga

    meliputi analisa dan interpretasi tentang data itu.

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    29/34

    !)

    Dr. Suharsimi Arikunto (1986), mengatakan bahwa pada umumnya penelitian

    deskriptif merupakan penelitian non hipotesis sehingga langkah penelitiannya tidak

    perlu merumuskan hipotesis. Selain itu, pelaksanaan metode-metode deskriptif tidak

    terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi

    analisa dan interpretasi data itu. Karena itu pula maka sebaiknya seorang penyelidik

    menjelaskan lebih lanjut proses dan teknik yang dipergunakan, dan tidak hanya

    menerangkan bahwa ia memakai metode deskriptif.

    E.2. Teknik Pengumpulan Data

    Setiap penelitian membutuhkan data untuk menganalisis dan membuat

    kesimpulan dalam memecahkan suatu masalah, untuk mendapatkan data yang

    lengkap, akurat serta ilmiah maka dibutuhkan metode pengumpulan data. Di dalam

    penelitian ini peneliti mengunakan beberapa metode pengumpulan data, Metode-

    metode itu adalah:

    1.Observasi

    Dalam penelitian ini peneliti turun langsung kelapangan untuk melakukan

    pengamatan secara langsung. Tujuan dari metode ini untuk meneliti realitas yang ada

    dilapangan secara langsung.

    2.Wawancara

    Metode wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi secara

    terperinci dan mendalam dari aspek yang ditentukan secara relevan dengan

    permasalahan penelitian ini, wawancara dilakukan dengan responden. Dalam metode

    wawancara ini peneliti dapat mengunakan panduan yang berisi poin-poin yang

    dianggap dapat menguraikan serta relevan dengan masalah yang diangkat.

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    30/34

    #+

    3.Dokumentasi

    Metode dokumentasi adalah teknik dalam pengumpulan data dengan

    mempelajari apa yang tertulis dan dapat dilihat dokumen-dokumen yang ada, data

    yang didapat adalah data sekunder.

    Untuk mengumpulkan data, digunakan teknik atau studi dokumenter, yaitu

    cara mengumpulkan data melalui peninggalan data tertulis, terutama berupa arsip-

    arsip dan juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-

    lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan (Prof. DR. Hadari Nawawi,

    1993).

    E.3. Subjek dan Objek Penelitian

    Yang dimaksud dengan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah

    peneliti sendiri, ketentuan ini berdasarkan kepada pendapat yang menyatakan bahwa

    manusia adalah intrumen pokok dalam penelitian, sedangkan objek penelitiannya

    adalah anggota klub motor IMTY-Ikatan Motor Tiger Yogyakarta.

    E.4. Sumber Data

    Dalam melaksanakan penelitian ini, saya mencari data-data tentang

    pergulatan identitas klub motor dalam dinamika sosial (Studi komparansi tentang

    klub motor IMTY-Ikatan Motor Tiger Yogyakarta), untuk mendapatkan data-data

    yang dibutuhkan, peneliti menggunakan dua sumber data yaitu :

    a.

    Data Primer

    Data yang didapat dengan jalan memberi pertanyaan kepada Responden,

    yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah anggota klub motor IMTY dan

    masyarakat

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    31/34

    #*

    b.Data Sekunder

    Data yang diperoleh dari penelitian orang lain, dalam hal ini dapat berupa

    catatan-catatan, laporan, buku, pedoman, dan-data lain yang dapat melengkapi data

    yang sudah ada.

    Data dalam penelitian ini adalah data-data sekunder, yaitu data yang telah

    lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang di luar penyelidik sendiri,

    walaupun data yang dikumpulkan sesungguhnya adalah data yang asli (prof. DR.

    Winarno Surachmad, Msc. Ed, 1986). Data sekunder yang dmaksud adalah data-data

    tentang sejak kapan terbentuknya IMTY dan bagaimana dinamika klub motor ini di

    Yogyakarta. Data sekunder selain dapat deperoleh dari sumber dokumen, dapat juga

    melalui majalah, koran, atau data-data yang tersedia.

    Selain teknik dokumentasi, penelitian ini juga menggunakan teknik interview

    sebagai cara pengumpulan data. Data primer ini dalam penelitian yang akan

    dilakukan sangat memegang peranan karena kurangnya syudi tentang klub motor dari

    aspek sosiologis di Indonesia. Menurut Sutrisno Hadi (1986: 193) menyatakan

    bahwa: interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data denga jalan

    tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis yang berlandaskan pada

    tujuan penyelidikan. Dari cara pengumpulan data, interview dapat dibagi menjadi tiga

    jenis:

    1.

    Interview tak terkontrol, dilakukan apabila interview dalam menjalankan

    tugasnya tidak mempunyai pedoman yang dipakai dalam proses tanya jawab.

    2. Interview terkontrol, merupakan kebalikan dari interview tidak terkontrol.

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    32/34

    #!

    3. Interview bebas kontrol, yaitu apabila interview membawa kerangka

    pertanyaan-pertanyaan untuk disajikan, yaitu apabila interview membawa

    kerangka pertanyaan-pertanyaan diserahkan kepada kebijaksanaan interviewer

    (departemen sosial RI.:45-47).

    Dalam melakukan interview, peneliti menggunakan teknik interview bebas

    kontrol. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan penjelasan-penjelasan yang lebih

    komplit dalam mensiasati pertanyaan-pertanyaan lanjutan setelah mendapatkan

    penjelasan awal dari pertanyaa yang akan diajukan. Untuk tetap menjaga objektifitas

    data, maka data yang dikumpulkan adalah data yang mempunyai relevansi dengan

    tujuan penelitian yang ingin dicapai.

    E.5. Teknik Pemilihan Responden.

    Responden dalam penelitian ini ditentukan melalui metodePurposive

    Sampling(Pengambilan sampel berdasarkan tujuan), yaitu sebagai berikut :

    a. Anggotag klub motor IMTY-Ikatan Motor Tiger Yogyakarta

    b. Masyarakat

    Dalam metode ini penentuan sampel didasarkan pada pertimpangan

    pengumpulan data yang menurut saya sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

    E.6. Teknik Analisa Data

    Pengelohan data penelitian yang berupa data kuantitatif dan kualitatif

    selanjutnya dianalisa dengan menggunakan deskriptif kualitatif. Analisa kualitatif

    terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu reduksi data,

    penyajian data dan penarikan kesimpulan. Reduksi data merupakan proses pemilihan,

    penyerderhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    33/34

    ##

    tertulis dilapangan. Hasil observasi fisik dan wawancara diidentifikasi sambil di

    reduksi berdasarkan kriteria permasalahan yang telah ditetapkan kemudian dianalisis

    seluruhnya melalui pendekatan interaksi. Dilanjutkan dengan pendalaman setiap

    aspek untuk dapat dianalisa sesuai dengan permasalahan. Penyajian data sebagai

    sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan

    kesimpulan dan pengambilan tindakan. Kegiatan analisis ketiga adalah menarik

    kesimpulan.

    Analisis data secara kualitatif dalam penelitian ini mengedepankan analisa

    terhadap peran IMTY dalam masyarakat. Mengingat analisa data ini sifatnya

    kualitatif, maka apabila terdapat data yang berwujud angka statistik, untuk

    kepentingan penulisan ini, data tersebut akan ditransformasikan menjadi kalimat-

    kalimat yang bersifat kualitatif.

    E.

    Sistematika Penulisan

    Karya ilmiah ini akan terdiri dari beberapa bab pembahasan dan beberapa

    sub bab. Secara garis besar sistematikanya seperti dibawah ini :

    BAB I. Pendahuluan: berisi tentang latar belakang pemilihan judul, rumusan

    masalah, tinjauan pustaka, metodologi dan sistematika penulisan

    BAB II.Sejarah Motor dan Historiografi Ikatan Motor Tiger Yogyakarta: akan

    memberikan gambaran tentang sejarah motor secara umum dan motor honda tiger

    khususnya. Bagian ini juga menyampaikan data-data yang sekiranya nanti akan bisa

    digunakan sebagai data pendukung dalam pembahasan di bab berikutnya.

  • 7/24/2019 Fenomena Geng Motor

    34/34

    #$

    BAB III. Struktur dan Keanggotaan IMTY. Bab ini akan memberikan gambaran

    struktur dan sistem keanggotaan.

    BAB IV.Pergulatan IMTY Dalam Sistem Sosial Masyarakat: Bab ini akan

    membahas aktifitas IMTY, pola hubungan antara IMTY dengan klub motor lainnya

    dan IMTY dengan masyarakat.

    BAB V. Kesimpulan: berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah

    dilakukan pada bab sebalumnya.