Eksistensi JIKTI: Sebuah Gagasan Geng Motor...

46
Catatan Penutupan Forum Kepala Bappeda Provinsi Se-Kawasan Timur Indonesia X Memperkuat Eksistensi JIKTI: Sebuah Gagasan Belajar Bersama Geng Motor iMuT Prospek Pembumian Pendidikan Karakter

Transcript of Eksistensi JIKTI: Sebuah Gagasan Geng Motor...

BaKTINews | 1No. 103 Juli - Agustus 2014

Catatan Penutupan Forum Kepala Bappeda Provinsi Se-Kawasan Timur Indonesia X

Memperkuat Eksistensi JIKTI: Sebuah Gagasan

Belajar Bersama Geng Motor iMuT

Prospek Pembumian Pendidikan Karakter

2 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

Galih Gerryaldy

BaKTINews | 3No. 103 Juli - Agustus 2014

Catatan Penutupan Forum Kepala Bappeda Provinsi Se-Kawasan Timur Indonesia X

Memperkuat Eksistensi JIKTI: Sebuah Gagasan

Belajar bersama Geng Motor iMuT

Analisis Potensi Replikasi Praktik Baik Malaria dan Tb Center Di Papua

Suara Forum KTI

JiKTI

Praktik Cerdas Terkini

Program KINERJA-USAID

Oleh Agussalim

Oleh Sumarni Arianto

Oleh Theofransus Litaay dan Marthen Ndoen

12

1

4

7

Lokakarya Diseminasi Praktik Cerdas : Inovasi Pemerintah Daerah Dalam Percepatan SPM

Program Mitra - BASICS

Oleh Ferry Yunifer

15

Indonesia: Negara Digital Baru?Bagian 2

Menaruh Harap Pada Kelompok Konstituen

Prospek Pembumian Pendidikan KarakterBagian 1

Pemanfaatan Rumput Dan Kotoran Hewan Di Jadikan Pupuk Bokashi

Komunikasi

Program Mampu

Pendidikan

Diskusi Praktik Cerdas

Kegiatan di BaKTI

Oleh Matt Abud

Oleh Junardi Jufri

Oleh Prof. Dr. Yulianto Kadji, M.Si

Oleh Ismail Husein32

35

37

40

42

Capacity Building dan Mentoring 15 Penerima Hibah Penelitian JiKTI

Kisah Inspiratif Wahana Visi Indonesia

Opini JiKTI

Oleh Agussalim

Oleh Victoria Ngantung

25

19

29 Kabar WVI

Bengkel KomunikasiMenghadirkan Foto Bercerita untuk Perubahan

Info Buku

Illustrasi Cover: Ichsan Djunaed

43

Daftar IsiJuli-Agustus 2014 No. 103

Suasana pasar tradisional di tepi pantai di Kupang. Foto ini adalah karya Danny Wetangterah, satu dari sejumlah foto peserta Bengkel Komunikasi : Foto Bercerita yang diadakan oleh BaKTI di Kupang dan Mataram. Simak foto peserta lainnya diedisi ini.

RALAT

Pada BaKTINews 102 kami memuat tulisan berjudul “Alternatif Kebijakan Pengembangan Agribisnis Rumput Laut Sebagai Usaha Pengentasan Kemiskinan di Nusa Tenggara Barat”. Tulisan tersebut ditulis oleh (alm.) Dr. Ahmad Zaini, Focal Point JiKTI Nusa Tenggara Barat berdasarkan penelitian yang disusun oleh penerima Hibah Penelitian JiKTI 2011, Baiq Titis Yulianty, anggota JiKTI Nusa Tenggara Barat dengan judul penelitian “Evaluasi Program PengembanganAgribisnis Rumput Laut Sebagai Usaha Pengentasan Kemiskinan di Wilayah Pesisir Lombok Timur Nusa Tenggara Barat” atas dukungan dana AusAid melalui The Asia Foundation untuk Penelitian KebijakanBaKTI-JiKTI

1 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

T anggal 25 Juni 2014, kembali diselenggarakan Forum Kepala BAPPEDA Provinsi se-KTI. Kegiatan yang diselenggarakan

di Mataram ini mengangkat tema mengenai sinkronisasi perencanaan pembangunan Kawasan Timur Indonesia berdimensi kewilayahan. Forum ini adalah forum kesepuluh yang telah berhasil diselenggarakan.

Pemerintah berupaya mewujudkan kehidupan yang lebih mandiri, makmur, sejahtera, adil, dan merata di seluruh wilayah tanah air. Hal ini menjadi kesepakatan dan komitmen bangsa Indonesia. Pencapaian tujuan pembangunan nasional tersebut tidak hanya dilakukan dengan pembangunan sektoral yang parsial, namun perlu pembangunan wilayah yang komprehensif dan holistik. Pembangunan ini perlu mempertimbangkan keserasian berbagai sumber daya sebagai unsur pembentuk ruang utama, dengan didukung oleh sistem hukum dan sistem kelembagaan yang handal.

Reformulasi kebijakan pengembangan wilayah untuk mendorong perekonomian nasional menjadi penting dan mendesak dalam menghadapi era globalisasi, demokratisasi dan desentralisasi. Dalam

hal ini pemahaman yang utuh, lengkap dan jernih terhadap potensi dan isu strategis wilayah akan membantu perumusan kebijakan pembangunan yang lebih akurat, efektif, dan efisien. Kebijakan pengembangan ini berguna untuk mempercepat terwujudnya tujuan pembangunan nasional, mendorong pemerataan antar daerah, dan mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan.

Berbagai pokok pikiran yang berkembang dalam forum ini menjadi masukan penting dalam penyusunan rancangan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah 2015-2019. Sesuai dengan amanat RPJP Nasional 2005-2025 dalam RPJM Nasional 2015-2019, pemerintah berupaya memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis sumber daya alam yang tersedia, sumber daya manusia yang berkualitas, serta kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Berdasarkan hasil diskusi dalam forum yang diselenggarakan ini, terdapat beberapa catatan penting yang perlu kita cermati sebagai dasar dalam perumusan kebijakan pembangunan. Hingga

Suara Forum KTI

Catatan PenutupanForum Kepala Bappeda Provinsi

Se-Kawasan Timur Indonesia X

Dr. Ir. Imron Bulkin, MRP., Deputi Meneg PPN/Kepala Bappenas Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah, memaparkan Arah Kebijakan dan Rencana Strategis

Pembangunan Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua) dalam Rancangan Teknokratis RPJMN 2015-2019 Berdimensi Kewilayahan

BaKTINews | 2No. 103 Juli - Agustus 2014

akhirnya terumuskan sepuluh arah kebijakan pembangunan Kawasan Timur Indonesia di tahun 2015-2019.

Kinerja pembangunan wilayah Kawasan Timur Indonesia dirasa belum optimal. Melihat hal ini, penting adanya kesepakatan atau cita-cita bersama memajukan wilayah Kawasan Timur Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan upaya perwujudan pemerataan bersama dengan pertumbuhan sehingga pembangunan sektoral harus selaras dengan pembangunan wilayah. Mendukung hal ini, diperlukan pemahaman yang lebih utuh, konkrit dan lugas tentang struktur keterkaitan antarsektor dalam setiap wilayah, mekanisme transaksi ekonomi antar wilayah, pemilihan kerangka investasi dan kerangka regulasi dalam mendukung pembangunan wilayah.

Kawasan Timur Indonesia perlu diprioritaskan pada kemandirian ekonomi yang difokuskan pada pangan dan energi. Aspek lain yang perlu diperhatikan adalah perubahan iklim yang akan berpengaruh pada pertanian. Oleh karena itu, perumusan kebijakan pembangunan wilayah harus selalu memperhitungkan keterkaitan 3 hal, yaitu tujuan ekonomi untuk mendorong kemajuan

ekonomi wilayah, tujuan sosial untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, serta tujuan ekosistem untuk mendorong pembangunan yang berkelanjutan.

Pembangunan infrastruktur (jalan, air bersih, listrik, transportasi dan telekomunikasi) perlu diintegrasikan dengan memperhatikan negara kepulauan dalam mendorong pembangunan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia. Infrastruktur menjadi perekat yang mendorong keterkaitan ekonomi antar wilayah, menghubungkan kawasan maju dan kawasan tertinggal, dan sekaligus memperlancar perpindahan orang dan barang secara lebih cepat dan efisien.

Keterbatasan sumber daya, khususnya dalam hal pendanaan dari Pemerintah Pusat memberikan konsekuensi bahwa perencanaan pembangunan ke depan harus dihadapkan untuk memilih wilayah strategis (Pusat Kegiatan Nasional – PKN). Hal ini disesuaikan dengan RTRWN/RTRWP/RTRWK yang memiliki keunggulan sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk mendorong daya saing wilayah. Di samping itu, pembiayaan Pusat ke Daerah diyakini akan menjadi faktor pengungkit pembangunan

DOc.

YAY

ASAN

BAK

TI

3 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

di Kawasan Timur Indonesia. Disinilah peran pemerintah pusat menjadi sangat penting dibanding peran swasta dalam mendorong pembangunan di Kawasan Timur Indonesia.

Secara umum, telah dialokasikan anggaran pusat ke wilayah KTI dalam jumlah berimbang dengan Kawasan Barat Indonesia. Jumlah ini mengalami peningkatan, tetapi perlu diperhatikan bagaimana alokasi anggaran tersebut dapat mengakselerasi pembangunan di wilayah KTI. Di sisi lain, hambatan-hambatan pembangunan (seperti pembebasan lahan) di wilayah KTI juga perlu menjadi perhatian bersama, baik Pemerintah Pusat dan Provinsi sehingga kontribusi pembangunan dari Pemerintah Pusat ke daerah dapat berjalan lancar.

Ke depan langkah yang harus segera kita dilakukan untuk mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI adalah sebagai berikut: n Rumusan tujuan dan sasaran pembangunan

2015-2019;n Usulan rencana program kegiatan dan pendanaan

2015-2019 dalam peningkatan pelayanan dasar untuk memenuhi standar pelayanan minimum dalam bidang pendidikan, kesehatan, air bersih dan air minum, perumahan, listrik;

n Usulan rencana program, kegiatan dan dana untuk peningkatan daya saing dengan penetapan sektor dan komoditas unggulan;

n Usulan perluasan kerjasama dan perdagangan intra daerah dan antar daerah.

n Penyiapan safeguarding (pengendalian dan evaluasi) dalam penyiapan lahan, penyiapan

regulasi, penyiapan organisasi dan manajemen, penyiapan skema pembiayan.

Beberapa Praktik Cerdas berpotensi untuk dikembangkan dan direplikasi dengan menjadi Program Pemerintah. Oleh sebab itu, Forum Kawasan Timur Indonesia dan BaKTI perlu mengupas dan menjelaskan syarat-syarat replikasi smart practices. Bappeda perlu menyiapkan usulan dan langkah konkrit 2015-2019 terkait bidang pelayanan dasar, penguatan daya saing daerah

(sektor dan komoditas), serta pengembangan kerjasama dan perdagangan antar daerah dan antar negara.

Bappenas dan Kementerian Keuangan perlu lebih berperan aktif dalam melakukan sinkronisasi perencanaan dan penganggaran. Hal ini dilakukan antar Kementerian/Lembaga yang masih dipandang belum sinkron dan saling terkait antara perencanaan antar Kementerian/Lembaga. Upaya ini diperlukan agar perencanaan dari pusat dan daerah yang berpihak kepada pembangunan Kawasan Timur Indonesia dapat berjalan secara efektif.

Terkait dengan segera disusunnya Rancangan RPJMN 2015-2019 dalam dimensi kewilayahan, maka Pemerintah Daerah melalui Kepala Bappeda Provinsi perlu memberikan masukan terkait rencana dan kegiatan prioritas. Hal ini didukung dengan adanya indikasi kebutuhan pendanaan baik dari pusat dan daerah yang dapat mendorong pembangunan Kawasan Timur Indonesia. Masukan dari Pemerintah Daerah di Kawasan Timur Indonesia akan dikoordinasikan oleh Forum KTI dan Yayasan BaKTI untuk kemudian disampaikan ke Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS (Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah) pada tanggal 7 Juli 2014.

Arah kebijakan ini memberikan gambaran mengenai Kegiatan Sinkronisasi Perencanaan Pembangunan Kawasan Timur Indonesia Dalam Rancangan RPJMN 2015-2019 Berdimensi Kewilayahan pada Forum Kepala Bappeda yang kesepuluh.

INFo LebIH LANJuTUntuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai Forum Kepala BAPPEDA, Anda dapat menghubungi kami melalui email [email protected]

Prof. Dr. Ir. Hj. Winarni Monoarfa, MS, Ketua Pokja Forum KTI/Sekda Provinsi Gorontalo, memberikan sambutan dalam Pertemuan ke-9 Forum Kepala BAPPEDA Provinsi se-KTI

DOc.

YAY

ASAN

BAK

TI

BaKTINews | 4No. 103 Juli - Agustus 2014

Memperkuat Eksistensi JiKTI

Sebuah Gagasan

Oleh Agussalim

JiKTI

Transformasi Keberkelanjutan JiKTIJika ditelusuri ke belakang, ide dan gagasan

pembentukan Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (JiKTI) sesungguhnya bermula dari keinginan untuk mendorong pertukaran informasi terkait hasil-hasil penelitian yang dilakukan di Kawasan Timur Indonesia (KTI). Gagasan ini lahir atas kesadaran, bahwa penelitian dan kajian tentang pembangunan KTI sesungguhnya sudah banyak dilakukan. Namun, kendalanya adalah hasil penelitian tersebut tidak pernah dikonsolidasi dan disebarluaskan.

BaKTINews | 4No. 103 Juli - Agustus 2014

ILLU

STRA

SI: I

cHSA

N DJ

UNAE

D/YA

YASA

N BA

KTI

5 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

Selanjutnya, dibentuklah Focal Point (FP) di setiap provinsi wilayah KTI. Focal Point ini berperan dalam mengefektifkan kerja jaringan, mereka bertugas untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, dan mengkonsolidasikan hasil-hasil penelitian guna kemajuan KTI. Focal Point juga berperan dalam menyebarluaskannya hasil penelitian di dalam komunitas JiKTI sebagai penggiat pembangunan KTI.

Dalam perkembangan berikutnya, muncul keinginan untuk lebih memperkuat kelembagaan JiKTI seiring dengan perkembangan yang positif dari JiKTI. Berbagai upaya pun terus dilakukan, terutama menyangkut penataan struktur organisasi, peningkatan kapasitas peneliti, perbaikan mekanisme kerja, dan sebagainya. Ini dirasa penting, mengingat peran dan fungsi JiKTI dalam mendorong peningkatan kuantitas dan kualitas, serta penyebaran hasil-hasil kajian yang masih dianggap belum optimal. Hasil penelitian belum sepenuhnya mampu digunakan sebagai rujukan dan referensi bagi pengambil kebijakan. Hasil penelitian juga dirasa belum sanggup dinaikkan ke level publikasi internasional.

Harapan dan tuntutan terhadap JiKTI terus berlanjut. Salah satu wacana yang berkembang di dalam internal JiKTI beberapa waktu yang lalu adalah bagaimana mendorong JiKTI untuk memproduksi kajian-kajian akademik, studi-studi empiris, telaah kebijakan, dan rekomendasi program. Hasil-hasil akademis inilah yang nantinya menjadi masukan bagi perumusan kebijakan, terutama yang berkaitan dengan isu-isu pembangunan KTI. Untuk sampai pada posisi ini, JiKTI diharapkan dapat mendorong upaya kolaboratif di antara para peneliti di KTI. Upaya ini mendorong agar peneliti dapat mengisi kebutuhan kebijakan dan perencanaan pembangunan, sehubungan dengan hasil penelitian. Tuntutan ini menghendaki, agar JiKTI dapat berperan sebagai produsen yang menghasilkan produk-produk pengetahuan (supply side).

JiKTI diharapkan dapat memposisikan diri sebagai intermediary antara supply side dan demand side. Disisi lain, JiKTI diharapkan dapat berperan sebagai advokator kajian dan hasil-hasil penelitian kepada para pengambil kebijakan pada semua level pemerintahan. Harapan ini masih dianggap sebagai pilihan yang cukup realistik dan rasional, mengingat JiKTI memiliki berbagai keterbatasan dari sisi kapasitas kelembagaan, kualitas sumber daya peneliti, maupun dukungan anggaran.

Pencapaian dan Masalah yang Masih TersisaDalam beberapa tahun terakhir, JiKTI mengalami

perkembangan yang cukup signifikan. Dirunut dari pencapaian kuantitatif JiKTI, yaitu pertukaran informasi melalui mailing-list, penerbitan direktori peneliti, hasil penelitian, dan institusi peneliti di Kawasan Timur Indonesia, penerbitan Statuta JiKTI, penerbitan Rencana Strategis JiKTI, penyelenggaraan berbagai workshop (metodologi penelitian, penulisan policy brief, dan sebagainya), penerbitan policy paper, sosialisasi JiKTI di berbagai daerah, dan perumusan pandangan-pandangan JiKTI mengenai pembangunan KTI untuk diakomodir di dalam rancangan RPJMN.

Perkembangan yang cukup signifikan dalam dua tahun terakhir adalah pemberian research grant kepada peneliti muda dalam bentuk hibah kompetitisi. Antusiasme dan minat para peneliti muda tampak cukup besar. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah proposal yang diikutsertakan dalam kompetisisi. Pada tahun 2013, jumlah proposal yang masuk hanya sekitar 36 buah. Di tahun 2014 terjadi peningkatan menjadi 3 kali lipat. Melihat kondisi ini, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan JiKTI semakin dikenal di kalangan para peneliti muda, serta tingginya minat meneliti di kalangan peneliti muda.

Meskipun demikian, JiKTI juga dihadapkan pada beberapa masalah. Penulis merangkum manjadi tiga pokok permasalahan yang dihadapi oleh JiKTI, yaitu:

Pertama. Sebagai sebuah kelembagaan yang bertumpu pada jejaring, mekanisme kerja JiKTI perlu sangat spesifik. Namun kondisi saat ini, JiKTI masih mengikuti pola kerja struktur formal. Ketika JiKTI belum mampu merumuskan mekanisme kerja yang ideal dan sesuai dengan keunikannya, maka hal

FOTO

: IcH

SAN

DJUN

AED/

YAYA

SAN

BAKT

I

Peran utama JiKTI adalah membangun, memperkuat, dan mengembangkan kemitraan, serta mendorong upaya-upaya peningkatan kapasitas peneliti KTI.

5 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

BaKTINews | 6No. 103 Juli - Agustus 2014

ini akan berpengaruh terhadap produktivitas dan kinerja JiKTI.

Kedua. Seluruh Focal Point (FP) memiliki profesi utama, sehingga JiKTI dirasa sebagai aktivitas lain di luar profesi utama. Hal ini berakibat pada perhatian dan fokus kerja Focal Point yang terbatas, baik dari segi waktu maupun tenaga. Kondisi ini didukung dengan belum adanya instrumen yang dapat mendorong para Focal Point untuk bekerja secara optimal bagi kepentingan JiKTI.

Ketiga. JiKTI tidak memiliki sumber daya yang memadai untuk mengeksekusi berbagai program dan kegiatan. Satu-satunya sumber daya yang dimiliki JiKTI adalah Focal Point yang tersebar di 12 provinsi di KTI. Dukungan dari berbagai pihak, terutama lembaga donor internasional, dirasa sulit untuk proses mobilisasi. Hal ini disebabkan oleh sulitnya membangun kolaborasi yang efektif antar sesama Focal Point dan peneliti.

Arah Penguatan JiKTI Ke DepanJiKTI dapat menjadi sebuah entitas

yang berkontribusi signifikan bagi kemajuan pembangunan KTI, dan diperlukan pembenahan pada tiga hal pokok, yaitu:l Pembenahan Internal. Upaya pembenahan

pertama-tama harus dilakukan pada penataan kelembagaan. Perlu dilakukan peninjauan, evaluasi serta pengembangan secara berkala dalam struktur organisasi, mekanisme kerja, aturan main, dan kapasitas sumber. Mekanisme koordinasi JiKTI, baik dengan Yayasan BaKTI maupun dengan Pokja Forum KTI dan Forum Kepala Bappeda, juga perlu terus diperbaharui guna menemukan pola relasi yang ideal. Tanpa pembenahan dan penataan kelembagaan, sulit mengharapkan JiKTI berkembang ke arah yang ideal.

l Penguatan Peran. Dalam beberapa dokumen JiKTI, disebutkan bahwa peran utama JiKTI adalah membangun, memperkuat, dan mengembangkan kemitraan, serta mendorong upaya-upaya peningkatan kapasitas peneliti KTI. Melalui Focal Point, diharapkan peran tersebut dapat dioperasionalkan di masing-masing provinsi. Jika dicermati, perspektif ini sesungguhnya lebih berkonotasi activity-based (berbasis aktifitas). Bagi penulis, perspektif ini tidak sepenuhnya ideal bagi JiKTI. Arah strategis JiKTI di masa depan sebaiknya berorientasi outcomes-based (berbasis hasil). Dengan perspektif outcomes-based, keberhasilan JiKTI dinilai dari seberapa produktif JiKTI menghasilkan produk yang dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam perumusan kebijakan. Disisi lain juga dinilai dari seberapa efektif JiKTI mampu mempengaruhi arah kebijakan pembangunan, serta seberapa kuat JiKTI mampu memperjuangkan agar pengetahuan dan hasil-hasil penelitian menjadi dasar bagi pengambilan keputusan. Bagi penulis, posisi ideal semacam inilah yang seyogyanya menjadi orientasi strategis JiKTI di masa depan.

l Perluasan Jejaring dan Kemitraan. Sebagai

sebuah entitas yang berbasis jejarng, perluasan dan pengembangan jejaring di masing-masing fokus Focal Point menjadi sebuah keniscayaan. Jejaring dimaksud tidak hanya sekedar claim sepihak dari masing-masing Focal Point, tapi benar-benar nyata dan dapat dimobilisasi. Pemetaan kompetensi dan minat para peneliti di setiap provinsi juga perlu dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai wajah komunitas peneliti di KTI. Pada saat yang sama, JiKTI perlu membangun dan mengembangan kemitraan dengan berbagai pihak, terutama lembaga donor internasional, pemerintah, dunia usaha, perguruan tinggi, dan lembaga. Kemitraan tersebut diperlukan untuk memperkuat kelembagaan, meningkatkan kapasitas peneliti, mengeksekusi kegiatan penelitian, dan memperoleh dukungan sumber daya.

INFo LebIH LANJuTPenulis adalah Focal Point JiKTI Sulawesi Selatan dan Dosen Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Hasanuddin dan dapat dihubungi melalui email [email protected]

BaKTINews | 6No. 103 Juli - Agustus 2014

7 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

Tanggal 12 Mei 2014, rombongan Development Study Tour berkunjung ke markas Geng Motor iMuT. Untuk sampai

ke lokasi ini, rombongan Development Study Tour diantar oleh dua anggota geng motor iMuT. Berangkat dari penginapan yang berlokasi di daerah pantai, rombongan tidak membutuhkan banyak waktu, karena didukung pula dengan jalanan beraspal yang memudahkan akses transportasi.

Hari itu adalah hari pertama pelaksanaan kegiatan Development Study Tour. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendorong pembelajaran dari stakeholder pembangunan di Kawasan Timur Indonesia. Pembelajaran ini terkait dengan Teknologi Tepat Guna yang dikembangkan oleh Geng Motor iMuT, serta mendorong replikasi praktik cerdas yang telah dilakukan oleh Geng Motor iMuT (GMI).

Belajar Bersama

Geng Motor iMuTOleh Sumarni Arianto

Praktik Cerdas Terkini

Kegiatan study tour ini diikuti oleh 8 peserta undangan dari BaKTI dan 23 peserta undangan dari GMI. 8 Peserta undangan dari BaKTI berasal dari Bone (Sulawesi Selatan), Kolaka (Sulawesi Tenggara), Lombok (NTB), Larantuka Flores (NTT), Soe (NTT) dan Kupang. Kegiatan ini difasilitasi oleh anggota GMI, yaitu Ovry.

Kegiatan hari pertama diawali dengan sesi perkenalan yang dikemas menarik. Masing-masing peserta diminta memperkenalkan diri dengan cara memilih tanaman disekitar lokasi kegiatan, yang dianggap mewakili karakter masing-masing peserta. Metode perkenalan ini mereka beri nama dengan metode herbarium. Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Ibu Susan, sebagai perwakilan BaKTI.

Acara dilanjutkan dengan perkenalan GMI, dimana dalam penjelasannya juga diinformasikan

Kiri ke kanan: Lalu Muh. Fauzal Bahri (Lompak, NTB), Taufiq Rahman (OWT, Sultra), Mey Marlin Rohi S (Bengkel APEK NTT), Johny Manoe (PKBM Sonaf Marthin, NTT), Abubakar Sidiq Nira (Lembaga Kajian Pengembangan Pendidikan NTT, NTT), Maria Djami (Pengajar, Soe NTT), Saeful Bahri (Lompak, NTB) dan Muhammad Jabir (Bahari Jaya, Bone Sulsel)

7 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

BaKTINews | 8No. 103 Juli - Agustus 2014

bagaimana konsep kerja dan ‘agama’ yang mereka anut dalam berorganisasi dan berkegiatan. Sesi ini dibawakan secara langsung oleh Kordinator GMI, yaitu Bapak Noverius Nggili. Dalam sesinya beliau menjelaskan pentingnya mengetahui konsep, ‘agama’ yang dianutnya, yaitu Asset Based Approach atau Appreciative Inquire.

Dalam acara ini, peserta diajak untuk sharing terkait program-program maupun kegiatan-kegiatan yang dilakukan di organisasinya masing-masing. Sesi ini diharapkan adanya proses belajar dan sharing

ilmu diantara peserta kegiatan, baik dari masing-masing peserta maupun bagi anggota GMI.

Noldy P. Franklin mendapat kesempatan untuk mengisi materi terkait dengan desalinator. Sementara Yurgen E. Nubatonis membawakan sesi terkait biogas. Dalam pemaparan keduanya, dijelaskan mengenai cara pembuatan dan konsep kerja dari masing-masing bahan ini.

Kegiatan ini juga menyediakan sesi diskusi yang membahas mengenai ‘Sekolah Jalanan’ yang diterapkan Geng Motor iMuT. Diskusi ini

Noverius Nggili menjelaskan konsep, agama atau pendekatan yang dianut GMI yaitu Asset Based Approach dan Appreciative Inquire

Taufiq Rahman, Peserta dari Sultra berbagi tips mengenai biogas horisontal buatan mereka di Kolaka

Peserta dari Lompak, NTB Lalu Muh. Fauzal menceritakan kesannya mengikuti kegiatan hari pertama

Kelompok Diskusi yang membahas sekolah jalanan yang merupakan kegiatan rutin GMI

Peserta membuat beberapa bagian dari Desalinator dipandu oleh Noldy P. Franklin

BaKTINews | 8No. 103 Juli - Agustus 2014

cara membuat briket arang

9 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

bertujuan agar masing-masing peserta dapat dengan bebas bertanya dan mengetahui kegiatan yang diselenggarakan di ‘Sekolah Jalanan’ tersebut. Peserta kemudian dibagi menjadi 3 kelompok diskusi. Mereka diberi kesempatan untuk belajar banyak dari para anggota GMI yang ditempatkan dimasing-masing kelompok.

Acara berlanjut di hari kedua. Sesi pertama

diawali dengan sesi berbagi cerita. Masing-masing peserta diminta untuk menceritakan perasaan mereka setelah mengikuti rangkaian kegiatan di hari pertama. Kemudian dilanjutkan dengan sebuah permainan, yaitu game bola panas. Permainan ini bertujuan untuk menggali peserta tentang ilmu apa saja yang diperolehnya selama proses belajar di hari pertama.

Produk-produk hasil inovasi GMISalah satu inovasi yang dijelaskan ke peserta -masih dalam proses pengembangan adalah pompa air non elektrik

9 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

Peserta mengamati proses kerja desalinator dibawah terik matahari

BaKTINews | 10No. 103 Juli - Agustus 2014

Sesi terakhir adalah penjelasan mengenai proses pembuatan pupuk organik dan VcO.

Noverius Nggili Koordinator GMI mengalungkan selendang khas NTT kepada peserta dari Bone, Sulsel Muhammad Djabir

Penyerahan Sertifikat kepada Lalu Muh. Fauzal peserta dari NTB oleh Anggota GMI

BaKTINews | 10No. 103 Juli - Agustus 2014

Noldy P. Franklin memberikan penjelasan dan mengajak peserta untuk melakukan praktik pembuatan desalinator. Sebuah desalinator yang berukuran penampang sekitar 1x1 meter, dan masih setengah jadi menjadi alat peraga. Masing-masing peserta kemudian turut berpartisipasi dalam membuat beberapa bagian tubuh desalinator ini. Kegiatan kemudian berpindah dari showroom ke

tanah lapang di samping Markas GMI. Disini Noldy Franklin kembali menjelaskan tentang cara kerja desalinator.

Pada sesi selanjutnya, fasilitator menunjukkan cara membuat portable digester biogas. Bengkelnya berada di belakang bangunan utama Markas GMI. Di sesi ini juga diajarkan bagaimana membuat briket arang. Fasilitator juga memberikan penjelasan

11 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

INFo LebIH LANJuT  Untuk mendapatkan informasi mengenai Development Study Tour, Anda dapat menghubungi kami melalui email [email protected]

tentang pompa air tanpa listrik yang dibuat dari drum bekas.

Peserta tampak terkesima dan kagum setiap kali para anggota GMI menjelaskan tentang inovasi-inovasi mereka. Bahkan salah satu anggota yang berasal dari Sulawesi Tenggara enggan untuk berhenti bertanya dan menggali lebih banyak informasi dari anggota GMI tentang biogas. Hal ini disebabkan karena teknik biogas yang diperkenalkannya di Kolaka sedikit berbeda. Jika dia menggunakan teknik tong yang ditanam di tanah, GMI telah selangkah lebih maju dengan membuat inovasi tabung yang berbentuk horisontal dan bisa dipindahkan (portable).

Setelah peserta dibekali banyak ilmu terkait desalinator dan biogas, fasilitator juga memberikan penjelasan untuk produk-produk inovatif yang dihasilkan GMI. Fasilitator menjelaskan mengenai cara membuat pupuk bokashi, pupuk organik cair, VCO, kompor tungku, Herbisida Pestisida, Blok Suplement Gula Lontar untuk ternak dan briket arang.

Menutup kegiatan Development Study Tour yang dilaksanakan selama dua hari, masing-

masing peserta kemudian diberikan cendramata oleh GMI berupa selendang kain khas NTT sebagai simbol ikatan persaudaraan. Sebagai simbolisasi, kain ini dikalungkan pada masing-masing peserta oleh GMI. BaKTI sebagai penyelenggara kegiatan ini memberikan apresiasi kepada masing-masing peserta dan anggota GMI melalui pemberian sertifikat keikutsertaan dalam kegiatan ini.

Para peserta kegiatan Development Study Tour saling mengucap terima kasih dan salam perpisahan. Mereka berjanji bahwa kegiatan yang telah diikuti selama 2 hari ini adalah awal dari sebuah ikatan persaudaraan dan sebuah jalan pengetahuan yang telah dibuka oleh BaKTI. Kedepannya ikatan ini akan diteruskan oleh masing-masing peserta. Membangun komunikasi untuk tetap saling berbagi inovasi yang dilaksanakan di daerah masing-masing.

Sesi yang paling akhir dan tak kalah serunya adalah sesi foto bersama sambil meneriakkan lantang mantra GMI “Salam Tapaleuk, We Make it Real!”

11 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

FOTO-FOTO : SUMARNI ARIANTO/YAYASAN BAKTI

BaKTINews | 12No. 103 Juli - Agustus 2014

LATAR BELAKANGMasalah kesehatan masih menjadi isu yang

cukup penting di Papua. Hal ini ditunjukkan dengan angka penyakit TB dan penyakit malaria, serta tingkat kematian ibu melahirkan yang cukup tinggi,.

Berdasarkan kondisi tersebut, KINERJA-USAID melakukan assessment terhadap praktik baik (good practices) yang pernah dilakukan di beberapa daerah di wilayah KTI, serta di Papua pada khususnya. Salah satu praktik baik (good practice) tersebut adalah implementasi Malaria dan TB Center di Kabupaten Jayapura. Dinas Kesehatan Provinsi Papua mengidentifikasi tantangan yang dihadapi dalam 12 persoalan serius, (lihat gambar).

METoDoLoGITim konsultan yang dibentuk KINERJA-

USAID telah melakukan penelitian mengenai potensi replikasi praktik baik pada empat wilayah kabupaten/kota di Provinsi Papua, yaitu Kabupaten Mimika, Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura, dan Kabupaten Jayawijaya. Ada dua fokus hal yang ingin diamati dalam proses penelitian ini, pertama adalah bagaimana tanggapan pemerintah daerah, masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat jika

praktik baik itu diimplementasikan di Papua. Kedua adalah keuntungan dan kendala yang dihadapi jika praktik baik tersebut dilakukan.

TEMuAN Hasil temuan menunjukkan adanya

permasalahan terkait harapan dan kebutuhan masyarakat, dimana posisi mereka adalah sebagai pengguna layanan publik di bidang kesehatan. Permasalahan ini didukung dengan kapasitas Dinas Kesehatan serta unit-unit layanan di bawahnya dalam memenuhi harapan tersebut.

Untuk menjawab kebutuhan tersebut, maka ada empat persoalan besar yang perlu ditangani yaitu: persoalan kelembagaan, pemekaran wilayah, keterbatasan informasi, dan sarana-prasarana.

PERSoALAN KELEMBAGAANPersoalan kelembagaan dapat digolongkan

melalui identifikasi secara simultan sebagai berikut: n Masalah pemerintahan dan pemekaran wilayahn Masalah pembangunann Masalah sumber daya manusian Masalah manajemenn Masalah implementasi kebijakan

Analisis Potensi Replikasi PraKTIK BaIK MalarIa dan TB CenTer dI PaPua

Program KINERJA - USAID

Oleh Theofransus Litaay dan Marthen Ndoen

BaKTINews | 12No. 103 Juli - Agustus 2014

FOTO

-FOT

O : D

OK. Y

AYAS

AN B

AKTI

13 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

Masalah-masalah tersebut saling terkait. Persoalan kelembagaan dapat ditangani melalui upaya memotong berbagai hambatan pelayanan dan menjangkau masyarakat secara lebih cepat, tanpa dihambat oleh kondisi geografis maupun kondisi birokrasi pelayanan publik.

Salah satunya adalah melalui replikasi “Malaria & TB Center” yang dapat meningkatkan kualitas hidup warga, serta meningkatkan usia harapan hidup. Kehadirannya di tingkat kecamatan dapat memperluas cakupan pelayanan kesehatan di kecamatan, serta meningkatkan perlindungan dan layanan kepada ibu hamil dari resiko malaria.

PEMERINTAHAN (PEMEKARAN WILAyAH)Hambatan dalam penyediaan layanan publik

juga diakibatkan oleh maraknya proses pemekaran wilayah yang terjadi dalam waktu sangat cepat. Lebih dari itu, penyelenggaraanya meliputi wilayah administratif dengan populasi yang terbatas. Akibatnya terjadi rotasi dan promosi pegawai yang terlalu cepat dari wilayah lama ke wilayah baru tanpa memiliki pengalaman dan kompetensi yang memadai.

KETERBATASAN INFoRMASI DAN SARANA-PRASARANA

Keterbatasan data juga menjadi penyebab dari tidak berjalannya perencanaan yang baik di daerah, khususnya kabupaten. Dinas Kesehatan pada tingkat kabupaten dan kecamatan masih mengalami kendala untuk melakukan pengumpulan data secara akurat. Implementasi kebijakan menghadapi masalah akibat keterbatasan sarana dan prasarana.

Masalah-masalah tersebut dapat diatasi melalui pendekatan pendekatan multi-stakeholder berbasis pengetahuan dan kearifan lokal. Rencana pembentukan Pusat TB dan Malaria (dan HIV)

pada suatu sisi juga merupakan sebuah forum multi-stakeholder dari berbagai Dinas Pemerintah kabupaten/kota, dalam rangka menangani persoalan TB, Malaria, dan HIV dari berbagai sisi layanan pemerintah.

ASSESSMENT LAPANGAN DAN REKoMENDASI

Pemerintah berupaya mengatasi penularan penyakit TB dan malaria, baik melalui Puskesmas maupun rumah sakit. Namun upaya ini masih belum menjangkau penduduk secara menyeluruh, terutama penduduk yang tinggal di daerah pedesaan. Oleh karena itu, perlu dibangun Pusat TB dan Malaria di tiap distrik agar dapat menjangkau penduduk secara luas. Dalam rangka pembangunan Pusat TB dan Malaria (TB and Malaria Center), dilakukan perbandingan dengan praktik unggul Pusat Malaria di Kabupaten Halmahera Selatan.

Penanganan yang diberikan selama ini adalah pemberian obat secara cuma-cuma kepada penduduk yang terjangkit malaria dan pembagian kelambu gratis kepada penduduk. Cara ini cukup efektif untuk mengurangi prevalensi penyakit malaria di masyarakat. Namun, terkadang masyarakat tidak dibekali informasi mengenai pentingnya mengganti kelambu yang sudah tidak layak pakai dengan yang baru, mengingat kelambu yang rusak (berlubang) tidak dianjurkan untuk digunakan.

Keuntungan dengan adanya Pusat TB dan Malaria adalah menciptakan birokrasi yang sederhana, sehingga masyarakat merasa nyaman untuk berobat. Pusat TB dan Malaria harus bekerja sama dengan Puskesmas, mengingat penentuan seseorang terjangkit malaria dan TB didasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium yang telah tersedia di Puskesmas.

Jika kondisi pasien tidak terlalu serius, maka

ILLU

STRA

SI: I

cHSA

N DJ

UNAE

D/YA

YASA

N BA

KTI

BaKTINews | 14No. 103 Juli - Agustus 2014

dokter dan perawat dapat merekomendasikan berobat di Pusat TB dan Malaria. Lain halnya apabila pasien membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut, maka pasien akan dirujuk ke rumah sakit.

Pusat TB dan Malaria adalah lembaga lintas sektor Dinas Kesehatan dan dinas lainnya, seperti Dinas Kehutanan, Dinas Peternakan, Dinas Sosial, Dinas Kimpraswil, dan Kantor Pemberdayaan Perempuan.

REKoMENDASI IMPLEMENTASI TB DAN MALARIA CENTER

Berdasarkan assessment lapangan, maka dapat direkomendasikan beberapa usulan kebijakan sebagai berikut:

REKoMENDASI KEPADA DINAS KESEHATAN PRoVINSI: n Dinas Kesehatan provinsi perlu secara nyata

membentuk dan menjalankan Pusat TB dan Malaria (dan HIV) di kabupaten/kota. Wilayah pelayanan ini berdasarkan pada pemetaan wilayah dengan jumlah kasus yang tinggi. Pusat TB dan Malaria (HIV) harus memiliki mekanisme kerja yang sederhana, dimana pelayanannya berorientasi kepada pengguna, birokrasi yang sederhana, dan nyaman bagi semua golongan masyarakat.

n Pusat TB dan Malaria (dan HIV) juga merupakan sebuah lembaga multi-stakeholder, yang terdiri dari Dinas Kesehatan dan dinas terkait dari pemerintah kabupaten/kota. Kepala Pusat TB dan Malaria (dan HIV) perlu memiliki kepangkatan dan golongan kepegawaian yang mampu untuk melakukan koordinasi lintas dinas.

n Dinas Kesehatan provinsi perlu melakukan koordinasi dengan Bupati/Walikota dalam rangka pembentukan Pusat TB dan Malaria (dan HIV) di

INFo LebIH LANJuTPolicy Brief #3. Replikasi Praktek Baik Sektor Kesehatan Di Papua, penulis dapat dihubungi melalui email [email protected]/[email protected]

wilayah kabupaten/kota terkait, khususnya dalam hal penunjukan personalia lintas dinas terkait.

REKoMENDASI KEPADA DINAS KESEHATAN KABuPATEN:n Dinas Kesehatan kabupaten/kota perlu menyusun

rencana pelaksanaan Pusat TB dan Malaria (dan HIV) di wilayahnya, serta berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan provinsi.

n Dinas Kesehatan kabupaten/kota perlu bekerjasama dengan Dinas Kesehatan provinsi dalam melakukan koordinasi dengan Bupati/Walikota. Hal ini sehubungan dengan pembentukan Pusat TB dan Malaria (dan HIV) di wilayah kabupaten/kota terkait, khususnya dalam hal penunjukan personalia lintas dinas terkait.

n Dinas Kesehatan kabupaten/kota perlu duduk bersama dengan Dinas Kesehatan provinsi untuk membicarakan sumber pendanaan operasionalisasi Pusat TB dan Malaria (dan HIV).

REKoMENDASI KEPADA KINERJA:n KINERJA perlu memfasilitasi Dinas Kesehatan

provinsi dan kabupaten/kota dalam pembentukan Pusat TB dan Malaria (dan HIV).

n KINERJA perlu mendukung Dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten melakukan perencanaan, implementasi, dan training untuk memperkuat kapasitas tenaga kesehatan bagi pelaksanaan Pusat TB dan Malaria (dan HIV).

n KINERJA dapat memfasilitas diseminasi informasi mengenai pelaksanaan Pusat TB dan Malaria (dan HIV) di Papua.

15 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

Inovasi Stakeholder dalam Diseminasi Praktik Cerdas

Lokakarya Disemisi Praktik Cerdas yang berlangsung selama dua hari ini, banyak menggali potensi pengembangan, dalam hal inovasi Praktik Cerdas yang telah berlangsung dibeberapa daerah. Diskusi ini juga memfasilitasi beragam masukan, baik dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara terkait BKKKes, serta Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara atas Desa Sehat Cerdas.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara memberi-kan masukan mengenai penerapan BKKKes Provinsi Sulawesi Utara kedepannya perlu mendukung pembiayaan program non fisik guna mengurangi kesenjangan anggaran dan pencapaian SPM di kab/kota. Inovasi BKKKes Provinsi Sulawesi Utara dirasa perlu dikembangkan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara.

Komitmen Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam mendorong peran para pihak

desa dalam mendukung kualitas pelayanan kesehatan dan pendidikan, perlu dikembangkan hingga pada penyiapan alokasi dana pemerintah provinsi. Konseptualisasi dari Praktek Cerdas yang dikembangkan oleh Pemerintah Provinsi perlu terintegrasi dengan Undang-Undang dan peraturan Pemerintah Desa tentang Desa yang sedang dibentuk. Desa Sehat Cerdas Provinsi Sulawesi Tenggara diharapkan lebih fokus pada upaya penanganan anak putus sekolah dan buta aksara.

Pemerintah provinsi perlu melakukan kajian atas APBD agar lebih menekankan pada alokasi dan analisis anggaran yang mendukung pencapaian SPM/MDGs yang responsif gender. Pemerintah pusat perlu memberikan penghargaan kepada DPRD dan pemerintah daerah, yang telah mendukung alokasi anggaran dan pelaksanaan peraturan daerah.

Pemeriksaan laporan keuangan kepada pemerintah daerah perlu dikaji terkait kinerja yang dicapai. Di sisi lain, komisi DPRD perlu memahami pentingnya pencapaian SPM dan alokasi dana. Hal

Lokakarya Disemisi Praktik Cerdas :

Inovasi Pemerintah

daerah dalam Percepatan

SpmBagian 2

Oleh Ferry Yunifer

BaKTINews | 16No. 103 Juli - Agustus 2014

itu akan mendukung pembentukan anggaran daerah, pembentukan regulasi daerah, serta pengawasan pemerintah daerah berdasarkan kinerja.

Peningkatan kapasitas OMS diperlukan dalam mendukung perannya memantau penggunaan anggaran. Kemitraan yang konstruktif dan tetap kritis tersebut perlu didukung oleh program dan anggaran pemerintah daerah (APBD). OMS mampu memfasilitasi pihak desa dalam mengkaji kinerja unit pelayanan maupun memberikan bantuan teknis dalam penyusunan regulasi daerah.

Pemanfaatan Google Earth dapat disinergikan dengan sistem informasi kesehatan yang dikembangkan Kementerian Kesehatan, maupun Sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik). Seluruh data kesehatan dan pendidikan yang dapat diakses oleh pemerintah provinsi dan pemerintah pusat. Mendukung hal ini, perlu adanya paket panduan pelatihan untuk memudahkan dalam memanfaatkan inovasi ini.

Kementerian perlu mengembangkan sistem

pendataan terpilah dengan memastikan laporan data pendidikan dan kesehatan. Dalam proses penyusunan perencanaan dan penganggaran perlu didukung kajian atas isu-isu gender pada bidang kesehatan dan pendidikan, serta memastikan program yang diusulkan termuat dalam RPJMN.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara perlu memastikan Perda No.9 tentang PUG tersosialisasi dan terimplementasi di seluruh kabupaten/kota. Badan Diklat perlu memasukan PUG dan PPRG dalam kurikulum yang dikembangkan, ataupun menyusun paket pelatihan yang rutin diselenggarakan.

Provinsi Sulawesi Utara perlu memperkuat aplikasi pendataaan SIK (Sistem Informasi Kesehatan) Kabupaten Minahasa Utara dan mereplikasinya kepada kabupaten/kota lainnya. Hal ini adalah upaya untuk peningkatan kualitas pengelolaan data SPM dan MDGs bidang kesehatan dan pendidikan dasar.

Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara perlu mendorong proses perencanaan dan penganggaran di kabupaten / kota serta provinsi

FOTO

-FOT

O : D

OK. B

ASIc

17 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

berdasarkan data yang telah dikelola SIK. Provinsi Sulawesi Tenggara perlu memperkuat

aplikasi pendataan pendidikan yang dikembangkan di Kabupaten Wakatobi, Baubau dan Kolaka Utara untuk direplikasi kepada kabupaten/kota lainnya.

Pendataan SPM pendidikan perlu rutin dibuat dan dilaporkan kepada kepala daerah sebagai bagian kinerja pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Agama perlu meningkatkan koordinasi terkait dengan format, mekanisme dan pelaporan dalam mendukung SPM pendidikan dasar. Pendekatan ini perlu mendorong peran para pihak di tingkat desa/kelurahan dan kecamatan.

Data hasil pendataan langsung ke masyarakat dapat diintegrasikan dengan data resmi pemerintah daerah yang dikelola oleh BPS (Biro Pusat Statistik) dan pendataan lainnya. Proses pendataan dan upaya intervensi penanganan hasil survey langsung di masyarakat perlu diperkuat oleh komitmen kepala daerah untuk mendapatkan dukungan daerah.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan perlu menempatkan guru-guru dengan kualifikasi yang baik di daerah terpencil demi menjaga kualitas pendidikan agar tidak ada ketimpangan dengan daerah lain.

Mekanisme penempatan guru di daerah terpencil perlu didasarkan pada pertimbangkan kebutuhan lokal, sumber daya manusia lokal dan kemampuan guru dalam beradaptasi. Ketidakmampuan guru di daerah terpencil dan kepulauan akan berdampak pada beberapa SPM Pendidikan Dasar tidak terpenuhi. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan perlu bersikap tegas, sebagai contohnya dengan tidak memberikan sertifikat atau penghargaan.

Mekanisme perekrutan dan penempatan guru yang dikembangkan Kabupaten Sangihe perlu diintegrasikan dengan program penempatan guru yang dikembangkan dalam program SM-3T oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam mendukung pemenuhan tenaga guru, dana BOS (Bantuan Operasioanal Sekolah) dan SM-3T (Sarjana Mendidik di daerah Terpencil, Terluar dan Terdepan) perlu dioptimalkan.

Anak putus sekolah dan buta aksara yang tidak dapat kembali ke sekolah formal dan akan ditangani oleh PKBM, melalui Paket A, B dan C. Pemerintah provinsi akan mendorong dukungan penganggaran bagi kualitas dan kemandirian PKBM yang berjalan di daerah. Pengembangkan PKBM yang mandiri dan berkualitas sebagai satu wujud partisipasi

masyarakat dan pemerintah.Dari pengalaman proyek Kinerja-USAID,

pemerintah kabupaten/kota perlu meningkatkan sosialisasi dan penerapan Surat Keputusan Bersama Lima Menteri terkait distribusi tenaga guru di daerah. Kebijakan ini membutuhkan ketegasan dan komitmen pemerintah daerah.

BPJS (Badan Pengelola Jaminan Sosial) telah dibentuk dan menjamin penanganan kesehatan masyarakat dalam unit pelayanan. Namun, pembiayaan transportasi bagi ibu hamil dari daerah terpencil yang dirasa sangat beresiko, tidak termuat didalamnya. Pemerintah daerah mengintegrasikan inisiatif tersebut dalam program dan anggaran daerah, yaitu Jamkesda. Inisiatif ini merupakan pengalaman dari Pemerintah Kabupaten Butur.

Kabupaten Kepulauan Sitaro memiliki pengalaman kekurangan bidan di daerah terpencil, sehingga dilakukan inovasi melalui Program Bidan Tidak Tetap. Hal ini dapat didukung dengan dana BOK (Bantuan Operasioanal Kesehatan) dan Penempatan Tenaga Kesehatan PTT (Pegawai Tidak tetap). Permasalahan yang seringkali dihadapi adalah sulitnya mempertahankan tenaga kesehatan di daerah terpencil, sehingga perlu adanya pemberian penghargaan dan insentif bagi kinerja tenaga bidan. Hal ini didukung melalui mekanisme perekrutan dan penempatan bidan yang dikelola Kementerian Kesehatan.

BaKTINews | 18No. 103 Juli - Agustus 2014

Belajar dari pengalaman Mapalus Desa Sehat di Minahasa, Mandara Mandidoha di Konawe Selatan, dan Kampo Waraka di Buton Utara, maka diperlukan peningkatan peran pihak di desa. Peningkatan ini dapat dilakukan melalui pendekatan budaya (Mapalus), perencanaan partisipatif (Waraka), serta pendekatan terpadu (Mandara Mandidoha). Inovasi ini merupakan bagian dari Desa Siaga Aktif, dalam memperkuat peran para pihak di desa agar lebih proaktif, preventif, dan promosi kesehatan.

Peningkatan peran para pihak di desa perlu diintegrasikan dengan Undang-Undang Desa yang baru terbentuk tahun 2014. Kemitraan bidan dan dukun merupakan satu kebijakan nasional guna mendorong proses persalinan yang aman oleh tenaga kesehatan terlatih. Peran dukun dapat dilakukan sebatas melaporkan ibu hamil, pemeriksaan ibu hamil, dan membantu tenaga kesehatan pada saat proses persalinan. Inisiatif ini juga perlu didukung dengan pemberian penghargaan atau intensif, baik dari dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan) maupun program dalam APBD kab/kota.

Pemerintah daerah melalui unit pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya perlu mendorong penghargaan bagi dukun dan kader kesehatan. Penghargaan tersebut dapat berupa kesempatan belajar, pemberian insentif, serta promosi jabatan.

Pengelolaan data dan informasi dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kolaka Utara ke unit pelayanan dan masyarakat perlu dikembangkan di berbagai daerah. Pendekatan sms cluster ini dapat dikembangkan di daerah lain sesuai dengan sumber daya yang dimiliki daerah bersangkutan.

Komitmen Replikasi Praktik CerdasDiskusi ini memfasilitasi peserta untuk

membangun komitmen awal bagi Praktik Cerdas yang telah didesiminasi. Kementerian Kesehatan beserta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, berkomitmen mereplikasi Praktik-praktik Cerdas melalui integrasi bagi program dan kebijakan pemerintah pusat yang telah dibuat.

BAPPEDA Provinsi Sulawesi Tenggara akan mengalokasikan anggaran bagi penerapan Praktik-praktik Cerdas di Kabupaten Muna pada tahun 2015. Dinas Pendidikan Pemprov Sulawesi Tenggara akan menyiapkan alokasi dana tahun 2015 untuk mengembangkan aplikasi google earth, web SPM, serta sistem pendataan pendidikan.

Dinas Kesehatan Pemprov Sulawesi Utara akan

mengembangkan Praktik Cerdas bidan kontrak melalui upaya pemenuhan tenaga kesehatan dan peningkatan kualitas. Disisi lain perlu mengembangkan Praktik Cerdas dalam Sistem Informasi Kesehatan. Pemerintah Provinsi akan melakukan sinkronisasi kebijakan kesehatan yang telah dihasilkan kab/kota serta daerah lainnya dengan kebijakan pemerintah provinsi.

Di lain pihak, Bappeda Kabupaten Minahasa Selatan berkomitmen mendorong penyusunan Perda Inisiatif tentang kesehatan. Pemerintah Kabupaten Bombana juga akan mengarahkan alokasi dana dari Program Strategis Kabupaten (Gembira Desa). Upaya ini diterapkan melalui penerapan kemitraan bidan dan dukun, pengentasan buta huruf dan buta aksara serta inovasi dalam melakukan pengarusutamaan gender.

Pemerintah Kabupaten Konawe Utara mendorong penerapan Praktik Cerdas dalam penanganan anak putus sekolah dan kemitraan bidan dan dukun bagi perencanaan tahun 2015. Proyek Kinerja-USAID mendukung replikasi Praktik Cerdas bagi Pemerintah Kabupaten dan Provinsi di Sulawesi Tenggara.

INFo LebIH LANJuTPenulis adalah BASIcS Responsive Initiative (BRI) pada Proyek BASIcS-DFATD. Factsheet Prakti cerdas dapat diunduh pada: www.basicsproject.or.id

19 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

Bengkel Komunikasi Menghadirkan

Foto Bercerita untuk PerubahanOleh Victoria Ngantung

b eragam media komunikasi kini menjadi bagian dari keseharian. Bila dahulu kita lebih banyak disuguhi informasi bentuk tulisan

maka belakangan ini gambar menjadi bagian yang utama dalam penyampaian sebuah informasi. Tanpa gambar sebuah informasi yang sebenarnya keren dapat menjadi tidak menarik dan mudah dilupakan.

Menghadirkan gambar saat menyajikan sebuah informasi tentu saja bukan hal sepele. Bila dilakukan secara asal bisa membuat informasi yang semestinya keren menjadi sampah. Tidak sedikit orang yang mengeluhkan sampah visual di sepanjang jalan kota-kota besar menjelang pemilihan kepala daerah atau pemilihan calon anggota legislatif. Foto wajah orang dengan berbagai gaya bersaing dengan tulisan menempati ruang-ruang baliho yang tersisa. Dibuat tanpa memperhatikan estetika, tidak jelas pula pesan yang ingin disampaikan.

Dari setiap upaya mengkomunikasi sebuah

informasi, pembaca yang mengerti, mengingat, dan atau melakukan pesan yang disajikan adalah hal yang paling diharapkan dari pemberi pesan. Gambar membantu pembaca menerima pesan yang ingin disampaikan. Memilih foto yang tepat dan menghasilkan foto yang menceritakan pesan yang dimaksud kini menjadi kebutuhan para penggiat komunikasi, termasuk mereka yang bergerak dalam dunia pembangunan.

Karena memunculkan visualisasi yang kuat dalam bentuk foto adalah cara yang terbukti paling efektif untuk mengkomunikasikan sebuah pesan, maka mengenal teknik-teknik dasar fotografi kemudian menjadi kebutuhan bagi penggiat komunikasi untuk dapat memanfaatkan kekuatan visual dalam produk komunikasi yang akan dihasilkan.

Berangkat dari kebutuhan ini, kami melihat adanya peluang dan kebutuhan untuk para praktisi di

FOTO

: IcH

SAN

DJUN

AED/

YAYA

SAN

BAKT

I

BaKTINews | 20No. 103 Juli - Agustus 2014

Komunikasi Pembangunan, khususnya untuk mereka yang bekerja di kawasan timur Indonesia, untuk bersama-sama bertemu dan berbagi pengalaman dan belajar tentang fotografi dalam sebuah kegiatan yang kami namakan Bengkel Komunikasi yang bertajuk Foto Bercerita untuk Perubahan.

Acara ini disebut ‘bengkel’ karena dalam seluruh kegiatannya terdapat proses bagi setiap peserta untuk meningkatkan, memperbaiki, atau memodifikasi pengetahuan dan keterampilan yang telah dimilikinya. Prosesnya dapat berupa berbagi,

mendengar, dan menyerap beragam contoh kasus praktis dari peserta lain, dan narasumber. Tahun ini Bengkel Komunikasi Foto Bercerita untuk Perubahan kami adakan di Kupang, Nusa Tenggara Timur dan Mataram, Nusa Tenggara Barat pada pertengahan Mei silam.

Narasumber Bengkel Komunikasi kali ini adalah Yusuf Ahmad, fotografer Kantor Berita Reuters yang berdomisili di Makassar, Sulawesi Selatan. Bekerja sebagai pewarta foto selama 14 tahun, Yusuf Ahmad telah menghasilkan beberapa buku kumpulan foto dan foto essainya dimuat di berbagai media di dunia. Foto-foto Yusuf Ahmad dimuat di berbagai media nasional maupun internasional seperti Washington Post dan the Wall Street Journal dan menjuarai beberapa lomba foto seperti termasuk menjadi juara pertama National Geographic Award pada akhir 2012 dan juara pertama Environment Seapeath Photo Contest di Kuala Lumpur Malaysia tahun 2013.

“Pelatihan ini akan memberikan dampak postif pada pada pekerjaan saya. Apalagi kerja-kerja pendampingan di masyarakat, butuh sekali dokumentasi/fotografi yang bisa menceritakan dan menggambarkan persoalan-persoalannya sekaligus perubahannya.” Nurjannah, PATTIRO

“Ya, karena punya dasar teknik dan content untuk memotret peristiwa-peristiwa yang relevan dengan pembangunan di KTI yang diharapkan mampu bercerita dan membawa perubahan pada audience” Dera Erhalina, AIPD

FOTO

: IcH

SAN

DJUN

AED/

YAYA

SAN

BAKT

I

21 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

“Materi yang saya peroleh di kegiatan ini membuat saya lebih percaya diri untuk melatih orang lain dan menerapkan photo-photo participatoris pada kelompok-kelompok lain”. Silvania S.E Mandaru, Universitas Nusa Cendana dan Siswa Sekolah Musa Kupang

Menyimak dengan antusias

Foto bersama, para peserta di Mataram

Tak perlu kamera canggih dan mahal untuk membuat foto yang bercerita. Menguasai teknik dasar dan fitur kamera, bahkan sebuah kamera saku digital pun bisa jadi cukup.

FOTO

: IcH

SAN

DJUN

AED/

YAYA

SAN

BAKT

I

FOTO

: IcH

SAN

DJUN

AED/

YAYA

SAN

BAKT

I

BaKTINews | 22No. 103 Juli - Agustus 2014

Tak kurang dari 50 orang peserta mengikuti kegiatan di Kupang dan Mataram. Peserta Bengkel Komunikasi kali ini adalah fotografer, staff instansi pemerintah daerah, organisasi sosial masyarakat, perwakilan organisasi non pemerintah dan mitra pembangunan internasional. Berbekal pengetahuan dasar beserta tips dan trik fotografi yang diberikan di hari pertama pelaksanaan Bengkel Komunikasi, seluruh peserta mendapat tugas untuk menghasilkan beberapa foto seperti foto lansekap, foto aksi, foto potret, foto detail, dan foto kehidupan sosial. Foto-foto tersebut kemudian direview oleh narasumber dan dibahas bersama seluruh peserta di hari kedua.

Foto bersama, para peserta di NTT

Pada edisi ini, kami hadirkan foto-foto yang

dihasilkan peserta Bengkel Komunikasi di Kupang dan Mataram. Selamat menikmati!

Menunggu ikan Kupang oleh Hendrik Arnold Mau

FOTO

: YUS

UF A

HMAD

23 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

Pasar Kebon Roek Mataram oleh YazidAktivitas pagi di Pasar Nunsui, Oesapa, Kupang oleh Danny Wetangterah

Kontras atas bawah Mataram oleh Dede Indra Kurniawan

security dan perempuan, Mataram oleh Fred Nelayan Pantai, Kupang oleh Deni Regianto

Main Sepak Bola Kupang oleh Hendrik Arnold Mau

23 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

BaKTINews | 24No. 103 Juli - Agustus 2014

Anak-anak Mataram oleh Fred Mengais hidup dari tempat sampah oleh Mukhlis

Mangrove bertahan hidup di perkotaan, Mataram oleh Dira

Nelayan Kupang oleh Silvania Mandaru

BaKTINews | 24No. 103 Juli - Agustus 2014

25 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

S ebagai sebuah jaraingan beranggotakan peneliti dari Kawasan Timur Indonesia, JiKTI mengadakan Capacity Building dan Mentoring

bagi 15 peneliti penerima Hibah Penelitian JiKTI di Makassar pada awal Juli silam. Pemberian Hibah Penelitian ini adalah sebuah program peningkatan kapasitas yang diselenggarakan oleh JiKTI bagi para anggota peneliti dengan fokus pada dua isu utama dari pembangunan KTI; yaitu kemiskinan dan ketertinggalan di KTI.

Program Pemberian Hibah Penelitian diharapkan dapat mendorong peneliti JiKTI untuk menghasilkan penelitian yang dapat menunjang pergerakan dan pengembangan inovasi lokal dan berkontribusi pada kemajuan pembangunan daerah di tempatnya bertugas.

Hibah Penelitian JiKTI 2014 bertema

Capacity Building dan Mentoring 15 Penerima Hibah Penelitian JiKTI

Update JiKTI

‘Pengarusutamaan Isu-Isu dan Inovasi Daerah dalam Menggerakkan Pembangunan Berkelanjutan dan Pengentasan Kemiskinan di Kawasan Timur Indonesia’. Hibah Penelitian ini dibuka bagi seluruh peneliti anggota JiKTI dimana pemilihan pemenangnya melalui tiga tahap secara kompetitif, transparan, dan senantiasa mengacu pada sasaran yang telah ditentukan.

Sebelum para pemenang melaksanakan penelitian dengan menggunakan hibah dari program ini, mereka mengikui Capacity Building dan Mentoring. Dalam Capacity Building, peneliti penerima hibah berkesempatan meningkatkan pemahaman dan mempelajari beberapa metode baru dalam menggerakkan penelitian dengan tetap berpatokan pada koridor telah ditetapkan oleh JiKTI. Selama tiga hari, para peneliti mendapatkan

Koordinator JiKTI, Madjid Sallatu memberikan arahan untuk masukan pada penelitian yang dilakukan oleh Moh. Taqiuddin, penerima Hibah Penelitian JiKTI asal Nusa Tenggara Barat yang berjudul “Membangun Ketahanan Komunitas Lokal Terhadap Bencana : Studi Kasus Upaya Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat di Kawasan Gunung Rinjani”

BaKTINews | 26No. 103 Juli - Agustus 2014

pengetahuan dan keterampilan baru mengenai Vivre Presentation, Pengenalan Metode Reality Check Approach Plus, Presentasi Gender untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Pengenalan dan Latihan menyusun Policy Brief.

Setelah mengikuti kegiatan Capacity Building, para peneliti penerima hibah juga mengikuti kegiatan mentoring. Dalam kegiatan ini para peneliti mempresentasikan proposal penelitiannya untuk

mendapatkan masukan dari Dewan Panel Penelitian. Selanjutnya para peneliti dan Dewan Panel akan terus berkomunikasi dan berkolaborasi aktif agar dapat menghasilkan penelitian yang berkualitas dan dapat dikontribusikan bagi pengembangan program pembangunan di daerahnya.

Penerima Hibah Penelitian JiKTI asal Maluku Utara, Andi Sumar Karman memberikan presentasi pada penelitian yang akan dilaksanakan, “Orang Taliabu Di Pulau Taliabu: Kajian Sosial Budaya Dan Model Pemberdayaan Bagi Peningkatan Kesejahteraan Kehidupannya”

Sukirman Rahim, Penerima Hibah Penelitian JiKTI asal Gorontalo memberikan presentasi di depan Dewan Panel Hibah Penelitian. Penelitian yang dilaksanakan dengan koordinasi dari peneliti utama, Razak Umar, tersebut berjudul “Mengejar Ketertinggalan  Melalui Pengelolaan  Wilayah Pertambangan Rakyat Yang Baik & Berkelanjutan Di Provinsi Gorontalo”

Dewan Panel Hibah Penelitian beranggotakan empat orang memberikan rekomendasi dan masukan bersama atas presentasi

dari Peneliti Penerima Hibah Penelitian

FOTO-FOTO: RIO ABDUL FATTAH/YAYASAN BAKTI

27 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

IcT Advisor JiKTI, David Shirley memberikan arahan kepada para peneliti penerima hibah penelitian untuk cara memberikan update penelitian mereka secara terintegrasi di dalam perangkat jejaring utama JiKTI, Stock of Knowledge

Prof. Darmawan Salman dari Universitas Hasanuddin memberikan materi Gender dalam Penelitian Kuantitatif di capacity Building hari Ke-4

Perwakilan RcA+, Miss Dee Jupp memberikan presentasi mengenai Reality

check Approach Plus sebagai metode baru dalam penelitian

Mesri Welhelmina Manafe, Penerima Hibah Penelitian JiKTI asal

Nusa Tenggara Timur menerima masukan dan rekomendasi dari

Dewan Panel setelah presentasi penelitiannya yang berjudul

“Analisis Pengelolaan Keuangan Daerah Bidang Strategis Akuntansi

dan Pelaporan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao”

Update JiKTI

BaKTINews | 28No. 103 Juli - Agustus 2014

NAMA JUDUL PENELITIAN INSTITUSI

Bellytra Talarima, SKM.,M.Kes

Pengaruh Determinan Sosial Terhadap Akses Pelayanan Kesehatan Primer Bagi Masyarakat Miskin  Di Kota Ambon Provinsi Maluku (Kajian Epidemiologi Sosial)

Fakultas Kesehatan, Universitas Kristen Indonesia Maluku

Dr. Christiana Demaja Wihelmina Sahertian, S.PAK.M.Pd

Pengembangan  Model Rancangan  Pembelajaran PAK Dan Budi Pekerti  Berbasis Kurikulum 2013 Untuk  SD, SMP Dan SMA

Sekolah Tinggi Agama Kristen Protestan Negeri (STAKPN) Ambon

Felecia P. Adam Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Upaya Mengentaskan Kemiskinan Dan Membangun Harmonisasi Kehidupan Masyarakat Di Sekitar Hutan Taman Nasional Manusela, Maluku Tengah

Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura

Mesri Welhelmina Nisriani Manafe

Analisis Pengelolaan Keuangan Daerah Bidang Strategis Akuntansi dan Pelaporan Pemerintah Kabupaten Rote Ndao

Universitas Kristen Artha Wacana, Kupang

Syamsul Asri, S.IP.,M.Fil.I.

Ulama dan Politik Imigran, Peran dan Posisi Pemuka Agama Islam Dalam Menghentikan People Smuggling/Illegal Migration (Penyelundupan Manusia/Migrasi Ilegal) di Kabupaten Bulukumba

Universitas Islam Negeri Alauddin, Makassar

Lingkan Easter Tulung, S.Sos, M.PubPolDr. Daud M. Liando

Implementasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan Universal Coverage di Kota Manado

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sam Ratulangi

Josina Waromi, SP,M.SE Strategi Pemenuhan Kebutuhan Hidup melalui Diversifikasi Mata Pencaharian (Kasus : Penduduk Yang Dipindahkan dengan terpaksa akibat Musibah Bencana Alam)

Universitas Negeri Papua

Moh. Taqiuddin, M.Si Membangun Ketahanan Komunitas Lokal Terhadap Bencana : Studi Kasus Upaya Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat di Kawasan Gunung Rinjani Lombok Timur

Pusat Penelitian Kependudukan dan Pembangunan Universitas Mataram

Adolof  Ronsumbre, S.Sos.,M.A

Pemetaan Sumber  dan Jenis  Konflik di Propinsi Papua   Barat

Fakultas Sastra, Universitas Negeri Papua

Dr. Mohamad Ikbal Bahua, S.P., M.Si 

Model Pengembangan Pemberdayaan Masyarakat Komunitas Adat Terpencil  (KAT) Di Kabupaten Boalemo

Fakultas Pertanian, Universitas Negeri Gorontalo

Andi Sumar Karman, S.Sos., M.A.

Orang Taliabu Di Pulau Taliabu: Kajian Sosial Budaya Dan Model Pemberdayaan Bagi Peningkatan Kesejahteraan Kehidupannya

Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Khairun, Ternate

Daniel Yohanis Seseray, S.Pt., M.Sc

Persepsi dan Evaluasi Tingkat Keberhasilan Peraturan daerah (PERDA) Penertiban Hewan/Ternak Peliharaan (SK Bupati Manokwari No. 357 tahun 2004) pada Peternak Babi di Kabupaten Manokwari.

Fakultas Peternakan Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Negeri Papua

Jonni Marwa Skema Pembagian Manfaat Sumberdaya Hutan Bagi Masyarakat Adat oleh Investasi Kehutanan di Papua Barat  (Studi Kasus Kabupaten Teluk Bintuni)

Universitas Negeri Papua

Dr. Razak H  Umar, S.Ag. M.Pd

Mengejar Ketertinggalan  Melalui Pengelolaan  Wilayah Pertambangan Rakyat Yang Baik & Berkelanjutan Di Provinsi Gorontalo

Lembaga Kajian Konflik & Pengelolaan Sumber Daya Alam IAIN Sultan Amai Gorontalo

Chairullah Amin, SE, M.Si

Pengembangan Komoditas Unggulan Di Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Maluku Utara

Fakultas Ekonomi, Universitas Khairun, Ternate

Penerima Hibah Penelitian Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia

29 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

Kisah Inspiratif Wahana Visi Indonesia

Mitra Pembangunan Internasional

S uasana lengang dan senyap menyelimuti SD Taymanu siang itu, ketika saya menemui dua orang guru yang juga mitra Wahana Visi

Indonesia. Mereka adalah Paulina Dedo Ngara dan Elisabeth Pahalang.

Dua guru honorer ini masing-masing sudah 5 dan 2 tahun mengabdi di SDN yang terletak di Desa Kanatang, Sumba Timur. Setiap kali ada kegiatan Wahana Visi di SDN Taymanu, pastilah Paulina dan Elis terlibat.

Mereka sering menjadi fasilitator dalam menemukan anak-anak berbakat untuk diikutsertakan dalam kegiatan-kegiatan kreativitas anak yang disponsori Wahana Visi. Paulina jago menangani urusan story telling, sedangkan Elis untuk urusan kesenian serta olahraga.

Semua talenta yang dimiliki oleh dua guru ini merupakan pilar pembangunan generasi di SD Taymanu. Mereka membantu mengkoordinir kegiatan voli, menyanyi dan menari.

Hal unik yang dilakukan Paulina dan Elis adalah berusaha menonjolkan anak-anak yang memiliki nilai akademis di bawah rata-rata, serta anak-anak yang dikenal dengan istilah ‘anak dalam rumah’.

Kanatang dulunya memang merupakan daerah kerajaan. Sisa-sisa kerajaan tersebut masih ada hingga saat ini. Sistem yang membagi masyarakat ke dalam 3 kasta utama, yaitu maramba, kabihu serta ata ini masih membudaya.

Anak-anak masih sering disebut sebagai ‘anak

dalam rumah’ atau ata. Tentu saja anak-anak ini akan merasa minder dibandingkan teman-teman seusia mereka. Paulina dan Elis merasa terpanggil untuk melindungi anak tersebut.

“Saya dan Ibu Elis juga memilih anak-anak yang punya status sosial rendah agar mereka tak memiliki rasa minder yang berlebihan dan mampu mengembangkan bakat yang ada pada diri mereka,” kata Paulina.

“Kami tidak membeda-bedakan orang. Anak yang kami pilih memang bersal dari golongan yang tidak mampu. Tugas kami sebagai guru adalah mendorong, membimbing, membina, mengarahkan anak-anak tersebut,” Elis menambahkan keterangan Paulina.

Salah satu kelompok penyanyi hasil binaan duo kompak guru ini adalah grup vokal Galatia, SD Taymanu. Kelompok ini mampu tampil mempesona di atas panggung. Mereka juga mampu berlatih sendiri ketika guru mereka berhalangan untuk

Paulina dan Elis, dua guru yang memiliki kepedulian terhadap tumbuh kembang anak didiknya. Yustina Safe, ketua UKM Prima Mandiri di sebuah desa kecil, yang melalui usaha kelompok ini dapat membantu ekonomi warga sekitarnya. Dan ada ayah Cory, orangtua yang peduli akan pentingnya menabung demi pendidikan anaknya kelak. Mereka akan berbagi kisahnya yang menginspirasi pembaca.

Paulina dan elis, Pendamping anak-anak Yang TersisihOleh Wemrits Nenohaifeto

FOTO

: DOK

. WVI

BaKTINews | 30No. 103 Juli - Agustus 2014

memberikan latihan. Anak-anak di SD ini juga dilatih untuk mendaur

ulang sampah plastik yang bisanya berserakan di jalanan. Beberapa hasil karyanya, antara lain tas dari plastik kopi moka, maket rumah, serta hiasan gantung dari sedotan. Saat ini 30% anak di SD tersebut, sudah memakai tas yang mereka buat dari plastik.

Paulina dan Elis bekerja secara sukarela dan tak

pernah mengharapkan imbalan apapun. “Awalnya saya melayani karena ditunjuk oleh kepala sekolah, namun karena dasarnya saya memang suka sama anak, maka saya selalu melayani walaupun saya tidak mendapat bayaran apapun,” ungkap Elis.

T inggal di desa yang jauh dari keramaian kota, tidak menjadi alasan untuk tidak dapat berkembang. Dengan semangat agar

anak-anak kami bisa bersekolah, serta kebutuhan ekonomi keluarga kami bisa terpenuhi dengan baik, kami bekerja siang dan malam.

Kami membaca peluang usaha yang mampu memberikan nilai ekonomi dan dapat bersaing di pasaran. Dengan adanya persamaan visi dan misi, kami bergabung menjadi satu kelompok tani, yang bergerak di usaha industri rumah tangga dan juga pertanian.

Kelompok Prima Mandiri menjadi nama kelompok kami. Arti dari nama tersebut adalah kami harus semangat bekerja dan bisa mandiri. Produk unggulan yang kami kerjakan adalah jamu temulawak, jamu mengkudu dan kunyit putih. Dari hasil usaha ini, kami dapat menyekolahkan anak-anak kami serta dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga kami.

Awalnya kami mendapat kesulitan dalam proses produksi sampai pemasarannya. Puji Tuhan, Wahana Visi Indonesia datang membantu kami dari tahap pelatihan hingga pembuatan label produk hingga memiliki nilai jual.

Awalnya juga kami mendapat kesulitan untuk menjual produk kami. Namun dengan semangat

yang tinggi, sekarang kami sudah bisa menjualnya di Kabupaten Timor Tengah Utara, kabupaten di pulau Timor, Flores, Sumba, Provinsi Maluku, dan bahkan Bali. Sekarang terbuka peluang bagi kami untuk menjual produk kami ke negara tetangga, yaitu Timor Leste.

“Saya sering dipanggil tante jamu oleh orang-orang kota yang saya datangi, dan itu menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya. Tidak peduli sapaan yang diberikan, saya harus bekerja untuk mendapatkan uang demi pendidikan anak-anak saya. Harus harus harus dan harus sekolah sampai selesai kuliah,” ujar Yustina Safe (41), ketua kelompok Prima Mandiri. 

Produk jamu yang kami hasilkan sudah menjadi ikon desa. Sehingga, apabila orang Kabupaten Kefa menyebut Desa Usapinonot, pasti yang terpikir adalah jamu mengkudu dan jamu temulawak dari kelompok Prima Mandiri.

Terima kasih Wahana Visi Indonesia untuk pendampingannya selama ini.

Jamu Jadi Ikon desa usapinonot

Penulis adalah staf pengembangan Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Timor Tengah Utara

INFo LebIH LANJuT

Oleh beatriks Mbete

Penulis adalah staf pengembangan Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Sumba Timur

INFo LebIH LANJuT

FOTO

: DOK

. WVI

FOTO

: DOK

. WVI

31 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

Penulis adalah penulis adalah staf pengembangan Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Sumba Timur

INFo LebIH LANJuT

K aki kecil si cantik Cory diayunkan cepat, mengikuti langkah kedua orangtuanya pada jalanan berlumpur di desa Pulupanjang. Di

tengah jalan, mereka bertemu banyak orang dengan tujuan yang sama. Ratusan orang telah tiba di tempat tujuan lebih dahulu.

Tempat yang dituju itu adalah sebuah gereja sederhana, yang di dalam ruangannya sudah terdapat gong, tambur dan topu (tikar) sebagai pelengkap acara yang akan dilakukan hari itu.

Gadis keturunan Sumba-Dayak yang lahir 5 tahun lalu itu terlihat sangat antusias untuk mengikuti perlombaan luluk, yang baru pertama kali diadakan di desanya.

Luluk merupakan salah satu warisan budaya Sumba, berupa pembacaan syair bersahutan dan biasanya dilakukan pada acara adat seperti kematian dan pinangan. Kegiatan luluk hanya dilakoni oleh para tua adat yang dikenal dengan istilah wunangu.

Kali ini luluk diperlombakan dengan tujuan untuk mendorong kesadaran tentang pentingnya menabung untuk masa depan anak. Ini merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh Wahana Visi Indonesia Kantor Operasional Sumba Timur.

Lomba luluk ini diramaikan oleh 2 pasang wunangu dewasa dan 4 pasang wunangu anak. 200 pasang mata yang hadir ikut menjadi saksi ajang tersebut. Gelak tawa serta bisikan-bisikan kecil tak jarang menghiasi atmosfer sekitar. Anak kiada, ama ina dan apu boku membaur terpesona dengan adanya proses adat yang sudah lama hilang dari peredaran. Mereka seakan dihipnotis oleh adanya kehadiran anak-anak yang pandai melafalkan irama-irama dalam luluk.

Lestiyani tampil ke depan membacakan puisi karyanya sendiri, yang berjudul ‘Menabung Untuk Masa Depan’. Puisi ini menceritakan tentang niatnya yang gigih menyisihkan uang jajannya untuk masa depan dalam sebuah kotak istimewa yang disebut celengan.

Kegiatan luluk ini sendiri melibatkan partisipasi aktif masyarakat, mulai dari pembentukan panitia, mempersiapkan konsumsi, dan konsep acara. Bank NTT juga ikut berkontribusi dalam kegiatan ini dengan memberikan hadiah bagi para pemenang lomba.

Seusai acara luluk, para orangtua diberi kesempatan untuk membuka dan menambah rekening tabungan anaknya. Sepenggal kalimat dalam luluk yang diucapkan oleh para wunangu, yaitu, “Ina ma pareta, ama makuaha”, yang berarti perlu dorongan agar setiap orang menabung untuk masa depan anak. Hal ini rupanya telah menggugah niat sebagian yang hadir untuk menabung.

Kepala desa yang merupakan figur panutan masyarakat langsung menambahkan uang sejumlah Rp 300.000,- untuk tabungan cucunya.

“Saya selaku kepala desa memberikan contoh serta dorongan kepada semua masyarakat untuk menabung. Budaya luluk ini perlu kita lestarikan, apalagi memberi penyadaran kepada masyarakat,” kata kepala desa.

Ayah Cory, Pendeta Ndena Taradjawa tak mau ketinggalan. Ia membuka tabungan bagi putri kecilnya itu, sejumlah Rp 1.000.000, suatu angka yang fantastis untuk ukuran menabung di desa yang kecil.

“Saya memang ingin menabung untuk anak saya yang baru duduk di bangku kelas I SD. Masa depan anak saya harus lebih baik dari saya,” kata Pendeta Ndena.

“Dengan saya menabung, saya harapkan banyak orang tua terutama jemaat saya yang tergugah untuk melakukan hal yang sama,” Pendeta Ndena menambahkan.

Tidak seperti biasanya, jika jumlah uang tabungan yang dikumpulkan pada pertemuan desa setiap bulan hanya berkisar Rp 100.000 - Rp 500.000,-, di hari itu terkumpul Rp 3.850.000,-.

Sebagai motivasi untuk terus menabung, maka penabung terbanyak diberikan hadiah berupa tambahan Rp 100.000 untuk tabungan anaknya. Tentu Pendeta Ndena Taradjawa adalah salah satu pemenangnya. Dengan tabungan yang akan dimasukkan ayahnya setiap bulan, Cory akan mampu mencapai cita-citanya mengecap bangku pendidikan hingga ke Perguruan Tinggi. Semoga!!

luluk untuk Tabungan anakOleh beatriks Mbete, Monev officer

BaKTINews | 32No. 103 Juli - Agustus 2014

P ersepsi sosial yang luas dan beragam debat harus dipertimbangkan – walaupun ini sangat sulit untuk ditangkap dan

membutuhkan penelitian lebih lanjut sebagai tambahan informasi bagi laporan ini. Sementara di banyak negara, penggunaan TIK dan sosial media disertai dengan wacana menekankan pada potensi untuk perubahan sosial yang luas, menurut informan lokal, hal ini diakui sebagai sesuatu yang kurang di Indonesia.

Kemungkinan tersebut sangat menjanjikan, termasuk bagi mereka yang bekerja dalam dunia pembangunan dan advokasi. Beragam media sosial terbuka bagi siapa saja, untuk memunculkan beragam isu ke khalayak luas dalam berbagai cara yang beberapa tahu lalu masih terasa mustahil. Teknologi telepon genggam membuat ini dapat dikerjakan di mana saja dan dengan biaya yang lebih murah. Penyebaran Teknologi Informasi Komunikasi dan perangkat-perangkat online, mulai dari SMS gateway hingga alat penjawab interaktif dan pemetaan interaktif dari sekian banyak list, berarti bahwa terdapat lebih banyak cara untuk berbagi dan menggunakan informasi dari sebelumnya. Akses ke informasi, dan kemampuan komunitas lokal untuk menyuarakan pendapatanya, kini menjadi sebuah kekuatan. Apakah komunitas-komunitas ini dapat menggunakan beragam perangkat ini untuk masa depan mereka sendiri dan mendorong kemajuan

Indonesia: negara digital Baru?Indonesia: new digital nation?

Bagian 2

Oleh Matt Abud

Tulisan berikut adalah kutipan dari laporan mengenai media baru Indonesia. BaKTI mendapat kehormatan untuk menjadi bagian dalam penelitian tersebut dan kami percaya laporan ini sangat bermanfaat bagi para praktisi pembangunan, khususnya para penggiat komunikasi.

Laporan lengkap dapat di akses di http://www.internews.org/research-publications/indonesia-new-digital-nation

Below are excerpts from a report on the state of Indonesia’s new media. BaKTI was honored to be among those interviewed and we believe this is an incredible resource for development practitioners, especially communication staff.

The full report can be accessed at http://www.internews.org/research-publications/indonesia-new-digital-nation

T h e possibility has enormous promise, including for those working in community development and advocacy. Social media

platforms are open to anyone, to raise issues publicly in ways that were impossible just a few years ago. Mobile phone technology is making the ability to do this more ubiquitous and affordable than ever. The proliferation of ICT and online tools, ranging from SMS gateways to interactive voice response (IVR) and interactive mapping in an ever-expanding list, means that there are more ways to share and use information than ever before. Access to information, and the ability of local communities to raise their voice, is power. Are communities able to use these tools to take greater control of their own futures and push their development forward? There’s plenty of excitement around this idea, and certainly great potential. But the landscape is complicated and among all the fast-moving changes, it can be difficult to sift between reality and potential, hope and hype.

The numbers by themselves are impressive. But they can obscure the fact that many profound divides still exist in the country. These divides will not simply ‘disappear’, washed away by an inevitable technological wave. They are both causes and consequences of the development obstacles that communities face, and will shape the reach and impact of new technology.

First and foremost among these obstacles are

Komunikasi

33 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

Terdapat banyak hal yang menggembirakan tentang ide ini dan tentu saja potensi yang besar. Namun kenyataannya cukup sulit dan dari semua perubahan yang cepat terjadi, mungkin sulit untuk menyaring antara realitas dan potensi, harapan dan perasaan.

Dari segi angka, ini cukup mengesankan. Tapi mereka dapat mengaburkan fakta bahwa banyak masih ada kendala besar di negara ini. Kendala ini tidak akan dengan mudah ‘menghilang’, terhapus oleh gelombang teknologi yang tak terhindarkan. Keduanya adalah penyebab dan konsekuensi dari tantangan pembangunan yang dihadapi oleh komunitas dan akan membentuk capaian dan dampak dari teknologi baru.

Hal yang pertama dan terutama di antara kendala tersebut adalah perpecahan dalam infrastruktur telekomunikasi, dengan banyaknya daerah yang masih tertinggal. Tidak jauh di belakang adalah perpecahan dalam hal keterjangkauan: dimana infrastruktur tersedia, seringkali hanya mereka yang relatif makmur saja yang memiliki akses luas. Kedua hal tersebut diatas terutama berlaku di masyarakat kelas menengah daerah perkotaan.

Tapi kendala tidak hanya dalam hal infrastuktur melainkan juga keterampilan manusia. Secara khusus, dibandingkan pengguna dan kebutuhan yang ada di Indonesia, terdapat sedikit sekali tenaga developer software yang terampil dan teknisi Teknologi Informasi Komunikasi. Ini adalah sektor yang berhubungan dengan upaya-upaya lain: para developer memilki keterampilan untuk melihat apa

divisions in telecommunications infrastructure, with many parts of the country left behind. Not far behind are divisions in affordability: where infrastructure does exist, often only the relatively affluent can afford extensive access. Both divisions greatly favour middleclass, urban areas.

But divisions do not only exist in infrastructure: human skills also fall short. In particular, there are relatively few skilled software developers and ICT technicians in Indonesia given the scale of users and need. This is the sector that feeds into other efforts: developers have the skills to see what can be done, and how to achieve it. Just as importantly, despite increasing efforts and initiatives to bridge this gap, the networks of skilled technicians and developers that do exist locally are often not sufficiently connected to government and civil society organisations.

This means that critical understanding of the

Some initiatives, pursued by both civil society and government, are working to create greater possibilities for communities at the local level, and to open more space nationally.

Komunikasi

BaKTINews | 34No. 103 Juli - Agustus 2014

Penulis bekerja untuk Internews center for Innovation & Learning dan dapat dihubungi melalui email [email protected]

The writer commissioned by the Internews center fo Innovation & learning and can be contacted at [email protected]

Artikel ini juga dapat dibaca di https://internews.org/research-publications/indonesia-new-digital-nation

INFo LebIH LANJuT

yang dapat dikerjakan dan developer mencapainya. Penting juga, dengan mengecualikan upaya yang meningkat dan inisiatif untuk menjembatani kesenjangan ini, jejaring teknisi dan developer yang ada biasanya tidak terhubung dengan baik ke pemerintah dan organisasi-organisasi masyarakat sipil.

Ini berarti di tingkat lokal, masih kurang sekali pemahaman kritis akan aplikasi potensial dan keterbatasan perangkat digital. Inilah yang menahan laju inovasi dan peluang beragam aplikasi. Menggunakan teknologi tidak hanya soal menyediakan beragam perangkat baru bagi komunitas, atau mempromosikan bermacam-macam program untuk infrastuktur universal yang lebih baik; hal-hal tersebut memang krusial namun belum cukup. Penggunaan teknologi juga berarti mengembangkan keterampilan dan jaringan yang memungkinkan masyarakat untuk menguji apa yang paling baik dalam memenuhi kebutuhan mereka – jadi mereka dapat membayangkan sendiri bagaimana hal ini bisa bermanfaat bagi mereka.

Beberapa inisiatif, dilakukan oleh kelompok masyarakat dan pemerintah, berupaya untuk menciptakan peluang-peluang yang lebih baik bagi komunitas di tingkat lokal, dan untuk membuka lebih banyak ruang secara nasional. Namun upaya-upaya ini masih terbilang kecil dan tidak begitu terkenal, dan masih banyak lebih lagi hal yang harus dilakukan.

potential application and limitations of digital tools is hampered especially at the local level, which holds back possible applications and innovations. Engagement with new technology isn’t just about providing new tools for communities, or promoting programs for better universal infrastructure; those are crucial, but not enough. It is also about building the skills and networks that will allow communities to test what can meet their needs the best – so that they can imagine for themselves what this field may mean for them.

Some initiatives, pursued by both civil society and government, are working to create greater possibilities for communities at the local level, and to open more space nationally. But they are relatively small and low-profile in national discourse, and there is room for much more.

THIN

KSTO

cK.c

OM

35 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

K elompok Konstituen (KK) telah terbentuk di semua wilayah program MAMPU. Kelompok Konstituen merupakan bagian yang cukup

penting dan strategis dalam mendorong perubahan. Kelompok Konstituen menjadi sebuah kelompok yang kritis, serta menjadi penyeimbang bagi lahirnya kebijakan yang mendukung perempuan dan masyarakat miskin.

Kelompok Konstituen secara strategis berperan sebagai katalisator perubahan di tingkat desa/kelurahan. Kelompok ini telah menunjukkan perannya di tingkat tersebut, serta telah menunjukkan hasil yang signifikan.

Kelompok Konstituen di Kelurahan Lonrae, Kecamatan Taneteriatttang Kabupaten Bone, telah melakukan sejumlah aktivitas mediasi dan advokasi di tingkat lokal. Kelompok Konstituen yang diberi nama Biru Laut ini, telah memulai aktivitasnya dalam rentan waktu antara bulan Maret hingga bulan Juni

Menaruh Harap Pada Kelompok KonstituenOleh Junardi Jufri

Program Mampu

BaKTINews | 36No. 103 Juli - Agustus 2014

Penulis adalah Program Officer Yayasan BaKTI untuk Program MAMPU. Penulis dapat dihubungi melalui email [email protected]

INFo LebIH LANJuT

lalu.Menurut ibu Habriah Bakri, ketua Kelompok

Konstituen, kelompok ini telah melakukan advokasi bagi masyarakat sekitar dalam hal pengurusan Akte Kelahiran. Advokasi ini diprioritaskan bagi orang tua yang belum memahami secara teknis proses pengurusan Akte Kelahiran bagi anaknya. Selain advokasi dalam hal pengurusan Akta Lahir, Kelompok Biru Laut juga melakukan advokasi dalam kepengurusan Kartu Keluarga. Lebih jauh, kelompok ini juga melakukan mediasi terkait konflik batas-batas tanah di lingkungan warga, sehingga dapat diselesaikan secara kekeluargaan.

Ibu Sanawiah, salah seorang anggota Kelompok Konstituen, juga banyak berperan dalam pengurusan administrasi kependudukan tersebut. Beliau menyatakan bahwa banyak masyarakat yang belum memahami dan bahkan takut untuk berurusan dengan pihak pemerintah. Oleh sebab itu, masyarakat

memerlukan pendampingan serta mediasi untuk menyelesaikannya.

Cerita sukses juga datang dari Kelurahan Poka dan Desa Latta di Ambon. Kelompok Konstituen Kelurahan Poka membuat pembelajaran berarti bagi masyarakat sekitar. Mereka melakukan mediasi terkait kasus KDRT yang dialami oleh salah seorang anggota kelompoknya pada bulan April silam. Proses mediasi ini menampakkan hasil dengan ditahannya pelaku KDRT oleh pihak Kepolisian. Pelaku juga diharuskan membuat pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatannya.

Ketua Kelompok Konstituen, ibu Ivon, mengatakan bahwa kasus KDRT sudah biasa terjadi di masyarakat. Namun, seringkali kasus ini tidak terungkap karena dianggap urusan tumah tangga. Kelompok Konstituen menyelenggarakan diskusi kelompok yang membahas lima tema MAMPU. Dalam diskusi ini, Kelompok Konstituen membangun kesadaran bagi anggota Kelompok Konstituen terkait persoalan KDRT di wilayahnya.

“Apa yang dilakukan oleh anggota Kelompok Konstituen, sedikit banyaknya telah menjadi pembelajaran bagi masyarakat di desa ini”, ujar Noni, sekertaris Kelompok Konstituen.

Peran mediasi dan advokasi juga nampak di Kelompok Konstituen di wilayah lain. Desa Latta juga memiliki Kelompok Konstituen serupa. Kelompok ini telah melakukan mediasi pada tiga kasus KDRT yang disampaikan ke LK3 Propinsi Maluku. Proses mediasi ini telah dimulai sejak bulan Februari hingga Juni lalu. Nampak adanya perkembangan yang baik dari ketiga kasus yang ditangani. Engel, sekertaris Kelompok Konstituen, menyatakan bahwa perkembangan tersebut meliputi sudah adanya rujukan dari pihak kepolisian, serta penanganan secara psikologis.

Kelompok Konstituen ini juga telah berhasil membantu sembilan anak kurang mampu, untuk dapat memperoleh bantuan beasiswa miskin dari Dinas Sosial Maluku. Hingga saat ini, ada dua belas anak tidak mampu lainnya yang telah didaftarkan pada Dinas Sosial Provinsi Maluku untuk memperoleh beasiswa serupa.

Olivia, salah seorang pengurus Kelompok Konstituen, menegaskan bahwa kedua belas anak tersebut sudah terdaftar dan telah memenuhi persyaratan sebagai calon penerima beasiswa miskin. Pencapaian-pencapaian tersebut merupakan hasil kerja kolektif dari anggota Kelompok Konstituen. Kerjasama ini juga didukung oleh Kepala Desa setempat, dalam memberikan surat keterangan miskin sebagai salah satu persyaratan berkas.

FOTO

: JUN

ARDY

JUFR

I/YAY

ASAN

BAK

TI

37 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

Prospek Pembumian Pendidikan KarakterBagian 1

Oleh Prof. Dr. Yulianto Kadji, M.Si

Pendidikan

P endidikan karakter adalah sebuah aset yang penting bagi generasi muda dewasa ini. Substansi dari pendidikan karakter adalah

membiasakan kebenaran dan bukan membenarkan kebiasaan yang salah.

Karakter adalah sikap pribadi yang stabil sebagai hasil proses konsolidasi yang progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan tindakan, integrasi antara ide dan realita (Kamus Umum Bahasa Indonesia).

Pendidikan karakter merupakan proses kegiatan yang dilaksanakan secara sadar dan terencana. Proses ini didukung oleh potensi sumber daya serta upaya dalam mengarahkan anak sejak dini, agar mampu menguasai diri melalui kebebasan yang bertanggungjawab. Proses ini juga mengajarkan penalaran serta mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak. Pengembangan potensi anak tentunya bermuara pada pembentukan sikap dan karakter, juga kompetensi kognitif dan kompetensi psikomotorik. Pengembangan potensi ini bermanfaat bagi kehidupan anak dalam dinamika berbangsa dan bernegara yang lebih bermartabat.

Pendidikan karakter mengajarkan anak tentang kebiasaan positif, seperti : (1) cara berpikir dan berprilaku yang selalu siap membantu individu lain, (2) cara hidup dan bekerjasama dalam keluarga

dan masyarakat, (3) cara membuat keputusan dalam hidup yang dapat dipertanggungjawabkan, baik sosial maupun dalam perspektif religiusitas. Pendidikan karakter bermuara pada membiasakan kebenaran bukan membenarkan kebiasaan yang salah.

Jenis-jenis Pendidikan KarakterYahya Khan menyebutkan ada empat jenis

pendidikan karakter. Pertama, pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran dari Tuhan. Karakter anak mesti diarahkan pada pengembangan moralitas yang berpangkal tolak pada ajaran agama yang menjunjung tinggi perspektif religius. Kebenaran bertindak dan berprilaku adalah wujud penghambaan kepada sang Pencipta.

Kedua, pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain berupa: budi pekerti, pengamalan pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh dan pemimpin bangsa. Generasi muda diarahkan pada pemahaman dasar, bahwa karakter yang baik berbingkai pada perisai nilai budaya ke arah pengembangan budi pekerti yang pancasilais, serta menginternalisasi ketokohan dan nilai-nilai keteladanan para pemimpin bangsa.

Ketiga, pendidikan karakter berbasis

BaKTINews | 38No. 103 Juli - Agustus 2014

lingkungan. Lingkungan termasuk salah satu faktor dalam mempengaruhi perkembangan karakter anak bangsa. Sehingga perlu diupayakan pendidikan karakter bersumber lingkungan. Semakin bersahabat dengan lingkungan, maka semakin besar kesempatan generasi muda dalam berinteraksi dengan lingkungan yang dihadapinya.

Keempat, pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam perspektif ini, karakter anak berkembang berdasarkan potensi diri yang dimilikinya. Potensi inilah yang akan melahirkan sikap dan kesadaran yang lebih humanis dan religi.

Keempat jenis pendidikan karakter tersebut harus dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh untuk melahirkan potensi generasi yang utuh dalam membangun lingkungan dan masyarakatnya.

Filosofi Pendidikan KarakterPendidikan karakter secara filosofis

berbicara tentang pendidikan nilai. Pendidikan nilai dipandang perlu dan sangat penting untuk direinternalisasi kepada anak didik, dalam kerangka mengimbangi pembelajaran yang selama ini lebih

berat dan cenderung kearah penguasaan kompetensi intelektual. Pendidikan nilai merupakan upaya untuk membina, membiasakan, mengembangkan dan membentuk sikap serta memperteguh watak untuk menjadi manusia yang lebih humanis berkarakter religi.

Nilai disini dimaksudkan adalah potensi yang dimiliki seseorang yang diperoleh melalui pembinaan, pembiasaan, dan berkembang membentuk sikap menjadi suatu karakter.

Pendidikan nilai ataupun karakter, pasti bersentuhan dengan ilmu. Pendidikan nilai menurut Maslow Agudo akan menghasilkan manusia yang mampu mengekspresikan dirinya, seperti:1. Penerimaan diri, orang lain, dan kenyataan

kodrati; 2. Spontan dan jujur dalam pemikiran, perasaan dan

perbuatan; 3. Membutuhkan dan menghargai privasi diri; 4. Pandangan realitas mantap; 5. Kemampuan menghadapi masalah diluar dirinya

sendiri; 6. Pribadi mandiri; 7. Menghargai diri sendiri, orang lain dan lingungan

sendiri; 8. Menjalin hubungan pribadi dengan Transenden; 9. Persahabatan dekat dengan beberapa sahabat

atau orang-orang tercinta; 10. Perasaan tajam, peka akan nilai-nilai rasa moral

susila, teguh dan kuat; 11. Humor tanpa menyakitkan; 12. Kreativitas, bias menemukan diri sendiri, tidak

selalu ikut-ikutan; 13. Mampu menolak pengaruh yang mau menguasai/

memaksakan diri; dan 14. Dapat menemukan identitasnya.

Aspek ontologis Pendidikan karakter itu berobjek materil pada

filsafat eksistensial yang bermakna pendidikan nilai. Pendidikan karakter berobjek materil pendidikan nilai memposisikan manusia yang humanis, artinya kegiatan pendidikan diarahkan untuk mengembangkan segala potensi yang ada pada diri manusia. Disamping itu sebagai upaya nyata dalam mengembangkan diri sendiri sebagai makhluk pembelajar.

Arah pendidikan karakter dalam dimensi ontologis filsafati, menjadikan manusia utuh dalam eksistensinya sebagai objek formal, bahwa karakter manusia itu bereksistensi “ada dalam keberadaan

THIN

KSTO

cK.c

OM

39 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

dan ada dalam ketiadaan”, dapat dikembangkan selama manusia itu mengkreasi potensi dirinya.

Aspek EpistemologisSejak awal kita sepakat bahwa objek materil

pendidikan karakter adalah pendidikan nilai seutuhnya. Dalam aspek epistemologis, pendidikan nilai membutuhkan pendekatan humanistik yang akan menjalin studi empirik dengan studi kualitatif-fenomenologis. Hal ini kemudian diarahkan dalam pemahaman dan untuk mencapai kearifan dan fenomena pendidikan, yang akan melahirkan dan mengarahkan pembumian karakter anak bangsa lebih terarah dan bermartabat.

Epistemologis filsafati secara faktual akan melembaga pada peran institusional pendidikan di semua jenis dan jenjangnya, dengan segala sistem dan regulasi yang melegitimasi proses penyelenggaraan pendidikan menuju pada pembentukan dan pemandirian karakter generasi bangsa yang holistik.

Aspek AksiologisSegala sesuatu akan lebih bermanfaat dan

bernilai, jika dimanfaatkan oleh siapa saja yang ingin memanfaatkannya. Inilah makna aksiologis filsafati terhadap pemaknaan pendidikan nilai sebagai objek materil pendidikan karakter itu sendiri.

Secara aksiologis filsafati, pendidikan nilai sebagai objek materil pendidikan karakter, bermanfaat sebagai ilmu yang otonom untuk memberikan dasar yang sebaik-baiknya bagi pendidikan sebagai proses pembudayaan harmoni kehidupan manusia secara beradab dan bermartabat. Secara jujur harus diakui bahwa pendidikan nilai sedang mulai tumbuh dan berkembang mengikuti peradaban manusia dan dinamika perkembangan ilmu, teknologi dan seni.

Pada momentum pendidikan karakter, setiap manusia memiliki kepribadian atau karakter yang berbeda-beda. Namun, setiap karakter atau kepribadian cenderung kepada hal yang positif, dan bukan sebaliknya. Untuk lebih mengarahkan kepada hal-hal yang positif, maka pembentukan dan pemandirian karakter membutuhkan upaya dan aktivitas pendidikan.

upaya Pengenalan KarakterUpaya pengenalan karakter penting dilakukan

pada tahapan pra Sekolah (PAUD/TK, hingga usia 06 tahun) dan tingkat Sekolah Dasar (Usia 06 – 12 tahun). Pada tingkatan ini, seorang pembimbing atau

Guru PAUD/TK dan SD harus mampu membentuk ingatan anak kepada hal-hal yang positif sebagai pijakan dasar sang anak dalam mengenal benda baik abstrak maupun konkret. Hal ini penting dalam menggugah memorinya dalam merekam setiap aktivitas yang bernuansa positif.

Pada level inilah, anak diarahkan dalam mengerjakan hal-hal yang positif, sehingga terekam oleh memori sang anak untuk mengingat hal-hal yang positif tersebut. Hal ini memiliki kecenderungan akan terbawa oleh memori sang anak hingga dewasa nantinya.

upaya Pembentukan KarakterFase ini berada pada level dan jenjang pendidikan

SMP dan SMA/sederajat (pada usia 12-17/18 tahun). Pada masa SMP, seorang siswa berada pada masa transisi. Guru berperan sebagai pembimbing dalam mengalihkan anak ke arah pengenalan dan pemahaman diri yang berkarakter atau bertabiat positif.

Lembaga kependidikan (SMP/SMA/sederajat) dalam proses pembelajaran lebih menekankan pada pembobotan pengetahuan, keprilakuan dan psikomotorik. Hal ini akan menunjukkan kecenderungan bahwa karakter positif telah terbentuk dan terarah menuju masa kedewasaan sang anak. Pada level inilah sang anak remaja akan menyadari bahwa dia bagian dari masyarakat Indonesia yang harus terinspirasi melakukan hal-hal yang positif.

Pada masa pembentukan karakter, sang anak perlu diarahkan pada penerapan mengenai 4 hal ini:1. Membiasakan karakter positifnya;2. Menebarkan karakter positif ke lingkungannya

dimanapun dia berada;3. Melanjutkan dan memelihara kebiasaan positif

sebagai bagian yang lebih terinternalisasi dengan prilaku kehidupannya;

4. Semakin tingginya kesadaran, bahwa terbentuknya karakter positif dalam dirinya kelak menjadi kekuatan menuju pada kemandiriannya.

(bersambung pada edisi 104)

Penulis adalah Guru Besar Kebijakan Publik dan Pembangunan Universitas Negeri Gorontalo dan dapat dihubungi melalui email [email protected]

INFo LebIH LANJuT

BaKTINews | 40No. 103 Juli - Agustus 2014

T anggal 13 Juni 2014, bertempat di Balai Pertemuan Umum Desa Teling, Kecamatan Tombariri, diselenggarakan diskusi Praktik

Cerdas. Diskusi ini mengambil topik mengenai pemanfaatan rumput-rumputan dan kotoran hewan yang memiliki nilai ekonomis sebagai pupuk Bokashi. Kegiatan diskusi ini dibuka oleh Bapak Israel Bawalang, sebagai Hukum Tua Desa, serta pengantar singkat dari perwakilan Forum Kawasan Timur Indonesia (FKTI) Wilayah Sulawesi Utara, Bapak Ismail Husen.

Diskusi praktik cerdas provinsi dimaksudkan untuk mendorong inisiatif-inisiatif cerdas di masyarakat untuk diangkat dalam sebuah diskusi dengan harapan dapat berbagi informasi dan pengalaman antar pelaku pembangunan sehingga praktik cerdas yang diangkat dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan replikasi di daerah lain.

Hadir sebagai narasumber dalam diskusi ini

adalah Bapak Lorens Loho, dari Kelompok Tani Lestari Kabupaten Minahasa Utara. Beliau berbagi pengalaman mengenai pembuatan pupuk bokashi dari rumput dan kotoran hewan.

Bokashi adalah fermentasi bahan organik dengan teknologi EM (Effective Microorganisms). Bahan organik ini bermanfaat untuk dapat digunakan sebagai pupuk organik, guna menyuburkan tanah

Oleh Ismail Husen

Mengubah rumput dan Kotoran Hewan Jadi Pupuk

DISKUSI PRAKTEK CERDAS

FOTO

: IcH

SAN

DJUN

AED/

YAYA

SAN

BAKT

I

BaKTINews | 40No. 103 Juli - Agustus 2014

41 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bokashi dapat diproduksi dalam beberapa hari dan bisa langsung digunakan sebagai pupuk.

Pupuk bokashi hampir tidak dimanfaatkan oleh masyarakat. Namun mengingat harga pupuk sangat mahal, maka pemanfaatan pupuk bokashi ini dapat menjadi alternatif untuk dikembangkan. Pengembangan pupuk bokashi dapat meminimalisir biaya produksi. Disisi lain pupuk bokashi memiliki banyak manfaat, seperti mengurangi hama pada daun dan menyuburkan tanah.

Bahan-bahan yang dibutuhkan pun tidaklah sulit, yaitu rumput-rumputan. Pupuk bokashi dapat digunakan disemua jenis tanah. Tanah yang sering diberi pupuk bokashi, memiliki kecenderungan lebih subur.

Pada proses diskusi, fasilitator berbagi melalui praktek singkat mengenai pembuatan pupuk bokashi. Bahan dasar yang dibutuhkan adalah serbuk hasil dari kayu yang telah digergaji, rumput senter sema, dan kotoran hewan yang telah dikeringkan. Adapun bahan ini kemudian dicampur dengan rumput yang sudah dipotong sepanjang 3 cm, dan direkomendasikan menggunakan batang pisang. Rumput yang telah dihancurkan dan dicampur dengan kotoran hewan ini akan didiamkan selama 3 hari agar menguap.

“Saya saat ini menanam timun dan menggunakan pupuk bokashi, dan hasilnya sangat baik saat kita menggunakan pupuk organik”, ujar Lorens Loho.

Menurut pengalaman bapak Lorens loho, penggunaan pupuk bokashi dapat meningkatkan

hasil produksi berkali-kali lipat dibanding penggunaan pupuk kimia. Penggunaan pupuk bokashi dapat menghilangkan hama.

“Pemerintah secara berangsur-angsur akan mengurangi pupuk kimia, dan mengarah ke penggunaan pupuk bokashi. Jika menggunakan pupuk air seni binatang sebaiknya kandang binatang tersebut dapat didesain untuk dapat mengakomodir kebutuhan petani. Sebaiknya apa yang sudah dilakukan oleh pak Lorens dapat dilihat langsung oleh kelompok tani di desa ini”, ujar Yan Tampalon, Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara.

Melalui diskusi Praktik Cerdas ini, masayarakat dapat melihat secara langsung bagaimana hasil kebun yang menggunakan pupuk bokashi yang berlokasi di Minahasa Utara. Diskusi ini juga menghasilkan komitmen pemerintah, dalam hal ini Dinas pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara untuk bersedia memfasilitasi pembentukan Kelompok Pertanian Perempuan di Desa Teling, Kecamatan Tombariri, Kabupaten Minahasa. Hal ini diupayakan agar saat pemerintah berencana menghapus pupuk bersubsidi, masyarakat jauh lebih siap dengan adanya alternatif penggunaan pupuk bokashi.

Bokashi adalah fermentasibahan organik denganteknologi EM (EffectiveMicroorganisms). Bahanorganik ini bermanfaatuntuk dapat digunakansebagai pupuk organik,guna menyuburkan tanahdan meningkatkanpertumbuhan dan produksitanaman.

Penulis dapat dihubungi melalui [email protected]

INFo LebIH LANJuT

BaKTINews | 42No. 103 Juli - Agustus 2014

18 Juli 2014

Inspirasi BaKTI: Memotong Generasi Kekerasan – Mulai dari Hulu

22 Juli 2014

launching & Bedah Buku “Tuhan Tak Sedang Iseng” : dari Membela anak-anak dengan Puisi

Acara dibuka dengan alunan musik akustik mengiringi sambutan dari moderator, Luna Vidya. Pembukaan ini mampu

menghangatkan suasana diskusi dengan candaannya yang khas. Luna Vidya, mewakili Direktur Eksekutif BaKTI membuka langsung acara  diskusi dengan

topik “Memotong Generasi Kekerasan – Mulai dari Hulu”. Hadir Ibu Nur Anti dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB) Provinsi Sulawesi Selatan untuk berbagi inspirasi tentang pencegahan kekerasan terhadap anak yang sudah diterapkan oleh lembaganya. 

Pencegahan kekerasan terhadap anak semestinya dimulai dari anak itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan membekali mereka pendidikan yang baik di rumah, sekolah maupun masyarakat.  Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sudah sejak lama terlibat aktif untuk pencegahan kekerasan terhadap anak. Hanya saja model pendekatan yang dipakai tidak tersistem dengan baik. Tahun 2010, UNICEF memperkenalkan pendekatan berbasis sistem yang melibatkan 19 SKPD pada level provinsi.  Narasumber menambahkan bahwa sudah ada Perda dan sanksi bagi SKPD yang tidak mendukung upaya perlindungan anak. 

Diskusi ini dihadiri oleh 65 peserta yang berasal dari pemerintah daerah provinsi maupun kabupaten/kota, LSM, akademisi, dan media.  Acara ditutup dengan buka puasa bersama peserta.

“Anakku/sekolahmu jauh/bukan dalam jangkauan tapi dalam harapan”

Adalah salah satu petikan dari puisi berjudul “Tak Ada Jalan Lurus ke Sekolah” yang dibacakan Rusdin Tompo, di Gedung BaKTI, Makassar.    Beliau adalah penulis buku “Tuhan Tak Sedang Iseng”. Puisi ini bercerita tentang minim dan sulitnya anak-anak mengakses pendidikan, meskipun pemerintah telah menyelenggarakan program pendidikan gratis. Puisi ini merupakan bagian dari 80 puisi karya ‘Penyair Facebook’, yang terangkum dalam buku “Tuhan Tak Sedang Iseng”. Buku ini diterbitkan oleh Rayhan Intermedia pada Juli 2014.

Masih ada puisi-puisi bertema anak lainnya, seperti puisi “Lapangan Sekolah”. Puisi yang berkisah

tentang tidak adanya ruang publik bagi anak-anak untuk bermain dan berkreasi. Puisi-puisi bertema anak, sosial, politik dan religius itulah yang dibedah oleh Alwy Rachman (akademisi/budayawan), Ishak Ngeljaratan (budayawan/kolumnis),    dan Yudhistira Sukatanya (penulis/pengurus Dewan Kesenian Makassar. Yudhistira mengapresiasi Rusdin yang dinilainya sebagai seorang pemerhati dunia anak. Ishak Ngeljaratan mengaku Rusdin mempunyai kecerdasan menjinakkan kata-kata sehingga pembaca puisinya tidak sekadar mengerti, tapi juga ikut terbawa emosi. Sedangkan, Alwy Rachman menilai gaya puisi dalam buku ini tidak memiliki ritus bahasa awam, namun justru memiliki konteks sosial dan peristiwa.  

Kegiatan di BaKTI

43 | BaKTINews No. 103 Juli - Agustus 2014

“Jalan Lain ke Tulehu” adalah cerita tentang manusia di tengah konflik dan bagaimana sepak bola memainkan peranannya secara unik ditengah konflik tersebut. Dua hal utama yang ingin digaris bawahi oleh penulis dalam buku ini adalah bahwa konflik Ambon sesungguhnya tak bisa dibaca secara mandiri seakan tak terpisahkan dari konteks sosial politik di Indonesia pasca 1998 dan kedua bahwa dalam sebuah konflik yang panjang antar dua saudara, hampir pasti berlangsung permainan ingatan dan kenangan.

Info buku

Jalan Lain Ke Tulehu; Sepak Bola dan Ingatan yang Mengejar

Penulis: Zen RSISBN: 978-602-291-040-4

Buku ini memberikan gambaran era baru pengeloaan kebijakan fiskal sejak periode 1960-an hingga kini. Seperti perkembangan perpajakan dan kepabeanan; perkembangan reformasi kebijakan belanja; perkembangan kebijakan pembiayaan dan sektor keuangan; desentralisasi fiskal dan otonomi daerah; termasuk peningkatan kualitas dan pengamanan pelaksanaan kebijakan fiskal.

Buku ini merupakan kumpulan 30 tulisan dan uraian Widjojo Nitisastro selama beberapa puluh tahun yang terdiri atas enam kelompok yaitu perencanaan pembangunan Indonesia, Pelaksanaan Pembangunan Indonesia, Menghadapi berbagai krisis Ekonomi, Penanganan masalah utang luar negeri, pemerataan pembangunan dan Indonesia dan Dunia.

Pengalaman Pembangunan Indonesia

Penulis: Widjojo NitisastroISBN: 978-602-8495-95-0

Cermin Noken Papua; Perspektif Kearifan Mata Budaya Papuani

Penulis: Titus PekelISBN: 978-602-19078-2-5

Era Baru Kebijakan Fiskal; Pemikiran, Konsep dan Implementasi

Editor: Anggito Abimanyu dan Andie MegantaraISBN: 978-979-709-412-6

Noken adalah identitas budaya dalam unsur-unsur kebudayaan Papua. Dalam kebudayaan manusia nolek, terdapat beberapa aspek nilai seperti nilai filosofi hidup, nilai sosiologis, nilai antropologis dan nilai normatif hidup serta psikologis batin. Buku ini menjadi gambaran semangat masyarakat yang berupaya kelestarian budaya noken dengan mensosialisasikan dan membentuk pemahaman akan noken dan nilai yang terkandung didalamnya.

Terima kasih kepada Rumata’ Art Space dan Ecology Papua Institute (Sylvia) atas sumbangan buku-bukunya untuk perpustakaan BaKTI.

Buku-buku ini dapat dibaca di Perpustakaan BaKTI