FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM...

98
0 FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM: TELAAH DAN KONTEKSTUALISASI PEMIKIRAN R.A KARTINI oleh Nur Fajriyah NIM. M113014 Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan Untuk gelar Magister Pendidikan PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Transcript of FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM...

Page 1: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

0

FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI

PENDIDIKAN ISLAM:

TELAAH DAN KONTEKSTUALISASI PEMIKIRAN

R.A KARTINI

oleh

Nur Fajriyah

NIM. M113014

Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan

Untuk gelar Magister Pendidikan

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

Page 2: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

1

FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI

PENDIDIKAN ISLAM:

TELAAH DAN KONTEKSTUALISASI PEMIKIRAN

R.A KARTINI

oleh

NUR FAJRIYAH

NIM. M113014

Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana

Institut Agama Islam Negeri Salatiga

sebagai pelengkap persyaratan untuk

gelar Magister Pendidikan Islam

Salatiga, Maret 2017

ttd

Dr. H. Sa’adi, M.Ag

PEMBIMBING

Page 3: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

2

PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini

merupakan hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan

saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah

dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian

bahan yang pernah di ajukan untuk gelar atau ijasah pada Institut Agama

Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.

Salatiga, Maret 2017

Yang membuat pernyataan

Nur Fajriyah

Page 4: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

3

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

LEMBAR PERSETUJUAN TESIS

Nama : Nur Fajriyah

NIM : M113014

Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Konsentrasi : Pendidikan Agama Islam

Tanggal Ujian : Jum‟at, 24 Maret 2017

Judul Tesis : Female Agency dan Upaya Rekonstruksi

Pendidikan Islam: Telaah dan Kontekstualisasi

Pemikiran R.A Kartini

Panitia Munaqosah Tesis

1. Ketua Penguji : Dr. H. Zakiyuddin, M. Ag. ___________________

2. Sekretaris : Dr. Winarno, S.Si., M. Pd.___________________

3. Penguji I : Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, MA._________________

4. Penguji II : Dr. H. Sa‟adi, M. Ag.______________________

Page 5: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

4

ABSTRAK

“Female Agency dan Upaya Rekonstruksi Pendidikan Islam: Telaah

dan Kontekstualisasi Pemikiran R.A Kartini“

Penelitian ini berupaya melihat R.A. Kartini dari sisi female agency,

dengan menitikberatkan keterlibatan sosial R.A. Kartini dalam

mengembangkan pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang lebih

menitikberatkan kepada pendidikan perempuan, serta relevansinya dalam

pendidikan Islam Indonesia masa kini. Penelitian ini menggunakan metode

“analisis isi kualitatif“ dan “hermeneutika“ untuk membedah dan

mengkontekstualisasikan pemikiran R.A. Kartini. Sebagai analisisnya,

penulis menggunakan konsep agency dan pendidikan humanistik, dalam

hal ini humanistik-Islami.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1)

Bagaimanakah pemikiran pendidikan yang dikemukakan R.A Kartini? (2)

Sejauhmana pemikiran pendidikan R.A Kartini bersentuhan dengan

konsep “pendidikan humanistik”(3) Bagaimana kontekstualisasi pemikiran

R.A Kartini dalam rekontruksi pendidikan Islam di Indonesia?

Pemikiran pendidikan R.A. Kartini bertumpukan pada pendidikan

karakter dan pendidikan perempuan. R.A. Kartini melihat bahwa

pendidikan perempuan adalah sebuah investasi bagi bangsa. Pendidikan

adalah hak bagi setiap manusia, termasuk perempuan. Perjuangan R.A.

Kartini akan pendidikan perempuan, telah membukakan mata kita, akan

pentingnya pendidikan bagi perempuan. Melalui perjuangan R.A Kartini,

perempuan Indonesia sekarang lebih maju dan bisa berkarya sesuai dengan

kemampuannya. Dalam hal ini kita bisa melihat agency R.A. Kartini

dalam memperjuangkan dan mewujudkan pendidikan bagi perempuan. Di

samping itu, R.A. Kartini juga menekankan pendidikan karakter, yang bisa

menjadi penyangga kemajuan sebuah bangsa.

Pemikiran R.A. Kartini bersentuhan dengan pendidikan

humanistik, yang menekankan pengembangan individu, memanusiakan

manusia dan aktualisasi diri. Hanya saja, perlu kiranya dicatat bahwa

pendidikan humanistik yang menjadi perhatian R.A. Kartini tidaklah

bersifat atheistic namun bersifat theistic. Hal ini antara lain terlihat dalam

diri pribadi R.A. Kartini sendiri yang dalam tulisan-tulisannya

menyiratkan bahwa dia tidak berupaya menjadi “super woman“ namun

menjadi “khalifatullah fil ard“. Pemikiran R.A. Kartini bisa dijadikan

inspirasi dan landasan untuk menata ulang pendidikan Islam di Indonesia.

Hal ini antara lain terkait dengan tema-tema seperti: pendidikan Islam

yang sadar akan gender dan pemberdayaan perempuan, pendidikan Islam

anti-kekerasan, pendidikan karakter dan pendidikan karakter bangsa.

Page 6: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

5

ABSTRACT

Female Agency and The Attempt of Reconstructing Islamic Education:

Assesment and Contextualization of R.A. Kartini’s Thoughts

This study investigates R.A. Kartini side from the perspective of female agency,

with an emphasis on R.A. Kartini‟s social engagement R.A. Kartini in developing

education in Indonesia. Educationin this sense is focused on the education of

women, as well as its relevance in contemporary Indonesian Islamic education.

This study uses “qualitative content analysis” and “hermeneutics” to analyze and

contextualize the ideas of R.A. Kartini. To analyze the data, the author uses the

concept of agency and humanistic education, more specifically theistic humanistic

education.

This study deals with the following research questions (1) What are the

educational ideas of R.A Kartini? (2) What is the relevance of educational ideas of

R.A Kartini with the concept of humanistic education? (3) How is the

contextualization of R.A Kartini‟s thoughts in the reconstruction of Islamic

education in Indonesia?

Educational thoughts of R.A. Kartini are concentrated on character education and

women‟s education. R.A. Kartini sees that female education is an investment for

the nation. Education is a right for every human being, including women. The

struggle of R.A. Kartini in the field of women‟s education has opened our eyes on

the importance of education for women. Through her struggle, Indonesian women

are now more advanced and able to work according to their ability. In this regard

we can see the agency R.A. Kartini in fighting and realizing education for women.

In addition, R.A. Kartini also emphasizes character education, which may provide

a pillar for the progress of the nation.

The thoughts of R.A. Kartini have its relevance with humanistic education, which

emphasizes the development of the individual, humanizing the human and self-

actualization. It is worth noting that Kartini‟s concern of humanistic education is

not atheistic, but rather theistic. This is partly visible in the personage of R.A.

Kartini herself in her writings, which suggests that she was not trying to be a

"super woman" but rather to be a "khalifatullah fil ard" (God‟s vicegerent on

earth). The ideas of R.A. Kartini could be used as inspiration and foundation for

reconstructing Islamic education in Indonesia. This is concerned with such themes

as: Islamic education which is aware of gender and women's empowerment, anti-

violent Islamic education, character education and education of the nation

character.

Page 7: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

6

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat, karunia, dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

pengerjaan tesis ini sampai selesai. Tentunya tak ada gading yang tak retak,

begitupun dengan penulisan tesis ini yang masih banyak kekurangan. Namun

demikian segala hambatan dan tantangan, dalam penyajian tesis ini, bisa penulis

lewati sehingga bisa terselesaikan dengan baik. Penulis mengambil judul “Female

agency dan upaya rekonstruksi pendidikan Islam: telaah dan kontekstualisasi

pemikiran R.A Kartini”. Penulis tertarik meneliti R.A Kartini dari sisi

pendidikannya, karena dari R.A Kartini penulis banyak belajar semangatnya

dalam mendidik anak-anak bangsa, dalam hal ini perempuan. Di dalam penulisan

tesis ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, baik lewat

diskusi, literatur maupun terjun langsung wawancara ke museum R.A Kartini di

Rembang. Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Dr. Zakiyudin Baedhowi, selaku Direktur Pasca Sarjana.

3. Dr. H. Sa‟adi, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan

meluangkan waktu, tenaga, dan fikirannya dalam memberikan pengarahan

dalam pengerjaan tesis ini.

Page 8: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

7

4. Segenap Dosen Pasca Sarjana IAIN Salatiga, yang telah memberikan ilmu,

sekaligus memberikan motivasi agar tetap semangat dalam belajar.

5. Teman-teman Pasca Sarjana IAIN Salatiga, Angkatan 2013/2014.

6. Kedua Orang tua, yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan do‟a.

7. Anak saya Naora, terima kasih sudah menghibur mama dengan kelucuan

dan celotehmu. Mama sayang kamu nak.

8. Suami sekaligus partner dalam hidup saya. Terima kasih telah

menumbuhkan semangat saya untuk belajar kembali.

9. Dan semua pihak, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segala kebaikan mendapatkan balasan dari Allah SWT, amin.

Akhirnya penulis sadari, penulisan tesis ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk

itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pembaca.

Salatiga, April 2017

Penulis,

Nur Fajriyah

Page 9: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

8

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………… ……... i

HALAMAN PENGESAHAN…………………………………….. ……... ii

HALAMAN PERNYATAAN …………………………………….. ……... iii

ABSTRAK…………………………………………………………. ……... iv

KATA PENGANTAR…………………………………………………….. v

DAFTAR ISI ………………………………………………………. ……... vi

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1

A. Latar Belakang …………………………………………………….. 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………. 2

C. Signifikansi Penelitian …………………………………………….. 8

1. Tujuan Penelitian ………………………………………………. 8

2. Manfaat Penelitian ……………………………………………... 8

D. Kajian Pustaka

1. Review Penelitian Terdahulu……………………………………. 9

2. Kerangka Teori ……………………………………..................... 11

E. Metode Penelitian………………………………………………….. 13

F. Sistematika Penulisan ……………………………………………... 15

BAB II R.A KARTINI: KEHIDUPAN DAN AKTIVISME…………….. 17

A. Genealogi R.A Kartini …………………………………………….. 17

B. Latar Belakang Pendidikan R.A Kartini…………………………… 20

C. Kondisi Pendidikan Jawa pada Zaman R.A Kartini ………………. 23

D. Kumpulan Surat R.A Kartini dan Yayasan Sekolah Kartini……….. 27

E. R.A Kartini dan Perjuangan untuk Kemajuan Bangsa……………... 30

F. R.A Kartini dan Interaksinya dengan Kiai Saleh Darat……………. 34

G. R.A Kartini Feminis Islam dari Indonesia…………………………. 39

BAB III PEMIKIRAN PENDIDIKAN R.A KARTINI………………….. 45

A. R.A Kartini dan Pendidikan Perempuan…………………………… 45

B. R.A Kartini dan Pendidikan Karakter……………………………… 51

C. Relevansi Pemikiran R.A Kartini terhadap pendidikan Humanistik. 56

Page 10: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

9

BAB IV KONTEKSTUALISASI PEMIKIRAN R.A KARTINI

DALAM REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM…………………… 66

A. Pentingnya Rekonstruksi Pendidikan Islam di Indonesia………….. 66

B. Kontekstualisasi Pemikiran Kartini tentang Pendidikan Karakter….69

C. Pendidikan Islam Anti Kekerasan: Kontekstualisasi Pemikiran R.A

Kartini ………………………………………………………………… 74

D. Pendidikan berwawasan Gender dan Pemberdayaan

Perempuan: Kontekstualisasi Pemikiran R.A. Kartini ……………….. 76

BAB V PENUTUP ………………………………………………………... 81

A. Kesimpulan ……………………………………………………. 81

B. Saran ……………………………………………………………. 83

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 84

BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………………. 86

Page 11: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Raden Ajeng Kartini atau Raden Ayu Kartini (untuk selanjutnya

disebut R.A Kartini), lahir di Jepara, Jawa Tengah pada tanggal 21 April

1879, dan wafat di Rembang 17 September 1904 pada usia 25 tahun.1 Anak

kelima dari sebelas bersaudara ini sangat gemar membaca dan menulis, akan

tetapi orang tuanya mengharuskan R.A Kartini menimba ilmu hanya sampai

Sekolah Dasar karena harus dipingit. Karena tekad bulat R.A Kartini untuk

mencapai cita-citanya, R.A Kartini mulai mengembangkan dengan belajar

menulis dan membaca bersama teman sesama perempuannya. Saat itu juga

R.A Kartini juga belajar bahasa Belanda. Semangat R.A Kartini tidak

pernah padam, dengan rasa keingintahuan yang sangat besar, ia ingin selalu

membaca surat kabar, buku-buku dan majalah Eropa. Dari situlah terlintas

ide memajukan wanita Indonesia dari keterbelakangan. Karena

kemampuannya berbahasa Belanda, R.A Kartini juga seringkali melakukan

surat-menyurat dengan korespondensi dari Belanda. Sempat terjadi surat-

menyurat antara R.A Kartini dan Mr. J.H Abendanon untuk pengajuan

beasiswa di negeri Belanda, tetapi semua itu tidak pernah terjadi karena R.A

Kartini harus menikah pada 12 november 1903 dengan Raden Adipati

1 Sitisoemandari Soeroto dan Myrtha Soeroto, Kartini Sebuah Biografi Rujukan Figur Pemimpin

Teladan, Jakarta: Balai Pustaka, edisi revisi 2011, 24.

Page 12: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

11

Joyodiningrat yang sudah memiliki tiga isteri. Perjuangan R.A Kartini tidak

berhenti setelah menikah, R.A Kartini memiliki suami yang selalu

mendukung akan cita-citanya dalam memperjuangkan pendidikan dan

martabat kaum perempuan. Maka pada tahun 1912 didirikannya sekolah

R.A Kartini di Jepara dan Rembang. Pendirian sekolah wanita tersebut

berlanjut di Surabaya, Jogjakarta, Malang, Madiun, dan Cirebon. Sekolah

R.A Kartini didirikan oleh yayasan R.A Kartini, adapun yayasan R.A

Kartini sendiri didirikan oleh keluarga Van Deventer dan tokoh politik etis.2

R.A Kartini meninggal selang beberapa hari setelah melahirkan anak

pertama bernama R.M Soesalit pada 13 September 1904, tepatnya 4 hari

setelah kelahiran R.M Soesalit, saat itu usia R.A Kartini masih 25 tahun.

Setelah kematian R.A Kartini, seorang Menteri Kebudayaan, Agama, dan

Kerajinan Hindia Belanda J.H Abendanon mulai membukukan surat

menyurat R.A Kartini dengan teman-temannya di Eropa dengan judul

“Door Duisternis tot Licht“ yang artinya Habis Gelap terbitlah terang. 3

Kumpulan surat-surat R.A Kartini dibuat setelah beliau terinspirasi

penafsiran Kiai Saleh Darat terhadap Surat al-Baqarah ayat 257,

( ) yang artinya dari kegelapan

menuju cahaya yang terang.

Adapun kedekatan R.A Kartini dengan Islam bermula dari

pertemuannya dengan Kiai Saleh Darat dari Semarang. Saat itu R.A Kartini

2 Pramoedya Ananta Toer, Panggil Aku Kartini Saja, Jakarta: Lentera Dipantara, 2013, 51.

3 R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang (Door Duisternis tot Licht) Kumpulan Surat R.A

Kartini yang Menginspirasi Wanita-wanita di Indonesia Sepanjang Masa, Jakarta: Penerbit

Narasi, 2011, 58.

Page 13: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

12

hadir dalam pengajian Kiai Saleh yang digelar di Pendopo Kesultanan

Demak, saat itu R.A Kartini berkunjung ke kediaman pamannya, Ario

Hadiningrat, sang bupati Demak. Kiai Saleh mengupas makna surat al-

Fatihah, R.A Kartini yang tertarik pada cara Saleh menguraikan makna

ayat-ayat tersebut meminta agar al Quran diterjemahkan ke dalam Bahasa

Jawa. Kartini menyatakan, “Selama ini surat al-Fatihah gelap artinya bagi

saya. Saya tidak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari ini, dia

menjadi terang benderang sampai kepada makna tersiratnya, sebab Romo

kiai (Saleh Darat) telah menerangkan dalam bahasa Jawa yang saya

pahami„„.

Karena masih penasaran dengan makna yang terkandung dalam ayat-

ayat al-Quran, R.A Kartini meminta pamannya, Pangeran Ario Hadiningrat

agar berkenan mempertemukannya kembali dengan Kiai Saleh Darat.

Ketika keduanya bertemu, maka berlangsunglah sebuah dialog yang

berkenaan dengan makna yang terkandung dalam al-Quran.4 Dialog tersebut

adalah sebagai berikut:

Kiai, perkenankan saya bertanya, bagaimana hukumnya jika ada seorang

yang berilmu menyembunyikan ilmunya?“, tanya R.A. Kartini

Kiai Saleh Darat menimpalinya dengan sebuah pertanyaan, “Mengapa Raden

Ajeng bertanya demikian?“

Kiai, selama hidup saya baru kali ini berkesempatan memahami makna surat

al Fatihah, surat pertama dari induk al-Quran. Isinya begitu indah,

menggetarkan sanubariku,“ ujar R.A Kartini.

Kiai Saleh Darat tertegun mendengar jawaban dari R.A Kartini. Ia seolah-

olah tak punya kata untuk menyela. Lalu R.A Kartini melanjutkan

pembicaraannya dengan sang Kiai.

Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa

selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran al-Quran

4 Amirul Ulum, Kartini Nyantri, Yogyakarta: Pustaka Alam, 2015, 176.

Page 14: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

13

ke dalam bahasa Jawa. Bukankah al-Quran adalah bimbingan hidup bahagia

dan sejahtera bagi manusia?.

Dari pertemuan tersebut, muncullah ide Kiai Saleh Darat untuk

membuat al-Quran berbahasa Jawa. Ide kiai Saleh Darat, disambut gembira

oleh R.A Kartini, meski Kiai Saleh Darat, mengetahui hal ini bisa

membuatnya di penjara. Maklum, pada masa itu pemerintah Hindia-Belanda

melarang segala bentuk penerjemahan al Quran. Kitab tafsir al-Quran

berbahasa Jawa segera dikerjakannya. Agar tidak dicurigai penjajah, Kiai

Saleh menggunakan huruf Arab gundul atau tanpa harakat (pegon) yang

disusun membentuk kata-kata dalam bahasa Jawa. Al-Quran terjemahan ke

dalam Bahasa Jawa diberi judul Fayd al-Rahman.

Dalam pembukaan kitab Fayd al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam

Malik ad-Dayyan yang memakai bahasa Arab Pegon, Kiai Saleh Darat

menulis alasannya mengapa ia harus menulis tafsir terjemahan al-Quran

tersebut. Ia menulis alasannya: “Saya melihat secara umum pada orang-

orang awam tidak ada yang memperhatikan tentang maknanya al-Quran

karena tidak tahu caranya dan tidak tahu maknanya karena al-Quran

diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab, maka dari itu saya

bermaksud membuat terjemahan arti al-Quran.“5

Kitab tafsir dan terjemahan yang disusunnya itu menjadi kitab tafsir

berbahasa Jawa pertama di Nusantara yang ditulis dalam aksara Arab.

Setelah dicetak, Saleh menghadiahkan satu eksemplar kitab tersebut pada

5Misbahus Surur, Metode dan Corak Tafsir Faidh Ar-Rahman Karya Muhammad Shaleh Ibn

Umar As-Samarani, Semarang: Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2011, 48.

Page 15: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

14

R.A Kartini saat menikah dengan Bupati Rembang, Raden Mas

Joyodiningrat.

Saat menerima al-Quran terjemahan bahasa Jawa itu, dengan perasaan

senang R.A Kartini berucap, “Selama ini surat al-Fatihah gelap artinya bagi

saya. Saya tidak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi sejak hari ini, dia

menjadi terang benderang sampai kepada makna tersiratnya, sebab Romo

kiai (Saleh Darat) telah menerangkan dalam bahasa Jawa yang saya

pahami.“

Terbantu memahami lebih banyak isi al-Qur„an, R.A Kartini terpikat

pada suatu ayat yang menjadi favoritnya, yakni “Orang-orang beriman

dibimbing Allah dari kegelapan menuju cahaya“, dalam surat al-Baqarah

ayat 257. Oleh sastrawan Sanusi Pane, judul buku kumpulan surat R.A

Kartini dalam Bahasa Belanda Door Duisternis Tot Licht diterjemahkan

menjadi Habis Gelap Terbitlah Terang, mengacu pada ayat favoritnya itu.6

Berawal saat menerima al-Quran terjemahan bahasa Jawa yang ditulis

oleh Kiai Saleh Darat, R.A Kartini akhirnya mengerti makna yang

terkandung dalam surat al-Baqarah. Sehingga mempengaruhi pemikirannya

mengenai pendidikan yang beliau tulis dalam kumpulan surat-surat yang

ditujukan kepada teman-temannya di Eropa, salah satu suratnya mengenai

pendidikan.

Telah lama dan telah banyak saya memikirkan perkara pendidikan, terutama

akhir-akhir ini. Saya pandang pendidikan itu sebagai kewajiban yang

demikian mulia dan suci, sehingga saya pandang kejahatan apabila tanpa

kecakapan yang sempurna saya berani menyerahkan tenaga untuk perkara

6 Sitisoemandari Soeroto dan Myrtha Soeroto, R.A Kartini, Sebuah Biograf..., 45.

Page 16: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

15

pendidikan. Bagi saya pendidikan itu merupakan pembentukan budi dan

jiwa.7

Dalam kerangka tersebut, ada indikasi bahwa pemikiran pendidikan

R.A Kartini bersentuhan dengan konsep pendidikan humanistik. Pendidikan

humanistik adalah di mana seseorang harus mempunyai kemampuan untuk

mengarahkan sendiri perilakunya dalam belajar (self regulated learning),

apa yang akan dipelajari dan sampai tingkatan mana, kapan, dan bagaimana

mereka akan belajar. Ide pokoknya adalah bagaimana seseorang yang

belajar mengarahkan diri sendiri, sekaligus memotivasi diri sendiri dalam

belajar daripada sekedar menjadi penerima pasif dalam proses belajar. Dari

beberapa penelitian dengan mengarahkan dan memotivasi diri sendiri,

seseorang lebih memiliki motivasi besar untuk belajar.8

Pendidikan humanistik merupakan sebuah filosofi belajar yang

sangat memperhatikan keunikan-keunikan yang dimiliki oleh seseorang,

bahwa setiap pribadi mempunyai cara sendiri dalam mengkonstruk ilmu

pengetahuan yang dipelajarinya. Pembelajaran dengan pendekatan ini juga

lebih menghargai domain-domain lain yang ada dalam diri seseorang selain

domain kognitif dan psikomotorik, sehingga dalam proses pembelajarannya

nilai-nilai kemanusiaan yang ada dalam diri seseorang mendapatkan

perhatian untuk dikembangkan.9

7Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang..., 111

8 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar Ruzz

Media, 2008, 142. 9 Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran..., 143

Page 17: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

16

Penelitian mengenai “Female agency dan upaya rekonstruksi

pendidikan Islam, telaah dan kontekstualisasi pemikiran R.A Kartini“, ini

penting dilakukan. Mengingat R.A Kartini, merupakan sosok wanita

pertama di Indonesia yang mampu merubah tradisi lama Jawa, dimana

perempuan tidak bisa memperoleh pendidikan yang setara dengan laki-laki.

Karena menganggap bahwa perempuan hanya bisa menjadi istri dan ibu

rumah tangga biasa. Dari pemikiran beliau yang dituangkan melalui surat-

menyurat kepada sahabatnya di Eropa, kita bisa membaca bahwa sosok R.A

Kartini adalah pahlawan wanita yang berjasa untuk kemajuan bangsa

Indonesia terutama perempuan dalam memperoleh pendidikan.

Selama ini R.A Kartini sering diidentikkan dengan feminis sekuler,

yang sama sekali tidak berakar dari tradisi Islam. Melalui penelitian ini,

penulis akan menelaah dan menganalisis pemikiran pendidikan R.A. Kartini

dengan melihat akar dan inspirasinya dari tradisi Islam. Selain itu penelitian

ini juga akan melihat kontekstualisasi pemikiran R.A. Kartini dalam upaya

rekonstruksi pendidikan Islam masa kini di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pemikiran pendidikan yang dikemukakan R.A

Kartini?

2. Sejauhmana pemikiran pendidikan R.A Kartini bersentuhan dengan

konsep “pendidikan humanistik”?

3. Bagaimana kontekstualisasi pemikiran R.A Kartini dalam

rekonstruksi pendidikan Islam di Indonesia?

Page 18: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

17

C. Signifikansi Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Menjelaskan pemikiran pendidikan yang digagas oleh R.A Kartini

b. Menjelaskan kaitan antara pemikiran pendidikan R.A Kartini dengan

konsep “pendidikan humanistik”.

c. Melacak kontekstualisasi pemikiran R.A Kartini dalam upaya

rekonstruksi pendidikan Islam di Indonesia.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara akademik diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat

sebagai bahan kajian untuk memahami female agency R.A Kartini

yang terutama sekali terefleksikan dalam aktivisme dan pemikiran

pendidikan R.A Kartini. Sumbangsih lebih lanjut dari penelitian ini

adalah konstektualisasi dari pemikiran pendidikan R.A Kartini, untuk

melihat relevansinya dalam rekonstruksi pendidikan Islam, yang adil

kepada gender.

b. Secara praktis, penelitian ini bisa memberikan sumbang saran dan

dukungan kepada perempuan dan aktivis perempuan, terutama dalam

hal meningkatkan kemampuan kreatifnya, di era modern. Terlebih bagi

aktivis perempuan yang berkecimpung dalam ranah pendidikan Islam,

sehingga nuansa pendidikan Islam yang dikembangkan di lembaga

pendidikan tidak terlalu berpusat pada laki-laki (male-centred).

Page 19: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

18

D. Kajian Pustaka

1. Review Penelitian Terdahulu

Sejauh informasi yang diperoleh, penelitian dalam bentuk pemikiran

R.A Kartini telah dilakukan oleh Dri Arbaningsih (2005) dalam bentuk

disertasi dengan judul Kartini dari Sisi Lain, Menelaah Pemikiran Kartini

tentang Emansipasi “Bangsa“. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh surat-

surat dan dua nota R.A Kartini. Menurut Dri Arbaningsih, R.A Kartini lebih

dari sekedar tokoh emansipasi wanita seperti dimengerti orang selama ini.

Emansipasi R.A Kartini jauh lebih luas, yakni “emansipasi bangsa“ Jawa

(kebangsaan nasional Indonesia ketika itu belum lahir), yang ternyata

merupakan embrio kebangkitan “bangsa-bangsa“ lain. Pengakuan R.A

Kartini dan beberapa pelajar STOVIA (dalam korespondensi mereka) atas

kesadaran eksistensial-esensial sebagai “rakyat“ dan “bangsa“, yakni Jong

Java, ternyata membuahkan bukan saja Boedi Oetomo melainkan juga

Soempah Pemoeda 1928 oleh pelbagai Jong “bangsa-bangsa“ Nusantara.

Karena itulah, R.A Kartini adalah salah seorang perintis Kebangkitan

Nasional. Buku Door Duisternis Tot Licht (1911), merupakan buku

kumpulan surat-surat R.A Kartini yang disusun dan diterbitkan oleh J.H

Abendanon, berhasil mereduksi dan memposisikan R.A Kartini hanya

sebagai tokoh emansipasi saja.10

10

Dri Arbaningsih, R.A Kartini dari Sisi Lain, Menelaah Pemikiran R.A Kartini tentang

Emansipasi “Bangsa“, Jakarta: Kompas, 2005, 12.

Page 20: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

19

Selain Dri Arbaningsih, penelitian mengenai R.A Kartini juga

dilakukan oleh Jean Stewart Taylor, yang mengambil judul “Raden Ajeng

Kartini“, yang ditulis dalam sebuah jurnal Signs: Journal of Women in

Culture and Society. Tulisan Taylor, mengangkat R.A Kartini sebagai sosok

yang mempunyai pengaruh dan kontribusi besar bagi bangsa Indonesia, dan

dianggap sebagai feminis yang menerjemahkan ide-ide Eropa ke dalam

masyarakat Indonesia. Stewart menggambarkan bahwa R.A Kartini juga

mempunyai mimpi besar untuk perubahan bagi kemajuan perempuan Jawa,

terutama dalam hal pendidikan, seni tradisional, kesehatan publik, dan

kesejahteraan ekonomi.11

Penelitian tersebut di atas memilih materi yang berbeda dengan

penelitian yang akan penulis paparkan, sehingga penelitian yang diberi

judul “Female Agency dan Upaya Rekonstruksi Pendidikan Islam: Telaah

dan Konstektualisasi Pemikiran R.A Kartini“ ini layak dilakukan. Menurut

hemat penulis inspirasi yang dilakukan oleh R.A Kartini baik dalam isi

surat-suratnya dan semangatnya dalam pendidikan pembebasan

dipengaruhi oleh al-Quran, yakni surat al-Baqarah ayat 257, yang artinya

“Orang-orang beriman dibimbing Allah dari kegelapan menuju cahaya“.

Karena di dalam surat-surat tersebut R.A Kartini banyak memberikan

pencerahan tidak hanya bagi perempuan Jawa yang selama ini terkukung

oleh tradisi, tapi bagaimana R.A Kartini memberikan semangat

pembebasan agar laki-laki dan perempuan diberikan kesempatan untuk

11

Jean Stewart Taylor, “Raden Ajeng Kartini”, Signs: Journal of Women in Culture and Society,

Volume. 1 Number. 3, Part 1, ( Spring, 1976), 639-661.

Page 21: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

20

maju bersama, sebagaimana isi dari kumpulan surat-suratnya yang

terangkum dalam Habis Gelap Terbitlah Terang.

Penelitian penulis juga memiliki kekhasan tersendiri, dalam hal

kerangka konsep pendidikan, karena penelitian ini menerapkan konsep

agency untuk membedah keterlibatan sosial R.A Kartini dalam pendidikan

dan pemberdayaan perempuan.

2. Kerangka Teori

Untuk penelitian ini penulis menggunakan konsep agency yang

ditawarkan oleh Emirbayer dan Mische.12

Agency adalah sebuah konsep

yang penting untuk melihat dan menganalisis keterlibatan sebuah aktor,

dalam hal ini R.A Kartini. Agency adalah proses temporal dari keterlibatan

sosial, berdasarkan pengetahuan dan kesadaran akan masa lampau (dalam

bentuk habitual), berorientasi pada masa depan (dalam bentuk

kemampuan projective untuk membayangkan kemungkinan alternatif) dan

juga pada masa sekarang (dalam bentuk kemampuan practical evaluative

untuk mengkontekstualisasi habitus masa lampau dan proyek masa depan

dalam konteks masa sekarang. Ketiga aspek agency tersebut menurut

hemat penulis sangat relevan untuk memotret dan mengkaji keterlibatan

R.A Kartini dalam proses sosial yang melingkupinya.

12

Mustafa Emirbayer and Ann Mische, “What is Agency“, American Journal of Sociology,

volume. 103, number. 4, (January, 1998), 962-1023. Lihat juga: Asfa Widiyanto, Religious

Authority and the Prospects for Religious Pluralism in Indonesia: The Role of Traditionalist

Muslim Scholars, (Zuerich: LIT Verlag, 2016), 13-14.

Page 22: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

21

Contoh dari konsep agency ini penulis cuplik dari kumpulan surat

R.A Kartini “Habis Gelap Terbitlah Terang“. Hal ini terlihat dari kutipan

berikut: “Bagaimana pernikahan dapat membawa kebahagiaan, jika

hukumnya dibuat untuk semua lelaki dan tidak untuk wanita? Kalau

hukum dan pendidikan hanya untuk lelaki? Apakah itu berarti ia boleh

melakukan segala sesuatunya?“. 13

Dari kutipan ini terlihat agency dari R.A Kartini, terutama aspek

practical-evaluative. Dalam hal ini R.A Kartini mengkritisi habitus masa

lampau masyarakat Jawa, terutama sekali budaya patriarki, yang

memberikan peran kuat pada laki-laki terutama dalam pendidikan dan

hukum. Sebagai evaluasi dan tindak lanjut dari hal itu, maka R.A Kartini

berupaya memberdayakan perempuan dalam hal pendidikan, yang pada

gilirannya akan memberdayakan perempuan dalam hal hukum dan aspek-

aspek sosial yang lain.

Selain agency, penulis juga menggunakan konsep “pendidikan

humanistik“. Pendidikan humanistik memandang bahwa belajar bukan

sekedar pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah

proses yang terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian

atau domain yang ada. Domain-domain tersebut meliputi domain kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanistik dalam

pembelajaran menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi

yang terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang. Sehingga tujuan

13

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang..., 10.

Page 23: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

22

yang ingin dicapai dalam proses belajar itu tidak hanya dalam domain

kognitif saja, tetapi bagaimana menjadi individu yang bertanggungjawab,

penuh perhatian terhadap lingkungannya, serta mempunyai kedewasaan

emosi dan spiritual.14

E. Metode Penelitian

Dalam penulisan tesis ini penulis menggunakan penelitian pustaka

(library research). Untuk menganalisis data yang diperoleh, penulis

menggunakan metode “analisis isi kualitatif“ (qualitative content

analysis). Adapun langkah-langkah utama dari metode ini adalah:

1. menyusun “kategori” (formulating the categories),

2. mendefinisikan “kategori” (defining the categories),

3. mengindikasikan kata-kata yang mewakili “kategori” tersebut.15

Selain itu, penulis menggunakan metode hermeneutika.

Hermeneutika sebagai sistem penafsiran dapat diterapkan, baik secara

kolektif maupun secara personal, untuk memahami makna yang

terkandung dalam teks, mitos ataupun simbol. 16

Dalam penelitian ini,

metode hermeneutika terutama sekali dibutuhkan untuk melihat sebuah

teks dalam konteks awal saat teks tersebut ditulis, untuk kemudian melihat

substansi dari pesan teks tersebut, kemudian dicari relevansinya dalam

14

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran..., 142. 15

Margrit Schreier, Qualitative Content Analysis in Practice, California: Sage, 2012. 16

“Hermeneutics: Principles of Biblical Information“, Encyclopaedia Britannica,

http://www.britannica.com/topic/hermeneutics-principles-of-biblical-interpretation, diakses 20

Februari 2016.

Page 24: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

23

konteks masa sekarang, dengan tetap mempertimbangkan substansi pesan

tersebut.17

Sumber premier dari penelitian ini adalah buku kumpulan surat R.A

Kartini yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang (Door Duisternis tot

Licht) Kumpulan Surat Kartini yang menginspirasi Wanita-wanita di

Indonesia Sepanjang Masa (Jakarta: Penerbit Narasi, 2011). Selain itu

penulis juga merujuk pada biografi R.A Kartini yang ditulis oleh

Sitisoemandari Soeroto dan Myrtha Soertoto, yang berjudul Kartini,

Sebuah Biografi, Rujukan Figur Pemimpin Teladan (Jakarta: Balai

Pustaka, 2011). Sedangkan sumber sekunder dari penelitian ini adalah

karya-karya yang ditulis oleh para ilmuwan tentang sosok R.A Kartini.

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam penulisan tesis ini, penulis membuat

sistematika dalam lima bab yaitu:

Bab I, Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, signifikasi penelitian, kerangka

teori, review penelitian terdahulu, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II, Biografi R.A Kartini menjelaskan tentang gambaran umum

mengenai sosok R.A Kartini, permasalahan dan kendala yang dihadapi

17

Fazlur Rahman, Islam and Modernity Transformation of an Intellectual Tradition, London:

Center for Middle Eastern Studies, 1982, 40-55.

Page 25: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

24

oleh R.A Kartini, dan perjuangan R.A Kartini untuk memberikan

pendidikan kepada kaum perempuan agar setara dengan laki-laki.

Bab III, pemikiran pendidikan R.A Kartini, yang meliputi

pemikiran pendidikan R.A Kartini tentang pendidikan perempuan dan

pendidikan karakter. Pada surat-surat R.A Kartini tertulis pemikiran-

pemikirannya khususnya menyangkut kebebasan untuk menuntut ilmu dan

belajar. Dalam bab ini juga akan dibahas apakah pemikiran R.A Kartini

tentang pendidikan bersinggungan dengan konsep “pendidikan

humanistik“.

BAB IV, kontekstualisasi pemikiran R.A Kartini dalam

rekonstruksi pendidikan Islam. Dalam bab ini, penulis berupaya

menyelaraskan pemikiran R.A Kartini pada masa lalu ke dalam konteks

sekarang, terutama dalam kaitannya dengan upaya rekonstruksi pendidikan

Islam masa kini, yang sadar akan gender dan pemberdayaan wanita.

Bab V: Penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Bagian akhir

adalah daftar pustaka dan lampiran.

Page 26: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

25

BAB II

R.A KARTINI: KEHIDUPAN DAN AKTIVISME

A. Genealogi R.A Kartini

Raden Ajeng Kartini lahir di Mayong, Jepara, Jawa Tengah, pada

tangggal 21 April 1879. Lahir dari pasangan Ario Sosroningrat dan Ibu

Ngasirah. R.A Kartini merupakan anak ke 5 dari 11 bersaudara kandung

dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan

tertua.

R.A Kartini digambarkan sudah menunjukkan kemandirian dan

rasa ingin tahunya yang tinggi sejak dini.18

Ayah Kartini, R.M.

Sosroningrat, Bupati Jepara, mempunyai dua orang istri. Yang pertama

dinikahinya pada tahun 1872, ketika ia masih berpangkat wedana di

Mayong. Istrinya, Mas Ajeng Ngasirah, berasal dari kalangan rakyat biasa

anak Nyai Hajjah Siti Aminah dengan Kiai Haji Madirono, seorang guru

agama di Desa Telukawur, Jepara.19

Masih dalam kedudukannya sebagai

Wedana, pada tahun 1875 ia menikah lagi dengan seorang putri

bangsawan tinggi keturunan Raja Madura, yaitu Raden Ajeng Wuryam

atau Muryam putri R.A. Citrowikromo, Bupati Jepara sebelum

Sosroningrat. Istri kedua ini kemudian diangkat menjadi “garwa padmi”,

sedangkan Mas Ajeng Ngasirah sebagai “garwa ampil”. Sebutan “garwa

18

Sitisoemandari Soeroto dan Myrtha Soeroto, Kartini, Sebuah Biografi, Rujukan Figur Pemimpin

Teladan, Jakarta: Balai Pustaka, 2011, 24. 19

Sitisoemandari Soeroto dan Myrtha Soeroto, Kartini, Sebuah Biografi…, 9.

Page 27: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

26

padmi” adalah sebutan untuk istri utama yang mendampingi suaminya

pada upacara-upacara resmi. Sedangkan istri yang lain, yang dinikahi

dengan sah maka disebutnya sebagai “garwa ampil”.

Berikut skema dari silsilah keluarga R.A Kartini, yang berasal dari

kakeknya, R.M Sosroningrat.

Silsilah keluarga Sosroningrat20

R.M. Sosroningrat – Bupati Jepara

Garwa Ampil: M.A Ngasirah Garwa Padmi: R.A. Sosroningrat

1. R.M Slamet (15 Juni 1873) 3. R.A Sulastri (9Januari 1877)

2. R.M Busono (11 Mei 1874) 6. R.A Rukmini (4 Juli 1880)

4. R.M Kartono (10 April 1877) 8.R.A Kartinah (3Juni 1883)

5. R.A Kartini (21 April 1879)

7. R. A Kardinah (1 Maret 1881)

9. R.M Muljono (26 Desember 1885)

10. R.A Sumatri (11 Maret 1888)

11. R.M Rawito (16 Oktober 1892)

20

Sitisoemandari Soeroto dan Myrtha Soeroto, Kartini, Sebuah Biografi…, 10.

Page 28: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

27

Pada skema tersebut, terlihat urutan putra dan putri R.M.A.A Sosroningrat,

serta dari istri mana mereka dilahirkan.

Anak ke-1 : R.M Slamet

Anak ke-2 : R.M Busono, bergelar P.A Sosrobusono, Bupati Ngawi

Anak ke-3 : R.A Sulastri, menikah dengan R. Cokrohadisosro, Patih

Kendal

Anak ke-4 : R.M Kartono, bergelar R.M.P Sosrokartono dan terkenal

sebagai “Ndoro Sosro”.

Anak ke-5 : R.A Kartini, menikah dengan R.A.A Joyoadiningrat

Anak ke-6 : R.A Rukmini, menikah dengan R. Santoso

Anak ke-7 : R.A Kardinah, menikah dengan R.M.A.A Reksonegoro,

Patih Pemalang, kemudian menjadi Bupati Tegal

Anak ke-8 : R.A Kartinah, menikah dengan R. Dirjoprawiro

Anak ke-9 : R.M Mulyono

Anak ke-10 : R.A Sumatri, menikah dengan R. Sosrohadikusumo

Anak ke-11 : R.M Rawito

B. Latar Belakang Pendidikan R.A Kartini

R.A Kartini memulai pendidikan formalnya di ELS (Europese

Lagere School). Di sekolah inilah R.A Kartini belajar bahasa Belanda.

Hanya sampai usia 12 tahun, R.A Kartini diperbolehkan sekolah di ELS,

selebihnya ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit. Sekolah

R.A Kartini letaknya di samping kabupaten Jepara.

Page 29: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

28

Di sekolah, R.A Kartini termasuk sosok yang kritis dan cerdas,

R.A Kartini dengan mudah dapat beradaptasi dan bersaing dengan teman-

temannya dari Belanda baik perempuan maupun laki-laki. Ia berbicara

bahasa Belanda dengan fasih. Hal ini dibuktikan ketika seorang inspektur

Belanda datang ke sekolah R.A Kartini, inspektur tersebut memberikan

tugas kepada anak-anak membuat karangan dalam bahasa Belanda.

Menurut hasil penilaiannya, ternyata karangan R.A Kartini paling bagus

dibanding semua karangan dari seluruh sekolah di daerah inspeksinya.21

R.A Kartini bisa membuat karangan dengan baik, karena tidak

lepas dari didikan ayahnya semenjak kecil. R.A Kartini terbiasa membaca

buku-buku dan koran yang berbahasa Belanda, sehingga menjadikan R.A

Kartini tidak asing dalam mempelajari bahasa Belanda secara fasih. Selain

itu, ayahnya selalu memperkenalkan putri-putrinya kepada tamu bangsa

Belanda yang datang ke kabupaten. Dengan demikian secara tidak

langsung R.A Kartini beserta adik-adiknya belajar berkomunikasi dalam

Bahasa Belanda.

Di antara buku yang dibaca R.A Kartini antara lain adalah, „Tujuan

Pergerakan Wanita‟ dari Dr. Aletta Jacobs dan „Droomen van het Ghetto‟

(impian dari Ghetto) dari Zangwill. Buku „Moderne Maagden‟ dari Marcel

Prevost menarik hatinya karena menggambarkan pergerakan wanita yang

memikat dan mengharukan. Begitu pun artikel „Apakah tugas wanita

modern?‟ dari majalah Wettenschappelijke Bladen. R.A Kartini menyukai

21

Sitisoemandari Soeroto dan Myrtha Soeroto, Kartini, Sebuah Biografi…, 38.

Page 30: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

29

buku „Barthold Meryan‟ dari sosialis Cornelie Huygens, karena membahas

tentang sosialisme, pernikahan, dan kedudukan wanita. Kegemarannya

dengan buku, mengantarkan sahabat, ayah, dan kakaknya menghadiahkan

buku yang berkualitas kepada R.A Kartini. Seperti buku-buku dari Henri

Borel, yaitu „De Laatste Incarnatie‟ dan „Het Jongetje‟. Karya Borel

mampu menampilkan bahasa yang menawan sehingga menarik hati R.A

Kartini untuk membacanya.22

Mengenai kegemarannya membaca, R.A Kartini pernah

menceritakan perihal tersebut kepada Nyonya R.M Abendanon – Mandri.

Bila hatinya sedang bersedih, ia hanya dapat menemukan hiburan dari

sahabatnya yang tak pernah bergerak yaitu “buku-buku”. Ia selalu gemar

sekali membaca, namun kini kesenangannya bacaan sudah menjadi

bagian hidupnya. Apabila ia telah menyelesaikan pekerjaan yang

ditugaskan kepadanya, segera ia memegang buku atau surat kabar. Ia

membaca semuanya yang tertangkap oleh bola matanya. Ia melahap

semua bacaan, bercampur antara yang baik dan yang buruk. Banyak

sekali buku yang dinikmatinya, buku yang tak terkatakan bagusnya yang

membuatnya dapat melupakan semua kesedihan dalam hidupnya. Tabiat-

tabiat baik, pandangan hidup mulia, jiwa dan pikiran besar, membuat

hatinya berkobar-kobar kegirangan dan gemetar karena berbesar hati. Ia

menghayati sepenuhnya semua yang dibaca.23

Sebuah buku yang sangat menyentuh rasa nasionalisme R.A

Kartini, adalah „Max Havelaar‟ karya besar Eduard Douwes Dekker yang

terkenal dengan nama samaran Multatuli. Dia seorang penulis jenius yang

belum ada tandingannya dalam sastra Belanda. „Max Havelaar‟ berisikan

tentang roman otobiografi Multatuli, yang berisi gugatan sosial yang

menggemparkan masyarakat di Eropa dan Hindia Belanda (Indonesia).

22

Sitisoemandari Soeroto dan Myrtha Soeroto, Kartini, Sebuah Biografi…, 18. 23

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah…, 70.

Page 31: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

30

Berkat bukunya itu nama Mulatatuli tercatat dalam sejarah Indonesia

sebagai pembela bangsa Indonesia. Baru pada tahun 1972 buku tersebut

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh HB. Jassin dengan kata

pengantar oleh Drs. G. Termoshuizen. Sebelumnya buku „Max Havelaar‟

telah diterjemahkan ke dalam sejumlah bahasa dan menjadi literatur

dunia.24

Jika kita telaah lebih dalam, melalui kegemaran membaca, telah

mengantarkan R.A Kartini pada pengetahuannya yang luas mengenai

berbagai persoalan yang menimpa rakyat Indonesia pada masa itu. Tidak

hanya sekedar membaca, R.A Kartini mampu memahami dan menyelami

pemikiran sang penulis dalam kehidupan sehari-hari. Hingga akhirnya

hasil bacaan tersebut, mampu menghasilkan renungan yang ia tuliskan

dalam surat-suratnya yang ditujukan kepada sahabat, dan teman penanya

dari Indonesia maupun Eropa. Pembelajaran secara otodidak yang

dilakukan oleh R.A Kartini, menjadikan dia fasih dalam bahasa Belanda

selain juga kecakapan untuk tulis menulis.

C. Kondisi Pendidikan Jawa pada zaman R.A Kartini

Pada tahun 1870-an, kondisi dan budaya Jawa tidak menginginkan

perempuan maju setara dengan laki-laki. Perempuan ningrat sebelum

menikah harus dipingit di dalam rumah, untuk menjaga harkat dan

martabatnya sebagai perempuan. Hal ini dilihat oleh R.A Kartini sebagai

24

Sitisoemandari Soeroto dan Myrtha Soeroto, Kartini, Sebuah Biografi…, 119.

Page 32: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

31

ketidakadilan terhadap kaum perempuan dan sebagai bentuk diskriminasi.

R.A Kartini mengkritisi ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan

dalam mengakses pendidikan. Perempuan ingin belajar menuntut ilmu

masih sering dianggap tabu oleh masyarakat. Hal ini karena persepsi

bahwa perempuan ningrat yang keluar rumah adalah melanggar aturan

adat, sehingga tidak ada yang berani melanggarnya.

Ketidakberuntungan juga terlihat di perempuan kelas bawah.

Sekalipun mereka diperbolehkan keluar rumah untuk mencari nafkah,

namun mereka sering dipaksa untuk dinikahkan dengan laki-laki yang

sudah beristri. Perempuan secara umum pada zaman itu bisa dikategorikan

sebagai kelompok termarginalkan.

R.A Kartini memberi perhatian akan fenomena perempuan di Jawa

yang tidak mempunyai akses untuk mengenyam pendidikan. Hal ini antara

lain terlihat dalam korespondensinya dengan Nyonya N. van Kol.

Begitu banyak azab dan sengsara yang diderita oleh perempuan

bumiputra. Berbagai penderitaan itu yang telah saya saksikan dalam

masa kanak-kanak saya, sehingga menimbulkan keinginan dalam hati

untuk melawan adat istiadat yang seolah-olah membenarkan dan

menganggap adil keadaan itu. Usaha kami mempunyai dua tujuan, yaitu

turut berusaha memajukan bangsa kami dan merintis jalan bagi saudara-

saudara perempuan kami menuju ke keadaan yang lebih baik, yang

setara dengan martabat manusia. Kami mengajukan permohonan:

bantulah kami untuk mewujudkan cita-cita kami yang bertujuan

memberi kebahagiaan bagi bangsa dan kaum kami yaitu perempuan.

Didiklah perempuan Jawa, cerdaskan menurut perasaan dan pikiran.

Dengan demikian tuan sekalian akan mendapat teman bekerja yang

tangkas dan cakap dalam melaksanakan kerja raksasa tuan yang mulia

dan indah, yaitu membuat bangsa beradab, cerdas dan bangkit! 25

25

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 151.

Page 33: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

32

Dalam suratnya yang lain, yang ditujukan kepada Nyonya N. van

Kol, R.A Kartini menyatakan cita-citanya agar kaum perempuan juga

diberikan kesempatan menimba ilmu kedokteran. Hal ini dikarenakan, R.A

Kartini melihat banyak orang Jawa yang sakit dan masih sedikit yang

mengerti tentang ilmu kedokteran. Keinginaan R.A Kartini mengenai cita-

citanya, dia tuliskan kepada Nyonya N. van Kol.

Saya dan Roekmini akan bekerjasama. Yang juga kami harap dapat

diajarkan pada sekolah yang kami cita-citakan itu ialah: ilmu kesehatan,

ilmu merawat, dan ilmu membalut luka! ilmu pengetahuan inilah yang

selalu akan berguna bagi kami, dan banyak berguna bagi masyarakat di

sekeliling kami ketika harus merawat orang sakit. Sangat menyedihkan

bila melihat orang yang kami sayangi menderita, sedang kami tidak

tahu bagaimana meringankan penderitaan mereka. Pengetahuan ilmu

kesehatan, ilmu merawat dan kepandaian membalut luka harus menjadi

bagian dari pendidikan. Kecelakaan dapat dihindari, atau setidaknya

jumlahnya dapat ditekan serendah-rendahnya apabila pengetahuan itu

diajarkan baik kepada laki-laki maupun kepada perempuan. Sama sekali

kami tidak bermaksud menjadikan orang Jawa sebagai bangsa Jawa

Eropa dengan pendidikan bebas. Kami hanya ingin memberikan

berbagai kelebihan bangsa lain kepada mereka disamping berbagai

kelebihan yang sudah ada pada mereka sendiri. Bukan untuk menggeser

sifat-sifat bawaan mereka sendiri, melainkan untuk membuatnya lebih

halus dan luhur!26

R.A Kartini mengajukan permohonan kepada pemerintah kerajaan

Belanda agar memberikan akses pendidikan kepada rakyat. R.A Kartini

menilai bahwa pendidikan sangat penting untuk pembentukan akal pikiran

dan juga pembentukan karakter. Ini bisa dilihat sebagai aspek projektif

dari agency R.A Kartini, yaitu keinginan dan cita-cita untuk memajukan

pendidikan pada generasi muda. Hal ini terlihat dalam kutipan berikut:

Kami hendak berhubungan dengan kaum laki-laki bangsa kami terpelajar,

yang suka akan kemajuan; hendak berusaha bersahabat dengan mereka

dan selain itu mencoba mendapat bantuannya. Bukan orang laki-laki yang

26

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 153.

Page 34: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

33

kami lawan, melainkan pendapat kolot yang turun-temurun, adat yang

tidak terpakai bagi tanah jawa kami masa depan. Dari Jawa baru ini

beberapa orang lain, baik laki-laki maupun perempuan, bersama-sama

kami merupakan pelopor. Sepanjang masa perintis jalan itu dalam bidang

apapun berat tanggung jawabnya, kami tahu. Senang sekali mempunyai

cita-cita dan tujuan hidup.27

R.A Kartini meminta adanya sekolah kejujuran yang dilengkapi

asrama untuk para gadis. Setiap sekolah harus memiliki perpustakaan yang

memadai, agar para siswa fasih berbahasa Belanda selain bahasa

Indonesia.. Tentang bahasa, R.A Kartini pernah mengatakan, “saya tidak

mengerti satu pun bahasa modern. Sayang! Adat tidak mengizinkan kami,

para gadis untuk belajar lebih banyak. Kami mengerti bahasa Belanda saja,

sudah dianggap keterlaluan. Saya belajar bahasa, bukan hanya untuk

bicara dalam bahasa itu, melainkan supaya saya dapat membaca karya para

pengarang asing yang bagus dalam bahasa aslinya!”28

R.A Kartini dalam suratnya, juga mengemukakan keinginannya

untuk menjadi guru. Ia memandang tugas pendidik sangat mulia, Hal

tersebut dinyatakan kepada Ny. Abendanon:

Saya berpendapat mendidik adalah tugas yang luhur dan suci. Tanpa

memiliki keahlian memadai adalah dosa mencurahkan diri di bidang

tersebut. Bagi saya pendidikan berarti pembentukan watak dan akal

pikiran. Tugas pendidik tidak berhenti pada pengembangan akalnya saja.

Ia juga wajib memelihara pembentukan wataknya. Secara moral dia

berkewajiban, walau tidak ada hukum yang mengharuskannya melakukan

itu. Patut diingat, bahwa perkembangan intelektual saja tidak menjamin

nilai kesusilaannya.29

27

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 55. 28

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 13. 29

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 111.

Page 35: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

34

Suratnya kepada Prof. Anton yang menyatakan kewajiban

seseorang berpendidikan:

Kami memohon dengan sangat supaya di sini diusahakan pengajaran dan

pendidikan bagi anak-anak perempuan. Bukankah karena kami hendak

menjadikan anak-anak perempuan menjadi saingan orang laki-laki,

melainkan karena kami yakin akan pengaruh besar yang mungkin datang

dari kaum perempuan. Kami hendak menjadikan perempuan menjadi

lebih cakap dalam melakukan tugas besar yang diletakkan oleh ibu Alam

sendiri ke dalam tangannya agar menjadi ibu yang menjadi pendidik

anak-anak mereka.30

Selain masalah pendidikan secara umum, R.A Kartini juga

menuliskan pendidikan secara khusus bagi anak-anak. Sebagaimana

tertuang dalam suratnya yang ditujukan kepada Dr.Anton:

Ibu adalah pusat kehidupan rumah tangga. Kepada mereka dibebankan

tugas besar mendidik anak-anaknya, pendidikan yang akan membentuk

budi pekertinya. Berilah pendidikan yang baik bagi anak-anak

perempuan. Siapkanlah masak-masak untuk menjalankan tugasnya yang

berat.

Hendaknya para ibu mengetahui jika mereka dikaruniai kebahagiaan

sebesar sebagai seorang perempuan, yaitu kemewahan ibu! Bersamanya

seorang anak mendapatkan masa depannya. Di depan matanya jelas

tergambar kewajiban yang dibebankan keibuannya kepada dirinya.

Mereka mendapatkan anak bukan untuk dirinya sendiri. Mereka harus

mendidiknya untuk keluarga besar, keluarga raksasa yang bernama

masyarakat, karena anak itu kelak akan menjadi anggotanya!.31

Begitu besar perhatian R.A Kartini terhadap pendidikan, yang

beliau tuangkan dalam isi surat-suratnya kepada para sahabat penanya.

R.A Kartini menghendaki sistem pendidikan yang mengutamakan

pembinaan watak untuk semua disiplin ilmu, terutama yang bermanfaat

30

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 339. 31

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 339.

Page 36: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

35

bagi masyarakat luas, seperti kesehatan, kedokteran, bidan/perawat,

apoteker obat tradisional, pamong praja, hukum juga agama.32

D. Kumpulan Surat R.A Kartini dan Yayasan Sekolah Kartini

Pada tanggal 13 September putranya lahir dan empat hari

kemudian, pada tanggal 17 September 1904, R.A Kartini meninggal

dengan tiba-tiba dalam usia 25 tahun. Kabar meninggalnya R.A Kartini

telah sampai kepada keluarga Abendanon. Suami dari R.A Kartini, Bupati

Joyodiningrat menyampaikan berita meninggalnya R.A Kartini dengan

menulis surat kepadanya.

Dengan halus dan tenang ia menghembuskan napasnya yang terakhir

dalam pelukan saya. Lima menit sebelum hilang, pikirannya masih utuh,

dan sampai saat terakhir ia tetap sadar. Dalam segala gagasan dan

usahanya ia adalah lambing cinta. Pandangannya dalam hidup

sedemikian luas sehingga tidak ada di antara saudara-saudaranya

perempuan yang dapat menyamainya. Jenazahnya saya tanam keesokan

harinya di halaman pesanggrahan kami di Bulu. 13 pal dari kota.33

Berita wafatnya R.A Kartini diterima oleh keluarga Abendanon

ketika mereka masih di Batavia. Kabar yang mengejutkan ini, membuat

Abendanon menyesal, karena telah membujuk R.A Kartini untuk

melepaskan izin yang telah dipegangnya untuk belajar di Nederland.

Dalam buku “Habis Gelap Terbitlah Terang” dituliskan kata pengantar

oleh Abendanon, “Kawat yang memberitakan kematian mendadak pada

tanggal 17 September 1904 menimbulkan kesedihan yang mendalam.

32

Sitisoemandari Soeroto dan Myrtha Soeroto, Kartini, Sebuah Biografi…., 365. 33

M. Vierhout. Raden Ajeng Kartini, Den Haag: 1943, 189.

Page 37: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

36

Seperti yang hanya kami rasakan pada berlalunya orang-orang yang paling

kami cintai”.34

Untuk menghormati R.A Kartini, Abendanon akhirnya

menerbitkan surat-surat Kartini sebagai penghargaan tertinggi kepada R.A

Kartini. Buku Door duisternis tot licht terbit pertama kali pada bulan April

1911, sekitar 6,5 tahun setelah wafatnya R.A Kartini. Penerbitan perdana

buku Door duisternis tot licht bertepatan dengan hari lahir R.A Kartini, 21

April 1911. Buku tersebut mendapat sambutan hangat dari masyarakat

Nederland, mereka kagum membaca pikiran-pikiran R.A Kartini yang

ditulis dalam bahasa Belanda yang indah. Dalam waktu yang lama Door

duisternis tot licht menjadi pembicaraan di koran-koran, majalah, dan

bukunya menjadi best seller. Orang Belanda jadi mengenal sosok R.A

Kartini lebih dekat, mengenai pemikiran dan cita-citanya terhadap

pendidikan.35

Selain peran Abendanon, sosok lain yang berjasa dalam

mendirikan sekolah R.A Kartini adalah Nyonya Hilda de Booy-

Boissevain. Hilda sangat aktif untuk mencarikan dana dengan propaganda

berkeliling Nederland memperkenalkan cita-cita R.A Kartini di kalangan

masyarakat Belanda. Dalam kata pengantar Door duisternis tot licht,

Abendanon memberitahukan bahwa semua hasil penjualan buku

diserahkan untuk Sekolah Kartini yang akan didirikan.

34

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, vi. 35

Sitisoemandari Soeroto dan Myrtha Soeroto, Kartini, Sebuah Biografi…, 340-341.

Page 38: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

37

Gagasan R.A Kartini dalam Door duisternis tot licht untuk

mendirikan sekolah bagi perempuan Jawa juga telah mengetuk hati Mr. C.

Th. Van Deventer yang pernah bekerja di Hindia Belanda. Setelah

membaca surat-surat R.A Kartini, ia memperoleh pandangan baru

mengenai sosok R.A Kartini. Selama ini Van Deventer melihat orang Jawa

adalah orang malas, tidak punya pendidikan, dan hanya bisa sebagai

budak. Dengan membaca buku Door duisternis tot licht ia membuat

penilaian yang berbeda. Kekaguman Van Deventer terhadap sosok R.A

Kartini, ia tuliskan dalam sebuah karangan dengan judul „Kartini‟ dalam

majalah De Gids, di mana ia menyatakan rasa kagum dan simpatinya

terhadap cita-cita Kartini. Van Deventer aktif dalam kampanye keliling

bersama Nyonya Hilda de Booy dalam membantu melaksanakan

perkumpulan “Dana Kartini”. Sebagai hasil anjuran dari Abendanon, maka

pada tanggal 27 Juni 1913 di kota Gravenhage didirikan Komite “Dana

Kartini” yang diketuai Mr. C. Th. Van Deventer. Pencetus ide “Dana

Kartini” diprakasai oleh Hilda de Booy-Boissevain, yang merupakan

sahabat pena Kartini.36

Hasil dari pengumpulan dana yang dilakukan oleh Hilda dan

Vandeventer, akhirnya pada tanggal 15 September 1913 dibuka Sekolah

Kartini di Jomblang (Semarang Selatan) yang dibuka oleh residen

Semarang. Setelah itu disusul pendirian Sekolah Guru (Kweekschool)

untuk guru-guru wanita di Salatiga pada tahun 1918. Tahun 1921

36

Sitisoemandari Soeroto dan Myrtha Soeroto, Kartini, Sebuah Biografi…, 344-345.

Page 39: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

38

pemerintah membuka Sekolah Normal (Normaalscholen) untuk

pendidikan guru yang tingkatannya lebih rendah dari Kweekschool. Pada

tahun 1913 didirikan “Perkumpulan Kartini” (Kartini Vareeniging) di

Batavia dan tempat-tempat lain. Berkat bantuan dari “Dana Kartini” di

Nederland dan Hindia Belanda serta subsidi pemerintah, maka kemudian

dapat didirikan Sekolah Kartini di kota lain. Seperti di Batavia (1913),

Meester Cornelis (1913), Buitenzorg (1913), Madiun (1914), Malang

(1916), Pekalongan (1917), Cirebon (1916), dan Indramayu (1918).37

E. R.A Kartini dan Perjuangan untuk Kemajuan Bangsa

R.A Kartini berkorespondensi kepada Nona E.H. Zeehandelaar

yang merupakan sahabat dalam bertukar pikiran dan ide. Perkenalan R.A

Kartini dengan Stella pada tahun 1899 melalui redaksi De Hollandse Lelie,

majalah wanita yang waktu itu terkenal dengan sumbangan karangan

dalam bidang sosial dan sastra.38

Salah satu isi surat R.A Kartini yang

ditujukan kepada Stella, menceritakan bagaimana keberadaan perempuan

Jawa yang tidak bisa mengakses pendidikan secara maksimal. Hingga usia

12 tahun, R.A Kartini harus dipingit di rumah dan tidak boleh bepergian.

Kebudayaan Jawa yang membatasi perempuan keluar dari rumah, karena

menganggap jika perempuan keluar rumah tanpa didampingi oleh suami,

adalah merupakan aib bagi keluarga. Namun hal itu dilawan R.A Kartini

dengan semangat kemajuan, dimana keberadaan beliau yang dipingit tidak

37

Sitisoemandari Soeroto dan Myrtha Soeroto, Kartini, Sebuah Biografi…, 348. 38

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 507.

Page 40: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

39

menjadikannya diam dan pasrah dengan keadaan. Semangat untuk maju

dan rasa ingin tahu yang tinggi, yang menjadikan R.A Kartini ingin

terbebas dari kungkungan budaya yang lama, dan membawa perubahan

pada budaya yang baru.

Kami, anak-anak gadis yang masih terantai pada adat istiadat lama, hanya

boleh mendapatkan sedikit kemajuan di bidang pendidikan. Anak-anak

gadis setiap hari meninggalkan rumah untuk belajar di sekolah sudah

merupakan pelanggaran besar terhadap adat istiadat negeri kami. Untuk

diketahui, adat di negeri kami melarang keras para anak gadis pergi ke

luar rumah. Apalagi sampai pergi ke tempat lain, tidak boleh. Satu-

satunya lembaga pendidikan yang ada di kota kecil kami, hanya sekolah

rendah umum biasa untuk orang-orang Eropa. Pada usia 12 tahun saya

harus tinggal di rumah. Saya harus masuk “kotak”, terkurung di rumah,

terasing dari dunia luar. Saya tidak boleh kembali ke dunia itu lagi selama

belum memiliki suami- seorang lelaki yang sama sekali asing, yang

dipilih orang tua bagi kami untuk menikahi kami, sungguh tanpa

sepengetahuan kami. Suatu kebahagiaan besar bagi saya bahwa saya

masih boleh membaca buku-buku Belanda dan berkorespondensi dengan

kawan-kawan yang ada di Belanda. Semua itu merupakan satu-satunya

penerangan dalam masa saya yang suram dan sedih.39

Hal ini juga terlihat dalam kutipan surat R.A. Kartini berikut:

Perkenalkan namaku Raden Ajeng Kartini, putri Raden Mas Adipati Ario

Sosroningrat, Bupati Jepara. Berumur 23 tahun. Lahir di Mayong, daerah

Jepara, pada 21 April 1879. Menginginkan dididik menjadi guru (ijazah

guru bantu dan guru kepala) di negeri Belanda. Dan yang terakhir ini ada

banyak alasannya. Pertama, untuk memperluas pandangan, memperluas

cakrawala pandangan jiwa, membuang prasangka yang masih melekat

padanya dan menyebabkan hambatan, mengunjungi beberapa perguruan

dan lembaga pendidikan di sana untuk mengetahui cara pendidikan dan

pengajaran di Nederland; ini semua dimaksudkan agar dapat lebih baik

menunaikan tugas yang ingin dipikulnya. Tujuan cita-cita ingin belajar di

Eropa tersebut ialah: memberikan yang baik dari peradaban Belanda

kepada bangsa kami, untuk memuliakan adat-istiadatnya; membawa

bangsa itu kepada pandangan tata susila yang lebih tinggi sebagai sarana

untuk mencapai keadaan masyarakat yang lebih baik dan lebih bahagia.

Jalan yang kami harapkan untuk mencapai tujuan itu ialah: mendirikan

39

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 9.

Page 41: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

40

sekolah-sekolah untuk anak-anak perempuan Jawa. Untuk sementara

sebagai percobaan dan contoh, adalah sebuah sekolah berasrama untuk

anak-anak perempuan kepala-kepala Bumiputra. Tujuannya ialah: agar

ibu-ibu di pulau Jawa yang maju dan cerdas, dan akan meneruskan

kemajuan dan kecerdasannya itu kepada anak-anaknya; anak-anak

perempuannya yang akan menjadi kaum ibu lagi; anak-anak laki-lakinya,

yang suatu ketika akan dipanggil, turut menjaga suka duka bangsa!.40

R.A. Kartini berusaha mengatasi konservativisme dan

otoritarianisme. Perlu dicatat bahwa yang dilawan R.A. Kartini adalah ide,

bukan orang. Sehingga dia bisa bekerjasama dan berinteraksi dengan kaum

pria yang tercerahkan, yang tidak mendukung konservativisme.

R.A. Kartini sangat menekankan penguasaan bahasa asing, yakni

dalam hal ini bahasa Belanda. Pengetahuan bahasa asing bisa dan sangat

berpotensi untuk memajukan seseorang, secara pribadi, dan bangsa, secara

umum. Pengetahuan ini memungkinkan orang memahami wacana dan ide

maju dari bangsa lain, untuk kemudian mencari inspirasi dan sintesis untuk

kemajuan bangsanya. Pengetahuan ini juga memungkinkan orang untuk

berkomunikasi dengan bangsa-bangsa lain, bergerak dalam aktivisme dan

terlibat dalam jaringan (network) yang memungkinkan seseorang untuk

membangun gerakan yang solid untuk mencari solusi dari masalah bangsa

dan atau memberikan arah bagi kemajuan bangsa.

Pertanyaan yang harus kami jawab itu semuanya sangat penting dan

justru yang memenuhi benak dan sanubari kami, karena itulah kami tidak

dapat dan tidak mau menjawabnya serampangan saja. Untuk

menyebutkan contoh, pertanyaan pertama berbunyi: “Tindakan apa yang

cocok untuk membuat bangsa Jawa lebih maju dan sejahtera?”

Pertanyaan yang telah dipelajari oleh orang-orang yang beruban dan ahli.

Dan pertanyaan itu harus kami jawab cepat dan lengkap pula. Pertanyaan

40

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 265-266.

Page 42: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

41

kedua: “Ke arah mana pengajaran harus diperbaiki dan diperluas?. Ini

pertanyaan yang bagi saya cukup dijawab dengan sepatah kata.

Pertanyaan itu berbunyi, apakah arti perempuan dalam memajukan orang

Jawa oleh para negarawan tidak terlalu sedikit diperhatikan?

Yang mengajukan pertanyaan seperti itu pastilah seorang yang berpikiran

modern. Dan pertanyaan yang terakhir, bagaimanakah cara memulai

suatu usaha untuk lebih meningkatkan peradaban dan kemajuan

perempuan jawa dari tingkat tinggi atau bawah, dan tidakkah dengan

demikian usaha itu bertentangan dengan adat kebiasaan negeri?”41

Hal ini juga terlihat dalam kutipan surat R.A. Kartini berikut:

Bantulah, teman-teman. Bantulah mengusahakan kami pergi dari sini

untuk bekerja mewujudkan cita-cita kami. Akan tiba saat permulaan

untuk mengakhiri ketidakadilan yang besar, yang menyebabkan ribuan

hati perempuan dan anak hancur luluh. Saya hendak menekuni Bahasa

Belanda sungguh-sungguh, menguasainya dengan sempurna, agar saya

dapat berbuat dengan bahasa itu semau saya. Dan saya akan mencoba

dengan pena saya menumbuhkan perhatian mereka, yang dapat memberi

bantuan dalam usaha kami untuk memperbaiki nasib perempuan Jawa.

Kami hendak berhubungan dengan kaum laki-laki bangsa kami terpelajar,

yang suka akan kemajuan; hendak berusaha bersahabat dengan mereka

dan selain itu mencoba mendapat bantuannya. Bukan orang laki-laki yang

kami lawan, melainkan pendapat kolot yang turun-temurun, adat yang

tidak terpakai bagi tanah jawa kami masa depan. Dari Jawa baru ini

beberapa orang lain, baik laki-laki maupun perempuan, bersama-sama

kami merupakan pelopor. Sepanjang masa perintis jalan itu dalam bidang

apapun berat tanggung jawabnya, kami tahu. Senang sekali mempunyai

cita-cita dan tujuan hidup.42

F. R.A Kartini dan Interaksinya dengan Kiai Saleh Darat

R.A Kartini menurut Pramoedya Ananta Toer adalah seorang yang

relijius, tanpa berpegang pada bentuk-bentuk keibadahan, atau syariat, jadi

ia termasuk golongan jawa, atau golongan kebatinan, di mana Tuhan

dipahami sebagai sumber hidup yang mengikat setiap orang dengannya, tak

peduli apa pun agama yang dianut, bahkan juga bagi si ateis sekalipun,

41

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 384. 42

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 52.

Page 43: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

42

sebagaimana jelasnya dinyatakannya dalam hubungan dengan buku Edna

lyall „We Two‟. Ia dapat menerima agama apa pun, dan ia tidak dapat

menerima pemutar balikan atas agama apa pun, sebagaimana halnya

pernyataannya dalam hubungan dengan buku Sienkiewicz „Quo Vadis‟?43

Tahun berganti tahun, kami namanya orang Muslim, karena kami

keturunan orang Muslim, dan kami namanya Muslim, lebih daripada itu

tidak. Tuhan, Allah, bagi kami semata-mata kata seruan. sepatah kata,

adalah bunyi tanpa arti dan rasa. Demikian kami hidup terus, sampai tiba

hari yang membawa perubahan dalam kehidupan jiwa kami.44

Pandangan R.A Kartini mengenai agama sangat dekat dengan

teologi pembebasan yang kita kenal sekarang. Agama seharusnya

mencerahkan dan memajukan peradaban, bukan menjadi legimitasi orang

untuk melakukan kekerasan pada orang lain, atau melakukan tindakan yang

tidak berperikemanusiaan. Hal ini terlihat dari kutipan berikut:

Kami mendapatkan banyak perhatian dari sahabat kalangan rakyat biasa.

Dan alasan mengapa kami agak sedikit mengacuhkan agama sebab kami

melihat banyak kejadian tak berperikemanusiaan yang dilakukan orang

dengan berkedok agama. Lambat laun barulah kami tahu, bukan agama

yang tiada memiliki kasih sayang, melainkan manusia jugalah yang

membuat segala sesuatu yang semula bagus dan suci itu.45

Pencarian R.A Kartini akan adanya Tuhan semesta alam, tentu

tidak lepas dari batinnya yang bertanya tentang adanya hidup di dunia.

Kekosongan demi kekosongan telah menimbulkan tanda tanya dalam

dirinya untuk mencari keberadaan seorang Tuhan. Dalam suratnya kepada

Abendanon, tanggal 15 Agustus 1902, R.A Kartini pernah menceritakan

tentang pertemuannya kepada orang tua yang telah membukakan

43

Pramoedya Ananta Toer, Panggil Aku Kartini Saja, Jakarta: Lentera Dipantara, 2003, 260-261. 44

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 300. 45

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 364.

Page 44: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

43

pencariannya akan adanya Tuhan dalam Islam. Orang tua yang dimaksud

disini adalah Kiai Saleh Darat dari Semarang.

Di sini ada seorang tua, tempat saya meminta bunga yang berkembang di

dalam hati. Sudah banyak yang diberikan kepada saya, sangatlah banyak

lagi bunga simpanannya. Dan saya ingin lagi, senantiasa ingin lagi.

Dan dengan sungguh-sungguh terdengarlah suaranya mengatakan:

“Berpuasalah satu hari satu malam dan jangan tidur selama itu, juga harus

mengasingkan diri di tempat yang sunyi.”

“Habis malam datanglah cahaya,

Habis topan datanglah reda,

Habis duka datanglah suka,

Berdesau-desaulah dalam telinga saya sebagai rekuiem.

Saya tidak mau belajar lagi belajar membaca al Quran, belajar

menghafalkan amsal dalam Bahasa asing, yang tidak saya ketahui

artinya. Dan boleh jadi guru-guru saya, laki-laki dan perempuan juga

tidak mengerti. “Beritahu saya artinya dan saya akan mau belajar

semuanya.” Saya berdosa, kitab suci yang mulia itu terlalu suci untuk

diterangkan artinya kepada kami.

Pertemuan R.A Kartini dengan Kiai Saleh Darat Semarang terjadi

pada 19 Februari 1892 M, di kediaman Pangeran Ario Hadiningrat saat

sedang diadakan pengajian bulanan yang diisi oleh Kiai Saleh Darat.

Menurut catatan Ibu Nyai Fadhila Sholeh, cucu Kiai Saleh Darat, ketika

pengajian yang diselenggarakan di rumah pangeran Ario Hadiningrat

berlangsung, R.A Kartini dan pamannya ikut serta mendengarkan wejangan

ilmu agama yang disampaikan oleh Kiai Saleh Darat. Materi yang

disampaikan adalah tentang tafsir surat al-Fatihah. R.A Kartini

menyimaknya dengan seksama di balik tabir beserta dengan Raden Ayu

atau Raden Ajeng yang lainnya. Ia kagum dengan apa yang disampaikan

oleh Kiai Saleh Darat, sebab selama hidupnya, arti ayat-ayat al-Quran,

terlebih al-Fatihah yang merupakan surat pertama yang diajarkan kepada

Page 45: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

44

R.A Kartini dari guru ngajinya begitu asing.46

“Selama ini surat al-Fatihah

gelap artinya bagi saya. Saya tidak mengerti sedikitpun maknanya. Tetapi

sejak hari ini, dia menjadi terang benderang sampai kepada makna

tersiratnya, sebab Romo Kiai (Saleh Darat) telah menerangkan dalam bahasa

Jawa yang saya pahami,” kata R.A Kartini usai mendapatkan penjelasan

mengenai makna yang terkandung dalam surat al-Fatihah yang disampaikan

Kiai Saleh Darat.

Karena masih penasaran dengan makna yang terkandung dalam

ayat-ayat al-Quran, R.A Kartini meminta pamannya, pangeran Ario

Hadiningrat agar berkenan mempertemukannya dengan Kiai Saleh Darat.

Ketika keduanya bertemu, maka berlangsunglah sebuah dialog yang

berkenaan dengan makna yang terkandung dalam al-Quran. Dialog tersebut

adalah sebagai berikut:

Kiai, perkenankan saya bertanya, bagaimana hukumnya jika ada seorang

yang berilmu menyembunyikan ilmunya?“, tanya R.A. Kartini

Kiai Saleh Darat menimpalinya dengan sebuah pertanyaan, “Mengapa

Raden Ajeng bertanya demikian?“

“Kiai, selama hidup saya baru kali ini berkesempatan memahami makna

surat al Fatihah, surat pertama dari induk al-Quran. Isinya begitu indah,

menggetarkan sanubariku,“ ujar R.A Kartini.

Kiai Saleh Darat tertegun mendengar jawaban dari R.A Kartini. Ia

seolah-olah tak punya kata untuk menyela. Lalu R.A Kartini melanjutkan

pembicaraannya dengan sang Kiai.

Bukan buatan rasa syukur hati ini kepada Allah. Namun, aku heran mengapa

selama ini para ulama melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al-

46

Amirul Ulum, Kartini Nyantri, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Ulama, 2015, 177.

Page 46: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

45

Quran ke dalam bahasa Jawa. Bukankah al-Quran adalah bimbingan hidup

bahagia dan sejahtera bagi manusia?47

Pertemuan Kiai Saleh Darat dengan R.A Kartini yang menjadi alasan

Kiai Saleh Darat untuk menulis tafsir yang bernama Fayd al-Rahman fi

Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan. Pertemuan tersebut terjadi

sebelum 19 Februari 1892, atau sebelum R.A Kartini masuk pingitan

(sekitar umur 12 tahun). sebab, Fayd al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam

Malik ad-Dayyan itu mulai ditulis pada malam Kamis 19 Februari 1892, dan

selesai pada tanggal 9 Desember 1892.

Dalam pembukaan kitab Fayd al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam

Malik ad-Dayyan yang memakai Bahasa Arab pegon, Kiai Saleh Darat

menulis alasannya mengapa ia harus menulis tafsir terjemahan al-Qur‟an

tersebut. Ia menulis alasannya sebagai berikut: “Saya melihat secara umum

pada orang-orang awam tidak ada yang memperhatikan tentang maknanya

al-Qur‟an karena tidak tahu caranya dan tidak tahu maknanya karena al-

Qur‟an diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab, maka dari itu saya

bermaksud membuat terjemahan arti al-Qur‟an.”

Tentang alasan mengapa Kiai Saleh Darat memakai Bahasa Arab

Pegon dalam menulis tafsirnya, hal ini disebabkan karena salah satunya agar

tidak diketahui Belanda yang di waktu itu melarang penerjemahan al-Qur‟an

ke dalam bahasa Melayu atau Jawa. Terjemah tafsir tersebut diberikan

47

Matsuki HS dan M. Ishom El Seha, “Intelektualisme Pesantren; Potret Tokoh dan Cakrawala

Pemikiran di Era Pertumbuhan Pesantren”, Jakarta: Diva Pustaka, 2006, 151.

Page 47: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

46

kepada R.A Kartini pada tahun 1902. Di waktu memberikan tafsir itu, usia

Kiai Saleh Darat sekitar 82 tahun.48

Ketika menerima terjemah tafsir al-Quran tersebut, R.A Kartini sangat

bahagia. Bahasa Arab yang selama menjadi Bahasa yang sulit dipahami,

melalui kitab Fayd al-Rahman fi Tarjamah Tafsir Kalam Malik ad-Dayyan,

R.A Kartini menjadi antusias mempelajari bahasa Arab meskipun

mengalami sebuah kesulitan. Ia mengagumi isi yang terkandung dalam

tafsir huruf arab pegon tersebut yang mengandung banyak makna. Dalam isi

suratnya kepada tuan Abendanon, R.A Kartini secara jelas menerangkan

sosok orang tua yang memberikan kepadanya sebuah naskah Arab Pegon.

Karena merasa senangnya, seorang tua telah menyerahkan kepada kami

naskah-naskah lama Jawa yang kebanyakan menggunakan huruf Arab.

Karena itu kini kami ingin belajar lagi membaca dan menulis huruf Arab.

Sampai saat ini buku-buku Jawa itu semakin sulit sekali diperoleh

lantaran ditulis dengan tangan. Hanya beberapa buah saja yang dicetak.

Kami sekarang sedang membaca puisi bagus, pelajaran yang arif dalam

Bahasa yang bagus. Saya ingin sekali kamu mengerti bahasa kami.

Aduhai, ingin benar saya membawa kamu untuk menikmati semua

keindahan itu dalam Bahasa aslinya. Maukah kamu belajar Bahasa Jawa?

Sulit, itu sudah tentu, tetapi bagusnya bukan main! Bahasa jawa itu

Bahasa perasaan, penuh puisi dan kecerdikan. Kami sendiri sebagai anak

negeri kerapkali tercengang tentang ketajaman bangsa kami.49

G. R.A Kartini feminis Islam dari Indonesia

Kata feminisme berasal dari kata latin femina (perempuan) yang

mempunyai makna “memiliki kualitas perempuan”, dan mulai dipakai

istilah tersebut pada tahun 1890-an di sebuah publikasi The Athenaeum, 27

April 1895. Menurut Tuttle, pada zaman tersebut istilah feminisme baru

48

Amirul Ulum, Kartini Nyantri…, 179. 49

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 123.

Page 48: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

47

merupakan sebuah kesadaran dan belum merupakan sebuah kesadaran

politik apalagi teoritis. Sejarah feminisme membuktikan bahwa wacana

feminis kemudian berkembang pesat pada abad ke-20 dan kini merupakan

salah satu teori yang sangat berpengaruh di hampir segala bidang ilmu,

salah satunya masalah mengenai pendidikan.50

Dua terminologi, yakni feminisme dan Islam, keduanya

mempunyai semangat yang sama dalam mencapai keadilan antara laki-laki

dan perempuan. Feminis, yang pada awal gerakannya muncul di barat

sesungguhnya merupakan pergerakan sosial dan juga politik. Menurut

Simone de Beauvoir, pergerakan perempuan paling awal dapat ditemui

sejak abad ke -15. Christine de Pizan pada abad tersebut telah mengangkat

penanya dan menulis soal ketidakadilan yang dialami perempuan.51

Sama halnya Islam, Nabi Muhammad saw dan beberapa

perempuan, seperti Aisyah dan Khadijah, memusatkan perhatiannya pada

bagaimana memberikan perempuan hak, status, dan kesempatan yang

sama dengan laki-laki. Perempuan muslim secara langsung terlibat dalam

membentuk jati diri sebagai seorang perempuan muslim dengan

menyajikan “penafsiran alternatif al-Qur‟an”. Dengan demikian,

sebenarnya pergerakan kaum feminis bukanlah hal yang baru dalam tradisi

Islam.

Gerakan feminisme telah banyak membuktikan, minimal

menyumbangkan inspirasi pemikiran, bahkan pemahaman terhadap

50

Gadis Arivia, Feminisme: Sebuah Kata Hati, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2006, 412. 51

Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Penerbit Pustaka

Pelajar, 2008, 125.

Page 49: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

48

terciptanya dunia yang lebih baik dan lebih adil. Gerakan feminisme tidak

hanya mempengaruhi lembaga-lembaga birokrasi pembangunan, sosial,

bahkan juga mempengaruhi pandangan berbagai agama, paling tidak

memaksa kaum agamawan untuk melihat, mengevaluasi kembali tafsiran

terhadap posisi perempuan yang selama ini ada. Gerakan ini pula yang

mendorong munculnya gugatan atas pelbagai kultur, tradisi yang

mempengaruhi kondisi dan posisi perempuan di banyak tempat.52

Seperti juga yang dialami oleh R.A Kartini pada jamannya, yang

melihat posisi perempuan diperlakukan tidak adil baik dari hak untuk

mendapatkan pendidikan, memilih suami berdasarkan rasa cinta, dsb. Hal

diatas berusaha R.A Kartini perjuangkan, demi mendapatkan hak yang

sama dengan kaum laki-laki. Misalnya dalam hal poligami, yang

diperbolehkan oleh agama Islam. Suami berhak memiliki istri lebih dari

dua. Hal ini ditentang oleh R.A Kartini, yang dianggapnya perempuan

merasa dirugikan, karena telah dimadu. Seperti yang diungkapkan Kartini

dalam isi suratnya yang ditujukan kepada Nyonya R.M Abendanon-

Mandri:

Saya merasa putus asa. Dengan rasa pedih perih, saya pelintir tangan

saya menjadi satu. Sebagai manusia, saya merasa tidak mampu melawan

kejahatan berukuran raksasa itu seorang diri, lebih-lebih dilindungi oleh

ajaran Islam dan dihidupi kebodohan perempuan itu sendiri. Aduh!

Mungkin saja suatu waktu, nasib membebankan kepada saya, siksaan

bernama poligami itu!”saya tidak mau!” mulut menjerit dengan kerasnya,

dan hati menggemakan jeritan itu ribuan kali.

R.A Kartini tidak bisa menerima ketika poligami menjadi pilihan

seorang laki-laki. Karena menurut R.A Kartini, dengan berpoligami,

52

Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial…, 127.

Page 50: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

49

pertama seorang suami sama saja menyakiti hati istri. Yang kedua,

poligami menunjukkan sikap egoistik dari kaum lelaki. Dua hal tersebut

menunjukkan bahwa posisi tawar seorang perempuan sangat rendah.

Sehingga perempuan tidak dihargai dengan perlakuan yang dilakukan oleh

lelaki.

Munculnya gerakan feminisme, timbul akibat penindasan dan

pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja dan

dalam keluarga, serta tindakan sadar oleh perempuan maupun laki-laki

untuk mengubah keadaan tersebut.53

Gerakan feminisme memiliki sejarah cukup panjang, yaitu dimulai

di Barat sejak abad XVII, mengalami pasang surut. Baru pada tahun 1960-

ann khususnya di Amerika, mulai marak kembali dengan skala pengkajian

dan penyebaran lebih intens dan meluas. Dalam kurun waktu itu dikenal

berbagai aliran atau sebutan gerakan feminisme, seperti Feminisme liberal,

Teori Feminisme Radikal, Teori Feminisme Marxis dan Sosialis, Teori

Poststrukturalis dan Postmodernisme.54

Teori Feminisme Liberal

Teori ini memfokuskan pada pertanyaan-pertanyaan mengapa anak

perempuan banyak mengalami kegagalan meraih pendidikan tinggi.

Mengapa mereka memilih ke jalur pendidikan praktis dan adakah

stereotip-stereotip dalam pendidikan? Pembahasan feminisme liberal

terutama berkisar pada persoalan akses pendidikan, peningkatan partisipasi

53

Achmad Muthali‟in, Bias Gender dalam Pendidikan, Surakarta: Muhammadiyah University

Press, 2001, 41. 54

Gadis Arivia, Feminisme: Sebuah Kata Hati…, 413.

Page 51: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

50

sekolah pada anak perempuan, menyediakan program-program pelayanan

bagi anak perempuan dari keluarga tidak beruntung dan melakukan

penuntutan kesetaraan pendidikan yang sifatnya tidak radikal atau tidak

mengancam.

Teori Feminisme Radikal

Kaum feminis radikal melihat penyebab utama adanya

ketidakadilan bagi perempuan di dalam dunia pendidikan adalah karena

system patriarkal yang berlaku di masyarakat setempat. Diskursus yang

dipakai dalam teori adalah budaya patriarkal, opresi seksualitas,

pemberdayaan perempuan, mensentralkan kepentingan perempuan. 55

Teori Feminisme Marxis dan Sosialis

Teori ini melihat ketidaksetaraan dalam pendidikan terjadi karena

institusi-institusi pendidikan justru menciptakan kelas-kelas ekonomi.

Pendidikan telah dijadikan bisnis yang lebih melayani kelas ekonomi atas.

Teori yang di usung dalam marxis ini adalah mengenai kelas, produksi,

dan kemiskinan.

Teori Poststrukturalis dan Postmodernisme

Teori ini pada dasarnya merupakan teori yang mengkritik dan

mendekonstruksi filsasfat yang berpihak pada “fondasionalisme dan

absolutisme”. Teori ini mengajak agar merubah kurikulum tetapi melihat

bagaimana kurikulum bias jender terbentuk dan beroperasi secara luas.

55

Gadis Arivia, Feminisme: Sebuah Kata Hati…, 414.

Page 52: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

51

Dari sejarah panjang dan berbagai aliran tersebut diatas, jika

diringkas feminisme memiliki dasar preposisi sebagai berikut:

a. Feminisme muncul sebagai reaksi kesadaran beroposisi terhadap

fitnah dan ketidakadilan perlakuan terhadap perempuan dalam

bentuk oposisi dialektis terhadap praktek misogini. Yaitu,

kekejaman kaum laki-laki terhadap kaum perempuan.

b. Ada keyakinan dalam masyarakat yang perlu diretas, dinyatakan

bahwa identitas sosial jenis kelamin bersifat kultural, bukan

bersifat biologis.

c. Berkeyakinan bahwa adanya kelompok sosial perempuan

merupakan penegas eksistensi kelompok sosial laki-laki, dalam arti

bahwa kelemahan atau kelebihan kelompok sosial jenis kelamin

tertentu sekaligus pula menampakkan kelompok sosial jenis

kelamin yang lainnya. Maksudnya tidak ada jenis kelamin tertentu

yang unggul secara mutlak dalam kehidupan.

d. Adanya kesamaan sudut pandang dalam melihat dan memahami

warisan sistem nilai yang berlaku, yang kemudian digunakan untuk

menentang perbedaan dan pembatasan jenis kelamin yang

dikonstruksi oleh budaya.

e. Adanya keinginan untuk menerima konsep manusia dan

perikemanusiaan secara lebih hakiki.56

56

Achmad Muthali‟in, Bias Gender dalam Pendidikan…, 42.

Page 53: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

52

Preposisi di atas dimaksudkan agar setiap manusia diberi peluang

dan kesempatan yang sama menjadi yang terbaik khususnya perempuan.

Dengan demikian, feminisme adalah merupakan gerakan untuk mencari

peluang guna meraih kebebasan dan kemerdekaan kaum perempuan dari

penindasan dan ketidakadilan.

Page 54: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

53

BAB III

PEMIKIRAN PENDIDIKAN R.A KARTINI

A. R.A Kartini dan Pendidikan Perempuan

Perjuangan R.A Kartini dalam merintis pendidikan pada awalnya

mengalami kesulitan, hambatan dan tantangan. Apalagi R.A Kartini adalah

sosok seorang perempuan yang masih keturunan priyayi (kelas bangsawan

Jawa), sehingga akses beliau untuk menempuh pendidikan banyak

menemui hambatan. Namun niat R.A Kartini untuk memajukan

perempuan Jawa, tidak berhenti begitu saja. Ide-ide yang terpendam dalam

benak R.A Kartini, ia tuliskan kepada sahabat-sahabatnya dari Eropa.

Surat yang ia tulis pada 7 Oktober 1900, kepada Nyonya R.M

Abendanon–Mandri mencurahkan tentang keinginannya untuk

memberdayakan perempuan agar mandiri.

Saya tahu, jalan yang hendak saya tempuh itu sukar, penuh duri, onak,

dan lubang. Jalan itu berbatu-batu, berjendal-jendul, licin, belum dirintis.

Dan walaupun saya tidak beruntung sampai ke ujung jalan itu, walaupun

saya sudah akan patah di tengah jalan, saya akan mati dengan bahagia.

Sebab jalan tersebut sudah terbuka dan saya turut membantu meneratas

jalan yang menuju kebebasan dan kemerdekaan perempuan bumiputera.

Saya sudah akan puas, apabila orangtua anak-anak perempuan lain yang

juga hendak berdiri sendiri, tidak akan lagi dapat mengatakan: „Masih

belum ada seorang pun di antara kita yang telah berbuat demikian.57

R.A Kartini menyadari bahwa pendidikan perempuan adalah

sesuatu yang perlu diperjuangkan. R.A Kartini dalam hal ini adalah

seorang perintis dalam pendidikan perempuan di Indonesia. Pendidikan

57

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang (Door Duisternis tot Licht) Kumpulan Surat R.A

Kartini yang Menginspirasi Wanita-wanita di Indonesia Sepanjang Masa, Jakarta: Penerbit

Narasi, 2011, 99.

Page 55: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

54

bagi perempuan adalah sebuah pembebasan terutama dari kekangan tradisi

dan norma-norma adat yang kurang mendukung pendidikan untuk

perempuan.

Upaya R.A Kartini untuk memperjuangkan pendidikan perempuan

bisa dilihat sebagai perwujudan agency R.A Kartini terutama aspek

proyektifnya, yakni Kartini menginginkan bahwa perempuan Jawa punya

kebebasan dalam menempuh pendidikan. Ini antara lain sejalan dengan

perjuangan teman-teman R.A Kartini di Eropa yang memperjuangkan

pendidikan perempuan. Upaya R.A Kartini juga bisa dilihat aspek agency

lainnya, yakni practical evaluative. Dalam hal ini R.A Kartini melihat

bahwa tradisi dan budaya Jawa saat itu belum mendukung pendidikan

perempuan. Masyarakat Jawa pada saat itu lebih melihat dan

memposisikan perempuan sebagai kelas kedua. Perempuan adalah

pendukung suami dan dia tidak selayaknya diberi peran lain selain ibu

rumah tangga. Idiom-idiom Jawa semacam kanca wingking, surga nunut

neraka katut, menunjukkan kecenderungan ke arah sana.

Perjuangan R.A Kartini agar perempuan diberikan akses

pendidikan terus ia gaungkan. Karena melalui tangan perempuan, seorang

anak pertama kali mendapatkan nilai kasih sayang dan pendidikan dari

sang ibu. Jika, ibunya memiliki pola asuh yang mengedepankan

pendidikan, maka kelak ketika dewasa si anak juga akan mencontoh apa

yang sudah diajarkan oleh seorang ibu. Sebagaimana yang ia tuangkan

Page 56: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

55

dalam salah satu suratnya yang ia tujukan kepada Nyonya R.M

Abendanon – Mandri, tertanggal 21 Januari 1901.

Dengan gembira saya benarkan pikiran suami nyonya yang demikian

jelas terbaca dalam surat edaran tentang pengajaran untuk anak-anak

perempuan bumiputra: perempuan sebagai pendukung peradaban! Bukan,

bukan karena perempuan yang dianggap cakap untuk itu, melainkan

karena saya sendiri juga yakin sungguh-sungguh, bahwa dari perempuan

mungkin akan timbul pengaruh besar, yang baik atau yang buruk akan

berakibat besar bagi kehidupan: bahwa dialah yang paling banyak dapat

membantu meninggikan kadar kesusilaan manusia. Dari perempuanlah

manusia itu pertama-tama menerima pendidikan. Di pangkuan

perempuanlah seseorang mulai belajar merasa, berpikir, dan berkata-kata.

Dan makin lama makin jelaslah bagi saya, bahwa pendidikan yang mula-

mula itu bukan tanpa arti bagi seluruh kehidupan. Dan bagaimanakah

ibu-ibu bumiputra dapat mendidik anak-anaknya, kalau mereka sendiri

tidak berpendidikan?58

R.A Kartini menyadari peran sentral perempuan dalam pendidikan

terutama dalam menyiapkan generasi penerus. R.A Kartini melihat bahwa

perempuan adalah pendidik pertama dalam keluarga. Ungkapan Kartini

“meninggikan kadar kesusilaan manusia”, menunjukkan posisi sentral

perempuan dalam meneguhkan dan membangun pendidikan nilai sebuah

bangsa yang tentunya dimulai dari keluarga. Dari sisi itu R.A Kartini

melihat pentingnya mendidik perempuan antara lain karena peran mereka

dalam mendidik bangsa dan generasi penerus. Masa depan bangsa sangat

tergantung pada kadar pendidikan perempuan. Dalam hal ini kita bisa

melihat agency R.A Kartini terutama aspek proyektifnya, yakni ambisi dan

keinginan R.A Kartini untuk menyiapkan perempuan pendidik yang sangat

penting bagi kemajuan bangsa.

58

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 112.

Page 57: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

56

Pemikiran pendidikan R.A Kartini dalam upaya memajukan

perempuan di Indonesia dengan cara mendirikan sekolah untuk para

perempuan. Sekolah tersebut merupakan salah satu cita-cita Kartini untuk

memajukan perempuan Indonesia dari keterbelakangan. Dalam salah satu

suratnya, R.A Kartini mengemukakan idenya tersebut kepada sahabatnya

yang berada di Belanda, Tuan H.H van Kol. Di mana R.A Kartini, ingin

sekolah ke Eropa (Belanda), tidak lain karena ingin memajukan

pendidikan bagi perempuan di Jawa dengan mendirikan sekolah-sekolah.

Tujuan cita-cita ingin belajar di Eropa tersebut ialah: memberikan yang

baik dari peradaban Belanda kepada bangsa kami, untuk memuliakan

adat-istiadatnya; membawa bangsa itu kepada pandangan tata susila yang

lebih tinggi sebagai sarana untuk mencapai keadaan masyarakat yang

lebih baik dan lebih bahagia. Jalan yang kami harapkan untuk mencapai

tujuan itu ialah: mendirikan sekolah-sekolah untuk anak-anak perempuan

Jawa. Untuk sementara sebagai percobaan dan contoh, adalah sebuah

sekolah berasrama untuk anak-anak perempuan kepala-kepala

Bumiputra. Tujuannya ialah: agar ibu-ibu di pulau Jawa yang maju dan

cerdas, dan akan meneruskan kemajuan dan kecerdasannya itu kepada

anak-anaknya; anak-anak perempuannya yang akan menjadi kaum ibu

lagi; anak-anak laki-lakinya, yang suatu ketika akan dipanggil, turut

menjaga suka duka bangsa!59

Tekad dan perjuangan R.A Kartini untuk maju dan berpikir secara

modern, tentu tidak lepas dari buku-buku yang dibacanya. Dari kakaknya,

Kartono ia selalu mendapat buku-buku mengenai masalah-masalah dunia

modern, seperti emansipasi, revolusi Prancis, dan buku-buku sastra dari

penulis kenamaan. Semua itu mengantarkan R.A Kartini kepada

pengertian mengenai soal-soal sosial politik.60

59

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 265. 60

Sitisoemandari Soeroto dan Myrtha Soeroto, Kartini, Sebuah Biografi, Rujukan Figur Pemimpin

Teladan, Jakarta: Balai Pustaka, 2011, 64.

Page 58: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

57

Ia selalu gemar sekali membaca, namun kini kesenangannya terhadap

bacaan sudah menjadi bagian hidupnya. Apabila ia telah menyelesaikan

pekerjaan yang ditugaskan kepadanya, segera ia memegang buku atau

surat kabar. Ia membaca semuanya yang tertangkap oleh bola matanya.

Ia melahap semua bacaan, bercampur antara yang baik dan yang buruk.

Banyak sekali buku yang dinikmatinya, buku yang tak terkatakan

bagusnya yang membuatnya dapat melupakan semua kesedihan dalam

hidupnya. Tabiat-tabiat baik, pandangan hidup mulia, jiwa dan pikiran

besar, membuat hatinya berkobar-kobar kegirangan dan gemetar karena

berbesar hati. Ia menghayati sepenuhnya semua yang dibaca.61

Kegemaran R.A Kartini akan bacaan mengantarkan

pengetahuannya yang luas dalam mengenal budaya dan wawasannya

terhadap dunia. R.A Kartini tidak sekedar membaca buku, tapi ia berusaha

menyelami pemikiran sang penulis dalam kehidupan sehari-hari. Hingga

akhirnya hasil bacaan tersebut, menghasilkan renungan yang ia tuliskan

dalam surat-suratnya yang ditujukan kepada sahabat, dan teman penanya.

Sementara adat feodal yang terjadi di lingkungan kerajaan,

membatasi akses perempuan untuk menempuh pendidikan yang lebih

tinggi. Karena perempuan pada usia 12 tahun juga harus diipingit, tidak

diijinkan untuk bergaul dengan dunia luar. Hal ini R.A Kartini sampaikan

kepada sahabat penanya di Belanda Nona Stella Zeehandelaar. Perkenalan

Kartini dengan Stella pada tahun 1899 melalui redaksi De Hollandse Lelie,

majalah wanita yang banyak membahas mengenai sosial dan sastra.

Itu pikiran yang mulia, nyonya. Kalau hal itu dilaksanakan tentu akan

membawa berkah bagi dunia wanita bumiputra. Berkah itu akan menjadi

semakin besar jika anak-anak perempuan juga diberi kesempatan

mempelajari salah satu kepandaian yang memungkinkannya dapat

menempuh jalan hidupnya sendiri. Tentunya apabila setelah mendapat

pelajaran tersebut ia kembali lagi ke dunianya yang dulu. Anak

perempuan yang pikirannya telah dicerdaskan serta pandangannya telah

diperluas tidak akan sanggup lagi hidup dalam dunia nenek moyangnya.62

61

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 70. 62

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 86.

Page 59: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

58

Suratnya yang ditujukan kepada Nyonya M.C.E Ovink-Soer, R.A

Kartini mengutarakan agar perempuan diberikan kesempatan untuk

pendidikan yang lebih tinggi. R.A Kartini bercerita kepada Nyonya Ovink

yang dianggap sebagai ibunya sendiri, agar bisa pergi belajar ke Eropa

(baca: Belanda). Kartini berkata, “Saya ingin belajar menjadi guru, agar

dapat mengajarkan kepada para calon ibu- disamping ilmu pengetahuan-

juga pengertian kasih dan keadilan seperti yang kami ketahui dari orang-

orang Eropa”.

Keinginan R.A Kartini tersebut tentu tidak berlebihan,

menginginkan agar perempuan dan laki-laki diberikan akses yang sama

untuk menuntut ilmu. Sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Hujarat ayat

13:

Artinya:

Hai manusia, sesungguhnya kami ciptakan kamu dari seorang laki-

laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.

Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah

adalah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya

Allah maha mengetahui lagi maha mengenal (Q.S. al-Hujurat: 13).

Page 60: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

59

Dalam konteks modern, pendidikan perempuan dianggap sebuah

investasi yang strategis bagi pengembangan sumber daya manusia. Hal ini

terlihat dalam kutipan berikut:

Educating girls and women is probably the single most effective

investment a developing country can make, whether or not women

work outside the home. It creates a multitude of positive

remunerations for families including better family health and

nutrition, improved birth spacing, lower infant and child mortality,

and enhanced educational attainment of children63

(Mendidik para gadis dan perempuan adalah investasi paling efektif

dalam membangun bangsa, baik perempuan itu bekerja di luar

rumah atau tidak. Ini menciptakan banyak manfaat positif bagi

keluarga, termasuk kesehatan keluarga dan nutrisi, meningkatnya

jarak kehamilan, menurunnya angka kematian bayi dan anak, dan

meningkatnya tingkat pendidikan anak).

B. R.A. Kartini dan Pendidikan Karakter

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merumuskan pendidikan

karakter sebagai proses pendidikan yang melibatkan pengetahuan yang

baik (moral knowing), perasaan yang baik (moral feeling), dan perilaku

yang baik (moral action), sehingga terbentuk perwujudan kesatuan

perilaku dan sikap hidup seseorang.64

Dalam hal pendidikan karakter, R.A Kartini pernah

mengemukakan idenya tersebut dalam suratnya yang ditujukan kepada

Nyonya N. van. Kol yang dianggap sebagai ibu sendiri. Isi suratnya

tersebut R.A Kartini sampaikan bahwa pendidikan erat kaitannya dengan

63

Ilhan Ozturk, “The Role of Education in Economic Development”, Journal of Rural

Development and Administration, Volume 33, No. 1, Winter 2001, 40-41. 64

Budhy Munawar-Rachman, Pendidikan Karakter: Pendidikan Menghidupkan Nilai untuk

Pesntren, Madrasah, dan Sekolah, Jakarta: The Asia Foundation, Yayasan Paramadina, dan

Associatian for Living Values Education Indonesia, 2015), xvi.

Page 61: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

60

tata susila atau akhlak, dimana jika seseorang yang berpendidikan maka

akan menjadikan masyarakat yang mempunyai derajad dan peradaban

yang tinggi. R.A Kartini berkata, ”Saya berharap dengan pendidikan dapat

membantu pembentukan watak, dan yang paling utama adalah cita-cita.

Cita-cita ini wajib dikembangkan oleh pendidikan, terus-menerus, tak

henti-hentinya”.65

Di lain hal, R.A Kartini juga mengemukakan bagaimana

pentingnya mengenyam pendidikan agar masyarakat pandangannya

menjadi maju dan terbuka.

Hal-hal yang baik dari bangsa lain, kini ingin sekali kami berikan kepada

bangsa sendiri. Bukan untuk mendesak sifat-sifat asli yang baik dan

menggantinya dengan yang asing, melainkan untuk memuliakannya.

Turut membantu menaikkan derajad bangsa, meningkatkannya ke arah

pandangan tata susila yang lebih tinggi hingga mencapai masyarakat

yang lebih baik dan lebih bahagia, adalah cita-cita kami yang patut kami

perjuangkan seumur hidup! Bagaimana cara mencapai cita-cita itu?

Dengan apa? Semua harus dimulai dari awal yaitu: pendidikan!66

Dari kutipan tersebut kita bisa melihat bahwa pendidikan bukanlah

mengambil peradaban dan budaya lain ke dalam budaya Indonesia atau

budaya Jawa. Pendidikan karakter seharusnya menjadi bagian utama dari

pendidikan. R.A Kartini memahami pendidikan karakter harus berakar pada

nilai-nilai budaya setempat, dalam hal ini budaya Jawa. Peradaban yang asli

tidak akan pernah lahir dari percampuran budaya dan peradaban asing. Tapi

harus berakar dari budaya dan peradaban setempat, tentunya dengan

berinteraksi dengan nilai-nilai positif dari budaya lain. Pandangan R.A

Kartini tentang pendidikan karakter terbentuk dari keseharian kondisi sosial

65

R.A. Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 298. 66

R.A. Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 111.

Page 62: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

61

kultural masyarakat Jawa pada era itu. Dalam hal ini kita bisa melihat

agency R.A Kartini, terutama aspek practical evaluative, yakni R.A Kartini

memberi respon terhadap masyarakat Jawa yang kurang apresiatif terhadap

pendidikan dan melihat pendidikan adalah upaya westernisasi (pembaratan).

Sebagai respon terhadap hal itu, R.A Kartini menyatakan bahwa inti dari

pendidikan adalah pendidikan karakter, yang berakar pada budaya setempat.

Pendidikan yang ditujukan tidak bermaksud mencerabut seseorang dari

akar budayanya dan menjadikannya orang asing.

Telah lama dan telah banyak saya memikirkan perkara pendidikan,

terutama akhir-akhir ini. Saya pandang pendidikan itu sebagai kewajiban

yang demikian mulia dan suci, sehingga saya pandang suatu kejahatan

apabila tanpa kecakapan yang sempurna saya berani menyerahkan tenaga

untuk perkara pendidikan. Sebelumnya harus dibuktikan, apakah saya

mampu menjadi pendidik. Bagi saya pendidikan itu merupakan

pembentukan budi dan jiwa. Aduh, sama sekali saya tidak akan dapat

berpuas diri apabila sebagai guru, saya merasa tidak dapat menjalankan

tugas seperti yang saya wajibkan sendiri kepada pendidik yang baik,

walaupun misalnya orang tidak merasa tidak puas juga terhadap saya.

Saya merasakan demikian, bahwa dengan mengembangkan pikiran saja

tugas pendidik belum selesai, belum boleh selesai. Seorang pendidik harus

juga memelihara pembentukan budi pekerti, walaupun tidak ada hukum

yang secara pasti mewajibkannya melakukan tugas itu. Secara moral ia

wajib berbuat demikian. Peradaban, kecerdasan pikiran, belumlah

merupakan jaminan bagi kesusilaan. Dan orang tidak boleh terlalu

menyalahkan mereka yang budi pekertinya tetap jelek meskipun

pikirannya cerdas benar. Sebab dalam kebanyakan hal, kesalahan tidak

terletak pada mereka sendiri, melainkan pada pendidikan mereka.67

Kalimat R.A Kartini yang menyatakan “Bagi saya pendidikan itu

merupakan pembentukan budi dan jiwa”, adalah merupakan bagian dari

pendidikan karakter, dimana kepribadian total manusia secara seimbang

dilatih melalui latihan spiritual, intelektual, rasional diri, perasaan dan

kepekaan tubuh manusia itu sendiri. R.A Kartini juga mengemukakan

67

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 111.

Page 63: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

62

bagaimana seorang guru atau pendidik juga mempunyai akhlak yang baik.

Karena dari tangan seorang pendidik, akan lahir anak-anak yang pintar

namun juga terjaga tingkah lakunya. “Seorang pendidik harus juga

memelihara pembentukan budi pekerti”.

Menurut Ahmad Muhammad Jamal, pendidikan Islam dan dakwah

Islam dapat dibedakan atas dasar objek formalnya. Objek pendidikan

Islam adalah subjek didik yang dididik di dalam keluarga, sekolah, dan

masyarakat. Sedangkan objek dakwah Islam adalah masyarakat yang

menyimpang dari ajaran Islam, dan para rasul diutus untuk meluruskan

penyimpangan tersebut. Menurut Muhammad Jawwad Rida, inti

pendidikan Islam sebagai „madrasah‟ (tempat belajar) bagi umat Islam.

Berdasarkan pengertian itu, pendidikan Islam dimaksudkan sebagai usaha

yang dilakukan Islam dalam rangka pembentukan masyarakat „baru‟,

sebagai lawan bagi masyarakat Jahiliyyah. Hal yang sama juga

diungkapkan oleh Muhammad al-Sayyid Sultan, bahwa Islam adalah suatu

kekuatan edukatif (quwwah tarbiyah). Dalam arti, Islam memiliki peranan

edukatif dalam membentuk suatu masyarakat agar mempunyai nilai-nilai

moral dan sosial dalam pengertian yang luas. Secara lebih rinci

Abdurrahman al-Nahlawi menyebutkan bahwa pendidikan Islam

merupakan suatu proses penataan individual dan sosial yang dapat

menjadikan seseorang tunduk dan taat sekaligus menerapkan Islam secara

sempurna dalam kehidupan individu dan masyarakat. Berdasarkan

pengertian itu, pendidikan Islam bertugas membimbing manusia agar

Page 64: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

63

dapat menjalankan amanat yang diembannya. Amanat itu bersifat

individual dan sosial.68

Dalam suratnya yang lain, R.A Kartini menuliskan juga bagaimana

mendidik tidak sekedar menjadi guru. Tapi juga harus bisa memberikan

contoh yang baik kepada peserta didik.

Jika sudah pasti tidak bisa mendidik satu bangsa yang jumlah

penduduknya 27 juta jiwa, maka lebih mudah untuk sementara mendidik

pada lapisan-lapisan tertinggi bangsa itu. Lapisan yang telah maju itu

akan merupakan berkah bagi lapisan-lapisan di bawahnya. Rakyat

biasanya sangat lekat dengan bangsawannya dan apa yang datang dari

bangsawan akan mudah ditiru oleh rakyat.

Bangsawan berhak akan sanjung puji rakyat dan itu harus patut dijunjung

tinggi. Budi luhur ini akan sangat berguna bagi rakyat. Ke arah itulah

bangsawan harus dibawa oleh pemerintah. Dan ini hanya dapat dicapai

apabila bangsawan diberi pendidikan yang baik, pendidikan yang bukan

semata-mata didasarkan atas kecerdasan otak, melainkan yang sungguh-

sungguh memperhatikan pembentukan akhlak pula. Dengan kecerdasan

otak, maka dengan sendirinya perasaan akan menjadi beradab, menjadi

mulia. Begitu banyak yang tak terhitung yang membuktikan, bahwa

kecerdasan pikiran yang tinggi masih belum merupakan jaminan yang

mutlak untuk keluhuran budi. Pendidikan harus memperhatikan

perkembangan akhlaknya. Tanpa budi pekerti, pengajaran yang terbaik

pun tidak akan menghasilkan sesuatu sangat diharapkan.69

Pada kalimat “pendidikan yang bukan semata-mata didasarkan atas

kecerdasan otak, melainkan yang sungguh-sungguh memperhatikan

pembentukan akhlak pula. Dengan kecerdasan otak, maka dengan

sendirinya perasaan akan menjadi beradab, menjadi mulia”, dengan jelas

R.A Kartini menggambarkan bahwa pendidikan itu penting, namun yang

lebih utama dalam pendidikan adalah menjaga akhlak dengan baik.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Fazlur Rahman, bahwa Islam

68

Abdullah Idi dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006,

46-47. 69

R.A. Kartini, Habis Gelap terbitlah Terang…, 468.

Page 65: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

64

memandang ilmu pengetahuan itu baik, yang buruk adalah

penyalahgunaannya. Manusia boleh mengembangkan ilmu pengetahuan

asal disertai dengan tanggung jawab (responsibility). Menurut Rahman,

manusia memiliki kebebasan (freedom). Dengan kata lain, manusia

memiliki kebebasan dalam melakukan apapun, termasuk dalam

mengembangkan ilmu pengetahuan. Jika tidak bisa menjaga akhlaknya

maka manusia akan mengalami krisis. Sebagaimana Fazlur Rahman dalam

analisisnya menyatakan bahwa krisis yang dialami manusia meliputi krisis

identitas, krisis kesadaran, dan krisis kepercayaan, karena manusia lupa

akan dirinya dan mengembangkan potensi dirinya.70

C. Relevansi Pemikiran R.A Kartini terhadap Pendidikan Humanistik

Pendidikan humanistik adalah di mana seseorang harus mempunyai

kemampuan untuk mengarahkan sendiri perilakunya dalam belajar (self

regulated learning), apa yang akan dipelajari dan sampai tingkatan mana,

kapan, dan bagaimana mereka akan belajar. Ide pokoknya adalah

bagaimana seseorang yang belajar mengarahkan diri sendiri, sekaligus

memotivasi diri sendiri dalam belajar daripada sekedar menjadi penerima

pasif dalam proses belajar. Dari beberapa penelitian dengan mengarahkan

dan memotivasi diri sendiri, seseorang lebih memiliki motivasi besar untuk

belajar.71

70

Abdullah Idi dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam…, 38. 71

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar Ruzz

Media, 2008, 142.

Page 66: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

65

Aliran humanistik memandang bahwa belajar bukan sekedar

pengembangan kualitas kognitif saja, melainkan juga sebuah proses yang

terjadi dalam diri individu yang melibatkan seluruh bagian atau domain

yang ada. Domain-domain tersebut meliputi domain kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Dengan kata lain, pendekatan humanistik dalam

pembelajaran menekankan pentingnya emosi atau perasaan, komunikasi

yang terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh seseorang. Sehingga tujuan

yang ingin dicapai dalam proses belajar itu tidak hanya dalam domain

kognitif saja, tetapi bagaimana menjadi individu yang bertanggungjawab,

penuh perhatian terhadap lingkungannya, serta mempunyai kedewasaan

emosi dan spiritual.72

Seperti kutipan dari surat R.A Kartini yang ditujukan kepada Tuan

E.C Abendanon.

Bagaimana jalannya memasukkan landasan budi pekerti itu pada orang

dewasa dan setengah dewasa? Menurut pertimbangan saya adalah dengan

bacaan. Patutlah diterbitkan majalah yang berisi bacaan ringan (supaya

banyak dibaca orang), tetapi selalu dengan maksud hendak mendidik.

Cita-cita yang serupa dengan yang hendak kami capai dalam usaha

mendidik anak-anak yaitu sambil bermain-main kami beri pelajaran dan

kami didik, kenapa tidak dapat diturut pula dalam usaha mendidik orang

dewasa?73

Hal ini juga terlihat dalam kutipan surat R.A. Kartini lainnya:

Jika sudah pasti tidak bisa mendidik satu bangsa yang jumlah

penduduknya 27 juta jiwa, maka lebih mudah untuk sementara mendidik

pada lapisan-lapisan tertinggi bangsa itu. Lapisan yang telah maju itu

akan merupakan berkah bagi lapisan-lapisan di bawahnya. Rakyat

72

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran…, 142. 73

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 389.

Page 67: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

66

biasanya sangat lekat dengan bangsawannya dan apa yang datang dari

bangsawan akan mudah ditiru oleh rakyat.

Bangsawan berhak akan sanjung puji rakyat dan itu harus patut dijunjung

tinggi. Budi luhur ini akan sangat berguna bagi rakyat. Ke arah itulah

bangsawan harus dibawa oleh pemerintah. Dan ini hanya dapat dicapai

apabila bangsawan diberi pendidikan yang baik, pendidikan yang bukan

semata-mata didasarkan atas kecerdasan otak, melainkan yang sungguh-

sungguh memperhatikan pembentukan akhlak pula. Dengan kecerdasan

otak, maka dengan sendirinya perasaan akan menjadi beradab, menjadi

mulia. Begitu banyak yang tak terhitung yang membuktikan, bahwa

kecerdasan pikiran yang tinggi masih belum merupakan jaminan yang

mutlak untuk keluhuran budi. Pendidikan harus memperhatikan

perkembangan akhlaknya. Tanpa budi pekerti, pengajaran yang terbaik

pun tidak akan menghasilkan sesuatu sangat diharapkan.74

Dari pernyataan R.A Kartini di atas, terlihat jelas bahwa apa yang

dituliskan oleh R.A Kartini adalah selaras dengan konsep pendidikan

humanistik. Di mana seseorang dinilai tidak hanya pintar secara aspek

kognitif saja, melainkan juga emosi dan spiritual berperan penting dalam

pembentukan akhlak dan karakter individu. Seperti kutipan yang ditulis

R.A Kartini, “pendidikan yang bukan semata-mata didasarkan atas

kecerdasan otak, melainkan yang sungguh-sungguh memperhatikan

pembentukan akhlak pula. Dengan kecerdasan otak, maka dengan

sendirinya perasaan akan menjadi beradab, menjadi mulia”.

Para ahli psikologi pendidikan menyatakan bahwa pada dasarnya

pendidikan humanistik bukanlah sebuah strategi belajar, melainkan

sebagai sebuah filosofi belajar yang sangat memperhatikan keunikan-

keunikan yang dimiliki oleh seseorang, bahwa setiap pribadi mempunyai

cara sendiri dalam mengkonstruk ilmu pengetahuan yang dipelajarinya.

74

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 468.

Page 68: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

67

Pembelajaran dengan pendekatan ini juga lebih menghargai domain-

domain lain yang ada dalam diri seseorang selain domain kognitif dan

psikomotorik, sehingga dalam proses pembelajarannya nilai-nilai

kemanusiaan yang ada dalam diri seseorang mendapatkan perhatian untuk

dikembangkan.75

Pendidikan humanistik dalam The Encyclopedia of Education

dimaknai sebagai:

an education shaped by these guiding assumptions of humanism– will

be a nonspecialist or general education, an education in humanity

rather than in the knowledge peculiar to a distinct profession.

Accordingly, each interpretation of the distinctively human powers

could in principle generate a corresponding form a nonspecialist

education entitled to be called humanistic.

(pendidikan yang bersumber dari asumsi ajaran humanisme. Model

pendidikan ini lebih merupakan pendidikan kemanusiaan daripada

pendidikan tentang pengetahuan-pengetahuan yang khusus untuk

profesi tertentu. Pendidikan humanistik adalah pendidikan umum

sehingga bukan pendidikan spesialis. Penafsiran terhadap kekuatan

manusia yang unik pada dasarnya dapat menghasilkan bentuk yang

sama dengan pendidikan non-spesialis yang disebut dengan

humanistik).76

Sebagaimana yang dikemukakan oleh R.A Kartini dalam salah satu

suratnya.

Kami telah turut merintis jalan menuju ke situ dan itu pun sudah membuat hati

kami bahagia. Jangan cemas, calon suami saya tidak akan membatasi gerak

saya. Bahkan sebaliknya, karena cita-cita saya yang membumbung tinggi

itulah, maka pandangannya terhadap saya naik. Karena itu maka akan lebih

banyak lagi kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengembangkan

sayap saya. Lapangan usaha saya akan diperluasnya.77

75

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran…, 143. 76

Musthofa, “Pemikiran Pendidikan Humanistik dalam Islam”, Jurnal Kajian Islam, vol. 3, no. 2,

2011, 167. 77

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang, 427.

Page 69: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

68

Juga terlihat dalam surat R.A Kartini yang lain:

Simpati saudara sekalian terhadap usaha kami membuat kami bahagia, simpati

seperti itu bagi kami merupakan bantuan batin yang besar dan membuat kami

memiliki harapan yang lebih banyak lagi, memiliki keberanian yang lebih

banyak dan kepercayaan yang lebih banyak menghadapi hari depan, yang

pasti sekali bukan hanya akan membawakan bunga dan cahaya matahari bagi

kami, melainkan banyak sekali perjuangan, kesusahan dan barangkali duka

cita pula. Tetapi tanpa perjuangan dan susah payah di manakah akan kita

peroleh sesuatu yang bernilai? Kami sudah dapat memastikan harus berjuang

dengan gigih dan tegar hati. Sebab pendapat lama yang turun-temurun, pikiran

yang telah berkarat, tidak akan tersisihkan dengan satu helaan napas. Harus

banyak air mata meleleh, harus banyak darah luka hati mengalir, untuk

menghanyutkan warisan pikiran turun-temurun yang tak membawa rahmat,

untuk menghapus pikiran yang telah berkarat. Kami tahu, tetapi kami tetap

berlutut juga di muka altar keinginan jiwa kami, cita-cita kami!. Keberatan,

kesulitan, tak dapat diingkari adanya. Tetapi haruskah karena segala itu kami

mengabaikan perkara kami dan duduk bertopang dagu?. Begitu indah

kemenangan yang hendak kami capai atas kebodohan, atas prasangka bangsa

kami bagi bangsa itu sendiri. Kemenangan yang gilang gemilang patut kami

perjuangan seumur hidup, sebab kemenangan itu akan mendatangkan rahmat

bagi amat banyak orang.78

Pemikiran R.A. Kartini tentang pendidikan, lebih lanjut, bisa dilihat

keselarasannya dengan konsep pendidikan humanistik teistik, atau lebih

spesifik, humanistik-Islami. Humanistik teistik adalah sebuah pandangan

humanistik yang berdasar pada nilai-nilai ketuhanan. Dalam hal ini humanistik

teistik adalah sebuah respons terhadap konsep humanistik ateistik, yang lebih

menekankan kebebasan individu, dengan mengabaikan peran dan kuasa

Tuhan.79

Konsep “pendidikan humanistik-Islami” mencakup dua konsep

pendidikan yang ingin diintegrasikan, yakni pendidikan humanistik dan

pendidikan Islam. Dalam pengintegrasian dua konsep pendidikan ini

78

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 369-370. 79

Arthur James Balfour, Theism and Humanism, Seattle: Inkling Books Seattle, 2000, 19-20.

Page 70: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

69

dimaksudkan juga untuk mengurangi kelemahannya. Pendidikan humanistik

yang menekankan kemerdekaan individu diintegrasikan dengan pendidikan

religius (Islam) agar dapat membangun kehidupan sosial yang menjamin

kemerdekaan dengan tidak meninggalkan nilai ajaran agama. Kemerdekaan

individu dalam pendidikan humanistik-Islami dijiwai dengan spirit ajaran Islam

yang bersumber pada al-Quran dan Hadits. Nilai-nilai agama diharapkan

menjadi pendorong perwujudan nilai-nilai kemanusiaan. Pemisahan antara

kedua konsep tersebut akan menyebabkan tidak terwujudnya nilai-nilai

humanisme Islam dalam sistem pendidikan.80

Kata “Islam” dalam istilah tersebut tidak dimaksudkan untuk

mendikotomikannya dari jenis pendidikan lain, meskipun dengan sendirinya

memasuki wilayah perbedaan antara keduanya. Lafal “Islam” hanya untuk

menegaskan bahwa kajiannya didasarkan pada nilai-nilai atau ajaran Islam.

Karena itu, “pendidikan humanistik-Islami” hanyalah merupakan suatu model

pendidikan yang bersumber dari nilai-nilai ajaran Islam yang pelaksanaannya

menggunakan humanisme sebagai pendekatan. Pendidikan ini menjadikan

humanisme Islam sebagai pijakan dalam pelaksanaannya.81

Dalam Islam, pemikiran pendidikan humanistik bersumber dari misi

utama kerasulan Muhammad, yaitu memberikan rahmat dan kebaikan kepada

seluruh umat manusia dan alam semesta. Sebagaimana terdapat pada Al Quran

surat Saba’/34 ayat 28.

80

Musthofa, “Pemikiran Pendidikan Humanistik dalam Islam”…, 166. 81

Musthofa, “Pemikiran Pendidikan Humanistik dalam Islam”…, 167.

Page 71: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

70

Artinya: “Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan

kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai

pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Spirit ayat inilah yang mengilhami pemikiran pendidikan yang

dikembangkan menjadi pendidikan humanistik. Pendidikan Islam yang dibangun

atas dasar sifat dan karakteristik dan nilai-nilai humanisme disebut pendidikan

humanistik-Islami. Pemikiran ini merupakan sebuah hasil olah pikir atau ijtihad

para cendekiawan muslim pakar pendidikan tentang upaya mewujudkan nilai-nilai

kemanusiaan yang menjadi dasar humanisme Islam. Hal ini menunjukkan titik

sinkron antara konsep pendidikan Islam dan makna dasar humanisme yang berarti

pendidikan bagi manusia.82

Pendidikan humanistik dalam Islam bisa didefinisikan sebagai “proses

pendidikan yang lebih memperhatikan aspek potensi manusia sebagai makhluk

sosial dan makhluk religius, ‘abdullah dan khalifatullah, serta sebagai individu

yang diberi kesempatan oleh Tuhan untuk mengembangkan potensi-

potensinya”.Pendidikan humanistik-Islami akan merealisasikan tujuan humanisme

Islam, yaitu keselamatan dan kesempurnaan manusia karena

kemuliaannya. Sistem pendidikan ini akan membentuk peserta didik

menjadi ‘abdullah dan khalifatullah sebagai manusia mulia. Pemikiran

82

Musthofa, “Pemikiran Pendidikan Humanistik dalam Islam”…, 168.

Page 72: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

71

pendidikan ini Pendidikan humanistik memandang manusia sebagai manusia,

yakni makhluk ciptaan Allah dengan fitrah-fitrah tertentu. Hal ini ditandai dengan

kepemilikan hak hidup dan hak asasi manusia.83

Pengembangan potensi ini hanya mungkin terwujud bila pelaksanaan

pendidikan didasarkan pada prinsip humanisme, yaitu terlindunginya nilai-nilai

hidup, harkat, dan martabat manusia. Al-Attas mendasarkan konsep ta’dib pada

sebuah Hadis Nabi: Addaba-ni Rabbi fa-ahsana ta’dibi (Tuhan telah mendidikku

dan kemudian menyempurnakan pendidikan akhlakku). Kandungan ta’dib adalah

akhlak. Ta’dib dimaksudkan dengan mendidik yang lebih tertuju kepada

pembinaan dan penyempurnaan akhlak. Konsep ini sesuai dengan tema sentral

humanisme Islam, yaitu kebaikan akhlak. Hal ini berbeda dengan humanisme

Barat yang pendidikannya ditujukan hanya untuk pengembangan diri yang matang

(self actualization). Akhlak mulia tidak sama dengan moralitas di Barat. Di sinilah

terletak hakekat pengembangan potensi dalam paradigma pendidikan Islam.84

Pengembangan potensi ini hanya mungkin terwujud bila pelaksanaan

pendidikan didasarkan pada prinsip humanisme, yaitu terlindunginya nilai-nilai

hidup, harkat, dan martabat manusia. Perlindungan ini berfungsi untuk menjamin

potensi anak didik supaya bisa teraktulisasi secara maksimal. Pendidikan

humanistik dalam Islam berupaya memahami kebenaran, kebaikan universal, dan

aktualisasi diri lebih jauh ke kehidupan spiritual (dimensi vertikal), di samping

memahami realitas dan permasalahan kehidupan manusia (dimensi horizontal)

dalam kehidupan bersama. Dengan demikian, pendidikan humanistik-Islami

83

Musthofa, “Pemikiran Pendidikan Humanistik dalam Islam”…, 169. 84

Musthofa, “Pemikiran Pendidikan Humanistik dalam Islam”…, 169.

Page 73: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

72

adalah pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai humanisme Islam, yaitu

liberasi, humanisasi, dan transendensi. 85

Konsep pendidikan humanistik disinyalir berakar dari psikologi

humanistik, yang dikembangkan Abraham Maslow. Maslow merumuskan hirarki

kebutuhan (hierarchy of needs), yang mencakup: (a) kebutuhan fisiologis

(physiological needs), (b) kebutuhan akan rasa aman dan nyaman (safety and

security), (c) kebutuhan akan kasih sayang dan keterikatan (love and belonging),

(d) kebutuhan akan harga diri (self esteem), dan (e) kebutuhan akan aktualisasi

diri.86

Pengembangan potensi ditujukan pada ciri utama manusia, berupa

kemampuan diberi motivasi guna mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan ini

dalam pandangan Maslow memberikan tekanan lebih besar pada pengembangan

potensi seseorang, terutama potensinya untuk menjadi manusiawi, memahami diri

dan orang lain serta berhubungan dengan mereka, mencapai pemuasan atas

kebutuhan-kebutuhan dasar manusia, tumbuh ke arah aktualisasi diri. Pendidikan

ini akan membantu orang menjadi pribadi yang sebaik-baiknya sesuai

kemampuannya. Dengan teraktualisasinya potensi itu, manusia akan menjadi

manusia yang sesungguhnya.87

Dengan demikian, hubungan humanisme dengan pendidikan berkisar pada

asumsi etis yang diasosiasikan dengan konsep yang ditawarkan kalangan humanis

tentang kemampuan manusia. Manusia diasumsikan sebagai sumber

85

Musthofa, “Pemikiran Pendidikan Humanistik dalam Islam”…, 170. 86

Abraham Maslow, “A Theory of Human Motivation”, Psychological Review, vol. 50 (1943),

370. 87

Musthofa, “Pemikiran Pendidikan Humanistik dalam Islam”…, 168.

Page 74: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

73

kesempurnaan dan kebaikan. Sifat baik itu dimiliki setiap orang yang memiliki

kesempatan dan kemampuan intelektual untuk menerima pendidikan. Untuk itu,

teori pendidikan harus didasarkan pada identifikasi yang sebenarnya tentang

manusia dan merancang pembelajaran yang akan menyempurnakan

kemampuannya berdasar atas nilai kemanusiaan tersebut.88

Pemikiran R.A. Kartini tentang pendidikan bersentuhan dengan konsep

psikologi humanistik, terutama tentang aktualisasi diri. R.A. Kartini sendiri adalah

wujud nyata dari proses aktualisasi diri. Dia tidak berhenti pada kebutuhan yang

berkisar pada fisiologis dan psikologis, namun sudah beranjak ke aktualisasi diri.

Namun perlu dicatat bahwa aktualisasi diri R.A. Kartini tidak berhenti pada

wilayah yang duniawi dan tidak terkait dengan Tuhan. Aktualisasi diri R.A.

Kartini terkait dengan pendidikan akhlak, yang merupakan penyangga utama dari

pendidikan Islam. Dalam surat-surat R.A. Kartini terlihat pemikirannya tentang

pendidikan akhlak. Dengan demikian, arah dari aktualisasi diri R.A. Kartini

bukanlah menjadi “super woman” (perempuan super) namun menjadi

“khalifatullah fil ‘ard” (orang yang diberi tugas menjadi sosok pemimpin di muka

bumi).

88

Musthofa, “Pemikiran Pendidikan Humanistik dalam Islam”…, 168.

Page 75: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

74

BAB IV

KONTEKSTUALISASI PEMIKIRAN R.A. KARTINI DALAM

REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM

A. Pentingnya Rekonstruksi Pendidikan Islam di Indonesia

Pengertian pendidikan Islam menurut Ali Ashraf adalah

pendidikan yang melatih sensibilitas murid-murid sedemikian rupa

sehingga perilaku kehidupan, langkah-langkah dan keputusan, serta

pendekatan pada semua ilmu pengetahuan mereka diatur oleh nilai-nilai

etika Islam yang sangat dalam dirasakan.89

Dalam memberikan definisi pendidikan Islam, Ashraf lebih

menekankan aspek sensibilitas. Pengertian tersebut mengandung unsur

praktis yang dilakukan sekolah sebagai lembaga pendidikan. Apabila

murid-murid dapat memiliki sensibilitas yang diatur oleh nilai-nilai etika

Islam, berarti usaha pendidikan dikatakan telah berhasil. Karena

pendidikan Islam bersentuhan langsung dengan pendidikan akhlak.90

Sebagaimana yang dikemukakan dalam „World Conference on

Muslim Education‟ yang pertama di Mekkah tanggal 31 Maret sampai

April 1977, disebutkan:

Education should aim at balanced growth of the total personality

of man through the training of many spirit, intellect, the rational

self, feelings, and bodily senses. Education should therefore cater

for the growth of man in all its aspects: spiritual, intellectual,

imaginative, physical, scientific, linguistic both individually and

89

Ali Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam, alih bahasa Sori Siregar, Jakarta: Pustaka Firdaus,

1996, 23. 90

Abdullah Idi dan Toto Suharto, Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006,

48.

Page 76: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

75

collectively and motivate all these aspects towards goodness and

the attainment of perfection. The ultimate aim of Muslim education

lies in the realization of complete submission to Allah on the level

of individual, the community and humanity and large.91

(Pendidikan seharusnya bertujuan menimbulkan pertumbuhan

kepribadian total manusia secara seimbang melalui latihan spiritual,

intelektual, rasional diri, perasaan dan kepekaan tubuh manusia.

Oleh karena itu, pendidikan seharusnya menyediakan jalan bagi

pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya: spiritual, intelektual,

imajinasi, fisik, ilmiah, linguistik baik secara individual maupun

secara kolektif dan memotivasi semua aspek tersebut untuk

mencapai kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan

Islam terletak pada realisasi kepasrahan mutlak kepada Allah pada

tingkat individual, masyarakat, dan kemanusiaan pada umumnya).

Konsep pendidikan menurur World Conference tersebut selaras

dengan konsep pendidikan menurut Seyyed Hossein Nasr. Menurut Nasr

pendidikan Islam merujuk pada totalitas manusia yang mencakup aspek

rasional, moral dan spiritual. Konsepsi tentang tujuan pendidikan yang

demikian kiranya senada dengan yang dikemukakan para pakar lain

semisal Al-Attas yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah bukan

untuk mewujudkan warga negara yang baik, namun untuk mewujudkan

manusia yang “baik” yakni, manusia paripurna (al-insan al-kamil) yang

bercirikan universalis dalam wawasan dan otoritatif dalam ilmu yakni

sesuai dengan fungsi diciptakannya manusia di mana ia membawa dua

misi, yaitu sebagai khalifat Allah fî al-ard} dan sebagai hamba Allah (‘abd

Allah).92

Pendidikan Islam tentunya memperhatikan aspek-aspek khusus dari

masyarakat setempat. Dalam konteks Indonesia, pendidikan Islam

91

Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1988, 308. 92

Asfa Widiyanto, „Rekontekstualisasi Pemikiran Seyyed Hossein Nasr tentang Bangunan Ilmu

dan Pendidikan Islam“, Islamica: Jurnal Studi Keislaman, vol. 11, no.2, (2017), 292.

Page 77: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

76

tentunya memperhatikan sosio-kultural masyarakat Indonesia. Dalam

kerangka itu, pendidikan Islam yang di Indonesia, tentunya

memperhatikan keindonesiaan dan keislaman. Dengan demikian

pendidikan dimaksudkan untuk proses penyiapan generasi muda untuk

menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih

efektif dan efisien. Pendidikan lebih dari sekedar pengajaran, dengan

proses transfer namun lebih kepada pembentukan kepribadian dengan

segala aspek yang dicakupnya.93

Seperti yang dituliskan oleh R.A Kartini

mengenai pendidikan yang harus memperhatikan tingkah laku dan budi

pekerti yang baik. “Pendidikan harus memperhatikan perkembangan

akhlaknya. Tanpa budi pekerti, pengajaran yang terbaik pun tidak akan

menghasilkan sesuatu sangat diharapkan”.94

Lalu apa kaitannya dengan pendidikan Islam Indonesia. Menurut

definisi KH. Afifuddin Muhajir dalam tulisannya menyatakan bahwa Islam

Indonesia adalah paham dan praktik keislaman di bumi nusantara sebagai

hasil dialektika antara teks syariat dengan realitas budaya setempat.95

Dengan demikian pengertian pendidikan Islam Indonesia mengandung

pengertian bahwa pendidikan yang sudah terakulturasi (tercampur) dan

sudah disesuaikan dengan kondisi budaya Indonesia. Sedangkan

Pendidikan Islam di Indonesia menyiratkan adanya pola pendidikan Islam

yang bersumber dari nilai-nilai Islam seperti dalam al Quran dan Hadits

93

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, Jakarta:

Logos Wacana Ilmu, 1999, 3. 94

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 468. 95

Akhmad Sahal, Islam Nusantara, Bandung: Mizan Pustaka, 2015, 17.

Page 78: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

77

dan kemudian diterapkan serta diajarkan di Indonesia. Seperti yang

dirumuskan oleh Hasan Langgulung, bahwa pendidikan Islam merupakan

sebuah proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan,

memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan

fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.96

Pendidikan Islam di Indonesia perlulah senantiasa ditata ulang

sehingga selaras dengan kemajuan zaman dan tuntutan masyarakat. Dalam

hal ini kiranya perlu dikemukakan pernyataan Toto Suharto tentang

pendekatan kontekstual dalam Filsafat Pendidikan Islam:

Maksud pendekatan kontekstual di sini adalah pendekatan yang mencoba

memahami Filsafat Pendidikan Islam dalam konteks sosial, politik,

budaya dan sebagainya di mana pendidikan Islam itu berada. Ia

bermaksud menjelaskan situasi-situasi dan perkembangan suatu proses

pendidikan yang muncul dari konteks-konteks itu. Jadi, pendekatan

konstektual lebih mengarah kepada situasi dan kondisi yang sosiologis-

antropologis. Aspek sosiologis dan antropologis suatu pendidikan

dibedah sedemikian rupa dalam filsafat pendidikan, sehingga diketahui

relevansi dan akseptabilitasnya dengan suatu tujuan pendidikan yang

telah ditetapkan. Pendekatan ini pada intinya mempertanyakan apakah

proses pendidikan yang dilaksanakan secara sosiologis-antropologis itu

sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan secara filosofis

ataukah tidak? Atau sebaliknya, apakah tujuan pendidikan yang telah

dirumuskan itu sesuai dengan tuntutan masyarakat secara sosiologis-

antropologis di lapangan atau tidak.97

Pendidikan Islam di Indonesia perlulah senantiasa ditata ulang

karena mengingat bahwa zaman sudah berkembang dan begitu juga

dengan tuntutan kebutuhan masyarakat. Pendidikan Islam di Indonesia

juga perlu ditata ulang mengingat ada keterbatasan dan kelemahan dari

produk pendidikan Islam di Indonesia. Salah satu kelemahan dari

pendidikan Islam di Indonesia adalah masih melahirkan pribadi-pribadi

96

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru…, 5. 97

Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Ar-Ruz, 2006, 57.

Page 79: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

78

yang berkepribadian pecah (split personality), misal: beribadah rajin tapi

disisi lain juga melakukan tindak pencurian, beribadah rajin tapi

melakukan kekerasan terhadap orang lain, beribadah rajin tapi kurang

menghormati perbedaan agama. Pendidikan Islam idealnya bisa

melahirkan pribadi yang utuh, bukan hanya saleh secara ritual, namun juga

saleh secara sosial dan profesional.

B. Kontekstualisasi Pemikiran R.A. Kartini tentang Pendidikan

Karakter

Secara bahasa, karakter berasal dari bahasa Yunani, charassein, yang

artinya „mengukir‟. Dari arti bahasa ini, arti mengukir dimaknakan sebagai

sifat utama ukiran adalah melekat kuat di atas benda yang diukir. Tidak

mudah using tertelan waktu atau aus terkena gesekan.98

R.A Kartini mengemukakan akan pentingnya pendidikan akhlak

sebagai inti dari peradaban sebuah bangsa. Dalam tulisannya, R.A Kartini

mengemukakan:

Bila orang hendak sungguh-sungguh memajukan peradaban, maka

kecerdasan pikiran dan pertumbuhan budi harus sama-sama dimajukan.

Siapa yang paling banyak berbuat untuk yang terakhir, yang paling

banyak membantu mempertinggi kadar budi manusia? Wanita, ibu.

Karena manusia pertama-tama menerima pendidikan dari seorang

perempuan. Dari tangan seorang perempuanlah, anak-anak mulai belajar

merasa, berpikir, dan berbicara. Didikan pertama kali itu bukan tanpa arti

bagi seluruh penghidupan. Salah satu sifat orang Jawa yang kurang baik,

dan kalau perlu dibasmi, adalah sifat gila sanjungan. Jika sampai berhasil

dibasmi, tentu hal itu akan banyak membantu memakmurkan Jawa dan

kami hanya dapat mencapainya melalui pendidikan akhlak.99

98

Abdullah Munir, Pendidikan Karakter, membangun karakter anak sejak dari rumah,

Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2010, 2. 99

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 51.

Page 80: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

79

R.A Kartini mengemukakan bagaimana pentingnya pendidikan

karakter yang dimulai dari keluarga. Dalam hal ini perempuan yaitu ibu

yang memegang peranan penting untuk mendidik anak-anak, agar kelak

ketika dewasa mereka sudah dibekali dengan akhlak yang baik, sehingga

bisa menjadi pribadi yang rendah hati, tidak mudah puas dengan apa yang

dicapai. Karena kunci kesuksesan bukan hanya pada kecerdasan otak

belaka namun kecerdasan emosi juga mendapatkan andil dalam

menentukan keberhasilan.

Pemikiran R.A. Kartini tentang pendidikan karakter menemukan

relevansinya dalam kurikulum 2013 yang sangat menekankan pendidikan

karakter. Kita menyaksikan ada dan berkembangnya fragmentasi

kehidupan, menguatnya egoisme pribadi dan kolektif, marak dan

meluasnya aneka konflik, rusaknya komunitas moral, dan meluasnya

aneka kesenjangan yang mengisi pemberitaan media publik. Identitas

karakter bangsa semakin tidak jelas, nyaris kehilangan jati diri.

Menghormati jabatan lebih penting dari menghormati pribadi sebagai

manusia. Pemahaman dan penghormatan terhadap manusia dan

kemanusiaannya terlupakan.100

Pendidikan karakter dimaksudkan antara lain untuk memberikan

solusi dan mencegah kasus-kasus tersebut, di samping tentunya

menanamkan nilai-nilai positif yang memainkan peranan penting dalam

menumbuhkan pribadi unggul dan berkarakter. Kemajuan sebuah bangsa

100

Suyata, Pendidikan Karakter dalam Prespektif Teori dan Praktik, Yogyakarta: UNY Press,

2011, 3.

Page 81: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

80

diyakini sangat bergantung pada kekuatan karakter dari generasi penerus

bangsa.

R.A. Kartini sangat memperhatikan tentang karakter bangsa. Hal

ini antara lain terlihat dalam kutipan pemikiran R.A. Kartini berikut: “Hal-

hal yang baik dari bangsa lain, kini ingin sekali kami berikan kepada

bangsa sendiri. Bukan untuk mendesak sifat-sifat asli yang baik dan

menggantinya dengan yang asing, melainkan untuk memuliakannya”.101

Pemikiran R.A. Kartini tersebut menemukan relevansinya dan bisa kita

kontekstualisasikan dalam konteks sekarang yakni, terkait dengan

pengembangan karakter bangsa.

Sebelum kita membahas lebih jauh tentang R.A. Kartini dan

karakter bangsa, perlu kiranya dikemukakan apa yang dimaksud dengan

karakter bangsa. Karakter bangsa dipahami sebagai “tata nilai budaya dan

keyakinan yang mengejawantah dalam kebudayaan dan masyarakat dan

memancarkan ciri-ciri khas keluar sehingga dapat ditanggapi orang luar

sebagai kepribadian masyarakat tersebut”.102

Karakter bangsa menjadi perhatian dari pemerintah, terutama

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Hal ini antara lain terlihat dari

pasal 3 UU No. 20 tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan dan membantu

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan bangsa. Bertujuan untuk berkembangnya potensi,

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman yang bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

101

R.A. Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 111. 102

Ade Armando, Refleksi Karakter Bangsa, Jakarta: Forum Kajian Antropologi Indonesia, 2008,

8.

Page 82: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

81

cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.

Karakter bangsa terbentuk dari suatu masyarakat yang merupakan

bagian penting dari kebudayaan masyarakat itu sendiri. Masyarakat

Indonesia dari dahulu, sekarang, dan yang akan datang terus majemuk,

plural, beraneka ragam, namun diharapkan dapat hidup berdampingan,

saling bertenggang rasa. Dengan harapan Indonesia bisa menjadi negara

yang utuh, demokratis, adil, dan makmur tanpa diskriminasi, yang

didasarkan pada ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 103

Konsep karakter bangsa belakangan ini semakin menguat dalam

wacana pendidikan Indonesia. Hal ini terutama ditujukan untuk penguatan

jati diri bangsa, untuk mewujudkan generasi penerus yang sadar akan jati

dirinya sebagai bangsa Indonesia, yang pada gilirannya akan

menumbuhkan sikap rela berkorban dan mengabdi untuk kemajuan

bangsa.

Konsep karakter bangsa sangat berkaitan dengan Islam dan

karenanya juga sangat layak dikembangkan dalam pendidikan Islam.

Karakter bangsa dalam wacana Indonesia merupakan hasil akulturasi dari

berbagai budaya dan agama di Indonesia, yang tentunya Islam sebagai

agama terbesar di Indonesia tidak bisa dikesampingkan, bahkan

mempunyai peranan penting dalam proses pembentukan karakter

(character building).

103

Suyata, Pendidikan Karakter dalam Prespektif Teori dan Praktik…, 6.

Page 83: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

82

Seperti yang dituturkan oleh Ki Hajar Dewantara, sebagai pendidik

bangsa, yang menjelaskan perwujudan kebudayaan mempunyai tiga jenis

yakni: (1) mengenal rasa kebatinan atau moral, (2) mengenal kemajuan

angan-angan, dan (3) mengenal kepandaian. Yang termasuk kebudayaan

rasa kebatinan adalah agama, adat istiadat, tata negara, kesosialan.

Kebudayaan jenis angan-angan antara lain pengajaran, ilmu bahasa, ilmu

pengetahuan. Kebudayaan jenis kepandaian antara lain, pertanian, industri,

pelayaran, kesenian dan lain-lain. Kebudayaan adalah buah dari perbuatan

manusia, timbul dari kematangan budi, kehalusan perasaan, kecerdasan

pikiran, dan kekuatan kehendak. Dalam konteks kebudayaan itu

masyarakat Indonesia bersendikan kekeluargaan, kegotongroyongan,

sosialisme, komunalisme. Ki Hajar Dewantara menegaskan pentingnya

memilih dan menegaskan pentingnya memilih dan mengembangkan

kebudayaan kebangsaan yang merdeka.104

Dengan demikian dari penjelasan Ki Hajar Dewantara, kita bisa

menyimak bahwa pendidikan Islam erat kaitannya dengan pendidikan

karakter bangsa. Dengan membangun karakter bangsa yang bersumber

pada pendidikan Islam diharapkan akan menghasilkan generasi penerus

yang sadar akan nilai-nilai universal Islam, namun juga sadar akan

tanggung jawabnya sebagai Muslim Indonesia dan bangsa Indonesia.

Mereka tidak mempertentangkan “keindonesiaan” dan “keislaman”,

104

Suyata, Pendidikan Karakter dalam Prespektif Teori dan Praktik..., 7-8.

Page 84: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

83

namun sebaliknya mereka melihat bahwa kedua nilai tersebut adalah

berkaitan dan menyatu dalam diri mereka.

C. Pendidikan Islam yang Anti Kekerasan: Kontekstualisasi Pemikiran

R.A. Kartini

R.A. Kartini hidup pada akhir abad 19, namun beliau sudah sangat

kritis melihat fenomena agama dan masyarakat. Dia bisa membedakan

dengan jernih mana yang masuk dalam ranah “ajaran ideal agama” dan

mana yang masuk dalam ranah “perilaku umat beragama”. Perilaku umat

beragama tidak mesti mencerminkan ajaran ideal yang terkandung dalam

agamanya.

Hal ini terlihat dalam kutipan R.A. Kartini berikut:

Kami mendapatkan banyak perhatian dari sahabat kalangan rakyat biasa.

Dan alasan mengapa kami agak sedikit mengacuhkan agama sebab kami

melihat banyak kejadian tak berperikemanusiaan yang dilakukan orang

dengan berkedok agama. Lambat laun barulah kami tahu, bukan agama

yang tiada memiliki kasih sayang, melainkan manusia jugalah yang

membuat segala sesuatu yang semula bagus dan suci itu. 105

Dari kerangka itu, R.A. Kartini kemudian melihat aspek kekerasan

dalam agama. Kartini melihat bahwa agama pada dasarnya mengajarkan

kasih sayang dan cinta sesama. Hanya saja, nilai-nilai luhur ini kadang

dikaburkan oleh penganut agama, dengan melakukan tindak kekerasan

pada yang lain. Yang dikritisi R.A. Kartini di sini adalah orang-orang yang

menjustifikasi (mencari pembenaran) agama untuk melakukan tindakan

kekerasan pada orang lain.

105

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 364.

Page 85: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

84

Pemikiran R.A. Kartini tentang agama anti kekerasan tersebut bisa

kita kontekstualisasikan dalam ranah pendidikan Islam di Indonesia. Saat

ini, pendidikan di Indonesia (termasuk di dalamnya pendidikan Islam)

masih terdapat adanya praktek-praktek kekerasan: baik itu berupa tawuran

antar pelajar, pelecehan seksual, ataupun intimidasi pada orang yang

berbeda agama.

Pendidikan Islam di Indonesia sudah selayaknya merespons

maraknya isu-isu kekerasan tersebut dengan merancang dan menerapkan

pendidikan anti kekerasan. Pendidikan anti kekerasan tersebut antara lain

bertumpu pada nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi

seluruh alam). Dalam kerangka itu, secara teologis, rahmat Allah diyakini

meliputi semuanya, semua makhluk, termasuk makhluk yang berbeda

dengan kita. Sejalan dengan kerangka itu, perlu dikembangkan nilai-nilai

semacam kasih sayang, menghormati sesama, menghormati yang berbeda,

dan pantang melakukan kekerasan yang tidak dibenarkan. Nilai-nilai itu

kemudian dijabarkan lewat kurikulum dan terutama sekali ditujukan agar

dihayati dan diamalkan para siswa, sehingga menjadi nilai-nilai yang

hidup. Guru, sebagai pendidik di sekolah, juga memberi contoh dengan

tidak melakukan kekerasan baik verbal maupun fisik, baik kepada siswa

maupun kelompok lain.

Page 86: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

85

D. Pendidikan yang Sadar akan Gender dan Pemberdayaan Perempuan:

Kontekstualisasi Pemikiran R.A. Kartini

Gagasan dan perjuangan R.A. Kartini tentang pendidikan untuk

perempuan sudah kita rasakan hasilnya sekarang. Saat ini perempuan di

Indonesia sudah bisa menikmati dan mendapatkan akses pendidikan, yang

memungkinkannya untuk maju dan setara dengan kaum pria. Pemikiran

R.A. Kartini saat itu lebih didasari kondisi riil masyarakat Jawa yang

kurang memberi kebebasan kepada perempuan untuk menempuh

pendidikan. Dalam hal ini R.A. Kartini melihat bahwa kaum perempuan

adalah kaum tertindas (the oppressed), karena itu R.A. Kartini berusaha

untuk membebaskan perempuan dari ketertindasan tersebut.

Perjuangan R.A. Kartini tentang pendidikan dan pemberdayaan

perempuan tadi belum lah selesai. Perempuan masih harus berjuang

bersama-sama untuk meningkatkan kualitas diri mereka (antara lain

dengan pendidikan) dan meningkatkan akses mereka untuk mempunyai

hak yang sama dalam karir, tentunya sepanjang hal itu tidak menyalahi

kodrat biologis mereka.106

Dalam kacamata sosiologi, sex (jenis kelamin) adalah kodrat

biologis, sedangkan gender adalah bentukan masyarakat tentang peran

yang idealnya diperankan oleh laki-laki dan perempuan. Gender, dengan

demikian adalah konstruksi sosial, dan tidak bersifat tetap. Gender sebagai

106

Untuk perjuangan gender yang dilakukan oleh Sinta Nuriyah Wahid silakan lihat: Asfa

Widiyanto, “Female Religious Authority, Religious Minority and the Ahmadiyya: The Activism of

Sinta Nuriyah Wahid“, Journal of Indonesian Islam, Vol. 9, No. 1 (2015), 1-24.

Page 87: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

86

konstruksi sosial dibangun dan diinspirasi oleh nilai-nilai budaya dan

pemahaman keagamaan yang ada pada suatu negara, atau tempat.107

Konstruksi gender di Indonesia dengan demikian erat berkaitan

dengan pemahaman keagamaan yang berkembang di Indonesia.

Azyumardi Azra, misalnya, menyatakan bahwa salah satu karakteristik

“Islam Indonesia” adalah bahwa perempuan memiliki peran yang

menonjol di ruang publik.108

Hal ini antara lain terlihat bahwa di

Indonesia, perempuan bisa menjadi anggota DPR, presiden, dan bisa

menjadi hakim. Fenomena hakim perempuan (bahkan di pengadilan agama

(Islam) adalah sesuatu yang menarik, dan tentunya unik, jika kita

membandingkan dengan negara Islam yang lain. Juga jika kita

membandingkan dengan fiqih klasik, yang menyatakan bahwa kesaksian

perempuan adalah separuh kesaksian laki-laki. Menjadi saksi saja

perempuan ada kesulitan, apalagi menjadi hakim.

Perlu kiranya dicatat, bahwa Islam Indonesia di sini bukanlah suatu

aliran baru, namun merupakan ekspresi agama khas yang berkembang di

Indonesia, sebagai hasil dialog antara ajaran Islam dan budaya lokal. Dari

sisi ajaran, Islam Indonesia menekankan sisi moderasi, baik terkait aspek

teologis, fiqih maupun tasawuf. Dengan bekal moderasi dari sisi ajaran,

107

Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Penerbit Pustaka Pelajar,

Yogyakarta, 2008, 12. 108

Azyumardi Azra, “Distinguishing Indonesian Islam: Some Lessons to Learn”, dalam Jajat

Burhanuddin dan Kees van Dijk, Islam in Indonesia: Contrasting Images and Interpretations,

(Amsterdam: Amsterdam University Press, 2013), 63-70.

Page 88: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

87

Islam Indonesia menjadi sangat mudah berdialog dengan budaya-budaya

yang ada di Indonesia.

Salah satu yang menjadi tantangan dari gerakan pemberdayaan

perempuan saat ini, bila ditinjau dari kacamata pendidikan Islam, adalah

adanya segelintir aktivis perempuan yang “sangat melampaui” pemikiran

R.A. Kartini. Segelintir aktivis ini sangat memperhatikan dan mengikuti

jejak feminis-feminis kontemporer di Barat sehingga kadang kurang

melihat kodratnya sebagai perempuan, yang tentunya mempengaruhi

konsepsi dan keharmonisan keluarga (yang dibangun oleh perempuan dan

laki-laki, dan tentunya atas konstruk sosial tentang peran suami dan isteri

dalam keluarga). Hal ini agak berbeda dengan ide yang diperjuangkan

R.A. Kartini. R.A. Kartini melihat bahwa pemberdayaan tidak harus

semata bertumpukan pad ide-ide dan konsepsi Barat, namun juga harus

berlandaskan pada inspirasi dari Timur, terutama sekali Islam. Dalam

kerangka itu, kita bisa melihat bahwa R.A. Kartini belajar dan

mengapresiasi ajaran-ajaran Kyai Saleh Darat, yang tentunya

mempengaruhi pemikiran R.A. Kartini tentang Islam.

Disini ada seorang tua, tempat saya meminta bunga yang berkembang di

dalam hati. Sudah banyak yang diberikan kepada saya, sangatlah banyak

lagi bunga simpanannya. Dan saya ingin lagi, senantiasa ingin lagi.

Dan dengan sungguh-sungguh terdengarlah suaranya mengatakan:

“Berpuasalah satu hari satu malam dan jangan tidur selama itu, juga harus

mengasingkan diri di tempat yang sunyi.”

“Habis malam datanglah cahaya,

Habis topan datanglah reda,

Habis duka datanglah suka,

Berdesau-desaulah dalam telinga saya sebagai rekuiem.

Page 89: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

88

Saya tidak mau belajar lagi, belajar membaca al Quran, belajar

menghafalkan amsal dalam Bahasa asing, yang tidak saya ketahui artinya.

Dan boleh jadi guru-guru saya, laki-laki dan perempuan juga tidak

mengerti. “Beritahu saya artinya dan saya akan mau belajar semuanya.”

Saya berdosa, kitab suci yang mulia itu terlalu suci untuk diterangkan

artinya kepada kami.109

Agama sering dianggap masalah, bahkan dijadikan kambing hitam

atas terjadinya pelanggengan ketidakadilan gender. Hal yang sangat

menganggu misalnya tentang penggambaran bahwa Tuhan seolah-olah

adalah laki-laki, penggambaran semacam ini terjadi dalam hampir semua

agama. Sejauhmanakah pandangan tersebut dipengaruhi oleh atau

mempengaruhi kultur yang dikenal sebagai patriarki?. Spirit apa yang

dibawa islam pada awal kelahirannya, yakni melakukan perbandingan atas

posisi dan kondisi perempuan pada zaman sebelum dan sesudah Islam.

Banyak sejarawan mengungkapkan bahwa dalam masyarakat pra-Islam

atau yang dikenal zaman jahiliyah, posisi perempuan dalam masyarakat

sangatlah rendah dan amat buruk kondisinya, serta dianggap tidak lebih

berharga dari suatu komoditas. Dari berbagai uraian tentang

penggambaran kedudukan kaum perempuan, yang menonjol diantaranya

adalah bahwa jika seorang suami meninggal dunia, saudara laki-laki

lainnya mendapat waris untuk memiliki jandanya. Bahkan kebiasaan

mengubur bayi perempuan hidup-hidup adalah praktik merendahkan kaum

perempuan yang membentang luas di dunia Arab pada zaman pra-Islam.

Rendahnya martabat kaum perempuan juga terlihat dari hakikat

109

R.A Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang…, 299.

Page 90: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

89

perkawinan yang posesif sifatnya. Salah satunya adalah praktek poligami,

yang membolehkan suami boleh memiliki banyak istri.110

Al-Quran sebagai rujukan masyarakat Islam, pada dasarnya

mengakui bahwa kedudukan laki-laki dan perempuan adalah setara.

Seperti yang dijelaskan dalam surat an-Nisa ayat 124.

Artinya: “Dan barang siapa mengerjakan amal kebajikan, baik laki-

laki maupun perempuan sedang dia beriman, maka mereka itu akan

masuk ke dalam surga dan mereka tidak dizalimi sedikitpun”.

Keduanya diciptakan dari satu nafs (living entity), di mana yang satu tidak

memiliki keunggulan terhadap yang lain. Bahkan al-Quran menjelaskan

secara tegas bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk nabi Adam

sehingga kedudukan dan statusnya lebih rendah. Atas dasar itu, prinsip al-

Quran terhadap kaum laki-laki dan perempuan adalah setara.

110

Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial…, 129.

Page 91: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

90

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Pemikiran pendidikan R.A. Kartini bertumpu pada dua hal: pendidikan

perempuan dan pendidikan karakter. Bagi R.A Kartini, pendidikan

perempuan mutlak diperlukan karena perempuan adalah sosok yang

dekat dengan anak dan keluarga. Jika perempuan mendapatkan akses

pendidikan yang memadai, maka diharapkan bisa mendidik anak-anak

sebagai generasi penerus bangsa. Upaya R.A Kartini untuk

memperjuangkan pendidikan perempuan bisa dilihat sebagai aspek

perwujudan agency Kartini terutama aspek proyektifnya, yakni

perempuan Jawa mempunyai kebebasan dalam menempuh pendidikan.

Aspek lain selain agency, yakni practical evaluative, dalam hal ini

Kartini melihat bahwa tradisi dan budaya Jawa saat itu belum

mendukung pendidikan perempuan.

R.A Kartini sangat memperhatikan pendidikan karakter yang

erat kaitannya dengan pendidikan Islam. Bagi Kartini, pendidikan tidak

hanya mencakup kecerdasan otak belaka, namun yang lebih penting

adalah pendidikan yang bertumpu pada budi pekerti. Hal ini sejalan

dengan konsep yang diusung oleh pendidikan Islam, yang

mengedepankan pengetahuan yang berdasarkan pada etika Islam.

2. Pemikiran pendidikan R.A. Kartini tentang pendidikan bersentuhan

dengan konsep psikologi pendidikan humanistik, terutama tentang

Page 92: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

91

aktualisasi diri. R.A. Kartini sendiri merupakan wujud nyata dari proses

aktualisasi diri. Dia tidak berhenti pada kebutuhan yang berkisar pada

fisiologis dan psikologis, namun sudah beranjak ke aktualisasi diri.

Namun perlu dicatat bahwa aktualisasi diri R.A. Kartini tidak berhenti

pada wilayah yang duniawi dan tidak terkait dengan Tuhan. Aktualisasi

diri R.A. Kartini terkait dengan pendidikan akhlak, yang merupakan

penyangga utama dari pendidikan Islam. Dalam surat-surat R.A. Kartini

terlihat pemikirannya tentang pendidikan akhlak. Dengan demikian,

arah dari aktualisasi diri R.A. Kartini bukanlah menjadi “super woman”

(perempuan super) namun menjadi “khalifatullah fil ‘ard” (orang yang

diberi tugas menjadi sosok pemimpin di muka bumi).

3. Kontekstualisasi pemikiran R.A Kartini dalam ranah ke Indonesiaan,

mencakup dua hal, yakni pendidikan yang berkaitan dengan gender

dalam upaya pemberdayaan untuk kaum perempuan dan pendidikan

anti kekerasan. Pemikiran R.A. Kartini mengenai pendidikan, patut

mendapatkan apresiasi bagi pendidik maupun seluruh elemen bangsa.

R.A Kartini telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi

kemajuan pendidikan perempuan di Indonesia. Kontekstualisasi

pemikiran R.A Kartini dalam hal pemberdayaan perempuan sudah kita

rasakan hasilnya sekarang. Saat ini perempuan di Indonesia sudah bisa

menikmati dan mendapatkan akses pendidikan, yang

memungkinkannya untuk maju dan setara dengan kaum pria. Pemikiran

R.A. Kartini saat itu lebih didasari kondisi riil masyarakat Jawa yang

Page 93: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

92

kurang memberi kebebasan kepada perempuan untuk menempuh

pendidikan. Dalam hal ini R.A. Kartini melihat bahwa kaum perempuan

adalah kaum tertindas (the oppressed), karena itu R.A. Kartini berusaha

untuk membebaskan perempuan dari ketertindasan tersebut.

Pemikiran R.A. Kartini tentang agama anti kekerasan tersebut bisa

kita kontekstualisasikan dalam ranah pendidikan Islam di Indonesia.

Saat ini, pendidikan di Indonesia (termasuk di dalamnya pendidikan

Islam) masih terdapat adanya praktek-praktek kekerasan: baik itu

berupa tawuran antar pelajar, pelecehan seksual, ataupun intimidasi

pada orang yang berbeda agama. Pendidikan Islam di Indonesia sudah

selayaknya merespons maraknya isu-isu kekerasan tersebut dengan

merancang dan menerapkan pendidikan anti kekerasan. Pendidikan anti

kekerasan tersebut antara lain bertumpu pada nilai-nilai Islam yang

rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).

B. SARAN

1. Penelitian tesis ini masih terbatas menggunakan buku „Habis Gelap

Terbitlah Terang‟, alangkah baiknya bila ada penelitian yang

menggunakan manuskrip surat-surat dan arsip-arsip sejarah lain yang

terdapat di museum dan perpustakaan lain.

2. Korespondensi R.A Kartini dengan Kyai Saleh Darat belum diungkap

secara mendalam di tesis ini. Apabila ada penelitian lain yang

membahas mengenai penelitian tersebut, dengan merujuk pada karya-

Page 94: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

93

karya Kyai Saleh Darat tentu akan menambah wacana lain, terutama

pengetahuan R.A Kartini mengenai Islam.

Page 95: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

94

DAFTAR PUSTAKA

Arbaningsih, Dri. R.A Kartini dari Sisi Lain, Menelaah Pemikiran R.A Kartini

tentang Emansipasi “Bangsa“. Jakarta: Kompas, 2005.

Arivia, Gadis. Feminisme: Sebuah Kata Hati. Jakarta: Penerbit Buku Kompas,

2006.

Armando, Ade. Refleksi Karakter Bangsa. Jakarta: Forum Kajian Antropologi

Indonesia, 2008. Ashraf, Ali. Horison Baru Pendidikan Islam. alih bahasa Sori Siregar, Jakarta:

Pustaka Firdaus, 1996.

Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium

Baru. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999.

Azra, Azyumardi. “Distinguishing Indonesian Islam: Some Lessons to Learn”,

dalam Jajat Burhanuddin dan Kees van Dijk, Islam in Indonesia:

Contrasting Images and Interpretations. Amsterdam: Amsterdam

University Press, 2013. Barnadib, Imam. Filsafat Pendidikan: Sistem dan Metode. Yogyakarta: Andi

Offset, 1990.

Baharuddin dan Wahyuni, Esa Nur. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:

Ar Ruzz Media, 2008.

Balfour, Arthur James. Theism and Humanism. Seattle, Inkling Books Seattle,

2000.

Emirbayer, Mustafa and Ann Mische. “What is Agency“, American Journal of

Sociology. Volume. 103, number. 4, (1998): 962-1023.

El Seha, Matsuki HS, M.Ag dan M. Ishom, M.Ag. Intelektualisme Pesantren;

Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Pertumbuhan Pesantren.

Seri 2, Jakarta, Diva Pustaka, 2006.

Freire, Paolo. Education for Critical Consciousness. New York: The Continum

Publishing Company, 2000.

Fakih, Mansour. Analisis Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Penerbit

Pustaka Pelajar, 2008.

Idi, Abdullah dan Suharto, Toto. Revitalisasi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Tiara

Wacana, 2006. Kartini, R.A. Habis Gelap Terbitlah Terang (Door Duisternis tot Licht)

Kumpulan Surat R.A Kartini yang Menginspirasi Wanita-wanita di

Indonesia Sepanjang Masa. Jakarta: Penerbit Narasi, 2011.

Langgulung, Hasan. Asas-asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna,

1988.

Maslow, Abraham. “A Theory of Human Motivation”, Psychological Review,

volume. 50, (1943): 370.

Musthofa. “Pemikiran Pendidikan Humanistik dalam Islam”, Jurnal Kajian

Islam, volume. 3, number. 2, (2011): 167. Munir, Abdullah. Pendidikan Karakter, membangun karakter anak sejak dari

rumah. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2010.

Page 96: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

95

Muthali‟in, Achmad. Bias Gender dalam Pendidikan. Surakarta: Muhammadiyah

University Press, 2001.

Munawar, Budhy, Rachman. Pendidikan Karakter: Pendidikan Menghidupkan

Nilai untuk Pesntren, Madrasah, dan Sekolah. Jakarta: The Asia

Foundation, Yayasan Paramadina, dan Associatian for Living Values

Education Indonesia, 2015.

Ozturk, Ilhan. “The Role of Education in Economic Development”, Journal of

Rural Development and Administration, Volume 33, No. 1, (Winter 2001):

40-41.

Rahman, Fazlur. Islam and Modernity Transformation of an Intellectual

Tradition. London, Center for Middle Eastern Studies, 1982.

Sahal, Akhmad. Islam Nusantara. Bandung: Mizan Pustaka, 2015.

Suharto, Toto. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruz, 2006.

Suyata. Pendidikan Karakter dalam Prespektif Teori dan Praktik, Yogyakarta:

UNY Press, 2011.

Surur, Misbahus. Metode dan Corak Tafsir Faidh Ar-Rahman Karya Muhammad

Shaleh Ibn Umar As-Samarani, Institut Agama Islam Negeri Walisongo,

Semarang, 2011.

Soeroto, Sitisoemandari dan Myrtha Soeroto. R.A Kartini, Sebuah Biografi,

Rujukan Figur Pemimpin Teladan, Jakarta: Balai Pustaka, 2011.

Schreier, Margrit. Qualitative Content Analysis in Practice, California: Sage,

2012.

Toer, Pramoedya Ananta. Panggil Aku Kartini Saja, Penerbit: Lentera Dipantara,

Jakarta, 2013.

Taylor, Jean Stewart. “Raden Ajeng Kartini”, Signs: Journal of Women in Culture

and Society, Volume. 1 Number.3, (1976): 639-661.

Ulum, Amirul. Kartini Nyantri, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Ulama, 2015.

Widiyanto, Asfa. Religious Authority and the Prospects for Religious Pluralism in

Indonesia: The Role of Traditionalist Muslim Scholars, Zuerich: LIT

Verlag, 2016.

Widiyanto, Asfa, „Rekontekstualisasi Pemikiran Seyyed Hossein Nasr tentang

Bangunan Ilmu dan Pendidikan Islam“, Islamica: Jurnal Studi Keislaman,

vol. 11, no.2, 2017.

Widiyanto, Asfa, “Female Religious Authority, Religious Minority and the

Ahmadiyya: The Activism of Sinta Nuriyah Wahid“, Journal of

Indonesian Islam, Vol. 9, No. 1, 2015. Zuhairini, dkk. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

Page 97: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

96

Page 98: FEMALE AGENCY DAN UPAYA REKONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1729/1/TESIS_NUR FAJRIYAH_… · saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan

97

BIOGRAFI PENULIS

Nur Fajriyah lahir di Rembang pada tanggal 21 April 1983. Pendidikan menengah

di MAKN Surakarta (1999-2001), kemudian melanjutkan studi Strata satu di

Univesitas Islam Negeri, Yogyakarta dengan mengambil jurusan Bahasa dan

Sastra Arab (2001-2006). Lulus tahun 2006, Nur Fajriyah memutuskan bekerja

menjadi Jurnalis di Kedaulatan Rakyat, cabang Jakarta. Pernah bekerja di

Kementerian Pemuda dan Olahraga, sebagai tim Asistensi staf Ahli Kepemudaan

dari tahun 2008 sampai dengan 2013. Saat ini, penulis berdomisili di Salatiga dan

mengambil Magister Pendidikan Islam, dengan NIM. M113014. Untuk informasi

lebih lanjut, penulis bisa dihubungi melalui alamat email:

[email protected]