FEM Analisa Stabilitas Lereng
-
Upload
nizar-achmad -
Category
Documents
-
view
189 -
download
41
description
Transcript of FEM Analisa Stabilitas Lereng
Daftar Isi
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. 1 BAB I. ANAISA STABILITAS LERENG METODE FINITE ELEMEN .................................................. 2 A. PENDAHULUAN.................................................................................................................................. 2
1. METODA ANALISA STABILITAS LERENG TERDAHULU (LIMIT EQUILIBRIUM METHOD) ..................... 3 2. ANALISA STABILITAS LERENG DENGAN FINIT ELEMEN .................................................................... 4 3. KEUNTUNGAN METODE FINITE ELEMEN ........................................................................................... 5
B. SEKILAS MODEL FINIT ELEMEN...................................................................................................... 6 1. MODEL TANAH ................................................................................................................................. 7 2. PEMBEBANAN GRAVITASI................................................................................................................. 9 3. PENETAPAN FAKTOR KEAMANAN.................................................................................................... 10 4. DEFINISI KERUNTUHAN................................................................................................................... 11
BAB I. Analisa Stabilitas Lereng Metode Finite Elemen
A. Pendahuluan Suatu permukaan tanah yang miring yang membentuk sudut tertentu terhadap bidang
horisontal disebut sebagai lereng (slope). Lereng dapat terjadi secara alamiah atau dibentuk
oleh manusia dengan tujuan tertentu. Jika permukaan membentuk suatu kemiringan maka
komponen massa tanah di atas bidang gelincir cenderung akan bergerak ke arah bawah
akibat gravitasi. Jika komponen gaya berat yang terjadi cukup besar, dapat mengakibatkan
longsor pada lereng tersebut. Kondisi ini dapat dicegah jika gaya dorong (driving force)
tidak melampaui gaya perlawanan yang berasal dari kekuatan geser tanah sepanjang
bidang longsor seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut.
Gambar 1 Keruntuhan dengan bidang gelincir Analisa Elasto plastis pada permasalahan geoteknik menggunakan Finite Elemen telah lama
diterima secara luas dalam riset, akan tetapi penggunaaan praktis untuk analisa stabilitas
lereng masih terbatas. Alasan tidak digunakannya metoda ini karena anggapan tingkat
kesulitan input terhadap hasil yang tidak lebih baik dari metode limit equilibrium yang jauh
lebih praktis (keruntuhan perkiraan bidang gelincir), akan tetapi anjuran penggunaan
metode ini menjadi tanggung jawab bersama.
Kebanyakan praktisi mengira umumnya data tidak tersedia cukup untuk analisa
menggunakan finit elemen. Akan tetapi pada beberapa kasus pendekatan finit elemen
justru memberikan kemudahan daripada cara limit equilibrium.
Secara umum, problem linear seperti predikasi dari setlement dan deformasi, aliran
rembesan atau aliran transient akibat pemadatan sangat baik jika menggunakan finit
elemen. Pada analisis stabilitas lereng menggunakan grafik dan tabel pada umumnya sudah
memadai, akan tetapi ada beberapa kasus yang tidak dapat menggunakan tabel karena
kompleksitas dari bentuk yang tidak tersedia dalam tabel/grafik tersebut.
Pengggunaan analisa non liner untuk keseharian hitungan geoteknik lebih sulit karena
biasanya ketika ada kenaikan kompleksitas seringkali membutuhkan seorang ahli modeling
geoteknik. Analisa non linear secara alami mengharuskan iterasi, sehingga ada alasan
penolakan karena membutuhkan komputer yang lebih cepat. Akan tetapi seiring dengan
murahnya komputer dengan kemampuan tinggi maka permasalahan ini selesai dan terbuka
kesempatan menggunakan finit elemen.
Analisa geoteknik stabilitas lereng dengan finit elemen non linear menawarkan kelebihan
dibanding metode terdahulu. Maka software ini akan dapat menunjukkan kemudahan,
akurasi dan kehandalannya untuk dapat digunakan praktisi ahli geoteknis pada umumnya.
Persepsi bahwa metode finit elemen yang kompleks berpotensi menyesatkan dan tidak
menjamin kebenaran justru mengabaikan fakta bahwa pendekatan bidang slip yang selalu
dianggap lingkaran juga dapat menyesatkan. Disamping itu dengan kemampuan grafik pada
software komputer dapat meniadakan kebutuhan hitungan tabel dan grafil, dan menjadikan
keluaran grafik berupa vektor gerakan dan pergeseran elemen (displacement) menjadi
lampiran yang menarik.
1. Analisa Stabilitas Lereng Metoda Kesetimbangan batas (Limit Equilibrium Method)
Sebagaian besar buku mekanika tanah dan geoteknik memasukkan beberapa referensi
metode stabilitas lereng. Beberapa metode diantaranya meliputi Metode Slices (Fellenius
1936), Bishop Modified method(1955), Force Equilibrium Methods( Lowe and Karafiath
1960), Janbu Generalised Procedure of slices(1968), Morgenstern and Price (1965) dan
Metode Spencer (1675).
Walau ada semacam konsesus bahwa metode Spencer adalah salah satu yang paling handal
akan tetapi buku teks tetap menampilkan semua cara dengan detil berikut pilihan yang
melebar sehingga menyulitkan pemilihan oleh pengguna. Sebagai contoh kontroversi yang
ditampilkan Lambe dan Silva (1995) yang menilai bahwa Ordinary method of slice dari
Fellenius memiliki kelemahan sehingga tidak semestinya digunakan lagi.
Gambar 2 Analisa Limit Equilibrium metode lingkaran kritis
Permasalahan pada metode equilibrium adalah semuanya berdasarkan asumsi
tergelincirnya massa tanah yang dapat digambarkan dalam irisan‐irisan. Hal ini kemudian
mengharuskan adanya gaya pada arah sisi sebagai syarat adanya equilibrium. Gaya pada
sisi diasumsikan merupakan satu karakteristik yang membedakan satu metode limit
equilibrium dengan metoda lainnya, walaupun sebenarnya gaya‐gaya ini hanya asumsi
belaka.
2. Sejarah Analisa Stabilitas Lereng dengan Finit Elemen
Duncan mereview analisa finit elemen dari kemiringan tanah dengan fokus pada deformasi
dan bukan stabilitas lereng, akan tetapi menjadi penelitian yang menarik sebagai publikasi
awal model elasto plastic tanah digunakan untuk menghitung stabilitas.
Gambar 3 Analisis finit elemen menghasilkan bidang gelincir mendekati lingkaran
Smith dan Hobbs (1974) melaporkan hasil yang sesuai dan masuk akal dibandingkan
Diagram Taylor pada kasus sudut lereng alam phi=0. Zienkiweicz et al (1975) memasukkan
kohesifitas c dan sudut lereng alam phi dan memperolah stabilitas lereng yang realisis pada
batas sifat tanah dan geometri yang luas variasinya dengan hasil yang sesuai dengan solusi
menggunakan garis runtuh lingkaran. Griffiths 1980 memperluas penelitian ini dan
memperlihatkan hasil stabilitas lereng yang dapat diandalkan pada wilayag sifat tanah dan
geometri yang luas setara dengan hasil dari grafik Bishop dan Morgenstern. Berikutnya
penggunaan finit elemen pada analisa stabilitas lereng semakin dipercaya (Griffiths 1989,
Potts 1990, Matsui and San 1992).
Duncan menyebut potensi masalah dari peningkatan hasil grafis dan melaporkan
kemungkinan akurasi palsu ketika parameter input sangat variatif. Wong (1984) meberikan
ringkasan yang berguna berupa potensi sumber kesalahan dari model finite element untuk
stabilitas lereng, walaupun pada saat ini termasuk kasus yang disampaikan telah dapat
diselesaikan dengan akurasi yang lebih baik.
3. Keuntungan metode Finite Elemen
Keuntungan pendekatan finite elemen pada analisa stabilitas lereng terhadap metode limit
equilibrium dapat dirangkum sebagai berikut
a. Tidak perlu asumsi awal lokasi dan bentuk permukaan gelincir (lingkaran atau garis
dan titik rotasi). Finit elemen memberikan kegagalan yang terjadi alamiah melalui
zone internal massa tanah dimana kuat geser tanah tidak mampu menahan beban
tegangan geser yang terjadi
b. Karena tidak ada kosep irisan‐irisan dalam pendekatan finit elem maka tidak ada
asumsi mengenai gaya sisi pada irisan (yang melahirkan banyak metode akibat beda
asumsi). Finit elemen memberikan persamaan equilibrium global hingga saat terjadi
keruntuhan
c. Jika data kompresibilitas tanah realisits tersedia, maka penyelesaian finit elemen
akan memberikan informasi tentang deformasi pada level tegangan tanah. Dengan
demikian bentuk akhir setelah deformasi dapat diperkiraan. Program ini belum
memiliki kapasitas ini
d. Finit elemen mampu memonitor kegagalan secara bertahap hingga tercapai
kegagalan menyeluruh
B. Sekilas Model Finit Elemen Program digunakan adalah sesuai dengan Program 6.2 dalam buku teks dari Smith dan
Griffiths (1998) perbedaan utama adalah peningkatan kemampuan untuk memodelkan
geometri yang lebih umum dan variasi sifat tanah termasuk variabilitas muka air tanah dan
tekanan air pori. Juga ditambahkan kemampuan menampilkan grafik untuk mempermudah
proses analisa dan pelaporan.
Program ini menggunakan analisa 2 dimensi plain strain of perfectly plastis soil dengan
kriteria keruntuha Mohr‐Coulomb. Geometri hitungan menggunakan elemen quadrilateral 8
node dengan integrasi reduksi ( 4 titik gauss) dalam menghitung beban gravitasi.
Estimated Factor of Safety 1.17
Gambar 4 Mesh dari lereng dengan elemen quad 8 titik penomeran clockwise
Tanah awalnya diasumsikan elastik dan model membangkitkan tegangan geser dan
tegangan normal pada seluruh gauss point pada mesh. Tegangan ini kemudian
dibandingkan dengan angka keruntuhan Mohr coulomb. Jika tegangan berada di dalam
amplop mohr, maka regangan masih elastis, sebaliknya jika berada di luar amplop mohr
maka titik ini mengalami geseran plastis. Regangan plastis didistribusikan ke seluruh mesh
memanfaatkan algoritma visco‐plastic (Perzna 1966, Zienkiewicz dan Cormeau 1974).
Seluruh keruntuhan geser terjadi ketika sejumlah besar gauss point telah mengalami geser
plastis.
Analisa ini tidak menghitung tegangan regangan. Walaupun kriteria "tanpa tegangan" dapat
dimasukkan dalam analisis elasto‐plastis finit elemen (Naylor, Pande 1981), tambahan
constrain pada perataan tegangan ini merumitkan algoritma, dan ditambahan lagi masih
diperdebatkannya pendefinisian yang benar untuk "tegangan" ini . Riset selanjutnya pada
masalah ini masih diperlukan untuk mendayagunakan hasil hitungan yang cukup berat dan
masih bisa ditambahkan hasil tegangan ini.
1. Model Tanah
Model tanah digunakan dalam program ini meliputi enam parameter sebagaimana tabel
berikut:
φ’ Sudut gesek internal efektif
c’ Cohession efektif
ψ’ Sudut dilatasi efektif
E’ Modulus Young efektif
υ’ rasio Poisson efektif
γ Berat Jenis efektif tanah
Sudut dilatasi adalah faktor bentuk perubahan volume tanah selama peregangan plastis.
Dikenal juga sebagai perubahan volume tanah selama peregangan plastis yang cukup
dinamis. Contohnya pada material kepadatan sedang selama meregang karena geser
mungkin volume awalnya terlihat berkurang (dilatasi negatif) diikuti dengan fase dilatasi
positip, mengarah dengan cepat ke peregangan dengan volume tetap (dilatasi nol). Jelas tipe
detail volumetric modelling ini diluar cakupan elastic‐perfectly plastic model dimana
progam ini menggunakan dilatasi konstan. Pada dasarnya volume selalu merupakan fungsi
regangan yang terjadi saat analisa plastis.
Pertanyaan muncul pada angka dilatasi berapa digunakan. Jika dilatasi sama dengan sudut
gesek internal (lereng alam) maka aliran plastis diatur berasosiasi dan berbandingan
langsung dengan teori plastis klasik dengan baik. Kasus ini juga terjadi ketika aturan aliran
regangan diasosiasikan, maka karakteristik kecepatan dan mekanisme keruntuhan menjadi
sejalan, sehingga meningkatkan kesesuaian mekanisme keruntuhan finit elemen dan
mekanisme gelinciran bidang pada metode limit kesetimbangan.
Sungguhpun ada potensi keuntungan menggunakan aturan asosiatif, juga diketahui bahwa
aturan asosiatif dengan model tanah berfriksi menghasilkan dilatasi yang lebih besar
daripada kenyataanya. Selanjutnya mengarah pada peningkatan prediksi beban kegagalan,
khususnya pada masalah confined soil seperti analisa kapasitas dukung (Griffith 1982).
Dengan kekurangan ini maka model tanah konstitutive plasititas non asosiatif digunakan
dalam aplikasi program ini (Molenkamp 1981, Griffiths et al 192, Hcks dan Boughrarou
1998).
Analisa stabilits lereng umumnya pada tanah yang unconfined, jadi pilihan sudut dilatasi
kurang berperan, karena tujuan utama dari program ini adalah prediksi yang akurat pada
faktor keamanan, sehingga nilai kompromi untuk dilatasi digunakan adalah nol, sejalan
dengan aliran tanah dengan hitungan volume non asosiated selama peregangan plastis,
digunakan angka dilatasi sama dengan nol pada program ini.
Dapat ditunjukkan bahwa nilai dilatasi memungkinkan model menghasilkan angka
keamanan, lokasi gelinciran, dan bentuk keruntuhan permukaan yang sesuai.
Parameter kohesifitas dan sudut lereng alam membutuhkan angka kohesi efektif dan sudut
lereng efektif. Walaupun sejumlah kireteria kegagalan telah diusulkan untuk memodelkan
kekuatan tanah (Griffith 1990), kriteria Mohr‐Coulomb masih digunakan paling banyak dan
juga dalam program ini. Pada terminologi tegangan utama dan asumsi konvensi tekanan
negatif, kriteria keruntuhan dapat ditulis sebagai berikut
dimana σ1 dan σ3 adalah tegangan pada arah mayor dan arah minor
F<0 tegangan dalam amplop keruntuhan elastic
F=0 tegangan pada amplop keruntuhan peregangan elastik
F>0 tegangan diluar amplop keruntuhan regangan plastik, harus diredistribusi
Parameter modulus young E dan rasio poison υ dari tanah. jika Rasio Poisson diasumsikan
0.2 < v < 0.3 maka modulus young dapat dihitung dengan 1‐d oedometer (Lambe dan
Whitman 1969)
denga mv adalah kompresibilitas tanah
2. Pembebanan Gravitasi
Gaya dibangkitkan dengan berat sendiri tanah dihitung menggunakan gravitasi standar,
prosedur "turn on" meliputi integral ke seluruh elemen dengan bentuk
Dimana N adalah faktor bentuk dari elemen dan superscript e adalah nomer elemen.
Integral ini menghitung volume tiap elemen, dikalikan dengan totoal berat jenis dari tanah
dan didistribusikan gaya vertikal ini secara konsisten ke semua node. Elemen gaya ini
digabungkan dengan vektor gaya gravitasi global diaplikasikan ke finit elemen untuk
menghitung tegangan awal pada model.
Program ini mengaplikasikan gaya gravitasi ini dalam satu tahap ke tegangan awal slope
bebas. Penelitian Clough dan Woodward 1967 bahwa dalam kondisi plastis, pembebanan
bertahap dalam beban gravitasi atau embanking, mengakibatkan deformasi bukannya
tegangan. Pada analisis nonlinear, diketahui bahwa arah tegangan dengan model tahapan
penggalian tanah akan cukup berbeda dibandingkan dengan model turn‐on (sekaligus)
pada program ini. Akan tetapi faktor keamanan terlihat tidak terpengaruh jika
menggunakan model simple elasto plastis (Borja et al 1989, Smith and Griffiths 1998)
Dalam membandingkan hasil dengan penyelesaian limit equilibrium dimana umumnya
tidak memperhatikan urutan pembebanan, sesuai pengalaman memperlihatkan faktor
keamanan tidak sensintif terhadap urutan pembebanan ketika menggunakan elastis
sempurna Mohr Coulomb. Contoh tidak sensitifitas diperlihatkan dalam naskah ini.
Faktor keamanan mungkin sensitif pada urutan pembebanan ketika menerapkan hukum
konstitutif kompleks seperti hitungan dengan akurasi perubahan volumetrik yang teliti
pada lingkungan undrained atau parsial undrained. Contohnya Hicks dan Wong(1988)
memperlihatkan bahwa tegangan efektif dapat berpengaruh besar pada faktor aman dari
lereng undrained.
3. Penetapan faktor keamanan
Faktor keamanan (Factor of Safety) dari lereng didefinisikan disini adalah faktor yang
kekuatan geser aslinya harus dibagi untuk menghasilkan lereng ke posisi keruntuhan.
Parameter kekuatan geser terfaktor c’f dan φ’f didefinisikan sebagai berikut
dimana SRF adalah strngth reduction factor.
Metode ini merujuk pada teknik pengurangan kekuatan geser (Matsui dan San 1992) dan
memungkinkan untuk memberikan SRF yang lain pada c’f dan φ’f. Dalam software ini faktor
yang sama digunakan untuk kedua parameter ini. Untuk mencapai faktor keamanan yang
sebenarnya (FOS = factor of safety), perlu membuat sebuah pencarian sistematis angka SRF
yang tepat menghasilkan kegagalan lereng. Nilai ini ditentukan dengan mencari FOS
dihasilkan sama dengan SRF yang diinputkan. Metode ini mirip sekali dengan iterasi
mencari Safety factor pada metode Limit Equilibrium.
4. Definisi keruntuhan
Ada beberapa definisi keruntuhan dapat digunakan misalnya tes dengan membesarkan
bertahap pada profil lereng (Snitbhan dan cheng 1976); membatasi tegangan geser pada
potensi keluruhan permukaan (Duncan and Dunlop 1969) atau solusi non konvergen
(Zienkiewicz dan Taylor 1989). Dalam contoh disini teknik non konvergen digunakan
karena sesuai untuk indikasi kegagalan.
Ketika algoritma tidak konvergen dalam maksimum iterasi yang diisikan user, maka
implikasinya adalah tidak ada distribusi tegangan ditemukan saat harus menyamakan
kriteria runtuh Mohr‐Coulomb dan kesetimbangan global. Jika program tidak menemukan
kriteria keruntuhan ini maka diasumsikan keruntuhan sudah terjadi. Keruntuhan lereng
dan ketidak konvergenan numerik terjadi simultan dan ditandai dengan peningkatan
dramatis regangan nodal dalam mesh. Hampir semua hasil dalam contoh menggunakan
batas iterasi 1000 dan ditampilkan dalam grafik SRF terhadap E’ dmax/gH2 (dimensionless
displacement), dimana dmax adalah maksimum pergeseran nodal dan H adalah tinggi dari
lereng. Grafik ini dapat digunakan sepanjang pergeseran mesh dan gambaran vektor
menunjukkan baik angka aman dan mekanisme kegagalan alami.
Monitoring keruntuhan lereng Finit Elemen dan Metode Bishop Morgenstern.
Estimated Factor of Safety 1.27
Gambar vektor gerakan material saat keruntuhan lereng non lingkaran
Estimated Factor of Safety 1.27
Gambar deformasi lereng dengan bentuk non lingkaran
BAB II. Program Stabilitas Lereng SABO
A. Pendahuluan Untuk menggunakan program ini diperlukan komputer dengan sistem operasi windows,
baik versi lama XP hingga window Seven. Akan tetapi dianjurkan menggunakan program
dengan spesikasi dual core atau lebih tinggi, karena hitungan menggunakan iterasi yang
perlu kecepatan prosesor yang tinggi.
File Instalasi Progaram meliputi file data
Folder program
Aplikasi program
Example 1: A homogeneous slope
Estimated Factor of Safety 2.17
6.00
4.00
2.00 5.00
4.00
3.00 4.00
3.00
Example 1: A homogeneous slopeEstimated Factor of Safety 2.17
6.00
4.00
2.00 5.00
4.00
3.00 4.00
3.00
Example 1: A homogeneous slope
Estimated Factor of Safety 2.176.00
4.00
2.00 5.00
4.00
3.00 4.00
3.00