FDM Edo Finish (Defleksi)

40
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah sistem mekanik membutuhkan pengertian mendalam atas konsep utama dari cabang ilmu mekanika, kinematika, teknik material, thermodinamika dan energi. Karena struktur yang terdapat dalam mesin harus lah kuat agar dapat mempertahankan ketelitian dimensional terhadap pengaruh beban. Disini kami akan melakukan praktikum fenomena dasar mesin yang membahas tentang defleksi. Defleksi adalah suatu keadaan dimana sebuah struktur atau batang mengalami lendutan atau penambahan panjang akibat tegangan yang diberikan karena ada beban. Perlu perhitungan lendutan untuk memeriksa kemungkinan lendutan yang melebihi batas yang diijinkan sehingga mencegah terjadinya kegagalan pada struktur. Perhitungan atau pemeriksaan ini biasa dilakukan pada saat perancangan sebuah struktur, dimana biasanya ada batas maksimum untuk lendutan, karena lendutan yang besar akan mengakibatkan penampilan yang jelek dan struktur yang terlalu lemas. 1.2. Tujuan

description

fenomena dasar mesin

Transcript of FDM Edo Finish (Defleksi)

Page 1: FDM Edo Finish (Defleksi)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebuah sistem mekanik membutuhkan pengertian mendalam atas

konsep utama dari cabang ilmu mekanika, kinematika, teknik material,

thermodinamika dan energi. Karena struktur yang terdapat dalam mesin harus

lah kuat agar dapat mempertahankan ketelitian dimensional terhadap pengaruh

beban. Disini kami akan melakukan praktikum fenomena dasar mesin yang

membahas tentang defleksi.

Defleksi adalah suatu keadaan dimana sebuah struktur atau batang

mengalami lendutan atau penambahan panjang akibat tegangan yang diberikan

karena ada beban. Perlu perhitungan lendutan untuk memeriksa kemungkinan

lendutan yang melebihi batas yang diijinkan sehingga mencegah terjadinya

kegagalan pada struktur. Perhitungan atau pemeriksaan ini biasa dilakukan

pada saat perancangan sebuah struktur, dimana biasanya ada batas maksimum

untuk lendutan, karena lendutan yang besar akan mengakibatkan penampilan

yang jelek dan struktur yang terlalu lemas.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan praktikum uji defleksi ini memiliki beberapa tujuan :

1. Mengetahui fenomena defleksi (lendutan) pada batang prismatic.

2. Membuktikan kebenaran rumus defleksi teoritis dengan hasil

percobaan.

1.3. Manfaat

Manfaat dari praktikum ini adalah :

1. Mengetahui defleksi yang bisa terjadi pada sebuah struktur

2. Dapat menghitung defleksi dari sebuah struktur

Page 2: FDM Edo Finish (Defleksi)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Dasar

Suatu putaran θ dari axis batang pada titik m, adalah sudut antara axis

dengan torgent di kurva defleksi. Sudut ini positif ketika searah jarum jam.

Ringkasan umum rumusnya adalah :

g = distribusi beban

=

Dimana :

M = Momen bending -M = εIv''

v = gaya geser -v = εIv'''

Ada beberapa jenis tumpuan yang dipakai dalam struktur, yaitu :

1. Tumpuan Rol

2. Tumpuan Engsel

3. Tumpuan Jepit

Gambar 2.1 Jenis-jenis tumpuan

M

Fx

Fx

Fy

Fy

Fy

Page 3: FDM Edo Finish (Defleksi)

Defleksi berhubungan dengan regangan (∆L/L). Jika regangan yang

terjadi pada struktur semakin besar, maka tegangan struktur pun akan

bertambah besar. Defleksi sangat penting untuk diketahui karena berhubungan

dengan desain struktur dan membantu dalam analisis struktur.

Factor-faktor yang mempengaruhi defleksi :

1. Besar pembebanan

2. Panjang batang

3. Dimensi penampang batang

4. Jenis material batang

Suatu batang kontinu yang di tumpu akan melendut jika mengalami

beban lentur. Defleksi berdasarkan pembebanan yang terjadi pada batang

terdiri atas :

1. Defleksi Aksial

Defleksi yang terjadi jika pembebanan pada luas penampang.

δ= PLAE

Gambar 2.2 Defleksi Aksial

Turunan rumus : dari hukum hooke : = Eε

∆L = δ = L - Lo

E (∆L/Lo) =

l

E

Al

Page 4: FDM Edo Finish (Defleksi)

2. Defleksi Lateral

Defleksi yang terjadi jika pembebanan tegak lurus terhadap luas

penampang.Defleksi yang disebabkan oleh gaya geser pada batang

Defleksi berhubungan dengan regangan (∆L/L), jika regangan yang

terjadi pada struktur semakin besar, maka tegangan struktur pun akan

bertambah besar. Lendutan yang terjadi di setiap titik pada batang dapat di

hitung dengan berbagai metode.

Metode Integrasi

Gambar 2.3 Metode Integrasi

Penampang negative

Penampang yang terletak pada sumbu –x yang lebih spesifik dari

penampang lainnya, demikian sebaliknya.

Konversi tanda :

Arah gaya geser dan momen lentur pada penampang positif mempunyai

nilai positif dan arah sumbu positif.

Pada penampang positif : searah sumbu positif

Pada penampang negative : searah sumbu negative

Page 5: FDM Edo Finish (Defleksi)

Fy = 0 qdx + (Q + dQ) –Q = 0

dQ = -qdx

MA = 0 (M + dM) – (Q + dq)dx – (qdx) - M = 0

dM = (Q + dQ)dx – ½ q dx2

dM = Qdx + dQdx + ½ qdx2

y x

z

+W'

Ψ

W' + Ψ = 0 W' = -Ψ

Gambar 2.4 Defleksi yang terjadi pada batang

Dari persamaan sebelumnya :

M' = Q

Q' = -q

M = EΨ'Iy W' = -Ψ

-W'' =

-(W''EIy) = M' = -Q

-(W''EIy)'' = Q' = -q

Untuk EIy = konstan (bukan fungsi x), berlaku hubungan :

WivEIy = q

W''EIy = -M

Page 6: FDM Edo Finish (Defleksi)

Persamaan kurva lendutan yang mengandung unsur momen lentur dapat

diintegrasi untuk memperoleh lendutan W sebagai fungsi x. Langkah

perhitungan adalah menulis persamaan untuk momen lentur dengan

mempergunakan diagram benda bebas dan keseimbangan statis bila

balok/pembebanan pada balok tiba-tiba berubah pada waktu bergerak.

Sepanjang sumbu balok, maka akan ada pemisahan momen masing-masing

untuk tiap bagian, persamaan untuk M diganti dengan persamaan difrensial.

Persamaan tersebut di integrasi untuk mendapatkan kemiringan w' dan

konstanta integrasi. Konstanta dapat ditentukan dari kondisi untuk batas

sehubungan dengan w’ dan w pada perletakan balok dan kondisi kontinuitas w

dan w’ pada titik untuk dimana bagian-bagian balok tertentu. Konstanta untuk

hasil evaluasi dapat disubtitusi kembali ke persamaan untuk w, sehingga

menghasilkan persamaan akhir untuk kurva lendutan.

Metode Luas Momen

Metode luas momen memanfaatkan sifat-sifat diagram luas momen

lentur. Cara ini khususnya cocok bila yang diinginkan lendutan dan putaran

sudut pada suatu titik saja, karena dapat diperoleh besaran tersebut tanpa

mencari persamaan selengkapnya dari garis lentur terlebih dahulu.

lendutan

Gambar 2.5 Metode luas momenW''=-MEI

Page 7: FDM Edo Finish (Defleksi)

ddt

¿

θA – θB = θBA =

Teorema Luas Momen Yang Pertama

Sudut BA merupakan sudut yang dibentuk oleh garis singgung

kurva lendutan pada titik A dan titik B yang berharga sama dengan

negative dari luas momen MEI

diantara kedua titik tersebut.

θBA=−∫ MEI

dx

¿−{luasMEI

diatara titik A dan B }

Konversi tanda :

1. Sudut relative BA berharga positif, jika OBlebih besar dari OA titik

B berada disebelah kanan titik A. jika bergerak ke arah sumbu A

positif.

2. Momen lentur berharga positif seperti pada gambar di bawah.

Dari gambar diperoleh : dA=xdθ=−xMEI

dt

∫A

B

dA=−∫A

BMEI

dx

∆ BA=−∫A

B

xMEI

dt

Page 8: FDM Edo Finish (Defleksi)

= - { momen pertama dari luas kurva MEI

antara titik A dan B dengan

acuan titik B}

Teorema Luas Momen Yang Kedua

Lendutan ∆BA merupakan perpindahan relative titik B terhadap

garis linier, yaitu semua factor yang mengandung lendutan W dan

turunannya dikembangkan ke tingkat pertama dari luas kurva MEI

yang

terletak antara titik A dan B dengan acuan titik B.

Prinsip Superposisi

Persamaan difrensial kurva lendutan balok adalah persamaan difrensial

linier, yaitu semua factor yang mengandung lendutan W dan turunannya

dikembangkan ke tingkat pertama saja. Karena itu, penyelesaian persamaan

untuk bermacam-macam kondisi pembebanan boleh di superposisi. Jadi

lendutan balok akibat beberapa beban yang bekerja bersama-sama dapat

dihitung dengan superposisi dari lendutan akibat masing-masing beban yang

bekerja sendiri-sendiri.

W '=−MEIy

W ' ' '=−QEIy

W iv=−qEIy

W(x) = W1(x) + W2(x)

Berlaku analog

W'(x) = W 1' ( x )+W 2

' (x)

M(x) = M1(x) + M2(x)

Q(x) = Q1(x) + Q2(x)

Page 9: FDM Edo Finish (Defleksi)

2.2. Teori Dasar Alat Ukur

Pada alat ukur yang digunakan dalam percobaan defleksi ini adalah dial

gauge (dial indicator) atau jam ukur. Jam ukur merupakan alat ukur pembnding

yang banyak digunakan dalam industry pemesinan pada bagian produksi

maupun bagian pengukuran. Prinsip kerjanya adalah secara mekanis, dimana

bergerak linier dari sensor di ubah menjadi gerak putaran pada jarum penunjuk

pada piringan berskala dengan perantara batang bergigi dan susunan roda gigi.

Kecermatan pembacaan skala adalah 0.01, 0.05, atau 0.002 dengan

kapasitas yang berbeda misalnya 20, 10, 5, 2 atau 1 mm. Untuk kapasitas

ukuran yang besar biasanya dilengkapi dengan jarum jam penunjuk kecil pada

piringan jam yang besar, dimana satu putaran penuh dari jarum jam yang besar

sesuai dengan satu angka dari yang kecil.

Ujung sensor dapat diganti dengan berbagai bentuk (bulat, lonjong,

pipih) dan dibuat dari berbagai baj karbida atau sapphire. Permukaan jenis

sensor disesuaikan dengan kondisi benda ukur dan frekwensi penggunaannya.

Toleransi kesalahan putarnya (run-out tolerance) dapat diperiksa dengan cara

menempatkan jam ukur pada posisi yang tetap dan benda ukur diputar pada

sumbu tertentu.

Page 10: FDM Edo Finish (Defleksi)

Gambar 2.6 Dial indicator Gambar 2.7 Penggaris

BAB III

METODOLOGI

3.1. Peralatan

Gambar 3.1 Alat uji 3D Defleksi

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

1. Alat Uji Defleksi

Page 11: FDM Edo Finish (Defleksi)

Gambar 3.2 Alat Uji Defleksi

2. Dial Indicator

Gambar 3.3 Dial Indicator

3. Massa

Gambar 3.4 Massa

3.3. Prosedur Praktikum

1. Susun batang seperti gambar 3.1 di atas, hanger penggantung beban

dipasang tetapi belum diberi beban. Hanger dapat dipasang satu atau dua,

tergantung kondisi pembebanan yang diinginkan. Pasang dial gauge pada

posisi x yang akan diukur lendutannya dan posisi awal batang uji yang

ditunjukkan oleh dial gauge dicatat.

Page 12: FDM Edo Finish (Defleksi)

2. Pasang beban pada hanger dan lendutan yang ditunjukkan dial gauge

dicatat. Lendutan yang terjadi adalah selisih kedua pencatat tersebut .

3. Ulang cara di atas untuk massa yang berbeda.

4. Ubah posisi dial gauge untuk menemukan lendutan di titik lain.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Percobaan

Tabel percobaan Defleksi

No Percobaan X

1

100

200

300

400

500

600

700

800

900

2

100

200

300

400

500

600

700

Page 13: FDM Edo Finish (Defleksi)

800

900

3

100

200

300

400

500

600

700

800

900

4.2. Perhitungan

Data :

L = 1000 mm ,

b = 45 mm, h = 4 mm

I = 1/12 bh3

= 1/12 (45 mm) (4 mm)3 = 240 mm4

E = 2.00.000 MPa

M = 1,85 Kg, g = 9,8 m/s2

P = M x g

= 1,85 Kg x 9,86 m/s2 = 18,13 N

Untuk Percobaan 1

δ1 = PaX (L2 - a2 - 4X2) / 6 LEI

Untuk Percobaan 2

δ2 = PaX ( L2-a2-X2) / 6LEI

Page 14: FDM Edo Finish (Defleksi)

Untuk Percobaan 3

δ3 = PbX ( L2-b2-X2) / 6LEI

Percobaan 1

Diketahui :

DBB :

+ ΣFx = 0

Ax = 0

ΣM = 0

– By.1 + 18,13.0,4 = 0

By = 7,25

+ ΣFy = 0

Ay + 7,25 – 18,13 N = 0

Ay = 10,9 N

Perhitungan defleksi :

- Pada x = 100

δ= Pax6 LEI

( L2−a2−x2 )

Ay

Ax

By

P = 18,13 N

Page 15: FDM Edo Finish (Defleksi)

¿18,13 x 400 x 100

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−4002−1002 ) = 2,08 mm

- Pada x = 200

δ= Pax6 LEI

( L2−a2−x2 )

¿18,13 x400 x 200

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−4002−2002 ) = 4,02 mm

- Pada x = 300

δ= Pax6 LEI

( L2−a2−x2 )

¿18,13 x 400 x 300

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−4002−3002 ) = 5,67 mm

- Pada x = 400

δ= Pax6 LEI

( L2−a2−x2 )

¿18,13 x 400 x 400

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−4002−4002) = 6,8 mm

- Pada x = 500

δ= Pax6 LEI

( L2−a2−x2 )

¿18,13 x 400 x 500

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−4002−5002 ) = 7,4 mm

- Pada x = 600

δ= Pax6 LEI

( L2−a2−x2 )

¿18,13 x400 x 600

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−4002−6002 ) = 7,2 mm

- Pada x = 700

δ= Pax6 LEI

( L2−a2−x2 )

¿18,13 x 400 x 700

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−4002−7002 ) = 6,16 mm

Page 16: FDM Edo Finish (Defleksi)

- Pada x = 800

δ= Pax6 LEI

( L2−a2−x2 )

¿18,13 x400 x 800

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−4002−8002 ) = 4,02 mm

- Pada x = 900

δ= Pax6 LEI

( L2−a2−x2 )

¿18,13 x400 x 900

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−4002−9002 ) = 0,67 mm

Percobaan 2

Diketahui :

Page 17: FDM Edo Finish (Defleksi)

DBB P = 18,13 N

+ ΣFx = 0

Ax = 0

ΣM = 0

18,13.0 1 – By.1 = 0

By = 1,81

+ ΣFy = 0

1,81 + Ay - 18,13 = 0

Ay = 16,32 N

Perhitungan Defleksi :

- Pada x = 100

δ= Pax6 LEI

( L2−a2−x2 )

¿18,13 x100 x 100

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−1002−1002 ) = 0,616 mm

- Pada x = 200

δ= Pax6 LEI

( L2−a2−x2 )

¿18,13 x100 x 200

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−1002−2002 ) = 1,19 mm

- Pada x = 300

δ= Pax6 LEI

( L2−a2−x2 )

¿18,13 x100 x 300

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−1002−3002 ) = 1,69 mm

Ax

Ay By

Page 18: FDM Edo Finish (Defleksi)

- Pada x = 400

δ= Pax6 LEI

( L2−a2−x2 )

¿18,13 x100 x 400

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−1002−4002 ) = 2,08 mm

- Pada x = 500

δ= Pax6 LEI

( L2−a2−x2 )

¿18,13 x100 x 500

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−1002−5002 ) = 2,32 mm

- Pada x = 600

δ= Pax6 LEI

( L2−a2−x2 )

¿18,13 x100 x 600

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−1002−6002 ) = 2,37 mm

- Pada x = 700

δ= Pax6 LEI

( L2−a2−x2 )

¿18,13 x100 x 700

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−1002−7002 ) = 2,20 mm

- Pada x = 800

δ= Pax6 LEI

( L2−a2−x2 )

¿18,13 x100 x 800

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−1002−8002 ) = 1,76 mm

- Pada x = 900

δ= Pax6 LEI

( L2−a2−x2 )

¿18,13 x100 x 900

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−1002−9002 ) = 1,01 mm

Page 19: FDM Edo Finish (Defleksi)

Percobaan 3

Diketahui :

DBB : Ax p = 18,13

+ ΣFx = 0

Ax = 0

ΣM = 0

18,13.0,7 – By.1 = 0

By = 12,69

+ ΣFy = 0

12,69 – 18,13 Ay = 0

Ay = 5,44

Perhitungan Defleksi :

- Pada x = 100

δ= Pbx6 LEI

( L2−b2−x2 )

¿18,13 x300 x 100

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−3002−1002 ) = 1,69 mm

Ay

By

Page 20: FDM Edo Finish (Defleksi)

-- Pada x = 200

δ= Pbx6 LEI

( L2−b2−x2 )

¿18,13 x300 x 200

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−3002−2002 ) = 3,22 mm

- Pada x = 300

δ= Pbx6 LEI

( L2−b2−x2 )

¿18,13 x300 x 300

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−3002−3002 ) = 4,6mm

- Pada x = 400

δ= Pbx6 LEI

( L2−b2−x2 )

¿18,13 x300 x 400

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−3002−4002 ) = 5,6 mm

- Pada x = 500

δ= Pbx6 LEI

( L2−b2−x2 )

¿18,13 x300 x 500

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−3002−5002 ) = 6,2 mm

- Pada x = 600

δ= Pbx6 LEI

( L2−b2−x2 )

¿18,13 x300 x 600

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−3002−6002 ) = 6,2 mm

- Pada x = 700

δ= Pbx6 LEI

( L2−b2−x2 )

¿18,13 x300 x 700

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−3002−7002 ) = 5,55 mm

- Pada x = 800

δ= Pbx6 LEI

( L2−b2−x2 )

¿18,13 x300 x 800

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−3002−8002 ) = 4,0 mm

Page 21: FDM Edo Finish (Defleksi)

- Pada x = 900

δ= Pbx6 LEI

( L2−b2−x2 )

¿18,13 x300 x 900

6 x1000 x2. 105 x240( 10002−3002−9002 ) = 1,69 mm

4.3 Tabel Hasil Perhitungan

Percobaan 1

Page 22: FDM Edo Finish (Defleksi)

Percobaan 2

Page 23: FDM Edo Finish (Defleksi)

Percobaan 3

Page 24: FDM Edo Finish (Defleksi)

4.4 Grafik Perhitungan

4.4.1 Grafik Perbandingan δ teori dengan δ exp Percobaan 1

Grafik 4.1 Perbandingan δ teori dengan δ exp Percobaan 1

4.4.2 Grafik Perbandingan δ teori dengan δ exp Percobaan 2

100 200 300 400 500 600 700 800 9000123456789

10

2.08

4.02

5.676.8

7.4 7.26.16

4.02

0.67

2.57

4.6

6.27

7.728.86

8.25 7.75

4.41

2.15

Grafik perbandingan teori 1 vs δ δexp 1 terhadap posisi dial

indicator

δ teori δ Exp

100 200 300 400 500 600 700 800 9000

0.5

1

1.5

2

2.5

3

0.616

1.196

1.69

2.082.32 2.37

2.2

1.76

1.010.89

1.98

2.51 2.6 2.53 2.4

1.44 1.35

0.11

Grafik perbandingan teori 2 vs δ exp 2 terhadap posisi dial δ

indicator

δ teori 2 δ Exp 2

Page 25: FDM Edo Finish (Defleksi)

Grafik 4.2 Perbandingan δ teori dengan δ exp Percobaan 2

4.4.3 Grafik Perbandingan δ teori dengan δ exp Percobaan 3

Grafik 4.3 Perbandingan δ teori dengan δ exp Percobaan 3

4.4.4 Grafik Perbandingan δ teori dengan Percobaan 1, 2 dan 3

200 300 400 500 600 700 800 9000

1

2

3

4

5

6

7

8

2.08

4.02

5.67

6.87.4 7.2

6.16

4.02

0.67

1.65

3.22

4.87 5.18 5.41

6.48

5.55

3.83

2.48

Grafik perbandingan teori 3 vs δ δexp 3 terhadap posisi dial indicator

δ teori 3 δ Exp 3

100 200 300 400 500 600 700 800 9000

1

2

3

4

5

6

7

8

2.08

4.02

5.67

6.87.4 7.2

6.16

4.02

0.670.6161.196

1.692.08 2.32 2.37 2.2

1.76

1.011.7

3.29

4.65

5.676.23 6.23

5.55

4.08

1.7

Grafik perbandingan teori 1, 2, dan 3δ

δ teori 1 δ teori 2 δ teori 3

Page 26: FDM Edo Finish (Defleksi)

Grafik 4.4 Perbandingan δ teori dengan Percobaan 1,2 dan 3

4.4.5 Grafik Perbandingan δ exp Percobaan 1, 2 dan 3

Grafik 4.5 Perbandingan δ exp Percobaan 1, 2 dan 3

100 200 300 400 500 600 700 800 9000

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

2.57

4.6

6.27

7.72

8.868.25

7.75

4.41

2.15

0.89

1.982.51 2.6 2.53 2.4

1.44 1.35

0.11

1.65

3.22

4.87 5.18 5.41

6.48

5.55

3.83

2.48

Grafik perbandingan Experimen 1, 2, δdan 3

δ Exp 1 δ Exp 2 δ Exp 3

Page 27: FDM Edo Finish (Defleksi)

4.5 Analisa dan Pembahasan

Dalam praktikum defleksi ini, dilakukan 3 jenis percobaan pada batang

prismatic dengan tumpuan pada kedua ujung batang dibedakan. Dimana

percobaan menggunakan tumpuan rol dan engsel dengan jarak pembebanan

yang berbeda. Pada pengujian 1 beban seberat 18,13 N diletakkan didaerah (a =

400 mm , b = 600 mm), pengujian 2 diletakkan dengan a = 100 mm dan b

= 900 mm, lalu pengujin 3 diletakkan dengan a = 700 mm lalu b = 300 mm.

Pada pengujian pertama lendutan terbesar terjadi pada x = 500 mm

(ditengah batang prismatic) yaitu sebesar δ = 8,86 mm, sedangkan secara

teoritiknya lendutan terbesar terjadi pada titik yang sama yaitu x = 500mm

dengan besar δ = 7,4 mm. Lalu pada pengujian kedua lendutan terbesar terjadi

pada x = 600 mm yaitu sebesar δ = 6,48 mm, sedangkan secara teoritiknya

lendutan terbesar terjadi pada dua titik yaitu x = 500 mm dan x = 600 mm

dengan besar δ = 6,23 mm. Dan terakhir pada pengujian ketiga lendutan

terbesar terjadi pada x = 400 mm yaitu sebesar δ = 2,6 mm, sedangkan secara

teoritiknya lendutan terbesar terjadi pada titik x = 600 mm dengan δ = 2,37

mm.

Dari ketiga jenis pengujian yang dilakukan dapat kita lihat bahwa lendutan

terbesar terjadi ketika beban diletakkan ditengah-tengah (percobaan 1)

δ=8,86 mm dimana a = 400 dan b = 500 mm sepanjang L = 1000 mm,

sedangkan lendutan terkecil terjadi pada percobaan 3 yaitu δ=0,11 mm dimana

a = 100 mm dan b = 900 mm. Analisa tesebut berlaku juga jika lendutan

dihitung secara teoritik walaupun nilainya berbeda yaitu untuk jenis

perhitungan yang dilakukan dapat kita lihat bahwa lendutan terbesar terjadi

Page 28: FDM Edo Finish (Defleksi)

ketika beban diletakkan ditengah-tengah (percobaan 1) δ=7,4 dimana a = 400

dan b = 600 mm sepanjang L = 1000 mm, sedangkan lendutan terkecil terjadi

pada percobaan 2 yaitu δ=0,616 mm dimana a = 100 mm dan b = 900 mm.

Dari grafik dapat kita lihat bahwa antara nilai defleksi yang di cari secara

teori δ teori dengan nila defleksi scara eksperimen atau percobaan δ exp

terdapat selisih yang cukup jauh. Garis trendline yang dibentuk pun ada sediki

perbedaan di bagian puncak lendutan. Kesalahan pengukuran, pebacaan skala

dial indicator atapun system yang sudah tidak stabil membuat terjadinya

perbedaan hasil nilai lendutan secara teoritik dan eksperimen.

Jadi besar kecilnya nilai defleksi dipengaruhi oleh penempatan beban,

jenis tumpuan, materialnya dan inersia polar dari penampang itu sendiri.

Hal-hal yang disebutkan diatas dapat menjadi pacuan dan baham pertimbanan

yang lebih baik kedepannya

Page 29: FDM Edo Finish (Defleksi)

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini adalah :

1. Besar kecilnya nilai defleksi dipengaruhi oleh titik pembebanan

2. Selain itu defleksi juga dipengaruhi oleh besar pembebanan dan tumpuan

yang digunakan

3. Perbedaan defleksi teoritis dengan defleksi percobaan dapat di sebabkan

oleh :

a) Kesalahan pembacaan dial indicator.

b) Penempatan dial indicator yang kurang tepat.

c) Kesalahan pada alat percobaan karena batang tidak lurus lagi.

5.2. Saran

Untuk praktikum tahun depan saya harap alat yang digunakan dalam

kondisi baik dan juga alat yang digunakan sudah di kalibrasi dengan alat

yang standar.

Page 30: FDM Edo Finish (Defleksi)

DAFTAR PUSTAKA

Team Asisten LKP. 2013. Fenomena Dasar Mesin Bidang Konstruksi Dan

Perancangan. Jurusan Teknik Mesin. Fakultas Teknik. Universitas

Bengkulu. Bengkulu

Gere, J.M dan Timoshenko S.P. 1996. Mekanika Bahan. Edisi Kedua. PT.

Erlangga. Jakarta

Page 31: FDM Edo Finish (Defleksi)

L A M P I R A N

Page 32: FDM Edo Finish (Defleksi)
Page 33: FDM Edo Finish (Defleksi)