FB CASE

15

Click here to load reader

description

kasus

Transcript of FB CASE

Page 1: FB CASE

JUDUL CASE: ELLIE DAN KULIT KERANG AJAIBPenulis : Y.NSahabat pecinta case criminal fiksi yang saya hormati, berikut saya sajikan sebuah case mudah pada anda sekalian. Selain mengisi kelangkaan case yang ada di dunia D case ini juga saya tulis dengan tujuan melatih kembali kemampuan menulis saya yang sepertinya sudah mulai menumpul. Case ini berjenis Fiksi adaptasi yang terinspirasi dari case-case saya terdahulu yang saya modifikasi dan juga dari beberapa film favorit saya semisal spongebob squarepants dll. Setelah case ini solve saya berencana membuat beberapa case sekuel dari case ini yang mengangkat tokoh ELLIE sebagai bagian dari case. Semoga inspirasi menulis saya kembali lancar. Dan bagi anda selamat memecahkan.. 1Mereka berdua duduk di bangku kantin paling pojok. Sudut paling sepi yang seolah disisakan bagi murid-murid terkucilkan sepertimereka. Namun mereka tak terlalu peduli. Bagi mereka makan siomay pedas lebih nikmat daripada meratapi ketidak adilan social yang menimpa mereka.“El, bodo amat sih loe. Cowok ganteng kayak Al digantungin. Ini tuh kesempatan tau. Kalau loe bisa pacaran sama Al, orang-orang bilang loe cewek penyihir itu bisa melongo.Dan kamu bisa jadi populer di sekolah ini.”“Sin, kamu aja sudah cukup kok jadi sahabatku. Kamu dan … Dio tentunya. Biar aku tanya Dio ya ”“Dio, apakah aku boleh berpacaran dengan Al?”Pendulum Kulit Kerang itu terlihat sedikit bergerak.“Tuh kan, si Dio merestuimu sama Al. Udah…. buruan terima saja dia.”“Tunggu dulu. Dio, Apakah aku tidak boleh berpacaran dengan Al?” Bandul Kulit kerang itu bergerak berputar dengan tempo yang lebih cepat.“El, Jangan bilang si Dio gak merestuimu ya.”“Sin, Kata Dio aku gak boleh pacaran sama Al. Kamu tahu kan, si Dio gak pernah salah.”“Ellie..Ellie. Pantas aja banyak orang bilangkamu penyihir. Ternyata kamu lebih percaya sama benda mati itu daripada sama aku sahabatmu. Kamu sahabatan aja ya sama Kulit Kerangmu itu.”Kata Sinta dengan penuh emosi.“Tunggu Sin, aku tanya Dio dulu aku boleh apa tidak putus sahabatan sama kamu. Dulu juga aku sahabatan sama kamu karena disuruh Dio.” Mendengar perkataan Ellie, Sinta makin geram dan pergi meninggalkan gadis SMA itu tanpa berkata-kata. Sedangkan Ellie hanya memandangi pendulum kulit kerangnya yang terus berputar kencang.“Kamu benar Dio, aku harus tetap bersahabat dengan Sinta. Aku akan berusaha baikan sama dia.” Kata gadis berparas cantik itu. Dengan senyum yang agak berat Ellie menghabiskan sisa Siomay pedas yang dibelinya. Setelah itu dengan langkah malas Ellie kembali ke kelas. sepanjang jalan dia bagai tubuh kosong tanpa jiwa. “Dunia sepertiini tidak kubutuhkan” Katanya hatinya. Langkahnya terhenti di sebelah tangga yang menuju lantai atas dia melirik ujung tangga itu dan memikirkan sesuatu. Dia mengurungkan niatnya kembalike kelas dan perlahan melangkahkan kaki menuju lantai atas. Dia terus mendaki anak tangga itu satu persatu hingga dia tiba di depan pintu yang menuju ke atap sekolah.Dia mengeluarkan pendulum kulit kerang kesayanganya dan sekali lagi bertanya pada benda mati itu.“Dio.. apakah aku boleh melakukannya?” Kulit kerang itu tak bergerak sedikitpun.Lalu sebuah teriakan mengagetkan Ellie.

Page 2: FB CASE

“Elll!!! Ngapain loe disana?” Ellie langsung melihat ke bawah. Disana ada Sinta yang berteriak memanggilnya“Ah..nggak ada apa Sin. Aku tadi sempat berfikir tuk bunuh diri, tapi Dio gak bolehin aku.” Jawab Ellie. “Gila loeEl, klo tadi Dio berputar loe mau bunuh diri? Ah.. gila kamu, tapi…El.. maafin aku ya. Ternyata keputusanmu bener.”“Bener? Bener apa maksudmu?”“Lho kamu belum denger ya?”“Denger apa?”“Barusan Pak Sarjo memergoki Al dan Rosita berbuat mesum di gudang belakang. Sekarang mereka lagi disidang di ruang BP.”“Syukurlah Sin, untung aku gak jadi pacaran sama dia. Sekarang kamu percaya kan samaDio?”“Iya deh.. aku percaya.”“Jadi.. kita tetep sahabatan?”“Best Friend Forever. Tapi ingat ya.. jangan kepikiran bunuh diri loe lagi. Janji ya.!!”“Iya deh aku janji Sin.” Dua jempolkanan mereka saling bersilang sebagai symbol persahabatan kekanak-kanakan diantara mereka. Mereka bergandengan tangan masuk kelas. 2.Mereka berboncengan di siang yang menyengat itu.Kayuhan Ellie terhenti manakala menyaksikan keramaian di Rumah Bunda Yani, guru les mereka semasa SMP dulu. Disana juga terlihat beberapa orang Polisi. Ellie dan Sinta penasaran apa yang kiranya sedang terjadi.“Ada apa pak kok Ramai?” tanya Sinta yang segera turun dari boncengan Elie pada pak Parman. Ketua RT Setempat.“Ada pembunuhan Dek.” Jawab pak Parman Singkat.“Bunda Yani..??” tanya Sinta sambil terkejut .“Iya.” Mata Sinta berkaca-kaca mendengar Jawaban Pak Parman itu.Sinta bergegas menerobos police line dan berusaha masuk ke TKP. Namun seorang polisi menghentikannya dan menyuruhnya pergi keluar pita kuning polisi itu. “El, Bunda Yani El…” Kata Sinta sambilmenangis tersedu.Ellie hanya mematung menatap ke halaman depan rumah bunda Yani.“Gerry juga gak ada” kata Ellie sambil menunjuk kandang anjing yang kosong di halaman depan rumah bunda Yani.IPDA Edi menatap kedua siswi SMA itu dan perlahan mendekat Feelingnya dia akan mendapat petunjuk dari keduanya. Melihat ada salah satu polisi mendekat Ellie bergegas menaiki sepedanya dan pergi meninggalkan Sinta.“Ell tunggu!! Kamu kok ninggalin aku!!” Teriak Sinta sambilberlari berusaha mengejar Ellie. NamunEllie tidak memperdulikannya. Langkah Sinta terhenti karena ada yang menarik tasnya dari belakang.“Tunggu Dek,” Kata polisi yang menghentikan Sinta. “Ah.. Iya pak..” Sinta yang awalnya sedih kini terkesima oleh ketampanan polisi muda itu.“Kenapa temanmu lari? Saya hanya ingin bertanya saja kok.”“Entahlah pak, dia memang agak aneh. Tadi aja dia mau bunuh diri.” Jawab Sinta.“Sepertinya kalian kenal dengan Bu Yani.”“Iya pak, sewaktu SMP kami murid Les Bunda Yani.” “Baiklah, kalau begitu saya ingin bertanya beberapa hal tentang bu Yani.”

Page 3: FB CASE

“Hm… saya gak mau ke kantor polisi pak. Saya gak tau apa-apa tentang kematian Bu Yani.”“Siapa bilang kita akan ke kantor polisi? Jangan takut. Santai saja bagaimana kalau kita bicara di café ujung jalan sana, saya yang traktir.”“Hm.. baiklah pak.” Strategi IPDA Edi berhasil, membawa anak SMA untuk diintrogasi di kantor polisi tentu akan membuatnya ketakutan meski dia tak bersalah. Dengan mengajaknya bicara santai di café yang berada sekitar lima puluh meter dari TKP, IPDA Edi lebih banyak mendapat keterangan dari Sinta.“Setau saya Bu Yani tak punya musuh. Suami beliau sudah lama meninggal.Kalau Elie… sepertinya dia trauma sama polisi pak. Ayah Ellie adalah terpidana kasus korupsi, beliau ditangkap semasa Ellie masih kelasenam SD sampai sekarang belum keluar penjara. Mungkin Ellie trauma sama polisi sejak itu. Sebagai sahabatnya hanya saya yang tau masalah ini pak. Jika teman yang lain tau mereka pasti membully Eliie habis-habisan.” Kata Sinta sambil menyedot jus manggis yang dibelikan IPDA Edi.“Apa Bu Yani pernah cerita pada kalian tentang saudara atau musuh misalnya?”“Tidak Pak, bunda yani hanya sering cerita tentang suaminya yang dulu bekerja sebagai Nahkoda kapal. Dan beliau sering menunjukkan pada kami jam tangan Patek Philipe peninggalan suaminya. Katanya itu jam antik. Awet dan bisa berjalan tanpa battery.” Mendengar keterangan Sinta, IPTU Edi jadi teringat gradasi warna dan bekas sesuatu yang sepertinya melingkar di pergelangan tangan kiri korban.“Apa Bu Yani sering memakai jam itu?” tanya IPDA Edi.“Kami tak pernah melihat beliau tidak memakainya pak. Bahkan kata beliau jam itu bisa mati kalau gak dipakai. Makanya beliau pakai terus. Bahkan saat cuci piring sekalipun beliau tetap memakainya.” IPDA Edi manggut-manggut mendengar keterangan Sinta.“Baiklah Sinta, sudah sore. Sebaiknya kamu pulang. Apa perlu saya antar? Sekalian saya nanti jelaskan pada orang tua kamu.”“Gak usah pak, rumah saya dekat gak sampai seratus meter dari sini. Lagipula orang tua saja gila kerja dua-duanya. Kadang pulang kadang gak. Saya hidup berdua dengan asisten rumah tangga.”“Baiklah.. hati-hati di jalan ya.”“Pak, saya boleh tanya sesuatu? Daritadi bapak terus yang nanya, gilaran saya sekarang.”“Silahkan, tanya apa?”“Bapak sudah punya istri atau pacar?”“Belum, kenapa? Kamu mau daftar?” Sinta tersipu malu mendengar jawaban polisi tampan itu.“Gak kok pak, saya Cuma mau berselfie sama bapak.”“Ok, silahkan..” Sinta langsung merapatkan dirinya dan merangkul IPDA Edi. Dia juga mendekatkan wajahnya ke pipi IPDA Edi. Sebuah Fotopun terambil oleh kamera ponsel Sinta.Dia lalu mengupload fotonya di intagram dengan caption “Ditraktir jus manggis sama gebetan baru”3.Meski telah mendapat keterangan dari Sinta, IPDA Edi masih penasaran dengan Ellie. Dia merasa ada sesuatu yang aneh pada Ellie. Dalam benaknya dia masih menyimpan tanya mengapa teman Sinta itu pergi begitu hendak dia datangi. Penjelasan Sinta tentang Elie yang mungkin trauma padapolisi belum memuaskannya. Polisi ganteng itupun meminta alamat Ellie pada Sinta dan secara diam-diam dia mengawasi Ellie. Kebetulan Rumah Ellie tidak sampai lima ratus meter dari TKP pembunuhan. Dari dalam mobil IPDA Edi melihat Ellie berdiri di balkon rumahnya sambil melamun menatap langit malam lalu Ellie mengeluarkan sebuah benda dari saku bajunya dan memandangi benda

Page 4: FB CASE

seperti pendulum itu dan sepertinya bergumam pada benda itu.“Dio.. orang itu mengawasiku.. apayang harus kulakukan? Aku tak mau ke kantor polisi… apa aku harus melakukannya?” Pendulum itu bergerak menjawab pertanyaan Ellie.Dari bawah Ellie tiba-tiba masuk kedalam rumah setelahnya namun insting polisinya berkata dia harus tetap mengintai Ellie. Dia yakin akan mendapatkan sesuatu dari pengintaian itu.Rupanya insting polisinya benar. Tidak lama kemudian Ellie keluar rumah sambiljalan kaki. IPDA Edi mengikuti Elie diam-diam dari belakang jugadengan berjalan kaki agar Ellie tidak curiga. Di persimpangan jalan Ellie berhenti dan mengeluarkan pendulum kerangnya dan seolah berbicara pada benda itu. Tidak lama kemudian, Ellie sampai di persimpangan lagi dan melakukan hal yang serupa dia terus mengulanginya di tiap persimpangan. IPDA Edi mengikuti terus gadis itu dari belakang. Hingga gadis ituberhenti di depan bangunan terbengkalai proses pembangunannya. Gadis itu memasuki gedung terbengkalai itu sedangkan IPDA Edi tetap memantaunya. meski tak ikut masuk ke area gedung, dari luar pun IPDA Edi dapat melihat gerak gerik Ellie karena pagar gedung itu sangat renggang. Gadis itu terlihat menghentikan langkahnya dan sekalilagi dia mengeluarkan pendulum itu dan berbicara dengan benda mati itu. IPDA Edi tetap tak begitu jelas mendengar perkataan gadis itu. Setelah itu dia berjalan menuju bak sampah besar di pelataran depan gedung tersebut dan membukanya. Seketika itu Ellie berteriak dan mundur kebelakang perlahan. Saat itulah IPDA Edi menghampiri Ellie. Dia langsung memeriksa ada apa dalam bak sampah yang berbau sangat menyengat itu. Begitu membukanya IPDA Edi sangat terkejut. Dia menemukan bangkai anjing yang mulai membusuk disana. Lalu IPDA Edi diam memandangi Ellie yang menangis. “Apa ini anjing Bu Yani yang hilang itu?” Ellie hanya mengangguk.4.Keesokan siangnya di kantor satreskrim kepolisian setempat dilakukan rapat terkait temuan-temuan kasus pembunuhan Bunda Yani. Yang dipimpin langsung oleh AKBP Reno Firmansyah. Kepala sat reskrim itu dengan cermat memeriksa hasil temuan anak buahnya termasuk temuan IPDA Edi.“Oke, Jelaskan pointnya. Tim olah TKP.”“Korban dibunuh di ruang tamu, tidak ada kerusakan padapintu masuk dan tidak ada tanda-tanda pemindahan pada jasad korban. Selain itu telah disajikanya teh di meja ruang tamu mengindikasikan korban dan pelaku sudah saling kenal, dan pelaku sepertinya telah merencanakan pembunuhan ini pak, bisa dilihat dari tidak ditemukanya sidik jari orang lain di sekitar TKP. Kondisi kamar korban acak-acakan dan kemungkinan beberapa barang korban telah dicuri. Dan menurut kecocokan dengan saksi yang diintrogasi IPDA Edi jam tangan mewah korban juga diambil. Jam meja yang mati menunjukkan pukul 10.10 tapi kami belum bisa memastikan pukul sepuluh malam atau siang jam itu mati karena batreinya terlepas saat terjatuh. Jam itu jatuh karena dampak perlawanan korban. Yang pertama menemukan adalah ibu-ibu PKK yang mengantar konsumsi dari posyandu lansia untuk korban pada pukul 11.09 siang. Ibu-ibu PKK tersebut memang bertugas membagikan jatah konsumsi pada lansia yang tidak hadir. Dia masuk begitu saja karena korban tidak keluar saat bel dibunyikan, sedangkan pintu pagar depan dan pintu depan rumah tidak terkunci. Jadi dia langsung masuk ”“Hmm.. begitu. Lalu dari tim forensic.”“Korban meninggal karena jeratan di lehernya pak, menurut hasil test Post Mortem Interval kami perkirakan korban meninggal antara 24-26 jam sebelum ditemukan,sedangkan bangkai anjing milik korban yang ditemukan IPDA Edi pada pukul Sembilan malam harinya meski ada pukulan benda tumpul dikepalanya namun penyebab kematiannya adalah karena racun pestisida yang

Page 5: FB CASE

dicampurkan pada makanan anjing. Sesuai dengan bekas pestisida yang ditemukan di mangkok makan anjing di TKP. Dan kami perkirakan meninggal kurang lebih 24 jam sebelum ditemukan. Hal ini sangat cocok juga dengan keterangan warga sekitar yang berhasil digali IPDA Edi bahwa sekitar pukul Sembilan malam terdengar suara anjing yang menyalak sebentar lalu tidak terdengar lagi setelahnya. Lalu pada gigi anjing tersebut juga kami temukan darah manusia pak.”“Darah manusia? Sepertinya kita semakin dekat dengan pelaku.”“Tapi masalahnya pak, meski DNA pelaku tertinggal kita kan masih belum bisa melacaknya pak, karena kita masih belum punya bank data DNA seperti yang dimiliki Negara-negara maju. Kita tidak mungkin mencocokkan sampel DNA dari darah tersebut dengan ribuan warga sekitar TKP. Belum lagi jika pelakunya dari luar kota.”“Benar, sulit juga kalau begitu.Lalu kamu Edi..? ah… sudah cukup kamu tidak usah menjelaskan. Revisi dulu laporanmu agar logis.”“Tapi pak, memang begitu adanya.” Sangga IPDA Edi.“Kamu mau melaporkan bahwa polisi menemukan barang bukti melalui kekuatan supernatural? Begitukah? Coba kamu berfikir logis”“Siap Pak.Saya akan Revisi laporan saya.”“Baiklah. Terus kembangkan penyidikan.”5“Logiskan” Perintah itu terngiang di benak IPDA Edi. Namun jika menyangkut masalah Logis maka satu nama yang muncul pertama di otak polisi ganteng itu hanya “Yahya”. Orang terlogis yang pernah dia kenal. Profesor Maher Shidiq Al Yahya. Dia langsung menghubungi sahabat lamanya itu dan menceritakan semua tentang kasus yang dihadapinya. Profesor Yahya meminta IPDA Edi Membawa Ellie ke Labnya beserta pendulum kerang yang dimilikinya untuk di tes secara ilmiah. Menindaklanjuti permintaan Profesor Yahya tersebut IPDA Edi menjemput Ellie sepulang sekolah. IPDA Edi menunggu Eliie di Café Om Eko yang berada di depan gerbang sekolah Ellie. Begitu Ellie dan Sinta terlihat keluar dari gerbang IPDA Edi langsung menghampiri mereka dan menjelaskan maksudnya. Sinta tentu saja langsung setuju meski sebenarnya IPDA Edi tak mengajaknya. Namun Ellie seolah enggan.“Saya bawa sepeda, mau taruh dimana sepeda saya?” alas an Elie.“Titipkan di Café Om Eko aja El, sini biar aku yang titipin. Sinta langsung menyambar sepeda Ellie dan menitipkannya ke Café om Eko. Udah, gak ada alas an lagi kamu El.” Karena tindakan Sinta itu tiada lagi Alasan Ellie menolak. Akhirnya dia pasrah. Mereka pun bertiga menuju lab Professor Yahya yang ada di komplek kamus ITN. Sebelum mereka naik mobil segerombolan siswi SMA menghampiri mereka.“Cieee, karena bantuan si penyihir dapet polisi ganteng nih ye…” kata salah satu siswi SMA itu.“Hush.. bukan karena sihir keles… mereka tuh sekarang jadi ayam..” Mendengar perkataan itu IPDA Edi naik pitam.“HEY KALIAN NGOMONG APA!!!?” Melihat kemarahan IPDA Edi gerombolan Siswi SMA itu kabur tunggang langgang.“Sudah, Mas Edi.. kami biasa kok di Bully kayak gitu. Eh, maaf tadi aku panggil mas..harusnya pak”“Sudah ayo bergegas.” Mereka pun menaiki mobil Xenia milik IPDA Edi. Mereka menuju lab Professor Yahya di komplek kampus Institut Teknologi Negara. Di dalam Mobil, IPDA Edi masih belum bisa meredam kekesalannya pada para siswi berandalan SMK Prayuana itu.“Kalian kok gak lapor kepala sekolah sih? Kalau setiap hari di bully gitu.”“Gak perlu mas, kami udah kebal.”

Page 6: FB CASE

“Mengapa Ellie di panggil penyihir?” Ellie diam saja tak menjawab.“Karena si Dio Mas.” Jawab Sinta.“Dio?”“Itu Pendulum kulit kerang itu namanya Dio.”“Kok bisa?” Sinta mulai menceritakan tentang lahirnya julukan Ellie Si Penyihir.“Gini Ceritanya, dulu waktu kelas 2 ada tour ke pantai banyu biru, pantainya luas banget. Karena aku dan Ellie beda alam dengan yang lain, kami mutusin menyendiri, kami berjalanmenyusuri pantai hingga sampai di sisi lain pantai, karena tertulis “Dangger Beach” kami gak berani mainan di pantai itu, pantai itu sepi, jadi kami mutusin cuman duduk-duduk doang di pinggir pantai. Eh.. tiba-tiba ada segerombol kakak kelas datang bersama anak-anak itu tadi, mereka gak mengindahkan larangan berenang. Ellie pun berusaha mengingatkan mereka namun salah satu dari mereka malah menampar Ellie. Ellie Menangis dan menatap mereka penuh kebencian lalu Ellie ngeluarin Dio. Ellie lalu berkata “ Dio, Apakah mereka akan mati?” Dio berputar menjawab pertanyaan Ellie. Lalu Ellie berkata”Kalian akan mati di pantai ini” Lalu Ellie pergi sambil tertawa terbahak-bahak. Saat itu Ellie benar benar terlihat menakutkan hingga semua terdiam, saat itu aku kira Ellie jadi gila loh. Tapi sebagai sahabat aku tetap menemani Ellie melihat mereka dari kejauhan. Saat itu Ellie bilangpadaku “Lihat Sin, mereka akan mati” Aku sebenarnya takut saat itu.tapi aku harus mendampingin sahabatku. Kami berdua melihat mereka berenang di pantai berbahaya itu, lalu tiba-tiba dua orang yang berenang agak ketengah menghilang tak lama kemudian salah satu diantara mereka yang bernama Milamuncul ke permukaan dan berteriak minta tolong. Melihat hal itu salah satu kakak kelas kami yang bernama Jonas bergegas menceburkan diri ke laut dan berusaha menolongnya, namun begitu sampai di dekat Mila, Mila tiba-tiba tenggelam, tidak lama setelah itumuncul seorang yang lainnya yang bernama Nila di sisi yang agak jauh namun sejajar dengan posisi Mila tenggelam tadi , Jonas pun juga segera menghampirinya, namun sama seperti Mila, Nila juga tenggelam begitu Jonas Menghampirinya, Jonas kebingungan di tengah laut yang agak dalam namun bergelombang tenang itu. Tidak lama setelahnya keduanya, Mila dan Nila muncul bersamaan meminta tolong di sisi yang agak jauh dari tempat mereka tenggelam, Jonas merasa bingung harus menyelamatkan yang mana, akhirnya Jonas memutuskan menolong Mila dan dia berenang kea rah Mila, namun begitu hendak sampai, Jonas merasa terkejut karena daerah sekitar Mila tenggelam sebenarnya perairan dangkal, bahkan tingginya mungkin hanya sedengkul. Mila pun berhenti berpura-pura tenggelam dan berdiri menertawakan Jonas begitu juga dengan Nila yang ada dikejauhan. Jonas yang merasa dikerjain berenang kembali ke bibir pantai dengan rasa marah. Sedangkan Mila dan Nila melanjutkan Berenang di kejauhan pantai, mereka percaya diri karena keduanya Juara lomba renang tingkat provinsi. Tak berselang setelah itu ombak yang agak besar datang menggulung mereka berdua. Mereka berdua seperti hilang ditelan ombak. Semua terdiam karena tak melihat mereka. Namun akhirnya mereka muncul juga sambil tertawa-tertawa. Merekapun mencoba berenang ke bibir pantai, namun anehnya meski mencoba kedepan, mereka malah mengarah kebelakang, seolah ada sesuatu yang menarik mereka ketengah laut. Jonas dan teman-teman lainnya tak menghiraukan mereka dan menganggap itu hanya lelucon. Mila dan Nila akhirnya ditinggalkan begitu saja oleh mereka.Begitu juga kami, kami akhirnya memutuskan kembali ke rombongan karena waktu yang diberikan telah habis. Saat semua berkumpul dan hendak ke berangkat ke tujuan wisata berikutnya, barulah ketahuan bahwa Mila dan Nila tak pernah kembali dari pantai itu. Mayat mereka ditemukan di ujung paling selatan pantai berbahaya itu beberapa jam setelah mereka kami tinggalkan. Sejak saat itu Ellie dipanggil penyihir.”

Page 7: FB CASE

“Hoaamm.. kamu terlalu melebih-lebihkan sin, aku tak pernah seseram itu.”“Aku gak bohong lho mas Edi.. aku sampai taku dulu sama Ellie”“Oh iya, Ellie semalam sebelum kejadian penemuan jenazah bu Yani antara pukul setengah Sembilan sampai jam sepuluh malam kamu sedang apa dan dimana?”Tanya IPDA Edi tiba-tiba.“Kenapa tanya begitu? apa saya sekarang jadi tersangka?” tanya Ellie balik.“Tidak, hanya untuk melengkapi laporan saya saja.”“Saat itu dari jam setengah delapan sampai jam setengah sepuluh malam saya main ke rumah Sinta, setelah itu saya pulang dan tidur.”“Iya , bener kok mas Edi.”“Oh.. ya sudah, terima kasih yam au jawab.” Ellie hanya cuek saja dan pura pura tidursetelah menjawab pertanyaan itu. “Oh iya, Ceritakalian tadi bagus sin, aku percaya kok kalian bukan penyihir.Nah… Ini kita sudah sampai”6Mereka Bertiga kini telah sampai di kampus ITN dan segera menuju ke lab Profesor Yahya.“Assalamualaikum Prof” Kata IPDA Edi.“Waalaikum salam Warahmah..”“Gimana kabarnya Prof?”“Seperti biasa kabarku baik-baik saja dan tidak suka berbasa basi. Jadi mari kita hematwaktu kita. Boleh saya lihat kulit kerang itu?”“Oh, tentu saja. Ellie, tolong berikan kulit kerang ajaibmu.” Pinta IPDA Edi. Ellie seolah enggan memberikannya.“Tenanglah nona, saya tak akan membuat cacat sedikitpun pada kulit kerang kesayangan anda itu.” Ellie akhirnya memberikan juga kulit kerang kesayanganya itu. Lalu dengan cepat Profesor Yahya segera memeriksa tekstur kulit kerang itu dengan Luv lalu mengukur diameternya dengan mistar sorong. Setelahnya beliau menimbang berat kulit kerang itu dengan timbangan digital.“Kulit kerang dengan tekstur candi berdiameter 3,9cm ketebalannya 0,998cm. beratnya 5,9 gram. Pengaitnya dipasang sangat simetris antara sumbu x,y dan z sehingga dapat menjadi titik tumpu yang sempurna”“Tunggu, bisa jelaskan dengan simple prof.” pinta IPDA Edi.“Baiklah, Singkat kata penempatan pengait tali yang tepat menjadikan kulit kerang ini sebagai pendulum yang berkesetimbangan tinggi. Lihat ini” Profesor yahya mengaitkan pendulum kulit kerang itu pada batang besi. “Lihat, pendulum itu tak bergoyang sama sekali. Itu karena kesetimbangan pendulum kulit kerang ini sangat tinggi sehingga bobot pendulum yang merata memberikan gaya Tarik kebawah yang sempurna hingga pendulum ini sangat mudah tenang tenang jikadikaitkan atau dipegang oleh pegangan yang stabil.” IPDA Edi mengangguk-angguk namun masih belum paham.“Baiklah sekarang saya mau bertanya pada nona Ellie, apakah anda saat melangkah menuju bangkai anjing itu anda bertanya apakah lurus atau belok kanan kiri, dan jika iya pendulum bergerak dan bila tidak pendulum diam?”Ellie terlihat berfikir sejenak sebelum menjawab “Iya” “Baiklah, sekarang kita memasuki uji terakhir.” Profesor Yahya menghamparkan sebuah poster alphabet berukuran A3 Ellie di perintahkan duduk di sebuah kursi dengan alat besar yang berada di atas dan kanan kirinya.“Apa ini Prof?” Tanya Sinta.“Alat yang berada di atas dan disamping kanan kiri Ellie adalah motion sensor,alat ini akan

Page 8: FB CASE

memantau pergerakan tangan Ellie sekecil apapun. Saya akan meminta Ellie menanyakan pada pendulum itu nama si pelaku pembunuhan. Jika tangan Ellie tak bergerak namun pendulum bergerak maka bisa diakui kekuatan supranaturan pendulum tersebut memang eksis.”“Maaf Prof, bukankah meski tau nama pelaku, range pencarian pelaku tetap saja akan luas. Misalkan nama pelakunya paiman, ada banyak paiman kan di kota ini?”“Bung Edi, bukankah anda meminta saya mencari kelogisan kasus ini saja? Jadi bukan urusan saya kan tentang menangkap pelaku.”“Baiklah, sekarang terserang Ellie saja. Ellie apa kau bersedia?” Tanya IPDA Edi. Ellie hanya mengangguk. Dan serangkaian tes akhirpun dimulai. Tangan Ellie diminta diam saat Sinta menggeser kertas poster alphabet yang ada diatas meja. Ellie hanya diminta menanyakan apakah huruf pertamanya A,!,U,E,O dan seterusnya hingga huruf kedua ketiga sampai terakhir.Dan Tes Akhirpun dimulai. Ellie diminta menanyakan Huruf awal nama pelaku pembunuhan. Dimulai dari huruf-huruf vocal. Yang pertama huruf A, bandulitu diam saja, motion sensor juga tak mendeteksi pergerakan tangan Ellie, lalu berlanjut ke huruf I, hasilnya sama saja. Namun ketika sampai pada huruf E bandul mulai berherak gerak, namun motion sensor tak mendeteksi pergerakan tangan Ellie. Professor Yahya terperanjat atas hasil itu.“Ok, cukup. Sekarang huruf kedua.Ellie stabilkan pendulummu” pertanyaan huruf kedua pun diajukan, namun sebelum kertas poster alphabet diarahkan kebawah pendulum bandul sudah mulai bergerak, padahal motion sensor tak mendeteksi pergerakan tangan Ellie. Professor Yahya mulai bingung karena pendulum bergerak di tiap huruf yang dituju. “Baiklkah, ini sudah cukup. Saya mau meninjau langsung jalanan dimana Ellie mencari anjing itu.”“Baiklah kalau begitu Prof, sekalian saya antar mereka pulang.” Tanpa membuang waktu mereka melanjutkan ke rencana investigasi berikutnya. Namun mereka kembali dulu ke café om Eko untuk mengambil sepeda Ellie.7Mereka sekitar pukul enam sore kembali lagi ke café om eko.“Makaci om eko” kata Sinta. Ellie langsung mengambil sepedanya tanpa berkata apa-apa. Dia langsung pulang mengayuh sepedanya tanpa berpamitan pada siapa-siapa. Bahkan ia meninggalkan Sinta tanpa memberinya tumpangan.“Lho.. Ellie..Sinta kok ditinggal?” Gumam IPDA Edi.“Gak apa apa kok, kan aku bisa diantar mas Edi” Kata Sinta sambil memegang tangan IPDA Edi.“Bung, sebenarnya saya pernah tau anak itu Cuma tadi saya diam saja agar eksperiment tadi tidak terpengaruh subyektifitas.”“Dimana Prof? kapan?” Tanya IPDA Edi.“Kira-kira seminggu yang lalu di taman Kilisuci saat saya terjebak hujan. Saya berteduh di salah satu gazebo bersama dia, namun sepertinya dia tak memperdulikan saya karena dia hanya terfokus pada pasangan remaja yang sedang bermesraan di gazebo lain. Dia terlihat begitu marah hingga meremas botol air mineral yang digenggamnya. Lalu dia pergi menerobos hujan dan mengambil sepedanya di parkiran taman. Dia tak peduli meski saat itu hujan deras, dia tetap menembus hujan dengan penuh kemarahan.”“Pasangan remaja yang dilihat Ellie seperti apa pak? “ Apa Tanya sinta“Yang satu cantik bertubuh sintal, yang satunya tampan, putih model rambutnya seperti sule”“Apa seperti ini pak?” Sinta menunjukkan foto Al di instagram.“Ya.. itu lelakinya. Ah.. sudahlah kita jangan buang waktu, saya banyak kerjaan” kata professor Yahya.

Page 9: FB CASE

“Baiklah. Mobilnya dititipin sini saja kita jalan kaki karena mobil gak muat di gang-gang yang dilalui Ellie saat itu.” Kata IPDA Edi“Jalan? Sorry saya gak mau capek, saya sudah tua” kata Profesor yahya.“Pinjam Motor Om Eko aja, biar aku yang pinjemin ya..” Sinta terlihat masuk ke dalam café dan berbicara dengan Om Eko, dia berhasil meminjam Honda Vario milik Om Eko. Sebagai balas jasa Sinta ingin ikut bersama mereka berdua. Terpaksa Sinta duduk di tengah diantaraIPDA Edi dan Professor Yahya.“Aduh.. Sin, aku ini polisi kok kamu paksa langgar aturan sih” Kata IPDA Edi.Dengan Motor mereka bertiga menyusuri jalanan yang dilalui Ellie malamitu untuk menemukan bangkai Gerry.“Hm.. pantas saja radiasi elektomagnetik sepanjang jalanan ini sangat kuat. Karena area ini dibawah sutet-sutet yang menjulang.” Kata Professor yahya sambil mengamati alat pengukur radiasi elektromagnetik.“Bagaimana Prof, udah cukup?” Tanya IPDA Edi.“Cukup, kita bisa kembali” Setelah itu mereka kembali ke café Om Eko yang kelihatanya juga mau tutup.“Wah.. sudah mau tutup pak?” tanya IPDA Edi pada Om Eko.“Iya pak, mau nyambi kerjaan lain.” Jawab Om Eko.“Kerjaan apa pak? Tanya IPDA Edi.“Kirim Elpiji dan gallon air mineral pak, maklum café saya Cuma ramainya pas ada anak sekolahan saja. selepas sore ya gak ada yang beli, jadi saya nyambi antar gallon dan elpiji pak.”“Waduh.. hebat bener etos kerjanya . mari pak saya bantu.” IPDA Edi membantu mengangkat gallon dan elpiji ke atas fukuda milik Om Eko. Tanpa sengaja dia melihat betis Om Eko yang berbalut perban.“Kakinya kenapa pak?” Tanya IPDA Edi. Namun Om Eko tak menjawab. Lalu tiba –tiba Om Eko berbalik dan menghantamkan tabung elpiji 3kg ke kepala IPDA Edi hingga membuat Polisi itu tersungkur tak sadarkan diri. Melihat kepala IPDA Edi yang berlumuran darah. Sinta menjerit histeris, sedangkan Om Eko langsung kabur dengan langkahnya yang terpincang-pincang. Melihat kejadian itu Professor Yahya segera mencabut pistol IPDA Edi yang disimpan dibalik jasnya dan langsung berlari mengejar Om Eko. Dengan nafas tuanya Professor yahya sadar bahwa dia tak akan mampu mengejar Om Eko, namun kondisi Om Eko juga sedang mengalami luka di kaki sehingga larinya tak terlalu cepat. Meski kemungkinan dia bisa menyusul Om Eko, namun Profesor Yahya tak mau bersusah payah. Dengan matanya yang masih sangat tajam dia membidik paha kanan Om Eko dan langsung menembakkan pistol yang digenggamnya. Om Eko pun jatuh tersungkur di tengah jalan raya tidak lama setelah itu sebuah bus sumber kencono yang melaju kencang di jalanan sepi datang dari selatan dan tak sempat mengerem sehingga melindas tubuh Om Eko yang terkapar di jalanan.8Di blok F kamar no86 rumah sakit Harapan Kita IPDA Edi mulai membuka mata, yang dilihatnya pertama kali adalah wajah sinta yang berada di sampingnya. Sinta lalu keluar memanggil dokter dan professor yahya yang sudah dua hari menunggu IPDA Edi sadar. Setelah memastikan kondisi IPDA Edi stabil sang dokter baru mengijinkannya berbincang-bincang dengan orang di sekelilingnya.IPDA Edi langsung menanyakan perkembangan kasus Bu Yani pada Professor Yahya.“Kamu ini masih aja sempat mikirin kasus. Lebih baik tadi kamu pura-pura amnesia agar gak dituntut komandanmu yang gila kelogisan itu.” Kata Sinta.“Tenanglah bung, kasus itu sebenarnya telah selesai. DNA Om Eko cocok dengan DNA pada

Page 10: FB CASE

darah yang ditemukan di taring anjing itu, selain itu setelah digeledah, di brankas uang Om Ekojuga ditemukan beberapa perhiasan wanita dan jam tangan patek philipe yang dipastikan milik bunda yani” Kata Professor Yahya.“Syukurlah kalau begitu..”Kata IPDA Edi.Tak lama setelahnya seseorang masuk ke kamar rawat inap itu. Seisi ruangan itu jadi hening ketika pria itu masuk. Dia adalah AKBP Reno Firmansyah

“Selamat Edi, kamu telah membaik, lekas pulihkan kondisimu dan selesaikan laporan kasus Bunda Yani.”“Lho.. anda ini siapa?” Kata IPDA Edi Dengan wajah linglung.“Jangan berlagak Amnesia, nanti kamu saya mutasi ke papua mau?”“Siap Pak!! Maaf saya hanya bercanda” Kata IPDA Edi.“Ok, lekas sembuh ya.” Setelah AKBP Reno keluar ruangan IPDA Edi menatap Profesor Yahya.”Prof, bantu saya kerjain PR ya.” Kata IPDA Edi.“Wani Piro?” Jawab Professor Yahya.~Bersambung~Demikianlah Case yang saya buat. Semoga anda bisa memecahkan case ini. Anda tahu kan bagaimana cara memecahkan case? Pastinya mudah untuk case yang sudah terpecahkan ini kan? Ayolah mikir dong bagaimana memecahkan case yang sudah terpecahkan..

Y.N