fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

43
FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG- BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH TERTENTU Latar Belakang Latar belakang dikeluarkannya peraturan pemerintah nomor 1 tahun 2007 tentang fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan peraturan pemerintah nomor 52 Tahun 2011 adalah : 1. Investasi langsung baik melalui penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, pemertaan pembangunan, dan percepatan pembangunan untuk bidang-bidang usaha tertentu dan atau daerah-daerah tertentu; 2. Lebih meningkatkan kegiatan investasi langsung guna mendorong pertumbuhan ekonomi, serta untuk pemerataan pembanguna dan percepatan pembangunan bagi bidang usaha tertentu dan/atau daerah tertentu; 3. Untuk mendorong investasi tersebut perlu diberikan fasilitas pajak penghasilan sesuai dengan pasal 31A undang- undang pajak penghasilan. Definisi Penanaman modal adalah investasi berupa aktiva tetap berwujud tanah yang digunakan untuk kegiatan utama usaha, baik untuk penanaman modal baru maupun perluasan dari usaha yang telah ada. Aktiva tetap berwujud adalah aktiva berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang diperoleh dalam bentuk siap pakai untuk dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan atau dipindahtangankan. Perluasan dari

description

FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH TERTENTU

Transcript of fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

Page 1: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH TERTENTU

Latar Belakang

Latar belakang dikeluarkannya peraturan pemerintah nomor 1 tahun 2007 tentang fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan peraturan pemerintah nomor 52 Tahun 2011 adalah :

1. Investasi langsung baik melalui penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, pemertaan pembangunan, dan percepatan pembangunan untuk bidang-bidang usaha tertentu dan atau daerah-daerah tertentu;

2. Lebih meningkatkan kegiatan investasi langsung guna mendorong pertumbuhan ekonomi, serta untuk pemerataan pembanguna dan percepatan pembangunan bagi bidang usaha tertentu dan/atau daerah tertentu;

3. Untuk mendorong investasi tersebut perlu diberikan fasilitas pajak penghasilan sesuai dengan pasal 31A undang-undang pajak penghasilan.

Definisi

Penanaman modal adalah investasi berupa aktiva tetap berwujud tanah yang digunakan untuk kegiatan utama usaha, baik untuk penanaman modal baru maupun perluasan dari usaha yang telah ada.

Aktiva tetap berwujud adalah aktiva berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang diperoleh dalam bentuk siap pakai untuk dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk diperjualbelikan atau dipindahtangankan. Perluasan dari usaha yang telah ada adalah suatu kegiatan produk, diverifikasi produk, atau perluasan wilayah dan produksi perusahaan.

Perluasan dari usaha yang telah ada merupakan suatu kegiatan dalam rangka peningkatan kuantitas/kualitas produk, diverifikasi produk, atau perluasan wilayah operasi dalam rangka pengembangan kegiatan dan produksi perusahaan.

Perluasan dari usaha yang telah ada merupakan suatu kegiatan dalam rangka peningkatan kuantitas/kualitas produk, diverifikasi produk, atau perluasan wilayah operasi dalam rangka pengembangan kegiatan dan produksi perusahaan.

Bidang-bidang usaha tertentu adalah bidang usaha di sektor kegiatan ekonomi yang mendapat prioritas tinggi dalam skala nasional.

Daerah-daerah tertentu adalah daerah yang secara ekonomi mempunyai potensi yang layak dikembangkan.

Wajib Pajak yang berhak mendapatkan fasilitas pajak penghasilan

Page 2: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

a. Fasilitas pajak penghasilan ini diperuntukan kepada wajib pajak dalam negeri yang berbentuk perseroan terbatas dan koperasi yang melakukan penanaman modal pada bidang usaha tertentu atau pada bidang usaha tertentu dan daerah tertentu pada :

52 bidang usaha pada Lampiran I atau; 77 bidang usaha didaerah tertentu pada Lampiran II dalam PP 52/2011

b. WP sebagaimana dimaksud diatas termasuk WP yang telah memiliki izin penanaman modal sebelum berlakunya PP Nomor 52 Tahun 2011, dengan syarat :

Rencana penanaman modal minimal Rp. 1 Triliun; dan Belum beroperasi secara komersial pada saat PP 52/2011 berlaku

Bentuk fasilitas pajak penghasilan yang diberikan

Fasilitas pajak penghasil yang diberikan kepada wajib pajak tersebut adalah sebagai berikut :

a. Pengurangan penghasilan neta sebesar 30% (tiga puluh persen) dari jumlah penanaman modal, dibebankan selama 6 (enam) tahun masing-masing sebesar 5% (lima persen) per tahun;Contoh:PT.ABC melakukan penanaman modal sebesar Rp.100 milyar berupa pembelian aktiva tetap berupa tanah, bangunan, dan mesin. Terhadap PT.ABC dapat diberikan fasilitas pengurangan penghasilan neto (investment allowance) sebesar 5% x Rp.100 milyar = Rp.5 milyar setiap tahunnya selama 6 tahun yang dimulai sejak tahun pemberian fasilitas.

b. Penyusutan dan amortisasi dipercepat, sebagai berikut;

Kelompok aktiva tetap berwujudMasa manfaat

menjadi

Tarif penyusutan dan amortisasi berdasarkan

metode

Garis lurusSaldo

menurunI. Bukan bangunan :

Kelompok 1 2 tahun 50%100%

(dibebaskan sekaligus

Kelompok 2 4 tahun 25% 50%Kelompok 3 8 tahun 12.5% 25%Kelompok 4 10 tahun 10% 20%II. Bangunan :Permanen 10 tahun 10% -Tidak permanen 5 tahun 20% -

Page 3: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

c. Pengenaan pajak penghasilan atas dividen yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri sebesar 10% (sepuluh persen), atau tarif yang lebih rendah menurut persetujuan penghindaran pajak berganda yang berlaku;Contoh:Investor dari negara X memperoleh dividen dari wajib pajak (WP) badan dalam negeri yang telah ditetapkan untuk memperoleh fasilitas berdasarkan peraturan pemerintah (PP) No. 52 tahun 2011. Apabila investor X tersebut bertempat kedudukan di negara yang belum memiliki persetujuan penghindaran pajak berganda (P3B) dengan pemerintahan republik indonesia (RI), atau bertempat kedudukan di negara yang telah memiliki P3B dengan pemerintah RI dengan tarif pajak dividen tersebut dikenakan PPh di Indonesia sesuai tarif yang diatur dalam P3B tersebut.

d. Kompensasi kerugian yang lebih lama dari 5 (lima) tahun tetapi tidak lebih dari 10 (sepuluh) tahun dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Tambahan 1 tahun:Apabila penanaman modal baru pada bidang usaha tertentu yang dilakukan di kawasan industri dan kawasan berikat;

2) Tambahan 1 tahun:Apabila mempekerjakan sekurang-kurangnya 500 orang tenaga kerja indonesia selama 5 (lima) tahun berturut-turut;

3) Tambahan 1 tahun:Apabila penanaman modal baru memerlukan investasi/pengeluaran untuk infrastruktur ekonomi dan sosial di lokasi usaha paling sedikit sebesar Rp. 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah);

4) Tambahan 1 tahun:Apabila mengeluarkan biaya penelitian dan pengembangan di dalam negeri dalam rangka pengembangan produk atau efisiensi produksi paling sedikit 5% dari investasi dalam jagka waktu 5 tahun; dan/atau

5) Tambahan 1 tahun:Apabila menggunakan bahan baku dan atau komponen hasil produksi dalam negeri paling sedikit 70% sejak tahun ke-4Contoh:PT.ABC pada tahun 2007 ini, melakukan penanaman modal dikawasan industri di kota Maumere (Nusa Tenggara Timur) dengan mendirikan pabrik bumbu masak dan penyedap masakan. Pabrik tersebut mempekerjakan 750 orang tenaga kerja tetap dan direncanakan dipekerjakan sampai tahun 2014. Bahan baku dan komponen yang dipergunakan PT.ABC dalam memproduksi bumbu masak dan penyedap makanan tersebut adalah bahan baku dan komponen produksi dalam negeri. Terhadap PT.ABC diberikan fasilitas pajak penghasilan antara lain berupa kompensasi kerugian selama 5 tahun + 3 tahun atau 8 tahun.

Page 4: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

Cara mendapatkan fasilitas pajak penghasilan

Permohonan diajukan ke Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal dengan melampirkan :

a. Fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);b. Surat persetujuan untuk penanaman modal baru atau surat persetujuan perluasan

penanaman modal yang diterbitkan oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman modal atau instansi lain yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dilengkapi dengan rinciannya;

c. Fotokopi akta pendirian yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, khusus bagi perusahaan penanaman modal asing baru; dan

d. Laporan Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) bagi perusahaan yang sudah mempunyai kewajiban untuk menyampaikan LKPM.Selanjutnya Kepala BKPM menyampaikan usulan kepada Menteri Keuangan melalui Direktur Jenderal Pajak.Pemberian fasilitas pajak penghasilan ditetapkan dengan keputusan direktur jenderal pajak atas nama menteri keuangan yang diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya usulan dari Kepala BKPM secara lengkap dan benar.Wajib pajak setelah mendapat keputusan direktur jendral pajak tersebut, wajib mengajukan permohonan untuk penetapan saat dimulainya produksi komersial dan permohonan untuk penetapan penambahan jangka waktu kompensasi kerugian kepada direktur jendral pajak melalui direktur pemeriksaan dan penagihan.Keputusan direktur jendral pajak tentang penetapan saat dimulainya produksi komersial dan penetapan penambahan jangka waktu kompensasi kerugian diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja terhitung sejak permohonan diterima.

Hal lain yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pemberian fasilitas ini

Fasilitas pajak penghasilan tersebut dapat dinikmati oleh wajib pajak setelah WP bersangkutan merealisasikan rencana penanaman modal paling sedikit 80%.

Bagi WP yang telah memiliki izin penanaman modal sebelum berlakunya PP Nomor 52 Tahun 2011 ( 22 Desember 2011), dapat diberikan fasilitas PPh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 PP Nomor 1 tahun 2007 tentang fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal di bidang-bidang tertentu dan/atau di daerah-daerah tertentu sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan PP Nomor 52 Tahun 2011 sepanjang :

a. Memiliki rencana penanaman modal paling sedikit Rp.1.000.000.000.000 (satu triliun rupiah); dan

b. Belum beroperasi secara komersial pada saat peraturan pemerintah ini berlaku.

Page 5: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

Waktu pajak yang mendapat fasilitas sebelum lewat jangka waktu 6 tahun sejak tanggal pemberian fasilitas dilarang :

a. Menggunakan aktiva tetap yang mendapatkan fasilitas untuk tujuan selain yang diberikan fasilitas;

b. Mengalihkan sebagian atau seluruh aktiva yang mendapatkan fasilitas kecuali aktiva tetap yang dialihkan tersebut diganti dengan aktiva tetap baru.

Apabila WP yang telah mendapatkan fasilitas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur, maka:

a. Fasilitas PPh tersebut dicabut;b. Terhadap WP yang bersangkutan dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan perpajakan yang berlaku, danc. Tidak dapat lagi diberikan fasilitas

FASILITAS PEMBEBASAN ATAU PENGURANGAN PAJAK

PENGHASILAN BADAN

Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan yang diberikan

Fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan yang diberikan berdasarkan pasal 2 ayat (2), (3), dan (4) PMK-130/PMK.011/2011 tentang pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan adalah sebagai berikut :

1. Pembebasan pajak penghasilan badan dapat diberikan untuk jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun pajak dan paling singkat 5 (lima) tahun pajak, terhitung sejak tahun pajak dimulainya produksi komersial;

2. Setelah berakhirnya pemberian fasilitas pembebasan pajak penghasilan badan diatas, wajib pajak diberikan pengurangan pajak penghasilan badan sebesar 50% (lima puluh persen) dari pajak penghasilan terutama selama 2 (dua) tahun pajak;

3. Dengan mempertimbangkan kepentingan mempertahankan daya saing industri nasional dan nilai strategis dari kegiatan usaha tertentu, menteri keuangan dapat memberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dengan jangka waktu melebihi jangka waktu yang disebutkan tersebut.

Kriteria WP Badan yang mendapatkan fasilitas

Wajib pajak badan baru yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

Page 6: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

1. Merupakan industri pionir; Industri Pionir adalah industri yang memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai

tambah dan eksternalitas yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, dan memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional. (Pasal 29 ayat (2) PP Nomor 94 Tahun 2010 tentang Perhitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan)

Industri Pionir mencakup :a. Indutri logam dasarb. Industri pengilangan minyak bumi dan/atau kimia dasar organik yang

bersumber dari minyak bumi dan gas alamc. Industri permesinand. Industri dibidang sumber daya terbarukan; dan/ataue. Industri peralatn komunikasi.

Dengan mempertimbangkan kepentingan mempertahankan daya saing industri nasional dan nalai strategis dari kegiatan usaha tertentu, Menteri keuangan dapat menetapkan Industri Pionir yang diberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan Badan, selain cakupan industri Pionir yang tersebut di huruf a s.d e.

2. Mempunyai rencana penanaman modal baru yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenang paling sedikit sebesar Rp. 1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah);

3. Menempatkan dana di perbankan di Indonesia paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari total rencana penanaman modal sebagaimana dimaksud pada angka 2, dan tidak boleh ditarik sebelum saat dimulainya pelaksanaan realisasi penanaman modal; dan

4. Harus berstatus sebagai badan hukum Indonesia yang pengesahannya ditetapkan paling lama sebelum Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku atau pengesahannya ditetapkan sejak atau setelah berlakunya Peraturan Menteri Keuangan ini.

Syarat WP Badan dapat memanfaatkan fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh Badan

Fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan Badan ini dapat dimanfaatkan oleh Wajib Pajak, sepanjang memenuhi persyaratan :

1. Telah merealisasikan seluruh penanaman modalnya sebagaimana dimaksud dalam rencana penanaman modal baru yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenang paling sedikit sebesar Rp. 1.000.000.000.000,00 (satu triliun rupiah); dan

2. Telah berproduksi secara komersial.Saat dimulainya berproduksi secara komersial ditetapkan oleh Direktur Jendral Pajak, yang tata cara nya diatur dengan Peraturan Direktur Jendral Pajak yaitu PER-45/PJ/2011 tentang Tata Cara Penetapan Saat dimulainya Berproduksi secara

Page 7: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

komersial bagi wajib pajak badan yang mendapatkan fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan Badan.

Tata Cara memperoleh fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh Badan

Tata cara memperoleh fasilitas pembebasan dan pengurangan PPh Badan adalah sebagai berikut :

1. Wajib pajak menyampaikan permohonan kepada Menteri Perindustrian atau Kepalan Badan Koordinasi Penanaman Modal;

2. Menteri Perindustrian atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal setelah berkoordinasi dengan menteri terakait, menyampaikan usulan kepada Menteri Keuangan, dengan melampirkan Fotokopi:a. Kartu Nomor Pokok Wajib Pajakb. Surat persetujuan penanaman modal baru yang diterbitkan oleh Kepala Badan

Koordinasi Penanaman Modal, yang dilengkapi dengan rinciannya; danc. Bukti penempatan dana di perbankan di Indonesia sebagaimana ditetapkan dalam

kriteria WP Badan yang dapat diberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan Badan.

Penyampaian usulan kepada Menteri Keuangan ini harus disertai dengan uraian penelitian mengenai hal-hal berikut :

a. Ketersediaan infrastruktur di lokasi investasi;b. Penyerapan tenaga kerja domestik;c. Kajian mengenai pemenuhan kriteria sebagai industri pionir;d. Rencana tahapan alih teknologi yang jelas dan konkret; dane. Adanya ketentuan mengenai tax sparing di negara domisili.

(Tax Sparing adalah pengakan pemberian fasilitas pembebasan dan pengurangan dari Indonesia dalam perhitungan Pajak Penghasilan di negara domisili sebesar fasilitas yang diberikan)Usulan untuk memberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan Badan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ini, harus diajukan oleh Menteri Perindustrian atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4, dalam jangka waktu selama 3 tahun terhitung sejak diundangkannya PMK-130/PMK.011/2011 tentang Pemberian Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak Penghasilan Badan yaitu tanggal 15 Agustus 2011.

3. Atas usulan yang disampaikan oleh Menteri Perindustrian atau Kepala BKPM, Menteri Keuangan menugaskan komite verifikasi pemberian pembebasan atau pengurangan

Page 8: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

Pajak Penghasilan Badan untuk membantu melakukan penelitian dan verifikasi dengan mempertimbangkan dampak strategis Wajib Pajak bagi Perekonomian Nasional;

4. Komite verifikasi pemberian pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan berkonsultasi dengan menteri koordinasi bidang perekonomian;

5. Komite verifikasi pemberian pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan menyampaikan hasil penelitian dan verifikasi kepada menteri keuangan disertai dengan pertimbangan dan rekomendasi, termasuk rekomendasi mengenai jangka waktu pemberian fasilitas.

6. Pemberian fasilitas pembebasan dan pengurangan pajak penghasilan badan diputuskan oleh menteri keuangan berdasarkan pertimbangan dan rekomendasi dari komite verifikasi pemberian pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan, dan setelah berkonsultasi dengan presiden republik Indonesia.

Bentuk keputusan atas permohonan fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh Badan

1. Dalam hal Menteri Keuangan menyetujui usulan untuk memberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan, diterbitkan keputusan menteri keuangan mengenai pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan.

2. Dalam hal Menteri Keuangan menolak usulan untuk memberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan, disampaikan pemberitahuan secara tertulis mengenai penolakan tersebut kepada wajib pajak dengan tembusan kepada menteri perindustrian atau kepala koordinasi penanaman modal.

Kewajiban WP setelah memperoleh fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh Badan

WP harus menyampaikan laporan secara berkala kepada direktur jendral pajak dan komite verifikasi pemberian pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan mengenai hal-hal sebagai berikut :

1. Laporan penggunaan dana yang ditempatkan di perbankan di indonesia paling sedikit 10% (sepuluh persen) dari total rencana penanaman modal baru yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenang; dan

2. Laporan realisasi penanaman modal yang telah diaudit

Laporan penggunaan dana dimaksud harus disampaikan secara triwulanan sejak triwulan saat dana tersebut mulai digunakan sampai dengan triwulan dana digunakan seluruhnya dengan dilampiri fotokopi rekening koran atas dana sebagaimana dimaksud dengan menggunakan format yang telah ditetapkan dalam lampiran I PER-44/PJ/2011 tentang tata cara pelaporan penggunaan dana dan realisasi penanaman modal bagi wajib pajak badan yang mendapatkan fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan.

Page 9: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

Laporan realisasi penanaman modal yang telah diaudit sebagaimana dimaksud diatas harus disampaikan secara tahunan sejak tahun pajak saat penanaman modal mulai di realisasikan sampai dengan tahun pajak penanaman modal direalisasikan seluruhnya dengan melampirkan surat pernyataan akuntan publik yang menyatakan bahwa laporan realisasi penanaman modal telah diaudit dan sesuai dengan keadaan sebenarnya. Laporan dimaksud disampaikan dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam lampiran II PER-44/PJ/2011 tentang tata cara pelaporan penggunaan dana dan realisasi penanaman modal bagi wajib pajak badan yang mendapatkan fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan.

Selain menyampaikan realisasi penanaman modal yang telah diaudit, wajib pajak juga harus menyampaikan laporan realisasi penanaman modal yang tidak wajib diaudit secara triwulan. Laporan triwulanan dimaksud disampaikan sejak triwulan saat penanaman modal direalisasikan sampai dengan triwulan penanaman modal direalisasikan seluruhnya. Laporan realisasi penanaman modal yang tidak wajib diaudit secara triwulanan disampaikan dengan menggunakan format sebagaimana ditetapkan dalam lampiran II PER-44/PJ/2011 tentang tata cara pelaporan penggunaan dana dan realisasi penanaman modal bagi wajib pajak badan yang mendapatkan fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan.

Laporan penggunaan dana dan laporan realisasi penanaman modal yang tidak wajib diaudit disampaikan kepada direktur pemeriksaan dan penagihan dan komite verifikasi pemberian pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan paling lama tanggal 5 (lima) bulan berikutnya setelah berakhirnya periode triwulanan bersangkutan.

Laporan realisasi penanaman modal yang telah diaudit disampaikan kepada direktur jendral pajak melalui direktur pemeriksaan dan penagihan dan komite verifikasi pemberian pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak.

Tata cara pelaporan diatur denga peraturan direktur jendral pajak yaitu PER-44/PJ/2011 tentang tata cara pelaporan penggunaan dana dan realisasi penanaman modal bagi wajib pajak badan yang mendapatkan fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan.

Pencabutan fasilitas pembebasan atau pengurahan PPh Badan

Fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan dicabut, dalam hal wajib pajak :1. Tidak memenuhi kriteria WP badan yang dapat diberikan fasilitas pembebasan atau

pengurangan pajak penghasilan badan dan persyaratannya; dan/atau2. Tidak memenuhi ketentuan penyampaian laporan setelah WP memperoleh fasilitas

pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan.

Page 10: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

Pencabutan fasilitas dilakukan oleh menteri keuangan setelah mendapat rekomendasi dari komite verifikasi pemberian pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan.

Direktur jendral pajak dapat mengusulkan kepada komite verifikasi pemberian pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan guna menyampaikan rekomendasi kepada menteri keuangan untuk melakukan pencabutan fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan, dalam hal:1. Realisasi penanaman modal wajib pajak tidak sesuai dengan rencana penanaman

modal dalam suratoersetujuan penanaman modal baru;2. Wajib pajak yang diberikan fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak

penghasilan badan:a. Tidak memenuhi kritria WP badan yang dapat diberikan fasilitas pembebasan

atau pengurangan pajak penghasilan badan dan persyaratannya; dan/ataub. Tidak memenuhi ketentuan penyampaian laporan setelah WP memperoleh

fasilitas pembebasan pajak penghasilan badan.

Ketentuan khusus terkait WP yang telah mendapatkan fasilitas

1. Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh WP yang memperoleh fasilitas pembebasan PPh Badan berlaku ketentuan sebagai berikut: Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha yang

memperoleh fasilitas pembebasan Pph Badan, tidak dilakukan pemotongan dan pemungutan pajak selama periode pemberian fasilitas pembebasan pph badan.

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh WP diluar kegiatan usaha yang mendapatkan fasilitas, tetap dilakukan pemotongan dan pemungutan pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

2. WP yang memperoleh fasilitas pembebasan atau pengurangan PPh Badan, tetap melaksanakan kewajiban pemotongan dan pemungutan pajak kepada pihak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

3. WP yang telah memperoleh fasilitas PPh berdasarkan pasal 31A UU PPh, tidak dapat memperoleh fasilitas pembebasan atau pengurangan Pph badan berdasarkan PMK-130/PMK.001/2011 tentang pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan.

WP yang telah memperoleh fasilitas pembebasan atau pengurangan pph badan berdasarkan PMK-130/PMK.001/2011 tentang pemberian fasilitas pembebasan atau pengurangan pajak penghasilan badan tidak dapat memperoleh fasilitas pph berdasarkan pasal 31A UU PPh.

FASILITAS PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

Page 11: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

Fungsi pajak, di samping untuk mengisi kas negara (budgetair), juga dipergunakan sebagai alat untuk mengatur kehidupan perekonomian suatu negara (regulerend). Dalam menjalankan fungsinya sebagai instrumen untuk mengisi kas negara, pajak dikenakan secara netral kepada seluruh lapisan masyarakat, tanpa keculai, sepanjang memenuhi persyaratan untuk dipajaki. Akan tetapi, dalam menjalankan tugasnya untuk mengatur kehidupan, sifat netral ini dapat diabaikan. Artinya, ada sebagian golongan masyarakat yang mendapat keistimewaan untuk tidak dikenakan pajak. Langkah ini diambil sesuai dengan tujuan-tujuan tertentu yang diinginkan pemerintah.

Pajak Pertmbahan Nilai (PPN) dikenakan atas pertambahan nilai yang terjadi atas suatu barang atau jasa. Untuk tujuan-tujuan tertentu, PPN ini tidak dikenakan terhadap sektor-sektor usaha tertentu. Inilah yang disebut dengan fasilitas.

Ada beberapa bentuk fasilitas:

1. Dikenakan PPN dengan tarif 0%2. Tidak Dikenakan PPN3. Dibebaskan dari Pengenaan PPN4. PPN Tidak Dipungut

1. Dikenakan PPN dengan Tarif 0% Berdasarkan Pasal 7 UU PPN 1984 dan Perubahannya, atas ekspor Barang Kena Pajak dikenakan PPN 0%.

2. Tidak Dikenakan PPN Berdasarkan Pasal 4A UU PPN 1984 dan Perubahannya, diatur bahwa atas keleompok barang dan jasa tertentu tidak dikenakan PPN, yaitu:

Kelompok Barang:1) barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari

sumbernya : minyak mentah (crude oil); gas bumi; panas bumi; pasir dan kerikil; batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, dan bijih perak serta

bijih bauksit.

2) barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak, seperti :

Page 12: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

beras; gabah; jagung; sagu; kedelai; dan garam baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium.

3) Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya; Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung,

dan sejenisnya meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, tidak termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau catering

4) uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.

Kelompok Jasa:

a) Jasa di bidang pelayanan kesehatan medik; Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi; Jasa dokter hewan; Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan fisioterapi; Jasa kebidanan dan dukun bayi; Jasa paramedis dan perawat; dan Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan

sanatorium.

b) Jasa di bidang pelayanan sosial; Jasa pelayanan Panti Asuhan dan Panti Jompo; Jasa pemadam kebakaran kecuali yang bersifat komersial; Jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan; Jasa Lembaga Rehabilitasi kecuali yang bersifat komersial; Jasa pemakaman termasuk krematorium; dan Jasa di bidang olah raga kecuali yang bersifat komersial

c) Jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko;d) Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi;

Jasa perbankan sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 kecuali jasa penyediaan tempat untuk

Page 13: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

menyimpan barang dan surat berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak (perjanjian), serta anjak piutang;

Jasa asuransi, tidak termasuk broker asuransi; dan Jasa Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi

5) Jasa di bidang keagamaan; Jasa pelayanan rumah ibadah; Jasa pemberian khotbah atau dakwah; dan Jasa lainnya di bidang keagamaan.

6) Jasa di bidang pendidikan; Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan pendidikan

umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik dan pendidikan profesional; dan

Jasa penyelenggaraan pendidikan Iuar sekolah, seperti kursus-kursus.

7) Jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan Pajak Tontonan; Jenis jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan Pajak Tontonan

termasuk jasa di bidang kesenian yang tidak bersifat komersial seperti pementasan kesenian tradisional yang diselenggarakan secara Cuma-cuma.

8) Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan; Jenis jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan adalah jasa penyiaran radio

atau televisi yang dilakukan oleh instansi Pemerintah atau swasta yang bukan bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.

9) Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air; Jenis jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air adalah jasa angkutan umum

di darat, di laut, di danau, dan di sungai yang dilakukan oleh Pemerintah atau swasta.

10) Jasa di bidang tenaga kerja; Jasa tenaga kerja; Jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang Pengusaha penyedia tenaga kerja tidak

bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan Jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja

11) Jasa di bidang perhotelan; Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel,

losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap; dan

Page 14: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

Jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel.

12) Jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum.

Jenis jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah seperti pemberian Izin Mendirikan Bangunan, pemberian lzin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, pembuatan Kartu Tanda Penduduk.

3. Dibebaskan dari Pengenaan PPN Berdasarkan Pasal 16B UU PPN 1984 dan Perubahannya, fasilitas berupa pembebasan

PPN dapat diberikan kepada:a. kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean;b. penyerahan Barang Kena Pajak tertentu atau penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu;c. impor Barang Kena Pajak tertentu;d. pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud tertentu dari luar Daerah Pabean di

dalam Daerah Pabean;e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah

Pabean.

Barang Kena Pajak yang atas impornya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah :

1. Senjata, amunisi, alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, alat angkutan di darat, kendaraan lapis baja, kendaraan patroli, dan kendaraan angkutan khusus lainnya, serta suku cadangnya yang diimpor oleh Departemen Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia (TNI), Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) atau oleh pihak lain yang ditunjuk oleh Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI untuk melakukan impor tersebut, dan komponen atau bahan yang belum dibuat di dalam negeri, yang diimpor oleh PT (PERSERO) PINDAD, yang digunakan dalam pembuatan senjata dan amunisi untuk keperluan Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI;

2. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN);3. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama;4. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan

penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh PerusahaanPelayaran Niaga Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional

Page 15: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

atau Perusahaan PenyelenggaraJasa Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya;

5. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional, dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan AngkutanUdaraNiaga Nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa perawatan atau reparasi pesawat udara kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional;

6. Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT(PERSERO) Kereta Api Indonesia, dan komponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia, yang digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan, serta prasarana yang akan digunakan oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia; dan

7. Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh Departemen Pertahanan atau TNI untuk penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan untuk mendukung pertahanan Nasional, yang diimpor oleh Departemen Pertahanan, TNI atau pihak yang ditunjuk oleh Departemen Pertahanan atau TNI

Barang Kena Pajak yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah :

1. Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok boro, asrama mahasiswa dan pelajar serta perumahan lainnya, yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah;

2. Senjata, amunisi, alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, alat angkutan di darat, kendaraan lapis baja, kendaraan patroli dan kendaraan angkutan khusus lainnya, serta suku cadangnya yang diserahkan kepada Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI, dan komponen atau bahan yang diperlukan dalam pembuatan senjata dan amunisi oleh PT (PERSERO) PINDAD untuk keperluan Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI;

3. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN);4. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama;5. Kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan

penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau keselamatan manusia yang diserahkan kepada dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa

Page 16: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

Kepelabuhan Nasional atauPerusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan Nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya;

6. Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diserahkan kepada dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan pesawat udara yang diperoleh oleh pihak yang ditunjuk oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa perawatan atau reparasi Pesawat Udara kepada Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional;

7. Kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana yang diserahkan kepada dan digunakan oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia dan komponen atau bahan yang diserahkan kepada pihak yang ditunjuk oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia, yang digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan, serta prasarana yang akan digunakan oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia;

8. Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan untuk penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia untuk mendukung pertahanan Nasional yang diserahkan kepada Departemen Pertahanan atau TNI

Jasa Kena Pajak tertentu yang atas penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah :

1. Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Laut Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhan Nasional atau Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan Nasional, yang meliputi:

Jasa persewaan kapal; Jasa kepelabuhan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh; Jasa perawatan atau reparasi (docking) kapal;

2. Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang meliputi: Jasa persewaan pesawat udara; Jasa perawatan atau reparasi pesawat udara;

3. Jasa perawatan atau reparasi kereta api yang diterima oleh PT (PERSERO) Kereta Api Indonesia;

4. Jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborongan bangunan  dan pembangunan tempat yang semata-mata untuk keperluan ibadah;

5. Jasa persewaan rumah susun sederhana, rumah sederhana, dan rumah sangat sederhana; dan

Page 17: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

6. Jasa yang diterima oleh Departemen Pertahanan atau TNI yang dimanfaatkan dalam rangka penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia untuk mendukung pertahanan nasional

Atas impor Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah:

a. barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang yang diperlukan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang Kena Pajak, oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut;

b. makanan ternak, unggas, dan ikan dan/atau bahan baku untuk pembuatan makanan ternak, unggas, dan ikan

c. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran, atau perikanan

d. barang hasil pertanian, yaitu barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang:e. pertanian, perkebunan, dan kehutanan;f. peternakan, perburuan atau penangkapan, maupun penangkaran; ataug. perikanan baik dari penangkapan atau budidaya, yang dipetik langsung, diambil

langsung atau disadap langsung dari sumbernya termasuk yang diproses awal dengan tujuan untuk memperpanjang usia simpan atau mempermudah proses lebih lanjut.

Atas penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu yang bersifat strategis berupa:

a. barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik, baik dalam keadaan terpasang maupun terlepas, tidak termasuk suku cadang yang diperlukan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang Kena Pajak, oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut;

b. makanan ternak, unggas, dan ikan dan/atau bahan baku untuk pembuatan makanan ternak, unggas, dan ikan

c. barang hasil pertanian, yaitu barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang: pertanian, perkebunan, dan kehutanan; peternakan, perburuan atau penangkapan, maupun penangkaran; atau perikanan baik dari penangkapan atau budidaya, yang dipetik langsung,

diambil langsung atau disadap       langsung dari sumbernya termasuk yang diproses awal dengan tujuan untuk memperpanjang usia simpan atau  mempermudah proses lebih lanjut

bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran, atau perikanan

air bersih yang dialirkan melalui pipa oleh Perusahaan Air Minum

Page 18: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

listrik kecuali untuk perumahan dengan daya di atas 6600 (enam ribu enam ratus) watt

d. Rumah Susun Sederhana Milik, yang selanjutnya disebut RUSUNAMI, adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian yang dilengkapi dengan kamar mandi/WC dan dapur, baik bersatu dengan unit hunian maupun terpisah dengan penggunaan komunal, yang perolehannya dibiayai melalui kredit kepemilikan rumah bersubsidi atau tidak bersubsidi, yang memenuhi ketentuan:

luas untuk setiap hunian lebih dari 21 m2 (dua puluh satu meter persegi) dan tidak melebihi 36 m2 (tiga  puluh enam meter persegi);

harga jual untuk setiap hunian tidak melebihi Rp. 144.000.000,00 (seratus empat puluh empat juta rupiah);

diperuntukkan bagi orang pribadi yang mempunyai penghasilan tidak melebihi Rp. 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) per bulan dan telah memiliki Nomor Wajib Pajak (NPWP);

pembangunannya mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang mengatur mengenai persyaratan teknis pembangunan rumah susun sederhana; dan

merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.

4. PPN Tidak Dipungut Berdasarkan Pasal 16B UU PPN 1984 dan Perubahannya, fasilitas berupa PPN tidak dipungut dapat diberikan kepada:a. kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean;b. penyerahan Barang Kena Pajak tertentu atau penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu;c. impor Barang Kena Pajak tertentu;d. pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud tertentu dari luar Daerah Pabean di

dalam Daerah Pabean;e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah

Pabean.

Kawasan Berikat Pulau Batam

Dalam rangka menunjang ekspor, Pajak Pertambahan Nilai dan/atau Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut atas:

a. Penyerahan Barang Kena Pajak kepada Pengusaha sepanjang Barang Kena Pajak tersebut digunakan untuk menghasilkan Barang Kena Pajak yang diekspor; dan

Page 19: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

b. Impor Barang Kena Pajak yang dilakukan oleh Pengusaha sepanjang Barang Kena Pajak tersebut digunakan untuk menghasilkan Barang Kena Pajak yang diekspor.

Penyerahan Avtur untuk Penerbangan Internasional

Penyerahan avtur kepada maskapai penerbangan untuk keperluan penerbangan internasional diberikan fasilitas tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai sepanjang perjanjian pelayanan transportasi udara mencantumkan asas timbal balik.

PPN di Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)

Kepada Pengusaha di Kawasan Berikat, untuk selanjutnya disebut PDKB, di dalam wilayah KAPET dapat diberikan fasilitas perpajakan berupa Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah tidak dipungut atas :

a. impor barang modal atau peralatan lain oleh PDKB yang berhubungan langsung dengan kegiatan produksi;

b. impor barang dan/atau bahan untuk diolah di PDKB;c. pemasukan Barang Kena Pajak dari Daerah Pabean Indonesia Lainnya, untuk

selanjutnya disebut DPIL, ke PDKB untuk diolah lebih lanjut;d. pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lainnya untuk diolah lebih lanjut;e. pengeluaran barang dan atau bahan dari PDKB ke perusahaan industri di DPIL atau

PDKB lainnya dalam rangka subkontrak;f. penyerahan kembali Barang Kena Pajak hasill pekerjaan subkontrak oleh Pengusaha

Kena Pajak di DPIL atau PDKB lainnya kepada Pengusaha Kena Pajak PDKB asal;g. peminjaman mesin dan atau peralatan pabrik dalam rangka subkontrak dari PDKB

kepada perusahaan industri di DPIL atau PDKB lainnya dan pengembaliannya ke PDKB asal.

Contoh kasus : perbedaan antara PPN tidak dipungut atau PPN dibebaskan?

PPN terutang dibebaskan :Pak Ahmad adalah seorang penjual suatu Barang Kena Pajak, misalkan buku. Anggap saja atas satu buku tersebut, Pak Ahmad memerlukan biaya sebesar Rp 50.000,- dari harga tersebut, Pak Ahmad mengharapkan laba 20% dari HPP. Misalkan atas perolehan bahan-bahan tersebut Pak Ahmad telah membayar Pajak Masukannya sebesar Rp 5000,- karena pajak masukan atas fasilitas PPN ini tidak bisa dikreditkan, maka biasanya Penjual atau pengusaha akan memasukkanya sebagai biaya dan menjadi bagian dari harga pokok penjualan.

Page 20: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

sehingga, perhitungannya adalah sebagai berikut :Biaya = Rp 50.000, Pajak masukan = Rp 5000Harga pokoK penjualan = Rp 55.000Laba diharapkan (20%) = Rp 11.000PPN terutang = Rp 6600 (dibebaskan).Jadi harga buku yang dibayar oleh konsumen sebesar Rp 66.000

Sedangkan PPN terutang tidak dipungut :Untuk fasilitas PPN terutang tidak dipungut, karena Pajak masukan bisa dikreditkan, Pak Ahmad atau pengusaha biasanya tidak akan memasukkannya sebagai biaya ke harga pokok penjualan karena juga tidak rugi jika tidak dimasukkan.sehingga perhitungannya sebagai berikut:Harga pokok penjualan = Rp 50.000,-Laba (20%) = Rp 10.000PPN terutang = Rp 6.000 (tidak dipungut)Jadi harga yang akan dibayar oleh konsumen sebesar Rp 60.000

Dengan begitu, harga barang yang diberikan fasilitas PPN terutang tidak dipungut lebih murah jika dibanding dengan fasilitas PPN terutang dibebaskan.

FASILITAS PEMBEBASAN BEA MASUK

Yang dimaksud dengan Pembebasan Bea Masuk adalah Peniadaan Pembayaran Bea Masuk

Ketentuan Pembebasan Bea Masuk diatur di :

1. Pasal 25 Undang-Undang Kepabeanan No. 10/1995 jo Undang-Undang No. 17/20062. Pasal 26 Undang-Undang Kepabeanan No. 10/1995 jo Undang-Undang No. 17/2006

Pasal 25 mengatur tentang Pembebasan Bea Masuk atas barang impor sebagai berikut:

1. barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik

o Yang dimaksud dengan barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yaitu barang milik atau untuk keperluan perwakilan negara asing tersebut, termasuk pejabat pemegang paspor diplomatik dan keluarganya di

Page 21: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

Indonesia. Pembebasan tersebut diberikan apabila negara yang bersangkutan memberikan perlakuan yang sama terhadap diplomat Indonesia

2. barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia;

o Yang dimaksud dengan barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yaitu milik atau untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar pada Pemerintah Indonesia, termasuk para pejabatnya yang ditugaskan di Indonesia. Pembebasan ini tidak diberikan kepada pejabat badan internasional yang memegang paspor Indonesia

3. buku ilmu pengetahuan; o Pembebasan bea masuk diberikan berdasarkan rekomendasi dari

kementerian terkait terhadap buku-buku yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

4. barang kiriman hadiah/hibah untuk keperluan ibadah untuk umum, amal, sosial, kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan bencana alam;

o Yang dimaksud barang keperluan ibadah untuk umum yaitu barang-barang yang semata-mata digunakan untuk keperluan ibadah dari setiap agama yang diakui di Indonesia.

o Yang dimaksud dengan barang keperluan amal dan sosial yaitu barang yang semata-mata ditujukan untuk keperluan amal dan sosial dan tidak mengandung unsur komersial, seperti bantuan untuk bencana alam atau pemberantasan wabah penyakit.

o Yang dimaksud dengan barang untuk keperluan kebudayaan yaitu barang yang ditujukan untuk meningkatkan hubungan kebudayaan antarnegara. Pembebasan bea masuk diberikan berdasarkan rekomendasi dari kementerian terkait.

5. barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum serta barang untuk konservasi alam;

6. barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; o Yang dimaksud dengan barang untuk keperluan penelitian dan

pengembangan ilmu pengetahuan yaitu barang atau peralatan yang digunakan untuk melakukan penelitian/riset atau percobaan guna peningkatan atau pengembangan suatu penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pembebasan bea masuk diberikan berdasarkan rekomendasi dari kementerian terkait

7. barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya;8. persenjataan, amunisi, perlengkapan militer dan kepolisian, termasuk suku cadang

yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;

Page 22: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

9. barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;

10. barang contoh yang tidak untuk diperdagangkan; o Yang dimaksud dengan barang contoh yaitu barang yang diimpor khusus

sebagai contoh, antara lain untuk keperluan produksi (prototipe) dan pameran dalam jumlah dan jenis yang terbatas, baik tipe maupun merek.

11. peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;12. barang pindahan;

o Yang dimaksud dengan barang pindahan yaitu barang-barang keperluan rumah tangga milik orang yang semula berdomisili di luar negeri, kemudian dibawa pindah ke dalam negeri.

13. barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas nilai pabean dan/atau jumlah tertentu;

14. obat-obatan yang diimpor dengan menggunakan anggaran pemerintah yang diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat;

15. barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan, dan pengujian; o Yang dimaksud dengan perbaikan yaitu penanganan barang yang rusak,

usang, atau tua dengan mengembalikannya pada keadaan semula tanpa mengubah sifat hakikinya.

o Yang dimaksud dengan pengerjaan yaitu penanganan barang, selain perbaikan tersebut di atas, juga mengakibatkan peningkatan harga barang dari segi ekonomis tanpa mengubah sifat hakikinya.

o Pengujian meliputi pemeriksaan barang dari segi teknik dan menyangkut mutu serta kapasitasnya sesuai dengan standar yang ditetapkan.

o Pembebasan atau keringanan dalam hal ini hanya dapat diberikan terhadap barang dalam keadaan seperti pada waktu diekspor, sedangkan atas bagian yang diganti atau ditambah dan biaya perbaikan tetap dikenakan bea masuk.

16. barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama dengan kualitas pada saat diekspor;

o Pembebasan bea masuk dapat diberikan terhadap barang setelah diekspor, diimpor kembali tanpa mengalami proses pengerjaan atau penyempurnaan apapun, seperti barang yang dibawa oleh penumpang ke luar negeri, barang keperluan pameran, pertunjukan, atau perlombaan.

o Terhadap barang yang diekspor untuk kemudian karena suatu hal diimpor kembali dalam keadaan yang sama dengan ketentuan segala fasilitas yang pernah diterimanya dikembalikan.

17. bahan terapi manusia, pengelompokan darah, dan bahan penjenisan jaringan.

Page 23: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

o bahan terapi yang berasal dari manusia, yaitu darah manusia serta

turunannya (derivatif) seperti darah seluruhnya, plasma kering albumin, gamaglobulin, fibrinogen serta organ tubuh.

o bahan pengelompokkan darah yang berasal dari manusia, binatang, tumbuh-

tumbuhan, atau sumber lain.o bahan penjenisan jaringan yang berasal dari manusia, binatang, tumbuh-

tumbuhan, atau sumber lain.

 

Pasal 26 mengatur tentang Pembebasan dan Keringanan Bea Masuk atas barang impor sebagai berikut :

Pembebasan bea masuk yang diberikan dalam pasal ini yaitu pembebasan yang relatif, dalam arti bahwa pembebasan yang diberikan didasarkan pada beberapa persyaratan dan tujuan tertentu, sehingga terhadap barang impor dapat diberikan pembebasan atau hanya keringanan bea masuk.

1. Barang dan Bahan untuk Pembangunan dan Pengembangan Industri Dalam Rangka Penanaman Modal;

o Yang dimaksud dengan penanaman modal yaitu penanaman modal asing dan penanaman modal dalam negeri sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku

2. Mesin Untuk Pembangunan dan Pengembangan Industri; o Yang dimaksud dengan mesin untuk pembangunan dan pengembangan

industri yaitu setiap mesin, permesinan, alat perlengkapan instalasi pabrik, peralatan, atau perkakas yang digunakan untuk pembangunan dan pengembangan

o Pengertian pembangunan dan pengembangan industri meliputi pendirian perusahaan atau pabrik baru serta perluasan (diversifikasi) hasil produksi, modernisasi, rehabilitasi untuk tujuan peningkatan kapasitas produksi dari perusahaan atau pabrik yang telah ada.

3. Barang dan Bahan Dalam Rangka Pembangunan dan Pengembangan Industri untuk Jangka Waktu Tertentu;

o Yang dimaksud dengan barang dan bahan yaitu semua barang atau bahan, tidak melihat jenis dan komposisinya, yang digunakan sebagai bahan atau komponen untuk menghasilkan barang jadi, sedangkan batas waktu akan diatur dalam keputusan pelaksanaannya.

4. Peralatan dan Bahan yang Digunakan Untuk Mencegah Pencemaran Lingkungan;5. Bibit dan Benih untuk Pembangunan dan Pengembangan Industri Pertanian,

Peternakan, atau Perikanan;

Page 24: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

o Yang dimaksud dengan bibit dan benih yaitu segala jenis tumbuh-tumbuhan atau hewan yang diimpor dengan tujuan benar-benar untuk dikembangbiakkan lebih lanjut dalam rangka pengembangan bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau perikanan

6. Hasil Laut yang Ditangkap dengan Sarana Penangkap Yang Telah Mendapat Izin; o Yang dimaksud dengan hasil laut yaitu semua jenis tumbuhan laut, ikan atau

hewan laut yang layak untuk dimakan seperti ikan, udang, kerang, dan kepiting yang belum atau sudah diolah dalam sarana penangkap yang bersangkutan.

o Yang dimaksud dengan sarana penangkap yaitu satu atau sekelompok kapal yang mempunyai peralatan untuk menangkap atau mengambil hasil laut, termasuk juga yang mempunyai peralatan pengolahan.

o Yang dimaksud dengan sarana penangkap yang telah mendapat izin yaitu sarana penangkap yang berbendera Indonesia atau berbendera asing yang telah memperoleh izin dari Pemerintah Indonesia untuk melakukan penangkapan atau pengambilan hasil laut.

7. Barang yang Mengalami Kerusakan, Penurunan Mutu, Kemusnahan, atau Penyusutan Volume atau Berat karena alamiah antara saat diangkut ke dalam daerah pabean dan saat diberikan persetujuan impor untuk dipakai;

o Dalam transaksi perdagangan kemungkinan adanya perubahan kondisi barang sebelum barang diterima oleh pembeli dapat saja terjadi. Sedangkan prinsip pemungutan bea masuk dalam undang-undang ini diterapkan atas semua barang yang diimpor untuk dipakai sehingga, apabila terjadi perubahan kondisi (kerusakan, penurunan mutu, kemusnahan, atau penyusutan volume atau berat karena sebab alamiah), barang tersebut tidak sepenuhnya dapat dipakai atau memberikan manfaat sebagaimana diharapkan, wajar apabila barang yang mengalami perubahan kondisi sebagaimana diuraikan di atas tidak sepenuhnya dipungut bea masuk. Oleh karena itu pembatasan pada saat kapan terjadinya perubahan kondisi barang tersebut, yaitu antara waktu pengangkutan dan diberikannya persetujuan impor untuk dipakai

8. Barang oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang Ditujukan untuk Kepentingan Umum;

o Yang dimaksud dengan kepentingan umum yaitu kepentingan masyarakat yang tidak mengutamakan kepentingan di bidang keuangan, misalnya proyek pemasangan lampu jalan umum.

9. Barang untuk Keperluan Olahraga Yang Diimpor oleh Induk Organisasi Olahraga Nasional;

10. Barang untuk Keperluan Proyek Pemerintah yang Dibiayai dengan Pinjaman dan/atau Hibah dari Luar Negeri;

Page 25: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

11. Barang dan Bahan untuk Diolah, Dirakit, atau Dipasang pada Barang Lain dengan Tujuan untuk Diekspor (KITE - Kemudahan Impor Tujuan Ekspor).

Contoh Kasus :

PT Dhea Fadhila mengajukan izin Impor Sementara barang berupa 2 unit Generating sets dengan keluaran 50kva pemberitahuan CIF USD 50, berdasarkan surat izin Impor Sementara penetapan pejabat Bea dan Cukai Nilai Pabean untuk barang tersebut sebesar CIF USD 100 dan Klasifikasi barang masuk dalam Pos Tarif 8502.11.00.00 dengan pembebanan BM 10%, PPN 10%, PPh Ps.22 2.5% (API). NDPBM 1 USD= Rp. 10.000.

Perhitungan :

C : Cost (Harga Barang)

I : Insurance (Asuransi)

F : Freight (Ongkos Kirim)

CIF = USD 100 Nilai Pabean (dalam rupiah) = USD 100 x Rp. 10.000

= Rp 1.000.000

Bea Masuk (sesuai HS) = 10% x Rp 1.000.000

= Rp. 100.000

Nilai Impor = Rp 1.000.000 + Rp.100.000

= Rp. 1.100.000

PPN = 10% x Rp.1.100.000

= Rp. 110.000

PPh Ps.22 = 2.5% x Rp.1.100.000

= Rp. 27.500

Sehingga Jumlah Bea Masuk dan PDRI yang seharusnya dibayar sebesar :

Rp. 100.000,00 + Rp. 110.000,00 + Rp. 27.500,00 = Rp. 237.500

Page 26: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

Bila diberikan fasilitas Pembebasan Bea Masuk

Menyerahkan jaminan sebesar bea masuk dan PDRI yang seharusnya dibayar, sebesar: Rp. 237.500.

Bila diberikan fasilitas Keringanan Bea Masuk

Misalnya diberikan izin impor sementara selama 10 bulan, maka:

Membayar Bea Masuk dan PPN sebesar:

BM = 10 x 2% x Rp. 100.000 = Rp.20.000 PPN= Rp. 110.000

Menyerahkan jaminan sebesar:

BM = Rp. 100.000 - Rp.20.000 = Rp.80.000 PPh Ps.22 = Rp. 27.500

Bila diberikan perpanjangan izin Keringanan Bea Masuk

Misalnya diberikan perpanjangan selama 10 bulan, maka:

Membayar Bea Masuk sebesar:

BM = 10 x 2% x Rp. 100.000 = Rp.20.000

Jaminan disesuaikan kembali menjadi:

BM = Rp.80.000 – Rp. 20.000 = Rp. 60.000 PPh Ps.22 = Rp. 27.500

Bila diberikan izin dari Pembebasan ke Keringanan Bea Masuk

Misalnya pada bulan ke-2 diberikan fasilitas dari Pembebasan Bea Masuk menjadi Keringanan Bea Masuk selama 10 bulan, maka:

Membayar BM dan PPN sebesar :

Page 27: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

BM = 8 x 2% x Rp. 100.000 = Rp.16.000 PPN= Rp. 110.000

Jaminan disesuaikan kembali menjadi:

BM = Rp. 100.000 - Rp.16.000 = Rp.84.000 PPh Ps.22 = Rp. 27.500

Bila diberikan izin dari Keringanan ke Pembebasan Bea Masuk

Misalnya pada bulan ke-2 diberikan fasilitas dari Keringanan Bea Masuk menjadi Pembebasan Bea Masuk selama 10 bulan, maka:

Bea Masuk dan PPN yang sudah dibayar tidak dapat dikembalikan. Jaminan yang sudah diserahkan disesuaikan kembali, seperti nomor dan tanggal

keputusan, serta jumlah jaminan sebesar BM dikurangi BM yang sudah dibayar Rp.80.000,00 dan PPH Ps. 22 Rp. 27.500,00.

Bila Tidak/ Dianggap Tidak Diekspor Kembali

Misalnya setelah masa izin impor sementara yang diberikan habis, dan ditambah masa realisasi ekspor 30 hari importir tidak mengekspor kembali atau dianggap tidak diekspor kembali, maka:

yang mendapatkan Pembebasan Bea Masuk, maka jaminan dicairkan ditambah dengan sanksi administrasi sebesar 100% dari Bea Masuk yang seharusnya dibayar, menjadi Rp. 237.500,00. + Rp. 100.000,00 = Rp. 337.500,00.

yang mendapatkan Keringanan Bea Masuk, maka jaminan dicarikan ditambah dengan sanksi administrasi sebesar 100% dari Bea Masuk yang seharusnya dibayar.

Untuk fasilitas keringanan tanpa perpanjangan sebesar = Rp.80.000,00 +Rp. 27.500,00 + Rp. 100.000,00 = Rp. 207.500,00.

Sedangkan untuk fasilitas keringanan dengan perpanjangan sebesar = Rp. 60.000,00 + Rp. 27.500,00 + Rp. 100.000,00 = Rp. 187.500,00.

FASILITAS PERPAJAKAN UNTUK BARANG KENA PAJAK YANG DIBEBASKAN DARI PENGENAAN BEA MASUK

Page 28: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

A. Tidak Dipungut PPN dan PPnBM

Sesuai Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 231/KMK.03/2001 sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 27/PMK.011/2012 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) atas Impor Barang Kena Pajak Yang Dibebaskan dari Bea Masuk, Tidak Dipungut PPN dan PPnBM atas barang-barang sbb :

o barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar pada Pemerintah Indonesia beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia;

o barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, atau kebudayaan;o barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang

terbuka untuk umum;o barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;o barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya;o barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia

berdasarkan asas timbal balik;o peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;o barang pindahan Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri, mahasiswa

yang belajar di luar negeri, Pegawai Negeri Sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas di luar negeri sekurang-kurangnya selama 1 (satu) tahun, sepanjang barang tersebut tidak untuk diperdagangkan dan mendapat rekomendasi dari Perwakilan Republik Indonesia setempat;

o barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan Pabean;

o barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum;

o perlengkapan militer termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan Negara;

o barang impor sementara;o barang yang dipergunakan untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu minyak dan gas

bumi serta panas bumi, dengan ketentuan :1. barang tersebut belum dapat diproduksi dalam negeri;2. barang tersebut sudah diproduksi dalam negeri, namun belum memenuhi

spesifikasi yang dibutuhkan; atau3. barang tersebut sudah diproduksi dalam negeri, namun jumlahnya belum

mencukupi kebutuhan industri.

Page 29: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

B. Dikecualikan dari Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22

Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 154/PMK.03/2010 sebagaimana telah diubah terakhir kalinya dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 146/PMK.011/2013 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran atas Penyerahan Barang Kena Pajak dan Kegiatan Lain di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha Bidang Lain, yakni atas barang impor yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan/atau pajak Pertambahan Nilai, Dikecualikan dari Pemungutan PPh Pasal 22 atas barang-barang sbb :

barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan asas timbal balik;

barang untuk keperluan badan internasional beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor Indonesia yang diakui dan terdaftar dalam peraturan menteri keuangan yang mengatur tentang tata cara pemberian pembebasan bea masuk dan cukai atas impor barang untuk keperluan badan internasional beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia;

barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, kebudayaan atau untuk kepentingan penanggulangan bencana;

barang untuk keperluan museum, kebun binatang, konservasi alam dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum;

barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya; peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah; barang pindahan; barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang

kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan kepabeanan;

barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum;

persenjataan, amunisi, dan perlengkapan militer termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;

barang dan bahan yang dipergunakan untuk menghasilkan barang bagi keperluan pertahanan dan keamanan negara;

vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan program Pekan Imunisasi Nasional (PIN); buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama; kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau, kapal angkutan

penyeberangan, kapal pandu, kapal tunda, kapal penangkap ikan, kapal tongkang, dan suku cadang serta alat keselamatan pelayaran atau alat keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional atau perusahaan penangkapan ikan nasional;

Page 30: fasilitas perpajakan untuk penanaman modal

pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan atau alat keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional;

kereta api dan suku cadang serta peralatan untuk perbaikan atau pemeliharaan serta prasarana yang diimpor dan digunakan oleh PT. Kereta Api Indonesia;

peralatan yang digunakan untuk penyediaan data batas dan foto udara wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia; dan/atau

barang untuk kegiatan hulu Minyak dan Gas Bumi yang importasinya dilakukan oleh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKS).