Fases

14
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang (rubah) Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus di keluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus di keluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan.Saat ini akses masyarakat terhadap sarana sanitasi khususnya jamban, masih jauh dari harapan. Berbagai kampanye dan program telah banyak dilakukan, terakhir dengan pemberlakuan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Berbagai upaya tersebut sebetulnya bermuara pada terpenuhinya akses sanitasi masyarakat, khususnya jamban. Namun akses tersebut selain berbicara kuantitas yang terpenting adalah kualitas. Berdasarkan hasil penelitian yang ada, seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata- rata sehari 970 gram dan menghasilkan air seni 970 gram. Jadi bila penduduk Indonesia dewasa saat ini 200 juta maka setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194.000 ton). Maka bila pengelolaan tinja tidak baik, jelas penyakit akan mudah tersebar. Dengan bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi. Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya

description

faese

Transcript of Fases

Page 1: Fases

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang (rubah)

 Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh

yang harus di keluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus di keluarkan dari dalam tubuh

ini berbentuk tinja (faeces), air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari proses

pernapasan.Saat ini akses masyarakat terhadap sarana sanitasi khususnya jamban, masih jauh

dari harapan. Berbagai kampanye dan program telah banyak dilakukan, terakhir dengan

pemberlakuan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Berbagai upaya tersebut

sebetulnya bermuara pada terpenuhinya akses sanitasi masyarakat, khususnya jamban.

Namun akses tersebut selain berbicara kuantitas yang terpenting adalah kualitas. Berdasarkan

hasil penelitian yang ada, seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata

sehari 970 gram dan menghasilkan air seni 970 gram. Jadi bila penduduk Indonesia dewasa

saat ini 200 juta maka setiap hari tinja yang dikeluarkan sekitar 194.000 juta gram (194.000

ton).

Maka bila pengelolaan tinja tidak baik, jelas penyakit akan mudah tersebar. Dengan

bertambahnya penduduk yang tidak sebanding dengan area pemukiman, masalah

pembuangan kotoran manusia meningkat. Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah

pembuangan kotoran manusia merupakan masalah yang pokok untuk sedini mungkin diatasi.

Kurangnya perhatian terhadap pengelolaan tinja disertai dengan cepatnya pertambahan

penduduk, jelas akan mempercepat penyebaran penyakit-penyakit yang ditularkan melalui

tinja. Karena kotoran manusia (faeces) adalah sumber penyebaran penyakit yang

multikompleks. Penyebaran penyakit yang bersumber pada faeces dapat melalui

berbagaimacam jalan atau cara.

1.2. Rumusan Masalah

1. Pengertian Feses

2.      Bau Feses

3.      Dekomposisi feses

4.      Macam – macam warna feses

5.      Akibat dari buruknya pembuangan tinja

6.      Pemeriksaan feses

Page 2: Fases

1.3 Tujuan

 1. Agar dapat mengetahui pengertian dari feses

2.      Untuk mengetahui Bau dari feses

3.      Untuk mengetahui bagaimana dekomposisi feses

4.      Untuk mengetahui penyebab perbedaan warna feses

5.      Agar dapat mengetahui akibat dari buruknya penanganan buangan feses

6.      Untuk mengetahui pemeriksaan feses

Page 3: Fases

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Feses

Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus

dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakansalah satu sumber penyebaran

penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya

mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces). Seperti halnya sampah, tinja juga mengundang

kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di atas tinja (faeces) yang

mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kumanitu lewat makanan yang

dihinggapinya, dan manusia lalu memakan makanantersebut sehingga berakibat sakit.

Beberapa penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja manusia antara lain tipus, disentri,

kolera, bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan

sebagainya.

Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya

frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut

dengan konstipasi atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses terganggu,

menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi buang air besar disebut

dengan diare atau mencret.

Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil

sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris,

celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan  bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram /

hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.

2.2 Bau Feses

Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan

senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan

juga gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau

khas feses atau tinja. Di pasaran juga terdapat beberapa produk komersial yang dapat

mengurangi bau feses atau tinja.

2.3 Dekomposisi Tinja

Page 4: Fases

Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami penguraian

(decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak

berbau, dan tidak mengganggu. Aktifitas utama dalam proses dekomposisi adalah :

  Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea, menjadi bahan yang lebih

sederhana dan lebih stabil;

  Pengurangan volume dan massa (kadang - kadang sampai 80%) dari bahan yang mengalami

dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida, amoniak, dan nitrogen yang

dilepaskan ke atmosfer; Bahan - bahan yang terlarut yang dalam keadaan tertentu meresap

kedalam tanah di bawahnya.

  Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup dalam proses

dekomposisi, atau diserang oleh banyak  jasad renik didalam massa yang tengah mengalami

dekomposisi. Bakteri memegang peranan penting dalam dekomposisi. Aktifitas bakteri dapat

berlangsung dalam suasana aerobik, yakni dalam keadaan terdapat udara, atau

anaerobic dalam keadaan tidak terdapat oksigen.

Proses dekomposisi berlangsung pada semua bahan organic mati yang berasal dari tumbuhan

atau hewan, terutama pada komponen nitrat, sulfat,atau karbonat yang dikandungnya. Pada

kotoran manusia yang merupakan campuran tinja dan air seni yang relative kaya akan

senyawa nitrat, proses dekomposisi terjadi melalui siklus nitrogen. Pada siklus ini, pertama -

tama, senyawa dipecahkan menjadi amonia dan bahan sederhana lainnya. Kemudian, diubah

oleh bakteri nitrit (nitrifying bacteria) menjadi nitrit dan nitrat. Bau merangsang yang timbul

selama dekomposisi air seni disebabkan oleh amonia yang terlepas sebelum berubah menjadi

bentuk yang lebih stabil. Dekomposisi dapat berlangsung sangat cepat, dari beberapa hari

pada dekomposisi mekanis yang sangat terkendali sampai dengan beberapa bulan, bahkan

hamper satu tahun pada kondisi rata - rata lubang jamban. Pada umunya, kondisi yang terjadi

pada dekomposisi tinja tidak menguntungkan bagi kehidupan organisme pathogen. Bukan

hanya karena temperatur dan kandungan airnya yang menghambat pertumbuhan

organisme pathogen itu, melainkan kompetisi antara flora bakteri dan protozoa, yang bersifat

predator dan merusak.

Hasil akhir proses dekomposisi mengandung nutrient tanah yang bermanfaat dan

dapat memberikan keuntungan bila digunakan sebagia pupuk  penyubur tanaman (fertilizer).

Kadang - kadang petani mengeluh karena sedikitnya kandungan nitrogen pada tinja yang

telah memngalami dekomposisi. Tinja segar memang mengandung lebih banyak bahan

nitrogen, namun bahan itu tidak dapat digunakan oleh tanaman pada susunannya yang asli.

Tanaman hanya dapat menggunaan nitrogen sebagian amonia, nitrit, atau nitrat yang mana

Page 5: Fases

dihasilkan selama dekomposisi tahap lanjutan. Bila tinja segar dihamparkan diatas tanah,

kebanyakan nitrogen akan berubah menjadi bahan padat yang menguap ke udara sehingga

tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

2.3 Macam – Macam Warna Feses

Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel darah merah yang mati,

yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin). Bilirubin adalah pigmen

kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver). Bilirubin

dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses. Fungsinya untuk memberikan warna

kuning kecoklatan pada feses. Selain itu warna dari feses ini juga dapat dipengaruhi oleh

kondisi medis, makanan serta minuman yang dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna

feses berubah sesuai dengan makanan yang dikonsumsi.

      Warna Kuning Kecoklatan

Feses berwarna Kuning adalah normal. Karena Feses manusia pada umumnya adalah

warna ini. Warna keCoklatan ato keKuningan ini disebabkan karena feses mengandung suatu

zat berwarna orange-kuning yg disebut Bilirubin. Nah, ketika Bilirubin ini bergabung dgn zat

besi dari usus maka akan dihasilkan perpaduan warna cokelat kekuning - kuningan.

      Warna Hitam Feses

berwarna Hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah atas,

kerongkongan, lambung ato jg bagian hulu usus halus. Zat Lain yg memberi warna Hitam ke

feses kita bisa juga dari zat-zat makanan berwarna Hitam(Licorice), timbal, pil yg

mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry. Bisa juga karena mengkonsumsi herb (sejenis

tumbuhan yang dikenal dengan akar manis).

      Warna Hijau

Feses warna Hijau didapat dari Klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi.

Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman atau es

bisa menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan yang

terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan

sempurna. Feses Hijau jg bisa terjadi pada diare, yakni ketika bahan pembantu pencernaan yg

diproduksi hati dan disimpan dalam empedu usus tanpa pengolahan atau perubahan. Ada

kejadian khusus pada bayi dimana jika feses berwarna hijau dianggap feses normal,

khususnya ketika bayi itu baru aja dilahirkan.

      Warna Merah

Page 6: Fases

Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh

kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan radang

usus besar adalah yang menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna merah. Feses merah

akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan dengan pewarna merah

termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi

tomat juga bisa membuat feses jadi merah.

      Warna Abu-abu / Pucat

Sama dalam dunia manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit bukan ? Kali

ini feses pucat pun menandakan si empunya Feses sedang dilanda sakit. Biasanya sang

empunya sedang mengalami penyakit Liver, pankreas, atau empedu, maka pantat dari sang

empu akan berwarna abu-abu atau pucat.

2.4 Akibat Buruknya Pembuangan Feses

Berikut ini adalah permasalahan yang mungkin ditimbulkan akibat buruknya penanganan

buangan tinja :

      Mikroba

Tinja manusia mengandung puluhan miliar mikroba, termasuk bakteri koli-tinja.

Sebagian diantaranya tergolong sebagai mikroba patogen, seperti bakteri Salmonela

typhi penyebab demam tifus, bakteriVibrio cholerae penyebab kolera, virus penyebab

hepatitis A, dan virus penyebab polio. Tingkat penyakit akibat kondisi sanitasi yang buruk di

Indonesia sangat tinggi. BAPPENAS menyebutkan, tifus mencapai 800 kasus per 100.000

penduduk. Sedangkan polio masih dijumpai, walaupun dinegara lain sudah sangat jarang.

      Materi Organik

Kotoran manusia (tinja) merupakan sisi dan ampas makanan yang tidak tercerna. Ia

dapat berbentuk karbohidrat, dapat pula protein, enzim, lemak, mikroba dan sel-sel mati. Satu

liter tinja mengandung materi organik yang setara dengan 200-300 mg BODS (kandungan

bahan organik). 

Sekitar 75 persen sungai di Jawa, Sumatra, Bali dan Sulawesi tercemar berat oleh

materi organik dari buangan rumah penduduk. Air sungai ciliwung memiliki BODS hampir

40 mg/L (empat kali lipat dari batas maksimum 10 mg/L). Kandungan BOD yang tinggi itu

mengakibatkan air mengeluarkan bau tak sedap dan berwarna kehitaman.

      Telur Cacing

Page 7: Fases

Seseorang yang cacingan akan mengeluarkan tinja yang mengandung telu-telur

cacing. Beragam cacing dapat dijumpai di perut kita. Sebut saja, cacing cambuk, cacing

gelang, cacing tambang, dan keremi. Satu gram tinja berisi ribuan telur cacing yang siap

berkembang biak diperut orang lain. Anak cacingan adalah kejadian yang biasa di Indonesia.

Penyakit ini kebanyakan diakibatkan cacing cambuk dan cacing gelang. Prevalensinya bisa

mencapai 70 persen dari balita.

      Nutrien

Umumnya merupakan senyawa nitrogen (N) dan senyawa fosfor (P) yang dibawa

sisa-sisa protein dan sel-sel mati. Nitrogen keluar dalam bentuk senyawa amonium,

sedangkan fosfor dalam bentuk fosfat. Satu liter tinja manusia mengandung amonium sekitar

25 gram dan fosfat seberat 30 mg. Senyawa nutrien memacu pertumbuhan ganggang (algae).

Akibatnya, warna air menjadi hijau. Ganggang menghabiskan oksigen dalam air sehingga

ikan dan hewan lainnya mati.

2.5 Pemeriksaan Feses

Pemeriksaan Feses merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feces sebagai

bahan pemeriksaan , yaitu pemeriksan lengkap dan pemeriksaan kultur.

Jenis makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun

konsistensinya.

1.      Indikasi Pemeriksaan :

  Adanya diare dan konstipasi

  Adanya ikterus

  Adanya gangguan pencernaan

  Adanya lendir dalam tinja

  Kecurigaan penyakit gastrointestinal

  Adanya darah dalam tinja

2.      Syarat Pengumpulan Feces :

  Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila

pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.

  Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.

  Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.

  Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher    pemeriksaan tinja

sewaktu

Page 8: Fases

  Pasien konstipasi   Saline Cathartic

  Kasus Oxyuris   Schoth Tape & object glass

  Alur  pemeriksaan :

Pengumpulan bahan Pemeriksaan, Pengiriman dan Pengawetan bahan tinja, Pemeriksaan

tinja, serta Pelaporan hasil pemeriksaan.

Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi

kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang tercampur

darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen unsure-unsur patologik biasanya tidak terdapat

merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya

dengan tepat, cukup diberi tanda – (negative), +, ++ atau +++ saja.

      Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas : 

o   Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi, warna, darah,

lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera diobati, yaitu infeksi

karena amuba atau bakteri shigella.

o   Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit, eritrosit, epitel,

amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi saluran cerna

terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus diobatinya pasien dari

infeksi parasit tersebut.

o   Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui adanya  Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen,

Bilirubin dalam feses / tinja.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus

dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakansalah satu sumber penyebaran

Page 9: Fases

penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya

mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces).

Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil

sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris,

celulosa gas indol, skatol, sterkobilinogen dan  bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram /

hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.

Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan

senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan

juga gas hidrogen sulfida. Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel

darah merah yang mati, yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin).

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun agar dalam

pembuatan makalah selanjutnya bias lebih baik lagi, atas perhatiannya penulis ucapkan

terimakasih.

DAFTAR PUSTAKA

Daryanto. 2004. Masalah Pencemaran. Bandung. PT. Tarsito.Hindarko,S. 2003. Mengolah

Air Limbah Sungai Tidak Mencemari Orang Lain. Jakarta.

ESHA.Yandang. 2010. Pembuangan Kotoran Manusia.

Page 10: Fases

www.yandang.blogspot.com.Tanggal Akses 14 Maret 2010.