FARMAKOLOGI ANALGETIK ANTIPIRETIK

download FARMAKOLOGI ANALGETIK ANTIPIRETIK

of 14

Transcript of FARMAKOLOGI ANALGETIK ANTIPIRETIK

  • 7/26/2019 FARMAKOLOGI ANALGETIK ANTIPIRETIK

    1/14

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Obat-obat analgesik antipiretik serta obat anti-inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan

    suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia.

    Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memeliki banyak persamaan dalam efek terapi

    maupun efek samping. Protip obat gologan ini adalah aspirin, karena itu obat golongan ini

    sering disebut juga sebagai obat mirip aspirin Sifat dasar obat antiinflamasi non-steroid.

    Golongan obat ini menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat

    menjadfi PGG2 terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase dengan cara yang

    berbeda. Khusus parasetamol, hambatan biosintesis PG hanya terjadi bila lingkungannya

    rendah kadar peroksid seperti di hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyakperoksid yang dihasilkan oleh leukosit. Ini menjelaskan mengapa efek antiinflamasi

    parasetamol praktis tidak ada.

    Obat merupakan bahan kimia yang memungkinkan terjadinya interaksi bila tercampur

    dengan bahan kimia lain baik yang berupa makanan, minuman ataupun obat-obatan. Interaksi

    obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat dengan bahan-bahan lain tersebut

    termasuk obat tradisional dansenyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi

    jika duaatau lebih obat sekaligus dalam satu periode (polifarmasi ) digunakanbersama-sama.

    Interaksi obat berarti saling pengaruh antarobat sehingga terjadi perubahan efek. Di dalam

    tubuh obat mengalami berbagai macam proses hingga akhirnya obat di keluarkan lagi dari

    tubuh. Proses-proses tersebut meliputi, absorpsi, distribusi, metabolisme (biotransformasi), dan

    eliminasi. Dalam proses tersebut, bila berbagai macam obat diberikan secara bersamaan dapat

    menimbulkan suatu interaksi. Selain itu, obat juga dapat berinteraksi dengan zat makanan yang

    dikonsumsi bersamaan dengan obat.

    Analgesik ialah istilah yang digunakan untuk mewakili sekelompok obat yang

    digunakan sebagai penahan sakit. Obat analgesik termasuk obat antiradang non-steroid

    (NSAID). NSAID seperti aspirin, naproksen, dan ibuprofen bukan saja melegakan sakit, malah

    obat ini juga bisa mengurangi demam dan kepanasan. Analgesik bersifat narkotik seperti opoid

    dan opidium bisa menekan sistem saraf utama dan mengubah persepsi terhadap kesakitan

    (noisepsi). Obat jenis ini lebih berkesan mengurangi rasa sakit dibandingkan NSAID.

    Analgesik seringkali digunakan secara gabungan serentak, misalnya bersama

    parasetamol dan kodeinpseudoefedrin untuk obat sinus, atau obat antihistamin untuk alergi.

    dijumpai di dalam obat penahan sakit (tanpa resep). Gabungan obat ini juga turut dijumpai

    bersama obat pemvasocerut seperti

  • 7/26/2019 FARMAKOLOGI ANALGETIK ANTIPIRETIK

    2/14

    2

    Analgesik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa

    menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi.

    Jadi analgesik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan

    suhu tubuh yang tinggi.

    Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya

    gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri

    disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat menimbulkan

    kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri (pengantara). Zat ini

    merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan

    jaringan lain. Dari tempat ini rangang dialaihkan melalui syaraf sensoris ke susunan syaraf pusat

    (SSP), melalui sumsum tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam

    otak besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri.B. RUMUSAN MASALAH

    1. Apakah definisi dari analgesik, antipiretik?

    2. Bagaimana cara kerja dari analgesik, antipiretik?

    3.

    Apa sajakah macam-macam dari analgesik, antipiretik?

    4. Apakah kegunaan dari obat analgesik, antipiretik?

    5. Apa sajakah contoh dari masing-masing obat analgesik, antipiretik?

    C. TUJUAN

    1. Untuk mengetahui definisi dari analgesik, antipiretik.

    2. Untuk mengetahui cara kerja dari analgesik, antipiretik.

    3.

    Untuk mengetahui macam-macam dari analgesik.

    4. Untuk mengetahui kegunaan dari obat analgesik, antipiretik.

    5. Untuk mengetahui contoh obat dari masing-masing obat analgesik, antipiretik.

  • 7/26/2019 FARMAKOLOGI ANALGETIK ANTIPIRETIK

    3/14

    3

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. DEFINISI ANALGESIK DAN ANTIPIRETIK

    Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan panas atau untuk obat mengurangi suhu

    tubuh (suhu tubuh yang tinggi). Hanya menurunkan temperatur tubuh saat panas dan tidak

    berefektif pada orang normal. Obat golongan ini bekerja dengan cara menghambat produksi

    prostaglandin di hipotalamus anterior (yang meningkat sebagai respon adanya pirogen

    endogen).

    Analgetik adalah adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa

    menghilangkan kesadaran. Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi.

    Jadi analgetik-antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan

    suhu tubuh yang tinggi, dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yangmenderita.

    Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya

    gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri

    disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat menimbulkan

    kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri (pengantara). Zat ini

    merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan

    jaringan lain. Dari tempat ini rangang dialaihkan melalui syaraf sensoris ke susunan syaraf pusat

    (SSP), melalui sumsum tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam

    otak besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri.

    B. CARA KERJA DARI ANALGESIK DAN ANTIPIRETIK

    Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan menghambat sintesa

    neurotransmitter tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan blokade

    sintesa neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan "sinyal" nyeri,sehingga

    rasa nyerinya berangsur-angsur menghilang.

    Rasa nyeri hanya merupakan suatu gejala, fungsinya memberi tanda tentang adanya

    gangguan-gangguan di tubuh seperti peradangan, infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri

    disebabkan rangsang mekanis atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat menimbulkan

    kerusakan jaringan dan melepaskan zat yan disebut mediator nyeri (pengantara). Zat ini

    merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan

    jaringan lain. Dari tempat ini rangang dialaihkan melalui syaraf sensoris ke susunan syaraf pusat

    (SSP), melalui sumsum tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam

    otak besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri.

  • 7/26/2019 FARMAKOLOGI ANALGETIK ANTIPIRETIK

    4/14

    4

    Cara Kerja

    1)

    Analgesik:

    Central (Thalamus) dengan jalan meningkatkan nilai ambang rasa nyeri

    Perifer: merubah interpretasi rasa nyeri

    2)

    Antipiretik:

    melalui termostat di hipotalamus mempengaruhi pengeluaran panas dengan

    cara: vasodilatasi perifer dan meningkatkan pengeluaran keringat

    Farmakodinamik

    1) Efek analgesik:

    efektif terhadap nyeri intensitas rendah sampai sedang (sakit kepala, mialgia,

    artralgia, nyeri yang berasal dari integumen, nyeri inflamasi)

    2)

    Efek antipiretik:menurunkan suhu saat demam, (fenil butason dan antirematik tidak dibenarkan

    sbg antipiretik).

    C. MACAM-MACAM ANALGESIK

    a.

    Analgesik opioid / analgesik narkotika

    Merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin.

    Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa

    nyeri. Tetap semua analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan, maka usahauntuk mendapatkan suatu analgesik yang ideal masih tetap diteruskan dengan tujuan

    mendapatkan analgesik yang sama kuat dengan morfin tanpa bahaya adiksi.

    Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur dan

    kanker. Nyeri pada kanker umumnya diobati menurut suatu skema bertingkat empat,

    yaitu : obat perifer (non Opioid) peroral atau rectal; parasetamol, asetosal, obat perifer

    bersama kodein atau tramadol, obat sentral (Opioid) peroral atau rectal, obat Opioid

    parenteral. Guna memperkuat analgetik dapat dikombinasikan dengan co-

    analgetikum, seperti psikofarmaka (amitriptilin, levopromazin atau prednisone).

    Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat sekali dengan tingkat

    kerja yang terletak di Sistem Saraf Pusat. Umumnya mengurangi kesadaran (sifat

    meredakan dan menidurkan) dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat

    mengakibatkan toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan

    fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila pengobatan dihentikan.

    Semua analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat, teteapi potensi.

    Onzer, dan efek samping yang paling sering adalah mual, muntah, konstipasi, dan

    mengantuk. Dosis yang besar dapat menyebabkan hipotansi serta depresi pernafasan.

  • 7/26/2019 FARMAKOLOGI ANALGETIK ANTIPIRETIK

    5/14

    5

    Morfin dan petidin merupakan analgetik narkotik yang paling banyak dipakai

    untuk nyeri walaupun menimbulkan mual dan muntah. Obat ini di Indonesia tersedia

    dalam bentuk injeksi dan masih merupakan standar yang digunakan sebagai

    pembanding bagi analgetik narkotika lainnya. Selain menghilangkan nyeri, morfin

    dapat menimbulkan euphoria dan ganguan mental.

    Ada 3 golongan obat ini yaitu :

    1)

    Obat yang berasal dari opium-morfin.

    2) Senyawa semisintetik morfin, dan

    3) Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.

    Berikut adalah contoh analgetik narkotik yang sampai sekarang masih digunakan di

    Indonesia :

    Morfin HCL,

    Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol),

    Fentanil HCL,

    Petinidin, dan

    Tramadol.

    b. Analgesik Non Narkotik

    Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.

    Obat- obat inidinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem

    Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan. Semua

    analgetika perifer juga memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada

    keadaan demam, maka disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan

    rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan

    vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai

    keluarnya banyak keringat.

    Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik hipotalamus atau di tempat

    cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi, udem, serta pelepasan zat

    aktif seperti brandikinin, PG, dan histamine. PG dan brankinin menstimulasi ujung

    staraf perifer dengan membawa implus nyeri ke SSP. AINS dapat menghambat sintesis

    PG dan brankinin sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor nyeri.

    Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik dan antipiretik adalah golongan

    salisilat dan asetaminofen (parasetamol). Aspirin adalah penghambat sintesis PG

    paling efektif dari golongan salisilat.

  • 7/26/2019 FARMAKOLOGI ANALGETIK ANTIPIRETIK

    6/14

    6

    c. Analgesik Antipiretik Non-Narkotika

    Analgesik : anti nyeri

    Antipiretik : anti demam

    Obat non narcotik analgetik antipiretik: obat yang dapat menghilangkan/

    mengurangi rasa nyeri dan dapat menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam,

    tanpa mengganggu kesadaran.

    Klasifikasi non narkotik Analgesik Antipiretik

    1) Salisilat

    2) Asam organik

    3) Para aminofenol

    4) Firazolon

    5)

    Quinolon6)

    Non Addicting Opioid

    1) Golongan Salisilat

    Merupakan derivat asam salisilat, berasal dari tumbuhan Willow Bark = Salix alba

    Efek farmakologi:

    Analgesik sentral dan perifer

    Antipiretik termostat hipotalamus

    SSP respirasi (dosis tinggi depresi pernafasan respirasi alkalosis

    metabolik asidosis, behavior, nausea dan vomiting

    Endokrin ACTH , sintesa protrombin , menghambat agregasi trombosit

    (blooding time )

    Farmakokinetik:

    Reabsorbsi di lambung dan usus,

    Distribusi ke semua jaringan, dapat menembus plasenta

    Ekskresi melalui urine

    Penggunaan Klinis:

    Sistemik: analgetik, antipiretik, anti inflamasi, anti gout

    Lokal: keratolitik, counter iritant

    Reaksi merugikan:

    Efek samping: iritasi lambung, alergi

    Toksisitas: salicylisme, hipertermis, gangguan behavior, respirasi alkalosis

  • 7/26/2019 FARMAKOLOGI ANALGETIK ANTIPIRETIK

    7/14

    7

    Sediaan:

    Acetyl Salicylic Acid (aspirin, acetosal)

    Sodium salisilat

    Salicylamid

    Salicylic acid sebagai topikal

    Metil salicylat sebagai topikal

    2)

    Golongan Asam Organik

    Dibanding aspirin, kurang efektif (sebagai antiinflamasi, analgesik), toksisitasnya

    lebih kecil

    Efek: analgesik, antipiretik, anti inflamasi, iritasi pada lambung, menghambatsintesa protrombin dan agregasi trombosit

    Sediaan:

    Mefenamic acid (Ponstan)

    Indometacin (Indocin)

    Ibuprofen (Brufen)

    Meclofenamat (Meclomen)

    Fenbufen (Cybufen)

    Carprofen (Imadil)

    Diclofenac (Voltaren)

    Ketoprofen (Profenid)

    3)

    Golongan Para Amino Fenol.

    Indikasi:

    Sebagai analgesik dan antipiretik

    Jangan digunakan dalam jangka waktu lama nefropati analgesik

    Sediaan;

    Tablet 500mg

    Sirup 120mg/5ml

    Dosis:

    Dewasa: 3001g per kali maksimum 4x

    Anak: 10 mg/kgBB/kali maksimum 4x

  • 7/26/2019 FARMAKOLOGI ANALGETIK ANTIPIRETIK

    8/14

    8

    Perbedaan dengan salisilat:

    Kurang atau tidak iritasi terhadap gaster

    Tidak mempunyai sifat anti inflamasi

    Tidak mempunyai efek uricosuric

    Reaksi merugikan:

    Alergi: eritem, urtikaria, demam, lesi mukosa

    Intoksikasi akut: dizzines, excitement, diorientasi, central lobuler necrosis

    hepar, renal tubuler necrosis, methaemogloninemia, anemia hemolitik

    Intoksikasi kronis: hemolitic anemia, methaemoglobinemia, kelainan ginjal

    (interatitiel necrosis, papillary necrosis)

    Sediaan:

    Fenasetin

    Asetaminofen (Parasetamol)

    4) Golongan Pirazolon

    Efek farmakologi:

    Analgesik meningkatkan nilai ambang rasa nyeri

    Antipiretik mempengaruhi termostat

    Anti inflamasi efeknya lemah

    Kurang iritasi lambung kecuali fenilbutazon

    Reaksi merugikan:

    Agranulositosis, anemia aplastik, trombositopenia, hemolisis, udem, tremor,

    mual, muntah, perdarhan lambubg, anuria.

    Fenil butazon, Oksifenbutazon: edema (retensio urina), mulut kering, nausea,

    vomiting, perdarahan lambung, renal tubuler necrosis, liver necrosis, alergi

    (dermatitis exfoliative), agranulositosis

    Kontra indikasi: ulcus pepticum, hipertensi, (karena sifat retensi air dan

    natrium) dan alergi

    Fenilbutazon: digunakan untuk mengobati artritis rematoid

  • 7/26/2019 FARMAKOLOGI ANALGETIK ANTIPIRETIK

    9/14

    9

    Efek antiinflamasinya sama kuat dengan salisilat, serta punya efek uricosuric

    ringan

    payah jantungEfek retensi natrium dan klorida menyebabkan edema dan

    bertambahnya volume plasma

    Diabsorbsi cepat po kadar maksimum 2 jam

    Indikasi: pirai akut, artritia rematoid, gangguan sendi (spondilitis ankilosa,

    osteoartritis)

    Sediaan:

    Aminopirin (piramidon) dan Antipirin (fenazon) tidak digunakan lagi

    (1977) karena toksik nitrosamin (karsinogenik)

    Fenilbutazon (butazolidin) dan Oksifenbutazon karena toksisitasnya (koma,

    trismus, kejang, syok, asidosis metabolik, depresi sumsum tulang, proteinuria,

    hematuria, oliguria, gagal ginjal, ikterus) digunakan jika obat lain yang lebih

    aman tidak ada

    Dipiron (antalgin/novalgin): Tablet 500 mg dan larutan suntik 500 mg/ml

    Dipiron: hanya digunakan sebagai analgesik antipiretik, antiinflamasinya

    lemah

    Keamanan diragunakan, sebaiknya digunakan secara suntikan

    Efek samping dan intoksikasi:

    Agranulositosis, anemia aplastik dan trombositopenia (perhatikan penggunaan

    jangka panjang)

    Hemolisis, udem, tremor, mual, muntah, perdarahan lambung dan anuria

    AINS lainnya

    a)

    Asam mefenamat dan Meklofenamat

    digunakan sebagai analgesik, sebagai anti inflamasi kurang efektif

    dibanding aspirin, tidak dianjurkan untuk anak, wanita hamil dan pemakaian

    >7 hari

    Terikat sangat kuat pada protein plasma perhatikan interaksi dengan

    antikoagulan

  • 7/26/2019 FARMAKOLOGI ANALGETIK ANTIPIRETIK

    10/14

    10

    Efek samping: dispepsia, iritasi lambung, diare, alergi(eritem kulit,

    bronkospasme), anemia hemolitik

    Dosis: 2-3kali 250-500mg

    Diklofenak: absorbsi cepat dan lengkap

    Efek samping: mual, gastritis, eritema kulit, sakit kepala

    Tidak disarankan pada waktu wanita hamil

    Dosis dewasa; 100150 mg sehari terbagi 2-3 dosis

    b) Ibuprofen

    bersifat analgesik, antiinflamasinya tidak kuat, tidak dianjurkan pada wanita

    hamil dan menyusui

    Absorbsi melalui lambung, kadar maksimum 1-2 jam

    Efek samping: saluran cerna (lebih ringan dibanding aspirin), eritema

    kulit, sakit kepala, trombositopenia

    Dosis: 4 x 400mg

    D. CONTOH DARI MASING-MASING OBAT ANALGESIK DAN ANTIPIRETIK.

    1. Aspirin menghambat sintesis prostaglandin. Ketika diberikan kepada wanita hamil

    dapat menyebabkan penutupan prematur ductus arteriousus janin, persalinan dan

    kelahiran tertunda, meningkatkan waktu perdarahan pada janin maupun ibu karena efek

    anti plateletnya.Penggunaan aspirin yang kronik di awal kehamilan berhubungan

    dengan anemia pada wanita hamil. Aspirin terbukti menimbulkan gangguan proses

    tumbuh kembang janin. Selain itu, aspirin memicu komplikasi selama kehamilan.

    Bahkan, kandungan aspirin masih ditemukan dalam ASI. Tubuh bayi akan menerima 4-

    8% dosis aspirin yang dikonsumsi oleh ibu. Penelitina mengatakan bahwa bayi memilim

    ASI dari ibu yang mengkonsumsi aspirin berisiko untuk menderita Reyes Syndrome

    yang merupakan suatu penyakit gangguan fungsi otak dan hati. Karenanya, hindari

    pemakaian aspirin, terutama selama trimester tiga.

    2.

    Paracetamol merupakan analgesik-antipiretik dan anti-inflamasi non-steroid (AINS)

    yang memiliki efek analgetik (menghilangkan rasa nyeri), antipiretik (menurunkan

    demam), dan anti-inflamasi (mengurangi proses peradangan). Paracetamol paling

    aman jika diberikan selama kehamilan. Parasetamol dalam dosis tinggi dan jangka

    waktu pemberian yang lama bisa menyebabkan toksisitas atau keracunan pada ginjal.

    sehingga dikategorikan sebagai analgetik-antipiretik. Golongan analgetik-antipiretik

    adalah golongan analgetik ringan.Parasetamol merupakan contoh obat dalam golongan

  • 7/26/2019 FARMAKOLOGI ANALGETIK ANTIPIRETIK

    11/14

    11

    ini.Beberapa macam merk dagang, contohnya Parasetamol (obat penurun panas atau

    penghilang nyeri) bisa diperdagangkan dengan merk Bodrex, Panadol, Paramex.

    3. Antalgin.Antalgin adalah salah satu obat penghilang rasa sakit (analgetik) turunan

    NSAID, atau Non-Steroidal Anti Inflammatory Drugs. Antalgin lebih banyak bersifat

    analgetik.

    4. Ibuprofen Merupakan derivat asam propionat yang diperkenalkan banyak negara. Obat

    ini bersifat analgesik dengan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek

    analgesiknya sama dengan aspirin. Ibuprofen tidak dianjurkan diminum oleh wanita

    hamil dan menyusui.

  • 7/26/2019 FARMAKOLOGI ANALGETIK ANTIPIRETIK

    12/14

    12

    BAB III

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    Analgesik adalah obat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri tanpa

    menghilangkan kesadaran.

    Antipiretik adalah obat yang menurunkan suhu tubuh yang tinggi. Jadi analgetik-

    antipiretik adalah obat yang mengurangi rasa nyeri dan serentak menurunkan suhu

    tubuh yang tinggi.

    Umumnya cara kerja analgetik-antipiretik adalah dengan menghambat sintesa

    neurotransmitter tertentu yang dapat menimbulkan rasa nyeri & demam. Dengan

    blokade sintesa neurotransmitter tersebut, maka otak tidak lagi mendapatkan "sinyal"

    nyeri,sehingga rasa nyerinya berangsur-angsur menghilang. Macam-macam analgesik ada 2 macam, yaitu: Analgesik Narkotik dan Analgesik Non-

    Narkotik. Analgesik Narkotik merupakan turunan poium yang berasal dari tumbuhan

    Papaver somniferum atau dari senyawa sintetik. Sedangkan Analgesik Non-Narkotik

    tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Obat- obat ini dinamakan juga

    analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem Saraf Pusat, tidak menurunkan

    kesadaran atau mengakibatkan ketagihan

    Penggunaan obat Analgetik-Antipiretik pada saat mengandung bagi ibu hamil harus

    diperhatikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi obat secara sembarangan dapat

    menyebabkan cacat pada janin. Jadi penggunaan Analgesik-Antipiretik harus benar-

    benar konsul terlebih dahulu dan menggunakan resep dokter.

    Contoh Obat Analgesik Narkotik sekarang masih digunakan di Indonesia :

    Morfin HCL,

    Kodein (tunggal atau kombinasi dengan parasetamol),

    Fentanil HCL,

    Petinidin, dan

    Tramadol.

    Obat-obat Analgesik Non-Narkotik disebut juga sebagai obat Analgesik-Antipiretik

    (Obat- obat ini dinamakan juga analgetika perifer, karena tidak mempengaruhi Sistem

    Saraf Pusat, tidak menurunkan kesadaran atau mengakibatkan ketagihan, Semua

    analgetika perifer juga memiliki kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada

    keadaan demam, maka disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan

    rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang mengakibatkan

    vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai

  • 7/26/2019 FARMAKOLOGI ANALGETIK ANTIPIRETIK

    13/14

    13

    keluarnya banyak keringat. Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik dan

    antipiretik adalah golongan salisilat dan asetaminofen (parasetamol).

    B. SARAN

    Untuk obat analgesik-antipiretik , dianjurkan jangan terlalu mengkonsumsi obat ini

    secara berlebihan dikarenakan dapat menyebabkan ketergantungan bagi pemakainya.

  • 7/26/2019 FARMAKOLOGI ANALGETIK ANTIPIRETIK

    14/14

    14

    DAFTAR PUSTAKA

    Latief. S. A, Suryadi K. A, dan Dachlan M. R, Petunjuk Praktis Anestesiologi, Edisi II, Bagian

    Anestesiologi dan Terapi Intensif FK-UI, Jakarta, Juni, 2001, hal ; 77-83, 161.

    Sardjono, Santoso dan Hadi rosmiati D, Farmakologi dan Terapi, bagian farmakologi FK-UI,

    Jakarta, 1995 ; hal ; 189-206.

    Samekto wibowo dan Abdul gopur, Farmakoterapi dalam Neuorologi, penerbit salemba

    medika, 1995; hal : 138-14

    Katzung, B.G. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik buku 2. Jakarta : Salemba Medika.

    Widodo, Samekto dan Abdul Gofir . 2001. Farmakoterapi dalam Neurologi . Jakarta : Salemba

    Medika

    Deglin, Judith Hopfer . 2005. Pedoman Obat Untuk Perawat. Jakarta : EGC