Farma 2

17
BAB I PENDAHULUAN Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004). Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan yang baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi (Denke, 1998; Klein S, 2004). Kekurangan nutrisi memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh (Suastika, 1992). Nutrisi seperti halnya oksigen dan cairan senantiasa dibutuhkan oleh tubuh. Penderita yang tidak dapat makan atau tidak boleh makan harus tetap mendapat masukan nutrisi melalui cara enteral (pipa nasogastrik) atau cara parenteral (intravena). Terdapat tiga pilihan dalam pemberian nutrisi yaitu diet oral, nutrisi enteral dan nutrisi parenteral. Diet oral diberikan kepada penderita yang masih bisa menelan cukup makanan dan keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik antara dokter, ahli gizi, penderita dan keluarga. Nutrisi enteral bila penderita tidak bisa menelan dalam jumlah cukup, sedangkan fungsi pencernaan dan absorbsi usus masih cukup baik. Sedangkan nutrisi parenteral diberikan bila fungsi pencernaan dan absorbpsi usus 1

Transcript of Farma 2

Page 1: Farma 2

BAB I

PENDAHULUAN

Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk

membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk

berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh (Rock CL, 2004).

Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan yang baik antara asupan

nutrisi dengan kebutuhan nutrisi (Denke, 1998; Klein S, 2004). Kekurangan

nutrisi memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi

hampir semua organ dan sistem tubuh (Suastika, 1992).

Nutrisi seperti halnya oksigen dan cairan senantiasa dibutuhkan oleh tubuh.

Penderita yang tidak dapat makan atau tidak boleh makan harus tetap mendapat

masukan nutrisi melalui cara enteral (pipa nasogastrik) atau cara parenteral

(intravena). Terdapat tiga pilihan dalam pemberian nutrisi yaitu diet oral, nutrisi

enteral dan nutrisi parenteral. Diet oral diberikan kepada penderita yang masih

bisa menelan cukup makanan dan keberhasilannya memerlukan kerjasama yang

baik antara dokter, ahli gizi, penderita dan keluarga. Nutrisi enteral bila penderita

tidak bisa menelan dalam jumlah cukup, sedangkan fungsi pencernaan dan

absorbsi usus masih cukup baik. Sedangkan nutrisi parenteral diberikan bila

fungsi pencernaan dan absorbpsi usus tidak baik. Namun, tidak menggantikan

fungsi alamiah usus, karena itu hanya merupakan jalan pintas sementara sampai

usus berfungsi normal kembali. Tehnik nutrisi parenteral memang tidak mudah

dan penuh liku-liku masalah biokimia dan fisiologi. Juga harga relatif mahal tetapi

jika digunakan dengan benar pada penderita yang tepat, pada akhirnya akan dapat

dihemat.

1

Page 2: Farma 2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Nutrisi Parenteral

Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian air, elektrolit, dan

nutrisi yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui

saluran pencernaan. Nutrisi parenteral tidak bertujuan menggantikan

kedudukan nutrisi enteral lewat usus yang normal. Segera jika usus sudah

berfungsi kembali, perlu segera dimulai nasogastric feeding, dengan

sediaan nutrisi enteral yang mudah dicerna. Para peneliti sebelumnya

menggunakan istilah hiperalimentasi sebagai pengganti pemberian

makanan melalui intravena, dan akhirnya diganti dengan istilah yang lebih

tepat yaitu Nutrisi Parenteral Total, namun demikian secara umum

dipakai istilah Nutrisi Parenteral untuk menggambarkan suatu pemberian

makanan melalui pembuluh darah.

Pemberian nutrisi hanya efektif untuk pengobatan gangguan nutrisi

bukan untuk penyebab penyakitnya. Status nutrisi basal dan berat

ringannya penyakit memegang peranan penting dalam menentukan kapan

dimulainya pemberian nutrisi parenteral. Sebagai contoh pada orang-orang

dengan malnutrisi yang nyata lebih membutuhkan penanganan dini

dibandingkan dengan orang-orang yang menderita kelaparan tanpa

komplikasi. Pasien-pasien dengan kehilangan zat nutrisi yang jelas seperti

pada luka dan fistula juga sangat rentan terhadap defisit zat nutrisi

sehingga membutuhkan nutrisi parenteral lebih awal dibandingkan dengan

pasien-pasien yang kebutuhan nutrisinya normal.

Secara umum, pasien-pasien dewasa yang stabil harus mendapatkan

dukungan nutrisi 7 sampai dengan 14 hari setelah tidak mendapatkan

nutrisi yang adekuat sedangkan pada pasien-pasien kritis, pemberian

dukungan nutrisi harus dilakukan dalam kurun waktu 5 sampai dengan 10

hari .

Nutrisi Parenteral pada pasien anak-anak diberikan lebih awal

dibandingkan dengan pasien-pasien dewasa, biasanya 1 hari setelah lahir

2

Page 3: Farma 2

pada neonatus dan bayi dengan berat badan lahir yang rendah, dan antara 5

sampai 7 hari bagi anak-anak yang lebih dewasa yang tidak dapat

mencukupi kebutuhan nutrisinya hanya melalui oral maupun enteral .

Dasar Fisiologi :

1. Apabila di dalam aliran darah tidak tercukupi kebutuhan nutrisinya,

kekurangan kalori dan nitrogen dapat terjadi.

2. Apabila terjadi defisiensi nutrisi, proses glukoneogenesis akan

berlangsung dalam tubuh untuk mengubah protein menjadi

karbohidrat.

3. Kebutuhan kalori Kurang lebih 1500 kalori/hari,diperlukan oleh rata-

rata dewasa untuk mencegah protein dalam tubuh untuk digunakan.

4. Kebutuhan kalori menigkat terjadi pada pasien dengan penyakit

hipermetabolisme, fever ,injury, membutuhkan kalori sampai dengan

10.000 kalori/hari.

5. Proses ini menyediakan kalori yang dibutuhkan dalam konsentrasi

yang langsung ke dalam system intravena yang secara cepat menjadi

nutrisi yang tepat sesuai toleransi tubuh.

Tujuan Umum:

1. Menyediakan air, elektrolit, dan nutrien untuk memenuhi kebutuhan

sehari- hari.

2. Menyediakan nutrisi bagi tubuh melalui intravena, karena tidak

memungkinkannya saluran cerna untuk melakukan proses pencernaan

makanan.

3. Mencegah lemak subkutan dan otot digunakan oleh tubuh untuk

melakukan katabolisme energy.

4. Menghindari defisit zat nutrisi pada pasien- pasien kehilangan banyak

zat nutrisi seperti pasien luka bakar berat.

3

Page 4: Farma 2

Indikasi :

1. Pasien yang mengalami dehidrasi dan tidak bisa mengganti kehilangan

cairan dengan minuman dan makanan secara oral dan enteral.

2. Pasien yang mengalami keadaan akut abdomen yang meliputi saluran

cerna misalnya ileus obstruksi, peritonitis, fistula entero kutaneus

karena tidak mampu untuk mempertahankan, mencerna atau menyerap

makanan.

3. Prabedah pada pasien yang mengalami emasiasi, deplesi nutrien yang

berat, atau yang kehilangan berat badannya sampai lebih dari 10%

berat badan semula.

4. Pascabedah pada pasien yang tidak mampu makan secara normal

selama lima hari atau lebih.

5. Keadaan trauma seperti luka bakar atau fraktur multipel dengan

komplikasi lain seperti sepsis yang kebutuhan nutriennya sangat

tinggi.

6. Penyakit kanker, khususnya sebagai terapi penunjang pada terapi

utama kanker yang terdiri atas pembedahan, radioterapi, dan

kemoterapi.

7. Malnutrisi protein atau protein-kalori atau kalau berat badan tanpa

edema/ asites turun sampai 10% lebih dibawah berat badan idealnya.

8. Penolakan atau ketidakmampuan makan seperti pada keadaan koma,

aneroksia nervosa, atau kelainan neurologis seperti pseudobulbar

palsy yang membuat pasien tidak dapat memakan makanan secara

normal.

Kontraindikasi :

1. Klien yang saluran gastrointestinalnya masih berfungsi.

2. Krisis hemodinamik seperti syok, atau dehidrasi yang belum

terkoreksi (kontraindikasi absolut).

4

Page 5: Farma 2

3. Pasien yang mengalami kegagalan pernafasan yang membutuhkan

bantuan respirator (kontraindikasi relatif).

Komplikasi:

Penggunaan vena perifer hanya digunakan pada terapi nutrisi

parenteral yang tidak melampaui waktu dua minggu. Setelah itu

pemberian nutrisi harus beralih kepada nutrisi enteral atau oral.

Ada tiga komplikasi yang bisa terjadi dalam pemberian nutrisi

parenteral :

1. Komplikasi teknis yang berkaitan dengan pemasangan kateter seperti

pneumotoraks, ruptura atau penetrasi arteri subklavia, emboli udara,

dan tromboemboli.

2. Komplikasi infeksi yang ditandai oleh demam, hipotensi, oliguria,

dan kemunduran keadaan umum. Indikasi absolut pelepasan kateter

adalah syok septik, bakteremia, infeksi pada tempat pemasangan,

gejala emboli, dan demam persisten tanpa ditemukan penyebab lain.

3. Komplikasi metabolik yang berkaitan dengan gangguan

keseimbangan glukosa, asam-basa, hiper/hipokalsemia,

hiper/hipofosfatemia, hiperglikemia/hipoglikemia.

2.2 Cara Pemberian Nutrisi Parenteral.

Nutrisi parenteral diberikan melalui rute intavena dengan

menggunakan kateter vena (infus). Berdasarakan cara pemberian nutrisi

parenteral dibagi atas Nutrisi Parenteral Sentral dan Nutrisi Parenteral

Perifer.

a. Nutrisi parenteral sentral diberikan melalui vena sentral seperti

vena kava superior , vena subklavia, atau vena jugularis untuk

mencegah trombosis karena konsentrasi yang diberikan lebih dari

10% glukosa. Subclavian atau internal vena jugularis digunakan

dalam waktu singkat sampai empat minggu. Jika lebih dari empat

minggu ,diperlukan permanent kateter. Formula ini memberikan

5

Page 6: Farma 2

semua nutrien esensial dalam jumlah banyak yang

mempertahankan atau meningkatkan berat badan dan

mempercepat penyembuhan luka. Proporsi nutrien dan total kalori

yang dihantarkan bervariasi sesuai kebutuhan individu.

b. Nutrisi parenteral perifer(PPN) diberikan melalui vena perifer

seperti vena yang terdapat pada lengan bawah. PPN digunakan

untuk jangka waktu singkat 5 -7 hari dan ketika pasien perlu

konsentrasi kecil dari karbohidrat dan protein. PPN digunakan

untuk mengalirkan isotonic atau mild hypertonic solution. High

hypertonic solution dapat menyebabkan bengkak. PPN tidak dapat

menerima larutan yang konsentrasinya tinggi seperti pada jalur

sentral, tetapi dapat mengakomodasi lemak. Misalnya, emulsi

lemak 20 % dapat menyediakan hampir 2000 kkal per hari melalui

vena perifer. PPN dianggap sebagai bentuk yang lebih aman

daripada vena sentral. Bentuk ini tidak menimbulkan masalah

metabolik akibat konsentrasi larutan yang tinggi., maka dari itu

bentuk ini merupakan bentuk terapi yang sering digunakan.

2.3 Jenis- Jenis Formula Parenteral

Nutrisi yang diberikan secara parenteral adalah berbentuk cairan, jenis-

jenis cairan parenteral adalah sebagai berikut:

1. Cairan hipotonik

Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan

serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan plasma),

sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum.

Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan

sekitarnya (prinsip cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke

osmolaritas tinggi), sampai akhirnya mengisi sel-sel yang dituju.

Digunakan pada keadaan sel mengalami dehidrasi, misalnya pada

pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik, juga pada pasien

hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis diabetik.

6

Page 7: Farma 2

Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan

dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps

kardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak)

pada beberapa orang. Contohnya adalah Dekstrosa 2,5%.

2. Cairan Isotonik.

Adalah cairan osmolaritas cairannya mendekati serum , sehingga terus

berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang

mengalami hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan

darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan

cairan), khususnya pada penyakit gagal jantung kongestif dan

hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL).

3. Cairan hipertonik.

Adalah cairan osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,

sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke

dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah,

meningkatkan produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak).

Penggunaannya kontradiktif dengan cairan hipotonik. Misalnya

Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-Lactate,

Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

Susunan nutrien yang terkandung dalam formula parenteral terdiri dari

karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Pembuatan campuran

nutrisi parenteral tersebut dilakukan dibagian farmasi dan memerlukan

persyaratan farmasi yang ketat seperti osmolaritas, pirogenisitas, sterillitas

dll. Berikut adalah jenis- jenis formula parenteral yang tersedia.

7

Page 8: Farma 2

Tabel 1.1

JENIS FORMULA PARENTERAL YANG TERSEDIA DI INDONESIA

ACETATED RINGER’S Euro-Med KPer L: NaCl 6 g, Na asetat anhidrat 2.28 g, NaCl 300 mg, CaCl2 dihidrat 200 mg. In: Terapi asidosis, dehidrasi dan kehilangan ion alkali dalam tubuh. KI:Hiperdehidrasi, hipernatremia, hiperkalemia, hiperkalemia, hiperkloremia, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung kongestif, edema paru. ES: Demam, iritasi atau infeksi pada tempat injeksi, thrombosis atau flebitis yang meluas dari tempat injeksi. Perh: Hipertensi, toksemia gravidarum, anak dan lanjut usia. IO: Presipitasi dapat terjadi selama tranfusi darah, perhatian ekstra terhadap pasien yang mendapat kortikosteroid atau kortikotropin. Ds: Bersifat individual. Km: Lar infus 500 mL x 24; 1 L x 12.AMINOFUSIN L 600 Kalbe Farma KPer L: asam amino 50 g, sorbitol 50 mg, xylitol 50 g, vitamin, elektrolit. In: Nutrisi Parenteral totalyang dapat memberikan suplai protein, elektrolit, vitamin dan air. KI: Syok, hiperkalemia, penyakit ginjal akut yang berat, intoleransi sorbitol atau fruktosa. Defesiensi fruktosa-1-6-difosfatase, keracunan metanol, gangguan metabolisme asam amino. Per: Pastikan bahwa fungsi jantung dan ginjal dalam keadaan baik. Insufisiensi kardiak yang tidak terkompensasi. Ds: 15-60 mL/kg BB/hr. Km: Larutan infus 500 mL x 1. Rp. 677.600,-.DEXTROSE 5%, DEXTROSE 10% Euro-Med KDekstrosa monohidrat. In: Rehidrasi, penambahan kalori secara parenteral, basic solution. KI: Hiperhidrasi, DM, gangguan toleransi glukosa pascaoperasi, sindroma malabsorpsi glukosa-galaktosa. ES: Demam, iritasi atau infeksi pada tempat injeksi, thrombosis atau flebitis yang meluas dari tempat injeksi dan ektravasasi, hiperglikemia pada bayi baru lahir. Perh: Asidosis laktat, gsngguan ginjal, sepsis berat, fase awal paska trauma. Ds: Bersifat individual, kecuali infus: 3 mL/kg BB/jam. Km: Larutan infus 5%: 500 mL x 12. Larutan infus 10% 500 mL x 24; 1 L x 12.EAS PFRIMMER Kalbe Farma KPer L: asam amino esensial, histidine. In: Azotemia, gagal ginjal akut, isufisiensi ginjal kronik tahap lanjut, diberikan setelah dilakukan dialisis untuk menggantikan asam amino yang hilang karena dialisis. Ds: 250 mL/hr. Kecepatan infus maksimal 20 tetes/ menit. Km: Larutan infus 250 mL x Rp. 69. 080.-, Larutan infus AKSES: 250 mL x Rp. 47.000,-.GLUCOSE 5% & SODIUM CHLORIDE 0.025% Widatra Bakti KPeer 1 L: glukosa 50 g, NaCl 2.25 g, air untuk injeksi adalah 1000 mL. In: Untuk mengatasi dehidrasi, menambah kalori dan mengembalikan keseimbangan elektrolit. KI: Hipernatremia, asidosis, hipokalemia, DM, sindrom malabsorpsi glukosa-galaktosa. ES: Trombofeblitis (pada pH rendah 3.5- 5), panas, iritasi atau infeksi pada tempat penyuntikan, trombosis atau flebitis vena yang meluas dari tempat penyuntikan, ekstravasasi. Perh: Payah jantung, edema dengan retensi Na, gangguan ginjal, sepsis parah, kondisi pra dan paska trauma. Ds: Injeksi IV: 3

8

Page 9: Farma 2

mL/ kg BB/jam atau 70 tetes/70 kgBB/mnit atau 210 mL/70 kgBB/jam atau sesuai kondisi penderita. Maksimal 1500 mL/70 kgBB/hr. Km: Larutan infus 500 mL.INFUSAN D5 + ½ NS Sanbe Farma KTiap 1000 mL infus: Na+ 77 mEq/L, Cl- 77 mEq/L, Dekstrosa 50 g/L (Natrium klorida 4,5 g, air untuk injeksi 1000 mL), osmolaritas 432 mOsm/L. In: Digunakan untuk infus vena perifer sebagai sumber kalori dimana penggantian cairan dan kalori dibutuhkan. KI: Penderita sindrom malabsorpsi glukosa-galaktosa, penderita koma diabetikum. Ds: Tergantung pada usia berat badan dan keadaan klinis penderita. Km: Softbag Infus dengan isi bersih 500 mL. HNA: DP; Rp. 14. 425,-; SP; Rp. 13.240,-.KA-EN 1B Otsuka KNa 38,5 mEq, CI 38,5 mEq, glukosa 37,5 g tiap liter. In: sebagai infus awal pasien usia ≥ 3 tahun atau ≥ 15 kg BB. Ds: Dewasa 500-1000 mL dengan infus intavena drip, Kecepatan infus: Dewasa 300-500 mL/jam. Anak > 3 tahun atau BB > 15 kg 50-100 mL/Jam. Km: Larutan infus 500 mL.LIPOVENOES 10% PLR/ LIPOVENOES Fresenius KFat emulsion. In: Nutrisi parenteral untuk mnecukupi kebutuhan kalori dan asam lemak esensial. KI: Gangguan metabolisme lemak, diatesis hemoragik berat, ketidakseimbangan metabolik pada diabetes, pada kehamilan trimester 1, kolaps dan syok, infark miokard yang baru, emboli, stroke, emboli, keadaan trauma yang tidak diketahui sebabnya, hipokalemia, rehidrasi, dehidrasi hipotonik. Perh:Pasien anak dengan hiperbilirubinemia, resiko terjadi kemikterus, gejala- gejala yang menandai kelebiahan cairan, cek kadar trigliserida setiap hari. ES: Sedikit peningkatan teperatur, sensasi panas-dingin, kemerahan atau sianosis pada kulit, kehilanagn nafsu makan, mual, muntah, dispnea, nyeri pada kepala, punggung, dada, tulang dan pinggang. IO: Alkohol. Ds: 1-2 g lemak/ kgBB/hr secara infus perlahan. Km: Larutan infus Lipovenoes 10% PLR 10 mg x 100 mL. Rp. 39. 000,-.PEDIALYTE Abbot BNatrium 45 mEq, kalium 20 mEq, dekstrosa 25 g, sitrat 30 mEq, klorida 35 mEq tiap liter cairan. In: Mencegah dan mengobati dehidrasi pada muntah dan diare. Km: Larutan 500 mL Rp. 12. 800,-.

TOTILAC Kalbe Farma BNa laktat 28.25g, KCL 0,075 g, CaCl2 dihydrate 0.05 g. In: Resusitasi pada paska bedah jantung. KI: Hipervolimea, hipernatremia (Na plasma > 155 mmol/L), gagal ginjal berat. Perh: Monitor perubahan keseimbangan cairan elektrolit dan keseimbangan asam-basa, penyakit jantung, hiperkalemia, gagal ginjal berat, retensi K, dan Na, gagal jantung kongetif, edema, alkalosis metabolik atau respiratorik, riwayat gangguan panik, DM, miastenia gravis, hipertensi, tukak peptik, lanjut usia, bayi. IO: Fosfat anorganik, hidrogen karbonat atau oksalat. ES: Respon demam, infeksi pada tempat injeksi, trombosis pada vena atau flebitis, ektravasasi, hipervolimea. Ds: Disesuaikan dengan kebutuhan individual, maksimal 10 mL/kg BB IV tiap 12 jam. Km: Kantung infus 250 mL. X Rp. 660.000,-.; Larutan 250 mL x 6 Rp. 3.960.000,-.

9

Page 10: Farma 2

AMINOSTERIL INFANT fresenius K

Asam amino 6%, 10%. In : Nutrisi parenteral pencegahan dan pengobatan defisiensi protein pada anak dimana asupan makanan secara oral merupakan kontra indikasi. KI : Pasien dengan kelainan metabolisme asam amino sejak lahir, koma hepatik dan anuria yang tidak diobati, insufisiensi kardiak, hipokalemia dan hiperhidrasi. ES : Reaksi lokal yang meliputi eritema, flebitis dan trombosis, dapat terjadi pada tempat infus pada pemberian infus melalui pembuluh darah perifer. Ds : 1,5 – 2,5 g asam amino/kgBB/hr. Km : Larutan infus 100 mL x 10. AMINOSTERIL N HEPA fresenius K

Asam amino 5%, 7%. In : Nutrisi parenteral untuk penderita gagal hati yang berat dengan atau tanpa disertai ensefalopati. Terapi untuk koma hepatik. KI : Gangguan metabolisme asam amino. ES : Dapat meningkatkan asam lambung, stres ulser. Ds : 1,5 g/kgBB/hr. Km : Larutan infus 500mL x 10.AMINOVEL 600 Otsuka K

Tiap liter infus intravenus : Asam amino 5%, sorbito 10%, vitamin dan elektrolit. In : Gangguan saluran gastro internal short- bowel syndrome, anorexia dan gangguan saluran gastrointestinal berat, peningkatan kebutuhan metabok. Ds : 500mL infus intravena dalam 4 – 6 jam, diulangi setiap 12 jam selama 5 – 7 hari. Km : Botol 500 mL.COMATUSIN Hepar Pfrimmer Kabi K

Isoleusin 50%. In : Kerusakan hepar, coma atau precoma hepaticum. Ds : 1000-1500 ml sehari melalui infus 40-60 ml tiap jam atau 15-20 tetes permenit. Km : Botol infus 500 mL. PHAROLIT – 200 Novell Pharma K

NaCL 3,5g, Na citrate 2,5g, KCL 1,5 g Glukosa 20 g per liter. In : pencegahan dehidrasi dan pengobatan ringan sampai dengan sedang dehidrasi km diare. Ds : Lihat literatur. Km : sachet 200 mL x 60 (Rp 11.100,-).PEDIALYTE WHO FORMULA Abbott B

Natrium 3,5 mg, natrium sitrat 2,9 mg, kalium klorida 1,5 mg, dekstrosa monohidrat 23,1 mg, asam sitram 0,4 mg tiap ml cairan. In : dehidrasi ringan sampai sedang akibat diare. Km : Botol 400 ml.

10

Page 11: Farma 2

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Nutrisi Parenteral adalah suatu bentuk pemberian air, elektrolit, dan nutrisi

yang diberikan langsung melalui pembuluh darah tanpa melalui saluran

pencernaan. Nutrisi parenteral hanya diindikasikan pada pasien yang menderita

akut saluran cerna dan tidak bertujuan menggantikan kedudukan nutrisi enteral

lewat usus yang normal. Jenis- jenis formula parenteral yang tersedia

diantaranya: Dextrosa 5%, Dextrosa 10%, Pedialyte, Gukosa 5%, Amino Infant,

Ringer Laktat dll.

3.2 Saran

Jika usus sudah berfungsi kembali, segeralah dimulai ganti dengan sediaan

nutrisi enteral yang mudah dicerna.

11