fareks
Transcript of fareks
V. PEMBAHASAN
Tujuan praktikum pada kali ini adalah untuk mengenal, mempraktekkan, dan
membandingkan cara-cara pemberian obat terhadap kecepatan absorpsinya, menggunakan
data farmakologi dengan analisis ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% sebagai tolok
ukurnya. Dari percobaan diharapkan dapat diketahui pengaruh cara pemberian obat
terhadap daya absorbsi yang selanjutnya berpengaruh terhadap efek farmakologi obat.
Yaitu dengan melihat waktu yang diperlukan obat mulai dari proses pemberian sampai
mencapai sirkulasi sistemik dan menimbulkan efek. Sedangkan durasi adalah waktu yang
diperlukan suatu obat mulai memberikan efek sampai hilangnya efek. Absorbsi
(penyerapan) merupakan proses perpindahan obat dari tempat aplikasi menuju sirkulasi
sistemik, menyangkut kecepatan proses dan kelengkapan yang biasa dinyatakan dalam %
dari jumlah obat yang diberikan.
Hewan uji yang digunakan adalah 4 ekor mencit. Penggunaan mencit didasarkan
pada analog system faal mencit dengan sistem faal manusia (Mus musculus). Selain itu
harga mencit tergolong murah dibandingkan dengan harga hewan uji lainnya. Sebelum
diberi perlakuan lebih lanjut, mencit ditimbang terlebih dahulu, untuk mengetahui berat
badan masing-masing mencit. Data berat badan ini digunakan dalam perhitungan volume
pemberian obat terhadap masing-masing mencit, karena semua bentuk sediaan larutan
yang akan diberikan memiliki volume maksimal untuk setiap cara pemberian. Semakin
panjang rute penggunaan suatu obat, maka semakin kecil konsentrasi obat yang mencapai
sel target, sehingga volume yang diberikan juga berbeda. Masing-masing mencit yang telah
ditimbang diberi nomor untuk memudahkan dalam pembedaan cara pemberian.
Pada penimbangan mencit harus diingat bahwa perlu mengurangkan dengan berat
wadah. Dari hasil penimbangan bobot keempat mencit yaitu 25,4 gram; 24 gram; 26 gram;
dan 27 gram.
Efek farmakologi yang diamati ialah hilangnya reflek membalik badan yang ditandai
dengan hilangnya kemampuan mencit untuk membalikkan badan dari keadaan telentang.
Efek balik badan adalah kemampuan mencit untuk membalikkan badannya dari posisi
terlentang ketika badannya ditelentangkan. Obat-obat hipnotik-sedatif memiliki efek inhibisi
atau refleks polisinaptik dan tramsmisi internunsius, dan pada dosis tinggi bisa menekan
transmisi dan sambungan neuromuskuler otot rangka. Kerja selektif ini menyebabkan
relaksasi otot volunter yang berkontraksi pada penyakit sendi atau spasme otot
(Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi IV, Katzung). Dengan timbulnya efek ini dapat diketahui
onset dan durasi dari masing-masing cara pemberian.
Obat yang digunakan pada percobaan ini adalah sodium penthotal (Natrium
thiopental) atau secara singkat disebut thiopental. Nama kimianya 5-etil-5-(1metilbutil)-2-
thiobarbituric acid sodium. Zat aktif yang terkandung dalam penthotal adalah natrium
thiopental 500mg dalam 1gram/ampul serbuk untuk injeksi. Awal kerjanya cepat, kurang
lebih 0,5 menit dengan masa kerja 10-30 menit. Waktu paruhnya kurang lebih 11,5 jam
Pemerian : Natrium thiopental untuk injeksi adalah campuran steril thiopental natrium
dan natrium karbonat anhidrat sebagai dapar. Mengandung tidak kurang dari
93,0% dan tidak lebih dari 107,0% C11H17N2NaO2S dari jumlah yang tertera
pada etiket. pH antara 10,2 – 11,2. (Farmakope Indonesia IV,1995)
Indikasi : sebagai obat anestesi tunggal (umum) untuk prosedur bedah yang singkat
(preposisi fraktur, jahit luka, dilatasi serviks), untuk induksi sebelum
pemberian obat anestesi lain, sedasi pada analgesi regional, untuk mengatasi
kejang-kejang eklapsia atau epilepsi, untuk narko analisa dan narko sintesa
pada kelainan psikiatrik (ilmu kejiwaan)
Kontra indikasi : status asmatikus (suatu serangan asma yang akut, parah, dan berlangsung
lama), porfilia, hipotensi atau syok berat, anemia (penurunan di bawah
jumlah normal eritrosit, hemoglobin, atau sel darah merah), disfungsi hepar
(kelainan fungsi hati), penyakit kardiovaskuler hebat, meningginya tekanan
intra carnial, asma, myastemia gravis (lemah otot)
(Kapita Selekta Dispensing I)
Efek samping : depresi pernafasan, depresi otot jantung, artemis jantung, batuk,
bronkospasmus, laringospasmus
Natrium thiopental adalah turunan golongan barbiturat. Efek terapi pada natrium
thiopental adalah efek sedatif-hipnotik. Sedatif adalah keadaan terjadinya penurunan
kepekaan terhadap rangsangan dari luar karena adanya penekanan sistem saraf pusat yang
berakibat terjadinya penurunan respon. Dalam dosis besar, sedatif berefek sebagai hipnotik,
yaitu menyebabkan tidur pulas. Dosis yang lebih tinggi lagi akan menyebabkan anestesi.
Dosis obat yang diberikan pada percobaan ini adalah 55 mg/kg BB. Untuk
menghitung volume yang akan diberikan dihitung dengan rumus = BB dalam kg x (dosis
thiopental/stock).
Cara pemberian obat pada praktikum ini adalah cara per oral, sub kutan, intra
muscular dan intra peritonial. Pemberian per oral di berikan melalui mulut dengan jarum
ujung tumpul. Pengunaan jarum ujung tumpul bertujuan agar tidak melukai organ tertentu
ketika dimasukkan ke saluran cerna mencit. Obat harus diberikan dengan hati hati agar tidak
masuk ke saluran pernapasan, karena obat yang masuk ke saluran pernapasan akan
mengakibatkan kematian mencit karena terjadi hambatan pernapasan. Obat yang berada
pada spuit injeksi dikeluarkan perlahan lahan ketika jarum memasuki kerongkongan. Tanda
bahwa jarum telah masuk kerongkongan adalah lancarnya jarum injeksi dimasukkan ke
dalam rongga mulut, tidak tertahan, hingga mencit tampak seperti akan menjulurkan
lidahnya keluar.
Pemberian injeksi sub kutan dimasukkan sampai dibawah kulit pada tengkuk hewan
uji dengan jarum injeksi. terlebih dahulu kulit pada bagian tersebut diangkat dengan tangan
dan penyuntikan diusahakan jangan sampai tembus ke sisi lain dari tengkuk.
Pada pemberian intra muscular disuntikkan ke dalam otot pada daerah gluteus
maximus. Sebelum obat diinjeksikan, bagian paha mencit diraba terlebih dahulu untuk
menemukan letak otot paha mencit yang ditandai dengan adanya semacam tonjolan
melintang yang terasa sedikit kenyal.
Sedangkan pada pemberian intra peritonial disuntikkan ke dalam rongga perut. Perlu
kehati-hatian ketika memberikan injeksi intra peritonial yaitu jangan sampai masuk ke
dalam usus. Untuk memastikan jarum telah masuk ke dalam rongga perut maka jarum
diputar sedikit hingga dirasakan ada rongga yang dimasuki jarum kemudian obat
diinjeksikan.
Secara teori perbedaan rute pemberian obat hanya mempengaruhi onset obat tanpa
mempengaruhi durasi. Rute pemberian mempengaruhi kecepatan absorbsi obat ke dalam
system sirkulasi. Hal ini karena cara pemberian obat akan mempengaruhi jalur obat di dalam
tubuh. Selanjutnya berpengaruh pada kecepatan absorbsi obat.
Berdasarkan hasil pengamatan, hewan uji yang mengalami efek dari obat tersebut
adalah mencit yang mengalami pemberian secara subkutan.
Sedangkan pada mencit dengan pemberian per-oral, intra-muscular dan intra-
peritonial tidak terlihat mengalami efek dari obat tersebut. Hal tersebut mungkin
disebabkan oleh proses adsorbsi dalam tubuh mencit yang tidak berjalan dengan lancar atau
mungkin disebabkan keadaan internal mencit itu sendiri. Dan hasilnya didapatkan tidak
sesuai dengan teori, bahwa efek paling cepat adalah bukan pemberian secara subcutan
melainkan melalui intra-peritonial.
VI. KESIMPULAN
1. Cara pemberian obat mempengaruhi proses absorpsi yang pada akhirnya
mempengaruhi onset, sedangkan durasi tidak berpengaruh.
2. Berdasarkan hasil praktikum, waktu onset pemberian subcutan lebih cepat
daripada pemberian peroral.
3. Na-thiopental merupakan obat golongan barbiturate yang memberikan efek
sedatif-hipnotik
VII. DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
2. Anief, Moh. 2002. Perjalanan dan Nasib Obat Dalam Badan . Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.P
3. Anonim. 2007. Kapita Selekta Dispensing I. Yogyakarta: Laboratorium MFFM
Fakultas Farmasi UGM.
Yogyakarta, 3 April 2013
Asisten Koreksi Praktikan
Della Febrianty (FA / 09268)
Iftika Salsa Billa (FA / 09271)
Juang Juansa (FA / 09274)
Rindita K (FA / 09277)