Far Trap

95
PENGGUNAAN OBAT RASIONAL DAN INTERPRETASI DATA LABORATORIUM Wulandari (I21112016) Siti Syabriyantini (I21112038) Nur Anisyah (I21112013) Lia Deslianri (I21112036)

description

kuliah

Transcript of Far Trap

PENGGUNAAN OBAT RASIONAL dan interpretasi data laboratoriumWulandari(I21112016)Siti Syabriyantini (I21112038)Nur Anisyah(I21112013)Lia Deslianri(I21112036)

1

Obat rasionalPengobatan dapat disebut rasional apabila pasien menerima terapi yang tepat sesuai dengan kebutuhan kliniknya, sesuai dengan dosis yang dibutuhkannya, pada periode waktu yang adekuat, dan dengan harga yang terjangkau untuk pasien dan masyarakat (WHO,1985).

Tujuan :Untuk menjamin pasien mendapatkan pengobatan yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat dengan harga yang terjangkau

Persyaratan Penggunaan obat rasionalMenurut WHO 1985 pengobatan rasional bila:

3

Secara praktis penggunaan obat dikatakan rasional jika memenuhi kriteria

Tepat diagnosis

Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat. Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar maka pemilihan obat akan terpaksa mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga tidak akan sesuai dengan seharusnya.

Sesuai dengan indikasi penyakit

Ketepatan indikasi berkaitan dengan penentuan perlu tidaknya suatu obat diberiakan pada suatu kasus tertentu (Sastramihardja, 1997).

Tepat pemilihan obat.Keputusan untuk melakukan upaya terapi diambil setelah diagnosis ditegakkan dengan benar. Dengan demikian obat yang dipilih haruslah yang memiliki efek terapi sesuai dengan spectrum penyakit. Berkaitan dengan pemilihan kelas terapi dan jenis obat berdasarkan pertimabangan manfaat, keamanan, harga, dan mutu. Sebagai acuannya bisa digunakan buku pedoman pengobatan. (Sastramiharja 1997).

Tepat Dosis

Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan rentang terapi yang sempit misalnya theofilin akan sangat berisiko timbulnya efek samping. Sebaliknya dosis yang terlau kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi yang diharapkan (Anomia 2006).

Tepat cara pemberian

antibiotik tidak boleh dicampur dengan susu karena akan membentuk ikatan sehingga menjadi tidak dapat diabsorbsidan menurunkan efektifitasnya. Cara pemberian obat memerlukan pertimbangan farmakokinetik, yaitu cara atau rute pemberian, besar dosis, frekuensi pemberian dan lama pemberian, sampai ke pemilihan cara pemakaian yang paling mudah diikuti pasien, aman dan efektif untuk pasien.

Tepat interval waktu pemberian

Cara memberikan obat hendaknya dibuat sesederhana mungkin dan praktis agar mudah ditaati oleh pasien. Makin sering frekuensi pemberian obat perhari (misalnya 4 kali sehari) maka semakin rendah tingkat ketaatan pasien untuk minum obat.

Tepat lama pemberian

Lama pemberian obat itu harus sesuai dengan penyakitnya masing- masing. Untuk tuberculosis lama pemberian paling singkat 6 bulan. Lama pemberian kloramfenikol pada demam tifoid adalah 10 14 hari.

Waspada terhadap efek samping

Pemberian obat potensial menimbulkan efek samping yaitu efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi. karena itu muka merah setelah pemberian atropine bukan alergi tetapi efek samping sehubungan vasodilatasi pembuluh darah di wajah.

Penilaian terhadap kondisi pasien Ketepatan penilaian diperlukan terhadap kontraindikasi, pengaruh faktor konstitusi penyakit penyerta dan riwayat alergi, respon individu terhadap efek obat sangat beragam, misalnya pada penderita kelainan ginjal, pemberian aminoglikosida sebaiknya dihindarkan karena resiko terjadinya nefrotoksik pada kelompok ini secara bermakna.

Tepat Informasi

Ketepatan informasi menyangkut informasi cara penggunaan obat, efek samping obat dan cara penanggulangannya serta pengaruh kepatuhan terhadap hasil pengobatan. Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting dalam menunjang keberhasilan terapi.

Tepat dalam melakukan upaya tindak lanjut

Tepat tindak lanjut maksudnya pada saat memutuskan pemberian terapi harus sudah dipertimbangkan upaya tindak lanjut yang diperlukan, misalnya jika pasien tidak sembuh atau mengalami efek samping. Jika terjadi seperti ini maka dosis obat perlu ditinjau ulang atau bisa saja obatnya diganti.

Obat yang Efektif, aman, dan mutu terjamin dan terjangkau

Untuk efektif, aman, dan terjangkau digunakan obat obat dalam daftar obat essensial. Pemilihan batt dalam daftar obat essensial didahulukan dengan mempertimbangkan efektivitas, keamanan, dan harganya oleh para pakar dibidang pengobatan dan klinis.

Tepat Penyerahan obat

Penggunaan obat rasional melibatkan juga dispenser sebagai penyerah obat dan pasien sebagai konsumen. Pada saat resep dibawa ke apotik atau tempat penyerahan obat di puskesmas, apoteker atau asisten apoteker atau petugas penyerah obat akan melaksanakan perintah dokter atau peresep yang ditulis pada lembar resep ntuk kemudian diberikan kepada pasien.

Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan

Pasien patuh terhadap perintah pengobatan yang dibutuhkan maksudnya pemberian obat dalam jangka waktu lama tanpa informasi/ supervisi tentu saja akan menurunkan ketaatan penderita. Kegagalan pengobatan tuberkulosis secara nasional menjadi salah satu bukti bahwa terapi jangka panjang tanpa disertai informasi/ supervisi yang memadai tidak akan pernah memberikan hasil seperti yang diharapkan.

Dampak Penggunaan Obat yang tidak rasional Dampak pada mutu pengobatan dan pelayanan Dampak terhadap biaya pengobatan. Dampak terhadap kemungkinan efek samping dan efek lain yang tidak diharapkan. Dampak terhadap mutu ketersediaan obat.

19

Dampak pada mutu pengobatan dan pelayanan.

Penderita ISPA non pneumonia pada anak sering diberikan antibiotik

20

Dampak terhadap biaya pengobatan.

Penggunaan obat tanpa indikasi yang jelas, atau pemberian obat untuk keadaan yang sama sekali tidak memerlukan terapi obat

Dampak terhadap kemungkinan efek samping dan efek lain yang tidak diharapkan.

Terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotik merupakan salah satu akibat dari pemakaian antibiotik yang berlebihan (over prescribing), maupun pemberian yang bukan indikasi (misalnya infeksi yang disebabkan oleh virus).

Dampak terhadap mutu ketersediaan obat.

keluhan demam,batuk dan pilek mendapatkan antibiotik untuk rata-rata 3 hari pemberian

Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan obat yang tidak rasional

24

1. Pembuat resep (dokter), dokter yang kurang pengetahuan, ketrampilan dan tidak percaya diri, pengalaman praktek sehari-hari yang keliru, aktivitas promosi yang bias dari industri farmasi, tekanan permintaan dari pasien, generalisasi pengobatan penyakit, waktu diagnosa yang terbatas2. Pasien/masyarakat; ketidaktahuan terapi pengobatan, pengalaman sebelumnya yang salah (misalnya, pasien yang pernah mengalami diare dan sembuh setelah disuntik maka saat diare lagi maka pasien pun minta disuntik)

25

3. Sistem perencanaan dan pengelolaan obat

4. Kebijaksanaan obat dan pelayanan kesehatan5. Lain-lain misalnya informasi dan iklan obat, persaingan praktek dan memberikan pengobatan yang sesuai dengan permintaan pasien.

Penggunaan obat yang tidak rasional dalam kehidupan sehari-hari dapat berupa

Pemberian obat bagi penderita yang tidak memerlukan obat (obat tanpa indikasi)Pemakaian obat yang tidak sesuai indikasi penyakitPemakaian obat yang tidak sesuai anjuranObat dengan toksisitas tinggi sementara obat lain yang lebih aman tidak digunakanPemakaian obat dengan harga mahalObat yang belum secara ilmiah terbukti manfaat dan keamanannyaPemakaian obat yang jelas-jelas mempengaruhi kebiasaan atau persepsi keliru dari masyarakat terhadap pengobatan

27

INTERPRETASI DATA LABORATORIUM

INTERPRETASI DATA LABORATORIUMHasil pemeriksaan laboratorium merupakan informasi yang berharga untuk membedakan diagnosis, mengkonfirmasi diagnosis, menilai status klinik pasien, mengevaluasi efektivitas terapi dan munculnya reaksi obat yang tidak diinginkan. Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium oleh apoteker bertujuan untuk:Menilai kesesuaian terapiMenilai efektivitas terapiMendeteksi dan mencegah reaksi obat yang tidak dikehendakiMenilai kepatuhan penggunaan obatMencegah interpretasi yang salah terhadap hasil pemeriksaan

Spesimen: darah lengkap (darah vena, darah arteri), plasma, serum, urin, feses, sputum, keringat, saliva, sekresi saluran cerna, cairan vagina, cairan serebrospinal dan jaringan.

Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dinyatakan sebagai angka kuantitatif, kualitatifatau semikuantitatif.

1. Pemeriksaan Hematologia. Hematokrit (HCT)menunjukan persentase sel darah merah tehadap volume darah total.Nilai normal :Anak: 33 38 %Laki - laki: 40 50 %Wanita: 35 45 %Penurunan HCT : kehilangan darah akut, anemia, leukemia, hipertiroid, sirosis, reaksi hemolitik, gagal jantungPeningkatan HCT : hipovolemia, dehidrasi, polisitemia vera,diare, luka bakar

31

b. hemoglobin

Untuk mengangkut oksigen Nilai normal :Wanita: 12 16 gr/dlPria: 13 18 gr/dlAnak: 12 16 gr/dlBayi baru lahir : 12 24 gr/dlPenurunan Hb : anemia, sirosis, kanker, hipertiroidisme, penyakit ginjal, perdarahan, pemberian cairan intravena yang berlebihan, penyakit hodgkinPeningkatan Hb : dehidrasi, polisitemia, gagal jantung kongesti, luka bakar hebatTerapi : transfusi untuk penurunan darah yang akut, pemberian eritropoetin untuk penurunan fungsi ginjal dan penggunaan sitostatika serta anemia

c. Eritrosit (sel darah merah)

untuk mengangkut oksigen dari paru-paru kejaringan tubuh dan mengangkut CO2 dari jaringan tubuh ke paru-paru oleh Hb. Nilai normal :Pria : 4,4 5,6 x 106 sel/mm3Wanita: 3,8 5,0 x 106 sel/mm3Penurunan erirosit : anemia, multiple myeloma, acute and chronic hemorrhagePeningkatan eritrosit : polisitemia vera, renal disease, cardiovascular disease, pulmobary disease, dehidrasi

Susunan Sel Darah Merah1) Mean Corpuscular Volume (MCV)MCV merupakan indeks untuk menentukan ukuran sel darah merah. MCV menunjukkan ukuran sel darah merah tunggal apakah sebagai Normositik (ukuran normal), Mikrositik (ukuran kecil < 80 fL), atau Makrositik (ukurankecil >100 fL).Perhitungan : MCV (femtoliter) = 10 x Hct (%) : Eritrosit (106 sel/L)Nilai normal : 80 100 (fL)Penurunan MCV : anemia kekurangan besi, anemia pernisiosa dan talasemiaPeningkatan MCV : penyakit hati, alcoholism, terapi antimetabolik, kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi valproat

2) Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)Indeks MCH adalah nilai yang mengindikasikan berat Hb rata-rata di dalam sel darah merah. MCH dapat digunakan untuk mendiagnosa anemiaPerhitungan : MCH (picogram/sel) = hemoglobin/sel darah merahNilai normal : 28 34 pg/ selPenurunan MCH : anemia mikrositikPeningkatan MCH : anemia makrositik

3) Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)Indeks MCHC mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah merah.Perhitungan : MCHC = hemoglobin/hematokritNilai normal : 32 36 g/dLPenurunan MCHC : kekurangan besi, anemia mikrositik, anemia karena piridoksin, talasemia dan anemia hipokromikPeningkatan MCHC : sferositosis

4) RetikulositRetikulosit adalah sel darah yang mudaPerhitungan : Retikulosit (%) = [Jumlah retikulosit / Jumlah eritrosit] X 100Nilai normal : 0,5-2%Peningkatan retikulosit : anemia hemolitik, penyakit sel sabit dan metastase karsinoma

d. Leukosit (sel darah putih)Deskripsi:Fungsi utama leukosit adalah melawan infeksi, melindungi tubuh dengan memfagosit organisme asing dan memproduksi atau mengangkut/mendistribusikan antibodi. Ada dua tipe utama sel darah putih: Granulosit: neutrofil, eosinofil dan basofil Agranulosit: limfosit dan monositNilai normal :Dewasa : 4000 10000 /mm3Bayi/anak: 9000 12000 /mm3Bayi baru lahir: 9000 30000 /mm3Penurunan leukosit : Leukopenia, infeksi virus, malaria, penyakit hemopoetik Peningkatan leukosit : leukositosis, kanker post-operasi, infeksi akut, luka bakar, leukemia, kanker

1)NeutrofilNeutrofil berfungsi sebagai pertahanan terhadap invasi mikroba melalui fagositosisNilai normal :Dewasa : 50 70 %Anak/bayi: 61 %Penurunan neutrofil : NeutropeniaPeningkatan neutrofil : Neutrofilia

2) EosinofilNilai normal : 0% - 6%Penurunan : eosipeniaPeningkatan : Eosinofilia3) BasofilNilai normal : 0 2 %Penurunan : basopeniaPeningkatan : basofilia

4) MonositNilai normal : 0 11 %Penurunan : monositopeniaPeningkatan : monositosis5) LimfositNilai normal : 15 45 %Penurunan : limfopeniaPeningkatan : limfositosis

e. trombosit Nilai normal : 170 380. 103/mm3Penurunan : idiopatik trombositopenia purpura (ITP), anemia hemolitik, aplastik, dan pernisiosa. Leukimia, multiple myeloma dan multipledysplasia syndrome.Peningkatan : kanker, splenektomi, polisitemia vera, trauma, sirosis, myelogeneus, stres dan arthritis reumatoidTerapi : Jika terjadi infl amasi dapat diberikan kortikosteroid dan bila terjadi infeksi diberikan antibiotik dan harus dilakukan pemantauan ketat, Pada kondisi terjadi peningkatan produksi platelet dapat diberikan obat antiproliferatif.

f. Laju Endap Darah (LED)LED adalah ukuran kecepatan endap eritrosit.Nilai normal:Pria 18 tahun: 2,3 6,6 mg/dLHiperurisemia dapat terjadi pada leukemia, limfoma, syok, kemoterapi, metabolit asidosis dan kegagalan fungsi ginjal yang signifikan akibat penurunan ekskresi atau peningkatan produksi asam urat.Diterapi dengan obat yang bersifat uricosuric

h) Magnesium (Mg2+)Nilai normal: 1,7 - 2,3 mg/dLImplikasi klinik: Hipermagnesemia dapat terjadi pada gagal ginjal, diabetik asidosis, pemberian dosis magnesium (antasida) yang besar, insufi siensi ginjal, hipotiroidisme dan dehidrasi. Hipomagnesemia dapat terjadi pada diare, hemodialisis, sindrom malabsorbsi obat (kondisi tersebut mengganggu absorbsi tiazid, amfoterisin B, cisplatin), laktasi, pankreatitis akut, menyusui, alkoholik kronik

3. Analisa gas darah (AGD)Analisis dilakukan untuk evaluasi pertukaran oksigen dan karbon dioksida dan untuk mengetahui status asam basa. Pemeriksaan dapat dilakukan pada pembuluh arteri untuk melihat keadaan pH, pCO2, pO2, dan SaO2. Indikasi umum:a) Abnormalitas pertukaran gaso Penyakit paru akut dan kroniso Gagal nafas akuto Penyakit jantungo Pemeriksaan keadaan pulmoner (rest dan exercise)o Gangguan tidurb) Gangguan asam basao Asidosis metaboliko Alkalosis metabolik

a) Saturasi Oksigen (SaO2)Nilai Normal: 95-99% O2Implikasi Klinik: Saturasi oksigen digunakan untuk mengevaluasi kadar oksigenasi hemoglobin dan kecukupan oksigen pada jaringan Tekanan parsial oksigen yang terlarut di plasma menggambarkan jumlah oksigen yang terikat pada hemoglobin.

b) Tekanan Parsial Oksigen (PaO2)Nilai normal (suhu kamar, tergantung umur) : 75-100 mmHgImplikasi Klinik: Penurunan nilai PaO2 dapat terjadi pada penyakit paru obstruksi kronik (PPOK), penyakit obstruksi paru, anemia, hipoventilasi akibat gangguan fisik atau neuromuskular dan gangguan fungsi jantung. Peningkatan nilai PaO2 dapat terjadi pada peningkatan penghantaran O2 oleh alat bantu.

c) Tekanan Parsial Karbon Dioksida (PaCO2)Nilai normal : 35-45 mmHgImplikasi Klinik: Penurunan nilai PaCO2 dapat terjadi pada hipoksia, anxiety/nervousness dan emboli paru. Peningkatan nilai PaCO2 dapat terjadi pada gangguan paru atau penurunan fungsi pusat pernafasan. d) pHNilai normal : 7,35-7,45Nilai kritis: < 7,25 atau >7,55

e)Karbon Dioksida (CO2)Nilai normal : 22 - 32 mEq/LImplikasi klinik: Peningkatan kadar CO2 dapat terjadi pada muntah yang parah, emfi sema, dan aldosteronisme Penurunan kadar CO2 dapat terjadi pada gagal ginjal akut, diabetik asidosis dan hiperventilasi

f) Anion Gap (AG)Nilai normal : 13-17 mEq/LImplikasi Klinik: Nilai anion gap yang tinggi (dengan pH tinggi) menunjukkan penciutan volume ekstraseluler atau pada pemberian penisilin dosis besar. Anion gap yang tinggi dengan pH rendah merupakan manifestasi dari keadaan yang sering dinyatakan dengan singkatan "MULEPAK", yaitu: akibat asupan metanol, uremia, asidosis laktat, etilen glikol, paraldehid, intoksikasi aspirin dan ketoasidosis Anion gap yang rendah dapat terjadi pada hipoalbuminemia, dilution, hipernatremia, hiperkalsemia yang terlihat atau toksisitas litium Anion gap yang normal dapat terjadi pada metabolik asidosis akibat diare, asidosis tubular ginjal atau hiperkalsemia.

g) Sistem Buffer BikarbonatNilai normal : 21-28 mEq/LImplikasi Klinik: Peningkatan bikarbonat menunjukan asidosis respiratori akibat penurunan ventilasi Penurunan bikarbonat menunjukan adanya alkalosis respiratori (akibat peningkatan ventilasi alveolar dan pelepasan CO2 dan air) atau adanya asidosis metabolik (akibat akumulasi asam tubuh atau hilangnya bikarbonat dari cairan ekstraseluler).

2.4Urinalisis (UA)UA dapat digunakan untuk evaluasi gangguan fungsi ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan hematologi, infeksi saluran kemih dan diabetes mellitus.

parameterNilai normalBerat jenis spesifikDeskripsipHProtein

GlukosaKetonDarahSedimen urin*

Pewarnaan Gram's1,001-1,035Kekuning-kuningan, kuning5-7,50-terlacak (Tr); < 50 mg/dL atau < 0,5 mg/LNegatifNegatifNegatif*RBC, WBC,sel epitel, bakteri, kristalNegatif

a.Berat jenis spesifik (Specific gravity)Pemeriksaan berat jenis urin dapat digunakan untuk mengevaluasi penyakit ginjal pasien.Berat jenis meningkat pada diabetes (glukosuria), proteinuria > 2g/24 jam), radio kontras, manitol, dekstran, diuretik.berat jenis menurun dengan meningkatnya umur (seiring dengan menurunnya kemampuan ginjal memekatkan urin) dan preginjal azotemia.b.Warna UrinWarna urin dipengaruhi oleh konsentrasi, adanya obat, senyawa eksogen dan endogen, dan pH

c.pH urinDipengaruhi oleh diet dan vegetarian dimana asupan asam sangat rendahsehingga membuat urin menjadi alkali.Pada pH urin asam dan peningkatan specific gravity akan mempermudah terbentuknya kristal asam urat .

PH alkalin disebabkan:adanya organisme pengurai yang memproduksi protease seperti proteus, Klebsiella atau E. coliginjal tubular asidosis akibat terapi amfoterisinPenyakit ginjal kronikIntoksikasi salisilatpH asam disebabkan:emfi sema pulmonaldiare, dehidrasikelaparan (starvation)asidosis diabetik

d.ProteinJumlah protein dapat dilacak pada pasien yang berdiri dalam periode waktu yang panjang.Protein urin dihitung dari urin yang dikumpulkan selama 24 jam.Proteinuria (dengan metode dipstick) : +1 = 100 mg/dL, +2 = 300 mg/dL, +4 = 1000 mg/dL.Dikatakan proteinuria bila lebih dari 300 mg/hari.e.GlukosaKorelasi antara urin glukosa dengan glukosa serum berguna dalam memonitor dan penyesuaian terapi antidiabetik.

f.KetonDapat ditemukan pada urin malnutrisi, pasien DM yang tidak terkontrol, dan pecandu alkohol. Terjadi pada :gangguan kondisi metabolik seperti: diabetes mellitus, ginjalglikosuria,peningkatan kondisi metabolik seperti: hipertiroidism, demam, kehamilan dan menyusuimalnutrisi, diet kaya lemakg.SedimenTes ini memberikan gambaran adanya infeksi saluran kemih, batu ginjal atau saluran kemih, nefritis, keganasan atau penyakit hati.

2.5 Pemeriksaan Faal GinjalFungsi pemeriksaan faal ginjal adalah:untuk mengidentifi kasi adanya gangguan fungsi ginjaluntuk mendiagnosa penyakit ginjaluntuk memantau perkembangan penyakituntuk memantau respon terapiuntuk mengetahui pengaruh obat terhadap fungsi ginjal

a.Kreatinin (Nilai normal : 0,6 1,3 mg/dL, SI : 62-115 mol/L)Kreatinin adalah produk antara hasil peruraian kreatinin otot dan fosfokreatinin yang diekskresikan melalui ginjal.Nilainya akan meningkat pada penurunan fungsi ginjal. Penurunan fungsi ginjal akan menurunkan ekskresi kreatinin.

63

b.Kreatinin Urin (Clcr) Creatinine clearanceNilai normal : Pria : 1 - 2 g/24 jam, Wanita : 0,8 - 1,8 g/24 jamKreatinin terbentuk sebagai hasil dehidrasi kreatin otot dan merupakan produk sisa kreatin.Kreatinin serum dan klirens kreatinin memberikan gambaran fi ltrasi glomerulus.

Klirens kreatinin (Clcr)Klirens kreatinin adalah pengukuran kecepatan tubuh (oleh ginjal) membersihkan kreatinin, terutama pengukuran kecepatan fi ltrasi glomerolus (GFR).

2.6 Pemeriksaan Gastrointesinala.Serum amilase (Nilai normal : 20 123 U/L, SI = 0,33 2,05 kat/L)Peningkatan kadar amilase dapat terjadi pada pankreatitis akut, kanker paru-paru, kanker esophagus, kanker ovarium, gastrektomi parsial, obstruksi saluran pankreas, ulkus peptikum, penyakit gondok, obstruksi atau infl amasi saluran atau kelenjar saliva, kolesistitis akut, trauma serebral, luka bakar, syok trauma, diabetes ketoasidosis dan aneurism.Penurunan kadar amilase dapat terjadi pada pankreatitis akut yang sudah pulih, hepatitis, sirosis hati, atau keracunan kehamilan.

Faktor pengganggu Antikoagulan dapat menurunkan hasil amilase Serum lipemik mengganggu pemeriksaan Peningkatan kadar ditemukan pada alkoholik, wanita hamil dan diabetikketoasidosis Banyak obat mengganggu hasil pemeriksaan, misalnya: kortikosteroid, pilKB, aspirin, diuretik.66

Lipase (Nilai normal : 10 140 U/L, SI = 0,17 2,3 kat/L)Peningkatan kadar lipase dapat terjadi pada pankreatitis, obstruksi saluran pankreas, kolestatis akut, sirosis, penyakit ginjal yang parah dan penyakit radang usus, sirosis, gangguan ginjal yang parah.Pada pankreatitis, serum lipase akan meningkat, peningkatan terjadi setelah 36 jam dari onsetLipase dapat meningkat ketika kadar amilase dalam keadaan normalLipase bertahan lebih lama dalam serum dibandingkan amilase pada pasien pankreatitis.Nilai kritis lebih dari 500 U/L

Faktor penganggu Antikoagulan EDTA menganggu tes Lipase meningkatkan sekitar 50% pasien yang mengalami gagal ginjalkronik Lipase meningkat pada pasien yang mengalami hemodialisis67

2.7 Pemeriksaan fungsi hatiTes fungsi hati adalah tes yang menggambarkan kemampuan hati untuk mensintesa protein (albumin, globulin, faktor koagulasi) dan memetabolisme zat yang terdapat di dalam darah.

1. Albumin Nilai Normal : 3,5 5,0 g% SI: 35-50g/L

Albumin di sintesa oleh hati dan mempertahankan keseimbangan distribusi air dalam tubuh (tekanan onkotik koloid). Albumin membantu transport beberapa komponen darah, seperti: ion, bilirubin, hormon, enzim, obat.

Implikasi Klinis: Nilai meningkat pada keadaan dehidrasi Nilai menurun pada keadaan: malnutrisi, sindroma absorpsi, hipertiroid, kehamilan, gangguan fungsi hati, infeksi kronik, luka bakar, edema, asites, sirosis, nefrotik sindrom, SIADH, dan perdarahan.

2. Prothrombin Time

Untuk mengetahui kemampuan hati dalam mensintesa faktor-faktor koagulasi (faktor I, II, V, VII, IX, X) kecuali faktor VIII.

3. Alanin Aminotransferase (ALT) dahulu SGPT Nilai normal : 5-35 U/L Konsentrasi enzim ALT yang tinggi terdapat pada hati. ALT juga terdapat pada jantung, otot dan ginjal. ALT lebih banyak terdapat dalam hati dibandingkan jaringan otot jantung dan lebih spesifi k menunjukkan fungsi hati daripada AST. ALT berguna untuk diagnosa penyakit hati dan memantau lamanya pengobatan penyakit hepatik, sirosis postneurotik dan efek hepatotoksik obat.

Implikasi klinik: Peningkatan kadar ALT dapat terjadi pada penyakit hepatoseluler, sirosis aktif, obstruksi bilier dan hepatitis. Banyak obat dapat meningkatkan kadar ALT. Nilai peningkatan yang signifi kan adalah dua kali lipat dari nilai normal. Nilai juga meningkat pada keadaan: obesitas, preeklamsi berat, acute lymphoblastic leukemia (ALL)

4. Aspartat Aminotransferase (AST) dahulu SGOTNilai normal : 5 35 U/L AST adalah enzim yang memiliki aktivitas metabolisme yang tinggi, ditemukan di jantung, hati, otot rangka, ginjal, otak, limfa, pankreas dan paru-paru. Penyakit yang menyebabkan perubahan, kerusakan atau kematian sel pada jaringan tersebut akan mengakibatkan terlepasnya enzim ini ke sirkulasi.

Implikasi klinik: Peningkatan kadar AST dapat terjadi pada MI, penyakit hati, pankreatitis akut, trauma, anemia hemolitik akut, penyakit ginjal akut, luka bakar parah dan penggunaan berbagai obat, misalnya: isoniazid, eritromisin, kontrasepsi oral Penurunan kadar AST dapat terjadi pada pasien asidosis dengan diabetes mellitus. Obat-obat yang meningkatkan serum transaminase : Asetominofen Antiinflamasi nonsteroid Co-amoksiklav Fenitoin HMGCoA reductase inhibitors Valproat INH

5. Gamma Glutamil transferase (GGT)Nilai normal : Laki-laki 94 U/L SI : 1,5 kat/L Perempuan 70 U/L SI:

GGT terutama terdapat pada hati, ginjal; terdapat dalam jumlah yang lebih rendah pada prostat, limfa, dan jantung. Hati dianggap sebagai sumber enzim GGT meskipun kenyataannya kadar enzim tertinggi terdapat di ginjal

Implikasi klinik: Peningkatan kadar GGT dapat terjadi pada kolesistitis, koletiasis, sirosis, pankreatitis, atresia billier, obstruksi bilier, penyakit ginjal kronis, diabetes mellitus, pengggunaan barbiturat, obat-obat hepatotoksik (khususnya yang menginduksi sistem P450). GGT sangat sensitif tetapi tidak spesifi k. Jika terjadi peningkatan hanya kadar GGT (bukan AST, ALT) bukan menjadi indikasi kerusakan hati. Obat-obat yang menyebabkan peningkatan GGT antara lain karbamazepin, barbiturat, fenitoin, serta obat yang menginduksi sistem sitokrom P450

6. Alkalin Fosfatase (ALP)Nilai normal : 30 - 130 U/LEnzim ini berasal terutama dari tulang, hati dan plasenta. Konsentrasi tinggi dapat ditemukan dalam kanakuli bilier, ginjal dan usus halus.

Implikasi Klinik: Peningkatan ALP terjadi karena faktor hati atau non-hati. Peningkatan ALP karena faktor hati terjadi pada kondisi : obstruksi saluran empedu, kolangitis, sirosis, hepatitis metastase, hepatitis, kolestasis, infi ltrating hati disease Peningkatan ALP karena faktor non-hati terjadi pada kondisi : penyakit tulang, kehamilan, penyakit ginjal kronik, limfoma, beberapa malignancy, penyakit infl amasi/infeksi, pertumbuhan tulang, penyakit jantung kongestif

Peningkatan kadar ALT dapat terjadi pada obstruksi jaundice, lesi hati, sirosis hepatik, penyakit paget, penyakit metastase tulang, osteomalasis, hiperparatiroidisme, infus nutrisi parenteral dan hiperfosfatemia. Penurunan kadar ALT dapat terjadi pada hipofosfatemia, malnutrisi dan hipotiroidisme. Setelah pemberian albumin IV, seringkali terjadi peningkatan dalam jumlah sedang alkalin fosfatase yang dapat berlangsung selama beberapa hari.

7. BilirubinNilai normal : Total 1,4 mg/dL SI =