Fandy Dwi.doc

download Fandy Dwi.doc

of 35

Transcript of Fandy Dwi.doc

Microsoft Word - Topik 12 Kuliah-irigasi tetes -asep-prastowo.doc

Topik 12. Teknologi Irigasi TetesPendahuluanTujuan instruksional khusus: mahasiswa mampu menerangkan tentang pengertian dan komponen irigasi tetes, uniformity dan efisiensi irigasi tetes. Merancang irigasi tetesBahan Ajar1. PengantarPemberian air pada irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat aplikasi (applicator, emission device) yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang tinggi (hampir terus-menerus) disekitar perakaran tanaman.Tekanan air yang masuk ke alat aplikasi sekitar 1.0 bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati nol untuk mendapatkan tetesan yang terus menerus dan debit yang rendah. Sehingga irigasi tetes diklasifikasikan sebagai irigasi bertekanan rendah. Pada irigasi tetes, tingkat kelembaban tanah pada tingkat yang optimum dapat dipertahankan. Sistem irigasi tetes sering didesain untuk dioperasikan secara harian (minimal 12 jam per hari). Gambar 1 berikut memperlihatkan tanaman anggur dan tanaman pisang yang diberi air menurut irigasi tetes.(A) (B)Gambar 1. Penerapan irigasi tetes pada tanaman anggur (A) dan tanaman pisang (B)Irigasi tetes dapat diterapkan pada daerah-daerah dimana:a. Air tersedia sangat terbatas atau sangat mahal b. Tanah berpasir, berbatu atau sukar didatarkan c. Tanaman dengan nilai ekonomis tinggiIrigasi tetes pertama kali diterapkan di Jerman pada tahun 1869 dengan menggunakan pipa tanah liat. Di Amerika, metoda irigasi ini berkembang mulai tahun 1913 dengan menggunakan pipa berperforasi. Pada tahun 1940-an irigasi tetes banyak digunakan di rumah-rumah kaca di Inggris. Penerapan irigasi tetes di lapangan kemudian berkembang di Israel pada tahun 1960-an. Irigasi tetes mempunyai kelebihan dibandingkan dengan metoda irigasi lainnya, yaitu:a. Meningkatkan nilai guna airSecara umum, air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan dengan metode lainnya. Penghematan air dapat terjadi karena pemberian air yang bersifat local dan jumlah yang sedikit sehingga akan menekan evaporasi, aliran permukaan dan perkolasi. Transpirasi dari gulma juga diperkecil karena daerah yang dibasahi hanya terbatas disekitar tanaman.b. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasilFluktuasi kelembaban tanah yang tinggi dapat dihindari dengan irigasi tetes ini dan kelembaban tanah dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman.c. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberianPemberian pupuk atau bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air irigasi, sehingga pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, frekuensi pemberian lebih tinggi dan distribusinya hanya di sekitar daerah perakaran.d. Menekan resiko penumpukan garamPemberian air yang terus menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah perakaran.e. Menekan pertumbuhan gulmaPemerian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga pertumbuhan gulma dapat ditekan.f. Menghemat tenaga kerjaSistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga kerja yang diperlukan menjadi lebih sedikit. Penghematan tenaga kerja pada pekerjaan pemupukan, pemberantasan hama dan penyiangan juga dapat dikurangi.Sedangkan Kelemahan atau kekurangan dari metode irigasi tetes adalah sebagai berikut:a. Memerlukan perawatan yang intensifPenyumbatan pada penetes merupakan masalah yang sering terjadi pada irigasi tetes, karena akan mempengaruhi debit dan keseragaman pemberian air. Untuk itu diperlukan perawatan yang intesif dari jaringan irigasi tetes agar resiko penyumbatan dapat diperkecil.b. Penumpukan garamBila air yang digunakan mengandung garam yang tinggi dan pada derah yang kering, resiko penumpukan garam menjadi tinggi.c. Membatasi pertumbuhan tanamanPemberian air yang terbatas pada irigasi tetes menimbulkan resiko kekurangan air bila perhitungan kebutuhan air kurang cermat.d. Keterbatasan biaya dan teknikSistem irigasi tetes memerlukan investasi yang tinggi dalam pembangunannya. Selain itu, diperlukan teknik yang tinggi untuk merancang, mengoperasikan dan memeliharanya.2. Metoda Pemberian Air Pada Irigasi TetesPemberian air irigasi pada irigasi tetes meliputi beberapa metoda pemberian, yaitu sebagai berikut:a. Irigasi tetes (drip irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan dalam bentuk tetesan yang hampir terus menerus di permukaan tanah sekitar daerah perakaran dengan menggunakan emitter. Debit pemberian sangat rendah, biasanya kurang dari12l/jam untuk point source emitter atau kurang dari 12l/jam per m untuk line source emitter.b. Irigasi bawah permukaan (sub-surface irrigation). Pada metoda ini air irigasi diberikan menggunakan emitter di bawah permukaan tanah. Debit pemberian pada metoda irigasi ini sama dengan yang dilakukan pada irigasi tetes.c. Bubbler irrigation. Pada metoda ini air irigasi diberikan ke permukaan tanah sepertialiran kecil menggunakan pipa kecil (small tube) dengan debit sampai dengan 225 l/jam. Untuk mengontrol aliran permukaan (run off) dan erosi, seringkali dikombinasikan dengan cara penggenangan (basin) dan alur (furrow)d. Irigasi percik (spray irrigation). Pada metoda ini, air irigasi diberikan denganmenggunakan penyemprot kecil (micro sprinkler) ke permukaan tanah. Debit pemberian irigasi percik sampai dengan 115 l/jam. Pada metoda ini, kehilangan air karena evaporasi lebih besar dibandingkan dengan metoda irigasi tetes lainnya.Irigasi tetes juga dapat dibedakan berdasarkan jenis cucuran air menjadi (Gambar 2): (a) Air merembes sepanjang pipa lateral (viaflo)(b) Air menetes atau memancar melalui alat aplikasi yang di pasang pada pipa lateral(c) Air menetes atau memancar melalui lubang-lubang pada pipa lateral

(1) (2)

(3)Gambar 2. Viaflo (1), alat aplikasi yang dipasang pada lateral (2)dan pipa berlubang (3)a. Komponen Irigasi TetesSistem irigasi tetes di lapangan umumnya terdiri dari jalur utama, pipa pembagi, pipa lateral, alat aplikasi dan sistem pengontrol seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3. Terdapat berbagai variasi tata-letak (layout) irigasi tetes seperti pada Gambar 4.1. Unit utama (head unit)Unit utama terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter (saringan) utama dan komponen pengendali (pengukur tekanan, pengukur debit dan katup). Gambar2.3 komponen unit utama dari suatu sistem irigasi tetes.2. Pipa utama (main line)Pipa utama umumnya terbuat dari pipa polyvinylchlorida (PVC), galvanized steel atau besi cor dan berdiameter antara 7.525 cm. Pipa utama dapat dipasang di atas atau di bawah permukaan tanah.

Gambar 3. Komponen irigasi tetes3. Pipa pembagi (sub-main, manifold)Pipa pembagi dilengkapi dengan filter kedua yang lebih halus (80-100 m),katup selenoid, regulator tekanan, pengukur tekanan dan katup pembuang. Pipasub-utama terbuat dari pipa PVC atau pipa HDPE (high density polyethylene)dan berdiameter antara 50 75 mm.Penyambungan pipa pembagipipa utama dapat dibuat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.4. Pipa LateralPipa lateral merupakan pipa tempat dipasangnya alat aplikasi, umumnya dari pipa polyethylene (PE) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 7, berdiameter 8 20 mm dan dilengkapi dengan katup pembuang.Penyambungan pipa lateralpipa pembagi dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti pada Gambar 8.5. Alat aplikasi (applicator, emission device)Alat aplikasi terdiri dari penetes (emitter), pipa kecil (small tube, bubbler) dan penyemprot kecil (micro sprinkler) yang dipasang pada pipa lateral, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 9, Gambar 10 dan Gambar 11. Alat aplikasi terbuat dari berbagai bahan seperti PVC, PE, keramik, kuningan dan sebagainya.Alat aplikasi yang baik harus mempunyai karakteristik :1. Debit yang rendah dan konstan2. Toleransi yang tinggi terhadap tekanan operasi3. Tidak dipengaruhi oleh perubahan suhu4. Umur pemakaian cukup lama

Gambar 4. Berbagai variasi tata-letak sistem irigasi tetesGambar 5. Unit utamaGambar 6. Penyambungan pipa pembagi pipa utamaGambar 7. Pipa polyethylene (PE)Gambar 8. Berbagai cara penyambungan pipa lateral pipa pembagi

Gambar 9. Berbagai jenis emitterGambar 10. BubblerGambar 11. Penyemprot kecil (micro sprinkler)b. Kebutuhan Air Pada Irigasi TetesSistem irigasi tetes umumnya didesain dan dioperasikan untuk memberikan air irigasi dengan debit yang rendah dan kerap serta membasahi sebagian dari permukaan tanah.Tanah Yang TerbasahkanPergerakan air arah horizontal pada irigasi tetes sangat terbatas. Pada tanah berpasir, walaupun pergerakan arah vertikal masih terus berlangsung, pergerakan air arah horizontal akan mencapai suatu jarak maksimum tertentu. Umumnya daerah yang terbasahkan menyerupai bola lampu (bulb) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 12. Area terbasahkan dari irigasi tetes dengan volume tertentu tetapi diberikan dengan debit pemberian yang berbeda adalah hampir serupa seperti yang ditunjukkan oleh Roth (1974) seperti Gambar 13.Gambar 12. Profil terbasahkan irigasi tetesGambar 13. Area terbasahkan dengan volume yang sama (12 gal)Luas daerah terbasahkan oleh sebuah emitter sepanjang bidang horizontal pada kedalaman 30 cm dari permukaan tanah disebut dengan luasan terbasahkan (wetted area, Aw). Nilai Aw tergantung kepada laju dan volume pemberian air, serta textur, struktur, kemiringan dan lapisan-lapisan tanah.Persamaan empiris untuk menghitung kedalaman dan diameter terbasahkan adalah sebagai berikut:0.63 K s

0.45

0.22 K s

0.17z = K1 (Vw )

q

.. /1/; dan w = K 2 (Vw )

q

... /2/dimana z : kedalaman terbasahkan, m, w : diameter terbasahkan, m, K1 : koefisien (29.2), Vw : volume pemberian air, l, Ks : konduktivitas jenuh, m/det dan K2 : koefisien (0.031).Tabel 1 memberikan nilai perkiraan Aw dari emitter standar 4 l/jam pada berbagai kedalaman dan tekstur tanah. Luas terbasahkan pada Tabel 3.1 tersebut berdasarkan kepada bidang persegiempat. Sisi terpanjang merupakan diameter terbasahkan maksimum yang diharapkan (w), dan sisi terpendek merupakan 80 % dari diameter terbasahkan maksimum yang diharapkan (Se).Tabel 1. Perkiraan nilai Aw dari emitter dengan debit 4 l/jamKedalaman dan teksturEkuivalen luas terbasahkan (mxm)

Tanah homogenTanah semi-berlapisTanah berlapis

Kedalaman 0.75 m- Kasar- Sedang- Halus0.4 x 0.50.7 x 0.90.9 x 1.10.6 x 0.81.0 x 1.21.2 x 1.50.9 x 1.11.2 x 1.51.5 x 1.8

Kedalaman 1.5 m- Kasar- Sedang- Halus0.6 x 0.81.0 x 1.21.2 x 1.51.1 x 1.41.7 x 2.11.6 x 2.01.4 x 1.82.2 x 2.72.0 x 2.4

Parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat pembasahan adalah persentase terbasahkan (Pw, wetted percentage), yaitu merupakan nisbah antara luas areal yang terbasahkan (pada kedalaman 15 30 cm) dengan luas bayangan tajuk tanaman pada siang hari. Persentase terbasahkan dipengaruhi oleh debit dan volume pemberian air dari setiap alat aplikasi, spasi alat aplikasi dan jenis tanah.Nilai Pw secara umum berkisar antara 1/3 (33 %) sampai 2/3 (67 %). Pw untuk daerah yang menerima banyak hujan dan tanah bertekstur sedang sampai berat dapat lebih kecil dari 33 %. Pw untuk tanaman yang ditanam renggang diusahakan dibawah 67 % agar daerah antara tanaman cukup kering dan memudahkan perawatan tanaman. Pw dapat mendekati 100 % untuk tanaman yang ditanam rapat dengan spasi lateral kurang dari 1.8 m. Gambar 14 menunjukkan pengaruh tata letak alat aplikasi dengan nilai Pw pada tanaman individual. Nilai Pw dapat dihitung seperti berikut:a. Untuk sistem lateral tunggal dan lurus:N p S e wPw = 100S p S r

/3/dimana : Pw : persentase luas tanah yang terbasahkan sepanjang bidang horizontal 30 cm dibawah permukaan tanah (%), Np : jumlah emitter per tanaman, Se : spasi emitter (m atau ft), Sp : spasi tanaman (m atau ft), Sr : spasi barisan tanaman (m atau ft).Jika Se > Se (yaitu merupakan spasi emitter optimum yang besarnya 80 % dari perkiraan diameter terbasahkan, Aw)b. Untuk sistem lateral ganda:N p S e ' (S e '+w) / 2Pw =S p S r

100

/4/dimana w adalah lebar terbasahkan yang sama dengan diameter lingkaran terbasahkan pada emitter tunggal.Jika Se < Se, maka Se pada persamaan di atas diganti dengan Sec. Untuk spray emitter:Pw =

N p [As

+ (S e ' xPS ) / 2]S p S r

100

/5/dimana As : luas permukaan tanah yang terbasahkan oleh sprayer, m2 atau ft2dan PS : keliling area terbasahkan, m atau ft.Jumlah emitter per tanaman tergantung kepada spasi tanaman dan tingkat area terbasahkan. Tabel 2 dapat digunakan sebagai pedoman kasar untuk menentukan spasi emitter.Tabel 2. Spasi emitter yang disarankanTanahDebit emitter (l/jam)

248

Spasi yang disarankan (m x m)

Ringan Menengah Berat0.4 x 0.40.8 x 0.81.2 x 1.20.8 x 0.81.2 x 1.21.6 x 1.61.2 x 1.21.6 x 1.62.0 x 2.0

Kebutuhan Air Irigasi TetesPada irigasi tetes, evaporasi ditekan sekecil mungkin, sehingga secara praktis, kebutuhan air tanaman hanya berupa transpirasi. Transpirasi harian pada periode puncak ditentukan dengan persamaan:Td = U d

[0.1(P

) 0.5 ]

/6/dimana Td : transpirasi harian pada periode puncak (mm/hari), Ud : kebutuhan air harian rata-rata pada bulan puncak dan pertumbuhan tanaman maksimum dengancanopy sempurna (mm/hari), dan Pd : persentase dari penutupan permukaan tanah oleh bayangan canopy pada siang hari (%).Pada saat canopy tanaman sangat sedikit, Pd sama dengan 1 % atau lebih besar dan Td minimum > 0.1 Ud. Bila canopy semakin meningkat, maka nilai Td akan mendekati nilai Ud, sehingga pada saat Pd = 100 %, maka Td = Ud. Tanaman buah- buahan yang matang umumnya mempunyai nilai Pd maksimum = 80 %.Untuk satu musim, transpirasi tanaman akan menjadi :T = U [0.1(P

) 0.5 ]

/7/s dKebutuhan air irigasi bersih maksimum per pemberian (aplikasi) adalah sama dengan MAD (management allowed deficit) dan dihitung dengan persamaan:MAD Pw d x =

100

Wa Z100

/8/dimana dx : jumlah air irigasi maksimum per aplikasi (mm), Wa : air tersedia di dalam tanah (mm/m) dan Z : kedalaman perakaran (m).Kebutuhan air irigasi bersih per aplikasi, dn dihitung dengan persamaan:d x d n = Td f '

/9/ dan

f x =Td

/10/dimana f : interval irigasi (hari), fx : interval irigasi maksimum (hari). Penentuan nilai f haruslah menghasilkan dn dx. Sedangkan jika f = 1 maka dn = Td.Kebutuhan air irigasi keseluruhan (gross) per aplikasi haruslah meliputi kehilangan air karena perkolasi yang tak dapat dihindarkan. Akan tetapi perkolasi yang berguna untuk pencucian (leaching) pada daerah arid tidak termasuk kedalam kehilangan air, yang besarnya dihitung dengan :LR = Ln = LN = ECw = ECw

/11/(d n + Ln)

(Dn + LN )

ECdw

2(max ECe )dimana LR : nisbah keperluan pencucian yang berupa nisbah antara kedalaman air untuk pencucian dengan kedalaman air irigasi yang dibutuhkan (ET dan pencucian), dn : kedalaman air irigasi bersih per aplikasi (mm), Dn : kebutuhan air irigasi bersih musiman atau tahunan (mm), Ln : kebutuhan air untuk pencucian per aplikasi (mm), LN : kebutuhan air irigasi musiman atau tahunan (mm), ECw : konduktivitas elektrik air irigasi (dS/m), ECdw : konduktivitas elektrik air perkolasi (dS/m) dan max ECe : konduktivitas elektrik maksimum dimana produksi turun menjadi nol (dS/m).Pada periode puncak, diperlukan tambahan kebutuhan air karena adanya perkolasi yang tak dapat dihindarkan dan dinyatakan dengan nisbah transmisi (kedalaman air irigasi keseluruhan yang dibutuhkan untuk memenuhi transpirasi dibagi dengantranspirasi). Nisbah transmisi pada periode puncak (Tr) dan musiman (TR) dijelaskan pada Tabel 3 dan Tabel 5Gambar 14. Tata letak alat aplikasi dan nilai PwNilai TR yang besar pada zona iklim basah juga mencakup kesulitan penjadwalan irigasi karena hujan. Kebutuhan air keseluruhan ini mencerminkan efisiensi dari sistem irigasi tetes tersebut. Untuk selama satu musim disebut dengan efisiensi musiman (Es) dan dhitung dengan:- Bila perkolasi musiman sama atau lebih kecil daripada kebutuhan pencucian (TR 1.0/(1.0-LRt) :Es = EU

/12/- Bila perkolasi musiman lebih besar daripada kebutuhan pencucian (TR > 1.0/(1.0- LRt) :E = EU TR (1.0 LRt )

/13/Tabel 3. Nilai Tr pada berbagai kedalaman perakaran dan tekstur tanahKedalaman perakaranTekstur tanah

Sangat kasarKasarMenengahHalus

- Dangkal : < 0.8 m- Menengah : 0.8 1.5 m- Dalam : > 1.5 m1.201.101.051.101.051.001.051.001.001.001.001.00

Kedalaman air irigasi keseluruhan per irigasi (dg) dan per musim (Dg) dalam mm menjadi:100d T- Untuk Tr 0.9/(1.0-LRt) :

d g = n r EUD = 100 DnTR g EU

.../14/ dan... /15/- Untuk Tr < 0.9/(1.0-LRt) :

d = 100d n ... /16/ dang EU (1.0 LR )D = 100Dn

EU (1.0 LRt )

... /17/Volume air irigasi (l) keseluruhan per tanaman per hari, G, adalah:d g G = Sf '

p Sr

/18/sedangkan volume air irigasi keseluruhan dalam satu musim (Vs) dalam ha-m dihitung dengan:D AV g

s = K

/19/dimana A : luas tanaman, ha dan K : konstanta (=1000)Tabel 4. Nilai ECe beberapa jenis tanamanTabel 5. Nilai TR.pada berbagai kedalaman perakaran dan tekstur tanahZona iklim dan kedalaman perakaranTekstur tanah

Sangat kasarKasarMenengahHalus

Kering- < 0.8 m- 0.8 1.5 m- > 1.5 m1.151.101.051.101.101.051.051.051.001.051.051.00

Basah- < 0.8 m- 0.8 1.5 m- > 1.5 m1.351.251.201.251.201.101.151.101.051.101.051.00

c. EmitterTipe EmitterTipe emitter yang utama antara lain adalah long path, short orifice, vortex, pressure compensating dan porous pipe. Skema dari beberapa tipe emitter tersebutditunjukkan pada Gambar 15. Berdasarkan pemasangan di pipa lateral, penetes dapat dibedakan menjadi (Gambar 16) :a. On-line emitter. On-line emitter di pasang pada lubang yang dibuat di pipalateralb. In-line emitter. In-line emitter di pasang pada pipa lateral dengan cara memotong pipa lateral.Emitter juga dapat dibedakan berdasarkan jarak spasi atau debitnya (Gambar 17), yaitu:a. Point source emitter. Point source emitter di pasang dengan spasi yang renggang dan mempunyai debit yang relatif besar. Point source emitter dapat dipasang dengan pengeluaran (outlet) tunggal, ganda maupun multi.b. Line source emitter. Line source emitter dipasang dengan spasi yang lebih rapatdan mempunyai debit yang kecil. Pipa porous dan pipa berlubang juga dimasukkan pada katagori ini.Emitter berpengeluaran tunggal dapat untuk mengairi areal yang sempit atau di pasang disekitar tanaman yang lebih besar seperti emitter berpengeluaran ganda atau multi. Emitter berpengeluaran ganda umumnya digunakan untuk tanaman perdu dan emitter berpengeluaran multi untuk tanaman buah-buahan. Tanaman dalam baris seperti sayuran lebih sesuai menggunakan line source emitter.Debit EmitterDebit emitter dihitung dengan persamaan :a. Untuk orifice emitter :1q = 3.6 AC0 (2 gH ) 2

/20/dimana q : debit emitter, l/jam, A : luas penampang orifice, mm2, Co : koefisien orifice (0.6), H : tekanan, m, dan g : percepatan gravitasi, 9.81 m/det2.b. Untuk long path emitter :q = 113.8 A(2 gHD /

1fL) 2

/21/dimana D : diameter dalam, mm, L : panjang pipa, m dan f : faktor gesekan(Darcy-Weisbach).Secara empiris debit aliran dari kebanyakan emitter dinyatakan dengan persamaan:q = KH x

/22/dimana : q : debit emitter, l/jam, K : koefisien debit, H : tekanan operasi pada emitter, m dan x : eksponen debit.Nilai k dan x dapat ditentukan dengan mengetahui 2 nilai debit (q1 dan q2) yang dihasilkan dari 2 tekanan (H1 dan H2) yang berbeda. Nilai dihitung dengan: log(q / q ) x = 1 2 log(H 1 / H 2 )

/23/kemudian nilai K dihitung dengan menggunakan persamaan /24/.Umumnya, nilai x = 0.5 untuk emitter dengan aliran turbulen (orifice dan nozzle emitter dan sprayer), x = 0 untuk fully compensating emitter, x = 0.7 0.8 untuk long path emitter, x = 0.4 untuk vortex emitter dan x = 0.5 0.7 untuk tortuous path emitter.

Gambar 15.Skema beberapa tipe emitter: (a) orifice emitter, (b) orifice-vortex emitter, (c) emitter using flexible orifice in series, (d) continuous flow principle for multiple flexible orifice, (e) ball and slotted seat, (f) long-path emitter small tube, (g) long- path emitter, (h) compensating long-path emitter, (i) long-path multiple outlet emitter, (j) groove and flop short-path emitter, (k) groove and disc short-path emitter (l) twin wall emitter lateralVariasi Debit EmitterEmitter yang baik haruslah menghasilkan debit yang sama pada tekanan operasi yang sama. Akan tetapi, setiap emitter tidak dapat dibuat persis sama. Tingkat variasi debit emitter ini dinyatakan dengan koefisien variasi pabrikasi emitter (coefficient of manufacturing for the emitter), v , yaitu:2 2 2 2 (q1 + q 2 + ..... + q n nq a ) /(n 1)v =qa

/25/dimana q1, q2 qn : debit setiap emitter, l/jam, n : jumlah emitter ( 50 buah) danqa : debit emitter rata-rata, l/jam.. Nilai v yang disarankan diklasifikasikan sepertipada Tabel 6 berikut.(a) (b)Gambar 16. In line emitter (a) dan on line emitter (b)Tabel 6. Klasifikasi v yang disarankanTipe emittervKlasifikasi

Point source< 0.050.05 0.100.10 0.15> 0.15Baik Menengah Kurang Tidak baik

Line source< 0.100.10 0.12> 0.2BaikMenengahKurang hingga tidak baik

Pada penggunaan emitter yang lebih dari satu untuk setiap tanaman, diterapkansystem coefficient of manufacturing variation, vs, yaitu :v = v

/26/N pdimana Np : jumlah emitter per tanaman.Keseragaman EmisiKeseragaman pemberian air dari setiap emitter pada keseluruhan sistem irigasi tetes dinyatakan dengan Keseragaman Emisi (Emission Uniformity, EU) yang dihitung menggunakan persamaan :q 'EU = 100 n ; atau /27/q aEU = 100(1.0

1.27

qv) min

/28/N p q adimana qn : debit rata-rata dari 25 % debit terendah (l/jam), qa : debit rata-rata dari keseluruhan emitter (l/jam), dan qmin : debit minimum terendah (l/jam).Keseragaman emisi (EU) yang disarankan oleh ASAE seperti yang disajikan padaTabel 7 berikut.Tabel 7. Keseragaman emisi (EU) yang disarankana spasing > 4 mb spasing < 2 mc kemiringan < 2 %d kemiringan > 2 %Untuk daerah basah (humid) nilai EU lebih rendah hingga 10 %Penentuan Debit Dan Tekanan OperasiUntuk menentukan debit emitter rata-rata (qa), terlebih dahulu tentukan suatu debit emitter tertentu qa (l/jam), kemudian dihitung lama pemberian air Ta (jam/hari) dengan persamaan:T = G

/29/N p qaMaximum lama pemberian air per hari haruslah < 90 % dari waktu tersedia (24 jam) yaitu kurang dari 21.6 jam/hari. Selain itu, sistem haruslah dioperasikan srcara hampir terus-menerus setidaknya 12 jam/hari.Jika sistem dibagi menjadi beberapa unit stasiun operasi (Ns), maka lama pemberian air untuk setiap unit menjadi 21.6/Ns jam. Dengan konsep ini, jumlah unit stasiun operasi yang diperlukan dapat ditentukan dan kemudian di tentukan nilai Ta dimana12 jam/hari < Ta < 21.6 jam/hari. Pengambilan keputusan penentuan qa dan Taadalah sebagai berikut :a) Jika Ta 21.6 jam/hari, gunakan satu stasiun operasi, Ns = 1, pilih Ta 21.6jam/hari, dan sesuaikan besar qab) Jika Ta 10.8 jam/hari, gunakan Ns = 2, pilih Ta 10.8 jam/hari, dan sesuaikanbesar qac) Jika 12 < Ta < 18 jam/hari, untuk mendapatkan Ta 90 %, pilih emitter lain ataujumlah emitter per tanaman yang berbeda. Hal ini akan mengurangi biayainvestasi.Gambar 17. Point dan line source emitterTekanan emitter rata-rata (Ha) yang memberikan debit yang telah ditentukan (qa) dapat menggunakan spesifikasi dasar dari emitter yang berupa hubungan antara debit (q) dengan tekanan (H). Ha dihitung dengan :1/ x H = H qa

/30/a d. Pipa LateralPipa lateral mengalirkan air dari pipa utama dan pipa pembagi ke alat aplikasi. Pipa lateral didesain untuk dapat memberikan variasi debit dari alat aplikasi sepanjang pipa pada tingkat yang dapat diterima. Faktor utama yang menyebabkan variasi debit dari alat aplikasi sepanjang pipa lateral adalah perbedaan tekanan operasi sepanjang pipa karena gesekan, kehilangan minor dan perbedaan elevasi.Umumnya pipa lateral mempunyai diameter yang konstant. Penggunaan beberapa diameter pipa (semakin mengecil ke arah ujung lateral) dapat menekan biaya investasi, akan tetapi penggunaan lebih dari 2 diameter pipa menjadi tidak praktis.Banyak sistem mempunyai sepasang pipa lateral, yang memanjang kearah yang berlawanan dari pipa pembagi. Pada lahan dengan kemiringan searah pipa lateral