pemesinan fandy

download pemesinan fandy

of 61

Transcript of pemesinan fandy

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pengerjaan logam dalam dunia manufacturing ada beberapa macam, mulai dari pengerjaan panas, pengerjaan dingin hingga pengerjaan logam secara mekanis.Pengerjaan mekanis logam biasanya digunakan untuk pengerjaan lanjutan maupun pengerjaan finishing, sehingga dalam pengerjaan mekanis dikenal beberapa prinsip pengerjaan. Sering kita dengar peralatan-peralatan mesin yang digunakan di bengkel-bengkel mekanik, misalnya mesin bubut, mesin milling, mesin freis, dan mesin sekrap. Penggunaan mesin mesin tersebut disebuah industri sengat penting dalam proses pengerjaan logam dan penciptaan produk yang diharapkan dapat membuat material tersebut dapat meningkatkan nilai ekonomis dan praktis.Akan tetapi kita mengalami kesulitan bagaimana cara menggunakan dan menjalankan mesin-mesin tersebut secara efektif dan efisien serta manfaat penggunakan mesin-mesin tersebut. Tak lupa juga kita perlu memperhatikan secara teliti dan hati-hati agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kitainginkan. Dalam praktikum permesinan ini menggunakan proses permesinan konvensionaldimana pengerjaannya dilakukan dengan peralatan

permesinan yang masih menggunakan pahat, dan pengoperasian mesin masih banyak dilakukan oleh manusia tidak seperti peralatan nonkonvensional yang sifatnya otomatis dan dijalankan oleh robot mapun program komputer yang super canggih. Praktikum permesinan merupakan proses pembentukan benda kerja yang lebih sederhana di bandingkan permesinan non-konvensional. Sederhana bermakna pemakaian peralatan-peralatan yang digunakan

dalam permesinan dibandingkan peralatan yang digunakan dalam permesinan non-konvensional.

2

1.2 Rumusan masalah 1. Bagaimana urutan dalam proses pengerjaan pada mesin bubut serta waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan objek (benda kerja) berdasarkan ketentuan? 2. Bagaimana urutan proses pengerjaan pada mesin milling vertical dan lamanya waktu pengerjaan yang dibutuhkan? 3. Bagaimana urutan proses pengerjaan pada mesin milling horisontal dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan objek (benda kerja) serta proses pengoperasiannya? 4. Bagaimana urutan proses pengerjaan pada mesin skrap dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan objek (benda kerja) serta proses pengoperasiannya? 1.3 Tujuan dan Manfaat 1. Bagaimana urutan dalam proses pengerjaan pada mesin bubut serta waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan objek (benda kerja) berdasarkan ketentuan. 2. Mendiskripsikan bagaimana urutan proses pengerjaan dan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam proses pengoperasian pada mesin milling vertical. 3. Mendiskripsikan bagaimana urutan proses pengerjaan dan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam proses pengoperasian pada mesin milling horisontal. 4. Mendiskripsikan bagaimana urutan proses pengerjaan dan lamanya waktu yang dibutuhkan dalam pengoperasian mesin skrap.

3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 MESIN BUBUT 2.1.1 Landasan Teori

Gambar 2.1.1 Mesin Bubut

Mesin bubut merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan (feeding) Dengan mengatur perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan translasi pahat maka akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran kisar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengna jalan menukar roda gigi translasi (change gears) yang menghubungkan poros spindel dengan poros ulir (lead screw).Roda gigi penukar disediakan secara khusus untuk memenuhi keperluan pembuatan ulir.Jumlah gigi pada masing-masing roda gigi penukar bervariasi besarnya mulai dari jumlah 15 sampai dengan jumlah gigi maksimum 127.roda gigi penukar dengan jumlah 127 mempunyai ke khususan karena digunakan untuk monversi dari ulir metrik ke ulir inchi.

4

Prinsip Kerja Mesin Bubut Poros spindel akan memutar benda kerja melalui piringan pembawa sehingga memutar roda gigi pada poros spindel. Melalui roda gigi penghubung, putaran akan disampaikan ke roda gigi poros ulir. Oleh klem berulir, putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan yang membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang berbentuk ulir. Komponen komponen pada mesin bubut 1) Bed mesin, bed mesin dubuat dari besi tuang. Permukaan atas dan samping dikerjakan dengan mesin secara seksama. Bed mesin menopang komponen komponen lainya. 2) Celah bed mesin, beberapa mesin bubut dilengkapi dengan bagian bed mesin yang dapat membubut garis Benda kerja dengan garis tengah yang lebih besar. 3) Kepala tetap, dipasang secara tetap pada bed mesin. Mempunyai spindel berlubang yang tirus atau berulir untuk memasang pahat pembawa. 4) Kepala lepas, kepala lepas dapat dapat dipindahkan ke setiap posisi dan plat

sepanjang bed mesin. Spidel berlubang untuk menempatkan center tirus morse. Berbagai perlengkapan dapat dipasang, misalnya center kepala lepas, pahat bor dan sebagainya. Kepala lepas dapat dipersiapkan untuk membubut tirus yang yang panjang. 5) Supor ( saddle ), supor dipasang di atas bed mesin dan melintangnya. Eretan dan apron bersama merupakan supor. 6) Apron, apron ialah bagian yang membawa roda tangan untuk memindahkan eretan. Transportir juga menembus apron dan dikaitkan demean perantaraan engkol yang dipasang di depan apron. 7) Eretan, eretan ialah bagian dari supor yang membawa eretan lintang dan eretan atas / eretan kompon. Eretan dipindahkan sepanjang bed mesin

5

dengan perantaraan batang bergigi yang dipasang di depan bed mesin. Roda tangan untuk memindahkan eretan, yang dipasang pada apron, menggerakan roda pinion yanga mengait batang bergigi. 8) Eretan lintang, eretan lintang dipasang di atas eretan dan bergerak tegak lurus pada bed mesin demean jalan engkol gerak jalan lintang dilengkapi dengan lajur baja yang disepuh keras untuk memberikan penyetelan yang tepat. 9) Eretan kompon / eretan atas, ini dipasang diatas eretan lintang dan dapat diputar serta dikunci pada setiap sudut sehingga dapat membubut tirus yang pendek. Pahat Bubut Pahat bubut dibuat dari high speed steel ( HSS ) yang tetap

mempertahankan mata pemotongnya walaupun dalam keadaan yang sangat panas.pahat bubut biasanya diadakan dalam bentuk yang dapat dimasukkan dalam pemegang pahat demean membuat sudut sebesar 150, memungkinkan disetel untuk ketinggian yang tepat.

Gambar 2.1.2 Macam macam pahat bubut Sudut Pahat Sudut pahat yang besar memberikan kekuatan yang besar dan menghalalu panas dari mata pemotongya.Untuk mengerjakan bahan yang

6

keras diperlukan sudut pahat yang besar.Sudut pahat yang kecil memberikan mata pemotong yang lemah tetapi penyanyatan lebih mudah. Untuk mebubut logam yang lunak dan ukuran garis tengahnya kecil, kelonggaran depan dapat ditambah. Logam yang rapuh keras seperti besi tuang, beram beramnya patah menjadi serupih, menimbulkan tegangan besar pada pahat.Karena itu mata pemotong harus mempunyai kekuatan maksimum untuk mencegah pahat patah. Mengasah sudut sayat puncak akan menghilangkan logam dari belakang mata pemotong sehingga mata pemotongnya menjadi lemah.

Gambar 2.1.3 Penempatan pahat

Gambar 2.1.4 Sudut pahat untuk berbagai logam

7

a) Macam macam pahat 1. Pahat penghalus Digunakan untuk panghalusan ringan.Memberikan pekerjaan akhir yang halus pada benda kerja.

Gambar 2.1.5 Pahat penghalus 2. Pahat pisau Pahat ini digunakan untuk pembubutan muka ( facing ) dan membubut pundak persegi empat.

Gambar 2.1.6 Pahat pisau 3. Pahat bor Pahat ini digunakan untuk kerja bor kasar pembubutan muka permukaan yang dalam.

Gambar 2.1.7 Pahat bor 4. Pahat potong Pahat ini digunakan untuk memotong logam atau memisahkan komponen yang selesai dari bahannya.

8

Gambar 2.1.8 Pahat potong Pemasangan Pahat Bubut Pahat berada dalam posisinya yang tepat bila ujung pahat secara cermat dengan garis tengah Benda. Pemasangan yang terlalu tinggi atau terlalu rendah akan merusak sudut kelonggarannya. Pemasangan pahat harus sebanyakmungkin bagian yang terjepit oleh penjepit pahat untuk memungkinkan adanya kekuatan yang mutlak.

Gambar 2.1.9 Cara pemasangan pahat Ada tiga cara bagaimana memasanga Benda karma pada mesin bubut adalah: 1. Antara center center. 2. Dalam pelat cekam konsentris tiga rahang. 3. Dalam cekam bebas empat rahang. Kecepatan putaran mesin bubut ditentukan berdasarkan kecepatan potong dan diameter benda kerja yang dibubut. Supaya pengoprasian mesin bubut dapat efisien, operator harus memperhitungkan pemilihan kecepatan potong, pengumpanan (feeding) dan kedalaman pemotongan, banyaknya waktu yang hilang pada proses pembubutan disebabkan pemilihan kecepatan potong dan pemakanan yang tidak tepat.

9

a. Kecepatan potong Kecepatan potong adalah kecepatan keliling dari benda kerja melintasi ujung pahat potong, kecepatan potong umumnya dinyatakan dalam satuan meter per menit. Pemilihan kecepatan potong yang benar adalah harus disesuaikan dengan bahan dari benda kerja yang dibubut dan bahan dari pahat potong yang digunakan, pemilihan kecepatan potong yang terlalu tinggi menyebabkan ujung pahat akan mudah tumpul dan aus sehingga akan banyak waktu yang terbuang untuk mengasah/menggerinda atau

merekondisi pahat tersebut, bila pemilihan terlalu rendah maka efisiensi kerjanya rendah. Berdasarkan pengujian dan penelitian baja dan pahat potong, kecepatan potong untuk pahat HSS dapat dilihat pada tabel 3.1, untuk pahat cemented carbide pada tabel 3.2 dan tabel 3.3. Untuk menghitung kecepatan putar spindle mesin bubut dalam satuan putaran per menit, maka kecepatan potong bahan dan diameter benda kerja harus diketahui. Rumus putaran adalah

Dimana : n : putaran spindle mesin (rpm) V : kecepatan potong bahan (m/menit) D : diameter benda kerja (mm) Contoh : Apabila akan membuat benda kerja dari bahan alumunium dengan diameter 30 mm, dengan menggunakan pahat dari HSS. Hitung putaran spindle mesin tersebut. Jawab : Untuk bahan alumunium dari tabel 3.1 kecepatan potong (V) = 61 m/menit, maka

10

b. Pemakanan (Feeding) Pemakanan adalah jarak yang ditempuh oleh pahat potong untuk memotong dalam satu putaran benda kerja.Contoh : apabila mesin bubut pemakanannya diatur 0,4 mm maka pahat potong akan menempuh jarak 0,4 mm dalam setiap putaran benda kerja. Dalam proses pembubutan dikenal dua jenis pemotongan, yaitu pemotongan kasar (Roughing cut) dan pemotongan akhir (Finishing cut). Pada pemotongan kasar pengurangan benda kerja dilakukan dengan mempertimbangkan kualitas permukaan (nilai kekasaran permukaannya), sehingga pemakanan yang digunakan adalah pemakanan untuk

pengasaran.Pada pemotongan akhir digunakan untuk mendapatkan hasil akhir permukaan dengan nilai kekasaran yang baik dan pemakanan yang digunakan adalah yang kecil. Pada proses pembubutan umumnya pemakanan untuk pengasaran yang digunakan berkisar antara 0,25 0,4 mm. Dan untuk pemotongan akhir berkisar antara 0,07 0,012 mm. Tabel 3.3 menunjukkan pemakan untuk bahan dengan menggunakan pahat HSS.

c. Kedalaman Pemotongan (Deep of Cut) Kedalaman pemotongan adalah ketebalan tatal / beram (chip) yang dilepaskan oleh pahat dari benda kerja. Untuk proses pembubutan dengan pengurangan diameter yang besar kedalaman pemotongan dilakukan dengan cara bertahap, yaitu proses pengasaran dan proses pemotongan akhir. Kedalaman pemotongan untuk pembubutan pengasaran dipengaruhi oleh beberapa factor sebagai berikut : a. Kondisi mesin bubut, b. Jenis dan bentuk pahat bubut yang digunakan, c. Kekakuan benda kerja, d. Kecepatan pemotongan.

11

Kedalaman pemotongan untuk proses pengerjaan akhir tergantung pada tipe benda kerja dan kualitas permukaan yang diinginkan dari pada umumnya tidak lebih dari 0,13 mm.

d. Skala Pengukur Skala pengukuran pada mesin bubut dipasang pada coumpound rest dan cross feed. Skala pengukur digunakan untuk membantu operator mesin bubut dalam menentukan kedalaman pemotongan pahat dengan tepat sehingga tatal yagn terlepas oleh pahat potong dapat teridentifikasi dengan akurat (pengurangan diameter dapat terukur). Skala pengukur dengan sistem metris umumnya dibagi kedalam 200 pembagian artinya setiap strip skala pengukur adalah 0,02 mm. Contoh : untuk skala metris apabila handel pemutar skala pengukur

diputar searah dengan jarum jam untuk 10 pembagian (10 strip) maka pahat potong akan maju 10 . 0,02 = 0,2 mm.

Berikut beberapa petunjuk dalam menggunakan skala pengukur : a. Apabila skala pengukur dilengkapi dengan skrup pengunci, sebelum melakukan pengaturan (setting) kedalaman, tentukan ukuran awal dengan mengunci skala nonius dengan skrup pengunci tersebut. b. Apabila memutar skala pengukur melampaui batas ukuran yang telah ditetapkan, maka skala pengukur harus diputar kembali setengah putaran, kemudian dikembalikan pada skala yang telah ditetapkan.

12

e. Perencanaan Pembuatan Ulir

Kedalaman Ulir (D) : D = 0,54127 P Diameter Minor : Minor diameter = diameter mayor (D+D) Lebar Kepala Ulir (FC) : FC = 0,125 P Lebar Dasar Ulir (FR) : FR = 0,250 P Keterangan : P : pitch

f. Jenis-jenis Pahat Pahat bubut digunakan untuk memotong/ menyayat benda kerja, pahat dijepit/ dipasang pada penjepit pahat (tool post), macam-macam pahat adalah seperti dibawah ini:

13

Keterangan Gambar:

1. Pahat potong 2. Pahat alur 3. Pahat serong 4. Pahat serong 450 5. Pahat pisau kanan

6. Pahat lurus bulat 7. Pahat ulir luar 8. Pahat rata muka 9. Pahat rata bulat

14

Keterangan gambar:

1. Pahat potong kiri 2. Pahat ujung bulat 3. Pahat potong kanan 4. Pahat potong sudut kanan 5. Pahat potong ulir segitiga

6. Pahat sudut kanan 7. Pahat sisi kiri 8. Pahat potong rata 9. Pahat sisi kanan 10. Pahat bentuk

2.2 MESIN MILLING (FREIS HORIZONTAL) 2.2.1 Landasan Teori

Gambar 3.1.1 Mesin Frais

15

Mesin milling dibagi menjadi dua yaitu: mesin milling vertikal dan mesin milling horizontal. Memfrais merupakan pengerjaan logam dengan mesin yang menggunakan alat pemotong berputar yang mempunyai sejumlah mata pemotong.Alat ini dikenal sebagai pisau frais. Ada dua jenis pisau frais yang paling banyak digunakan yaitu: horizontal, pisau frais dipasang pada sumbu utama horizontal yang kedua vertikal pisau frais dipasang pada ujung spindel vertikal. Frais atau milling horisontal merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang pengerjaannya atau penyatannya dilakukan dengan menggunakan pahat yang diputar oleh poros spindel mesin. Pahat Frais (milling cutter) termasuk jenis pahat bersisi potong banyak (multiple point tool). Prinsip Kerja Mesin Freis Proses pemotongan (penyayatan) dilakukan dengan menggunakan pahat 28 yang diputar oleh arbor yang berhubungan langsung dengan poros spindel mesin. Posisi pahat pada arbor dapat diatur dengan mengatur letak cincin pemisah (spacer).posisi dari poros arbor atau poros merupakan penentu dari jenis apakah mesin Freis ini, apakah jenis mesin Freis horizontal atau pun vertikal. Untuk mengerjakkan benda-benda kerja yang mempunyai bentuk yang rumit dan ukuran yang relatif besar yang tidak mungkin dikerjakan pada mesin-mesin Freis horizontal maupun vertikal maka dibuat mesin Freis khusus (special purpose). Bagian-Bagian Mesin Freis Mesin ini terdiri dari badan atau kolom yang menyangga ram. Pada bagian depan kolom dipasang batang bimbing (guide) slide ways sehingga lutut (knee) yang ditumpu oleh batang ulir bergerak naik-turun secara lurus. Diatas lutut dipasang pelana (sddle) yang bergerak kemuka dan kebelakang sepanjang guide.Diatas pelana dipasangkan meja yang dapat bergerak ke kiri dan ke kanan agar lutut dapat bergerak naik turun, pelana bergerak maju mundur dan meja bergerak ke kiri dan ke kanan. Tujuan dari gerakan-gerakan

16

pada mesin Freis untuk memenuhi gerak umpan (feeding) tetapi juga untuk memudahkan dalam menentukan posisi pahat terhadap benda kerja sebelum proses pemotongan dilakukan. Cara Cara Memfrais Ada dua cara memotong dengan mesin frais horizontal: 1. Memfrais Ke Atas Dengan cara ini arah gerak jalan berlawanan dengan arah rotasi pisau frais. Ini berarti bahwa pisau frais mulai menyanyat bagian bawah benda kerja dan melakukan penyanyatan yang berat pada waktu benda kerja digerakkan ke dalam pisau frais. Ini adalah satu satunya cara memotong yang dilakukan pada mesin frais yang digerakkan dengan tangan atau jenis mesin yang lebih tua. 2. Memfrais Ke Bawah Dengan cara ini gerakjalan searah demean rotasi pisau frais. Cara ini diterapkan pada jenis mesin frais yang lebih baru yang khusus didisain untuk itu.Cara tersebut memungkinkan menyenyat lebih berat karena kekuatan yang dieluarkan lewat bagian bagian msin frais yang lebih laku.

Gambar 3.1.2 Cara memfrais ke atas dan ke bawah

17

Gambar 3.1.3 Bagian bagian pisau frais

Tindakan Dalam Mengguanakan Mesin Frais 1. Pilihlah jenis dan ukuran pisau frais yang tepat. 2. Pilihlah poros frais atau perlengkapan untuk memegang frais yang tepat. 3. Pilihlah cara memegang Benda kerja yang tepat dan pasanglah dalam posisinya. 4. Pasanglah pisau frais dalam posisinya. 5. Pilihlah kecepatan dan gerak jalan yang tepat. 6. Setel meja kerja dalam posisinya yang tepat. 7. Setel kedalaman sayatan.

18

Gambar 3.1.4 Dasar pekerjaan memfrais

a. Kecepatan potong Kecepatan potong pada proses di mesin milling adalah kecepatan pisau potong yang bergerak melingkar melewati benda kerja dalam satuan meter per menit. Adapun faktor yang mempengaruhi kecepatan potong adalah : a. Bahan benda kerja b. Bahan pisau potong/pahat. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pemilihan kecepatan potong : a. Konstruksi/kondisi mesin b. Bentuk pisau c. Penampang tatal/beram (chip)

19

d. Tingkat kehalusan yang diinginkan e. Pencekaman benda kerja f. Media pendinginan. Rumus putaran pisau mesin milling adalah :

Dimana : n : putaran spindle mesin (rpm) V : kecepatan potong, lihat tabel 4.1 (m/menit) D : diameter pisau (mm) Contoh : Hitung putaran spindle mesin milling, untuk mengerjakan benda kerja dari bahan ST 37, dengan menggunakan pisau potong HSS, diameter pisau 40 mm. Jawab : V diambil dari tabel 4.1 adalah 20 m/menit, sehingga :

b. Jenis-jenis Pahat atau Pisau Pisau ini mempunyai bermacam-macam bentuk disesuaikan dengan kebutuhan sehingga nama pahatpun disesuaikan dengan bentuk dan kegunaannya, misalnya pisau frais roda gigi yakni pisau khusus untuk memfrais alur-alur roda-roda gigi, pisau frais mantel di mana sisi-sisi pemotongnya hanya hanya terdapat pada mantel (kelingnya) saja, pisau frais jari yakni pisau frais yang kecil dan ramping bertangkai kecil dipasang pada ujungnya pada mesin frais vertikal. Pisau frais kepala hampir serupa dengan pisau mantel yang sisi pemotongnya ditambah pada salah satu muka dan lubang arbornya dibagian yang berisi pemotong dibuat bertingkat. Pisau frais sudut di mana sisi-sisi pemotongnya membentuk sudut yang lebih kecil dari 90 derajat atau disebut juga pisau sudut.

20

Pisau frais cekung dan cembung berbentuk cekung dan cembung, untuk membuat alur setengah bulat (menonjol dan berbentuk alur), pisau frais gergaji untuk membuat alur-alur pada benda kerja. Macam-macam bentuk pisau frais adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1.5 Pahat Involute Gear

c. Perencanaan Pembuatan Roda Gigi Lurus

Modul (M) :

Circular Pitch (CP) : CP = M

21

Addendum (A) : A=M Out side diameter (OD) : OD = (N + 2) M Dedendum (D) : D = M 1,666 Chordal Thickness (CT) :

Ketebalan Gigi : Untuk gigi biasa Untuk gigi berdaya besar Indexing : : (6 10) . M : (10 16) . M

Nomer Cutter : Dapat dilihat pada tabel 6.

d. Mesin Bor Rumus putaran pada mesin bor :

Dimana : n V D Contoh : Hitung putaran spindle mesin bor untuk membuat lubang pada benda kerja dari bahan baja perkakas (tool steel) dengan diameter mata bor 15 mm. Jawab : V diambil dari tabel 5.1 adalah 18 m/menit, sehingga : putaran spindle mesin bor (rpm) : kecepatan potong (m/menit) : diameter mata bor (mm)

22

2.3 MESIN MILING VERTIKAL 2.3.1 Landasan Teori

Gambar 4.1.1 Mesin miling vertikal

Sebuah mesin vertical tertentu, terlihat dalam gambar 20.7, disebut demikian karena kedudukan yang vertical dari spindle pemotong. Gerakan mejanya sama seperti pada mesin datar. Biasanya, tidak ada gerakan yang diberikan kepada pemotong kecuali gerakan beputar biasa.Tetapi, kepala spindelnya dapat diputar, yang memungkinkan penyetelan spindle dalam bidang vertical pada setiap sudut dari vertical sampai horizontal. Mesin ini

23

mempunyai perjalanan spindle aksial yang pendek untuk memudahkan penafsiran bertingkat. Beberapa mesin fris vertical dilengkapi dengan alat putar tambahan atau meja kerja putar untuk memungkinkan memfris alur melingkar atau memfris kontinu suku cadang produksi yang kecil.Pemotongannya adalah semua jenis fris ujung. Penggunaan mesin mencakup penggurdian, penggeboran, peluasan lubang, penjarakan tepat dari lubang karena penyetelan micrometer dari meja, pemotongan tepi, dan pencerukan.Mesin profil dan fris matriks operasinya mirip dengan mesin fris vertical. a. Kecepatan potong Kecepatan potong pada proses di mesin milling adalah kecepatan pisau potong yang bergerak melingkar melewati benda kerja dalam satuan meter per menit. Adapun faktor yang mempengaruhi kecepatan potong adalah : a. Bahan benda kerja b. Bahan pisau potong/pahat. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pemilihan kecepatan potong : a. Konstruksi/kondisi mesin b. Bentuk pisau c. Penampang tatal/beram (chip) d. Tingkat kehalusan yang diinginkan e. Pencekaman benda kerja f. Media pendinginan. Rumus putaran pisau mesin milling adalah :

Dimana : n : putaran spindle mesin (rpm) V : kecepatan potong, lihat tabel 4.1 (m/menit) D : diameter pisau (mm)

24

Contoh : 1. Hitung putaran spindle mesin milling, untuk mengerjakan benda kerja dari bahan ST 37, dengan menggunakan pisau potong HSS, diameter pisau 40 mm. Jawab : V diambil dari tabel 4.1 adalah 20 m/menit, sehingga :

b. Jenis-jenis Pahat atau Pisau Pisau ini mempunyai berbagai macam bentuk disesuaikan dengan kebutuhan sehingga nama pahatpun disesuaikan dengan bentuk dan kegunaannya, misalnya pahat End Milling digunakan untuk membuat alur lurus dengan lebar alurnya berdasarkan dameter dari pahat end milling tersebut, pahat Face Milling dimana sisi pahatnya berbentuk rata dengan diameter yang lebih besar dibandingkan dengan pahat end milling dan pahat ini digunakan untuk meratakan permukaan dari benda kerja. Macammacam bentuk pisau atau pahat mesin milling vertikal adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1.2 Pahat End Milling

25

Gambar 4.1.3 Pahat Face Milling

Gambar 4.1.4 Milling Cutter

26

2.4 MESIN SEKRAP 2.4.1 Landasan Teori

Gambar 5.1.1 Mesin Sekrap

Gambar diatas merupakan sebuah sketsa diagramatis dari sebuah mesin ketam horizontal biasa.Yang umum dipakai untuk pekerjaan produksi dan pekerjaan serbaguna, adalah mesin ketam horizontal, terdiri atas dasar dan rangka yang mendukung ram horizontal, konstruksinya agak sederhana.Ram, yang membawa pahat, diberi gerak ulak-alik sama dengan panjang langkah yang diinginkan. Mekanisme balik cepat yang menggerakkan ram dirancang sedemikian sehingga langkah balik dari mesin ketam lebih cepat daripada langkah potong sehinga mengurangi waktu tanpa kerja dari mesin sampai minimum. Kepala pahat diujung ram, yang dapat diputar melalui sebuah sudut, dilengkapi dengan alat untuk menghantarkan pahat ke dalam benda kerja. Pada pengunciannya maka pemegang pahat peti lonceng, diberi engsel pada ujung atas untuk memungkinkan pahat naik pada langkah balik sehingga tidak menggali kedalam benda kerja.

27

Benda kerja didukung pada rel silang di muka mesin ketam.Sebuah ulir pengarah, yang berhubungan dengan rel silang, memungkinkan benda kerja digerakkan menyilang atau vertical dengan tangan atau penggerak daya.Suatu mesin ketam universal yang memiliki sifat seperti ini, dilengkapi dengan pengaturan berputar dan condong untuk memungkinkan pemesinan teliti pada sembarang sudut. Pengaturan berputar mengambil tempat sekitar sebuah sumbu yang sejajar dengan gerakan ram. Kecondongannya adalah pada puncak meja yang menyediakan sebuah alat untuk menyetel meja pada suatu sudut terhadap sumbu putar. Benda kerja pada mesin ketam dipegang dengan membautkannya kepada meja kerja atau dengan mengketatkannya dengan catok atau beberapa pemegang yang lain. Bagian Bagian Mesin Sekrap 1. Alas Alas dapat merupakan tuangan yang berlubang atau dibuat dari baja pelat. Terdapat pintu pintu masuk ke lemari alat alat dan ke ruangan mekanisme penggerak. 2. Dudukan Dudukan dipasang melintang eretan vertikal depan mesin dan membawa meja dan ragum mesin. Ddukan dinaikan dan diturunkan dengan tangan. 3. Meja Meja merupakan tuangan yangbberlubang yang dikerjakan demean mesin, dilengkapi alur alur pada permukaannya. Alur alur ini memungkinkan Benda Benda karma yang besar, yang tidak teratur bentuknya, dipasang langsung pada meja.Meja dioperasikan dengan tangan atau otomatis. 4. Lengan Lengan terbuat dari tuangan berat yang bergerak horizontal, tegak lurus terhadap meja. Untuk penyetelan dan keausan disediakan slip baja yang disepuh keras. Mekanisme yang menggerakkan lengan terdiri atas engkol beralur yang dapat disetel dalam roda gigi besar.Engkol dihubungkan pada lengan dengan perantara mata rantai yang bergerak bebas.Perlengkapan ini

28

berputar pada poros bawah.Jarak yang ditempuh oleh lengan ditentukan oleh posisi lengan dalam alur.Pada engkol terdapat pembagian derajat untuk memudahkan penyetelan panjang lahkah. 5. Kepala Kepala ini membawa pemegang pahat dan memberikan gerak vertikal pada pahat.Gerak berputar juga memungkinkan untuk melakukan pekerjaan ke samping dan bersudut. 6. Penopang Meja Penopang menembus meja berlubang dan memberikan penopang serta kekakuan selama mesin jalan. 7. Meja Lintang Meja ini dapat bergerak dengan tangan atau otomatis. Bila digerakkan demean tenaga, maka benyaknya gerak diatur oleh posisi batang penghubung pada roda roda penggerak. Batang itu dihubungkan pada lengan dan bila roda penggerak berputar, lengan bergerak ke belakang dan ke depan. 8. Rumah Pahat Atau Rumah Kaliper ( Caliper Box ) Peralatan ini berfungsi untuk memegang pahat dan didesain untuk mengangkatnya pada langkah yang tidak memotong. Demean demikian meindungi mata pemotong pahat. 9. Pahat Pahat yang digunakan untuk menyekrap pada dasarnya menyerupai demean pahat pada mesin bubut, tetapi lebih besar dan lebih dalam penampangnya, sehingga memberikan tambahan kekuatan. Jenis-Jenis Pahat Pahat penyayat dipasang pada pemegang pahat dan pemegang pahat itu terpasangpada pelat pahat, pelat pahat ini kedudukannya dapat diatur naik turun dengan jalan memutar eretan pahat, naik turunnya eretan ini merupakan pengaturan tebal pemakanan pahat, untuk menentukan tebal pemakanan itu kita pergunakan garis pengukur tebal pemakanan pada eretan tadi, selain itu eretan ini kedudukannya dapat diubah atau diputar dalam derajat sehingga

29

kita dapat mengetam bagian yang miring yang besar sudutnya sudah ditentukan. Pemegang pahat terpasang pada terpasang pada pelat-pelat yang dapat bergerak berayun seperti engsel, hal ini dimaksudkan agar pahat tidak mencakup atau menekan benda kerja pda langkah kebelakang. Bentuk pahat ketam hampir sama dengan bentuk pahat bubut, perbedaannya terletak pada sudut-sudut bebas muka dan sampingnya lebih kecil, sudut bebas yang lebih kecil ini dimaksudkan untuk menghindari getaran-getaran pada pahat atau pada benda kerja karena penyayatan pada mesin bubut, bentuk dan besarnya sudut-sudut pahat tersebut sangat penting karena baik tidaknya hasil penyayatan tergantung sebagian dari cara mengasah sudut-sudut pahat itu. Macam-macam pahat sekrap dibawah ini:

Keterangan gambar :

a. Pahat ketam kasar lurus b. Pahat ketam kasar lengkung a. Pahat ketam dasar b. Pahat ketam runcing a. Pahat ketam sisi b. Pahat ketam sisi kasar

Pahat ketam sisi kasar a. Pahat ketam masuk kedalam atau keluar lurus b. Pahat ketam masuk dalam atau keluar diteruskan

30

Keterangan gambar : s b1 b B : : : : pemakanan (feed) toleransi pemakanan dari samping lebar benda kerja lebar penyekrapan

Panjang langkah (L) : L = l + la + l b Keterangan : l : panjang benda kerja la : allowance sebelum pemotongan lb : allowance setelah pemotongan (stroke allowance) Jumlah langkah per menit (n) :

Keterangan :

Vm

: kecepatan potong (m/menit)

L : panjang langkah (mm)

31

Jumlah langkah yang diperlukan (Z) :

Waktu penyekrapan (tm) : tm = Z . t Lebar penyekrapan (B) : B = b+2.5

32

BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 MESIN BUBUT 3.1.1 Alat dan Bahan Alat : mesin bubut pahat bubut rata/lurus dan ulir kunci ulir (thread pitch gauge) master mut mal pahat/bevel protector jangka sorong kacamata Bahan : besi pejal ST 37 ukuran 38 mm 120 mm pahat HSS 3.1.2 Langkah Kerja Persiapan 1. Periksa ketajaman dan sudut pahat ulir yang akan dipakai. 2. Periksa posisi dan perbandingan roda gigi yang menghubungkan antara sumbu poros spindle (driver) dengan sumbu poros lead screw (driven). 3. Atur kecepatan motor pada putaran paling rendah. 4. Atur handel pada posisi ulir (threat). 5. Atur posisi handel untuk menentukan pitch sesuai dengan yang diinginkan dalam tabel. 6. Atur posisi lonceng ulir (dialthreat) bila digunakan. Proses Pembuatan Ulir 1. Pasang benda kerja pada chuck. 2. Pasang pahat ulir pada tool post setinggi centre.

33

3. Putaran eretan atas sebesar sudut puncak ulir. 4. Lakukan penguliran dengan urutan : 4.1 Jalankan mesin dengan putaran searah jarum jam. 4.2 Champer ujung benda kerja 4.3 Atur posisi cross handel feed pada posisi makan, dan atur ukuran ini pada posisi nol. 4.4 Lakukan proses pemesinan dengan kedalaman pemotongan 1 mm. 4.5 Setelah sampai diujung mundurkan cross handel feed, hentikan mesin dan balik putaran hingga posisi pahat kembali ke posisi awal. 4.6 Ukur kedalaman ulir dengan mal ulir, jika masih kurang lakukan penguliran lagi dengan cara menggerakkan pahat ke kanan/kiri, begitu seterusnya hingga kedalaman ulir sesuai. 5. Gunakan cutting fluid selama proses pemotongan ulir. 6. Lepas benda kerja, debur bagian yang tajam. Akhir Proses 2. Bersihkan mesin bubut, lepas pahatnya, dan lumasi bagian-bagian kontak. 3. Kembalikan alat perlengkapan kerja ke tempat asal.

3.2 MESIN MILLING HORIZONTAL (FREIS) 3.2.1 Alat dan bahan Alat : Mesin milling horizontal Pahat milling Kunci L (6 mm) Kunci chuck Mistar sorong Kacamata

Bahan : Plastik Teflon 75 mm tebal 15 mm

34

3.2.2 Langkah Kerja Persiapan : 1. Periksa kondisi mesin 2. Pilih pahat milling roda gigi yang sesuai dengan jenis dan nomornya 3. Bersikan alur meja mesin milling 4. Bersihkan dan periksa deviding head, apakah pada keping deviding head telah tersedia lubang yang akan digunakan 5. Pasang kepala pembagi pada meja Proses pembuatan roda gigi : 1. Pasang benda kerja pada chuck deviding head. 2. Pasang pahat milling roda gigi lurus pada arbor. 3. Setel pahat milling roda gigi lurus pada alur yang ada pada deviding head, kencangkan baut pengikat. 4. Setel stopper (jangka) pada lubang yang akan digunakan. Rumus : Putaran deviding head pembagi setiap gigi (T) T = 40 / N Dimana : N = Jumlah gigi yang diinginkan 5. Setel putaran mesin sesuai dengan ketentuan. 6. Hidupkan mesin naikkan meja sehingga pahat bersinggungan dengan benda kerja. 7. Setel dial indicator vertical pada kedudukan nol. 8. Naikkan meja mesin milling sesuai dengan kedalaman gigi. Kedalaman gigi (w) : w = 2.157 .M ,jika gigi berukuran mm w = 2.157 / DP , jika gigi berukuran inch dimana : M DP : Modul : Pitch diameter

9. Hidupkan mesin lalu lakukan penyayatan alur. Gigi pertama dengan menggerakkan meja arah horizontal. Periksa tingginya gigi.

35

10. Matikan mesin, mundurkan meja sehingga pahat tidak berhubungan dengan benda kerja. 11. Putar engkol deviding head, (seperti langkah nomor 4). 12. Hidupkan mesin lalu lakukan penyayatan alur gigi kedua. 13. Lakukan langkah nomor 10, 11, 12 sehingga seluruh alur roda gigi tersayat. 14. Lepas benda kerja, debur bagian yang tajam. Akhir Proses 1. Bersihkan mesin milling, lepas pahatnya, dan lumasi bagian-bagian kontak. 2. Kembalikan alat perlengkapan kerja ke tempat asal.

3.3 MESIN MILING VERTIKAL 3.3.1 Alat dan Bahan Alat : Mesin fris vertical Pahat facing Pahat end mill 6 mm Pahat end mill 10 mm Penyiku Jangka sorong Stamping huruf Penitik Kunci L 10 Palu besi 1 lb

Bahan : Balok besi ST 37 dengan ukuran 50 50 50 Gambar Kerja

36

3.3.2 Langkah kerja Persiapan 1. Periksa kondisi mesin. 2. Pilih pahat milling (end mill) yang sesuai dengan lebar alurnya. 3. Bersihkan alur meja mesin milling. 4. Bersihkan dan periksa penjepit benda kerja (ragum). Proses Pembuatan Alur 1. Pasang benda kerja pada ragum. 2. Pasang pahat milling (end mill) pada arbor. 3. Setel meja milling pada jalur pahat end mill. 4. Setel stepperhandel arbor sampai menyentuh benda kerja. 5. Setel putaran mesin sesuai dengan ketentuan. 6. Hidupkan mesin, turunkan handel arbor sehingga pahat bersinggungan dengan benda kerja. 7. Turunkan arbor mesin milling sesuai dengan kedalaman alur. 8. Hidupkan mesin lalu lakukan penyayatan alur dengan menggerakkan meja arah horizontal, periksa kedalaman alur. 9. Matikan mesin, mundurkan meja sehingga pahat tidak berhubungan dengan benda kerja. 10. Hidupkan mesin lalu lakukan penyayatan alur sampai kedalaman yang diinginkan. 11. Lakukan langkah nomor 9 dan 10, sehingga seluruh alur tersayat. 12. Lepas benda kerja, debur bagian yang tajam. Akhir proses 1. Bersihkan mesin milling, lepas pahatnya, dan lumasi bagianbagian kontak. 2. Kembalikan alat perlengkapan kerja ke tempat asal.

37

3.4 MESIN SEKRAP 3.4.1 Alat dan bahan Alat : Mesin sekrap Pahat Ragum Palu karet Kunci pas Kunci ragum Jangka sorong Kacamata

Bahan : Besi kotak ST 37 dengan ukuran 50 50 50 mm

3.4.2 Langkah Kerja

Persiapan 1. Periksa kondisi mesin. 2. Pilih pahat sekrap rata yang sesuai dengan bentuk benda kerja.

38

3. Bersihkan dan periksa penjepit benda kerja (ragum).

Proses pembuatan alur 1. Pasang benda kerja pada ragum. 2. Pasang pahat milling (end mill) pada arbor. 3. Setel panjang langkah mesin sekrap sesuai dengan panjang benda kerja. 4. Setel pahat sekrap sampai menyentuh benda kerja. 5. Setel langkah mesin sekrap sesuai dengan ketentuan. 6. Hidupkan mesin, turunkan handel pahat sehingga pahat

bersinggungan dengan benda kerja. 7. Turunkan pahat mesin sekrap sesuai dengan kedalaman permukaan. 8. Hidupkan mesin lalu lakukan penyayatan dengan menggerakkan meja arah horosintal. Periksa kedalaman pemakanan. 9. Matikan mesin, mundurkan meja sehingga pahat tidak berhubungan dengan benda kerja. 10. Hidupkan mesin lalu lakukan penyayatan sampai kedalaman yang diinginkan. 11. Lakukan langkah nomor 9 dan 10, sehingga penyayatan sesuai yang diinginkan. 12. Lepas benda kerja, debur bagian yang tajam. Akhir proses 1. Bersihkan mesin sekrap, lepas pahatnya, dan lumasi bagian-bagian kontak. 2. Kembalikan alat perlengkapan kerja ke tempat asal.

39

40

BAB 4. PEMBAHASAN

4.1 MESIN BUBUT Tabel urutan proses pengerjaan NO 1. 2. 3. PROSES PENGERJAAN Siapkan alat dan bahan Cekam benda kerja pada kepala tetap Lakukan pembubutan muka untuk menentukan senter benda kerja Bubut muka benda ujung benda kerja sepanjang 2 mm TOOL GAMBAR KERJA

Pahat rata

4.

Pahat rata

5.

Bubut

rata

benda

kerja

Pahat rata24

sepanjang 130 mm dengan diameter 24 mm 6. Bubut rata benda kerja

Pahat rata

10

sepanjang 10 mm dengan diameter 10 mm 7. Bubut rata benda kerja

10

Pahat rata

50 20

sepanjang 50 mm dengan diameter 20 mm 8. Bubut rata benda kerja

Pahat rata

10 20

sepanjang 50 mm dengan diameter 10 mm 9. Melakukan pembubutan

Pahat rata

20

muka sepanjang 20 mm.

41

10.

Setelah selesai

bersihkan

mesin bubut dan kumpulkan alat

Perhitungan waktu pengerjaan dalam proses pengerjaan (secara praktikum) 1. Bubut muka Diketahui : Panjang mula-mula (L0) : 110 mm Panjang setelah pemotongan (L1) : 108 mm Diameter (D) = 25 mm Putaran mesin (n) = 300 rpm f untuk pahat HSS = 0,2 (tabel) Kecepatan pemotongan :

Banyak proses pengerjaan

Jadi,

42

2. Bubut Rata (Roughting) Diketahui : Diameter (D) : 25mm Diameter yang diinginkan (d) : 24 mm Panjang pembubutan ( L) : 40 mm Putaran mesin (n) : 300 rpm f untuk pahat HSS : 0,5 mm ( tabel )

Kecepatan pemotongan :

Banyak proses pengerjaan

Jadi,

3. Bubut Rata (Finishing) Diketahui : Diameter (D) : 24 mm Diameter yang diinginkan (d) : 23 mm Panjang pembubutan ( L) : 40 mm

43

Putaran mesin (n) : 300 rpm f untuk pahat HSS : 0,1 mm ( tabel ) Kecepatan pemotongan :

Banyak proses pengerjaan

Jadi,

4. Bubut Rata (Roughting) Diketahui : Diameter (D) : 35 mm Diameter yang diinginkan (d) : 20 mm Panjang pembubutan ( L) : 10 mm Putaran mesin (n) : 300 rpm f untuk pahat HSS : 0,5 mm ( tabel ) Kecepatan pemotongan :

44

Banyak proses pengerjaan

Jadi,

5. Bubut Rata (Finishing) Diketahui : Diameter (D) : 20 mm Diameter yang diinginkan (d) : 19 mm Panjang pembubutan ( L) : 10 mm Putaran mesin (n) : 300 rpm f untuk pahat HSS : 0,1 mm ( tabel ) Kecepatan pemotongan :

Banyak proses pengerjaan

45

Jadi,

6. Bubut muka Diketahui : Panjang mula-mula (L0) : 129 mm Panjang setelah pemotongan (L1) : 128 mm Diameter (D) = 35 mm Putaran mesin (n) = 300 rpm f untuk pahat HSS = 0,2 (tabel) Kecepatan pemotongan :

Banyak proses pengerjaan

Jadi,

46

7. Bubut Rata (Roughting) Diketahui : Diameter (D) : 35 mm Diameter yang diinginkan (d) : 20 mm Panjang pembubutan ( L) : 50 mm Putaran mesin (n) : 300 rpm f untuk pahat HSS : 0,5 mm ( tabel ) Kecepatan pemotongan :

Banyak proses pengerjaan

Jadi,

8. Bubut Rata (Finishing) Diketahui : Diameter (D) : 20 mm Diameter yang diinginkan (d) : 19 mm Panjang pembubutan ( L) : 10 mm Putaran mesin (n) : 300 rpm

47

f untuk pahat HSS : 0,1 mm ( tabel ) Kecepatan pemotongan :

Banyak proses pengerjaan

Jadi,

9. Bubut Rata (Roughting) Diketahui : Diameter (D) : 35 mm Diameter yang diinginkan (d) : 10 mm Panjang pembubutan ( L) : 28 mm Putaran mesin (n) : 300 rpm f untuk pahat HSS : 0,5 mm ( tabel ) Kecepatan pemotongan :

48

Banyak proses pengerjaan

Jadi,

10. Bubut Rata (Finishing) Diketahui : Diameter (D) : 10 mm Diameter yang diinginkan (d) : 9 mm Panjang pembubutan ( L) : 28 mm Putaran mesin (n) : 300 rpm f untuk pahat HSS : 0,1 mm ( tabel ) Kecepatan pemotongan :

Banyak proses pengerjaan

Jadi,

49

11. Bubut muka (Roughting) Diketahui : Panjang mula-mula (L0) : 128 mm Panjang setelah pemotongan (L1) : 112 mm Diameter (D) = 10 mm Putaran mesin (n) = 300 rpm f untuk pahat HSS = 0,5 (tabel) Kecepatan pemotongan :

Banyak proses pengerjaan

Jadi,

12. Bubut muka

50

Diketahui : Panjang mula-mula (L0) : 112 mm Panjang setelah pemotongan (L1) : 110 mm Diameter (D) = 10 mm Putaran mesin (n) = 300 rpm f untuk pahat HSS = 0,1 (tabel) Kecepatan pemotongan :

Banyak proses pengerjaan

Jadi,

Jadi, total waktu yang dibutuhkan dalam permesinan, yaitu : Ttotal= + + + + + + + + + + +

= 1,46 + 2,93 + 4,67 + 1 + 1,67 + 1,46 + 5 + 6,33 + 4,67 + 3,67 + 1,07 + 2,33 = 36,27 menit

51

4.2 MESIN MILLING (FREIS HORIZONTAL)

Diket : OD ( out side diameter ) L ( ketebalan roda gigi ) M ( modul ) Diameter cutter Kecepatan mesin

= 75 mm

= 15 mm = 2,5 mm = 60 mm = 570 rpm

Ditanya: Waktu Permesinan yang digunakan? Jawab: 1. OD 75 mm N+2 N+2 N = 30 2 N = 28 = ( N + 2 ). M = (N+2).M = = 30

Jadi jumlah gigi pada roda gigi yang akan dibuat adalah 28 gigi

Indexing =

==

52

= Jadi jumlah indexing yang dipakai adalah no 21 ( kelipatan 7 ) Jadi : 1 putaran pada lubang 21 + 9 lubang pada piring pembagi Kedalaman gigi ( W ) = 2,157 . M = 2,157 . 2,5 = 5,39 mm Kecepatan Pemotongan (V) V= 5,4 mm

= 134,235 mm/menit Karena F= = 0,02 mm . N .n

= 0,03 . 570 . 10 = 171 mm/menit Waktu permesinan ( T ) = = = = = = 0,236 menit

53

Jadi total waktu yang diperlukan untuk mengerjakan sebuah roda gigi adalah: 0,236 28 = 6,6 menit

4.3 MESIN MILLING VERTIKAL Proses miling Vertikal

Diketahui:

N = Jumlah gigi pada pahat = 5 n = putaran spindle = 917 rpm

ft = feeth per teth = 0,09 Machining time Pembuatan alur dengan kedalaman 10 mm pada 4 sisi benda kerja Jumlah proses

Cutting speed feed

Machining time

Karena alur 1, 2, 3 dan 4 dimensinya sama maka:

54

Mt1= Mt2= Mt3= Mt4 =Mt=0,29 menit Total waktu pemesinan T = 4 Mt1 = 4 . 0,29 = 1,16 menit

4.4 MESIN SEKRAP Perhitungan waktu dalam proses pengerjaanx

Keterangan:y z

x = y = z = 50 mm

Gambar. Profil Benda Kerja Diketahui: Pemakanan (s) = 1 mm Toleransi pemakanan dari samping (b1) = 10 mm Lebar benda kerja (b) = 50 mm Panjang benda kerja (l) = 50 mm Allowance sebelum pemotongan (la) = 60 mm Allowance setelah pemotongan (lu) = 76 mm Pahat HSS Kecepatan mesin (Rought cut) = 21 m/mnt Ditanya: Tm = ? Jawab: Perhitungan penyekrapan untuk salah satu sisinya Panjang langkah L = l + la + lu = 50 + 60 + 76 = 186 mm Lebar penyekrapan B = b + 2 . b1 = 50 + 2 . 10 = 70 mm

55

Jumlah langkah yang diperlukan Z = = = 70 kali

Jumlah langkah n = n = = 56 kali

Waktu untuk langkahnya per menit. t = = 1,1 detik

Waktu permesinan (Time Machining) Tm = Z .t = 70 . 1,1 = 77 detik

Perihtungan waktu penyekrapan untuk ke enam sisinya Tm Total = 6 . 77 detik = 462 detik = 462 / 60 = 7,7 menit

56

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Setelah praktikum permesinan kesimpulan yang dapat saya ambil diantaranya: 1. Membubut merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. 2. Mesin bubut terdiri dari meja (bed) dan kepala tetap (head stock). Di dalam kepala tetap terdapat roda-roda gigi transmisi penukar putaran yang akan memutar poros spindel. Poros spindel akan menmutar benda kerja melalui cekal (chuck). Eretan utama (appron) akan bergerak sepanjang meja sambil membawa eretan lintang (cross slide) dan eretan atas (upper cross slide) dan dudukan pahat. 3. Mengefreis merupakan suatu proses memakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan menggunakan pahat yang diputar oleh poros spindel mesin. Pahat Freis (milling cutter) termasuk jenis pahat bersisi potong banyak (multiple point tool). Mesin Freis dari segi operasionalnya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Mesin Freis horizontal dan Mesin Freis vertical. 4. Mesin ini terdiri dari badan atau kolom yang menyangga ram. Pada bagian depan kolom dipasang batang bimbing (guide) slide ways sehingga lutut (knee) yang ditumpu oleh batang ulir bergerak naikturun secara lurus. Diatas lutut dipasang pelana (sddle) yang bergerak kemuka dan kebelakang sepanjang guide. Diatas pelana dipasangkan meja yang dapat bergerak ke kiri dan ke kanan agar lutut dapat bergerak naik turun, pelana bergerak maju mundur dan meja bergerak ke kiri dan ke kanan. Tujuan dari gerakan-gerakan pada mesin Freis untuk memenuhi gerak umpan (feeding) tetapi juga untuk

57

memudahkan dalam menentukan posisi pahat terhadap benda kerja sebelum proses pemotongan dilakukan. 5. Scrap merupakan proses pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan oleh badan mesin (ram) yang meluncut bolak-balik pada Gerak potong pahat pada benda kerja merupakan gerakan lurus translasi. 6. Diatas badan mesin terdapat ram yang meluncur bolak-balik pada pembimbing (guide). Didepan ram dipasang leher sehingga dudukan pahat dapat berputar posisi ke kiri dan ke kanan. Tuas pemutar digunakan untuk menurunkan/menaikkan posisi dudukan pahat sehingga ujung pahat posisinya terhadap benda kerja dapat diatur. 7. Pahat ketam hampir sama dengan bentuk pahat bubut, perbedaannya terletak pada sudut-sudut bebas muka dan sampingnya lebih kecil, sudut bebas yang lebih kecil ini dimaksudkan untuk menghindari getaran-getaran pada pahat atau pada benda kerja karena penyayatan pada mesin bubut, bentuk dan besarnya sudut-sudut pahat tersebut sangat penting karena baik tidaknya hasil penyayatan tergantung sebagian dari cara mengasah sudut-sudut pahat itu.

6.2 Saran Agar proses pengerjaan benda kerja lebih efisien dan baik saran yang dapat saya sampaikan diantaranya; 1. Pahami terlebih dahulu cara kerja atau petunjuk pada modul 2. Gubakan alat sesuai dengan fungsinya 3. Gunakan jas laboratorium atau pakaian kerja 4. Konsentrasilah pada penggarapan benda kerja

58

DAFTAR PUSTAKA

Amstead, B.H, Ostwald. 1995. Teknologi Mekanik, Edisi ke tujuh. Jakarta: Erlangga. Arifin, Syamsul. 1992. Alat Ukur dan Mesin Perkakas. Jakarta: Ghalia Indonesia. Jain, R.K. 1984. Production Technologi, Seventh Edition. Delhi: Khanna Publishers. Muin, Syamsir A. 1989. Dasar-dasar Perancangan Perkakas dan Mesin-Mesin Perkakas. Jakarta: CV. Rajawali. Schey, John. 1987. Introduction to Manufacturing Processes. McGraw- Hill. Lutfiatul ,Buku panduan Teknologi Pengujian Logam.2004.Blitar: SMKN 1 BLITAR Press

59

LAMPIRAN 1 61 9

60

LAMPIRAN 2

61

LAMPIRAN 3