Fana Dalam Makna Leksikalnya Adalah Ketiadaan Dan Kehancuran
-
Upload
dwiaryanto -
Category
Documents
-
view
227 -
download
0
Transcript of Fana Dalam Makna Leksikalnya Adalah Ketiadaan Dan Kehancuran
-
7/25/2019 Fana Dalam Makna Leksikalnya Adalah Ketiadaan Dan Kehancuran
1/10
Fana dalam makna leksikalnya adalah ketiadaan dan kehancuran. Dan lawan dari
fana adalah baqa, abadi, dan tetap ada. Seperti Tuhan termasuk kategori abadi dan
baqa, sementara selain-Nya atau seluruh makhluk digolongkan ke dalam
ketiadaaan, kehancuran, dan fana.
Sedangkan fana dalam makna gramatikalnya adalah tidak memandang,
memperhatikan, dan menyaksikan keberadaannya sendiri.ang pasti hal ini tidak
berarti asing terhadap dirinya sendiri, namun lebih bermakna bahwa seseorang
yang hadir di sisi Tuhan sama sekali tidak melihat eksistensi dirinya sendiri dan dia
meniadakan segala sesuatu selain-Nya di dalam hatinya.
!aq"m Fana dalam Tasawuf
Dalam istilah tasawuf, fana# berarti penghancuran diri yaitu al-fana#$an al-nafs.
ang dimaksud dengan al-fana# $an al-nafs ialah hancurnya perasaan atau
kesadaran seseorang terhadap wu%ud tubuh kasarnya dan alam sekitarnya.
!aq"m adalah suatu dera%at dan tingkatan yang telah dicapai oleh seorang &rif
setelah bertahun-tahun melewati segala penderitaan, ta'kiyah, dan pensucian diri,
serta segala kesulitan. (leh karena itu, pada umumnya suatu perubahan akan
bersifat tetap, abadi, dan tidak mudah sirna apabila dilalui dan dicapai dengan
susah payah dan ker%a keras.
)ada maq"m fana, manusia di hadapan Tuhan tidak menyaksikan diri sendirinya,
penghambaannya, keinginan-keinginannya, harapan-harapannya, dan dunia
sekelilingnya. !anusia hanya memandang dan melihat %amaliyah dan %alaliyah
Tuhan. &pa sa%a yang disaksikan oleh para wali Tuhan adalah ang *aq, apakah
melalui perantara atau dengan perantara.
+agi para pesuluk dan pencari makrifat terkadang perantara itu adalah nama-nama
dan sifat-sifat Tuhan, akan tetapi hi%ab dan perantara cahaya ini pun akan
tersingkap, a Tuhanku anugerahkan padaku kesempurnaan penyaksian kepada-
!u sedemikian sehingga pandangan hati merobek hi%ab-hi%ab cahaya. nilah
puncak dan akhir dera%at fana yang setelah itu manusia berada pada kondisi
melupakan segala sesuatu kecuali ang *aq dan menyirnakan segala sesuatu
secara sempurna selain-Nya. Di sinilah dia mendengar dengan pendengaran Tuhan,
melihat dengan pandangan Tuhan, dan berbicara dengan lisan Tuhan.
/ealitas fana ini tidak sampai pada penyingkapan hakikat 'at Tuhan, karena
hakikat 'at-Nya hanya diketahui oleh-Nya dan tidak ada satupun makhluk yang
dapat menyaksikan hakikat 'at-Nya.
)en%elasan Detail0
Secara leksikal fana bermakna ketiadaan dan kehancuran. 1awan dari fana adalah
baqa yang berarti abadi, tetap, dan eksis. 2ata ini dipergunakan dalam al-3uran,
walaupun sebagian dari deri4atnya yang diaplikasikan, seperti0 Segala sesuatu
akan hancur dan yang tinggal wa%ah Tuhanmu, Tuhan dalam ayat ini meletakkan
kata fanin 5hancur6 berhadapan dengan kata yabqa 5yang tetap, yang tinggal,
-
7/25/2019 Fana Dalam Makna Leksikalnya Adalah Ketiadaan Dan Kehancuran
2/10
dan abadi6, yang bermakna bahwa hanya Tuhanlah yang selamanya ada dan baqa,
sementara segala sesuatu selain-Nya adalah hancur dan sirna.
&kan tetapi, makna gramatikal fana tidak bersesuaian dengan makna leksikalnya.
Fana dalam makna gramatikalnya adalah tidak menyaksikan, memandang, melihat,
dan mendapatkan dirinya sendiri. Namun hal ini tidak berarti asing terhadap dirinyasendiri, melainkan manusia tidak menyaksikan dirinya sendiri di hadapan Tuhan
dan hanya Dia yang dipandang.
stilah fana# kata Nicholson, memiliki beberapa tingkatan, aspek dan makna.
Semuanya dapat diringkaskan sebagai berikut 0
a. Transformasi moral dari %iwa yang dicapai melalaui pengendalian
nafsu dan keinginan.
b. &bstarksi mental dan berlakunya pikiran dari seluruh ob%ek persepsi,
pemikiran, tindakan dan perasaan7 dan dengan mana kemudian
memusatkan fikiran tentang Tuhan. ang dimaksud dengan
memikirkan Tuhan adalah memikirkan dan merenunggi sifat-sifat-
Nya.
c. +erhentinya pemikiran yang dilandasi kesadaran. Tingkat fana yang
tertinggi akan tercapai apabila kesadaran tentanag fana itu sendiri
%uga hilang. nilah yang oleh para sufi dikenal 8kefanaan dari fana9
atau lenyapnya kesadaran tentang tiada 5fana# al-fana#6
5/. &. Nicholson, :;?->:6.
Selan%utnya, kata Nicholson, tahap terakhir dari fana# adalah
lenyapnya diri secara penuh, yang merupakan bentuk permulaan dari baqa,
yang artinya berkesinambungan di dalam Tuhan 5Nicholson, :;:6.
Dengan demikian %elaslah bahwa dalam faham fana ini, materi
manusianya tetap ada dan sama sekali tidak hilang atau hancur, yang hilang
hanya kesadaran akan dirinya sebagai manusia. a tidak merasakan lagi akan
eksistensi %asad kasarnya. Nicholson mengertikan faham ini sebagai0 fana
the passing-away of the Sufi from his phenomenal e@istence, in 4ol4es
baqa#, the continuance of his real e@istence. *e who dies to self li4es in
Aod, and fana, the consummation of this death, marks the attainment or
baqa#, or union with the di4ine life9 5Nicholson, :;
-
7/25/2019 Fana Dalam Makna Leksikalnya Adalah Ketiadaan Dan Kehancuran
3/10
&bu Said *arra' mendefenisikan fana sebagai berikut, Fana adalah fananya
seorang hamba dari memandang penghambaannya, dan baqa adalah baqanya
seorang hamba dengan penyaksian lahi.
3usyairi menyatakan, Setiap kali )emiliki *akikat menyelimuti dirinya maka dia
tidak lagi menyaksikan segala sesuatu selain-Nya baik wu%udnya maupunperbuatannya, dia fana dari makhluk dan baqa dengan perantaran-Nya.
!ir Syarif ur%any %uga mengungkapkan, Sirna dan tiadanya sifat-sifat buruk itu
disebut fana, sebagaimana keberadaan sifat-sifat yang terbatas dikatakan baqa.
!aq"m Fana
Di dalam rfan terdapat dua istilah0
:. !aq"m7
E. *"l.
!aq"m adalah suatu dera%at dan tingkatan yang telah dicapai secara ikhtiari
5dengan kehendak sendiri6 oleh seorang &rif setelah bertahun-tahun melewati
segala tempaan, ta'kiyah, pensucian diri, dan segala kesulitan. (leh karena itu,
secara umum maq"m itu sangatlah sulit untuk sirna dan tiada. Dengan ungkapan
lain, penderitaan dan kesulitan yang di%alani dan dialami secara terus menerus dan
bergradual oleh seorang &rif dan pesuluk dalam praktek-praktek ke'uhudan dan
pengorbanan diri sendiri telah mengantarkannya pada suatu dera%at khusus dan
maq"m tertentu yang pantas baginya. Dan karena tingkatan-tingkatan dan
tahapan-tahapan pensucian diri itu dilaluinya dengan upaya yang sungguh-sungguh
dan ker%a keras, maka maq"m yang telah digapainya itu tidak akan turun dan sirna
dengan mudah.
Sementara pengertian h"l berlawanan dengan maq"m tersebut. *"l adalah suatu
bentuk perubahan yang hadir pada diri seorang arif tanpa kehendaknya sendiri
setelah menapaki tahapan-tahapan spiritual. 2arena perubahan yang hadir itu
datang secara tiba-tiba, maka sangat mungkin akan sirna %uga dengan tiba-tiba.
Dengan demikian, h"l adalah suatu kualitas spiritual yang tidak bersifat konstan
dan terus menerus mengalami suatu perubahan.
!anusia dalam maq"m fana tidak menyaksikan dirinya sendiri, penghambaannya,
kecenderungan-kecenderungannya, harapan-harapannya, dan alam sekitarnya di
hadapan Tuhan dan hanya semata-mata memandang ang *aq.
Dalam kondisi demikian, fana tidak lagi bersesuaian dengan makna leksikalnya
yang bernada negatif, bahkan merupakan suatu tingkatan kesempurnaan. Dan
inilah yang sebenarnya dimaksudkan oleh para urafa yang menyatakan, )uncak
fana adalah baqa dan abadi di hadapan ang *aq. nilah yang dalam istilah rfandinamakan sebagai fana fii &llah 5fana dalam sifat-sifat Tuhan6.
+agaimana !encapai !aq"m Fana
2etika antara manusia dan Tuhannya terdapat hi%ab-hi%ab berupa dosa-dosa,
maksiat, dan egoisme, serta kebergantungan kepada selain-Nya, maka hi%ab-hi%ab
-
7/25/2019 Fana Dalam Makna Leksikalnya Adalah Ketiadaan Dan Kehancuran
4/10
kegelapan ini akan men%adi penghalang yang sangat besar untuk sampainya
seorang hamba di hadapan suci Tuhannya.
&pabila dia tidak memiliki dosa-dosa, hi%ab-hi%ab kegelapan, dan kebergantungan
kepada selain-Nya serta sirnanya perhatian kepada keinginan diri sendiri, maka
sangat mungkin dia menggapai dera%at penyaksian sifat-sifat Tuhan secaraterbatas. Setelah mencapai tingkatan ini barulah maq"m fana itu akan diraihnya
dan hadir dalam dirinya.
ang pasti bahwa dalam per%alanan dan suluk irfani ini terdapat banyak tingkatan-
tingkatan dan tahapan-tahapan yang kita tidak akan bahas dalam kesempatan ini.
&kan tetapi, maksud dari liqa ullah 5per%umpaan dengan Tuhan6 yang dibungkus
dalam kata-kata seperti syuhud, baqa, dan adalah tidak dengan menggunakan
mata lahiriah ini, karena sebagaimana dalam ayat al-3uran dikatakan, Dia
5Tuhan6 tidak dapat dilihat dan di%angkau dengan mata.BG Dan begitu pula Tuhan
tidak dapat diliputi dengan pikiran-pikiran, karena pikiran dan metode rasionalitas
itu tidak disebut sebagai syuhud, liqa, dan 7 melainkan apabila seorang hamba
ingin menyaksikan sifat-sifat Tuhan dan mencapai maq"m fana maka
-sebagaimana yang difirmankan dalam al-3uran- dia harus meninggalkan segala
sesuatu selain Tuhan, melaksanakan amal dan perbuatan shaleh, dan tidak
menyekutukan Tuhan. Seorang hamba yang berkehendak menyaksikan ang *aq
dengan tanpa perantara mestilah dia tidak memandang dirinya sendiri dan segala
sesuatu selain-Nya.
&llah Swt berfirman, +arangsiapa yang berharap per%umpaan dengan Tuhannya,
maka hendaklah dia beramal dengan amal yang shaleh dan tidak menyekutukan-
Nya dengan sesuatupun dalam penghambaan kepada Tuhannya.
Nabi !usa &s pun men%adi tidak sadarkan diri atau pingsan ketika berkaitan
dengan cerita penyaksian Tuhan. Setelah beliau tersadar dari pingsannya bersabda,
Tuhanku Hngkau tidak dapat disaksikan tanpa fana dan memutuskan segala
bentuk keterikatan dan kebergantungan.
&kan tetapi, persoalan yang sangat mendasar di sini adalah apa makna dari
ungkapan bahwa sebagian pembesar para pesuluk dan arif mengklaim dapat
menyaksikan Tuhan ang !aha Tinggi itu dengan tanpa perantaraI Dan secara
umum apa yang dimaksud dengan perantara-perantara tersebutI
Jntuk memahami dan mengerti makna ungkapan tersebut alangkah baiknya kita
memperhatikan dan menyimak pernyataan-pernyataan mam 2homeni qs dalam
kitabnya &rbain *adis. +eliau dalam kitab itu mengungkapkan, Setelah
mencapai ketakwaan yang sempurna, terputusnya secara total perhatian dan
kebergantungan hati dari segala sesuatu yang ada di alam, menyirnakan segala
bentuk egoisme dan kecintaan kepada diri sendiri, perhatian sempurna kepada
Tuhan, nama-nama, dan sifat-sifat-Nya, larut dalam kecintaan kepada ang !ahaSuci, melakukan segala bentuk pensucian hati, maka akan muncul dan hadir suatu
bentuk pencerahan hati dan cahaya malakuti di dalam hati para pesuluk yang
beriringan dengan manifestasi nama-nama dan sifat-sifat Tuhan dan antara ruh
suci pesuluk dan D'at Suci Tuhan hanya terdapat satu hi%ab, yakni hi%ab nama-
nama dan sifat-sifat Tuhan. Jntuk sebagian pembesar para pesuluk sangatlah
mungkin mampu merobek hi%ab-hi%ab cahaya 5hi%ab nama dan sifat Tuhan6
-
7/25/2019 Fana Dalam Makna Leksikalnya Adalah Ketiadaan Dan Kehancuran
5/10
tersebut dan hanya menyaksikan dirinya bergantung secara mutlak kepada Kat
Suci Tuhan, dan dalam penyaksian ini dia memandang pancaran eksistensial
Tuhan dan kefanaan 'atnya sendiri.
Dengan kandungan makna yang kurang lebih sama dengan pernyataan mam
2homeni qs, di bawah akan diutarakan suatu doa yang mulia, muna%atsyaLbaniyah0 a lahi anugerahkan kepadaku kesempurnaan penyatuan dengan-!u
sedemikian sehingga mata hati merobek hi%ab-hi%ab cahaya.
Dari berbagai referensi kitab-kitab tua seperti 2itab Syarah *ikam bni &thoillah
&s-2andariah, 2itab !anhal-Shofi, 2itab &ddurul-Nafs dan lain-lain menggunakan
istilah-istilah seperti LbinasaL dan LhapusL untuk memperihalkan tentang maksud
fana. Jlama-ulama lainnya yang banyak menggabungkan beberapa disiplin ilmu
lain seperti falsafah menggunakan istilah-istilah seperti LleburL, LlarutL, LtenggelamL
dan LlenyapL dalama usaha mereka untuk memperkatakan sesuatu tentang LhalL
atau LmaqamL fana ini.
Di dalam 2itab &rrisalah al-3usyairiah memberikan pen%elasan tentang fana.
Fana itu ialah7 1enyapnya sifat-sifat basyariah5pancaindera6
Fananya seseorang dari dirinya dan dari makhluk lain ter%adi
dengan hilangnya kesadaran tentang dirinya dan tentang makhluk
lain itu. Sebenarnya dirinya ada dan demikian pula makhluk
lain ada. Tetapi a tidak sadar lagi pada mereka dan pada dirinya
5&l-3usyairi, t.th0 B
-
7/25/2019 Fana Dalam Makna Leksikalnya Adalah Ketiadaan Dan Kehancuran
6/10
!aka barangsiapa yang ingin akan menemukan dengan Tuhannya maka hendaklah
ia menger%akan amalan Sholeh dan %anganlah ia mempersekutukan siapapun
dalam beribadat kepada &llah 5Surah &l-2ahfi06
Jntuk mencapai liqa &llah dalam ayat yang tersebut di atas, ada dua kewa%ibanyang mesti dilaksanakan iaitu0
O )ertamanya menger%akan amalan sholeh dengan menghilangkan semua- sifat-
sifat yang tercela dan menetapkan dengan sifat-sifat yang terpu%i iaitu Takhali dan
Tahali.
O 2eduanya meniadakanmenafikan segala sesuatu termasuk dirinya sehingga yang
benar-benar wu%udisbat hanya &llah semata-mata dalam beribadat. tulah ertinya
memfanakan diri.
)ara Nabi-nabi dan wali-wali seperti Sheikh &bu 3asim &l-unaid, &bu 3adir &l-
ailani , mam &l-Aha'ali, &b a'id &l-+usthomi sering mengalami keadaan fana
fillah dalam menemukan &llah. Jmpamanya Nabi !usa alaihisalam ketika ia sangat
ingin melihat &llah maka baginda berkata yang kemudiannya di%awab oleh &llah
Taala seperti berikut7
a Tuhan, bagaimanakah caranya supaya aku sampai kepada !uI Tuhan
berfirman0 Tinggalkan dirimulenyapkan dirimu5fana6, baru kamu kemari.
&bu a'id al-+ustami yang sekaligus dipandang sebagai pembawa faham al-Fana#,
al-+aqa#, dan al-ittihad.
&da seorang bertanya kepada &bu a'id &l-+usthomi7
O +agaimana tuan habiskan masa pagimuI. &bu a'id men%awab0 Diri saya telah
hilang5fana6 dalam mengenang &llah hingga saya tidak tahu malam dan siang.
O Satu ketika &bu a'id telah ditanyai orang bagaimanakah kita boleh mencapai
&llah. +eliau telah men%awab dengan katanya0
O +uangkanlah diri kamu. Di situlah terletak %alan menu%u &llah. +arangsiapa yang
melenyapkan5fana6 dirinya dalam &llah, maka didapati bahawa &llah itu segala-
galanya.
O +eliau pernah menceritakan sesuatu tentang fana ini dengan katanya7
O &pabila &llah memfanakan saya dan membawa saya baqa dengaNya dan
membuka hi%ab yang mendinding saya dengan Dia, maka saya pun dapat
memandangNya dan ketika itu hancur leburlah pancainderaku dan tidak dapat
berkata apa-apa. *i%ab diriku tersingkap dan saya berada di keadaan itu beberapa
lama tanpa pertolongan sebarang panca indera. 2emudian &llah kurniakan saya
mata 2etuhanan dan telinga 2etuhanan dan saya dapat dapati segala-galanya
adalah di dalam Dia %uga.
Dari segi bahasa al-Fana# berarti binasa , Fana# berbeda dengan al-Fasad 5rusak6.
Fana# artinya tidak nampaknya sesuatu, sedangkan Fasad atau rusak adalah
berubahnya sesuatu men%adi sesuatu yang lain . !enurut ahli sufi, arti Fana# adalah
hilangnya kesadaran pribadi dengan dirinya sendiri atau dengan sesuatu yang
la'imnya digunakan pada diri. Fana#%uga berarti bergantinya sifat-sifat kemanusiaan
dengan sifat-sifat ketuhanan dan dapat pula berarti hilangnya sifat-sifat tercela .
-
7/25/2019 Fana Dalam Makna Leksikalnya Adalah Ketiadaan Dan Kehancuran
7/10
!ustafa Kahri mengatakan bahwa yang dimaksud Fana# adalah lenyapnya inderawi
atau kebasyariahan, yakni sifat sebagai manusia biasa yang suka pada syahwat
dan hawa nafsu. (rang yang telah diliputi hakikat ketuhanan, sehingga tiada lagi
melihat alam baharu, alam rupa dan alam wu%ud ini, maka ia akan dikatakan Fana#
dari alam cipta atau dari alam makhluk . Selain itu Fana# %uga dapat berarti
hilangnya sifat-sifat buruk lahir bathin.
Sebagai akibat dari Fana# adalah +aqa#, secara harfiah +aqa# berarti kekal
sedangkan dalam pandangan kaum sufi, +aqa# adalah kekalnya sifat-sifat terpu%i
dan sifat-sifat Tuhan dalam diri manusia. 2arena sifat-sifat kemanusiaan
5basyariah6 telah lenyap maka yang kekal dan tinggal adalah sifat-sifat ilahiyah
atau ketuhanan. Fana# dan +aqa# ini menurut ahli tasawuf datang beriringan
sebgaimana ungkapan mereka 09&pabila nampak nur ke +aqa#an, maka Fana#lah
yang tiada dan +aqa#lah yangkekal9. uga ungkapan mereka 0 8Tasawuf itu adalah
mereka Fana# dari dirinya dan +aqa# dengan Tuhannya, karena kehadiran mereka
bersama &llah9.
&bu a'id al-+ustami berpendapat bahwa manusia hakikatnya se-esensi dengan
&llah, dapat bersatu dengan-Nya apabila ia mampu melebur eksitensi keberadaan-
Nya sebagi suatu pribadi sehingga ia tidak menyadari dirinya.
!enurut al-3usyairi, Fana# yang dimaksud adalah 0 Fana#nya seseorang dari dirinya
dan makhluk lain, ter%adi dengan hilangnya kesadaran tentang dirinya dan tentang
mahkluk lain itu. Sebenarnya dirinya tetap ada dan demikian pula mahkluk lain
ada, tetapi ia tidak sadar lagi pada mereka dan pada dirinya .
Diantara kaum sufi ada yang berpendapat bahwa manusia dapat bersatu dengan
Tuhan. Seorang sufi yang sampai pada tingkat ma#rifah akan melihat Tuhan
dengaqn mata sanubarinya .
!enurut al-Syathi, proses penghancuran sifat-sifat basyariah, disebut Fana# al-sifat
dan proses penghancuran tentang irodah dirinya disebut Fana# al-irodah serta
proses penghancuran tentang adanya wu%ud dirinya dan 'at yang lain disekitarnya
disebut Fana# al-nafs. &pabila seorang sufi telah sampai kepada Fana# al-nafs yaitu
tidak disadarinya wu%ud %asmaniyah, maka yang tinggal adalah wu%ud rohaniahnya
dan ketika itu ia bersatu dengan Tuhan secara ruhani.
Dari berbagai uraian tersebut diketahui bahwa yang ditu%u dengan Fana# dan +aqa#
adalah mencapai persatuan secara rohaniah dan bathiniah dengan Tuhan, sehingga
yang disadarinya hanya Tuhan dalam dirinya. Dengan demikian materimanusianya
tetap ada, sama sekali tidak hancur, demikianlah %uga alam sekitarnya, yang hilang
atau hancur hanya kesadaran dirinya sebagai manusia, ia tidak lagi merasakan
%asad kasarnya.
&l-2alaba'i 5wafat BP? *6 men%elaskan bahwa keadaan Fana# itu tidak bisa
berlangsung terus-menerus sebab kelangsungannya yang terus-menerus akanmenghentikan organ-organ tubuh untuk melaksanakan fungsinya sebagai hamba
&llah dan peranannya sebagain khalifah di muka bumi .
+ila seseorang telah Fana# atau tidak sadar lagi tentanmg wu%udnya sendiri dan
wu%ud lain disekitarnya pada saat itulah ia sampai kepada +aqa# dan berlan%ut
kepada ttihad. Fana# dan +aqa# menurut sufi adalah kembar dan tak terpisahkan
sebagaimana ungkapan mereka 0 8Siapa yang menghilangkan sifat-sifatnya, maka
-
7/25/2019 Fana Dalam Makna Leksikalnya Adalah Ketiadaan Dan Kehancuran
8/10
yang ada adalah sifat-sifat Tuhan9 .
Dengan tercapainya Fana# dan +aqa# maka seorang sufi dianggap telah sampai
kepada tingkat ittihad atau menyatu dengan yang !aha Tunggal 5Tuhan6 yang oleh
+aya'id disebut 8Ta%rid Fana# fi at- Tauhid9 yaitu dengan perpaduan dengan Tuhan
tanpa diantarai oleh sesuatu apapun .
Dalam a%aran ittihad, yang dilihat hanya satu wu%ud meskipun sebenarnya ada dua
wu%ud yaitu Tuhan dan manusia. 2arena yang dilihat dan yang dirasakan hanya
satu wu%ud maka dalam ittihad ini bisa %adi pertukaran peranan antara manusia
dengan Tuhan. Dalam suasana seperti ini mereka merasa bersatu dengan Tuhan,
suatu tingkatan dimana antara yang mencinta dan yang dicintai telah men%adi satu,
sehingga salah satu memanggil yang lain dengan kata-kata 8*ai &ku9 . Dalam
keadaan Fana# si sufi yang bersangkutan tidak mempunyai kesadaran lagi sehingga
ia berbicara atas nama Tuhan.
&l-+ustami ketika telah Fana# dan mencapai +aqa# maka dia mengucapkan kata-
kata gan%il seperti 0
8 Tidak ada Tuhan melainkan aku, sembahlah aku, !aha suci aku, !aha suci aku,
!aha besar aku9 .
Selan%utnya diceritakan bahwa seorang lelaki lewat rumah &bu a'id 5al-+ustami6
dan mengetok pintu,
&bu a'id bertanya 0 8Siapa yang engkau cari I9 %awabnya 0 8&bu a'id9.
1alu &bu a'id mengatakan 0 8)ergilah, dirumah ini tidak ada kecuali &llah yang
!aha 2uasa dan !aha Tinggi9 .
ttihad ini dipandang sebagai penyelewengan 5inhiraf6 bagi orang yang toleran,
akan tetapi bagi orang yang keras berpegang pada agama hal ini dipandang
sebagai suatu kekufuran. Faham ittihad ini selan%utnya dapat mengambil bentuk
hulul dan wahdat al-wu%ud.
ttihad %uga adalah hal yang sama yang di%adikan faham oleh al-*alla% 5lahir EEC
* P=P !6 dengan fahamnya al-*ulul yang berarti penyatuan meliputi 0 a6
penyatuan substansial antara %asad dan ruh7 b6 penyatuan ruh dengan Tuhan
dalam diri manusia7 c6 inkarnasi suatu aksiden dalam substansinya7 d6 penyatuan
bentuk dengan materi pertama dan e6 hubungan antara suatu benda dengan
tempatnya .
!eskipun demikian terdapat perbedaan al-*ulul dengan ittihad yaitu dalam hulul,
%asad al-halla% tidak lebur sedangkan dalam ittihad dalam diri al-+ustami lebur dan
yang ada hanya diri &llah. Dan dalam ittihad yang dilihat hanya satu wu%ud dan
dalam hulul ada dua wu%ud yang bersatu dalam satu tubuh.
Faham sufi yang %uga dekat dengan faham ttihad ini adalah dengan faham wahdat
al-wu%ud yang diperkenalkan oleh bn &raby wafat tahun >BP * :EC? !6. Faham
wahdat al-wu%ud ini menurut *arun Nasution adalah merupakan kelan%utan dari
faham al-*ulul. 2onsep wahdat al-wu%ud ini memahami bahwa aspek ketuhanan
ada dalam tiap mahkluk, bukan hanya manusia sebagaimana yang dikatakan al-
*alla% .)aham fana#, +aqa#, dan ttihad menurut kaum sufi se%alan dengan konsep
pertemuan dengan &llah. Fana# dan +aqa# %uga dianggap merupakan %alan menu%u
pertemuan dengan Tuhan sesuai dengan Firman &llah SQT yang bunyinya 0
8+arang siapa yang mengharapkan per%umpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah
ia menger%akan amal yang shaleh dan %anganlah ia mempersekutukan seorang pun
-
7/25/2019 Fana Dalam Makna Leksikalnya Adalah Ketiadaan Dan Kehancuran
9/10
dalam beribadat kepada-Nya9 53.S. al-2ahfi, :P 0 ::?6
*al yang lebih %elas mengenai proses ttihad dapat pula kita simak melalui
ungkapan al-+ustami 0 8)ada suatu hari ketika saya dinaikkan ke hadirat &llah, a
berkata, 8*ai &bu a'id, mahkluk-2u ingin melihatmu, aku men%awab, hiasilah aku
dengan keesaan itu, sehingga apabila mahkluk itu melihatku mereka akan
berkata 082ami tetap melihat engkau, maka yang demikian adalah engkau dan akutidak ada disana9 .
*al ini merupakan ilustrasi proses ter%adinya ttihad, Demikian %uga dalam
ungkapan &bu a'id 0 8Tuhan berkata 0 semua mereka kecuali engkau adalah
mahklukku, aku pun berkata 0 &ku adalah engkau, engkau adalah aku dan aku
adalah engkau . sebenarnya kata-kata 8&ku9 bukanlah sebagai gambaran dari diri
&bu a'id, tetapi gambaran Tuhan, karena ia telah bersatu dengan Tuhan sehingga
dapat dikatakan bahwa Tuhan bicara melalui lidah &bu a'id sedang &bu a'id
tidak mengetahui dirinya Tuhan.
&l-unaid &l-+agdadi yang men%adi mam Tasauf kepada golongan &hli Sunnah Qal-
amaah pernah membicarakan tentang fana ini dengan kata-kata beliau seperti
berikut0
O 2amu tidak mencapai baqa5kekal dengan &llah6 sebelum melalui fana5hapus diri6
O !embuangkan segala-galanya kecuali &llah dan Lmematikan diriL ialah kesufian.
O Seorang itu tidak akan mencapai Minta kepada &llah5mahabbah6 hingga dia
memfanakan dirinya. )ercakapan orang-orang yang cinta kepada &llah itu
pandangan orang-orang biasa adalah dongeng saha%a.
B. *impunan perkataan Tentang Fana
&. Sembahyang orang yang cinta 5mahabbah6 ialah memfanakan diri sementara
sembahyang orang awam ialah rukuk dan su%ud.
+. Setengah mereka yang fana 5lupa diri sendiri6 dalam satu ta%ali 'at dan kekal
dalam keadaan itu selama-lamanya. !ereka adalah !a%'ub yang hakiki.
M. Sufi itu mulanya satu titik air dan men%adi lautan. Fananya diri itu meluaskan
kupayaannya. 2eupayaan setitik air men%adi keupayaan lautan.
D. Dalam keadaan fana, wu%ud Salik yang terhad itu dikuasai oleh wu%ud &llah yang
!utlak. Dengan itu Salik tidak mengetahui dirinya dan benda-benda lain. nilah
peringkatQilayah52ewalian6. )erbe'aan antara Qali-wali itu ialah disebabkan oleh
perbe'aan tempoh masa keadaan ini. &da yang merasai keadaan fana itu satu
saat, satu %am, ada yang satu hari an seterusnya. !ereka yang dalam keadaan
fana seumur hidupnya digelar ma%'ub. !ereka masuk ke dalam satu suasanadimana men%adi mutlak.
H. 2ewalian ialah melihat &llah melalui &llah. 2enabian ialah melihat &llah melalui
makhluk. Dalam kewalian tidak ada bayang makhluk yang wu%ud. Dalam kenabian
makhlik masih nampak di samping memerhati &llah. 2ewalaian ialah peringakat
fana dan kenabian ialah peringkat baqa
-
7/25/2019 Fana Dalam Makna Leksikalnya Adalah Ketiadaan Dan Kehancuran
10/10
F. Tidak ada pandangan yang pernah melihat Ta%alinya Kat. ika ada pun ia
mencapai Ta%ali ini, maka ianya binasa dan fana kerana Ta%ali Kat melarutkan
semua cermin pen'ohiran. Firman &llah yang bermaksud 0
Sesungguhnya &llah meliputi segala-galanya.5Surah &l-Fadhilah0=C6
A. Ta%ali bererti menun%ukkan sesuatu pada diriNya dalam beberapa dan berbagai
bentuk. Jmpama satu bi%i benih menun%ukkan dirinya sebgai beberapa ladang dan
satu unggun api menun%ukkan dirinya sebagai beberapa unggun api.
*. Qu%ud alam ini fana 5binasa6 dalam wu%ud &llah.Dalilnya ialah Firman &llah
dalam Surah &n-Nur0B= yang bermaksud7
Mahaya atas cahaya, &llah membimbing dengan cahayanya sesiapa yang
dikehendakinya. dan &llah adalah cahaya langit dan bumi.
. !uraqobah ialah memfanakan hamba akan afaalnya dan sifatnya dan 'atnya
dalam afaal &llah, sifat &llah dan 'at &llah.
. &l-Thomsu atau hilang iaitu hapus segala tanda-tanda sekelian pada sifat &llah.
!aka iaitu satu bagai daripada fana.
=. Ta%uk-ta%uk yang berkaitan dengan Fana
O !ikra% !uhammad
O &lamat Sampai 2epada !aqam ang Tinggi
&dalah sangat mungkin manusia mencapai suatu dera%at yang antara dia dan
Tuhannya hanya terhi%abi cahaya nama dan sifat Tuhan. Dan %uga sangatlah
mungkin manusia menggapai suatu tingkatan yang tidak ada lagi hi%ab-hi%ab
cahaya antara dia dan Kat Suci Tuhan. )ara pesuluk yang sempurna akan mampu
melewati hi%ab-hi%ab cahaya ini dan meraih kefanaan yang sempurna. Dalam
kondisi puncak spiritual ini, apa yang disaksikannya adalah hanya ang !aha Suci.
&pa yang didengarnya tidak lain adalah bersumber dari ang !aha +enar. Dia
melihat dengan mata Tuhan, mendengar dengan telinga Tuhan, dan berucap
dengan lisan Tuhan. nilah puncak dan akhir fana dalam Tuhan 5fana fillah6