famfol
description
Transcript of famfol
Laporan Kasus Hipertensi Di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan,
Juli 2015
Lisa Sari
102012129
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Terusan Arjuna No.6 Jakarta Barat, 11510
Pendahuluan
Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat
ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan
kesehatan lainya (Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi puskesmas adalah
mengembangkan pelayanan kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan
kesehatan tersebut harus bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive
Health Care Service yang meliputi aspek promotive, preventif, curative, dan rehabilitatif.
Prioritas yang harus dikembangkan oleh puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan
kesehatan dasar (basic health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan
pencegahan (public health service). Fungsi puskesmas menurut keputusan menteri kesehatan
republik Indonesia No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai pusat penggerakan
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam
pembangunan kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Laporan kasus
Puskesmas kecamatan Grogol Petamburan
Alamat : Jalan rawa Bahagia I no 32
I. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tarsinah
Tanggal lahir : 01 Januari 1959
Umur : 56 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : Jalan Banjir Kanal RT 09/ RW 01 no. 34
No telepon : -
Pekerjaan : Asisten rumah tangga
Pendidikan terakhir : Sekolah dasar
II. Riwayat biologis keluarga :
Keadaan kesehatan sekarang : Baik
Kebersihan perorangan : Baik
Penyakit yang sering diderita : Tidak ada
Penyakit keturunan : Tidak ada
Penyakit kronis/ menular : Tidak ada
Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
Pola makan : Baik
Pola istirahat : Baik
Jumlah anggota keluarga : 3 orang
III. Psikologis keluarga
Kebiasaan buruk : Tidak ada
Pengambilan keputusan : Ibu
Ketergantungan obat : Tidak ada
Tempat mencari pelayanan kesehatan: Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
Pola rekreasi : Kurang
IV. Keadaan rumah/ lingkungan
a. Jenis bangunan : Semi permanen
b. Lantai rumah : Keramik
c. Luas rumah : 8 x 3 m2
d. Penerangan : Kurang
e. Kebersihan : Kurang
f. Ventilasi : Kurang
g. Dapur : Ada
h. Jamban keluarga : Tidak
i. Sumber air minum : PAM
j. Sumber pencemaran air : Tidak
k. Pemanfaatan pekarangan : Tidak
l. Sistem pembuangan air limbah : Ada
m.Tempat pembuangan sampah : Ada
n. Sanitasi lingkungan : Sedang
V. Spiritual keluarga
a. Ketaatan beribadah : Baik
b. Keyakinan tentang kesehatan : Baik
VI. Keadaan sosial keluarga
a. Tingkat pendidikan : Rendah
b. Hubungan antar anggota keluarga : Baik
c. Hubungan dengan orang lain : Baik
d. Kegiatan organisasi sosial : Kurang
e. Keadaan ekonomi : Sedang
VII. Kultural keluarga
a. Adat yang berpengaruh : Jawa
b. Lain-lain : Tidak ada
VIII. Nama Keluarga dan anggota serumah yang bukan keluarga
Nama Jenis
Kelamin
Tanggal
Lahir
Pekerjaan Pendidikan Hubunga
n
Keluarga
Status
Perkawina
n
Domisili
serumah
/ tidak
Kondisi
kesehata
n
Sutarjo
no
LK - security SMP anak
kandung
belum serumah sehat
Rahma
wati
PR - karyawati SMP anak
kandung
cerai serumah sehat
IX. Keluhan utama : kepala terasa pusing
X. Keluhan tambahan : sakit di leher bagian belakang
XI. Riwayat Penyakit Sekarang : pasien sudah menderita hipertensi sejak 6 bulan yang
lalu
XII. Riwayat penyakit dahulu : tidak ada
XIII. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah : 160/90
Nadi : 76 kali per menit
Nafas : 18 kali permenit
Suhu : 36,5ºC
XIV. Diagnosis penyakit : Hipertensi Grade II
XV. Diagnosis keluarga : -
XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit
Promotif : Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga
tentang penyakit hipertensi, komplikasi penyakit, dan keteraturan dalam
berobat sehingga terkontrolnya tekanan darahnya. Dan membiasakan diri
untuk berolahraga.
Preventif : hindari makan makanan yang asin & berminyak,
beristirahat yang cukup, jangan suka bergadang, jangan suka jajan
sembarangan, dan jangan stress.
Kuratif : Minum obat yang sudah diberikan dengan teratur
Rehabilitatif : peran serta keluarga penting untuk mengingatkan
pasien untuk tidak makan makanan yang asin dan berminyak, mengajak
pasien untuk berolahraga bersama.
XVII. Prognosis
Penyakit : dubia ad bonam karena pasien meminum obat teratur
dan menghindari faktor-faktor yang memperberat penyakitnya.
Keluarga : kondisi kesehatan keluarga alam keadaan baik
Masyarakat : dubia ad bonam
XVIII. Resume
Dari hasil kunjungan puskesmas kecamatan Grogol Petamburan pada hari Jumat, 24
Juli 2015 saya mendapatkan pasien bernama ibu Tarsinah yang berusia 56 tahun dan ibu
Tarsinah sudah menderita Hipertensi sejak 6 bulan yang lalu. Sehari-hari pasien bekerja
sebagai asisten rumah tangga di daerah sekitar tempat tinggalnya. Pendidikan terakhir yang
ditempuhnya adalah sekolah dasar (SD). Pasien memiliki 2 orang anak yang bernama
Sutarjono yang bekerja sebagai security dan Rahmawati yang bekerja sebagai karyawan toko
di Roxy Square.
Rumah pasien tergolong rumah yang tidak sehat karena di dalam rumah tidak terdapat
penerangan dan ventilasi yang cukup. Selain itu pasien juga memiliki dapur yang sangat
kecil, kebersihan rumah yang tidak terjaga dan pasien tidak memiliki jamban serta
pekarangan rumah.
Pasien tidak memiliki kebiasaan buruk seperti merokok dan meminum alkohol. Untuk
pola makan sehaari-hari pasien adalah 3 kali sehari. Tetapi pasien lebih sering membeli
makanan dari warteg disekitar daerah tempat tinggal dibandingkan memasak sendiri. Pasien
juga memiliki kebiasaan mengkomsumsi makanan asin. Apabila ada makanan sisa yang tidak
habis dimakan, maka makan tersebut akan dipanaskan di keesokan hari untuk dikomsumsi
lagi. Lalu untuk komsumsi air juga pasien lebih sering membeli air mineral botolan. Pasien
dan keluarga tidak memiliki kebiasaan berolahraga. Untuk kebersihan diri pasien tergolong
baik karena pasien memiliki kebiasaan mandi 2-3 kali dalam sehari, selalu mencuci tangan
sebelum dan sesusah makan atau pun setelah membuang sampah, kuku pada jari tangan juga
tidak panjang dan keluar rumah selalu menggunakan sandal.
Kondisi pasien saat ini sering mengeluh sakit kepala dan sakit di leher bagian
belakang. Sudah 6 bulan sejak didiagnosis menderita hipertensi pasien selalu rutin
memeriksaankan tekanan darahnya ke puskesmas Grogol 2 dan teratur mengkomumsi obat
yang diberikan serta menghindari kebiasaan mengkomsumsi makanan yang asin.
Analisa Kasus
Menurut WHO adalah peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 140
mmHg dan atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg secara konsisten
dalam beberapa waktu. Hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya didefinisikan sebagai
hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer, untuk
membedakannya dengan hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui.
Klasifikasi Tekanan Darah Menurut JNC 7
Klasifikasi Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Diastol
Normal <120 dan 80
Prahipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi Derajat 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi Derajat 2 > 159 atau >100
Selain melakukan pemeriksaan fisik seperti TTV, kita juga bisa melakukan beberapa
pemeriksaan penunjang untuk menunjang diagnosis. Pemeriksaan penunjang lini pertama
adalah EKG, kreatinin dan kalium.
Nilai seluruh resiko kardiovaskular ( usia, jenis kelamin, riwayat merokok, kolesterol,
dan setiap penyakit vaskular yang diketahui) karena bisa mempengaruhi tekanan darah
dimana terapi tekanan darah mungkin memberikan manfaat.
1. EKG : adanya pembesaran ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri, adanya penyakit
jantung korener atau arimia. Peninggian gelombang P adalah saah satu tanda dini
penyakit jantung hipertensi.
2. Hemoglobin/ hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel
terhadap volume cairan ( visikositas) dan dapat menginsikasikan faktor-faktor resiko
seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
3. BUN/Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
4. Glukosa : hiperglikemia ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan
peningkatan ketoalamin ( meningkatkan hipertensi).
5. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
( penyebab) atau menjadi efek samping terapi deuretic.
6. Kolesterol dan trigliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan adanya
pembentukan plak ateromatosa.
7. Pemeriksaan tiroid : hipertroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi.
8. Urinalisa : darah, protein, glukosa mengisyaratkan adanya disfungsi ginjal dan
adanya diabetes.
9. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi.
10. Foto thorak : dapat menunjukkan obstruksi pada area katup, batu ginjal / ureter.
11. CT Scan : mengkaji tumor serebral, CSU, enselopati atau feokromositoma.
Ada 2 faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi, anatara lain faktor yang dapat diubah
dan yang tidak dapat diubah.
Faktor – Faktor yang dapat diubah termasuk gaya hidup, antara lain :
- Merokok
- Kurang aktivitas fisik
- Kelebihan berat badan
- Diet tinggi lemak
- Asupan garam berlebih
- Konsumsi alcohol berlebih
Faktor – Faktor yang tidak dapat diubah, antara lain :
- Riwayat keluarga dengan hipertensi
- Usia > 45 tahun pada pria dan >55 tahun pada wanita
Gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya berupa: pusing, mudah
marah, sukar tidur, rasa berat di tengkuk, dan mudah lelah. Kadang-kadang hipertensi primer
berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target
seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung. Gejala seperti sakit kepala, epistaksis, pusing,
dan migrain dapat ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi primer meskipun tidak jarang
yang tanpa gejala.
Penatalaksaan pada pasien hipertensi
Farmakologis
A. Beta Blocker
Seperti atenolol dan metoprolol, menurunkan denyut dan TD dengan bekerja secara
antagonis terhadap sinyal adrenergik. Manfaat jangka panjang dari penggunaannya tak
diragukan lagi, terutama pada penyakit koroner. Efek samping bloker beta diantaranya adalah
letargi, impotensi, perifer dingin, eksaserbasi diabetes, dan hiperlipidemia. Kontraindikasi
pada penderita asma, hati-hati bila digunakan pada penderita penyakit vaskular perifer.
B. Diuretik
Dan diuretik tiazid, seperti bendrofluazid: aman dan efektif.
C. Antagonis kanal kalsium (calcium channel)
Vasodilator yang menurunkan TD. Nifedipin (kemungkinan amlodipin) menyebabkan
takikardia refleks kecuali bila diberikan juga bloker beta. Diltiazem dan verapamil
menyebabkan bradikardia, bermanfaat bila ada kontraindikasi bloker beta. Efek samping :
muka merah, edema pergelangan kaki, perburukan gagal jantung (kecuali amlodipin).
D. Inhibitor enzim pengubah angiotensin (angiotensin converting enzyme / ACE)
Seperti kaptopril, enalapril, lisinopril dan ramipril memberikan efek antihipertensi
dengan menghambat pembentukan angiotensin II. Data mortalitas tinggi pada pasien gagal
jantung, gangguan fungsi ventrikel kiri (LV), atau ada riwayat penyakit jantung koroner
(PJK). Bisa menyebabkan hipotensi berat atau gagal ginjal akut pada penderita hipertensi
renovaskuler, misalnya pada stenosis arteri renalis bilateral. Efek samping diantanraya batuk
kering (sering dijumpai) dan angiodema.
E. Antagonis reseptor angiotensin II
Seperti losartan dan valsartan, bekerja antagonis terhadapa aksis angiotensin II-renin.
Efikasinya sebanding dengan inhibitor ACE, walaupun data penelitian yang mendukung
penggunaannya kurang komprehensif. Indikasinya pada gagal jantung atau gangguan fungsi
ventrikel kiri jika batuk akibat inhibitor ACE terasa mengganggu. Efeknya dalam fungsi
ginjal pada hipertensi renovaskular sama.
F. Antagonis alfa
Seperti doksazosin. Vasodilator yang menurunkan TD dengan bekerja sebagai
antagonis terhadap reseptor alfa-adrenergin pada pembuluh darah perifer.
Terapi awal biasanya menggunakan bloker beta dan atau diuretik. Pedoman terbaru
menyarankan penggunaan inhibitor ACE sebagai lini kedua, walapun manfaatnya yang
semakin meningkat terhadap penyakit kardiovasuler sering membuat obat ini diberikan
sebagai lini pertama. Indikasi terapi kombinasi oleh dua atau lebih obat antihipertensi adalah
jika hipertensi tidak terkontrol dengan dosis optimal satu jenis obat. Pemilihan obat
antihipertensi dipengaruhi oleh adanya penyakit lain atau faktor resiko, misalnya koroner
mendapat manfaat yang bermakna dari penggunaan beta bloker dan inhibitor ACE. Beta
bloker tidak boleh diberikan pada penderita asma; sehingga biasanya diberikan antagonis
kanal kalsium atau inhibitor ACE
Non-farmakologis
Perubahan gaya hidup atau terapi non farmakologi merupakan terapi pilihan bagi pasien
hipertensi sebelum mendapatkan terapi obat. Perubahan gaya hidup ini sangat berguna dalam
mencegah dan mengobati penyakit hipertensi. Perubahan gaya hidup tersebut antara lain :
a. Penurunan berat badan
Kelebihan berat badan merupakan faktor risiko penting terjadinya penyakit hipertensi.
Penurunan berat badan yang dikombinasi dengan pembatasan asupan garam dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Oleh karena itu semua pasien hipertensi
maupun mereka yang memiliki factor risiko hipertensi, disarankan menjaga berat badannya
mendekati berat badan optimal atau ideal. .
b. Penghentian / pembatasan konsumsi alcohol.
Konsumsi alcohol dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Penurunan
konsumsi alcohol dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Peningkatan
konsumsi alcohol menimbulkan efek resistensi dari obat-obatan antihipertensi.
c. Pembatasan asupan garam.
Terdapat hubungan antara asupan garam dengan peningkatan tekanan darah.
Pembatasan konsumsi garam sebanyak 5 gram sehari dapat mencegah hipertensi ,
mempermudah pengendalian tekanan darah bagi pasien hipertensi dan mencegah kejadian
penyakit kardiovaskular. Pengurangan asupan garam baik secara tunggal atau pun
dikombinasi dengan penurunan berat badan dapat menurunkan kejadian hipertensi sampai
20%.
d. Diet sayur dan buah-buahan.
Konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan serta produk susu yang rendah lemak, dapat
menurunkan tekanan darah. Juga dianjurkan pengurangan konsumsi lemak, daging merah,
minuman manis dan mengandung gula.
e. Aktivitas fisik .
Aktivitas fisik yang kurang seperti kurang gerak banyak menonton TV dapat
meningkatkan risiko menderita penyakit kardiovaskular. Aktivitas fisik olahraga seperti jalan
cepat, berlari-lari kecil dan berenang, dapat menurunkan tekanan darah. Pada pasien hipertens
disarankan untuk melakukan olahraga selama 30 menit setiap hari sesuai dengan
kemampuannya atau atas anjuran dokter.
f. Penghentian Merokok.
Penghentian merokok dapat mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular seperti stroke
dan infark miokard. Mengkonsumsi satu batang rokok dapat meningkatkan denyut jantung
dan tekanan darah selama 15 menit. Rokok meningkatkan kadar katekolamin dalam plasma
yang menstimulasi saraf simpatik hingga terjadi peningkatan denyut jantung.
g. Menghindari Stres
Stres dapat meningkatkan meningkatkan kerja saraf simpatik yang pada akhirnya dapat
meningkatkan tekanan darah. Penyalurann stres yang salah seperti banyak makan snack atau
cemilan juga dapat meningkatkan berat badan.2,3
Kesimpulan
Ibu Tarsinah menderita hipertensi sejak 6 bulan yang lalu. Sejak didiagnosis
hipertensi, ibu Tarsinah rutin untuk memeriksakan tekanannya darahnya ke Puskesmas.
Hipertensi yang diderita oleh pasien kemungkinan karena kebiasaan mengkomsumsi
makanan asin dan jarang berolahraga. Selain rutin memeriksakan tekanan darahnya ibu
Tarsinah juga rutin untuk mengkomsumsi obat yang diberikan dari dokter Puskesmas.
Disarankan kepada Ibu Tarsinah dan semua pasien yang menderita hipertensi lainnya
untuk selalu menjaga pola makan dengan tidak makan makanan yang asin dan berminyak,
lebih sering makan sayur-sayuran, rutin berolahraga, hindari stress dan istirahat yang cukup.
Daftar Pustaka
1. Panggabean MM. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III : Penyakit Jantung
Hipertensi. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta :2006. p.1654-1655
2. Perhimpunan Hipertensi Indonesia. Konsesus Penatalaksanaan Hipertensi Dengan
Modifikasi Gaya Hidup. Jakarta : InaSH, 2011.
3. Gray HH, Dawkins KD, Simpson A, Morgan JM. Lecture Notes : Kardiologi.
Penerbit Erlangga. Jakarta: 2005. p.57-68
4. Noer MS: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Ketiga, Jilid I, Balai Penerbit FKUI,
2003
5. Roesma, Jose. Krisis Hipertensi dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V Jilid
III. Jakarta : Interna Publishing, 2009.
Lampiran foto
Ibu Tarsinah
Ruang TV dan Kamar Tidur Ruang TV dan kamar tidur
Keadaan luar rumah
Ruang TV dan kamar tidur Dapur
Dapur Dapur
Kamar mandi Lorong lantai 2
Kamar Tidur Kamar Tidur
Penerangan lantai 2 Atap lantai 2
Obat yang dikomsumsi