Fala Von

17
I. Dasar Teori Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, tannin, kuinon dan lain-lain. Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut (Harbone, 1987; Dirjen POM, 1986). Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan. Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat dipisahkan dari bahan dan senyawa kandungan lainnya. Faktor utama untuk

description

flavonoid

Transcript of Fala Von

Page 1: Fala Von

I. Dasar Teori

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah

dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstrak mengandung

senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein

dan lain-lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam

golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid, tannin, kuinon dan lain-lain.

Tujuan ekstraksi bahan alam adalah untuk menarik komponen kimia yang terdapat pada

bahan alam. Ekstraksi ini didasarkan pada prinsip perpindahan massa komponen zat ke

dalam pelarut, dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka kemudian

berdifusi masuk ke dalam pelarut (Harbone, 1987; Dirjen POM, 1986).

Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari

simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau

hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian

sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan.

Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak adalah pelarut yang baik (optimal) untuk

senyawa kandungan yang berkhasiat atau aktif, dengan demikian senyawa tersebut dapat

dipisahkan dari bahan dan senyawa kandungan lainnya. Faktor utama untuk pertimbangan pada

pemilihan larutan penyari adalah sebagai berikut:

• Selektifitas

• Kemudahan bekerja

• Ekonomis

• Ramah Lingkungan

• Keamanan

Macam-macam metode ekstraksi:

- Ekstraksi Menggunakan Pelarut

• Cara Dingin

1. Maserasi proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa

kali pengocokan atau pengadukan pada temperature ruangan (kamar).

i. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengandukan yang kontinu(terus-menerus)

Page 2: Fala Von

ii. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan

penyaringan maserat pertama dan seterusnya.

2. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna yang

umunya dilakukan pada temperature ruangan. Proses terdiri dari tahapan pengembangan

bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya(penetesan penampungan)

ekstrak, terus menerus sampai diperoleh ekstrak(perkolat) yang jumlahnya 1-5kali bahan.

• Cara Panas

1. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperature titik didihnya, selama waktu

tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relative konstan dengan adanya pendingin balik.

Umumnya dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5kali sehingga

dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

2. Soxhlet adalayh ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya

dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut

relative konstan dengan adanya pendingin balik.

3. Digesti adalah maserasi kinetik(dengan pengadukan kontinu) pada temperature yang

lebih tinggi dari temperature ruangan(kamar), yaitu secara umum dilakukan pada

temperature 40-50oC.

4. Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperature penangas air(bejana infuse

tercelup dalam penangas air mendidih), temperaur terukur(96-98oC) selama waktu

tertentu(15-20 menit)

5. Dekok adalah infuse pada waktu yang lebih lama(>30 menit) dan temperature sampai

titik didih air.

-Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap(minyak atsiri) dari bahan segar/

simplisia dengan uap air.

-Cara ekstraksi lainnya:

1. Ekstraksi berkesinambungan

2. Superkritikal karbondioksida

3. Ekstraksi ultrasonic

4. Ektrasi energy listrik.

Parameter dan Metode Uji Ekstrak:

• Parameter Non Spesifik

Page 3: Fala Von

a. Parameter Susut Pengeringan

Tujuan: memberikan batasan maksimal(rentang tentang besarnya senyawa yang

hilang dalam proses pengeringan.

• Prosedur:

1-2 g ekstrak ke botol timbangàdimasukkan ke dalam ruang pengering dibuka

tutupnya dan dikeringkan pada suhu 105oC hingga bobotnya tetap.

Jika susah mengering dan mencair pada saat pemanasan, ditambahkan 1g silika

ditimbang seksama setelah dikeringkan dan disimpan dalam eksikator dalam suhu

kamar.

b. Parameter Bobot Jenis

Tujuan: memberikan batasan tentang besarnya massa per satuan volume yang

merupakan parameter khusus ekstrak cair sampai ekstrak pekat(kental).yang masih

dapat dituang

• Prosedur:

Kalibrasi piknometer dengarn menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru

dididihkan pada suhu 25oC. Atur suhu ekstrak pada 20oC masukkan ke dalam

piknometeràatur suhu hingga 25oC, buang kelebihan ekstrak kemudian timbang.

• Bobot jenis ekstrak cair:

(bobot pikno dg ekstrak-bobot piknometer kosong)

Bobot air

c. Parameter Kadar Air

Tujuan: memberikan batas minimal tau rentang tentang besarnya kandungan air di dalam

bahan.

Ada tiga cara:

1. Cara titrasi

-Titrasi langsung

-Titrasi tidak langsung

-Pereaksi Karl-Fischer

2. Cara destilasi

3. Metode gravimetric

d. Parameter Kadar Abu

Page 4: Fala Von

Tujuan: memberikan gambaran kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari

proses awal sampai terbentuknya ekstrak.

e. Parameter Sisa Pelarut

Tujuan: memberikan jaminan bahwa selama proses tidak meninggalkan sisa pelarut yang

memang seharusnya tidak boleh ada. Sedangkan untuk ekstrak cair menunjukkan jumlah

pelarut(alcohol) sesuai dengan yang ditetapkan.

f. Parameter Sisa Pestisida

Tujuan: memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung pestisida melebihi nilai yang

ditetapkan.

g. Parameter Cemaran Logam Berat

Tujuan: memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak mengandung logam berat tertentu(Hg, Pb,

Cd, dll) melebihi nilai yang ditetapkan.

h. Parameter Cemaran Mikroba

Tujuan: memberikan jaminan bahwa ekstrak tidak boleh mengandung mikroba pathogen dan

tidak mengandung mikroba non pathogen melebihi batas yang ditetapkan.

• Parameter Spesifik

a. Parameter Identifikasi Ekstrak

Tujuan: memberikan identitas obyektif dari nama dan senyawa spesifik yang dikandung

ekstrak.

b. Parameter Organoleptik Ekstrak

Tujuan: mengetahui bentuk, warna, bau dan rasa.

Contoj:

Bentuk: padat, serbuk kering, kental, cair

Warna: kuning, coklat dll

Bau: aromatic, tidak berbau dll

Rasa: pahit, manis, kelat dll

c. Parameter Senyawa Terlarut dalam Pelarut Tertentu

Tujuan: memberikan gambaran awal jumlah senyawa kandungan.

• Kandungan Kimia Ekstrak

a. Pola kromatogram

Tujuan: memberikan gambaran awal komposisis kandungan kimia berdasarkan pola

kromatogram (KLT, KCKT, KG)

Page 5: Fala Von

Prosedur:

Penyiapan larutan uji: ekstrak ditimbang dan diekstraksi berturut-turut dengan pelarut heksane,

etil asetan, etanol dan air. Dapat dilakukan dengan pengocokan selama 15 menit atau dibantu

dengan pemanasanà disaring untuk mendapatkan larutan uji.

Pemeriksaan: Umumnya dibuat pada lempeng silika gel dengan berbagai fase gerak.

b. Kadar Total Golongan Kandungan Kimia

Tujuan: memberikan informasi kadar golongan kimia sebagai parameter mutu ekstrak dalam

kaitannya dengan efek farmakologis.

1. Penetapan Kadar Minyak Atsiri

Menggunakan destilasi stahlàbaca minyak atsiri yang tertampung pada buret sebagai % b/v

minyak atsiri dalam simplisia.

2. Penetapan Kadar Steroid

Larutan Baku: timbang seksama 1mg sitosterolà +etanol P yang ditambahkan secara

bertingkatàlarutkan dan diperoleh kadar secara bertingkat 5µg, 10µg dan 20µg per ml.

Larutan uji: timbang seksama 1g ekstrakà +20 ml etanolàlarutkan dalam labu takaràdilakukan

3x.

Dalam labu 1,2 dan 3 (sebagai blanko) +2 ml campuran etanol P dan tetrametil ammonium

hidroksida LP (9:1)àcampuràdiamkan 90 menit

Ukur serapan yang diperoleh dari larutan uji dan larutan baku pada panjang gelombang 525nm.

3. Penetapan Kadar Tanin

2g ekstrak ditimbang dengan seksama dipanaskan dengan 50ml air mendidih di atas wb selama

30 menit sambil diadukàdiamkanàtuangkan melalui kapas ke dalam labu takar yang sama. ß

ulangi beberapa kali hingga larutan dapa direaksikan dengan besi (III) ammonium sulfat tidak

menunjukan adanya tanin. Dinginkan cairan+air ad 250ml, pipet 25ml larutan ke dalam labu takar

1000ml,+ 250ml air dan 25ml indigo sulfonat LPàtitrasi dengan KMnO4 0,1N hingga larutan

berwarna kuning emas, 1ml KMnO4 0,1N setara dengan 0,004157 g tannin. Lakukan percobaan

blanko.

Asam indigo sulfonat LP:

1g indogo karmin P+25ml asam sulfat pàlarutkan, +25ml Asam sulfat P lagià+air ad

1000mlßlarutan ke air.

4. Penetapan Kadar Flavonoid

200mg simplisia ditimbang secara seksamaàlabu alas bulat +1ml larutan 0,5 % b/v

heksametilentetramina, 20ml aseton dan 2ml larutan 25% HCl dalam air.à hidrolisis dengan

pemanasan ad mendidih (menggunakan pendingin refluks) selama 30 menitàsaring

Page 6: Fala Von

menggunakan kapas ke dalam labu ukur 100ml. Residu+20ml aseton dan dididihkan kembali

sebentar (2x), filtrat hidrolisa dimasukan corong pisah+20ml airàekstraksi kocok pertama

dengan 15ml etil asetat ke dalam labu ukur 50ml kemudian ditambahkan etil asetat ad 50ml.

(lakukan 3-4 kali untuk replikasi)

5. Penetapan Kadar Saponin

Larutan dapar fosfat pH 7,4: 16g Natrium fosfat P yang telah dikeringkan pada suhu 130 oC

hingga bobot tetap+4,4 g Natrium dihidrogen fosfat P dalam 1000ml, + 0,1g Natrium fluoride

P>>untuk stabilitas.

Suspensi darah: 10ml larutan Natrium Sulfat 3,65% àlabu takar bersumbat kaca 100mlàcampur

ad homogen (stabil selama 7 hari dalam lemari pendingin).àpipet 2ml larutan ke dalam labu

takar bersumbat kaca 100ml +dapar fosfat pH 7,4 ad 100mlàcampur ad homogenàdapat

digunakan apabila jernih atau ada endapan ungu.

0,5g ekstrak +50ml dapar fosfat pH 7,4àcampurkan dan panaskan sebentaràdinginkan.

Apabila mengandung tanin encerkan 0,2ml filtrat +0,8ml larutan dapar fisfat pH4àcampur

dengan 1ml suspensi darahàdiamkan 30 menit apabila terjadi hemolisa total menunjukan adanya

saponin.

Kadar saponin dalam ekstrak dapat ditetapkan dengan melakukan berbagai pengenceran filtrat

dan diamati kadar yang masih menghasilkan hemolisa total. Yang dibandingkan degnan saponin

pembanding.

6. Penetapan Kadar Alkaloid

1g ekstrakàcorong pisah 125ml pertama +20 ml asam sulfat P (1dalam 350ml)àkocok kuat

selama 5 menit +20ml eter Pàkocok hati-hatiàsaring lapisan asam ke dalam corong pisah

125ml kedua dan buang lapisan eterà+ 10ml Natrium Hidroksida LP dan 50ml eter Pàkocok

hati-hatiàpindah lapisan air ke dalam corong pisah 125ml ketiga yang telah berisi 50ml eter

Pàkocok pelanàbuang lapisan air, cuci lapisan eter pada corong pisah kedua dan ketiga

berturut-turut dengan 20ml airàbuang lapisan airàekstraksi kedua lapisan eter masing-masing

dengan 20ml dan 5ml larutan asam sulfat P (1 dalam 70). Lakukan ekstraksi pada corong pisah

ketiga dulu baru yang kedua. Campur ekstrak dalam labu ukur 50ml, encerkan dengan asam

sampai tanda.

Lakukan hal yang sama pada 25mg alkaloid pembanding yang tersedia.

Encerkan masing-masing 5ml larutan uji dan larutan pembanding dengan larutan asam sulfat P (1

dalam 70) ad 100ml dan tetapkan serapan tiap larutan pada panjang gelombang tertentu

menggunakan larutan asam sulfat P (1 dalam 70) sebagai blanko.

7. Penetapan Kadar Antrakinon

Page 7: Fala Von

0,1g ekstrakàkocok dengan 10ml air panas selama 5menitàsaring panasàdinginkan

filtratàekstraksi dengan 10ml benzeneàpisahkan lapisan benzene.

Pada lapisan air + 10ml larutan ferri klorida 5% dan 5ml asam kloridaàpanaskan pada penangas

air selama 10menit di dalam tabung refluksà Dinginkanàekstraksi dengan 10ml

benzeneàuapkan cairan hingga habis pada cawan porselain dengan pemanasan lemah.

Residu+5ml Kalium hidroksida 5% dalam metanolàlarutkan.

Ukur serapan pada 515nm.

Hitung kadar total antrakinon glikosida berdasarkan kurva baku antrakinon pembanding.

c. Kadar senyawa Kimia tertentu.

Tujuan: memberikan data kadar kandungan kimia tertentu sebagai senyawa identitas atau

senyawa yang diduga.

Nama Daerah: (Ahmad, 2007)

Sumatra: Kunyet (Aceh), Hunik (Batak), Undre (Nias)

Jawa: Kunyir, Koneng (Sunda), Kunir (Jawa)

Kalimantan: Kunit, Janar (Banjar), Cahang (Dayak)

Sulawesi: Kuni (Toraja), Kunyi (Makasar)

Irian: Rame, Mingguai

Page 8: Fala Von

Klasifikasi : (Ahmad, 2007)

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Classis : Monocotyledonae

Ordo : Zingiberales

Familia : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma domestica

Simplisia

Page 9: Fala Von

Curcumae domesticae Rhizoma (MMI I, 1977)

Kandungan senyawa

Minyak atsiri 3-5%, kurkumin, desmetoksikurkumin, bidesmetoksikurkumin, pati, tannin

dan dammar. (MMI I, 1977)

Kegunaan

-Penggunaan Kholagogum. (MMI I, 1977)

-Efek zat aktif (dalam rimpang): (Ahmad, 2007)

o caffeic acid: merangsang semangat, penyegar, mengurangi rasa lelah, antiradang,

anti kejang, antioksidan.

o L-a & L-b-curcumae: penyegar

o Guanicol ;menurunkan kepekaan syaraf peraba, menekan batuk

o Protochatechuic acid: merangsang daya tahan tubuh,

o Ukonan A, B, C dan D: merangsang daya tahan, stamina dan kekebalan tubuh.

o Zingiberene; feromon(zat pengharum obat dan makanan).

Pemerian (MMI I, 1977)

bau khas aromatik; rasa agak pahit, agak pedas, lama kelamaan menimbulkan rasa tebal.

Pemeriksaan Makroskopik (MMI I, 1977)

Kepingan: Ringan, rapuh, warna kuning jingga kecoklatan; bentuk hampir bundar sampai

bulat panjang, kadang-kadang bercabang; lebar 0,5 cm sampai 3 cm, panjang 2 cm sampai 6 cm,

tebal 1mm sampai 5mm; umumnya melengkung tidak beraturan, kadang-kadang terdapat

pangkal upih daun dan pangkal akar.

Batas korteks dan silinder pusat kadang-kadang jelas.

Berkas patahan: agak rata, berdebu, warna kuning jingga sampai coklat kemerahan.

Page 10: Fala Von

Pemeriksaan Mikroskopis (MMI I, 1977)

Epidermis:

satu lapis

sel, pipih

berbentuk

poligonal,

dinding sel

menggabus.

Rambut penutup: berbentuk kerucut, lurus atau agak bengkok; panjang 250 µm sampai

890 µm, dinding tebal.

Hipodermis: terdiri dari beberapa lapis sel terentang tangensial , dinding sel menggabus.

Periderm: terdiri dari 6 lapis sampai 9 lapis sel berbentuk segi panjang, dinding

menggabus.

Korteks dan silibder pusat: parenkimatik, terdiri dari sel-sel besar, penuh berisi pati

Butir pati: tunggal, bentuk lonjong atau bulat telur dengan satu ujung mempunyai

tonjolan atau berbentuk bulat sampai hampir segitiga dengan satu sisi membulat; lamela kurang

jelas; hilus yang kurang jelas terdapat pada tonjolan di ujung butir; panjang 10 µm sampai 60

µm, umumnya 20 µm sampai 40 µm, lebar 10 µm sampai 28 µm, umumnya 14 µm sampai 20

µm.

Sel sekresi: banyak tersebar, bentuk bulat atau lonjong berisi minyak berwarna kuning

jingga yang sebagian mendamar dan berwarna coklat kekuningan; pada penambahan besi (III)

klorida LP warna menjadi lebih tua.

Berkas pembuluh: kolateral, tersebar tidak beraturan pada korteks dan pada silinder

pusat, berkas pembuluh dibawah endodermis tersusun dalam lingkaran, kadang-kadang berkas

pembuluh dikelilingi sel parenkim yang tersusun menjari; pembuluh kayu umumnya terdiri dari

pembuluh tangga dan pembuluh jala, lebar 20 µm sampai 80 µm, tidak berlignin.

Endodermis: terdiri dari 1 lapis sel terentang tangensial, dinding radial menebal, tidak

terdapat pati.

Page 11: Fala Von

Serbuk: warna kuning sampai kuning jingga. Fragmen pengenal adalah butir pati;

gumpalan tidak beraturan zat berwarna kuning sampai kuning coklat; parenkim dengan sel

sekresi; fragmen pembuluh tangga dan pembuluh jala; fragmen rambut penutup warna kuning;

tidak terdapat serabut.

Cara Identifikasi (MMI I, 1977)

a. Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna merah darah.

b. Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam sulfat 10N; terjadi warna coklat.

c. Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P; terjadi warna

coklat.

d. Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v;

terjadi warna jingga.

e. Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes amonia (25%) P; terjadi warna merah

jingga.

f. Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi

warna coklat.

g. Pada 2mg serbuk rimpang tambahkan 5 tetes larutan timbal (II) asetat P 5% b/v; terjadi

warna merah jambu.

Cara KLT Kunyit: (MMI I, 1977)

Mikrodestilasikan 20mg serbuk rimpang pada suhu 240 o selama 90 detik menggunakan

tanur TAS, tempatkan hasil mikrodestilasi pada titik pertama dari lempeng KLT silica gel

GF254P. Timbang 300 mg serbuk rimpang, campur dengan 5 ml methanol P dan panaskan

dalam penangas air selama 2 menit, dinginkan, saring, cuci endapan dengan methanol P

secukupnya sehingga dipertoleh 5ml filtrate. Pada titik kedua dari lempeng KLT tutulkan 20 µL

filtrate dan pada jarak rambat 15cm, keringkan lempeng di udara selama 10 menit, eluasi lagi

dengan benzene P dengan arah eluasi dan jarak rambat yang sama. Amati dengan sinar biasa dan

dengan sinar ultraviolet 366 nm. Semprot lempeng dengan anisaldehida-asam sulfat LP,

panaskan pada suhu 110o selama 10 menit, amati dengan sinar biasa dan dengar sinar ultraviolet

366 nm.

Kadar abu. Tidak lebih dari 9%.

Page 12: Fala Von

Kadar abu yang tidak larut dalam asam. Tidak lebih dari 1,6%

Kadar sari yang larut dalam air. Tidak kurang dari 15%.

Kadar sari yang larut dalam etanol. Tidak kurang dari 10%.

Bahan organic asing. Tidak lebih dari 2%

Penyimpanan dalam wadah tertutup baik.

pH kunyit 6.38-6.78 (Ahmad, 2007)

Titik leleh kurkumin 176-177C

Kurkumin larut dalam etanol atau aseton tidak larut dalam air