FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM...
Transcript of FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM...
EVALUASI PENGARUH
LEMBAGA KONSULTASI DAN BANTUAN HUKUM
TERHADAP PENGEMBANGAN PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
PADA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Peneliti:
Dr. DJAWAHIR HEJAZZIEY, SH., MA, MH.
DRS. H. ABD. BASIQ DJALIL, SH., MA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013 M
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kami, khususnya, para
peneliti dapat merampungkan penelitian ini tepat pada waktunya. Shalawat dan
salam kita sampaikan kepada junjungan nabi besar Muhammad Rasulillah SAW.
Yang telah mengentaskan manusia dari kegelapan menuju pada pencerahankami.
Penelitian yang berjudul “Evaluasi Pengaruh Lembaga Konsultasi dan Bantuan
Hukum terhadap Pengembangan Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah
Dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”ini, mudah-mudahan akan
memberikan manfaat, khusunya bagi pengembangan program studi Ilmu Hukum
fakultas syariah dan hukum yang di lingkungan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selanjutnya tak lupa ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya disampaikan
kepada kawan-kawan yang ada di Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, semoga kita semua senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT., dan
Allah akan menerima semua aktifitasnya sebagai ibadah yang mulia. Kami
menyadari bahwa penelitian ini masih ada kekurangan disana sini, dan tentu tidak
akan memberikan kepuasan kepada semua pihak. Oleh karena itu kritik dan saran
dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan penelitian ini.
Akhir kata, kami sampaikan pula terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan penelitian ini dari awal sampai akhir.
Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi dan meridhai segala usaha kita.
Amin, Yaa Rabbal „alamin.
Jakarta, Oktober 2013
Peneliti
3
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
D. Metode Penelitian
E. Sistematika Penulisan
1
15
16
17
21
BAB II. LANDASAN TEORITIS
A. Definisi Lembaga Konsultasi
B. Definisi Bantuan Hukum
C. Fungsi danTujuan dari Pemberian Bantuan Hukum
D. Dasar Hukum lembaga bantuan dan konsultasi hukum
E. Ketentuan-ketentuan Bantuan Hukum Berdasarkan UU No.
16 Tahun 2011
F. Keberadaan LKBH dengan Undang-Undang Advokad
G. Tri Dharma Perguruan Tinggi
H. Profil Lembaga Konsultasi Dan Bantuan Hukum FSH
22
27
35
37
39
49
53
55
BAB III. PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
A. Sejarah Berdirinya Fakultas Syariah dan Hukum
B. Visi, Misi dan Tujuan Fakultas Syariah dan Hukum
C. Tokoh-tokoh yang Pernah Memimpin Fakultas Syariah
D. Program Studi di Fakultas Syariah
E. Deskripsi Program Studi Ilmu Hukum
59
62
64
69
87
BAB IV. ANALISA PENGARUH LEMBAGA BANTUAN HUKUM
TERHADAP PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
4
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
A. Kegiatan yang pernah dilaksanakan dan kasus yang pernah
ditangani Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum FSH
B. Perkembangan LKBH 2008 sampai 2013
C. Pengaruh LKBH terhadap Perkembangan Program Studi Ilmu
Hukum
99
101
102
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran-saran
108
108
DAFTAR PUSTAKA 110
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas
rangkaian kekuasaan kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan
dalam bidang politik, ekonomi dan masyarakat dalam berbagai cara dan
bertindak. Selain itu sebagai perantara utama dalam hubungan sosial antar
masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang
berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum
menyediakan kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi
manusia dan memperluas kekuasaan politik serta cara perwakilan di mana
mereka yang akan dipilih. Administratif hukum digunakan untuk meninjau
kembali keputusan dari pemerintah, sementara hukum internasional mengatur
persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari perdagangan
lingkungan peraturan atau tindakan militer. Filusuf Aristotles menyatakan
bahwa “Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik dari pada dibandingkan
dengan peraturan tirani yang merajalela”.
Hukum dapat dibagi dalam berbagai bidang, antara lain hukum
pidana/hukum publik, hukum perdata/hukum pribadi, hukum acara, hukum
tata negara, hukum administrasi negara/hukum tata usaha negara, hukum
internasional, hukum adat, hukum islam, hukum agraria, hukum bisnis, dan
hukum lingkungan. Ada berbagai jenis sistem hukum yang berbeda yang
dianut oleh negara-negara di dunia pada saat ini, antara lain sistem hukum
Eropa Kontinental, common law system, sistem hukum Anglo-Saxon, sistem
hukum adat, sistem hukum agama.
Hukum pidana termasuk pada ranah hukum publik. Hukum pidana
adalah hukum yang mengatur hubungan antar subjek hukum dalam hal
perbuatan - perbuatan yang diharuskan dan dilarang oleh peraturan perundang-
6
undangan dan berakibat diterapkannya sanksi berupa pemidanaan dan/atau
denda bagi para pelanggarnya.
Dalam hukum pidana dikenal 2 jenis perbuatan yaitu kejahatan dan
pelanggaran.
1. Kejahatan ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan
peraturan perundang - undangan tetapi juga bertentangan dengan
nilai moral, nilai agama dan rasa keadilan masyarakat. Pelaku
pelanggaran berupa kejahatan mendapatkan sanksi berupa
pemidanaan, contohnya mencuri, membunuh, berzina, memperkosa
dan sebagainya.
2. Sedangkan pelanggaran ialah perbuatan yang hanya dilarang oleh
peraturan perundangan namun tidak memberikan efek yang tidak
berpengaruh secara langsung kepada orang lain, seperti tidak
menggunakan helm, tidak menggunakan sabuk pengaman dalam
berkendaraan, dan sebagainya.
Di Indonesia, hukum pidana diatur secara umum dalam Kitab
Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), yang merupakan peninggalan dari
zaman penjajahan Belanda, sebelumnya bernama Wetboek van Straafrecht
(WvS). KUHP merupakan lex generalis bagi pengaturan hukum pidana di
Indonesia dimana asas-asas umum termuat dan menjadi dasar bagi semua
ketentuan pidana yang diatur di luar KUHP (lex specialis)
Hukum perdata merupakan Salah satu bidang hukum yang mengatur
hubungan-hubungan antara individu-individu dalam masyarakat dengan
saluran tertentu. Hukum perdata disebut juga hukum privat atau hukum sipil.
Salah satu contoh hukum perdata dalam masyarakat adalah jual beli rumah atau
kendaraan.
Hukum perdata dapat digolongkan antara lain menjadi:
1. Hukum Keluarga
2. Hukum Harta Kekayaan
7
3. Hukum Benda
4. Hukum Perikatan
5. Hukum Waris
Untuk tegaknya hukum materiil diperlukan hukum acara atau sering
juga disebut hukum formil. Hukum acara merupakan ketentuan yang mengatur
bagaimana cara dan siapa yang berwenang menegakkan hukum materiil dalam
hal terjadi pelanggaran terhadap hukum materiil. Tanpa hukum acara yang
jelas dan memadai, maka pihak yang berwenang menegakkan hukum materiil
akan mengalami kesulitan menegakkan hukum materiil. Untuk menegakkan
ketentuan hukum materiil pidana diperlukan hukum acara pidana, untuk hukum
materiil perdata, maka ada hukum acara perdata. Sedangkan, untuk hukum
materiil tata usaha negara, diperlukan hukum acara tata usaha negara. Hukum
acara pidana harus dikuasai terutama oleh para polisi, jaksa, advokat, hakim,
dan petugas Lembaga Pemasyarakatan.
Hukum acara pidana yang harus dikuasai oleh polisi terutama hukum
acara pidana yang mengatur soal penyelidikan dan penyidikan, oleh karena
tugas pokok polisi menrut hukum acara pidana (KUHAP) adalah terutama
melaksanakan tugas penyelidikan dan penyidikan. Yang menjadi tugas jaksa
adalah penuntutan dan pelaksanaan putusan hakim pidana. Oleh karena itu,
jaksa wajib menguasai terutama hukum acara yang terkait dengan tugasnya
tersebut. Sedangkan yang harus menguasai hukum acara perdata. termasuk
hukum acara tata usaha negara terutama adalah advokat dan hakim. Hal ini
disebabkan di dalam hukum acara perdata dan juga hukum acara tata usaha
negara, baik polisi maupun jaksa (penuntut umum) tidak diberi peran seperti
halnya dalam hukum acara pidana. Advokatlah yang mewakili seseorang untuk
memajukan gugatan, baik gugatan perdata maupun gugatan tata usaha negara,
terhadap suatu pihak yang dipandang merugikan kliennya. Gugatan itu akan
diperiksa dan diputus oleh hakim. Pihak yang digugat dapat pula menunjuk
seorang advokat mewakilinya untuk menangkis gugatan tersebut.
8
Tegaknya supremasi hukum itu sangat tergantung pada kejujuran para
penegak hukum itu sendiri yang dalam menegakkan hukum diharapkan benar-
benar dapat menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Para
penegak hukum itu adalah hakim, jaksa, polisi, advokat, dan petugas Lembaga
Pemasyarakatan. Jika kelima pilar penegak hukum ini benar-benar
menegakkan hukum itu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah
disebutkan di atas, maka masyarakat akan menaruh respek yang tinggi terhadap
para penegak hukum. Dengan semakin tingginya respek itu, maka masyarakat
akan terpacu untuk menaati hukum.
Ada berbagai jenis sistem hukum yang berbeda yang dianut oleh
negara-negara di dunia pada saat ini, antara lain sistem hukum Eropa
Kontinental, common law system, sistem hukum Anglo-Saxon, sistem hukum
adat, sistem hukum agama.
1. Sistem hukum Eropa Kontinental adalah suatu sistem hukum
dengan ciri-ciri adanya berbagai ketentuan-ketentuan hukum
dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan ditafsirkan
lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya. Hampir 60% dari
populasi dunia tinggal di negara yang menganut sistem hukum ini.
Sistem hukum umum adalah suatu sistem hukum yang digunakan
di Inggris yang mana di dalamnya menganut aliran frele recht lehre
yaitu dimana hukum tidak dibatasi oleh undang-undang tetapi
hakim diberikan kebebasan untuk melaksanakan undang-undang
atau mengabaikannya.
2. Sistem Anglo-Saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan
pada yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu
yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya.
Sistem hukum ini diterapkan di Irlandia, Inggris, Australia,
Selandia Baru, Afrika Selatan, Kanada (kecuali Provinsi Quebec)
dan Amerika Serikat (walaupun negara bagian Louisiana
mempergunakan sistem hukum ini bersamaan dengan sistem
9
hukum Eropa Kontinental Napoleon). Selain negara-negara
tersebut, beberapa negara lain juga menerapkan sistem hukum
Anglo-Saxon campuran, misalnya Pakistan, India dan Nigeria yang
menerapkan sebagian besar sistem hukum Anglo-Saxon, namun
juga memberlakukan hukum adat dan hukum agama.
3. Sistem hukum anglo saxon, sebenarnya penerapannya lebih mudah
terutama pada masyarakat pada negara-negara berkembang karena
sesuai dengan perkembangan zaman.Pendapat para ahli dan
prakitisi hukum lebih menonjol digunakan oleh hakim, dalam
memutus perkara.
4. Hukum Adat adalah seperangkat norma dan aturan adat/kebiasaan
yang berlaku di suatu wilayah. Misalnya di perkampungan
pedesaan terpencil yang masih mengikuti hukum adat. dan
memiliki sanksi sesuai dengan aturan hukum yang berlaku di
wilayah tertentu.
5. Sistem hukum agama adalah sistem hukum yang berdasarkan
ketentuan agama tertentu. Sistem hukum agama biasanya terdapat
dalam Kitab Suci.
Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum
Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut,
baik perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental,
khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang
merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-
Indie). Hukum Agama, karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut
Islam, maka dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih banyak terutama di
bidang perkawinan, kekeluargaan dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga
berlaku sistem hukum Adat yang diserap dalam perundang-undangan atau
yurisprudensi yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari
masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah Nusantara.
10
Namun ternyata masyarakat banyak yang tidak tau tentang hukum
yang berlaku di Indonesia. Selain itu banyak juga yang tidak sadar hukum.
Masih banyak pelanggaran hukum yang terjadi di masyarakat. Maka dari itu
Profesi advokat lahir dari masyarakat untuk masyarakat yang di dorong oleh
hati nuraninya untuk berkiprah menegakkan hukum dan keadilan serta
mewujudkan supremasi hukum sedapat mungkin dalam semua aspek
kehidupan.
Profesi advokat/penasehat hukum adalah profesi yang mulia dan
terhormat (offium nobile), menjalankan tugas pekerjaan menegakkan hukum di
pengadilan bersama jaksa dan hakim (official’s of the court) dimana dalam
tugas pekerjaannya dibawah lindungan hukum dan undang-undang yang
dalam hal ini adalah UU no. 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Jika profesi
advokat telah diatur dengan suatu UU maka agar jelas kiprah dan fungsi serta
perannya ditengah lapisan masyarakatnya khusus pencari keadilan. Advokat
perannya ditengah hukum harus mampu mengoreksi dan mengamati putusan
dan tindakan para praktisi hukum lainnya dan hal ini dibenarkan hukum dan
perundang-undangan.
Advokat setiap nafasnya, harus tanggap terhadap tegaknya hukum dan
keadilan ditengah lapisan masyarakat, dengan menghilangkan rasa takut
kepada siapapun dengan tidak membeda-bedakan tempat, etnis, agama,
kepercayaan, miskin atau kaya dan lain-lain. Intinya adalah memberi bantuan
hukum setiap saat, demi tegaknya hukum keadilan. Advokat/penasehat hukum
juga mempunyai kewajiban untuk memberikan bantuan hukum secara cuma-
cuma (prodeo) bagi orang yang tidak mampu, baik dalam perkara perdata
maupun dalam perkara pidana bagi orang-orang yang disangka/didakwa
berbuat pidana baik pada tingkat penyidikan maupun dimuka pengadilan yang
oleh pengadilan diperkenankan beracara secara cuma-cuma.
Dalam memberikan bantuan secara cuma-cuma maka dibentuklah
Lembaga Bantuan Hukum (LKBH) untuk golongan miskin dan dapat
ditafsirkan sebagai salah satu usaha agar hukum dapat berperan sebagai
11
pengisi kemajuan pembangunan (dengan sasaran keadaan yang lebih tertib dan
pasti untuk lancarnya usaha pembangunan). Perlu dikembangkan suatu cara
bantuan hukum yang efektif dan melembaga bagi yang tersangkut perkara,
terutama sifat untuk golongan masyarakat yang kurang mampu. Maksud
didirikannya Lembaga Bantuan Hukum tersebut adalah :
1. Memberikan bantuan hukum secara cuma-cuma kepada masyarakat luas
yang tidak mampu
2. Menumbuhkan, mengembangkan serta meninggikan kesadaran hukum dari
masyarakat umumnya dan khususnya kesadaran akan hak-haknya sebagai
subjek hukum
3. Memajukan hukum dan pelaksanaan hukum sesuai zaman (modernisasi)
Lembaga Bantuan Hukum di Indonesia sudah banyak di antaranya LKBH
Indonesia Bisa yang didirikan pada tanggal 05 Juli 2010, mengemban fungsi dan
peran yang kurang lebih sama dengan LKBH yang lain. Yakni penegakan supremasi
hukum kepada siapapun tanpa pandang bulu. Hukum sangat rentan dijadikan alat
oleh penguasa. Tarik menarik kepentingan antara politik dan hukum telah lama
menjadi polemic. Cibiran masyarakat bahwa hukum adalah produk politik dan oleh
karenanya rentan disalah gunakan (abuse of power) bukanlah tanpa alasan. Rentetan
kasus besar yang seolah tak terselesaikan seperti Bank Century, Bibit – Chandra
(KPK), Gayus Tambunan sang Mafia Pajak, Travel Check Miranda Gultom, dan
yang terbaru adalah Citibank dengan Inong Malinda Dee dan kematian Irzen Octa di
tangan Debt Collector nya adalah bukti nyata jauhnya penegakan hukum dengan
ekspektasi masyarakat.
LKBH IB memandang hal ini sebagai sesuatu yang sangat serius. Hukum
seolah – olah hanya diciptakan untuk “orang kecil”. Banyak kasus maling sendal,
pepaya bahkan anak dengan pulsa Rp. 10.000,- menjadi bukti nyata betapa kejamnya
hukum pada rakyat kecil, sedangkan untuk orang gede hanya pepesan kosong belaka.
Saya pernah mendengar seorang kawan advokat idealis yang nampaknya frustrasi
dengan penegakan hukum mengatakan dengan gaya becandanya yang khas : hukum
di negeri ini hanya dibuat untuk dua tipe orang. Tipe pertama orang miskin dan tipe
kedua orang bodoh. Anda termasuk yang mana? LKBH IB berkomitmen untuk
memberikan proteksi maksimal untuk orang kecil yang kata sebagian orang: miskin
12
dan bodoh. Bagi kami, mereka jauh lebih terhormat dibanding mereka yg hidup dari
tindakan nista memperakat hukum.1
LBH Duta Keadilan Indonesia, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Duta
Keadilan Indonesia disingkat YLBH-DKI adalah organisasi bantuan hukum yang
didirikan di Jakarta sejak Tahun 1999 dan telah dikuatkan dalam Akta Persekutuan
Perdata No. 54 tanggal, 15 April 2008 yang dibuat dihadapan MERI EFDA, Sarjana
Hukum, Notaris di Jakarta. Pada bulan Juli 2010 YLBH-DKI dengan Keputusan
Bersama Para Pendiri dan Pengurus Yayasan merubah dan memperbaharui nama
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Duta Keadilan Indonesia (YLBH-DKI) menjadi
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum dan Kemanusiaan Duta Keadilan Indonesia
(YLBHK-DKI) dan telah dikuatkan berdasarkan Akta Persekutuan Perdata No. 12
tanggal, 14 Juli 2010 dihadapan UUN GUNIARSIH, Sarjana Hukum, Notaris di
Jakarta.
Dalam menjalankan kerja-kerja dan program-programnya, YLBHK-DKI
bersandar pada nilai-nilai dasar organisasi, VISI dan MISI lembaga. YLBHK-DKI
bersama-sama dengan komponen-koponen masyarakat dan Bangsa Indonesia yang
lain berhasrat kuat akan berupaya sekuat tenaga agar di masa depan :
(1) Dapat mewujudkan suatu suatu sistem masyarakat hukum yang
terbina di atas tatanan hubungan sosial yang adil dan beradab/
berperikemanusiaan secara demokratis;
(2) Dapat terwujudnya suatu sistem hukum dan administrasi yang
mampu menyediakan tata-cara (prosedur-prosedur) dan lembaga-
lembaga melalui berbagai pihak yang dapat memperoleh dan
menikmati keadilan hukum (A fair and transparent
institutionalized legal-administrative system); dan
(3) Mewujudkan suatu sistem ekonomi, politik dan budaya yang
membuka akses bagi setiap pihak untuk turut menentukan setiap
keputusan yang berkenaan dengan kepentingan mereka dan
memastikan bahwa keseluruhan sistem itu tetap menghormati dan
1 Mardiman Sane., Fungsi dan Peran Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Bagi
Masyarakat, (Jakarta: http://www.indonesia-bisa.com/ top/ index.php? option=com
_content&view= article&id=213:fungsi-dan-peran-lembaga-konsultasi-dan-bantuan-hukum-bagi-
masyarakat-&catid=1:polhukam&Itemid=5) di akses 2 Agustus 2013
13
menjunjung tinggi HAM (An open political- economic system
with a culture that fully respects human rights);
YLBHK-DKI didirikan dengan tujuan:
1. Membantu dan memfasilitasi masyarakat yang membutuhkan
perhatian serta bersama-sama mencari upaya penyelarasan
sesuai dengan kemungkinan dan kemampuan yang tersedia.
2. Membangun kerjasama dengan lembaga-lembaga mitra baik di
tingkat lokal, nasional maupun internasional dalam
mengupayakan dihormati, dihargai dan dijunjung tinggi nilai-
nilai kemanusiaan dan hak-hak masyarakat.
3. Berdaya upaya menyebarluaskan dan mensosialisasikan akan
hak dan kewajiban masyarakat sehingga menciptakan tatanan
masyarakat yang adil dan damai.
4. Mewujudkan sistim hukum yang memberikan perlindungan
luas atas hak asasi manusia
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia atau disingkat YLBHI.
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia didirikan pada tanggal 26 Oktober
1970 atas inisiatif Dr. Adnan Buyung Nasution, S.H yang didukung penuh oleh Ali
Sadikin sebagai Gubernur Jakarta saat itu. Pendirian Lembaga Bantuan Hukum di
Jakarta diikuti dengan pendirian kantor-kantor cabang LBH di daerah seperti Banda
Aceh, Medan, Palembang, Padang, Bandar Lampung, Bandung, Semarang,
Surabaya, Yogyakarta, Bali, Makassar, Manado, Papua dan Pekanbaru. Saat ini
YLBHI memiliki 15 kantor cabang LBH di 15 Provinsi, dan 10 pos LBH di 10
Kabupaten.
YLBHI sebagai Yayayasan, didirikan dengan tujuan untuk mendukung
kinerja LBH yang tersebar di 15 Provinsi, dan saat ini dipimpin oleh Alvon Kurnia
Palma sebagai Ketua Badan Pengurus dan Prof. Dr. Toeti Heraty N. Rooseno
sebagai Dewan Pembina menggantikan Dr. Adnan Buyung Nasution yang diangkat
oleh Presiden sebagai anggota Dewan Pertimbangan Presiden tahun 2007.
Persoalan bantuan hukum terkait erat dengan kemiskinan struktural yang
terjadi di Indonesia, kemiskinan struktural membuat rakyat tidak mampu untuk
14
mengakses keadilan (bantuan hukum), berpijak dari kondisi tersebut YLBHI LBH
hadir untuk memberikan bantuan hukum dan memperjuangkan hak rakyat miskin,
buta hukum dan korban pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Semasa rezim
Soeharto (orde baru), peran YLBHI-LBH menjadi salah satu aktor kunci dalam
menentang dan menumbangkan rezim Otorianisme orde baru, selain itu YLBHI-
LBH menjadi simpul dan lokomotif bagi gerakan pro demokrasi di Indonesia. Selain
sebagai lembaga yang tetap konsisten memperjuangkan penegakan hukum,
demokrasi dan HAM, YLBHI juga menjadi tempat lahirnya organisasi masyarakat
sipil yang saat ini memegang peran penting sebagai gerakan penyeimbang negara.
ICW, Kontras, KRHN, Baku Bae, RACA, K3JHAM, adalah beberapa organisasi
masyarakat sipil yang dahulunya adalah desk-desk tersendiri dan dikelola langsung
oleh YLBHI.2
Selanjutnya adalah Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta didirikan atas
gagasan yang disampaikan pada Kongres Persatuan Advokat Indonesia (Peradin) ke
III tahun 1969. Gagasan tersebut mendapat persetujuan dari Dewan Pimpinan Pusat
Peradin melalui Surat Keputusan Nomor 001/Kep/10/1970 tanggal 26 Oktober 1970
yang isi penetapan pendirian Lembaga Bantuan Hukum Jakarta dan Lembaga
Pembela Umum yang mulai berlaku tanggal 28 Oktober 1970.
Pendirian LBH Jakarta yang didukung pula oleh Pemerintah Daerah (Pemda)
DKI Jakarta ini, pada awalnya dimaksudkan untuk memberikan bantuan hukum bagi
orang-orang yang tidak mampu dalam memperjuangkan hak-haknya, terutama rakyat
miskin yang digusur, dipinggirkan, di PHK, dan pelanggaran atas hak-hak asasi
manusia pada umumnya.
Lambat laun LBH Jakarta menjadi organisasi penting bagi gerakan pro-
demokrasi. Hal ini disebabkan upaya LBH Jakarta membangun dan menjadikan
nilai-nilai hak asasi manusia dan demokrasi sebagai pilar gerakan bantuan hukum di
Indonesia. Cita-cita ini ditandai dengan semangat perlawanan terhadap rezim orde
baru yang dipimpin oleh Soeharto yang berakhir dengan adanya pergeseran
kepemimpinan pada tahun 1998. Bukan hanya itu, semangat melawan ketidakadilan
terhadap seluruh penguasa menjadi bentuk advokasi yang dilakukan sekarang.
2 http://www.ylbhi.or.id, Sejarah, di akses 21 Agustus 2013
15
Semangat ini merupakan bentuk peng-kritisan terhadap perlindungan, pemenuhan
dan penghormatan Hak Asasi Manusia di Indonesia.
Hingga saat ini, LBH Jakarta telah menerima ribuan pengaduan dari
masyarakat. Terhitung mulai tahun 2002 hingga 2006 tercatat 5.718 kasus masuk,
dengan jumlah 96.681 orang terbantu. Banyaknya pengaduan yang masuk,
mengindikasikan kebutuhan masyarakat akan bantuan hukum. Oleh karenanya,
semoga situs ini dapat memberikan informasi lebih tentang kinerja LBH Jakarta serta
membantu penyelesaian permasalahan yang terjadi dimasyarakat. 3
Kisah awal mula berdirinya bantuan hukum kampus dimulai sejak tahun 50-
an. UI dan Unpad sudah mulai merintis upaya pemberian bantuan hukum kampus
sejak sekitar 1950-an. Sedangkan bantuan hukum di kampus Universitas
Tarumanegara, menurut Rochdianto, salah satu mantan staf di Pusat Penyuluhan
Konsultasi dan Bantuan Hukum Untar sudah dirintis sekitar tahun 1962.
Untuk menunjang keberadaan LBHK, masing-masing universitas memiliki
kebijakan yang berbeda-beda. UI memberikan dana bagi dosen-dosen yang aktif di
LKBH sebesar Rp.300.000,- per dosen. Sedangkan dana di Unpad cenderung lebih
kecil. Tiap-tiap dosen hanya diberikan Rp.25 ribu tiap bulannya, itupun belum
dipotong pajak.
Perbedaan jumlah dari kedua universitas negeri ini bisa disebabkan oleh
banyak hal, seperti pengalihan UI menjadi BHMN. Namun, sebenarnya, ada
Keputusan Menteri Kehakiman No.M01.UM.08.10 Tahun 1981 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Proyek Konsultasi bantuan Hukum Fakultas Hukum Negeri.
Dalam Kepmen tersebut, Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN)
ditunjuk sebagai badan yang menyelenggarakan proyek tersebut, termasuk
memberikan kucuran dana. LBHK akan menerima dana setelah selesai memberikan
jasa konsultasi dan atau bantuan hukum dengan persetujuan BPHN.
Tidak jelas apakah Kepmen itu saat ini masih berlaku atau sudah dicabut.
Ketua BPHN, Romli Atmasasmita ketika dihubungi, menyatakan tidak mengetahui
urusan pendanaan bagi universitas negeri. Tidak ada dana yang didistribusi untuk
bantuan hukum kampus, ujar Romli kepada hukumonline.
3 LBH Jakarta, Profil LBH, http://www.bantuanhukum.or.id di Akses 13 Agustus 2013
16
Bagi fakultas hukum universitas swasta, dana yangdikucurkan bagi LBHK
bervariasi. LBH Pengayoman Unpar mendapat alokasi dana sebesar Rp.500 ribu tiap
bulannya. Dana tersebut diberikan oleh Yayasan Unpar untuk menunjang kebutuhan
LBHK. Menurut Dewi, dana yang diberikan cukup untuk membeli kepentingan alat
tulis kantor dan biaya konsumsi apabila ada sidang yang harus dihadiri.4
Selain untuk melayani masyarakat, ada berbagai macam alasan untuk
mendirikan lembaga bantuan hukum kampus. Salah satunya adalah untuk
memberikan pengetahuan praktek dilapangan bagi mahasiswa fakultas hukum.
Perguruan tinggi sudah banyak yang mendirikan lembaga bantuan hukum
untuk membantu masyarakat yang tidak mampu dan untuk pembelajaran bagi
mahasiswa. Perguruan tinggi yang ada Lembaga bantuan Hukum diantaranya adalah
Trisakti mendirikan Lembaga Arbitrase Trisakti, Pendiriannya berdasarkan Surat
Keputusan Dekan Fakultas Hukum Universitas Trisakti Nomor 001/SKD/FH/I/2008,
tertanggal 07 Januari 2008 tentang Pembentukan Lembaga Arbitrase Fakultas
Hukum Universitas Trisakti.5
Universitas Atma Jaya Yogyakarta telah mendirikan Lembaga Bantuan dan
Konsultasi Hukum (LKBH) tepatnya pada 16 Januari 1981, seiring berjalannya
waktu nama Lembaga Bantuan dan Konsultasi Hukum (LKBH) diubah menjadi
Pusat Bantuan dan Konsultasi Hukum (PBKH), Pembentukan didasarkan dengan
adanya Surat Keputusan Rektor No.281 / SK /R / Per / Pers / UAJY / 5 / 85 tentang
pembakuan Pusat Bantuan Dan Konsultasi Hukum Fakultas Hukum Universitas
Atma Jaya Yogyakarta. Adapun kegiatan yang dilakukan adalah Pemberian
penyuluhan dan pengetahuan hukum diberbagai bidang hukum kepada masyarakat
umum, Melakukan kegiatan non litigasi serta mendukung segala upaya yang terkait
dengan kegiatan non litigasi, Mendukung perkuliahan praktek keahlian hukum baik
secara materiil maupun formil, Mengadakan pelatihan-pelatihan di bidang hukum
guna meningkatkan pengetahuan hukum bagi mahasiswa fakultas hukum maupun
masyarakat pada umumnya, Adanya kegiatan maupun pembantuan terhadap
peragaan Peradilan Semu, Memberikan kesempatan volunter dan magang bagi
mereka yang tertarik dibidang hukum (khususnya untuk non litigasi dan litigasi
4 http://www.hukumonline.com, Kiprah LBH Kampus Di Gilas roda waktu, di akses 12
Juli 2013 5 http://www.trisakti.ac.id/fh/?page=fasilitas&sw=lat, Lembaga Arbitrase risakti, di akses
23 Agustus 2013
17
dalam penanganan perkara), Menangani kasus-kasus hukum baik di pengadilan
maupun di luar pengadilan. (Sebagai laporan 1 tahun terakhir, Perkara Non Litigasi
yang telah ditangani sejumlah 2 Perkara, sedangkan Perkara Litigasi yang telah
ditangani sejumlah 24 Perkara.), Menyelenggarakan pertemuan ilmiah, diskusi bedah
kasus hukum yang actual.6 Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta mendirikan Lembaga Studi dan Bantuan Hukum (LSBH) dan Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Mendirikan Lembaga
Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH).
Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) Fakultas Syariah dan
Hukum (FSH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan pengembangan dari
lembaga serupa sebelumnya yang bernama Lembaga Bantuan Hukum (LBH)
Syahid. Lembaga ini dibentuk sejak tahun 2003 dan telah banyak berperan dalam
membantu masyarakat menyelesaikan berbagai problematika hukum, baik hukum
Islam maupun hukum positif di Indonesia pada umumnya.Seperti persoalan
perselisihan rumah tangga / perceraian, pembagian harta waris, sengketa waris,
pembagian harta gono-gini, sengketa perdata, kasus pidana, dan lain-
lain.(http://fsh-uinjkt.net)
Pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terdapat
lima program studi, 1 Program Double Degree dan 1 Program Magister. Lima
Program Studi Itu adalah yaitu Prodi Muamalat, Ahwal Syakhsiyyah, Perbandingan
Mazhab dan Hukum, Jinayah Siyasah, dan Prodi Ilmu Hukum. Adapun Lembaga
Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) merupakan Lembaga Fakultas Syariah Dan
Hukum bukan di bawah Program studi Ilmu Hukum. Dari sini muncul pertanyaan
apakah dan bagaimana peran Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH)
terhadap pengembangan Prodi Ilmu Hukum, bagaimana sistem kerja Lembaga
Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) apakah ada koordinasi dengan Program
studi Ilmu hukum, Bagaimana peran Fakultas dalam pengembangan LKBH yang
telah di Bentuknya, dan kerjasama dengan mana sajakah Lembaga Konsultasi dan
Bantuan Hukum (LKBH) FSH tersebut, dan sudah berapak kasus yang sudah di
tanganni oleh Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) FSH.
6 http://www.uajy.ac.id/penelitian-pengabdian/layanan-kepakaran/pusat-bantuan-dan-
konsultasi-hukum-pbkh/, Pusat Bantuan Dan Konsultasi Hukum, Di akses 12 September 2013
18
Karena banyaknya pertanyaan yang terjadi dengan pendirian Lembaga
Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) maka demi pengembangan Program Studi
Ilmu Hukum peneliti menganggap penting untuk melakukan penelitian dengan judul:
“Evaluasi Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum terhadap
Pengembangan Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah Dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Dikarenakan penulis dalam meneliti memiliki keterbatasan-keterbatasan
kemampuan, maka penelitian ini hanya akan dibatasi pada masalah pengaruh
Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) terhadap pengembangan program
studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini hanya akan menggunakan data primer dan data sekunder tentang
Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) dan program studi Ilmu Hukum
Fakultas Syariah dan Hukum.
Berdasarkan batasan masalah dan batasan penelitian diatas, maka untuk
mempermudah pembahasan penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut:
1. Kasus apa saja yang sudah ditangani Lembaga Konsultasi dan Bantuan
Hukum (LKBH) Fakultas Syariah dan Hukum UIN?
2. Bagaimana Pengembangan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum
(LKBH) Fakultas Syariah dan Hukum?
3. Bagaimana Pengaruh Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum
terhadap pengembangan Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang penulis lakukan ini adalah:
a. Mengetahui Kasus yang sudah di tangani Lembaga Konsultasi dan Bantuan
Hukum (LKBH) Fakultas Syariah dan Hukum UIN;
b. Mengetahui Pengembangan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum
(LKBH) Fakultas Syariah dan Hukum
19
c. Mengetahui Pengaruh Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum terhadap
pengembangan Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah
2. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat membawa daya guna bagi
berbagai pihak yang inheren berkaitan, yakni sebagai berikut:
a. Bagi Peneliti
1) Memperoleh tambahan pengetahuan yang relevan untuk meningkatkan
kompetensi, kecerdasan intelektual dan emosionalnya.
2) Meningkatkan kualitas Lulusan program Studi Ilmu Hukum Fakultas
Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta .
b. Bagi Institusi Pendidikan
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dan bahan referensi untuk memajukan Prodi Ilmu Hukum
dan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum(LKBH).
2) Sebagai pertimbangan untuk lebih memperkuat program studi ilmu
hukum dalam melaksanakan tugas pendidikan.
D. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian
bersifat penjelasan yang ada. Penelitian ini akan melukiskan strategi dalam
mengembangkan program studi ilmu hukum dan faktor yang mempengaruhi program
studi baik persoalan yang kelihatan maupun tidak yang dimaksudkan untuk
mengambil atau menarik kesimpulan yang berlaku umum.
Menurut Marzuki penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan
dengan melukiskan keadaan obyek atau persoalan yang tidak dimaksudkan untuk
mengambil atau menarik kesimpulan yang berlaku umum.7
Penelitian deskriptif (descriptive research) ini adalah metode penelitian yang
bertujuan untuk membuat pemaparan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
7 Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: BPFE-UII, 2001), h. 8.
20
fakta-fakta dan sifat-sifat pada objek penelitian sesuai dengan permasalahan yang
diteliti Penelitian Deskriptif yang dilakukan adalah Penelitian Deskriptif Eksploratif.
Menurut Suharsimi Arikunto, penelitian deskriptif eksploratif adalah metode
penggambaran dan penafsiran data mengenai keadaan di lapangan atau di tempat
penelitian. Tujuan dari penelitian deskriptif eksploratif adalah untuk membuat
gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fakta, sifat, dan hubungan antar
aspek yang diteliti baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Oleh karena itu,
penelitian dilakukan dalam upaya mengidentifikasi faktor lingkungan Kampus baik
internal maupun eksternal.8
2. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mengenai pengaruh di bentuknya Lembaga
Konsultasi dan bantuan Hukum Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta terhadap Pengembangan Prograrm Studi Ilmu Hukum.
3. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian akan dilakukan penulis pada Fakultas Syariah dan
Hukum yang berlokasi di :
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat Jakarta Website: www.uinjkt.ac.id email:
[email protected] telp. (62-21) 74711537
4. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Terdapat dua jenis data yang digunakan dalam penelitian yaitu data primer
dan sekunder.
1) Data primer; yaitu data yang diperoleh secara langsung dari nara sumber,
dan belum melalui proses pengolahan sebelumnya.
2) Data sekunder; yaitu data yang telah diolah sebelumnya dan diperoleh
melalui proses pengolahan sebelumnya.
8 Arikonto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta, 2002), Edisi Revisi V, hal. 209.
21
b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam proses pengumpulan data antara lain :
a) Primer: Data yang diperoleh dari hasil observasi dengan media
kuesioner yang diisi oleh para responden yaitu para dosen dan
mahasiswa;
b) Sekunder: Data yang diperoleh dari data internal Fakultas seperti
data dosen, data mahasiswa dan konsentrasi maupun program studi.
2) Data eksternal; data yang diperoleh menyangkut tentang penelitian dari
referensi lain. Data yang dimaksud adalah data yang diperoleh dari surat
kabar, jurnal, majalah buku dan artikel yang memuat tentang informasi
perbankan syariah.
5. Metode Dan Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data merupakan salah satu tahapan dalam penelitian
yang menentukan tingkat keakuratan hasil penelitian. Proses pengumpulan data yang
sistematis akan membantu dalam proses penelitian selanjutnya. Proses pengumpulan
data ditentukan oleh metode dan tehnik pengumpulan data. Menurut Marzuki terdapat
tiga metode pengumpulan data, yaitu sensus, sampling dan case study.9
Metode pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah
case study (studi kasus) pada Fakultas Syariah dan Hukum. Tehnik pengumpulan
data merupakan prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data
kuantitatif dan kualititatif.
Adapun teknik yang digunakan yaitu:
a. Kuesioner
Yakni dengan cara mengajukan daftar pertanyaan berupa angket
yang setiap pertanyaan sudah disediakan jawaban untuk dipilih.
b. Dokumentasi
Yakni mencari data-data mengenai permasalahan yang diteliti
melalui data documenter fakultas baik yang ada di perpustakaan
fakultas maupun ditempat yang lainnya.
9 Marzuki, op.cit., hal. 12.
22
c. Studi pustaka
Yakni melakukan studi literatur terhadap buku-buku yang relevan, surat
kabar, majalah, jurnal, artikel maupun penelitian atau tulisan ilmiah yang berkaitan
dengan penelitian ini.
6. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel
aksidental, dimana termasuk dalam teknik pengambilan sampel non-acak. Yaitu,
sampel yang diambil dari siapa saja yang kebetulan ada, Peneliti cukup membagikan
kuesioner. Dengan kata lain penarikan sampel aksidental menekankan pada
pertimbangan karakteristik tertentu dari subjek penelitiannya.10
7. Metode Analisis Data
Untuk menganalisa data yang terkumpul penulis memakai metode sebagai
berikut:
a. Contens analisis(riset dokumentasi), karena pengumpulan data dan
informasi akan dilakukan pengujian arsip dan dokumen.
b. Deskriptif analisis, karena akan menguraikan sifat atau karakteristik dari
suatu fenomena tertentu untuk mengumpulkan fakta dan menguraikannya
secara menyeluruh sesuai dengan persoalan yang akan di pecahkan serta
memerikas sebab-sebab dari suatu gejala tertentu11
.
8. Hipotesis
H1 : ada pengaruh Lembaga Bantuan dan Konsultasi Hukum (LKBH)
terhadap Pengembangan program studi Ilmu Hukum
Ho : Tidak ada pengaruh Lembaga Bantuan dan Konsultasi Hukum
(LKBH) terhadap Pengembangan program studi Ilmu Hukum
E. Sistematika Penulisan
Adapun penulis menggunakan sistematika penulisan sebagai berikut:
10
Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metode Penelitian Untuk Ekonomi Dan Bisnis,
(Yogyakarta : UPP AMP YKPN, 2003), hal.119 11
lexy J. Maleong, Metode Penelitian kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2002). 18
23
BAB I, PENDAHULUAN
Yaitu meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II, Landasan Teoritis
Yang membahas Definisi Lembaga Konsultasi, Definisi Bantuan Hukum,
Fungsi dan Tujuan dari Pemberian Bantuan Hukum, Dasar Hukum
lembaga bantuan dan konsultasi hukum, Keberadaan LKBH dengan
Undang-Undang Advokad, Tri Dharma Perguruan Tinggi.
BAB III, Program Studi Ilmu hukum
Memaparkan tentang Sejarah Berdirinya Fakultas Syariah dan Hukum,
Visi, Misi dan Tujuan Fakultas Syariah dan Hukum, Tokoh-tokoh yang
Pernah Memimpin Fakultas Syariah, Program Studi di Fakultas Syariah,
Program Studi Ilmu Hukum.
BAB IV, ANALISIS HASIL PENELITIAN
Bab ini memaparkan Peranan LKBH, pengaruh dan Korelasi LKBH
Terhadap Pengembangan Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Syariah
Dan Hukum.
BAB V, PENUTUP
Meliputi kesimpulan dan saran.
24
BAB II
LEMBAGA KONSULTASI DAN BANTUAN HUKUM
I. Lembaga Konsultasi
1. Definisi Lembaga
Secara bahasa lembaga adalah badan (organisasi) yang tujuannya
melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan suatu
usaha.12
Istilah “lembaga”, menurut Ensiklopedia Sosiologi diistilahkan
dengan “institusi” sebagaimana didefinisikan oleh Macmillanadalah
merupakan seperangkat hubungan norma-norma, keyakinan-keyakinan,
dan nilai-nilai yang nyata, yang terpusat pada kebutuhan-kebutuhan
sosial dan serangkaian tindakan yang penting dan berulang.
Sementara itu, Adelman dan Thomas dalam buku yang sama
mendefinisikan institusi sebagai suatu bentuk interaksi di antara manusia
yang mencakup sekurang-kurangnya tiga tingkatan. Pertama, tingkatan
nilai kultural yang menjadi acuan bagi institusi yang lebih rendah
tingkatannya. Kedua, mencakup hukum dan peraturan yang
mengkhususkan pada apa yang disebut aturan main (the rules of the
game). Ketiga, mencakup pengaturan yang bersifat kontraktual yang
digunakan dalam proses transaksi. Ketiga tingkatan institusi di atas
menunjuk pada hirarki mulai dari yang paling ideal (abstrak) hingga yang
paling konkrit, dimana institusi yang lebih rendah berpedoman pada
institusi yang lebih tinggi tingkatannya.13
Pengertian lain dari lembaga adalah “pranata”. Koentjaraningrat
misalnya, lebih menyukai sebutan pranata, dan mengelompokkannya ke
12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai
Pustaka, 2001), h. 655 13
Saharuddin, Nilai Kultur Inti dan Institusi Lokal Dalam Konteks Masyarakat Multi-
Etnis,(Depok: Bahan Diskusi Tidak Diterbitkan Program Pascasarjana Universitas Indonesia,
2001), h.1.
25
dalam 8 (delapan) golongan, dengan prinsip penggolongan berdasarkan
kebutuhan hidup manusia. Kedelapan golongan pranata tersebut adalah
sebagai berikut:
a) pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan
kekerabatan, yang disebut dengan kinship atau domestic
institutions;
b) pranata-pranatayang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup manusia, yaitu untuk mata pencaharian, memproduksi,
menimbun, mengolah, dan mendistribusi harta dan benda,
disebut dengan economic institutions. Contoh: pertanian,
peternakan, pemburuan, feodalisme, industri, barter, koperasi,
penjualan, dan sebagainya;
c) pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan
penerangan dan pendudukan manusia supaya menjadi anggota
masyarakat yang berguna, disebut educational institutions;
d) pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan ilmiah
manusia, menyelami alam semesta di sekelilingnya, disebut
scientific institutions;
e) pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia
menyatakan rasa keindahan dan untuk rekreasi, disebut aesthetic
and recreational institutions;
f) pranata-pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia
untuk berhubungan dengan Tuhan atau dengan alam gaib,
disebut religious institutions;
g) pranata-pranatayang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia
untuk mengatur kehidupan berkelompok secara besar-besaran atau
kehidupan bernegara, disebut political institutions. Contoh dari
institusi politik di sini adalah pemerintahan, demokrasi,
kehakiman, kepartaian, kepolisian, ketentaraan, dan sebagainya;
26
h) pranata-pranatayang mengurus kebutuhan jasmaniah dari
manusia, disebut dengan somatic institutions.14
Hendropuspito lebih suka menggunakan kata institusi daripada
lembaga. Menurutnya institusi merupakan suatu bentuk organisasi yang
secara tetap tersusun dari pola-pola kelakuan, peranan-peranan dan relasi
sebagai cara yang mengikat guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial
dasar. Unsur penting yang melandasi sebuah institusi menurut
Hendropuspito dapat dilihat dari unsur definisi sebagai berikut:
a) Kebutuhan sosial dasar (basic needs)
Kebutuhan sosial dasar terdiri atas sejumlah nilai material, mental
dan spiritual, yang pengadaannya harus terjamin, tidak dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor kebetulan atau kerelaan seseorang.
Misalnya: kebutuhan sandang, pangan, perumahan, kelangsungan
jenis/keluarga, pendidikan, kebutuhan ini harus dipenuhi.
b) Organisasi yang relatif tetap
Dasar pertimbangannya mudah dipahami, karena kebutuhan yang
hendak dilayani bersifat tetap. Memang harus diakui bahwa apa
yang dibuat oleh manusia tunduk pada hukum perubahan, tetapi
berdasarkan pengamatan dapat dikatakan bahwa institusi pada
umumnya berubah lambat, karena pola kelakuan dan peranan-
peranan yang melekat padanya tidak mudah berubah.
c) Institusi merupakan organisasi yang tersusun/terstruktur
Komponen-komponen penyusunnya terdiri dari pola-pola
kelakuan, peranan sosial, dan jenis-jenis antarrelasi yang sifatnya
lebih kurang tetap. Kedudukan dan jabatan ditempatkan pada
jenjang yang telah ditentukan dalam struktur yang terpadu.
14
Koentjoroningrat, Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1994), h.16
27
d) Institusi sebagai cara (bertindak) yang mengikat
Keseluruhan komponen yang dipadukan itu dipandang oleh
semua pihak yang berkepentingan sebagai suatu bentuk
carahidup dan bertindak yang mengikat. Mereka menyadari
bahwa kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam suatu institusi
harus disesuaikan dengan aturan institusi. Pelanggaran terhadap
norma-norma dan pola-pola kelakuan dikenai sanksi yang
setimpal. Dalam institusi keterikatan pada norma dan pola
dianggap begitu penting bahkan diperkuat dengan seperangkat
sanksi demi tercapainya kelestarian dan ketahanan secara
kesinambungan.15
Sementara Sulaeman Taneko mendefinisikan institusi dengan
adanya norma-norma dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat dalam institusi
tersebut. Institusi merupakan pola-pola yang telah mempunyai kekuatan
tetap dan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan haruslah dijalankan atas
atau menurut pola-pola itu.16
Norman T. Uphoff, seorang ahli sosiologi yang banyak
berkecimpung dalam penelitian lembaga lokal, menyatakan sangat sulit
sekali mendefinisikan institusi, karena pengertian institusi sering
dipertukarkan dengan organisasi.
..…institutions are complexes of norms and behaviors that
persist over time serving collectivelly valued purposes.17
Institusi atau lembaga merupakan serangkaian normadan
perilaku yang sudah bertahan (digunakan) selama periode waktu tertentu
15
Hendropuspito, O.C. Sosiologi Sistematik(Jakarta: Penerbit Kanisius, 1989),h. 63 16
Taneko, B. Sulaiman,Struktur dan Proses Sosial: Suatu Pengantar Sosiologi
Pembangunan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), h.72 17
Uphoff, Norman.T. Local Institutional Development: An Analitycal Sourcebook with
Cases. (West Hartford Connecticut: Kumarian Press, 1986), h.9
28
(yang relatif lama) untuk mencapai maksud/tujuan yang bernilai kolektif
(bersama) atau maksud-maksud lain yang bernilai sosial.
Dari berbagai definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
lembaga itu tidak hanya organisasi-organisasi yang memiliki kantor saja
tetapi juga aturan-aturan yang ada di masyarakat dapat dikategorikan
sebagai suatu lembaga. Beberapa contoh lembaga yang banyak dijumpai
di perdesaan misalnya aturan dalam pinjam-meminjan uang atau
perkreditan, ketentuan dalam jual beli hasil pertanian, aturan-aturan dalam
sewa-menyewa, kaidah-kaidah dalam bagi hasil, dan sebagainya.
2. Definisi Konsultasi
Konsultasi secara bahasa artinya pertukaran pikiran untuk
mendapatkan kesimpulan (nasihat, saran, dsb) yang sebaik-baiknya.18
Definisi konsultasi yang lain seperti yang dikemukakan oleh Zins
(1993), bahwa konsultasi ialah suatu proses yang biasanya didasarkan pada
karakteristik hubungan yang sama yang ditandai dengan saling
mempercayai dan komunikasi yang terbuka, bekerja sama dalam
mengidentifikasikan masalah, menyatukan sumber-sumber pribadi untuk
mengenal dan memilih strategi yang mempunyai kemungkinan dapat
memecahkan masalah yang telah diidentifikasi, dan pembagian tanggung
jawab dalam pelaksanaan dan evaluasi program atau strategi yang telah
direncanakan.
Konsultasi menurut wiktionary adalah sebuah pertemuan atau
konferensi untuk saling bertukar informasi dan saran. Konsultasi
didefinisikan oleh Audit Commission (1999) sebagai sebuah proses dialog
yang mengarah kepada sebuah keputusan. Definisi tersebut menyiratkan
empat aspek dalam konsultasi:
18
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta: Balai
Pustaka, 2001), h. 591
29
1) Konsultasi adalah sebuah dialog, di dalamnya ada aktifitas
berbagi dan bertukar informasi dalam rangka untuk memastikan
pihak yang berkonsultasi agar mengetahui lebih dalam tentang
suatu tema. Oleh karenanya konsultasi adalah sesuatu yang
edukatif dan inklusif.
2) Konsultasi adalah sebuah proses. Konsultasi adalah sebuah
proses yang interaktive dan berjalan.
3) Konsultasi adalah tentang aksi dan hasil. Konsultasi harus dapat
memastikan bahwa pandangan yang dikonsultasikan
mengarahkan kepada sebuah pengambilan keputusan. Oleh
karenanya konsultasi adalah tentang aksi dan berorientasi
kepada hasil.
Kesimpulan pengertian lembaga konsultasi adalah sebuah badan
baik yang mempunyai kantor maupun tidak yang memberikan saran dan
informasi yang menghasilkan sebuah kepatusan untuk melakukan sesuatu.
J. Definisi Bantuan Hukum
Istilah bantuan hukum merupakan hal yang baru bagi bangsa
Indonesia. Masyarakat baru mengenal dan mendengarnya pada sekitar
tahun1970-an. Aliran lembaga bantuan hukum yang berkembang dinegara
Indonesia pada hakikatnya tidak luput dari arus perkembangan bantuan
hukum yang terdapat pada negara- negara yang sudah maju. Sebelum
membahas pengertian bantuan hukum, harus diketahui terlebih dahulu apa
yang dimaksud dengan hukum. Berbicara tentang batasan pengertian hukum,
hingga saat ini para ahli bantuan hukum belum menemukan batasan yang
baku dan memuaskan banyak pihak. Berbagai batasan pengertian hukum
tersebut antara lain:
1. J.VanKan
30
Mendefinisikan hukum sebagai keseluruhan ketentuan-
ketentuan kehidupan yang bersifat memaksa yang melindungi
kepentingan orang dalam masyarakat.
2. Prof.Dr.Borst
Hukum adalah keseluruhan peraturan bagi kelakuan atau
perbuatan manusia dalam bermasyarakat yang pelaksanaannya
dapat dipaksakan dan bertujuan untuk mendapatkan tata tertib
keadilan.
3. Prof.Paul Scholten
Pengertian hukum tidak mungkin dibuat dalam satu
kalimat dan tergantung kedudukan manusia dalam masyarakat.
4. Mr.T.Kirch
Hukum menyangkut unsure penguasa, unsur kewajiban,
unsure kelakuan dan perbuatan manusia.
5. Dr.E.Utrecht
Hukum adalah himpunan petunjuk-petunjuk hidup tata
tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota
masyarakat.
Selain itu, menurut Punardi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto hukum
mempunyai arti antara lain:19
1. Hukum sebagai ilmu pengetahuan,yakni pengetahuan yang
tersusun secara sistematis atas kekuatan pemikiran;
2. Hukum sebagai disiplin, yakni suatu system ajaran tentang
kenyataan atau gejala-gejala yang dihadapi;
3. Hukum sebagai kaedah, yakni pedoman atau patokan sikap
tindak atau keperilakuan yang pantas atau diharapkan;
19
PurnadiPurbacarakadanSoerjonoSoekanto,Sendi-SendiIlmuHukumdanTataHukum,
(1993:PT.CitraAdityaBakti,Bandung),,h.2
31
4. Hukum sebagai tata hukum, yakni struktur dan proses perangkat
dan kaedah-kaedah hokum yang berlaku pada suatu waktu dan
tempat tertentu serta berbentuk tertulis;
5. Hukum sebagai petugas, yakni pribadi-pribadi yang merupakan
kalangan yang berhubungan erat dengan penegkan hokum (law-
enformentofficer);
6. Hukum sebagai keputusan penguasa, yakni proses diskreasi;
7. Hukum sebagai proses pemerintahan, yaitu proses hubungan
timbal-balik antara unsur-unsur pokok dalam system kenegaran;
8. Hukum sebagai sikap tindak atau keperikelakuan yang teratur,
yaitu keperilakuan yang diulang-ulang dengan cara yang sama,
yang bertujuan untuk mencapai kedamaian;
9. Hukum sebagai jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan dari konsepsi-
konsepsi abstraktentangapayangbaikdanburuk.
Memberikan definisi atau pengertian dari bentukan hukum dan
sistem hukum Indonesia bukanlah hal yang mudah. Hal ini dikarenakan
tidak ada suatu undang-undang atau peraturan yang secara spesifik
memberikan definisi atau pengertian mengenai bantuan hukum.
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
menyinggung sedikit tentang bantuan hukum, namun hal mengenai bantuan
hukum yang diatur dalam KUHAP tersebut hanya mengenai kondisi untuk
mendapatkan bantuan hokum dan tidak memaparkan secara jelas apa yang
dimaksud dengan bantuan hokum itu sendiri.
Tidak terdapatnya rumusan pengertian bantuan hukum secara
jelas,maka perlu dirumuskan konsep tentang pengertian bantuan hukum.
Pada dasarnya, baik Eropa maupun di Amerika, terdapat dua model (sistem)
bantuan hukum, yaitu:20
20
Soerjono Soekanto, Bantuan Hukum Suatu Jaminan Tinjauan Sosio Yuridis,
(1983: Ghalia Indonesia, Jakarta), h.11
32
1. AjuridicialRight (model yuridis-individual)
Model AJuridicial Right menekankan pada sifat
individualistis. Sifat individualistis ini maksudnya adalah setiap
orang akan selalu mendapat hak untuk memperoleh bantuan hukum.
Pada model yuridis individual masih terdapat ciri-ciri pola
klasik dari bantuan hukum, artinya permintaan akan bantuan hokum
atau perlindungan hokum tergantung pada warga masyarakat yang
memerlukannya. Warga masyarakat yang memerlukan bantuan
hukum menemui pengacara, dan pengacara akan memperoleh
imbalan atas jasa-jasa yang diberikan kepada negara. Jadi, bilamana
seseorang tidak mampu, maka seseorang itu akan mendapatkan
bantuan hukum secara cuma-Cuma (prodeo).
2. A Welfare Right (model kesejahteraan)
Sistem hokum di Amerika Serikat agak berbeda. Bantuan
hukum di Amerika Serikat berada dibawah pengaturan criminal
justiceact dan economic opportunity act. Kedua peraturan tersebut
mengarahkan bantuan hukum sebagai alat untuk mendapatkan
keadilan bagi seluruh rakyat, terutama bagi mereka yang tidak
mampu.
Bila melihat kedua model bantuan hukum tersebut, dapat diambil
kesimpulan, dimana disatu pihak bantuan hukum dapat dilihat sebagai
suatu hak yang diberikan kepada warga masyarakat untuk melindungi
kepentingan-kepentingan individual dan dilain pihak sebagai suatu hak
akan kesejahteraan yang menjadi bagian dari kerangka perlindungan
sosial yang diberikan suatu negara kesejahteraan. Kedua model bantuan
hukum tersebut kemudian menjadi model dasar beberapa pengertian
33
tentang bantuan hukum yang berkembang di dunia barat pada
umumnya. Pengertian bantuan hukum mempunyai cirri dalam istilah
yang berbeda, yaitu:21
1. Legal aid
Bantuan hukum, sistem nasional yang diatur secara lokal
dimana bantuan hokum ditunjukan bagi mereka yang kurang
keuangannya dan tidak mampu membayar penasehat hokum pribadi.
Dari pengertian ini jelas bahwa bantuan hokum yang dapat
membantu mereka yang tidak mampu menyewa jasa penasehat
hukum. Jadi Legal aid berarti pemberian jasa dibidang hokum
kepada seseorang yang terlibat dalam suatu kasus atau perkara
dimana dalam hal ini:
a. Pemberian jasa bantuan hokum dilakukan dengan cuma-
cuma;
b. Bantuan jasa hokum dalam legal aid lebih dikhususkan
bagi yang tidak mampu dalam lapisan masyarakat miskin;
c. Degan demikian motivasi utama dalam konsep legal aid
adalah menegakkan hokum dengan jalan berbeda
kepentingan dan hak asasi rakyat kecil yang tidak punya
dan buta hukum.
2. Legalassistance
Pengertian legal assistance menjelaskan makna dan tujuan
dari bantuan hokum lebih luas dari legalaid. Legal assistance lebih
memaparkan profesi dari penasehat hukum sebagai ahli hukum,
sehingga dalam pengertian itu sebagai ahli hukum, legalassistance
dapat menyediakan jasa bantuan hukum untuk siapa saja tanpa
terkecuali. Artinya, keahlian seorang ahli hukum dalam memberikan
bantuan hukum tersebut tidak terbatas pada masyarakat miskin saja,
21
M.YahyaHarahap,Pembahasan Permasalahan dan Penerapan
KUHAP,(Jakarta: Sinar Grafika, 2002), h.334
34
tetapi juga bagi yang mampu membayar prestasi. Bagi sementara
orang kata legal aid selalu harus dihubungkan dengan orang miskin
yang tidak mampu membayar advokat, tetapi bagi sementara orang
kata legal aid ini ditafsirkan sama dengan legal assistance yang
biasanya punya konotasi pelayanan hukum atau jasa hukum dari
masyarakat advokat kepada masyarakat mampu dan tidak mampu.
Tafsiran umum yang dianut belakangan ini adalah legal aid sebagai
bantuan hukum kepada masyarakat tidak mampu.
3. Legal Service
Clarence J. Diaz memperkenalkan pula istilah
“legalservice”.22
Pada umumnya kebanyakan lebih cenderung
memberi pengertian yang lebih luas kepada konsep dan makna legal
service dibandingkan dengan konsep dantujuan legal aid atau legal
assistance.
Bila diterjemahkan secara bebas, arti dari legal service
adalah pelayanan hukum, sehingga dalam pengertian legal service,
bantuan hukum yang dimaksud sebagai gejala bentuk pemberian
pelayanan oleh kaum profesi hukum kepada khalayak di dalam
masyarakat dengan maksud untuk menjamin agar tidak ada
seorangpun didalam masyarakat yang terampas haknya untuk
memperoleh nasehat-nasehat hukum yang diperlukannya hanya oleh
karena sebab tidak dimilikinya sumber daya finansial yang cukup.
Istilah legal service ini merupakan langkah-langkah yang
diambil untuk menjamin agar operasi sistem hukum didalam
kenyataan tidak akan menjadi diskriminatif sebagai adanya
perbedaan tingkat penghasilan, kekayaan dan sumber-sumber
lainnya yang dikuasai individu-individu di dalam masyarakat. Hal
22
Bambang Sunggono dan Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia,
(Bandung: CV. Mandar Maju,1994), h.9
35
ini dapat dilihat pada konsep dan ide legal service yang terkandung
makna dan tujuan sebagaiberikut:
a. Memberi bantuan kepada anggota masyarakat yang
operasionalnya bertujuan menghapuskan kenyataan-
kenyataan diskriminatif dalam penegakan dan pemberian jasa
bantuan antara rakyat miskin yang berpenghasilan kecil
dengan masyarakat kaya yang menguasai sumber dana dan
posisi kekuasaan.
b. Dengan pelayanan hukum yang diberikan kepada anggota
masyarakat yang memerlukan, dapat diwujudkan kebenaran
hukum itu sendiri oleh aparat penegak hokum dengan jalan
menghormati setiaphak yang dibenarkan hokum bagi setiap
anggota masyarakat tanpa membedakan yang kaya dan
miskin.
c. Disamping untuk menegakkan hokum dan penghormatan
kepada yang diberikan hokum kepada setiap orang, legal
service didalam operasionalnya, lebih cenderung untuk
menyelesaikan setiap persengketaan dengan jalan menempuh
cara perdamaian.
Pelaksanaan di Indonesia,dalam kenyataan sehari-hari jarang
sekali membedakan ketiga istilah tersebut, dan memang tampak sangat
sulit memilih istilah bahasa hukum Indonesia bagi bentuk bantuan
hukum di atas, baik di kalangan profesi hokum dan praktisi hukum, dan
apalagi masyarakat yang awam hanya mempergunakan istilah
“bantuanhukum”.
Tidak adanya definisi yang jelas mengenai bantuan hukum,
membuat kalangan profesi hukum mencoba membuat dasar dari
pengertian bantuan hukum.
Pada tahun 1976, Simposium Badan Kontak Profesi Hukum
Lampung merumuskan pengertian bantuan hukum sebagai pemberian
36
bantuan hukum kepada seorang pencari keadilan yang tidak mampu
yang sedang menghadapi kesulitan di bidang hukum di luar maupun di
muka pengadilan tanpa imbalan jasa.
Pengertian bantuan hukum yang lingkup kegiatannya cukup luas
ditetapkan dalam Lokakarya Bantuan Hukum Tingkat Nasional tahun
1978 yang menyatakan bahwa bantuan hukum yang diberikan kepada
golongan tidak mampu (miskin) baik secara perorangan maupun kepada
kelompok-kelompok masyarakat tidak mampu secara kolektif. Lingkup
kegiatan meliputi pembelaan, perwakilan baik diluar maupun didalam
pengadilan, pendidikan, penelitian dan penyebaran gagasan.
Meskipun tidak dapat pengertian yang pasti mengenai apa yang
dimaksud dengan bantuan hukum, namun secara umum arti bantuan
hukum adalah bantuan memberikan jasa untuk:
1. Memberikan nasehat hukum;
2. Bertindak sebagai pendamping dan membela seseorang yang
dituduh atau didakwa melakukan kejahatan dalam perkara
pidana.
Sebagai pembela atau nasehat hokum harus memberikan
pengarahan-pengarahan dan penjelasan-penjelasan tentang duduk
persoalannya nasehat yang diberikan penasehat hokum atau pembela
tidak boleh keluar dari lingkungan surat tuduhan jaksa penuntut umum.
Frans Hendra Winarta menyatakan bahwa, “bantuan hukum
merupakan jasa hukum yang khusus diberikan kepada fakir miskin yang
memerlukan pembelaan secara cuma-cuma, baik di luar maupun di
dalam pengadilan, secara pidana, perdata dan tata usaha negara, dari
seseorang yang mengerti seluk beluk pembelaan hukum, asas-asas dan
kaidah hukum, serta hak asasi manusia.23
23
Frans Hendra Winarta, Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas
Kasihan, (Jakarta:Elex Media Komputindo, 2000), h. 23
37
K. Fungsi dan Tujuan dari Pemberian Bantuan Hukum
Artidan tujuan program bantuan hukum berbeda-beda dan berubah-
ubah, bukan saja dari suatu negara ke negara lainnya, melainkan juga dari
satu zaman ke zaman lainnya, suatu penelitian yang mendalam tentang
sejarah pertumbuhan program bantuan hukum telah dilakukan oleh Dr.Mauro
Cappeleti, dari penelitian tersebut ternyata program bantuan hukum kepada
masyarakat miskin telah dimulai sejak zaman Romawi. Dari penelitian
tersebut, dinyatakan bahwa tiap zaman arti dan tujuan pemberian bantuan
hukum kepada masyarakat yang tidak mampu erat hubungannya dengan nilai-
nilai moral, pandangan politik dan falsafah hukum yang berlaku.24
Berdasarkan penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa banyak faktor
yang turut berperan dalam menentukan apa yang sebenarnya menjadi tujuan
dari pada suatu program bantuan hukum itu sehingga untuk mengetahui
secara jelas apa sebenarnya yang menjadi tujuan dari pada suatu program
bantuan hukum perlu diketahui bagaimana cita-cita moral yang menguasai
suatu masyarakat, bagaimana kemauan politik yang dianut,serta falsafah
hukum yang melandasinya. Misalnya saja pada zaman Romawi pemberian
bantuan hukum oleh patron hanyalah didorong motivasi mendapatkan
pengaruh dari rakyat.Pada zaman abad pertengahan masalah bantuan hukum
ini mendapat motivasi baru sebagai akibat pengaruh agama Kristen, yaitu
keinginan untuk berlomba-lomba memberikan derma (charity) dalam bentuk
membantu masyarakat miskin. Sejak revolusi Perancis dan Amerika sampai
zaman modern sekarang ini,motivasi pemberian bantuan hukum bukan hanya
charity atau rasa prikemanusiaan kepada orang- orang yang tidak
mampu,melainkan telah menimbulkan aspek “hak-hakpolitik” atau hak
warga negara yang berlandaskan kepada konsitusi modern. Perkembangan
mutakhir, konsep bantuan hukum kini dihubungkan dengan cita- cita negara
kesejahteraan (welfare state) sehingga hampir setiap pemerintah dewasa ini
24
AdnanBuyungNasution,BantuanHukumdiIndonesia, (Jakarta: LP3ES, 1988),h.4
38
membantu program bantuan hukum di negara-negara berkembang khususnya
Asia.
Arti dan tujuanprogram bantuan hukum di Indonesia adalah
sebagimana tercantum dalam anggaran dasar Lembaga Bantuan Hukum
(LBH) karena Lembaga Bantuan Hukum (LBH) mempunyai tujuan dan
ruang lingkup kegiatan yang lebih luas dan lebih jelas arahannya sebagai
berikut:
1. Memberikan pelayanan hukum kepada masyarakat yang
membutuhkannya;
2. Membidik masyarakat dengan tujuan membutuhkan dan
membina kesadaran akan hak-hak sebagai subjek hukum;
3. Mengadakan pembaharuan hukum dan perbaikan pelaksanaan
hukum disegala bidang.
Melihat tujuan dari suatu bantuan hokum sebagaimana yang terdapat
dalam Anggaran Dasar Lembaga Bantuan Hukum (LBH) tersebut diketahui
kalau tujuan dari bantuan hukum tidak lagi didasarkan semata-mata pada
perasaan amal dan prikemanusiaan untuk memberikan pelayanan hukum.
Sebaliknya pengertian lebih luas,yaitu meningkatkan kesadaran hukum dari
pada masyarakat sehingga mereka akan menyadari hak-hak mereka sebagai
manusia dan warga negara Indonesia. Bantuan hokum juga berarti berusaha
melaksanakan perbaikan-perbaikan hokum agar hokum dapat memenuhi
kebutuhan rakyat dan mengikuti perubahan keadaan meskipun motivasi atau
rasional dari pada pemberian bantuan hukum kepada masyarakat tidak
mampu berbeda-beda dari zaman ke zaman, namun ada satu hal yang kiranya
tidak berubah sehingga menrupakan satu tujuan yang sama, yaitu dasar
kemanusiaan (humanity).
Adapun tujuan Program Bantuan Hukum yaitu berkaitan dengan
aspek- aspek seperti berikut:
1. Aspek Kemanusiaan
39
Tujuan dari program bantuan hokum ini adalah untuk
meringankan beban (biaya) hukum yang harus ditanggung oleh
masyarakat tidak mampu di depan pengadilan, dengan demikian,
ketika masyarakat golongan tidak mampu berhadapan dengan
proses hukum di pengadilan, mereka tetap memperoleh
kesempatan untuk memperoleh pembelaan dan perlindungan
hukum.
2. Peningkatan Kesadaran Hukum
Tujuan aspek kesadaran hukum, diharapkan bahwa program
bantuan hokum ini akan memacu tingkat kesadaran hokum
masyarakat kejenjang yang lebih tinggi lagi. Dengan demikian,
apresiasi masyarakat terdapat hokum akan tampil melalui sikap
dan perbuatan yang mencerminkan hak dan kewajiban secara
hukum.
L. Dasar Pemberian Bantuan Hukum
Hak memperoleh bantuan hukum bagi setiap orang yang tersangkut
suatu perkara merupakan salah satu hak asasi manusia. Hak dalam
memperoleh bantuan hokum itu sendiri perlu mendapat jaminan dalam
pelaksanaannya.
Program pemberian bantuan hokum kepada masyarakat tidak mampu
dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di bawah ini:
1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP):
a. Pasal 56 ayat (1) yang menyatakan bahwa: Dalam hal tersangka
atau terdakwa disangka atau didakwa melakukan tindak pidana
mati atau ancaman pidana lima belas(15) tahun atau lebih bagi
mereka yang tidak mampu yang diancam dengan pidana lima (5)
tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hokum
40
sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua tingkat
pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk penasehat
hokum bagi mereka;
b. Pasal 56 ayat (2) yang menyatakan bahwa: Setiap penasehat
hukum yang ditunjuk untuk bertindak sebagaimanadimaksud
dalam ayat(1), memberikan bantuan dengan cuma-cuma.
2. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata (HIR/RBG) Pasal
237 HIR/273RBG yang menyatakan bahwa: Barang siapa yang
hendak berpekara baik sebagai penggugat maupun sebagai
tergugat, tetapi tidak mampu menanggung biayanya, dapat
memperoleh izin untuk berpekara dengan Cuma-Cuma.
3. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 83 Tahun 2008 Tentang Persyaratan
dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara cuma-cuma.
5. Intruksi Menteri Kehakiman RI No. M01-UM.08.10 Tahun 2006,
tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Bantuan Hukum Bagi
Masyarakat Yang Kurang Mampu Melalui Lembaga Bantuan
Hukum.
6. Instruksi Menteri Kehakiman RI No. M 03-UM.06.02Tahun 1999
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Bantuan Hukum Bagi
Masyarakat Yang Kurang Mampu Melalui Pengadilan Negeri
danPeradilan Tata UsahaNegara.
7. Surat Edaran Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum dan
Peradilan Tata Usaha Negara No.D.Um.08.10.10 tanggal 12 Mei
1998 tentang JUKLAK Pelaksanaan Bantuan Hukum Bagi
Golongan Masyarakat Yang Kurang Mampu melalui Lembaga
Bantuan Hukum (LBH).
8. Undang-undang no 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum
41
M. Ketentuan-ketentuan Bantuan Hukum Berdasarkan UU No. 16 Tahun
2011
1. LATAR BELAKANG UU NO. 16 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN
HUKUM
a) Negara menjamin hak konstitusional setiap orang untuk mendapatkan
pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama di hadapan hukum sebagai sarana
perlindungan hak asasi manusia.
b) Negara bertanggung jawab terhadap pemberian bantuan hukum bagi
orang miskin sebagai perwujudan akses terhadap keadilan.
2. YANG DIMAKSUD DENGAN BANTUAN HUKUM MENURUT UU
INI
1) Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi
Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum.
2) Penerima Bantuan Hukum adalah orang atau kelompok orang miskin.
3) Pemberi Bantuan Hukum adalah lembaga bantuan hukum atau
organisasi kemasyarakatan yang memberi layanan Bantuan Hukum
berdasarkan Undang-Undang ini.
4) Penyelenggara Bantuan Hukum adalah Kementerian Hukum dan HAM
RI.
3. TUJUAN BANTUAN HUKUM
1) Menjamin dan memenuhi hak bagi Penerima Bantuan Hukum untuk
mendapatkan akses keadilan;
2) Mewujudkan hak konstitusional segala warga negara sesuai dengan
prinsip persamaan kedudukan di dalam hukum;
3) Menjamin kepastian penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan
secara merata di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia; dan
42
4) Mewujudkan peradilan yang efektif, efisien, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
4. PENERIMA BANTUAN HUKUM
Orang miskin atau kelompok orang miskin, yaitu yang tidak dapat
memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri seperti : hak atas pangan,
sandang, layanan kesehatan, layanan pendidikan, pekerjaan dan berusaha,
dan/atau perumahan.
5. HAK PENERIMA BANTUAN HUKUM
Penerima Bantuan Hukum berhak:
a. mendapatkan Bantuan Hukum hingga masalah hukumnya selesai
dan/atau perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama
Penerima Bantuan Hukum yang bersangkutan tidak mencabut surat
kuasa;
b. mendapatkan Bantuan Hukum sesuai dengan Standar Bantuan Hukum
dan/atau Kode Etik Advokat; dan
c. mendapatkan informasi dan dokumen yang berkaitan dengan
pelaksanaan pemberian Bantuan Hukum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
6. KEWAJIBAN PENERIMA BANTUAN HUKUM
Penerima Bantuan Hukum wajib:
a. menyampaikan bukti, informasi, dan/atau keterangan perkara secara
benar kepada Pemberi Bantuan Hukum;
b. membantu kelancaran pemberian Bantuan Hukum.
7. TUGAS KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM R.I DALAM
IMPLEMENTASI UU INI
a. Menyusun dan menetapkan kebijakan penyelenggaraan Bantuan
Hukum;
43
b. Menyusun dan menetapkan Standar Bantuan Hukum berdasarkan
asas-asas pemberian Bantuan Hukum;
c. Menyusun rencana anggaran Bantuan Hukum;
d. Mengelola anggaran Bantuan Hukum secara efektif, efisien,
transparan, dan akuntabel; dan
e. Menyusun dan menyampaikan laporan penyelenggaraan Bantuan
Hukum kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada setiap akhir tahun
anggaran.
8. KEWENANGAN MENTERI HUKUM DAN HAM R.I MENURUT UU
BANTUAN HUKUM INI
1) Mengawasi dan memastikan penyelenggaraan Bantuan Hukum dan
pemberian Bantuan Hukum dijalankan sesuai asas dan tujuan yang
ditetapkan dalam Undang-Undang ini; dan
2) Menetapkan panitia verifikasi serta melakukan verifikasi dan
akreditasi terhadap lembaga bantuan hukum atau organisasi
kemasyarakatan untuk memenuhi kelayakan sebagai Pemberi Bantuan
Hukum berdasarkan Undang-Undang ini.
9. PERSYARATAN PEMBERI BANTUAN HUKUM
1) berbadan hukum;
2) terakreditasi;
3) memiliki kantor atau sekretariat yang tetap;
4) memiliki pengurus; dan
5) memiliki program Bantuan Hukum.
10. JENIS LAYANAN BANTUAN HUKUM
Pemberian Bantuan Hukum meliputi
a. Litigasi
44
b. non litigasi
Meliputi masalah hukum:
a. keperdataan;
b. masalah hukum pidana; dan
c. masalah hukum tata usaha negara.
11. SYARAT-SYARAT PERMOHONAN BANTUAN HUKUM
a. mengajukan permohonan secara tertulis yang berisi sekurang-
kurangnya identitas pemohon dan uraian singkat mengenai pokok
persoalan yang dimohonkan Bantuan Hukum;
b. menyerahkan dokumen yang berkenaan dengan perkara; dan
c. melampirkan surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau
pejabat yang setingkat di tempat tinggal pemohon Bantuan Hukum.
12. TATA CARA PERMOHANAN
a) Pemohon Bantuan Hukum mengajukan permohonan Bantuan Hukum
secara tertulis kepada Pemberi Bantuan Hukum.
b) Permohonan paling sedikit memuat:
1. identitas Pemohon Bantuan Hukum; dan
2. uraian singkat mengenai pokok persoalan yang dimintakan
Bantuan Hukum.
c) Permohonan Bantuan Hukum harus dilampiri:
1. surat keterangan miskin dari lurah, kepala desa, atau pejabat yang
setingkat di tempat tinggal Pemohon Bantuan Hukum; dan
2. dokumen yang berkenaan dengan perkara.
45
13. IDENTITAS PEMOHON
a. Identitas Pemohon Bantuan Hukum dibuktikan dengan kartu tanda
penduduk dan/atau dokumen lain yang dikeluarkan oleh instansi
yang berwenang.
b. Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki identitas,
Pemberi Bantuan Hukum membantu Pemohon Bantuan Hukum
dalam memperoleh surat keterangan alamat sementara dan/atau
dokumen lain dari instansi yang berwenang sesuai domisili Pemberi
Bantuan Hukum.
14. SURAT KETERANGAN MISKIN
a) Dalam hal Pemohon Bantuan Hukum tidak memiliki surat
keterangan miskin, Pemohon Bantuan Hukum dapat melampirkan
Kartu Jaminan Kesehatan Masyarakat, Bantuan Langsung Tunai,
Kartu Beras Miskin, atau dokumen lain sebagai pengganti surat
keterangan miskin.
b) Jika sama sekali tidak memiliki, Pemberi Bantuan Hukum membantu
Pemohon Bantuan Hukum dalam memperoleh persyaratan tersebut.
15. INSTANSI TERKAIT
a. Instansi yang berwenang sesuai domisili Pemberi Bantuan Hukum
wajib mengeluarkan surat keterangan alamat sementara dan/atau
dokumen lain untuk keperluan penerimaan Bantuan Hukum.
b. Lurah, kepala desa, atau pejabat yang setingkat sesuai domisili
Pemberi Bantuan Hukum wajib mengeluarkan surat keterangan
miskin dan/atau dokumen lain sebagai pengganti surat keterangan
miskin untuk keperluan penerimaan Bantuan Hukum.
16. JIKA PEMOHON BUTA HURUF
a. Pemohon Bantuan Hukum yang tidak mampu menyusun permohonan
secara tertulis dapat mengajukan permohonan secara lisan.
46
b. Dalam hal Permohonan Bantuan Hukum diajukan secara lisan,
Pemberi Bantuan Hukum menuangkan dalam bentuk tertulis.
c. Permohonan tersebut ditandatangani atau dicap jempol oleh Pemohon
Bantuan Hukum.
17. BATAS WAKTU PERMOHONAN
a. Pemberi Bantuan Hukum wajib memeriksa kelengkapan persyaratan
dalam waktu paling lama 1 (satu) hari kerja setelah menerima berkas
permohonan Bantuan Hukum.
b. Dalam hal permohonan Bantuan Hukum telah memenuhi persyaratan,
Pemberi Bantuan Hukum wajib menyampaikan kesediaan atau
penolakan secara tertulis atas permohonan dalam waktu paling lama 3
(tiga) hari kerja sejak permohonan dinyatakan lengkap.
c. Dalam hal Pemberi Bantuan Hukum menyatakan kesediaan, Pemberi
Bantuan Hukum memberikan Bantuan Hukum berdasarkan surat
kuasa khusus dari Penerima Bantuan Hukum.
d. Dalam hal permohonan Bantuan Hukum ditolak, Pemberi Bantuan
Hukum wajib memberikan alasan penolakan secara tertulis dalam
waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan dinyatakan
lengkap.
18. JANGKA WAKTU PEMBERIAN BANTUAN HUKUM
Pemberian Bantuan Hukum oleh Pemberi Bantuan Hukum kepada
Penerima Bantuan Hukum diberikan hingga masalah hukumnya selesai
dan/atau perkaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap, selama
Penerima Bantuan Hukum tersebut tidak mencabut surat kuasa khusus.
19. PERAN PARALEGAL, DOSEN DAN MAHASISWA
a. Pemberian Bantuan Hukum secara litigasi dilakukan oleh advokat
yang berstatus sebagai pengurus Pemberi Bantuan Hukum dan/atau
advokat yang direkrut oleh Pemberi Bantuan Hukum.
47
b. Dalam hal jumlah advokat yang terhimpun dalam wadah Pemberi
Bantuan Hukum tidak memadai dengan banyaknya jumlah Penerima
Bantuan Hukum, Pemberi Bantuan Hukum dapat merekrut paralegal,
dosen, dan mahasiswa fakultas hukum.
c. Dalam melakukan pemberian Bantuan Hukum, paralegal, dosen, dan
mahasiswa fakultas hukum harus melampirkan bukti tertulis
pendelegasian dan/atau pendampingan dari advokat.
d. Mahasiswa fakultas hukum harus telah lulus mata kuliah hukum
acara dan pelatihan paralegal.
20. BANTUAN HUKUM LITIGASI
Pemberian Bantuan Hukum secara litigasi :
a. pendampingan dan/atau menjalankan kuasa yang dimulai dari tingkat
penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan;
b. pendampingan dan/atau menjalankan kuasa dalam proses
pemeriksaan di persidangan; atau
c. pendampingan dan/atau menjalankan kuasa terhadap Penerima
Bantuan Hukum di Pengadilan Tata Usaha Negara
21. BANTUAN HUKUM NON LITIGASI
a. Pemberian Bantuan Hukum secara nonlitigasi dapat dilakukan oleh
advokat, paralegal, dosen, dan mahasiswa fakultas hukum dalam
lingkup Pemberi Bantuan Hukum yang telah lulus verifikasi dan
akreditasi.
b. Pemberian Bantuan Hukum secara nonlitigasi meliputi kegiatan
1) penyuluhan hukum;
2) konsultasi hukum;
3) investigasi perkara, baik secara elektronik maupun
nonelektronik;
48
4) penelitian hukum;
5) mediasi;
6) negosiasi;
7) pemberdayaan masyarakat;
8) pendampingan di luar pengadilan; dan/atau
9) drafting dokumen hukum.
22. Dana Penyelenggaraan Bantuan Hukum
a. Sumber pendanaan Penyelenggaraan Bantuan Hukum dibebankan
pada APBN.
b. Selain sumber pendanaan, pendanaan dapat berasal dari:
1) hibah atau sumbangan; dan/atau
2) sumber pendanaan lain yang sah dan tidak mengikat.
23. PERAN DAERAH
a. Daerah dapat mengalokasikan anggaran penyelenggaraan Bantuan
Hukum dalam APBD.
b. Daerah melaporkan penyelenggaraan Bantuan Hukum yang sumber
pendanaannya berasal dari APBD kepada Menteri dan Menteri
Dalam Negeri.
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalokasian anggaran
penyelenggaraan Bantuan Hukum diatur dengan Peraturan Daerah.
24. PEMBIAYAAN BANTUAN HUKUM
a. Pemberian Bantuan Hukum per perkara atau per kegiatan hanya
dapat dibiayai dari APBN atau APBD.
b. Pendanaan pemberian Bantuan Hukum per perkara atau per
kegiatan dari hibah atau bantuan lain yang tidak mengikat dapat
diberikan bersamaan dengan sumber dana dari APBN atau APBD.
49
c. Tata cara penganggaran dan pelaksanaan Anggaran
Penyelenggaraan Bantuan Hukum dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
25. PENGAJUAN ANGGARAN
a. Pemberi Bantuan Hukum mengajukan Rencana Anggaran Bantuan
Hukum kepada Menteri pada Tahun Anggaran sebelum Tahun
Anggaran pelaksanaan Bantuan Hukum.
b. Pengajuan Rencana Anggaran Bantuan Hukum paling sedikit
memuat:
identitas Pemberi Bantuan Hukum;
sumber pendanaan pelaksanaan Bantuan Hukum, baik yang
bersumber dari APBN maupun nonAPBN; dan
rencana pelaksanaan Bantuan Hukum litigasi dan nonlitigasi
sesuai dengan misi dan tujuan Pemberi Bantuan Hukum.
c. Dalam hal Pemberi Bantuan Hukum mengajukan Rencana Anggaran
Bantuan Hukum nonlitigasi, Pemberi Bantuan Hukum harus
mengajukan paling sedikit 4 (empat) kegiatan dalam satu paket dari
kegiatan.
26. PERJANJIAN PELAKSANAAN BANTUAN HUKUM
Pemberi Bantuan Hukum melaksanakan Bantuan Hukum litigasi
dan nonlitigasi sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Perjanjian
Pelaksanaan Bantuan Hukum dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
27. REIMBURSEMENT LITIGASI
a. Penyaluran dana Bantuan Hukum litigasi dilakukan setelah Pemberi
Bantuan Hukum menyelesaikan perkara pada setiap tahapan proses
beracara dan Pemberi Bantuan Hukum menyampaikan laporan yang
disertai dengan bukti pendukung.
50
b. Tahapan proses beracara merupakan tahapan penanganan perkara
dalam:
1. kasus pidana, meliputi penyelidikan, penyidikan, dan
persidangan di pengadilan tingkat I, persidangan tingkat
banding, persidangan tingkat kasasi, dan peninjauan kembali;
2. kasus perdata, meliputi upaya perdamaian atau putusan
pengadilan tingkat I, putusan pengadilan tingkat banding,
putusan pengadilan tingkat kasasi, dan peninjauan kembali;
dan
3. kasus tata usaha Negara, meliputi pemeriksaan pendahuluan
dan putusan pengadilan tingkat I, putusan pengadilan tingkat
banding, putusan pengadilan tingkat kasasi, dan peninjauan
kembali.
c. Penyaluran dana Bantuan Hukum dihitung berdasarkan prosentase
tertentu dari tarif per perkara sesuai standar biaya pelaksanaan
Bantuan Hukum litigasi
d. Penyaluran dana Bantuan Hukum pada setiap tahapan proses
beracara tidak menghapuskan kewajiban Pemberi Bantuan Hukum
untuk memberikan Bantuan Hukum sampai dengan perkara yang
ditangani selesai atau mempunyai kekuatan hukum tetap.
28. REIMBURSEMENT NON LITIGASI
a. Penyaluran dana Bantuan Hukum nonlitigasi dilakukan setelah
Pemberi Bantuan Hukum menyelesaikan paling sedikit satu
kegiatan dalam paket kegiatan nonlitigasi dan menyampaikan
laporan yang disertai dengan bukti pendukung.
b. Penyaluran dana Bantuan Hukum dihitung berdasarkan tarif per
kegiatan sesuai standar biaya pelaksanaan Bantuan Hukum
nonlitigasi.
51
N. Keberadaan LKBH dengan Undang-Undang Advokat
Undang-undang Advokat yang mulai berlaku tahun 2003 boleh
dikatakan membawa angin segar bagi profesi advokat. Tetapi tidak bagi
keberadaan LKBH. Sebab dengan diberlakukannya UU Advokat, peranan
sejumlah LKBH akan makin dibatasi.
Untuk LBH universitas negeri, dosen-dosen yang melakukan tugas
ganda sebagai pengacara tidak akan lagi dapat berpraktek sebagai advokat di
pengadilan. Sebab, pasal 31 UU advokat memberi larangan bagi seorang
pegawai negeri untuk melakukan advokasi di pengadilan. Padahal, dosen
universitas negeri adalah pegawai negeri.
Sandungan bagi LBHK negeri sudah dirasakan BBH Unpad. Menurut
Agus, Ketua BBH Unpad Eva Laila sempat di periksa kepolisian akibat
memberikan advokasi di Pengadilan bebrapa bulan lalu. Dengan dasar UU
Advokat, Eva dituduh telah melanggar pasal 31 UU Advokat. Namun, saat ini
BBH Unpad tengah berjuang membela koleganya itu. Alasannya, proses
beracara yang ditangani dosen tersebut telah berjalan sebelum UU Advokat
disahkan.
UU advokat yang hadir di tengah kancah dunia peradilan memang
merupakan sandungan berat bagi dosen universitas negeri untuk beracara.
Dengan adanya UU Advokat otomatis kita hanya bisa kasih konsultasi saja,
ujar Agus. Rosa dari LKBH UI juga menyampaikan hal senada, walaupun
saat ini UI telah menjadi Badan hukum Milik Negara (BHMN). Rosa
berharap pengalihan ke BHMN akan melegalkan kerja ganda dosen dan
advokat.
UU Advokatpun bukan saja meneror kerja LBHK negeri, tapi
keberdaan perangkat hukum baru ini juga mengkhawatirkan LBHK swasta.
Sebab tidak semua dosen yang bekerja di LBHK sudah memiliki SKPT.
52
Hal ini pernah dipermasalahkan oleh Tongat, Ketua LKPH
Universitas Muhammadiyah Malang. Tongat membawa masalah pembatasan
kegiatan advokat ini lewat jalur judicial review di Mahkamah Konstitusi.
Menurut Tongat, ancaman pidana yang diterapkan dalam UU Advokat dapat
menjadi belenggu bagi universitas untuk membuat misi sosial yang dilakukan
oleh LBHK. Tidak ada pengecualian dalam UU Advokat yang memberikan
jalur untuk pelayanan hukum kampus.
UU Advokat seolah-olah telah melakukan pembredelan terhadap
peran dan fungsi LKPH dalam memberi bantuan hukum cuma-cuma, ujar
Tongat dalam pernyataan yang disampaikan kepada hukumonline. Padahal,
belum tentu semua advokat mampu mengakomodir pemberian bantuan
hukum cuma-cuma.
Tongat menambahkan, secara perlahan UU Advokat sebagai kendala
yuridis akan menghapus peran dan fungsi lembaga-lembaga bantuan hukum
non profit yang berorientasi kepada masyarakat yang tidak mampu.
Sebagai jalan keluar untuk mengatasi kepunahan LBHK secara
perlahan-lahan, sudah selayaknya organisasi advokat membuat sebuah aturan
yang mengecualikan LBHK dari ketentuan di UU Advokat. Sehingga LBHK
dapat lebih melebarkan sayapnya. Apalagi, kualitas pemberian bantuan
hukum oleh dosen maupun mahasiswa belum tentu kalah dengan kualitas
advokat.
Selain itu, LBHK sudah sepatutnya dijadikan tempat magang seperti
yang dimaksud dalam UU Advokat. Artinya, magang selama dua tahun di
LBHK harus dianggap sama dengan magang di sebuah kantor hukum. Setelah
dua tahun magang di LBHK, mereka bisa mendapat kartu advokat untuk
beracara.25
Setelah disahkanya UU Bantuan Hukum tanggal 4 oktober 2011
terdapat pengertian menurut Undang-Undang Bantuan Hukum secara jelas
25
Gita Mahyarani, Kiprah LBH kampus Di Gilas roda Waktu, (http:// www.
hukumonline. com)
53
menurut hukum. Bantuan Hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh
Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan
Hukum. Berdasarkan Undang-Undang ini, Bantuan hukum merupakan
pekerjaan jasa yang bersifat professional yang berarti bahwa untuk
melakukan pekerjaan tersebut diperlukan suatu pendidikan khusus dan
keahlian khusus. Selain itu, Bantuan hukum merupakan suatu hak yang dapat
dituntut oleh setiap subjek hukum ketika ia memerlukannya.
Di dalam pasal 5 Undang-Undang Bantuan Hukum ditegaskan bahwa
penerima bantuan hukum meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin
yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri. Hak-hak
dasar tersebut adalah hak atas pangan, sandang, layanan kesehatan, layanan
pendidikan, pekerjaan dan berusaha, dan/atau perumahan. Sedangkan di
dalam Pasal 6 ditegaskan bahwa syarat pemberi bantuan hukum meliputi :
1. berbadan hukum;
2. terakreditasi berdasarkan Undang-Undang ini;
3. memiliki kantor atau sekretariat yang tetap;
4. memiliki pengurus; dan
5. memiliki program bantuan hukum.
Selain itu di dalam Pasal 9 Undang-Undang inipula dijelaskan hak Pemberi
bantuan Hukum yaitu:
1. melakukan rekrutmen terhadap advokat, paralegal, dosen dan
mahasiswa fakultas hukum;
2. melakukan pelayanan bantuan hukum;
3. menyelenggarakan penyuluhan hukum, konsultasi hukum, dan
program kegiatan lain yang berkaitan dengan penyelenggaraan
bantuan hukum;
4. menerima anggaran dari negara untuk melaksanakan bantuan
hukum berdasarkan Undang-Undang ini;
54
5. mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara
yang menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
6. mendapatkan informasi dan data lain dari pemerintah ataupun
instansi lain, untuk kepentingan pembelaan perkara; dan
7. mendapatkan jaminan perlindungan hukum, keamanan, dan
keselamatan selama menjalankan pemberian Bantuan Hukum.
Dalam melakukan tugasnya, menurut Pasal 10 UU Bantuan Hukum,
Pemberi Bantuan Hukum berkewajiban untuk:
1. melaporkan kepada Menteri tentang program bantuan hukum;
2. melaporkan setiap penggunaan anggaran negara yang digunakan
untuk pemberian bantuan hukum berdasarkan Undang-Undang
ini;
3. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bantuan hukum bagi
advokat, paralegal, dosen, mahasiswa fakultas hukum yang
direkrut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a;
4. menjaga kerahasiaan data, informasi, dan/atau keterangan yang
diperoleh dari Penerima Bantuan Hukum berkaitan dengan
perkara yang sedang ditangani, kecuali ditentukan lain oleh
Undang-Undang; dan
5. memberikan Bantuan Hukum kepada Penerima Bantuan Hukum
berdasarkan syarat dan tata cara yang ditentukan dalam Undang-
Undang ini sampai perkaranya selesai, kecuali ada alasan yang
sah secara hukum. dari dan tanggung jawab dari pemberi bantuan
hukum.26
26
Teti Marsaulina, S.H., LL.M., Bantuan Hukum Arti dan Peranannya,
(http://lbh.unpar.ac.id)
55
O. Tri Dharma Perguruan Tinggi
Tri Dharma Perguruan Tinggi ada 3 poin: yaitu Pendidikan dan
Pengajaran, Penelitian dan Pengembangan, Pengabdian Kepada
Masyarakat. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1. Pendidikan dan Pengajaran
Pendidikan dan Pengajaran bisa dijadikan pilar utama Tri
Dharma Perguruan Tinggi, sebab pendidikan dan pengajaran sangat
penting untuk sebuah perguruan tinggi. Dengan adanya pendidikan
dan pengajaran yang baik perguruan tinggi bisa menghasilkan bibit
penerus bangsa yang kelak akan menjadikan bangsa ini menjadi lebih
terarah. Pendidikan dan pengajaran mungkin sudah diterapakan di
setiap perguruan tinggi yang ada di Indonesia sebab bukan perguruan
tinggi namanya jida tida ada pendidikan dan pengajaran di dalamnya,
tetapi pendidikan dan pengajaran yang ada pada seluruh perguruan
tinggi tidak semuanya berkualitas, tidak semuanya bisa menghasilkan
bibit unggul.
Apa gunanya ada pendidikan dan pengajaran tetapi lulusan-
lulusan yang dihasilkan tidak berkualitas, jadi itulah mengapa
Pendidikan dan Pengajaran dijadikan pilar utama Tri Dharma
Pendidikan. Pendidikan dan Pengajaran yang tidak berkualitas itulah
yang harus diubah kearah yang lebih baik. Hal ini terjadi karena
Pendidikan dan pengajaran yang dimaksud dalam Tri Dharma ini
adalah dalam rangka untuk meneruskan pengetahui atau dengan kata
lainnya transfer of knowledge ilmu pengetahuan yang telah
dikembangkan oleh mahasiswa melalui penelitian di perguruan tinggi.
Dalam perguruan tinggi dinegara kita ini dikenal dengan istilah stara,
mulai dari stara satu(S-1) yang merupakan pendidikan program
sarjana, kemudian stara dua (S-2) yang merupakan pendidikan
perogram magister, kemudian stara tiga (S-3) yang merupakan
56
pendidikan doktor dalam suatu disiplin ilmu, dan pendidikan jalur
non-gelar (diploma).
2. Penelitian dan Pengembangan
Penelitian dan Pengembangan juga sangat penting untuk
perguruan tinggi, karena dengan adanya penelitian dan pengembangan
mahasiwa bisa mengembangkan ilmu pengetahuan dan penerapat
bidang ilmu teknologi. Penelitian dapat dilakukan apabila adanya
tenaga-tenaga ahli yang dihasilkan melalui proses pendidikan dan
pengajaran, maka dari itu penelitian dan pengembangan memiliki
peran yang sangat penting karena tanpa adanya penelitian, pendidikan
akan menjadi terhambat.
Dalam hal ini penelitian diperguruan tinggi tidak hanya
diarahkan untuk penelitian terapan saja, tetapi juga sekaligus
melaksakan penelitian ilmu-ilmu dasar yang manfaatnya bisa lebih
terasa untuk masa depan yang akan datang. Berdasarkan kegunaan dan
prioritasnya penelitian dapat dibagi menjadi tiga bagian. adanya
pendidikan bagi calon peneliti untuk meningkat kemampuan dan
keterampilan peneliti. Peneletian untuk pengembangan ilmu
pengetahuan. Penelitian yang akan langsung menunjang
pembangunan.
3. Pengabdian Kepada Masyarakat
Pengabdian kepada masyarakat diterapakan dengan cara
adanya kontribudi oleh perguruan tinggi terhadap masyarakat.
Kontribusi dalam hal ini adalah kontribusi yang bersifat konkrit yang
bisa dirasan oleh masyarakat yaitu dengan adanya penerapan ilmu
teknologi yang dikembangkan melalui penelitian. Aktivias ini harus
dilakukan bagi setiap perguruan tinggi yang tidak bersifat mencari
keuntungan. Dengan adanya pengabdian kepada masyarakat disini
diharapkan adanya umpan balik kepada perguruan tinggi yang akan
57
dilakukan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
lebih lajut. Jika tidak adanya pengabdian kepada masyarakat,
perguruan tinggi tidak akan bisa melakukan pengembangan ilmu
teknologi lebih lanjut.
P. Profil Lembaga Konsultasi Dan Bantuan Hukum FSH
Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) Fakultas Syariah
dan Hukum (FSH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dibentuk sejak tahun
2003 dan merupakan pengembangan dari lembaga serupa sebelumnya yang
bernama Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Syahid. LKBH ini bertujuan
membantu masyarakat menyelesaikan berbagai problematika hukum, baik
hukum Islam maupun hukum positif di Indonesia pada umumnya.
Seperti persoalan perselisihan rumah tangga / perceraian, pembagian harta
waris, sengketa waris, pembagian harta gono-gini, sengketa perdata, kasus
pidana, dan lain-lain.
h. 1. Visi dan misi
mengenahi tentang Visi dan Misi Lembaga Konsultasi dan
Bantuan Hukum (LKBH) Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta adalah sebagai berikut:
Visi dari Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) ini
adalahMewujudkan keadilan Islam dalam masyarakat
adapun Misi ddari Lembaga Bantuan Dn Konsultasi Hukum
Fakultas Syariah dan Hukum UIN adalah:
1. Memberikan bantuan hukum kepada masyarakat baik litigasi
maupun non litigasi
2. Melakukan pengkajian, penelitian, dan pengembangan
praktik hukum di masyarakat, khususnya yang bernuansa
Islami
58
3. Meningkatan kualitas SDM yang kompeten di bidang
advokasi
4. Membina dan mengembangkan insan advokat yang
menjunjung tinggi syariah;
5. Menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan
lembaga pemerintah atau non pemerintah.
h.2 Program Kerja yang tercantum pada LKBH adalah sebagai
berikut:
h.2.1. Sekretariat
1. Mengusahakan tersedianya sekretariat/kantor LKBH
yang permanen dan representatif. Semantara ini
kantor/Sekretariat untuk LKBH masih menjadi satu
yaitu di ruang Lembaga yang biasa disebut dengan
ruang Bersama. Sehingga orang mau mengadukan
kasus maupun mau konsultasi menjadi tidak leluasa
sebab takut di dengarkan oleh orang lainnya. Maka dari
itu di harapkan kedepan mempunyai sekretariat yang
permanan dan representatif
2. Menyelenggarakan tata persyuratan
Tata persurantan yang baik untuk sebuah kasus tidak
semudah membuat tata persuratan biasa. Bahkan harus
menggunakan bahasa hukum. Jadi sangat sulit jika yang
menata pesuratan bukan orang yang mahir dalam tata
persuratan hukum yang biasa disebut dengan
kenotariatan.
3. Melakukan registrasi keanggotaan dan menyusun data
base anggota. Registrasi/pendaftaran keanggotaan
59
secara teoritis gampang untuk di rencanakan akan tetapi
dalam prakteknya sangat sulit untuk membuat data base
untuk anggota. Kendalanya orang lebih percaya kepada
Lembaga Bantuan Hukum Swasta dari pada Lembaga
Bantuan Hukum yang ada di kampus. Sebab kalau
dikampus orang merasa bahwa akan dijadikan sebagai
alat praktik mahasiswa. Jadi masih ragu akan keahlian
pakar hukum yang ada di kampus, selain sebagai alat
praktik kalau kampus hanya belajar teori jadi masih
membuat masyarakat ragu-ragu akan kemampuannya
LKBH.
h.2.2. Bidang Litigasi
1. Memberikan advokasi pada kasus-kasus hukum
melalui pengadilan
2. Melakukan bedah kasus dalam proses pembelajaran
mahasiswa FSH/anggota
h.2.3. Bidang Non Litigasi
1. Memberikan konsultasi hukum
2. Memberikan pendapat hukum (legal opinion)
h.2.4. Bidang Pengkajian, Penelitian dan Pengembangan
1. Melakukan penelitian dan pengembangan organisasi
2. Melakukan pengkajian terhadap pembentukan dan
pengembangan perundang-undangan di Indonesia,
khususnya yang bernuansa syariah
3. Melakukan pengkajian aspek hukum lembaga
keuangan syariah
60
4. Melakukan seminar, dialog, lokakarya untuk
membahas berbagai persoalan praktik Hukum Islam
di masyarakat
h.2.5. Bidang Pelatihan dan Sosialisasi
1. Meningkatkan hubungan dan kerjasama dengan
berbagai kalangan, antara lain dengan organisasi
pemerintah, dan non pemerintah
2. Mengadakan pelatihan kemahiran hukum
Melaksanakan PKPA
3. Memberikan sosialisasi hukum Islam/perundang-
undangan, khususnya yang bernuansa Syariah.27
27
http://fsh-uinjkt.net/index.php?option=com_content&view=article&id=137&Itemid=93
61
BAB III
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
F. Sejarah Berdirinya Fakultas Syariah
Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (selanjutnya UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki sejarah yang cukup panjang sejak didirikannya di
tahun 1966,28 meskipun jika dibandingkan dengan Fakultas Syari’ah IAIN Jakarta
lebih tua, tapi dibandingkan dengan Fakultas-Fakultas Syari’ah lain yang ada dalam
lingkungan IAIN-UIN di seluruh Indonesia, Fakultas Syari’ah dan Hukum, jelas
menjadi Fakultas pertama dan mudah-mudahan sekaligus yang utama. Kini, Fakultas
Syari’ah dan Hukum adalah salah satu dari sepuluh Fakultas yang ada di lingkungan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan jika dilihat dari sisi jumlah mahasiswanya
merupakan Fakultas terbesar kedua sesudah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
Sejarah Fakultas Syari’ah dan Hukum merupakan bagian dari rangkaian panjang
sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Karenanya, sejarah pendirian Fakultas
Syariah dan Hukum ini tidak terlepas dari sejarah panjang UIN Jakarta, yang basis
kelembagaannya berawal dari Akademi Dinas Ilmu Agama (ADIA). ADIA didirikan
pada tanggal 1 Juni 1957, dan untuk pertama kalinya mempunyai dua jurusan, yaitu
Jurusan Syari’ah dan Jurusan Bahasa Arab, serta kemudian ditambah dengan Jurusan
Khusus Imam Tentara berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 1960.29
Dalam perkembangan berikut, ADIA berkembang pesat mengikuti tuntutan dan
tantangan kebutuhan kelembagaan yang memayunginya, yaitu Departemen Agama.
Sesuai dengan fungsinya sebagai akademi kedinasan, mahasiswa ADIA hanya
terbatas pada mereka yang mendapat tugas belajar (pegawai/guru agama) dalam
model ikatan dinas di lingkungan Departemen Agama dari seluruh daerah di
Indonesia.
28
Komaruddin Hidayat, dkk, Pedoman Akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta 2010/2011, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h.142 29
Pedoman Akademik Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tahun akademik 2007/2008., h. 13
62
Pada tanggal 4 Agustus 1960, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun
1960 ADIA pun diubah menjadi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta, dan akademi kedinasan yang serupa di Yogyakarta berubah
menjadi IAIN Sunan Kali Djaga Yogyakarta. Pada tahap berikutnya, berdasarkan
Keputusan Menteri Agama RI No. 94 Tahun 1963, diadakan pembagian tugas
pembinaan antara IAIN Yogyakarta dan IAIN Jakarta bertugas mengkoordinasi
Fakultas-fakultas Agama Islam yang berada di wilayah Jakarta Raya, Jawa Barat dan
Sumatera. Peresmian pembagian wilayah pembinaan dimaksud dilaksanakan pada
18 Maret 1963. pada forum tersebut sekaligus dilakukan serah terima jabatan
Rektor dari Prof,H.A.Soenardjo, SH kepada Prof. Drs. Sunardjo.30
Pada saat serah terima jabatan, IAIN Jakarta memiliki empat Fakultas, yaitu
Fakultas Tarbiyah, Fakultas Adab dan Fakultas Ushuluddin di Jakarta, serta Fakultas
Syari’ah di Serang. Pada akhir tahun 1966 muncul pemikiran untuk membuka
Fakultas Syari’ah di Jakarta. Untuk tahap persiapan dibentuk satu Tim yang dipimpin
langsung oleh Rektor Prof. Drs. Sunardjo. Dengan anggotanya sebagai berikut:
1. Prof. Toha Yahya Umar, MA (w. )
2. Prof. H. Bustami A. Gani (w. )
3. K.H. A. Zaini Miftah (w. )
4. H.Anshar Suryohadibroto (w. )
5. Drs. H. Peunoh Daly (w. 1995)
6. Utja Djaelani (w. )
7. Prof. H. Ibrahim Hosen (1917-2001)
8. Suwahjo Sumodilogo, SH (w. )
9. H.Ahmad Sukardja, BA
10. Muhammad Duni Arifin (w. )
11. H. Rustan, S, A, BA
30
Pedoman Akademik Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tahun akademik 2007/2008., h.13-14
63
Karena sarana dan prasarananya belum siap dan belum memadai, maka
fakultas Syari’ah Jakarta baru menerima mahasiswa mulai pada tahun ajaran 1968.
Untuk tahap awal, pimpinan fakultas dirangkap oleh Rektor (Prof. Drs. Sunardjo) dan
pelaksana hariannya diserahkan kepada Drs. H. Peunoh Daly yang merangkap
sebagai Ketua Jurusan Ilmu Agama di Fakultas Tarbiyah. Kemudian baru Rektor
mengangkat K.H. M. Syukri Ghazali sebagai pimpinan Fakultas Syari’ah pertama.
Semenjak itu resmilah Fakultas Syari’ah Jakarta sebagai salah satu Fakultas di
lingkungan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Agama Nomor 159 Tahun 1967.
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang didalamnya ada Fakultas Syari’ah,
menempati posisi yang unik dan strategis. Hal ini disadari betul oleh pimpinan IAIN
dan Fakultas Syari’ah Khususnya, terutama ketika mandat kajian Islam tidak mungkin
ditinggalakan dari kajian ke ilmuan lainnya. Tidak dapat diingkari bahwa IAIN dan
Fakultas Syari’ah tidak hanya menjadi ‘Jendela Islam di Indonesia’ tetapi juga sebagai
simbol bagi kemajuan pembangunan Nasional, terutama dibidang pembangunan
sosial keagamaan. Karenanya, pengintegrasian ilmu agama dan Ilmu Umum menjadi
hal yang sangat penting.
Langkah yang diambil dalam pengintegrasian tersebut adalah konversi
(perubahan) Institut menjadi Universitas. Wacana langkah maju perubahan bentuk
ini dari IAIN menjadi UIN mendapat rekomendasi pemerintah dengan ditanda-
tanganinya Surat Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Pendidikan Nasional RI
Nomor 4/U/KB/2001 dan Menteri Agama RI Nomor 500/2001 tanggal 21 Nopember
2001 yang merekomendasikan pembukaan 12 program studi umum di Lingkungan
IAIN yang akhir berubah menjadi UIN. Setelah itu, Keputusan Presiden No. 031
tanggal 20 Mei 2002 dikeluarkan untuk menetapkan perubahan bentuk dari IAIN
menjadi UIN.31
Perubahan IAIN menjadi Universitas berdampak berantai pada eksistensi
kelembagaan fakultas di lingkungan UIN jakarta. Dari perubahan tersebut,
konsekuensinya bagi Fakultas Syari’ah adalah harus dibukanya Progran Studi Umum,
31
Pedoman Akademik Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tahun akademik 2007/2008., h. 15
64
yaitu Ilmu hukum. Untuk mengantisipasi dan mengakomodasi implikasi
kelembagaan dimaksud, Fakultas Syari’ah dikembangkan menjadi Fakultas Syari’ah
dikembangkan menjadi fakultas Syari’ah, walaupun saat ini Program Studi Ilmu
Hukum belum mendapat izin operasional dari Departemen Pendidikan Nasional RI.
G. Visi, Misi dan Tujuan Fakultas Syariah dan Hukum
Seiring dengan tuntutan zaman dan perubahan ADIA-IAIN-UIN, Fakultas
Syari’ah dan Hukum pun telah mengalami perbaikan dan penyempurnaan visi, misi
dan tujuan Fakultas dan Hukum UIN Jakarta sekarang ini adalah sebagai berikut:32
Dalam mewujudkan Visi Fakultas Syari’ah dan Hukum sebagai Fakultas yang
unggul, handal dan terdepan dalam pengkajian, pengembangan, dan
pengintegrasian serta penerapan Ilmu Syari’ah, Ilmu Hukum, dan Ilmu Ekonomi
Islam yang berorientasi pada nilai-nilai keislaman, kemanusiaan, dan keindonesiaan.
Untuk dapat mewujudkan Visi sebagai Fakultas yang unggul dan handal
ditetapkan sebagai misi Fakultas Syari’ah dan Hukum yakni mewujudkan hal-hal
sebagai berikut:
a. Melaksanakan pengajaran dan pendidikan yang integratif dalam ilmu-
ilmu Syari’ah, Ilmu Hukum, Ilmu Ekonomi Islam baik yang bersifat
teoritis maupun praktis
b. Mengembangkan dan menerapkan Ilmu-Ilmu Syari’ah, Ilmu Hukum,
dan Ilmu Ekonomi Islam yang berbasis penelitian.
c. Memberikan landasan akhlak dan moral terhadap pengembangan dan
praktek ilmu-Ilmu Syari’ah, Ilmu Hukum dan Ilmu Ekonomi Islam di
masyarakat
d. Mengembangkan dan membina kehidupan Civitas Akademika yang
menjunjung tinggi kebenaran akademis, keterbukaan, kritis, kreatif,
32
Pedoman Akademik Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tahun akademik 2007/2008., h. 18
65
dan inovatif serta tanggap terhadap perubahan-perubahan sosial, baik
dalam skala nasional, regional maupun global
e. Menyelenggarakan manajemen modern perguruan tinggi yang
berorientasi pada mutu profesionalisme, dan keterbukaan serta
memiliki daya saing yang tinggi dan kuat
f. Memupuk dan menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan
lembaga-lembaga pemerintah maupun non-pemerintah, perguruan
tinggi, industri, dan lain-lain, baik dalam maupun luar negeri, dan
g. Memberikan perhatian yang sunguh-sungguh terhadap upaya
implementasi syari’ah Islam dalam kontes keindonesian sekaligus
kemoderenan.
Tujuan pendidikan program sarjana bidang Ilmu Syari’ah dan Hukum adalah
menyiapkan peserta didik atau mahasiswa menjadi sarjana hukum Islam, Sarjana
Ekonomi Islam dan atau sarjana Hukum Hukum yang kompeten di bidangnya. Dan
untuk lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
a. menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kecerdasan dan kemampuan akademik dan/atau profesional di
bidang ilmu-ilmu syari’ah, Ilmu hukum dan Ilmu Ekonomi Islam dan
b. mengembangkan dan meyebarluaskan ilmu pengetahuan di bidang
Ilmu-ilmu syari’ah, Ilmu Hukum dan Ekonomi Islam, serta mampu
mengupayakan untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional.
H. Tokoh-tokoh yang Pernah Memimpin Fakultas Syariah
Tokoh-tokoh yang menjadi pimpinan di Fakultas Syariah dan Hukum Sejak Awal
Berdiri sampai dengan Sekarang tahun 2013 adalah sebagai berikut:
Periode pertama 1968-1972
66
Dekan : KH. M. Syukri Ghazali (w. )
Pembantu Dekan I : Drs. Zarkowi Soejoeti
Pembantu Dekan II : Drs. Moh. Dja’far
Sekretaris/Bendahara : Rustan, SA, BA
Periode Kedua,1972-1975
Dekan : Drs. Peunoh Daly
Pembantu Dekan I : Muhibuddin Waly
Pembantu Dekan II : Drs. Moh. Dja’far
Pembantu Dekan III : Drs. A. Mustadjib
Sekretaris : Drs. Mudzakir Djaelani (w. )
Periode Ketiga,1975-1977
Dekan : Drs. Amir Syarifuddin
Pembantu Dekan I : Drs. A. Mustadjib
Pembantu Dekan II : Drs. Rustan SA
Pembantu Dekan III : Drs. H. Ahmad Amin
Sekretaris : Drs. H. Husni Thoyyar
Periode Keempat, 1977-1979
Dekan : Drs. Amir Syarifuddin
Pembantu Dekan I : Drs. A. Mustadjib
67
Pembantu Dekan II : Drs. Rustan SA
Sekretaris : Drs. H. Ahmad Amin
Periode Kelima, 1979-1982
Dekan : H.A.Wasit Aulawi, MA (w)
Pembantu Dekan I : Drs. H. Ahmad Amin (w)
Pembantu Dekan II : Drs. Rustan, SA
Pembantu Dekan III : Drs. H. Husni Thoyyar
Sekretaris : Drs. A.Asnawi (w. 1991 )
Periode Keenam, 1982-1983
Dekan : H.A.Wasit Aulawi, MA (w)
Pembantu Dekan I : Drs. A. Mustadjib
Pembantu Dekan II : Drs. Rustan, SA
Pembantu Dekan III : Drs. H. Husni Thoyyar
Sekretaris : Drs. H. Husni Thoyyar
Periode Ketujuh, 1983-1986
Dekan : Drs. H.Peunoh Daly
Pembantu Dekan I : Drs. H. Ahmad Amin
Pembantu Dekan II : Drs. H.Mas’udi
Pembantu Dekan III : Drs. H.Rustan SA
68
Periode Kedelapan, 1986-1991
Dekan : Drs. H.Peunoh Daly (w. 1995)
Pembantu Dekan I : Drs. A. Mustadjib/Drs. H.Mas’udi
Pembantu Dekan II : Drs. H.Rustan SA
Pembantu Dekan III : Drs. H.A.Chairuddin, SH
Periode Kesembilan, 1991-1994
Dekan : Drs. A. Mustadjib, MA (w. 2004)
Pembantu Dekan I : Drs. H.Mas’udi/
Drs. H.A.Chairuddin, SH
Pembantu Dekan II : Drs. Rustan, SA/
Drs. H.Mas’udi
Pembantu Dekan III : Drs. H.A.Chairuddin, SH/
Drs. Rustan, SA
Kabag TU : Drs. H.Zaeni Ma’sudi, SH (w. 2002)
Periode Kesepuluh, 1994-1998
Dekan : Drs. H.A.Chairuddin, SH (w. 2001)
Pembantu Dekan I : Dr. Hasanuddin AF.MA.
Pembantu Dekan II : Drs. H.Mas’udi/
Drs. Rustan SA
Pembantu Dekan III : Drs. Rustan, SA/
69
Dr.Fathurrahman Djamil, MA
Kabag TU : Drs. Husnan Dja’far
Periode Kesebelas,1998-2002
Dekan : Prof. Dr.H. M. Amin Suma, MA
Pembantu Dekan I : Dr. Hasanuddin AF.MA.
Pembantu Dekan II : Drs. Rustan, SA/
Drs. H.Zaini Ma’sudi,SA
Pembantu Dekan III : Drs. Afifi Fauzi Abbas, MA
Kabag TU : Dra. Hj.Farida Djamal/
Ir. Yarsi Berlianti
Periode Kedua Belas, 2002-2006
Dekan : Dr. Hasanuddin AF.MA.
Pembantu Dekan I : Prof. Dr.Hj.Huzaemah Tahido
Pembantu Dekan II : Drs. Afifi Fauzi Abbas, MA
Pembantu Dekan III : Drs. H. Odjo Kusnara N, M.Ag.
Kabag TU : Ir. Yarsi Berlianti
Periode Ketigabelas, 2006-2010
Dekan : Prof. Dr.H. Muhammad Amin Suma,
SH, MA, MM
Pembantu Dekan I : Dr. Mujar Ibnu Syarif, M.A
70
Pembantu Dekan II : Drs. Noryamin Aini, MA
Pembantu Dekan III : Dr. Yayan Sopyan, M.Ag.
Kabag TU : Ir. Yarsi Berlianti/
Drs. H. Burhanuddin Yusuf, MM
Periode Keempat Belas, 2010-2014
Dekan : Prof. Dr.H. Muhammad Amin Suma,
SH, MA, MM
Pembantu Dekan I : Dr. H. Ahmad Mukri Aji, MA
Pembantu Dekan II : Dr. H. Jaenal Aripin, MA/
Prof. Dr. H. Yunasril Ali, MA
Pembantu Dekan III : Dr. J.M Muslimin, MA.
Kabag TU : Drs. H. Zaenal Arifin, M.Pd.I/
Drs. H.Sadeli
I. Program Studi di Fakultas Syariah
Hingga kini (tahun 2013) Fakultas Syari’ah dan Hukum memiliki 6 (Enam)
Program Studi dan 1(Satu) Program Double Degree. Dari setiap Program Studi
memiliki beberapa cabang Konsentrasi. Masing-masing adalah sebagai berikut :33
a. Program Studi Ahwal Syakhshiyyah (Hukum Keluarga Islam)
Secara historis dapat dikemukakan bahwa Program Studi ini pada mulanya
bernama jurusan al-Qadha. Lalu, dalam perkembangannya berubah nama
33
Pedoman Akademik Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tahun akademik 2007/2008., h.19
71
menjadi Jurusan Peradilan Agama. Seiring dengan perubahan regulasi
pendidikan tinggi agama islam, ia kemudian berubah menjadi Program Studi
Ahwal Syakhshiyyah yang memiliki 2 (dua) konsentrasi, yaitu Konsentrasi
Peradilan Agama dan Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam. Dalam
perkembangannya yang terkini (2013), Program Studi ini disempurnakan
namanya menjadi Program Studi Ahwal Syakhshiyyah (Hukum Keluarga Islam)
dengan 2 (dua) Konsentrasi tersebut.
Program Studi ini memiliki 2 (dua) Konsentrasi, yaitu:
1. Konsentrasi Peradilan Agama
2. Konsentrasi Administrasi Keperdataan Islam
b. Program Studi Jinayah Dan Siyasah
Secara historis dapat dikemukakan bahwa Program Studi ini pada mulanya
bernama jurusanMuamalat Jinayah. Lalu, dalam perkembangannya (tahun 1995)
dikembangkan menjadi 2 (dua) Jurusan, yaitu Jurusan Jinayah Siyasah dan Jurusan
Muamalah. Seiring dengan perubahan regulasi pendidikan tinggi agama Islam,
Jurusan Jinayah kemudian dikembangkan menjadi Program Studi yang memiliki 2
(dua) Konsentrasi, yaitu Konsentrasi Pidana Islam dan Konsentrasi Politik Islam
(Siyasah Syar’iyyah). Pada tahun 2007 program studi ini disempurnakan namanya
menjadi Program Studi Jinayah Siyasah (Kepidanaan dan Ketatanegaraan Islam)
dengan tetap memiliki 2 (dua) Konsetrasi dengan sedikit perubahan nama, yaitu
Konsentrasi Kepidanaan Islam (Jinayah sya’iyyah) dan Konsentrasi Ketatanegaraan
Islam (Siyasah Syar’iyyah).34
Hingga kini Program Studi ini memiliki 2 (dua) Konsentrasi, yaitu:
1. Konsentrasi kepidanaan Islam (Jinayah sya’iyyah)
2. Konsentrasi Ketatanegaraan Islam (Siyasah Syar’iyyah).
34
Pedoman Akademik Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tahun akademik 2007/2008., h. 25
72
c. Program Studi Perbandingan Mazhab dan Hukum (PMH)
Secara historis dapat dikemukakan bahwa Program Studi ini sejak semula
bernama Jurusan Perbandingan Mazhab dan Hukum. Lalu, seiring dengan perubahan
regulasi pendidikan tinggi agama islam, ia kemudian berubah menjadi Program
StudiPerbandingan Mazhab dan Hukum yang memiliki 2 (dua) Konsetrasi, yaitu
Konsetrasi Perbandingan Mazhab dan Konsetrasi Perbandingan Mazhab Khusus.
Dalam perkembangannya hingga yang terkini (2007), Program Studi ini
dipertahankan namanya seperti sediakala, yakni Program StudiPerbandingan Mazhab
dan Hukum dengan 3 (tiga) Konsetrasi tersebut, yaitu (1) Konsetrasi Perbandingan
Mazhab Fikih. (2) Konsetrasi Perbandingan hukum dan (3) Konsetrasi Perbandingan
Mazhab Fikih Khusus.35
Hingga kini Program Studi ini memiliki3 (tiga) Konsentrasi, yaitu:
1. Konsetrasi Perbandingan Mazhab Fikih (PMF)
2. Konsetrasi Perbandingan Hukum (PH)
3. Konsetrasi Perbandingan Mazhab Fikih Khusus
d. Program Studi Muamalah (Ekonomi Islam)
Secara historis dapat dikemukakan bahwa Program Studi ini pada mulanya
bernama Jurusan Muamalah Jinayah. Lalu, dalam perkembangannya (tahun 1995)
dikembangkan menjadi dua Jurusan, yaitu Jurusan Jinayah Siyasah dan Jurusan
Muamalah (Ekonomi Islam). Seiring dengan perubahan regulasi pendidikan tinggi
agama Islam, Jurusan Muamalah kemudian dikembangkan menjadi Progran Studi
Muamalah (Ekonomi Islam) yang memiliki 2 (dua) Konsetrasi, yaitu Konsetrasi
Perbankan Syari’ah dan Konsetrasi Asuransi Takaful
Dalam perkembangannya hingga yang terkini (2007), Program Studi ini
disempurnakan namanya, menjadi Program Studi Muamalah (Ekonomi Islam) dengan
35
Pedoman Akademik Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tahun akademik 2007/2008., h. 30
73
memiliki 3 (tiga) Konsetrasi tersebut, yaitu (1) Konsetrasi Perbankan Syari’ah (2)
Konsetrasi Asuransi Syari’ah dan (3) Konsetrasi Manajemen ZISWAF.36
Program Studi ini memiliki3 (tiga) Konsentrasi, yaitu:
1. Konsetrasi Perbankan Syari’ah
2. Konsetrasi Asuransi Syari’ah
3. Konsetrasi Manajemen ZISWAF
e. Program Double Degree
Program double gelar atau gelar ganda dalam rangka membekali mahasiswa
dengan kecakapan multidisipliner adalah jawaban untuk menjawab sebagian tantangan
yang saat ini di hadapi perguruan tinggi.
Fakultas Syariah dan Hukum saat ini mencetak sarjana dengan gelar Sarjana Syariah
(S.Sy.), Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy.), dan Sarjana Hukum (S.H.). Dengan kurikulum yang
bersifat konvergentif sebagaimana selama ini berjalan, plus kebutuhan menjawab berbagai
kebutuhan aktual, mulai tahun ajaran 2011/2012, Fakultas Syariah dan Hukum
menyelenggarakan program double degree.
f. Program Magister
Program Magister di buka ketika Fakultas Syariah usiannya 45 tahun, Fakultas
Syariah dan Hukum, berdasarkan SK Direktorat Jenderal Pendidikan Islam No DJ.
I/1874/2011 Tgl 28 Desember 2011 secara resmi membuka Program Strata 2
Magister Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Visi Misi
“Terwujudnya Fakultas Syariah dan Hukum sebagai Fakultas yang Unggul,
Handal, dan Terdepan dalam Pengkajian, Pengembangan, dan Pengintegrasian serta
36
Pedoman Akademik Fakultas Syari‟ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
tahun akademik 2007/2008., h. 37
74
Penerapan Ilmu Syariah, Ilmu Hukum dan Ilmu Ekonomi Islam yang berorientasi pada
Nilai-nilai Ke-islaman, Kemanusiaan, dan Ke-Indonesiaan”.
a. Melaksanakan pengajaran dan pendidikan yang integratif dalam ilmu-ilmu
syariah, ilmu hukum dan ilmu ekonomi Islam baik yang bersifat teroritis
maupun praktis;
b. Mengembangkan dan menerapkan ilmu-ilmu syariah, ilmu hukum dan ilmu
ekonomi Islam yang berbasis penelitian;
c. Memberikan landasan ahklak dan moral terhadap pengembangan dan
praktek ilmu-ilmu syariah, ilmu hukum dan ilmu ekonomi Islam di
masyarakat;
d. Mengembangkan dan membina kehidupan civitas akademika yang
menjunjung tinggi kebenaran akademis, keterbukaan, kritis, kreatif, dan
inovatif serta tanggap terhadap perubahan-perubahan sosial, baik dalam
skala nasional, regional maupun global;
e. Menyelenggarakan manajemen modern perguruan tinggi yang berorientasi
pada mutu, profesionalisme, dan keterbukaan serta memiliki daya saing yang
tinggi dan kuat;
f. Memupuk dan menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan
lembaga-lembaga pemerintah maupun non-pemerintah, perguruan tinggi,
industri dan lain-lain, baik dalam maupun luar negeri dan;
g. Memberikan perhatian yang sungguh-sungguh terhadap upaya implementasi
syariah Islam dalam konteks keindonesiaan sekaligus kemodernan.
Ketua Program Magister yang pertama adalah Prof. Dr. H. Atho
Muzhar, MA dengan di dampingi Sekretaris Program Yaitu Dr. H.
Hasanuddin, M.Ag yang kemudian Menjadi Ketua Program Pada Bulan Juli
2013 dengan Sekretaris M. Nur Rianto al. Arif, M.SI. dengan Staf
Administrasi Mufidah, SHI dan Mara Sutanrambe, SHI.
Untuk Angkatan Pertama Sekitar Lima Belas Orang yang masukdan
diterima di Program Magister Ekonomi Syariah. Kemudian Angkatan Kedua
75
Kurang Lebih ada 25 (Dua puluh lima) Pendaftar. Yang kemudian Sekitar 20
Mahasiswa yang di terima.
g. Program Studi Ilmu Hukum
Program Studi Ilmu Hukum Berdiri pada tahun 2008 dengan Ketua Program
Studi Dr. Thaher Azhari dan Sekretaris Program Studinya Dr. Euis Nurlaelawai, MA
kemdian Pada Tahun 2010 di Ketua dan Sekretaris Program Studi diganti dengan Dr.
Djawahir Hejazziey, SH., MA, sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studinya adalah
Drs. Abu Thamrin, M.Hum. Program Studi Ilmu Hukum sudah Terakreditasi B. Hal ini
terjadi karena pada waktu Akreditasi belum ada Mahasiswa yang Lulus.
Angkatan pertama program studi Ilmu hukum tidak terlalu banyak. Namun
setiap tahun angka peminat program studi ini sangat banyak sekali. Angakatan
Pertama Adayang Sudah lulus Pada Tahun 2012.
Program Studi Ilmu Hukum bertujuan untuk menyiapkan peserta didik
menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademika atau profesional
dalam bidang ilmu hukum, sehingga dapat menyebarluaskan serta menguapayakan
penggunaan dan pelaksanaannya di masyarakat.
Program Studi ini memiliki 3 (tiga) konsentrasi (peminatan), yaitu:
1. Hukum Kelembagaan Negara
Konsentrasi ini bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademika atau
profesional dalam bidang ilmu hukum, khususnya dalam bidang hukum
kelembagaan negara, sehingga dapat menyebarluaskan serta
menguapayakan pengguanaan dan pelaksannannya di masyarakat.
2. Hukum Internasional
Konsentrasi ini bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademika atau
profesional dalam bidang ilmu hukum, khususnya dalam bidang hukum
internasional, sehingga dapat menyebarluaskan serta menguapayakan
pengguanaan dan pelaksannannya di masyarakat.
76
3. Hukum Bisnis
Konsentrasi ini bertujuan untuk menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademika atau
profesional dalam bidang ilmu hukum, khususnya dalam bidang hukum
bisnis, sehingga dapat menyebarluaskan serta menguapayakan
pengguanaan dan pelaksannannya di masyarakat.37
Untuk menyiapkan dan mendidik Mahasiswa yang siap dan mumpuni
di bidangnya maka diperlukan dosen yang mumpuni, di Program Studi
Ilmu hukum Mempunyai Dosen Tetap dan Dosen Tidak Tetap.
Dosen tetap dipilah dalam dua kelompok, yaitu dosen tetap yang
bidang keahliannya sesuai dengan Program Studi dan dosen tetap yang
keahliannya di luar bidang Program Studi. Dari 17 orang dosen tetap, 3
orang profesor, berlatar belakang S3 sebanyak 3 orang dan S2 11
orang. Dilihat dari jenjang jabatan fungsional akademiknya, 17
orang (100%) adalah Pengajar. Sedangkan dosen tetap yang bidang
keahliannya di luar Program Studi sejumlah 12 orang, 2 orang
Profesor, berpendidikan S3 sebanyak 4 orang, S2 sebanyak 6 orang.
Di samping dosen tetap, Program Studi S1 Ilmu Hukum juga memiliki
jajaran dosen tidak tetap sejumlah 11 orang dengan jenjang pendidikan 2
dosen yang te!ah mencapai gelar profesor, 2 dosen berpendidikan S3 dan 5
orang dosen berpendidikan S2. Adapun disiplin ilmu dosen tetap maupun dosen
tidak tetap, telah sesuai dengan Program Studi dan mata kuliah yang diampu.
Dari dosen tetap yang dimiliki Program Studi Ilmu Hukum baik yang sesuai
dengan keahlian PS atau yang di luar keahlian PS dan 90 % sudah lulus sertifikasi
dosen.38
Tenaga kependidikan yang dimiliki sebanyak 42 orang dengan kualifikasi 31
orang berpendidikan S1, 5 orang berpendidikan S2, dan 6 orang
37
Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Dkk, Pedoman Akademik Program Strata I 2013/2014,
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013), hal.162
38
Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama
Republik Indonesia Nomor: Dj.I/480/2009 Tentang Penetapan Kelulusan Peserta Sertifikasi Dosen
Perguruan Tinggi Agama Islam Tahun Anggaran 2009.
77
berpendidikan SMA/SMK.Jumlah tenaga dosen dan tenaga kependidikan
dirasakan cukup. Rasio dosen tetap dibandingkan dengan jumlah mahasiswa
terdaftar, sehingga bisa dikatakan, sumber daya manusia masih sangat
mencukupi untuk menyelenggarakan Program Studi.
Dosen Tetap (Dosen Homebase) yang ada di Program Studi Ilmu
Hukum adalah Sebagai Berikut:
No. Nama Dosen
Tetap
NIDN Jabatan
Akade-
mik
Gelar
Akade-
mik
Pendidi-kan
S1, S2, S3
dan Asal PT*
Bidang
Keahlian
untuk Setiap
Jenjang
Pendidi-kan
(1) (2) (3) (5) (6) (7) (8)
1 H. Abd. Ghani
Abdullah -
Guru
Besar
SH, Dr,
Prof
S1
Universitas
Islam
Djakarta
Ilmu Hukum
S3
IAIN Jakarta Studi Islam
2 H. A. Salman
Maggalatung,
Guru
Besar
Dr, SH,
MH, Prof
S1 IAIN
Makassar
Perbandinga
n Mazhab
dan Hukum
S 1 Unpati
Ambon Ilmu Hukum
S2 Unpati
Ambon
Ilmu Hukum
78
S 3 Unpati
Ambon
Ilmu Hukum
3 Abdullah
Sulaiman
Guru
Besar
Dr, SH,
MH, Prof
S 1
Universitas
Hasanudin
Ilmu Hukum
S 2
Universitas
Indonesia
Hukum Bisnis
S 3
Universitas
Indonesia
Hukum Bisnis
4 Euis Nurlaelawati 20-0407-
7001
Lektor
***
S.Ag, MA,
Ph.D
S-1
IAIN Jakarta
Perbandinga
n Mazhab
dan Hukum
S-2
Leiden
University
Studi Islam
S-3
Utrecht
University
Hukum Islam
5 J.M. Muslimin Lektor
***
S.Ag, MA,
Ph.D
S-1
IAIN Jakarta
Pidana dan
Perdata
Islam
79
S-2
Leiden
University
Studi Islam
S-3
Hamburg
University
Hukum Islam
6 Asep Syarifudin
Hidayat
20-2111-
6901
Lektor
***
Drs, SH,
MH
S-1
IAIN Jakarta
Peradilan
Agama
S-1
Univ.
Muhamma-
diyah
Jakarta
Ilmu Hukum
S-2
Univ.
Muhamma-
diyah Jakarta
Ilmu Hukum
7 Djawahir
Hejazziey
20-1510-
5501
Lektor
***
Drs, SH,
MH
S-1
IAIN Jakarta
Pendidikan
Bahasa
Inggris
S-1
UID Jakarta
Hukum
Perdata
80
S-2
IIQ Jakarta Studi Islam
8 Nahrowi 20-1502-
7301
Lektor
*** SH, MH
S1 Universitas
Janabadra
Jogjakarta
Hukum
Perdata
S2
Univ.
Muhamma-
diyah
Jakarta
Hukum
Ekonomi
9 Bambang Catur
SP
20-2312-
6601
Asisten
Ahli***
SH, MH
S1
UniversitasBr
awijaya
Malang
Ilmu Hukum
S2
UNDIP
Semarang
Ilmu Hukum
10 Abu Tamrin 20-0809-
6501
Lektor
***
Drs, SH,
M.Hum
S-1
IAIN Sunan
Kalijaga
Pendidikan
Agama Islam
S-1
Universitas
Janabadra
Hukum
Perdata
81
S-2
UII Jogjakarta
Hukum Tata
Negara
11 Burhanuddin 20-1903-
5901
Penata
***
SH,
M.Hum
S-1
UNDIP
Semarang
Ilmu Hukum
S-2
UNDIP
Semarang
Ilmu Hukum
12 Dedy Nursamsi 20-0111-
6101
Lektor
***
SH,
M.Hum
S-1
UII Jogjakarta
Ilmu Hukum
S-2
UII Jogjakarta Ilmu Hukum
13 Ria Safitri 20-2011-
7101
Lektor
***
SH,
M.Hum
S-1
Universitas
Sebelas
Maret
Surakarta
Ilmu Hukum
S-2
UNDIP
Semarang
Ilmu Hukum
82
14 Ismail Hasani
Lektor
S.Ag, MH
S1
IAIN Jakarta
Perbandinga
n Mazhab
dan Hukum
S2
Univ.
Muhamma-
diyah
Jakarta
Hukum
Ekonomi
15 Alfitra
Lektor
*** SH, MH
S1
Univ. Bung
Hatta
Ilmu Hukum
S2
Univ.
Muhamma-
diyah
Jakarta
Ilmu Hukum
16 Fitria Penata
Muda Tk.
I
SH, MR S1
Universitas
Diponegoro
Ilmu Hukum
S2
Sorbone
University
Perancis
Hukum
Internasional
83
17 Nur Habibi Penata
Muda Tk.
I
SH.I, MH S1 UIN Syarif
Hidayatullah
Jakarta
Hukum Islam
S2
Universitas
Indonesia
Hukum Tata
Negara
18 Nurrohim., LLM. Penata
Muda Tk.
I
LLM
Dosen tetap yang bidang keahliannya di luar bidang PS
No.
Nama
Dosen
Tetap
NIDN**
Jabatan
Akademik**
*
Gelar
Akademik
Pendidikan
S1, S2, S3
dan Asal PT*
Bidang Keahlian
untuk Setiap
Jenjang
Pendidikan
(1) (2) (3) (5) (6) (7) (8)
1 Atho
Mudzhaar
Guru
Besar***
Dr, MSPD
S 1 IAIN
Jakarta
Fiqh
S 2 University
of Quensland
Australia
Sosiologi Hukum
S 3
University of
California
Sosiologi Hukum
84
2.
Muhamma
d Amin
Suma
Guru
Besar***
SH, MA,
MM, Dr
S 1 IAIN
Jakarta
Peradilan Agama
S1 Universitas
Muhammadiy
ah Jakarta
Ilmu Hukum
S 2
IAIN Jakarta
Ilmu Agama
Islam
S 2
Universitas
Tama
Jagakarasa
Manajemen
S 3
UIN Jakarta
Kajian Islam
3 Basiq Djalil Lektor
Kepala Drs, SH, MA
S 1 IAIN
Jakarta
Peradilan Agama
S 1
Universitas
Islam
Assyafiiyyah
Ilmu Hukum
S 2 UIN Syarif
Hidayatullah
Peradilan Agama
4 H.Supriyadi
Ahmad
20-2811-
5801
MA. Dr
S1
IAIN Jakarta
Perbandingan
Agama
85
Lektor***
S2
IAIN Jakarta
Pengkajian Islam
S3
IAIN Jakarta
Pengkajian Islam
5 Ahmad
Tholabi
Lektor***
M.Ag. Dr.
S 1 IAIN
Jakarta
Ilmu Fiqh
S 2 UIN Syarif
Hidayatullah
Ilmu Fiqh
S 3 UIN Syarif
Hidayatullah
Ilmu Fiqh
6 Hj.Mesraini
20-1302-
7601
Lektor***
MA. Dr
S1
IAIN Padang
Peradilan Agama
S2
UIN Jakarta
Syariah
S3
UIN Jakarta
Syariah
Kompetensi yang diharapkan dari para lulusan Program Studi S1 Ilmu Hukum
adalah mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat baik masyarakat di
lingkungan sekitar maupun dunia kerja. Selain itu para lulusan diharapkan juga mampu
berbahasa Arab dan Inggris secara aktif dan pasif baik secara lisan maupun tulisan.
Oleh karena itu kurikulum yang disusun sudah memuat arahan dalam pengembangan
dan pelatihan kompetensi, yang di antaranya, melalui penyelenggaraan pelatihan
bidang hukum baik litigasi mapun non-litigasi seperti pelatihan peradilan semu,
86
pelatihan membuat legal drafting dan seminar tentang kesyariahan dan ilmu hukum
yang semuanya disampaikan oleh praktisi yang kompeten.
Proses belajar pada mahasiswa adalah masalah yang kompleks yang terdiri dari
proses internal terjadi dalam diri peserta didik, yang secara lahiriah tidak terlihat.
Sedangkan proses eksternal yaitu petunjuk atau indikator yang nampak dari luar
sebagai cerminan terjadinya proses pembelajaran secara internal. Dosen sudah
mengarahkan proses eksternal sedemikian rupa sehingga dapat mempengaruhi
proses internal. Kegiatan mengajar ini dibagi menjadi dua macam, yakni, pertama,
kegiatan umum yang meliputi seluruh kegiatan yang dilakukan dosen pada waktu
mengajar termasuk meningkatkan motivasi mahasiswa dalam belajar, mengetahui
tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh mahasiswa, dan kedua, kegiatan yang
memberitahukan tujuan perkuliahan yang harus dicapai oleh mahasiswa setelah
mengikuti perkuliahan.
Selain itu juga terdapat kegiatan khusus yaitu langkah-langkah yang dilakukan
dosen dalam proses mengajar yaitu melakukan orientasi, latihan dan umpan balik.
Umpan balik dilakukan agar mengetahui sejauh mana pemahaman mahasiswa
memahami bahan belajar. Apabila pada latihan dan umpan balik masih ada beberapa
pokok bahasan yang belum lengkap disampaikan, maka dosen melakukan langkah
lanjutan berupa tugas atau latihan untuk mengulangi orientasi sebagai evaluasi proses
belajar.
Adapun Daftar Mata Kuliah Dasar Umum adalah: Bahasa Indonesia I
dan II, Bahasa Arab I dan II, Bahasa Inggris I dan II, Bahasa Indonesia,
Ulumul Qur’an, Ulumul Hadits, Ushul Fiqh Idan II, Fiqh Ibadah, Fiqh
Mawaris, Fiqh Munakahat, Islam dan Ilmu Pengetahuan.
Daftar Mata Kuliah Kompetensi Utama adalah Ilmu Negara,
Pancasila, Pengantar Ilmu Hukum, Filsafat Hukum, Hukum Pemerintah
Daerah, Hukum Konstitusi,Komisi Yudisial, Ilmu Perundang
Undangan, Hukum Acara Tata Usaha Negara, Hukum Tata Negara
Islam, Hukum Internasional, Pengantar Sosiologi dan Antropologi,
Pengantar Tata Hukum Indonesia, Hukum dan HAM, Hukum Pidana,
Hukum Perdata, Hukum Adat, Hukum Tata Negara, Hukum
87
Administrasi Negara, Hukum Agraria,Hukum Perikatan, Hukum
Perkawinan, Waris Islam, Hukum Acara Perdata, Hukum Acara Pidana,
Hukum Dagang, Hukum Ketenagakerjaan, Hukum Lingkungan, Hukum
Pajak, Hukum Perikatan Islam, Hukum Perdata Islam, Hukum Pidana
Islam, Sosiologi Hukum, Antropologi Hukum, Hukum Bisnis Islam,
Metode Penelitian Hukum.
J. Deskripsi Program Studi Ilmu Hukum
Program Studi S1 Ilmu Hukum berada dalam lingkup Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah yang dipimpin secara operasional oleh Ketua Program Studi dan dibantu
oleh seorang Sekretaris Program Studi. Masing-masing bagian organisasi diisi dengan
personalia yang memenuhi kualifikasi dan persyaratan tertentu, dengan fungsi dan tugas
pokok yang jelas dan sesuai dengan bidang tugasnya. Seluruh tugas dan fungsi pada
pengelola di Program Studi diatur dalam Pedoman Umum Uraian dan Pelaksanaan
Tugas (Job Description) Seri I dan II, misalnya tugas pokok dan fungsi Ketua serta Sekretaris
Program Studi, pengangkatan dan pemberhentian ketua Program Studi beserta masa
jabatannya. Selain itu, pedoman tersebut juga mengatur pengangkatan, pemberhentian dan
masa jabatan ketua laboratorium. Pengaturan tugas dan fungsi personil dalam Program Studi
dimaksudkan agar tidak terjadi tumpang tindih pelaksanaan tugas dan tercipta suasana
organisasi yang kondusif.
Mekanisme kerja dan pengambilan keputusan yang dipraktekkan di Program
Studi Ilmu Hukum adalah sebagai berikut:
a. Mekanisme kerja dan pengambilan keputusan di tingkat Program Studi
memiliki hubungan koordinatif dengan Pembantu Dekan I. Karenanya,
Rapat koordinasi antar Program Studi, biasanya dipimpin oleh Pembantu
Dekan I. Rapat ini dilakukan untuk pengambilan kebijakan lintas Program
Studi.
b. Rapat pimpinan Program Studi dipimpin oleh Ketua Program Studi
diikuti oleh Sekretaris, tenaga akademik dan tenaga administrasi
Program Studi. Rapat ini dilaksanakan untuk menentukan kebijakan
operasional Program Studi.
88
c. Rapat dosen Program Studi, yang biasanya dipimpin oleh Ketua Program
Studi, diikuti oleh komponen pimpinan Program Studi dan seluruh dosen
Program Studi. Rapat ini dilaksanakan untuk menentukan kebijakan
akademik yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dosen.
Ketua Program Studi bertugas memimpin pelaksanaan sebagian tugas di
bidang akademik baik pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Pelaksanaan akademik maupun pelayanan akademik yang menjadi tugas Ketua
Program Studi meliputi: pembuatan jadwal kuliah, ujian semester, ujian
komprehensif, penunjukan dosen pembimbing skripsi, maupun ujian munaqosyah
skripsi. Sekretaris Program Studi bertugas membantu Ketua Program Studi di
bidang administrasi akademik Program Studi dan pelayanan keakademikan.
Staf administrasi Program Studi bertugas membantu pelayanan
administrasi akademik terutama bidang pendaftaran peserta Praktikum dan KKN
(yang dalam hal ini belum direalisasikan, mengingat belum ada mahasiwa yang
melakukan KKN), pemasukan nilai dan penawaran mata kuliah baik online maupun
manual.
e.1. Visi dan Misi
Seperti halnya program Studi lain di Fakultas Syariah, Prodi Ilmu
Hukum memiliki visi yang senada meskipun memiliki titik berat yang agak
berbeda. Visi tersebut adalah:
“Terwujudnya Program Studi Ilmu Hukum 10 besar pada fakultas hukum
ternama di Indonesia yang unggul, handal, dan terdepan dalam
pengkajian dan pengembangan, pengintegrasian dan penerapan Ilmu
Hukum yang berorientasi kemanusiaan, keindonesiaan dan pada dunia
secara global”.39
Visi ini merupakan perpanjangan dan realisasi dari visi FSH secara khusus dan UIN
secara luas. Visi Prodi ini sangat mungkin untuk dapat tercapai, karena Prodi telah
39
Pedoman Akademik FSH 2009-2010, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum, 2008), dan
Visi UIN dalam Rencana Strategis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007-2011 (Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah, 2007).
89
melakukan dan menetapkan beberapa rencana kegiatan dalam
pengembangannya.
Sejalan dengan adanya visi, Prodi Ilmu Hukum tentunya juga memiliki misi
dalam pendiriannya. Misi tersebut adalah:
a. Melaksanakan pendidikan dan pengajaran yang integrative dalam
ilmu hukum, khususnya hukum kelembagaan Negara dan hukum
bisnis.
b. Mengembangkan dan menerapkan ilmu-ilmu hukum khususnya
hukum kelembagaan Negara dan hukum bisnis.
c. Menghasilkan sarjana yang memiilki kompetensi keilmuan dan
berkarakter mulia.
d. Memberikan landasan moral dan akhlak yang terpuji bagi
pengembangan dan praksis keilmuan hukum, khususnya hukum
kelembagaan Negara dalam kehidupan masyarakat.
e. Membina dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kebenaran, keadilan, keterbukaan, dan
kesetaraan dengan tetap kritis, kreatif, innovatif dan responsive
terhadap perubahan social baik dalam skala lokal, nasional maupun
global.
f. Menyelenggarakan manajemen modern Program Studi yang
berorientasi pada kualitas, transparansi, akuntabilitas dan
profesionalitas.
g. Menjalin kerjasama yang saling menguntungkan dengan lembaga-
lembaga pemerintah dan non-pemerintah baik dalam maupun luar
negeri.
h. Memberikan perhatian serius terhadap upaya inplementasi
hukum, khususnya bidang hukum kelembagaan Negara dalam konteks
kemodernan.
Misi Prodi ini diarahkan pada penyelenggaraan pendidikan yang berfokus
pada ilmu hukum dalam bidang kelembagaan negara dan bisnis dengan
menyeimbangkannya dan memberikan pemahaman mengintegrasikan tentang
90
hukum-hukum Islam pada bidang terkait. Dengan misi tersebut, mahasiswa
lulusan diharapkan dapat mengintegrasikan ilmu hukum umum dengan ilmu
hukum Islam, sehingga mereka dapat memberikan sumbangan baik terhadap
pembentukan bangsa Indonesia yang cerdas, agamis, dan memiliki integritas
tinggi.
Secara umum penyelenggaraan pendidikan Ilmu Hukum di Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Jakarta bertujuan untuk menghasilkan sarjana hukum yang
memiliki wawasan keislaman dan keindonesiaan.
Secara lebih spesifik tujuan program studi ilmu hukum ialah:
i. Menghasilkan lulusan/sarjana yang terintegratif memiliki
pemahaman yang luas dan integral baik teori maupun praktek
Hukum Islam dan Hukum Konvensional.
ii. Menghasilkan lulusan/sarjana yang memiliki daya analitis dan kreatif
dalam memecahkan permasalahan-permasalahan hukum yang timbul
dalam masyarakat.
iii. Menghasilkan lulusan/sarjana yang mampu memberikan advokasi
dalam bidang hukum Islam dan hukum Konvensional.
iv. Menghasilkan lulusan/sarjana yang mampu memberikan kontribusi
terhadap Negara dan bangsa dalam rangka pembentukan dan
reformasi hukum di Indonesia.40
Tujuan Prodi Ilmu hukum ini dibuat dengan menyesuaikannya dengan visi
dan misi dari prodi sendiri dengan menekankan pada kompetensi lulusan yang
akan dikeluarkan dan lapangan kerja yang akan diperoleh.
Pendirian Program Studi Ilmu Hukum dimaksudkan untuk mencetak lulusan
yang mampu menerapkan ilmu-ilmu yang mereka peroleh di bangku kuliah.
Tentunya, mereka juga diharapakan dapat memperdalam ilmu mereka di bangku-
bangku pendidikan lebih tinggi dengan program yang searah.
40
Fakultas Syariah Hukum, Pedoman Akademik FSH 2009-2010, (Jakarta: Fakultas
Syariah Hukum, 2010).
91
Selain itu, sasaran dan strategi pencapaian program studi mengacu pada
Renstra Fakultas Syariah dan Hukum, yang terkait program studi adalah:
1. Peningkatan penyelenggaraan dan sistem pendidikan dan pengajaran
di Prodi Ilmu Hukum
2. Peningkatan kualitas dan kuantitas penelitian dan karya ilmiah dosen
3. Peningkatan kuantitas dan kualitas pengabdian pada masyarakat yang
dilakukan dosen program studi Ilmu Hukum
4. Peningkatan kapasitas dan kualitas kinerja dosen.
5. Penciptaan kultur dan atmosfir akademik yang kondusif.
6. Sistem informasi dan manajemen program studi yang efektif dan
efisien bagi pelayanan akademik program studi.
7. Optimalisasi sistem penjaminan mutu Fakultas dan perannya bagi
kepentingan mutu akademik program studi
8. Terus meningkatkan sistem monitoring dan evaluasi terhadap kinerja
akademik di program studi terkait dosen dan penyelenggaraan
kegiatan akdemik.
9. Peningkatan pelayanan dan pembinaan mahasiswa program studi
sehingga melahirkan lulusan yang berkualitas.
10. Pengembangan kerjasama akademik dan mengupayakan
implementasinya bagi kepentingan pengembangan program studi.
Supaya visi misi itu tercapai maka diperlukan upaya penyebaran/sosialisasi
visi, misi dan tujuan program studi serta pemahaman sivitas akademika (dosen
dan mahasiswa) dan tenaga kependidikan.Upaya sosialisasi visi, misi, tujuan dan
sasaran prodi ini telah dilakukan melalui beberapa kegiatan, seperti:
1. Sosialisasi kepada jajaran pimpinan Fakultas Syariah dan Hukum
Cara ini dilakukan antara lain melalui rapat pimpinan dan rapat
koordinasi. Dalam forum rapat ini, Dekan seringkali menginformasikan
92
sekaligus mengingatkan pentingnya memahami visi, misi dan tujuan
fakultas, dan visi, misi Prodi.41
2. Sosialisasi kepada Dosen
Cara ini dilaksanakan antara lain melalui forum rapat dosen. Di
lingkungan Fakultas, forum rapat dosen prodi dilaksanakan secara
serentak dalam waktu dan tempat yang bersamaan.42
3. Sosialisasi kepada pegawai dan tenaga kependidikan
Cara ini dilaksanakan antara lain melalui forum jum`at khidmat yang
diadakan secara terjadwal setiap minggu pertama dan minggu kedua
tiap bulan. Dalam forum ini, selain diisi dengan acara siraman rohani
dan pembinan kepegawaian, juga disampaikan urgensi pemahaman
dan pencapaian visi, misi dan tujuan prodi dan Fakultas.43
4. Sosialisasi kepada mahasiswa
Dalam kegiatan propesa, misalnya, visi, misi, tujuan dan sasaran prodi
ini diupayakan untuk diinformasikan dan ditekankan pemahamannya
kepada para mahasiswa. Begitu pula dalam kegiatan sosialisasi yang
diselenggarakan secara rutin oleh Fakultas, visi, misi, tujuan dan
sasaran prodi ini selalu diinformasikan dan didengungkan. Cara ini
sangat efektif dan efisien dalam rangka penyebaran visi, misi, tujuan
dan sasaran prodi, mengingat para peserta sosialisasi terdiri bukan
hanya calon mahasiswa, tetapi juga para guru, pejabat sekolah, dan
beberapa pejabat pada lembaga-lembaga tertentu. Selain itu, visi, misi,
tujuan dan sasaran prodi disosialisasikan lewat pencetakan brosur
penerimaan mahasiswa pada FSH UIN Jakarta dan disampaikan lewat
rapat dosen dan kegiatan dua mingguan, i.e., Jumat khidmat.44
41
Lihat Tim Penyusun, “Kompilasi Hasil Rapat-Rapat Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah”, FSH UIN syarif Hidayatullah Tahun 2010. 42
Lihat “Laporan Tahunan Fakultas Syariah dan Hukum UIN syarif Hidayatullah Tahun
2007, 2008 dan 2009”. 43
Ibid. 44
Ibid.
93
5. Sosialisasi visi, misi, tujuan dan sasaran program studi yang sejalan
dengan visi dan misi Fakultas Syariah dan Hukum juga dilakukan
dengan menggunakan alat-alat peraga seperti Standing Banner,
spanduk, dan melalui running text pada layar-layar pengumuman
pembuatan yang dapat memudahkan dan accessable kepada seluruh
sivitas akademika.
e.2. Profil Mahasiswa
Secara umum dapat digambarkan bahwa mahasiswa Program Studi Ilmu
Hukum ini berlatar belakang dari pendidikan yang beragam, yakni lulusan
MAN/MAS, SMA, SMK dan Pondok Pesantren yang sederajat. Berdasarkan
penelitian PPJM terhadap mahasiswa baru tahun akademik 2010/2011 tentang
pendidikan terakhir sebelum masuk kuliah adalah sebagaimana ditunjukkan table di
bawah ini:
Tabel 3
Diagram di atas menunjukkan bahwa kebanyakan mahasiswa menempuh
pendidikan menengahnya di SMA, yaitu sebanyak 26%, sedangkan yang berasal
dari pesantren dan MAN hampir seimbang, yaitu 19% untuk pesantren dan 14%
berasal dari MAN. Yang menarik justru pada data lulusan MA Swasta yang
melebihi MAN. Kemungkinan besar, mereka yang mengisi latar belakang
94
pendidikan menengahnya dengan MA Swasta sebenarnya berasal dari
pesantren.45
Mahasiswa Program Studi ini rata-rata memiliki kemampuan yang memadai
tentang dasar-dasar ilmu keislaman. Di samping itu, mereka juga memiliki
kemampuan yang memadai di bidang Bahasa Inggris, Bahasa Arab dan kemampuan
akademik yang terkait. Semua itu merupakan modal yang penting bagi tercapainya
sebagian besar visi dan misi Program Studi.
Secara geografis, sebagian besar mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum
berasal dari daerah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi)
serta sebagian kecil dari luar jawa. Adapun latar belakang sosial ekonomi
mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum mayoritas mereka berasal dari kalangan
ekonomi menengah ke bawah, meski ada juga yang termasuk golongan menengah
ke atas.
Berdasarkan penelitian PPJM terhadap mahasiswa baru tahun akademik
2010/2011 latar belakang social mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum (termasuk
program studi Ilmu Hukum) adalah sebagaimana table di bawah ini:
Tabel 1
Sebaran profesi orang tua mahasiswa cukup luas, sebagian besar orang
tua mahasiswa berprofesi sebagai wiraswasta. Diagram di atas memperlihatkan
bahwa orang tua baik laki-laki maupun perempuan banyak yang bekerja sebagai
PNS. Angka yang paling tinggi ditempati oleh orang tua yang berprofesi sebagai
45Lihat “Laporan Penelitian Peta Mutu Akademik dan Non Akademik Mahasiswa Baru
Fakultas Syariah dan Hukum Tahun Akademik 2010/2011 oleh Tim Peneliti Pusat Peningkatan
dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum Tahun 2010”, hal.47.
Bapak
Ibu
95
wiraswasta, sedangkan profesi Ibu banyak yang bekerja sebagai Ibu Rumah
Tangga. Banyak pula orang tua yang berprofesi sebagai pegawai swasta.
Memang tidak ada rincian dalam bidang apa bergeraknya.46
Setiap tahun akademik baru, Fakultas Syariah dan Hukum melalui UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta melakukan inventarisasi kuota pendaftaran calon
mahasiswa baru. Pola penerimaan mahasiswa baru pada Fakultas ini mengikuti
ketentuan yang diberlakukan oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu
melalui penelusuran Minat dan Kemampuan (PMDK), Seleksi Penerimaan
Mahasiswa Baru (SPMB) Lokal dan SPMB Nasional dan Ujian Masuk Bersama
(UMB).
Hasil penjaringan calon mahasiswa selama 3 tahun terakhir menunjukkan
peningkatan pada dua tahun pertama dan sedikit turun pada tahun ketiga,
dikarenakan adanya pembatasan kuota Program Studi Ilmu Hukum.
Tabel 1
No. Tahun
Angkatan
Jumlah
Pendaftar
Jumlah
Diterima
Jumlah
Daftar ulang
(Registrasi)
(1) (2) (3) (4) (5)
1. 2008/2009 103 47 41
2. 2009/2010 699 109 82
3. 2010/2011 346 96 72
Berbagai upaya yang dilakukan oleh Program Studi untuk meningkatkan
keberlanjutan mahasiswa. Upaya tersebut, di antaranya, adalah dengan melakukan
46Ibid, hal. 44.
96
sosialisasi Program Studi Ilmu Hukum ke berbagai Pondok Pesantren, MAN/MAS.
Sebagai realisasinya, Tim sosialisasi Program Studi Ilmu Hukum sudah
melakukannya dengan mengadakan seminar dan sosialisasi ke Pondok Pesantren
se-DKI Jakarta.47 Selain itu pengembangan mutu kurikulum yang sudah dilakukan
oleh tim dari Australia serta penyebaran informasi dan publikasi Program Studi juga
sudah dilakukan.
3. Upaya pengembangan Program Studi Ilmu Hukum
a. Jangka Pendek
Program-program yang direncanakan untuk dilakukan dalam jenjng
panjang terkait dengan adanya beberapa kelemahan di beberapa komponen,
seperti komponen mahasiswa, kurikulum, sumber daya manusia, dan sarana
prasarana. Terkait dengan komponen mahasiswa, meski prodi Ilmu Hukum
telah mampu menarik banyak minat, Prodi ilmu perlu merencanakan untuk
melakukan sosialisasi prodi dengan lebih baik lagi. Sosialisasi akan dilakukan
dengan sasaran yang lebih tepat, dengan membidik sekolah-sekolah yang
dianggap qualified, agar kualitas mahasiswa prodi menjadi lebih baik. Adapun
terkait dengan SDM, prodi perlu melakukan rekruitmen dosen yang memiliki
kualifikasi memadai, i.e., menguasai keilmuan hukum umum dengan baik dan
liniaritas (kesejalanan bidang kelimuan) yang jelas. Sedangkan terkait dengan
sarana, prodi perlu melakukan perbaikan dan pengadaan sarana terutama
pengadaan laboratorium khusus prodi dan ruang moot court. Program-program
pengembangan dalam jenjang pendek ini direncanakan dapat terealisasi dalam
rentang waktu kurang dari 3 tahun.
Beberapa program pengembangan juga akan dilakukan terkait adanya
beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh prodi Ilmu Hukum. Tantangan –
tantangan yang dapat terlihat pada komponen manajemen, pengelolaan,
pembiayaan, dan kompetisi jaminan mutu harus dijawab dengan cara
perencanaan beberapa program. Terkait dengan tantangan dalam hal
47Lihat “Laporan Seminar dan Sosialisasi Fakultas Syariah dan Hukum Bekerjasama
dengan MGMP Ekonomi SMA, MA, SMK dan Pontren Se-DKI Jakarta tanggal 09 Februari-18
Maret 2009”.
97
manajemen, prodi Ilmu hukum perlu melakukan penguatan keprofesionalan
pengelolaan, dengan menyelenggarakan workshop managerial skills dan
training karyawan, misalnya. Adapun terkiat dengan tantangan pembiayaan
yang muncul karena barunya pendirian prodi di satu sisi dan samanya jumlah
biaya yang dibutuhkan oleh prodi perlu dilakukan perubahan sistem
pengelolaan keuangan, dan upaya pemasukan dana yang bisa dialokasikan
untuk penguatan prodi secara khusus.
b. Jangka Panjang
Adapun program dalam jenjang panjang akan terkait dengan
pengembangan dan keberlanjutan prodi, penelitian dan jaminan mutu.
Program-program terkait dengan pengembangan dan keberlanjutan
kelembagaan prodi, prodi perlu melakukan pembenahan dalam hal pembinaan
mahasiswa dengan cara melakukan observasi dan penelitian tentang lulusan
dan keberserapan alumni di lapangan kerja. Selain itu mashih terkait dengan
poin ini dan dihubungkan dengan komponen penelitian, prodi juga perlu
melibatkan secara maksimal mahasiswa dalam berbagai kegiatan baik
penelitian maupun pengabdian. Maka, prodi merencanakan untuk mebuat
proposal penelitian tentang hukum dan aplikasi serta tantangannya di masa
depan yang pelaksanaannya akan banyak melibatkan mahasiswa dan mungkin
juga alumni.
Adapun terkait dengan jaminan mutu, prodi perlu melakukan
pembenahan dalam pengelolaan data base mahasiswa, alumni, dan dosen.
Data base ini akan dibuat khusus untuk prodi Ilmu Hukum bagi kepentingan
pelaporan diri (EPSBED atau PDPT) dan akreditasi. Dengan data base yang baik
dan didukung oleh data yanga ada di Pusata Data dan Informasi/PUSDATIN FSH,
prodi diharapakan mampu terus melakukan pelaporan diri dengan baik untuk
dapat menelihara kualitas dan jaminan mutunya. Program-program yang
disebutkan ini direncanakan dapat terealisasi dalam waktu 5 tahun ke depan.
98
BAB IV
EVALUASI LEMBAGA KONSULTASI DAN BANTUAN HUKUM
TERHADAP PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
D. Kasus dan Kegiatan yang pernah ditangani dilaksanakan Lembaga
Konsultasi dan Bantuan Hukum FSH
Lembaga konsultasi dan Bantuan Hukum mempunyai program kerja
yang bisa dilaksanakan sesuai dengan visi dan misi didirikannya Lembaga.
Beberapa kasus dan perkara banyak telah ditangani. Adapun kasus yang
pernah di tangani oleh Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum adalah
sebagai berikut:
1. Kasus dalam Bidang Litigasi yaitu pemberian advokasi pada kasus-
kasus yang melalui pengadilan Biasanya langsung di tangani oleh
dosen pakar hukum seperti yaitu Dr. Afdal Dzikri, MH., H. Ah.
Azharuddin, SHI., MH., M. Ag dan lain sebagainya. Kasus yang
pernah ditangani oleh Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum
adalah Kasus Koperasi UIN, Kasus pemerkosaan dan pembunuhan
mahasiswa UIN dan lain sebagainya.
Pada kedua kasus tersebut Lembaga Konsultasi dan Bantuan
Hukum turut memberikan pendampingan hukum sampai ke pengadilan.
kasus Koperasi UIN tersebut bersentuhan langsung dengan para pejabat
penting di UIN.
2. Kasus yang pernah ditangani oleh Lembaga Konsultasi dan Bantuan
Hukum (LKBH) Fakultas Syariah dan Hukum dalam bidang non
Litigasi adalah Pelayanan Konsultasi hukum dan Memberikan
Pendapat hukum kepada masyarakat yang memerlukan. Adapun
pelayanan konsultasi hukum dan memberikan pendapat hukum (legal
opinion)yang pernah dilaksanakan oleh LKBH baik bertemu dengan
99
pihak LKBH maupun hanya konsultasi melai Pesawat Telepon
adalah dengan orang-orang Sebagai berikut:
NO NAMA ASAL
1 D.Syahrum Kebun Jeruk
2 Dr. Ikhsan Pamulang
3 Endang Kandangan
4 Budhi Pamulang
5 Musa Pamulang
6 Sujio Cibinong
7 Teguh Pamulang
8 Widodo Paulang
9 Yoshie
10 Zikry Pamulang
11 Likkah Lebak bulus
12 Ratu Depok
Sumber dari wawancara dengan Sekretaris LKBH.
3. Adapun Kegiatan-kegiatan yang pernah dilaksanakan oleh Lembaga
Konsultasi dan Bantuan Hukum dalam bidang pengkajian, penelitian
dan pengembangan adalah sebagai Berikut
a. Melaksanakan kegiatan syariah event Fakultas syariah yang
diadakan Setiap Tahun. Adapunyang telah dilaksanakan pada
Tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013
b. Mengadakan semiloka nasional RUU KUHP DAN RUU
KUHAP tahun 2013
100
c. Mengadakan Pelatihan mootcourt bidang perdata untuk
mahasiswa pada setiap semester.
d. Membuat Studium general Silaturahmi dengan lembaga dan
tokoh masyarakat Tangerang Selatan
e. Melaksanakan seminar nasional eksistensi Komisi Perlindung
Anak Indonesia dalam memberikan bantuan hukum yang
berkeadilan
f. Mengadakan Serial Seminar guru Besar Modal dan Model Ideal
Integritas Ilmu Agama, Sains dan teknologi serta seni Budaya
Setiap Bulan yang di mulai Bulan Juni 2013 sampai sekarang.
g. Menjadi Tim Supporting SMM ISO 9001:2008
h. Tim Pengembangan Koleksi Bahan Rujukan
i. Menjadi Panitia Pekan Ilmiah Amaliah Ramadhan
j. Menjadi Panitia Pelaksana Muhasabah Mahasiswa Baru
k. Menjadi Panitia Studium General Integrasi Ilmu Syariah Hukum
dan Ekonomi dalam Mencetak Sarjana yang unggul handal
terdepan
l. Menjadi Panitia Seminar Internasional
m. Tim Pelaksana Penyusunan Evaluasi Kinerja dosen
n. Menjadi Panitia Seminar Pembicara Jaksa Agung
o. Menjadi Panitia Seminar Internasional Malaysia dan Indonesia
E. Perkembangan LKBH 2008 sampai 2013
Perkembangan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Fakultas
Syariah dan Hukumserasa semakin menurun setiap tahunnya. Pada masa
LKBH yang di pimpin oleh Prof. Dr. H. Sutarmadi, MA Pendampingan dan
konsultasi hukum di lakukan oleh H. Ah. Azharuddin Latif, MA dan rajin
untuk memberikan pengumuman (pemberitahuan) baik melalui website
maupun melibatkan mahasiswa. Setelah H. Ah. Azharuddin Latif, MA Selesai
masa jabatannya dan Prof. Dr. H. Ahmad Sutarmadi, MA Selesai Lembaga
101
Bantuan dan Konsultasi Hukum tidak ada kegiatan bahkan seakan mati suri.
Fakultas juga tidak memperhatikan keadaan Lembaga Bantuan dan
Konsultasi Hukum.
Pada awal tahun 2013 Lembaga Bantuan dan Konsultasi Hukum mulai
hidup kembali dengan di angkatnya Kamarusdian, SH., MA sebagai Ketua
dan Irfan Khairul Umam, SHI., M.Sc., sebagai Sekretaris. Program Kerja
yang di lakukan sebagian besar adalah kegiatan tentang bidang pengkajian,
penelitian dan pengembangan yaitu melakukan seminar, dialog, lokakarya
untuk membahas berbagai persoalan praktik Hukum Islam di masyarakat,
mengadakan pelatihan kemahiran hukum Melaksanakan PKPA, memberikan
sosialisasi hukum Islam/perundang-undangan, khususnya yang bernuansa
Syariah.
Di karenakan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum Hanya
mempunyai Ketua dan Sekretaris dan tidak mempunyai Staf maka, kantor
sering kosong. Secara logika ketika kosong maka orang telpon untuk
konsultasi maupun mau meminta bantuan hukum yang angkat pasti orang
lain atau bisa juga lembaga yang lain. Orang datangpun akan kecewa karena
tidak ada orang. Harapannya Ingin kosultasi atau ingin meminta Bantuan
hukum pupus.
F. Pengaruh LKBH terhadap Perkembangan Program Studi Ilmu Hukum
Program Studi Ilmu Hukum merupakan Program Studi Baru yang
mempunyai banyak tantangan untuk berkembang kedepan. Kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan merupakan empat poin yang tidak
bisa lepas dari unsur sebuah lembaga pendidikan termasuk program
studi. perlu diketahui keempat unsur-unsur dari poin tadi secara jelas,
sehingga bisa melakukan beberapa hal untuk baik merealisasikan,
memepertahankan, menanggulanginya. Mengetahui unsur-unsur yang ada
dalam keempat poin tersebut harus secara komperhensif, dan dibutuhkan
kejelian serta ketajaman analisis dalam. Dalam kaitannya dengan
Program Studi Ilmu Hukum, keempat poin tersebut dapat dilihat pada
102
lima komponen utama yang merupakan indikator kelayakan program
(five threshold indicators). Kelima indikator kelayakan tersebut adalah
sumber daya manusia, pengelolaan program, infrastruktur, sistem informasi
dan pembiayaan program.
Penilaian melalui SWOT harus dilakukan secara obyektif
terhadap kelima momponen ini dan penilaian harus bertumpu pada
pada sejauh mana relevansi program, iklim akademik, komitmen institusi,
keberlangsungan program dan efesiensi pelaksanaan program dalam
merealisasi visi dan misi program.
1. Kekuatan (Strength)
Menurut hasil evaluasi diketahui bahwa Program Studi Ilmu
Hukum memiliki beberapa kekuatan. Salah satu kekuatan yang dapat
disebutkan adalah terkait dengan visi yang diformulasikan Program Studi.
Program Studi Ilmu Hukum ini memiliki visi yang jelas dan cakupan visi
tersebut sangat ideal.
Selain itu, Program Studi menetapkan kurikulum (mata kuliah) dengan
desain terbuka, dan itu dilakukan untuk dapat merespon persoalan yang
aktual dan relevan dengan jurusan dalam komponen Mata Kuliah Dasar
(MKD), Matakuliah Umum (MKU), dan Mata Kuliah Pilihan (MKP).
Jenis mata kuliah diarahkan pada persoalan hukum secara umum dan
kemudian diintegrasikan dengan hukum Islam. Terkait dengan
peminatan, kurikulum juga didesain sesuai dengan peminatan yang
dipilih oleh mahasiswa.48
Desain terbuka dan kemudian spesifik pada
keislaman dan kehasan berdasarkan peminatan tersebut dimaksudkan
agar visi serta tujuan Program Studi dapat diwujudkan dengan baik.
Kekuatan lain secara umum terletak pada kualitas dan kuantitas
dosen yang cukup memadai. Dengan jumlah dosen tetap 17 orang,
48 Fakultas Syariah dan hukum “Laporan Dialog Pembukaan dan Penetapan Peminatan Program Studi Yang Diselenggarakan oleh Program Studi dan Pembantu Dekan Akademik, Jakarta: FSH, 2010
103
Program Studi Ilmu Hukum telah dapat memberikan rasio yang logis
untk perbandingan jumlah dosen dan mahasiswa. Komposisi yang
lumayan baik tersebut terdiri dari 3 guru besar, 3 orang doktor dan 5
orang sedang menempuh program doctor dan 6 orang magister, Program
Studi Ilmu Hukum dapat kuat dalam menjalankan proses belajar
mengajarnya. Terlebih lagi, para dosen tersebut telah memiliki karya
ilmiah dalam bentuk tulisan di jurnal ilmiah, buku dan penelitian. Keadan
ini dapat menjadi bukti bahwa mutu dari kualitas dosen Program Studi Ilmu
Hukum dapat dipertanggungjawabkan. Bahwa para dosen memiliki
pengalaman belajar yang beragam baik dari segi tempat dan
pebidangan merupakan poin lain dari kekuatan Program Studi Ilmu
Hukum dalam unsur sumber daya. Meski mayoritas menempuh studi di
dalam negeri, beberapa dari mereka memperoleh pengalaman belajar
di luar negeri, seperti tergambar dan terpaparkan pada borang
akreditasi ini.
Dari segi kuantitasnya, dosen Program Studi Ilmu Hukum cukup
memadai. Dari segi prosentasinya diketahui bahwa hampir seluruh dosen
Program Studi Ilmu Hukum berdomisili di dalam kota Jakarta. Ini menjadi
suatu kekuatan tersendiri yang mendukung terciptanya suasana akademik
yang kondusif, disamping juga memudahkan mahasiswa berkonsultasi.
2. Kelemahan (Weekness)
Terdapat beberapa kelemahan yang perlu dukemukakan dalam bagian
ini. Kelemahan tersebut di antaranya terkait dengan evaluasi penjaminan
mutu. Hasil evaluasi penjaminan mutu terkadang kurang berdampak pada
perbaikan pelaksanaan peningkatan kualitas Program Studi, karena minimnya
sosialisasi dan anggaran yang tersedia. Selain itu, kelemahan dapat ditemukan
pada masih minimnya jumlah dosen tetap dan dan tidak tetap yang mempunyai
latar pendidikan dari Ilmu Hukum dibandingkan dengan rasio jumlah dosen yang
berlatar belakang syariah atau hukum Islam. Hal tersebut menjadi sedikit kendala
dalam menentukan dosen untuk mengampu mata kuliah-mata kuliah peminatan
104
seperti dalam rumpun Hukum Kelembgaan Negara. Meski demikian, Program Studi
sudah dapat menjaring kebutuhan tenaga pendidik dalam bidang tersebut pada
melalui rekrutmen dosen yang diselenggarakan oleh UIN Syarif Hidayatullah tahun
penerimaan 2010, dan diharapkan masalah ini dapat segera teratasi.
Selain itu, kelemahan dapat digambarkan dalam kurang tersedianya
beberapa sarana dan prasarana, seperti laboratorium khusus untuk Program
Studi Ilmu Hukum yang nota bene merupakan Program Studi umum yang
baru didirikan di FSH. Masih kurangnya prasarana untuk kepentingan
pembelelajaran bagi mata-mata kuliah tertentu yang terkait dengan peminatan
(kelembagaan negara) merupakan kelemahan lain Program Studi Ilmu
Hukum.
3. Kesempatan (Opportunity)
Program Studi Ilmu Hukum lahir dan menjadi salah satu Program Studi
baru di lingkungan Fakultas Sayriah dan Hukum melihat adanya sebuah
Peluang seiring dengan trend perkembangan dunia terutama di bidang hukum
umum dan Islam. Hal tersbut terlihat dari semakin bergairahnya dan maraknya
isu-isu hukum yang dibahas di dalam kehidupan kemasyarakatan. Isu-isu
tersebut perlu dibahas dan dipecahkan dengan merujuk pada aturan-aturan yang
dapat memberikan rasa keadilan dan ketertiban, dan untuk itu diperlukan
pemahaman dan pemikiran hukum yang lebih progresif dan sesuai dengan cita-
cita dan kondisi masyarakat, dengan tanpa mengabaikan nila-nilai hukum
Islam. Beberapa hal yang selama ini ada perlu dikemukakan terkait dengan ini.
Hal-hal tersebut di antaranya adalah, bahwa:
a. Fakultas-Fakultas hukum yang ada cenderung selama ini masih
bercorak konvensional dan konservatif, serta tidak jarang terjebak
dalam logika dikotomis tentang hukum Islam dan hukum
Konvensional, serta kurang berusaha mensinergikan, minimal
mendekatkan logika hukum konvensional dengan hukum Islam
b. Setelah Undang-undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
yang diamandemen melalui Undang-Undang N0. 3 Tahun 2006,
105
kompetensi Peradilan Agama bertambah yaitu menangani sengketa
bisnis yang berbasis syariah, yang tidak mustahil ke depan Peradilan
memiliki kompetensi yang lebih luas lagi yang penanganannya
membutuhkan tenaga-tenaga ahli huku baru yang memahami hukum
umum plus Islam.
Melihat hal tersbut, Kebutuhan alumni Program Studi Ilmu Hukum
sebagai seorang Sarjana Hukum akan sangat meningkat untuk menduduki
posisi-posisi penting sebagai Hakim, Jaksa, dan Panitera di berbagai
Pengadilan, mulai dari Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama, Pengadilan
Militer, dan Pengadilan Tata Usaha Negara yang selama ini sulit dimasuki
oleh alumni-alumni (kecuali dari konsentrasi Pengadilan Agama) Fakultas
Syariah dan Hukum UIN Jakarta dari Program Studi selain Ilmu Hukum,
dikarenakan faktor gelar kesarjanaan. Selain posisi-posis tersebut, alumni
juga dapat berprofesi sebagai Lawyer, Konsultan Hukum dan Dosen.
Kesempatan lain dapat dijelaskan jika kita mempertimbangkan minat
calon mahasiswa. Sebagai Program Studi baru di lingkungan Fakultas Syariah
dan Hukum, minat dan para calon mahasiswa yang akan memilih Program
Studi Ilmu Hukum semakin meningkat dari tahun ke tahun, dan ini
memberikan kesempatan atau peluang kepada seluruh stakeholders untuk
meningkatkan kualitasnya, melakukan kerjasama dan melakukan evaluasi
secara simultan dan konsisten baik akademik maupun non akademik. Dengan
adanya pola job description yang menjadi acuan, suasana organisasi Program
Studi menjadi terpola dan mempunyai arah yang jelas.
Program pemberian beasiswa merupakan peluang lain bagi peningkatan
dan pengembangan Program Studi Ilmu Hukum. Mahasiswa Program Studi
Ilmu Hukum mempunyai banyak kesempatan untuk memperoleh beasiswa
baik dari dalam maupun luar negeri yang disediakan oleh penyedia beasiswa
seperti Dikti, Kemenag, Supersemar, ADS, Aminef, dan lain-lain. Informasi
beasiswa tersebut biasanya dapat dilihat di bagian Akademik Fakultas dan
bagian International Office Gedung Rektorat lantai I untuk beasiswa dalam
106
dan luar negeri. Dengan suasana kampus yang ramai dengan kegiatan
akademik, mahasiswa diberi kebebasan untuk mengembangkan,
mengaktualisasikan dirinya, berkreativitas dalam segala bidang sehingga
minat, bakat dan potensi mereka dapat terasa dan tersalurkan dengan baik.
Potensi-potensi tersebut apabila diakomodir dengan baik, dapat menjadi suatu
prestasi yang membanggakan.
Lulusan Program Studi Ilmu Hukum mempunyai kesempatan yang
besar untuk mendapatkan pekerjaan dengan kualifikasi yang dibutuhkan.
Terlebih lagi mahasiswa telah dibekali kemampuan yang komprehensif dalam
Ilmu Hukum dan ilmu syariah sehingga mahasiswa dapat berkarya sesuai
dengan bidangnya baik bekerja maupun menciptakan lapangan pekerjaan.
Untuk menambah wawasan mahasiswa dalam pratik hukum acara,
dilaksanakan praktikum peradilan. Program Studi juga berupaya
mengoptimalkan review kurikulum dengan mengefektifkan peran serta
konsorsium Ilmu Hukum yang ada di Fakultas Syariah dan Hukum dan
mekanisme evaluasi Program Studi baik secara internal dan eksternal yang
sudah melibatkan tim reviewer dari pihak luar negeri sehingga dapat
dijalankan kembali sebagai bahan evaluasi Program Studi, seperti telah
dengan rinci dijelaskan dalam borang.
Semakin terbukanya kesempatan untuk pengangkatan tenaga pendidik
sesuai dengan kebutuhan Program Studi, dan semakin banyaknya minat
tenaga pendidik yang qualified dengan peminatan yang dibuka oleh Program
Studi di bidang hukum kelembagaan negara untuk menjadi dosen Program
Studi merupakan sebuah kesempatan yang mampu mengembangkan Program
Studi Ilmu Hukum.49
Kesempatan juga dapat dilihat dari bidang penelitian yang terus
diperhatikan. Beberapa kesempatan yang tersedia untuk pengembangan
dalam bidang ini bisa dilhat dari tingginya minat para pimpinan untuk
49 Hal ini dapat dilihat misalnya dari terdaftarnya beberapa nama yang ikut dalam seleksi penerimann dosen baru untuk beberapa Program Studi di UIN termasuk Program Studi Ilmu Hukum.
107
meningkatkan pembiayaan sarana dan prasarana. Terlebih lagi, dengan sistem
BLU yang baru diterapkan Program Studi dapat mengelola dana pembiayaan
secara mandiri sehingga pengeluaran pembiayaan dapat selalu dilakukan
sesuai dengan kebutuhan. Makin banyaknya lembaga yang dapat menjalin
kerja sama dengan UIN, dan kemudian FSH, yang imbas baiknya akan
dirasakan juga oleh Program Studi merupakan peluang lain yang dapat
mengembangkan Program Studi dari sisi pembiayaan, sarana dan prasarana.
Tesedianya hibah-hibah dana yang dicanangkan dari pemerintah atau
lembaga-lembaga non pemerintah memberikan peluang kepada Program
Studi untuk meningkatkan pengabdian dan penelitian memperkuat peluang
yang ada dalm hal ini. Lebih lagi, kesempatan-kesempatan untuk melakukan
kerjasama dalam realisasi pengabdian kepada masyarakat juga terbuka luas,
sehingga Program Studi bisa mengembangkan program-program kerjasama
dengan lebih baik.
4. Tantangan (Threat)
Seperti telah beberapa kali disebbutkan, program Studi Ilmu Hukum ini
adalah Program Studi yang baru di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah, oleh karena itu Program Studi Ilmu Hukum dituntut untuk cepat
melakukan program-program yang dibutuhkan untuk memajukan Program
Studi agar pengelolaan Program Studi tersebut menjadi lebih professional.
Kekuatan-kekuatan Program Studi Ilmu Hukum yang telah diterangkan
di atas tadi, bila manajemen Program Studi Ilmu Hukum tidak dilakukan
dengan baik, akan dapat membawa boomerang bagi Program Studi sendiri.
Beberapa kelemahan seperti peningkatan kuantitas SDM Dosen yang berlatar
belakang murni Ilmu Hukum, adanya kordinasi yang belum berjalan efektif,
pembagian bobot mata kuliah yang harus mempunyai distingsi yang jelas
dengan Program Studi-Program Studi yang ada di FSH, penyempurnaan
perangkat pembelajaran, dan merelevansikan mata kuliah sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja terus dilakukan oleh seluruh komponen yang ada di
Program Studi Ilmu Hukum. Hal ini penting mengingat tingkat kompetisi
108
antar institusi yang ada di Jakarta dan sekitarnya semakin kompetitif. Tingkat
harapan dan tuntutan masyarakat, pengguna lulusan dan khususnya
mahasiswa Program Studi Ilmu Hukum akan terwujudnya Program Studi
yang representatif sebagai institusi pendidikan yang unggul, handal dan
terdepan dalam integrasi bidang kesyariahan dan Ilmu Hukum tentu sangat
tinggi. Para mahasiswa yang kritis dan semakin memahami kebutuhan
keahlian mereka tentu menjadi tantangan tersediri bagi Program Studi Ilmu
Hukum.
Tantangan lain adalah terkait dengan pembinaan mahasiswa. Seringkali
mahasiswa tidak bisa mengatur dirinya dengan baik, dan pembinaan dari
dewan pembina dan pengelola Program Studi menjadi penting. Jika tidak,
beberapa masalah akan terjadi seperti waktu tempuh menyelesaikan studi
menjadi lama, diakibatkan kesibukan mereka dengan berbagai kegiatan
organisasi kampus, dan sulitnya beradaptasi dengan lingkungan sekitar dapat
terjadi. Tantangan yang lain adalah, persaingan dalam dunia kerja yang
semakin kompetitif. Untuk itu, mahasiswa diharapkan tidak hanya mengasah
kemampuan mereka dalam bidang akademik saja, tetapi kemampuan non
akademik (soft skill) mereka juga harus terus dikembangkan, seperti
mempunyai kemampuan bahasa asing dan lain-lain yang akan berguna di
dunia kerja. Tentunya, hal ini tidak bisa begitu saja diserahkan kepada
mahasiswa. Program Studi perlu mengarhkan dan memfasilitasi tercapainya
kemampuan-kemapaun tersebut.
Sejalan dengan itu, Pimpinan dan sivitas akademika Program Studi
Ilmu Hukum dituntut untuk dapat menjaring dan menyaring dosen-dosen
yang qualified dan memenuhi kebutuhan Program Studi sehingga visi dan
misi Program Studi dapat teralisasi. Program Studi Ilmu Hukum juga dituntut
untuk meningkatkan manajerial Program Studi secara modern khususnya
untuk memperbaiki struktur kurikulum agar sesuai dengan visi dan misi.
Tantangan lain terkait dengan pengadaan sarana dan prasarana dan
pembiayaannya. Sebagai Program Studi baru, Program Studi Ilmu Hukum
109
memiliki jumlah mahasiswa yang lebih sedikit dari jumlah Program Studi
lain. Namun, kebutuhan akan sarana dan prasarana dan kemudian pembiayaan
sama besarnya dengan Program Studi lain, jika dikaitkan dengan kebutuhan
sarana bagi pengembangan pembelajaran. Sistem BLU yang diterapkan
menuntut Program Studi untuk lebih profesional dalam pengelolaan dana, dan
ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi Program Studi dalam
pelaksanaannya yang membutuhkan tenaga yang profesional.
Selain itu, tantangan yang perlu dipertimbangan Program Studi Ilmu
Hukum terkait dengan bidang penelitian. Banyaknya Program Studi-Program
Studi lain yang juga mengajukan proposal penelitian membuat Program Studi
Ilmu harus dapat memperbaiki kualitas dosen peneliti sehingga mereka dapat
mengajukan proposal penelitian lebih baik dan mampu berkompetisi.
Berkembangnya teknologi yang menuntut Program Studi untuk
meningkatkan keahlian para dosen untuk mampu menguasai teknologi
tersebut adalah sebuah tantangan lain dalam hal ini, sebab jika tidak para
dosen sulit bersaing dengan dosen dari Program Studi lain.
Perkembangan Program Studi Ilmu Hukum tidak berbanding lurus
dengan Perkembangan Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Mahasiswa Prodi Ilmu hukum terus bertambah setiap
tahunnya. Bahkan kuota penerimaan dari Universitas juga di tambah setiap
tahunnya. Perkembangan ini salah satunya adalah hasil sosialisasi yang di
lakukan Program Studi Ilmu hukum di sekolah-sekolah bahkan pesantren-
pesantrren. Selain itu disosialisasikan dengan website fakultas Syariah dan
hukum di bawah Website UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Perkembangan Program Studi Ilmu Hukum dipengaruhi oleh nama
perguruan tinggi Negeri yaitu Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
hidayatullah Jakarta. Masyarakat Indonesia lebih memilih Perguruan Tinggi
Negeri di bandingkan dengan perguruan tinggi swasta. Di samping biaya
lebih murah di perguruan tinggi negeri beasiswa juga banyak walaupun harus
110
berebut tempat karena hanya sedikit perguruan tinggi negeri yang mempunyai
Program Studi Ilmu Hukum.
Adapun Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum setelah dilihat dari
program kerjanya lebih banyak tentang kegiatan didalam fakultas. Dan ketika
kegiatannya di luar institusi tidak untuk mempromosikan tentang Program
Studi Ilmu Hukum kepada masyarakat, bahkan bisa di bilang kegiatan luar itu
adalah kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan Lembaga
Konsultasi dan Bantuan Hukum hanya sedikit yang mengetahuinya. Bahkan
Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum juga Sedikit yang tahu tentang
Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum. Dari sini bisa dilihat bahwa
Lembaga Konsultasi Dan Bantuan Hukum tidak mepunyai pengaruh terhadap
perkembangan Program Studi Ilmu Hukum.
111
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian pada bab-bab terdahulu, dapat disimpulkan bahwa :
1. Kasus yang sudah ditangani Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum
(LKBH) Fakultas Syariah dan Hukum UIN terdiri dari Kasus tentang
Permasalahan Koperasi UIN Syarif hidayatullah Jakarta, Pendampingan
Kasus hukum Terhadap Pemerkoasaan dan Pembunuhan Mahasiswa UIN,
dan Beberapa Kegiatan Pengembangan dan Pengabdian Masyarakat.
2. Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) Fakultas Syariah dan
Hukum awalnya sudah bagus menghadapi kasus-kasus yang bersentuhan
langsung dengan masyarakat, bahkan sudah ada yang pendampingan ke
pengadilan namun semakin tahun semakin turun pergerakan Lembaga
Konsultasi dan Bantuan Hukum. Bahkan Lembaga konsultasi dan Bantuan
Hukum Kegiatannya Sudah banyak yang hanya berfokus pada
Pengembangan dan penelitian seperti Seminar dan pelatihan saja.
3. Dari Hasil Observasi penelitian ini ternyata tidak ada pengaruh Lembaga
Konsultasi dan Bantuan Hukum terhadap Perkembangan Program Studi
Ilmu hukum. Sebab perkembangan LKBH dengan Program Studi ilmu
hukum Berbanding terbalik. Program Studi Ilmu hukum Semakin
Berkembang Pesat akan tetapi Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum
Malah Semakin Merosot Perkembangannya.
B. Rekomendasi/Saran
1. Bagi Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum di harapkan supaya lebih
aktif dalam kegiatan penanganan kasus walaupun tidak dapat dipungkiri
bahwa orang bahkan mahasiswa sendiri belum yakin akan kemampuan
Lembaga Konsultasi dan bantuan Hukum untuk bisa membantu
menyelesaikan masalah hukum di pengadilan. Tidak hanya di Fakultas
112
Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah saja yang mengalami hal
demikian. Di tempat lain Bahkan mahasiswa yang kena kasus hukum
meminta bantuannya ke LBH Jakarta yang Notabenenya Swasta dan
advokasi.
2. Bagi Program Studi Ilmu Hukum, diharapkan untuk memasukkan praktek
advokasi dan bantuan hukum kedalam kurikulum supaya mahasiswa lebih
mengetahui dan lebih peduli dengan masalah bantuan hukum baik hanya
konsultasi maupun sampai dengan pendampingan di pengadilan.
3. Bagi Fakultas Syariah dan Hukum, Supaya memasukkan Anggaran untuk
Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum, Karena walaupun secara cuma-
cuma akan tetapi tranport jalan untuk ke lapangan dan untuk latihan pasti
mengeluarkan uang.
4. Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum diharapkan dapat memberikan
sumbangsih terhadap prodi ilmu Hukum sebagai lembaga yang
dibutuhykan oleh mahasiswa sebagai tempat berkreasi.
113
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly, PerihalUndang-Undang, Jakarta, Penerbit :Konstitusi Press, 2006.
Bruggink, JJH.,alihbahasa, Sidharta, Arief, Refleksi tentang hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung. 1996
Kansil, C.S.J, dkk, Kemahiran Membuat Perundang-Undangan, Jakarta, Penerbit : PT.
Perca, 2003.
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2001
Fakultas Syariah Hukum, Pedoman Akademik FSH 2009-2010, Jakarta: Fakultas Syariah
Hukum, 2010
Fakultas Syariah dan Hukum, Pedoman Akademik FSH 2009-2010, Jakarta: Fakultas
Syariah dan Hukum, 2008
Indonesia, Undang-undang Dasar 1945.
Dahlan, Abdul Aziz, dkk (ed), Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtra Baru Van
Hoeve, 1997, Jilid 5, Cet. 1
Wade, E.C.S. dan G. Godfreng Philips, Konstitusional Law, London, Loggmens, 1963.
Hadjon, Philipus M dan Tatiek Sri Djatmiati, Argumentasi Hukum, UGM Press,
Surabaya, 2005
Hans Kelsen, Teori Hukum Murni Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif sebagai Norma
Hukum Diskriptif, Jakarta, Penerit :Rindi Press, 1995.
Harahap, M.Yahya, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Jakarta: Sinar
Grafika, 2002
Harianto, Bambang Sunggono dan Aries, Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia,
Bandung: CV. Mandar Maju, 1994
114
Hidayat, Prof. Dr. Komaruddin, Dkk, Pedoman Akademik Program Strata I 2013/2014,
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013
Kompilasi Hasil Rapat-Rapat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah”,
FSH UIN Syarif Hidayatullah Tahun 2010
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia
Nomor: Dj.I/480/2009 Tentang Penetapan Kelulusan Peserta Sertifikasi Dosen
Perguruan Tinggi Agama Islam Tahun Anggaran 2009
Koentjoroningrat, Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 1994
Lord Lloyd O Hamstead dan MDA Freeman, Lloyd’s Introduction to Jurisprudence,
ELBS/Steven, 1985
Laporan Seminar dan Sosialisasi Fakultas Syariah dan Hukum Bekerjasama dengan
MGMP Ekonomi SMA, MA, SMK dan Pontren Se-DKI Jakarta tanggal 09
Februari-18 Maret 2009
Laporan Penelitian Peta Mutu Akademik dan Non Akademik Mahasiswa Baru Fakultas
Syariah dan Hukum Tahun Akademik 2010/2011 oleh Tim Peneliti Pusat
Peningkatan dan Jaminan Mutu (PPJM) Fakultas Syariah dan Hukum Tahun
2010
lexy J. Maleong, Metode Penelitian kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002
Lili Rasjidi, Dasar-DasarFilsafatHukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, cet. Ke VI, 1993.
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2005
Marzuki, Metodologi Riset,Yogyakarta: BPFE-UII, 2001
Puspito, Hendro, O.C. Sosiologi Sistematik, Jakarta: Kanisius, 1989
Saharuddin, Nilai Kultur Inti dan Institusi Lokal Dalam Konteks Masyarakat Multi-Etnis,
Depok: Bahan Diskusi Tidak Diterbitkan Program Pascasarjana Universitas
Indonesia, 2001
115
Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Penerbit Angkasa, Bandung, cetakan
keempat, Pebruari 1980.
___________________, Membedah Hukum Progresif, Penerbit Buku Kompas,
Jakarta, cetakanpertama, Agustus 2006
Shidarta, Karakteristik Penalaran Hukum Dalam Konteks Ke Indonesiaan, Bandung:
Utomo,2006
Sudikno, Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta,
edisi keempat, Agustus 1993.
Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metode Penelitian Untuk Ekonomi Dan Bisnis,
Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2003
Soekanto,Purnadi Purbacaraka dan Soerjono, Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata
Hukum, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1993
Soepardan, Modeong, Teknik Perundang-Undangan di Indonesia, Jakarta Timur,
Penerbit : PT. Perca, cetakanpertama, 2003.
Soekanto, Soerjono, Bantuan Hukum Suatu Jaminan Tinjauan Sosio Yuridis,
Jakarta: Ghalia Indonesia, 1983
Suharsimi,Arikonto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta:
Penerbit Rineka Cipta, 2002, Edisi Revisi V
Syariah dan Hukum, Fakultas, Laporan Tahunan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Tahun 2007, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum, 2008
Syariah dan Hukum, Fakultas, Laporan Tahunan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Tahun 2008, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum, 2009
Syariah dan Hukum, Fakultas, Laporan Tahunan Fakultas Syariah dan Hukum UIN
Syarif Hidayatullah Tahun 2009, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum, 2010
Taneko, B. Sulaiman, Struktur dan Proses Sosial: Suatu Pengantar Sosiologi
Pembangunan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993
UIN Syarif Hidayatullah, Rencana Strategis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2007-2011, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2007
Uphoff, Norman.T. Local Institutional Development: An Analitycal Sourcebook
with Cases. West Hartford Connecticut: Kumarian Press, 1986
116
Wirjono Prodjodikoro, Asas-AsasHukum Tata Negara Indonesia Jakarta, Penerbit
: Dian Rakyat, 1989.
Winarta, Frans Hendra, Bantuan Hukum Suatu Hak Asasi Manusia Bukan Belas
Kasihan, Jakarta:Elex Media Komputindo, 2000
Internet
Mardiman Sane., SH, Fungsi dan Peran Lembaga Konsultasi dan
Bantuan Hukum Bagi Masyarakat, (Jakarta: http://www.indonesia-bisa.com/ top/
index.php? option=com _content&view= article&id=213:fungsi-dan-peran-
lembaga-konsultasi-dan-bantuan-hukum-bagi-masyarakat-
&catid=1:polhukam&Itemid=5) di akses 2 Agustus 2013
http://www.ylbhi.or.id, Sejarah, di akses 21 Agustus 2013
LBH Jakarta, Profil LBH, http://www.bantuanhukum.or.id di Akses 13 Agustus
2013
http://www.hukumonline.com, Kiprah LBH Kampus Di Gilas roda waktu, di
akses 12 Juli 2013
http://www.trisakti.ac.id/fh/?page=fasilitas&sw=lat, Lembaga Arbitrase risakti, di
akses 23 Agustus 2013
http://www.uajy.ac.id/penelitian-pengabdian/layanan-kepakaran/pusat-bantuan-dan-
konsultasi-hukum-pbkh/, Pusat Bantuan Dan Konsultasi Hukum, Di akses 12
September 2013