FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA...

114
PERBEDAAN KEPUASAN PERKAWINAN BERDASARKAN USIA PERKAWINAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Psikologi Disusun oleh : Margaretha Venny Octavia T. B 139114034 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA...

  • PERBEDAAN KEPUASAN PERKAWINAN BERDASARKAN

    USIA PERKAWINAN

    SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

    Program Psikologi

    Disusun oleh :

    Margaretha Venny Octavia T. B

    139114034

    FAKULTAS PSIKOLOGI

    UNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA

    2018

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN MOTO

    Do what you have to do

    Until you can do what you want to do

    --Oprah Winfrey--

    Do the best

    Be the best

    Get the best

    But

    Don’t feel the best

    YOU CAN .

    It always seems impossible until It’s done

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Karya ini saya persembahkan untuk,

    Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kuasa, berkah dan jalan yang selalu Ia

    berikan.

    Keluarga yang terkasih, Bapak Fx. Sutrisno, Ibu Fr. Budi Tri Utami yang selalu

    memberikan semangat, doa dan dukungan tiada henti. Selain itu kepada kakakku

    Robertus Ronny Christiawan A. T. B. yang selalu memberikan semangat, doa,

    dukungan serta nasehat-nasehat yang menyadarkan bagi saya.

    Dosen pembimbing Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si. yang telah memberikan

    bimbingan dalam penyusunan tugas akhir ini. Serta sahabat dan teman-teman

    yang selalu ada memberikan dukungan, semangat, kasih dan sukacita.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PERBEDAAN KEPUASAN PERKAWINAN BERDASARKAN USIA

    PERKAWINAN

    Margaretha Venny Octavia T. B

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kepuasan perkawinan

    berdasarkan usia perkawinannya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat

    kepuasan perkawinan berdasarkan usia perkawinannya. Pada usia awal perkawinan, kepuasan

    perkawinan cenderung tinggi sedangkan pada usia tengah perkawinan, kepuasan perkawinan

    cenderung rendah dan ketika di usia akhir perkawinan, kepuasan perkawinan cenderung tinggi.

    Subjek dalam penelitian ini sebanyak 152 subjek dengan 46 subjek usia awal perkawinan, 56

    subjek usia tengah perkawinan dan 50 subjek usia akhir perkawinan. Alat pengumpulan data

    dalam penelitian ini menggunakan skala kepuasan perkawinan dalam bentuk skala likert yang

    dikembangkan oleh peneliti. Reliabilitas skala penelitian ini menggunakan koefisien reliabilitas

    alpha berstrata sebesar 0,954. Teknik analisis data menggunakan uji beda Anova. Hasil penelitian

    diperoleh signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan

    tingkat kepuasan perkawinan berdasarkan usia perkawinanya.

    Kata kunci : kepuasan perkawinan, usia perkawinan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    MARITAL SATISFACTION DIFFERENCES BASED ON AGE OF

    MARRIAGE

    Margaretha Venny Octavia T. B

    ABSTRACT

    This study was aimed to determine the level differences of marital satisfaction related to

    marital age. Hypothesis in this study was there is level defference of marital satisfaction related to

    marital age. On early age of marriage, marital satisfaction tend to be high, whereas on middle age

    of marriage, marital satisfaction tend to be low and on late age of marriage, marital satisfaction

    tend to be high. Subjects in this study was 152 subjects with 46 subjects on early age of marriage,

    56 subjects on middle age of marriage, and 50 subjects on late age of marriage. The measurement

    used in this study was marital satisfaction scale in likert form developed by researcher. Reliability

    scale using satisfied alpha 0,954. Analysis data using F-test Anova. Result in this study was

    significant with 0,000 (p < 0,05) which means there is level difference of marital satisfaction

    related to marital age.

    Keywords: marital satisfaction, marital age

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatNya

    sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Penulisan skripsi ini merupakan salah

    satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

    (S.Psi). Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari

    berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

    1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi., selaku Dekan tahun 2018 Fakultas

    Psikologi Universitas Sanata Dharma.

    2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan periode tahun 2013-

    2017.

    3. Ibu Monica Eviandaru M., M. Psych., Ph.D., selaku Ketua Program Studi

    Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

    4. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang

    telah mendampingi, membimbing, dan memberi masukan dalam proses

    penulisan skripsi.

    5. Ibu Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari M.Si selaku dosen

    pemimbing akademik 2013-2017 dan Bapak Minto Istono M.Si selaku

    dosen pembimbing akademik 2017-2018 yang telah memberikan

    dukungan dan arahan selama masa studi.

    6. Seluruh karyawan dan staff di Fakultas Psikologi Universitas Sanata

    Dharma.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    7. Orang tua tercinta, bapak dan ibu yang telah senantiasa memberikan

    dukungan, doa dan semangat selama berproses dalam setiap langkah yang

    dilalui.

    8. Kakak tersayang yang telah selalu sabar menghadapi adek dan selalu

    memberikan dukungan, kekuatan dan membantu menyadarkan bahwa

    setiap hal dapat dilalui dengan usaha dan kerja keras.

    9. Teman-teman tersayang Desi, Febi, Ray dan Randy yang telah senantiasa

    mendukung, memberikan semangat dan selalu sabar menghadapi

    temannya yang ngeyel dan sering molor-molor deadline ini. Terima kasih

    karena kalian selalu ada dan selalu bilang β€œkamu bisa ven!”

    10. Teman-teman terkasih Karla, Vian, Koleta, Heidy, Rani, Gera, Bama, Dito

    dan Dedi yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam

    mengerjakan skripsi. Terima kasih telah berbagi pengalaman dan suka

    dukanya selama ini.

    11. Mas Albert yang telah membantu dalam menggali minat dalam

    menentukan tema skripsi dan telah membimbing dalam penyusunan

    skripsi ini

    12. Seluruh teman-teman saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu

    yang telah sering bertanya β€œkamu kapan ?” setiap membahas mengenai

    skripsi. Terima kasih berkat pertanyaan tersebut yang membuat saya

    tertekan dan menjadi bersemangat untuk segera menyelesaikan skripsi

    saya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

    HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ..................................... ii

    HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

    HALAMAN MOTO ................................................................................................ iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v

    HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi

    ABSTRAK ............................................................................................................. vii

    ABSTRACT ........................................................................................................... viii

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................ ix

    KATA PENGANTAR .............................................................................................. x

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... xiii

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. xvi

    DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii

    BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 10

    C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10

    D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 10

    1. Manfaat Teoritis ..................................................................................... 10

    2. Manfaat Praktis ...................................................................................... 10

    BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................... 12

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    A. Kepuasan Perkawinan .................................................................................. 12

    1. Definisi Perkawinan ............................................................................... 12

    2. Kepuasan Perkawinan ............................................................................ 13

    3. Dimensi Kepuasan Perkawinan.............................................................. 14

    4. Faktor Kepuasan Perkawinan ................................................................. 18

    B. Usia Perkawinan........................................................................................... 19

    C. Perbedaan Kepuasan Perkawinan Berdasarkan Usia Perkawinan ............... 22

    D. Kerangka Berpikir ........................................................................................ 27

    E. Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 28

    BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 29

    A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 29

    B. Variabel Penelitian ....................................................................................... 29

    C. Definisi Operasional..................................................................................... 30

    D. Subjek Penelitian .......................................................................................... 33

    E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ........................................................... 33

    1. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 33

    2. Alat Pengumpulan Data ......................................................................... 35

    F. Validitas dan Reliabilitas Data Alat Ukur .................................................... 37

    1. Validitas Alat Ukur ............................................................................... 37

    2. Reliabilitas Item Skala ........................................................................... 39

    3. Reliabilitas Alat Ukur ........................................................................... 40

    G. Metode Analisis Data ................................................................................... 42

    BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 45

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................. 45

    B. Deskripsi Subjek Penelitian ......................................................................... 45

    C. Hasil Penelitian ............................................................................................ 46

    1. Uji Asumsi ............................................................................................. 46

    2. Deskripsi Data Penelitian ....................................................................... 48

    3. Uji Hipotesis ......................................................................................... 50

    D. Pembahasan .................................................................................................. 52

    BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 55

    A. Kesimpulan .................................................................................................. 55

    B. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 56

    C. Saran ............................................................................................................. 56

    DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 58

    LAMPIRAN ............................................................................................................ 63

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Penilaian Skala Likert ................................................................................ 35

    Tabel 2. Blueprint Skala Kepuasan Perkawinan ...................................................... 35

    Tabel 3. Sebaran Item Skala Kepuasan Perkawinan Sebelum Tryout ..................... 37

    Tabel 4. Sebaran Item Skala Kepuasan Perkawinan Setelah Tryout ....................... 40

    Tabel 5. Korelasi Alpha dan Variance Pada Dimensi Kepuasan Perkawinan ......... 41

    Tabel 6.Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Perkawinan ....................................... 46

    Tabel 7. Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................... 46

    Tabel 8. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Skala Kepuasan Perkawinan .......... 47

    Tabel 9. Deskripsi Data Penelitian Pada Usia Awal Perkawinan ............................ 49

    Tabel 10. Deskripsi Data Penelitian Pada Usia Tengah Perkawinan ....................... 49

    Tabel 11. Deskripsi Data Penelitian Pada Usia Akhir Perkawinan ......................... 50

    Tabel 12. Hasil Uji Beda Kepuasan Perkawinan ..................................................... 51

    Tabel 13. Hasil Uji Beda Kepuasan Perkawinan Berdasarkan Usia ....................... 51

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Skala Penelitian ................................................................................... 64

    Lampiran 2. Reliabilitas Item Skala Kepuasan Perkawinan .................................... 74

    Lampiran 3. Hasil Uji Asumsi ................................................................................. 87

    Lampiran 4. Deskripsi Data Penelitian .................................................................... 89

    Lampiran 5. Hasil Uji Hipotesis .............................................................................. 91

    Lampiran 6. Validitas Isi .......................................................................................... 95

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Menikah merupakan salah satu tugas perkembangan masa dewasa

    awal dengan rentang usia 18 sampai 30 tahun (Hurlock, 2002). Pria dan

    wanita usia ini akan menjalin hubungan yang serius dengan pasangannya

    dan melanjutkan ke jenjang perkawinan. Perkawinan adalah ikatan lahir

    batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan

    tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal

    berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (UU RI, 1974).

    Perkawinan memiliki tujuan yang jelas bahwa seseorang menikah

    untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Namun pada

    kenyataannya hubungan antara suami dan istri dalam sebuah perkawinan

    tidak sesederhana yang kita bayangkan. Perkawinan merupakan sebuah

    hubungan yang sangat rumit dan terdapat banyak masalah di dalamnya.

    Permasalahan yang sering terjadi ialah pertengkaran, perselisihan bahkan

    hingga kekerasan dalam rumah tangga.

    Permasalahan yang umum dalam perkawinan ialah komunikasi

    tidak lancar, seks dan keintiman, pembagian tugas, masalah keuangan,

    perasaan dimanfaatkan, pertengkaran dan konflik, perasaan sakit hati yang

    disimpan serta ketidaksetiaan dan perselingkuhan (Siahaan, 2016).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    Masalah tersebut masalah yang umumnya terjadi dalam kehidupan

    perkawinan. Ketika individu tidak mampu menyelesaikan masalahnya dan

    merasa tidak puas maka individu akan mememilih jalan keluar untuk

    bercerai.

    Ketika suami dan istri tidak dapat mengatasi masalah rumah tangga

    dengan baik dan bijaksana, maka akan timbul kesalahpahaman yang

    akhirnya membuat pertengkaran dan berujung dengan perceraian

    (Srisusanti & Zulkaida, 2013). Perceraian dianggap sebagai jalan terbaik

    untuk mengatasi masalah (Ginnis dalam Ficher dan Thomas, 1998).

    Perceraian di Indonesia saat ini bukanlah hal yang tabu lagi.

    Perceraian ini tidak jarang juga terjadi pada public figure seperti halnya

    para artis yang belakang ini banyak memilih untuk mengakhiri pernikahan

    di usia awal pernikahan. Selain itu, berdasarkan data dari Badan Pusat

    Statistik menunjukan bahwa kasus perceraian selalu meningkat dari tahun

    ke tahun. Pada tahun 2013 terdapat 324.247 kasus talak cerai, tahun 2014

    terdapat 344.237 kasus talak cerai dan tahun 2015 terdapat 347.256 kasus

    talak cerai yang ada di Indonesia. Data tersebut menunjukan bahwa jumlah

    perceraian di Indonesia meningkat antara 15% - 20% pertahun. Artinya

    dalam setiap jam terjadi 40 sidang perceraian yang di urus oleh pengadilan

    agama.

    Perceraian terjadi karena adanya ketidakpuasan dalam hubungan

    perkawinan. Levenson, Carstensen & Gottman (1993) mengungkapkan

    bahwa kepuasan pernikahan membuat pernikahan itu bertahan lama dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    mengurangi kemungkinan berakhirnya ikatan pernikahan atau perceraian.

    Pasangan menginginkan adanya kepuasan pernikahan karena kepuasan

    pernikahan menjadi salah satu faktor penentu kesejahteraan dalam

    kehidupan pernikahan (Hurlock, 1990). Menurut Li & Fung, (2011)

    perceraian disini dipandang sebagai pilihan dalam hubungan perkawinan,

    hal ini membuat pasangan akan menghargai kepuasan perkawinan dan

    selalu mengevaluasi hubungan mereka, apakah mereka puas dengan

    perkawinannya.

    Schoen, Astone, Robert, Standish, dan Kim (2002)

    mengungkapkan bahwa kepuasan pernikahan merupakan evaluasi terhadap

    keadaan pernikahan seseorang dan merupakan cerminan kebahagian dalam

    pernikahannya. Stone dan Shackelford, (2006) mengungkapkan bahwa

    kepuasan perkawinan merupakan keadaan mental yang direfleksikan dari

    penerimaan keuntungan yang diperoleh dan yang diberikan dalam

    pernikahan oleh masing-masing orang. Kepuasan perkawinan merupakan

    perasaan subjektif akan kebahagian dan pengalaman yang menyenangkan

    yang dialami oleh suami istri dalam perkawinannya dengan

    mempertimbangkan keseluruhan dimensi dalam kepuasan perkawinan

    Olson dan Hamilton (1983). Kepuasan perkawinan pada istri lebih pada

    dimensi keintiman, kemampuan untuk mengungkapkan diri dengan

    pasangan dan melihat pasangan sebagai orang yang peka (Laurenceau,

    Barrett dan Rovine (2005). Selain itu juga ekspresi kasih sayang suami dan

    jumlah waktu yang dihabiskan bersama serta komunikasi. Sedangkan dari

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    sisi suami, dimensi yang mempengaruhi kepuasan perkawinan adalah

    kepuasan dalam hubungan seksual, pembagian tugas rumah tangga atau

    peran gender dan sejauh mana hal yang ia peroleh dari pasangan dalam

    hubungan mereka (Zainah, Nasir, Hashim dan Yusof, 2012).

    Peran kepuasan perkawinan disini tentunya sangatlah penting

    dalam keberlangsungan suatu perkawinan. Booth, dan White (1980)

    mengungkapkan bahwa usia saat menikah, usia pernikahan, religiusitas

    dan pendapatan memiliki dampak dalam pemikiran untuk bercerai. Faktor

    demografi seperti usia menikah, usia pernikahan, pendidikan, agama,

    tempat tinggal, lamanya perkenalan sebelum menikah, pekerjaan dan

    penghasilan mempengaruhi kepuasan pernikahan (Nawas, Javeed, Haneef,

    Tasaur dan Khali, 2014; Zainah et al, 2012). Dalam penelitian yang

    dilakukan oleh Booth dan White (1980) usia saat menikah, usia

    pernikahan, keyakinan, pendapatan memberikan dampak dalam pemikiran

    mengenai perceraian.

    Berdasarkan usia perkawinannya, pasangan suami istri akan

    melalui berbagai tahapanannya, seperti halnya pada awal perkawinan,

    masa merawat anak atau menjadi orang tua dan masa ketika anak mulai

    meninggalkan rumah. Transisi perjalanan kehidupan perkawinan

    melibatkan perubahan pada anak di berbagai usia perkawinan yang

    berhubungan dengan perubahan kebahagian perkawinan ( VanLaningham,

    Johnson & Amato, 2001).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    Pada masa awal perkawinan kepuasan perkawinan akan cenderung

    tetap konsisten (Snowden, Schott, Awalt, dan Gillis-Knox, 1988).

    Kepuasan ini akan cenderung konsisten hingga masa kehamilan anak

    pertama. Setelah masa ini, maka pasangan akan memasuki masa menjadi

    orang tua. Masa inilah akan muncul banyak masalah dalam kehidupan

    rumah tangga. Intensitas konflik ini cukup bervariatif. Konflik biasanya

    akan muncul pada usia 2 tahun pernikahan atau pada saat kelahiran anak

    pertama. Tidak jarang usia pernikahan tersebut dianggap sebagai tahun

    penuh perjuangan bahkan dapat mengindikasikan keberlangsungan

    hubungan dengan pasangan.

    Usia awal pernikahan ini merupakan sebuah tahap penyesuaian diri

    dalam hidup berumah tangga dan waktu dimana masing-masing dapat

    melihat siapa sesungguhnya pasangan mereka. Maka dari itu tidak jarang

    pasangan yang merasa gagal atau tidak puas dengan hubungannya akan

    memilih untuk bercerai. Seperti pada beberapa pasangan artis di Indonesia

    yang memilih untuk mengakhiri pernikahan mereka pada usia awal

    pernikahan (Pramithasari, 2016). Bahkan terdapat pasangan artis yang

    memilih untuk bercerai di usia satu tahun pernikahan mereka.

    Setelah pasangan melalui masa penyesuain kehidupan sebagai

    suami dan istri, mereka akan melalui masa transisi sebagai orang tua. Pada

    masa ini akan muncul berbagai masalah dalam kehidupan rumah tangga.

    Pada usia 5 tahun menikah, masalah yang sering terjadi ialah masalah

    ekonomi dan adaptasi kebiasaan pasangan suami istri dengan keluarga

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    besar. Selain itu, usia perkawinan 6-10 tahun masalah yang sering terjadi

    ialah perbedaan pengasuhan anak, perubahan sikap positif yang hilang

    setelah sekian lama menikah dan pola komunikasi yang berubah antar

    pasangan (Saidiyah & Julianto, 2016).

    Hadirnya anak dalam keluarga merupakan salah satu fase dalam

    hubungan pernikahan yaitu merawat anak. Adanya anak dapat

    memunculkan masalah dalam keluarga begitupun sebaliknya. Anak-anak

    dapat mengurangi resiko perceraian dalam keluarga (Willcox dalam

    Thornton, 1977). Apa yang di ungkapkan oleh Willcox itu didukung juga

    dengan data dari empat negara yang ia amati bahwa tingkat perceraian

    untuk pasangan yang tidak memiliki anak adalah tiga hingga empat kali

    lebih besar dari pasangan yang memiliki anak. Thornton, (1977) dalam

    hasil penelitiannya juga mengungkapkan bahwa kehadiran anak dapat

    mencegah atau menunda perselisihan atau perceraian. Terdapat beberapa

    alasan yang di ungkapkan oleh Thornton (1977) mengapa anak-anak dapat

    mencegah perceraian, yaitu banyak orang yang beranggapan bahwa

    perceraian itu berbahaya bagi anak-anak, maka dari itu banyak pasangan

    yang mencoba untuk mempertahankan keluarga mereka β€œdemi kebaikan

    anak”. Selain itu, beban ekonomi yang akan di tanggung anak mungkin

    akan berlipat ganda apabila orang tuanya bercerai. Maka dari itu, akhirnya

    orang tua memilih untuk menjaga pernikahan agar tetap utuh. Heaton

    (1990) juga mengungkapkan dampak adanya anak dalam keluarga ialah

    masalah ekonomi dimana dengan adanya anak maka istri akan bergantung

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    pada pendapatan suami.

    Saat anak masih kecil, anak membutuhkan perhatian dan waktu

    yang besar, hal ini membuat pasangan harus membagi waktu mereka

    antara mencari uang dan merawat anak. Jika terjadi perceraian maka hal

    ini akan menyulitkan pihak istri untuk merawat anak dan mencari

    pekerjaan. Maka dari itu pasangan lebih memilih untuk tetap bersama

    demi kepentingan anak meskipun hubungan mereka sudah tidak baik.

    Kurangnya finansial dan anak biasanya digunakan sebagai alasan untuk

    tidak bercerai (Albercht, Bahr & Goodman dalam Heaton, T.B., 1990).

    Selain itu, anak-anak dapat menghalangi perceraian dengan meningkatkan

    kepuasan pernikahan. Anak-anak merupakan sumber kepuasan menurut

    orang tua (Hoffman & Manis dalam Heaton, T. B., 1990).

    Pada masa ini pula, di usia pernikahan 7 tahun juga dikenal dengan

    usia yang rawan terhadap perceraian atau yang biasa dikenal dengan β€œthe

    seven years itch”. Bahkan istilah tersebut sempat dibuat film dengan judul

    β€œThe Seven Year Itch” pada tahun 1955 yang dibintangi oleh Marilyn

    Monroe. Judul film tersebut mengacu pada data dari biro sensus Amerika

    dimana perceraian kemungkinan besar akan terjadi di usia tersebut.

    Menurut Michelle Crosby (Rakhma, 2017) pengacara pernikahan

    mengatakan bahwa usia pernikahan tujuh tahun dalam pernikahan

    monogami membuat semangat mendukung dan mencintai pada pasangan

    mulai berkurang. Usia ini biasanya pasangan akan mulai merasa jenuh dan

    bosan yang nantinya akan berakibat pada pola komunikasi antara suami

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    istri yang memicu masalah.

    Setelah melalui masa merawat anak, maka pasangan akan melalui

    masa ditinggalkan oleh anak mereka untuk bekerja maupun untuk

    membentuk keluarga baru. Pada masa inilah kepuasan perkawinan

    pasangan akan cenderung tinggi dibandingkan dengan saat merawat anak.

    Pasangan yang telah ditinggalkan anaknya, untuk bekerja maupun untuk

    membentuk keluarga baru, memiliki kepuasan yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan pasangan muda dengan anak yang masih tinggal di

    rumah (Gorchoff, John & Helson, 2008).

    Kepuasan perkawinan dengan usia pernikahan ini membentuk

    kurva U. Kurva U ini menunjukan bahwa secara umum pada awal

    perkawinan kepuasan perkawinan tinggi, kemudian akan menurun saat

    kehadiran anak dan akan mencapai bawah ketika anak mulai beranjak

    dewasa, kemudian akan meingkat kembali saat memasuki usia lanjut

    ketika anak mulai dewasa, meninggalkan rumah (Papalia, Olds &

    Feldman, 2007). Temuan kurva U ini juga banyak didukung oleh peneliti

    lainnya seperti Rollins dan Fieldman (1970), Gillford dan Bengston dalam

    Lemme (1995). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Zainah, Nasir,

    Hashim dan Yusof (2012) menunjukan bahwa terdapat perbedaan

    kepuasan pernikahan berdasarkan lamanya usia pernikahan. Usia

    pernikahan diatas sepuluh tahun memiliki kepuasan pernikahan yang lebih

    tinggi bila dibandingkan dengan pasangan yang usia pernikahannya

    kurang dari 10 tahun pernikahan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    Berdasarkan banyaknya kasus perceraian yang terjadi di Indonesia

    yang disebabkan oleh masalah dalam kehidupan perkawinan, maka

    peneliti tertarik untuk meneliti mengenai perkawinan khususnya kepuasan

    perkawinan. Peneliti tertarik untuk meneliti kepuasan perkawinan karena

    kepuasan perkawinan dapat memberi dampak pada kesejahteraan

    perkawinan. Kesejahteraan atau kepuasan perkawinan dapat dilihat

    melalui berbagai dimensi dalam kepuasan perkawinan. Peneliti mencoba

    untuk melihat tingkat kepuasan perkawinan berdasarkan usianya karena

    dalam perkawinan akan melalui tahapan dengan karateristik yang berbeda

    pada masing-masing usia. Setiap usia memiliki masalahnya masing-

    masing yang memunculkan rasa puas dan tidak puas dalam

    perkawinannya. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melihat perbedaan

    tingkat kepuasan perkawinan berdasarkan usia perkawinan yaitu, usia

    awal, usia tengah dan usia akhir perkawinan.

    Penelitian ini penting untuk dilakukan karena perceraian

    berhubungan dengan kepuasan perkawinan yang dirasakan oleh individu

    terhadap hubungan perkawinannya. Selain itu, orang akan cenderung

    selalu mencari kepuasan dalam hubungannya. Hasil penelitian ini

    diharapkan dapat memberikan hasil tingkat kepuasan perkawinan

    berdasarkan usia perkawinannya yang nantinya dapat membantu pasangan

    yang menikah untuk menyadari kehidupan perkawinannya akan

    mengalami masa sulit pada suatu titik tertentu. Ada atau tidaknya

    perbedaan kepuasan perkawinan diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    bagi pasangan dan menjadi gambaran akan kepuasan pernikahan di masa

    depan bagi pasangan yang akan dan telah menikah.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas,

    maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah β€œ Apakah terdapat

    perbedaan kepuasan perkawinan berdasarkan usia perkawinannya ? ”

    C. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat

    kepuasan perkawinan berdasarkan usia perkawinannya.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Hasil penelitian ini secara umum dapat memperkaya kajian

    psikologi khususnya dalam ilmu psikologi perkembangan dan

    psikologi perkawinan. Selain itu, hasil penelitian ini juga

    diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya

    yang berkaitan dengan topik dan konteks yang sama.

    2. Manfaat Praktis

    Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi

    pasangan suami istri agar lebih menyadari pentingnya kepuasan

    perkawinan mereka. Pemahaman akan kepuasan perkawinan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 11

    ini nantinya dapat meningkatkan dan mempertahankan

    kepuasan perkawinan bagi pasangan yang baru menikah

    maupun bagi pasangan yang sudah lama menikah. Pemahaman

    kepuasan perkawinan merupakan salah satu aspek dalam

    keberhasilan suatu hubungan perkawinan. Dengan memahami

    hal ini maka diharapkan mereka tidak mudah untuk mengambil

    keputusan untuk bercerai ketika mereka menghadapi masalah

    dalam perkawinannya. Selain itu, dengan mengisi skala

    kepuasan perkawinan maka pasangan suami istri dapat terlibat

    secara afektif atau dapat merefleksikan diri terkait

    hubungannya.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Kepuasan Perkawinan

    1. Definisi Perkawinan

    Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974

    menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang

    pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

    keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan

    Ketuhanan Yang Maha Esa. Suatu perkawinan yang sah ialah apabila

    dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya

    dan dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku (UU RI no 1

    Pasal 2 Tahun 1974). Marriage is the union of two persons as husband

    and wife atau perkawinan merupakan bersatunya dua orang sebagai

    suami dan istri (Hornby dalam Walgito 2010).

    Berdasarkan definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

    perkawinan merupakan ikatan lahir batin seorang pria dan wanita

    sebagai suami istri yang sah secara hukum dan agama dengan tujuan

    membentuk keluarga bahagia.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    2. Kepuasan Perkawinan

    Kepuasan perkawinan merupakan hal yang penting dan memegang

    peranan penting bagi keberlangsungan suatu hubungan suami istri.

    Kepuasaan yang dirasakan oleh pasangan dapat membuat perkawinan

    bertahan lama dan mengurangi kemungkinan terjadinya perceraian

    (Levenson, Carstensen & Gottman, 1993). Ketika seseorang merasa

    puas dengan hubungannya maka ia cenderung akan merasa bahagia

    dan memiliki kualitas kehidupan yang lebih baik.

    Kepuasan dalam perkawinan dapat dirasakan dengan saling

    terpenuhinya kebutuhan fisik, ekonomi, emosional dan psikologis

    (Lavner, Karney & Bradbury, 2013). Ketika suami mampu memenuhi

    kebutuhan istrinya maka istri akan merasa puas dengan pasangan dan

    begitupun sebaliknya. Hal tersebut tentunya menjadi dambaan dalam

    kehidupan berumah tangga untuk memiliki keluarga yang harmonis

    dan bahagia.

    Stone dan Shackelford, (2006) mendefinisikan kepuasan

    perkawinan sebagai keadaan mental yang mencerminkan manfaat dan

    biaya yang dirasakan seseorang. Semakin banyak seseorang

    mengeluarkan biaya dalam perkawinan maka ia merasa kurang puas.

    Begitu juga sebaliknya semakin besar manfaat yang dirasakan maka

    semakin puas dengan perkawinan dan pasangannya.

    Kepuasan perkawinan merupakan evaluasi global terhadap keadaan

    perkawinan seseorang dan merupakan cerminan dari kebahagian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    perkawinan (Schoen, Astone, Robert, Standish, & Kim, 2002). Maka

    dari itu kepuasan tidak dapat dipisahkan dengan pemenuhan kebutuhan

    yang di harapkan oleh individu. Olson dan Hamilton (1983)

    mengungkapkan bahwa kepuasan perkawinan merupakan perasaan

    subjektif akan kebahagian yang dialami oleh pasangan dalam

    perkawinannya dengan mempertimbangkan keseluruhan dimensi

    kepuasan perkawinan.

    Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti menarik kesimpulan

    bahwa kepuasan perkawinan merupakan evaluasi terhadap keadaan

    perkawinan yang dirasakan dengan mempertimbangkan keseluruhan

    dimensi dalam kepuasan perkawinan.

    3. Dimensi Kepuasan Perkawinan

    Menurut Fowers dan Olson (1989 & 1993) terdapat sepuluh dimensi

    yang dapat menjadi indikator dalam kepuasan perkawinan, antara lain

    ialah :

    a. Personality Issue

    Dimensi ini melihat pada penyesuaian diri individu pada

    kepribadian pasangan. Tidak jarang, sebelum menikah biasanya

    individu akan berusaha untuk menjadi pribadi yang menarik demi

    mencari perhatian pasangan. Namun setelah menikah, individu

    akan menunjukan dirinya yang sesungguhnya yang mungkin

    berbeda dengan sebelum menikah. Perubahan tingkah laku dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    kepribadian individu inilah yang terkadang akan membuat adanya

    konflik dalam perkawinan. Ketidaksesuaian yang terkadang tidak

    sesuai harapan inilah yang menimbulkan perasaan kecewa pada

    pasangannya.

    b. Communication

    Dimensi ini melihat pada bagaimana perasaan dan sikap

    individu ketika berkomunikasi dengan pasangannya. Komunikasi

    berfokus pada perasaan senang yang dirasakan oleh pasangan

    ketika mereka dapat menerima dan berbagi informasi mengenai

    pikiran dan perasaan masing-masing.

    c. Conflict resolution

    Resolusi konflik ini berfokus pada bagaimana persepsi

    individu terhadap suatu masalah dan bagaimana cara

    menyelesaikan. Dalam prosesnya membutuhkan adanya

    keterbukaan masing-masing untuk dapat menerima pendapat dan

    mencari jalan keluar bersama-sama. Selain itu individu juga

    diharapkan mampu untuk membangun kepercayaan kepada

    pasangan.

    d. Financial Management

    Manajemen keuangan ini melihat pada bagaimana sikap

    dan cara pasangan dalam mengatur keuangan dalam kehidupan

    rumah tangga. Hal ini dapat dilihat pada sikap untuk

    mengendalikan harapan atau keinginan yang terkadang tidak sesuai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    dengan kemampuan keungan. Tidak jarang ketidak sesuaian antara

    harapan dan kemampuan keuangan dapat menimbulkan masalah

    dalam kehidupan rumah tangga.

    e. Leisure Activities

    Aktivitas di waktu luang merupakan kegiatan yang

    dilakukan ketika individu memiliki waktu luang. Individu akan

    dihadapkan pada pilihan kegiatan yang akan dilakukan untuk

    mengisi waktu luang, apakah waktu tersebut akan dihabiskan untuk

    berkegiatan bersama pasangan ataukah tidak. Dimensi ini juga

    terkait dengan harapan individu untuk mengisi waktu luang

    bersama pasangannya.

    f. Sexual Relationship

    Dimensi hubungan seksual merupakan pola hubungan

    seksual suami dan istri dalam kehidupan rumah tangganya.

    Tercapainya kepuasan seksual akan mempengaruhi kesetiaan

    individu pada pasangannya. Kesetian dalam perkawinan

    merupakan hal yang penting untuk menjaga keberlangsungan

    hubungan perkawinan. Maka dari itu, pasangan harus mampu

    untuk memenuhi kebutuhan seksual individu.

    g. Children and Parenting

    Anak dan pengasuhan merupakan sikap dan perasaan

    individu terkait dengan kehadiran anak dalam keluarga dan

    pengasuhan anak. Dalam hal ini dibutuhkan kesepakatan pola

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    pengasuhan, kedisiplinan dan pencapaian tujuan dari suami dan

    istri yang akan diterapkan pada anak. Sebagai orang tua, biasanya

    akan menaruh harapan pada anaknya yang mungkin akan berbeda

    antara suami dan istri. Perbedaan pola pengasuhan dan harapan

    pada anak inilah yang terkadang akan menimbulkan konflik dalam

    keluarga. Maka dari itu dibutuhkan keputusan bersama terkait anak

    dan pola pengasuhannya. Ketika anak dapat tumbuh sesuai dengan

    apa yang diharapkan oleh orang tua, maka akan memberikan

    kepuasan bagi orang tua.

    h. Family and Friends

    Dimensi ini melihat pada perasaan dan perhatian individu

    pada kerabat, keluarga besar dan teman-teman. Hal ini dapat

    terlihat pada perasaan indvidu dan bagaimana individu

    menghabiskan waktu bersama.

    i. Equalitarian Roles

    Kesetaraan peran merupakan perasaan dan sikap individu

    terhadap peran dalam kehidupan rumah tangganya. Dalam hal ini

    suami istri dapat bekerja sama dan menjadi rekan yang baik untuk

    memainkan perannya masing-masing. Seperti halnya peran sebagai

    kepala rumah tangga, mencari nafkah untuk keluarga, mengerjakan

    pekerjaan rumah dan peran sebagai orang tua.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    j. Religious Orientation

    Orientasi agama merupakan bagian penting dalam

    kehidupan individu karena di dalamnya terdapat nilai, norma dan

    aturan sesuai keyakinannya. Ketika individu dapat memahami dan

    menjalankan ajaran agamanya dengan baik, maka hal ini dapat

    mencegah hal buruk terjadi dalam hubungan perkawinannya.

    4. Faktor Kepuasan Perkawinan

    Kepuasan perkawinan dipengaruhi oleh beberapa faktor (Hendrick &

    Hendrick, 1992) antara lain,

    a. Premarital Factor

    Latar belakang ekonomi, merupakan faktor yang penting

    karena apabila kondisi ekonomi tidak sesuai dengan apa yang

    diharapkan maka akan menimbulkan masalah dalam kehidupan

    berumah tangga. Faktor ini juga berhubungan dengan faktor

    tingkat pendidikan. Pendidikan merupakan faktor yang dapat

    mempengaruhi emosional dan cara berpikir individu karena dengan

    tingkat pendidikan yang rendah dapat memunculkan stressor.

    Stressor tersebut seperti halnya tingkat penghasilan yang rendah

    yang nantinya menyebabkan rendahnya kepuasan perkawinan.

    Selanjutnya ialah hubungan dengan orang tua, hubungan individu

    dengan orang tuanya akan mempengaruhi cara berpikir dan

    bersikap individu terhadap perkawinan, hubungan romantis dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    perceraian.

    b. Postmarital Factor

    Sesudah perkawinan atau masa dalam berumah tangga,

    banyak faktor tentunya yang mempengaruhi kepuasan individu

    terhadap perkawinan mereka. Salah satunya ialah kehadiran anak.

    Kehadiran anak memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap

    kepuasan perkawinan. Banyak penelitian yang mengungkapkan

    bahwa kehadiran anak dan banyaknya anak dalam keluarga dapat

    mempengaruhi kepuasan perkawinan yang nantinya berpengaruh

    pada stabilitasnya (Thornton, 1977; Heaton, 1990). Faktor

    selanjutnya ialah lamanya perkawinan tersebut bertahan. Kepuasan

    perkawinan tinggi pada awal perkawinan, kemudian akan menurun

    setelah kehadiran anak dan akan meningkat kembali setelah anak

    mulai mandiri dan meninggalkan rumah (Mackey & O'Brien,

    1999).

    B. Usia Perkawinan

    Usia perkawinan merupakan sebuah hasil pencapaian dalam

    kehidupan berumah tangga dimana suami dan istri dapat mempertahankan

    hubungan mereka tanpa adanya perceraian. Perkawinan yang mampu

    bertahan ini tentunya mengalami berbagai tahapan dalam kehidupan

    keluarga. Tahapan tersebut dimulai sejak awal perkawinan dimana

    pasangan membutuhkan waktu untuk dapat beradaptasi dengan situasi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    baru atau yang disebut dengan keluarga dimana mereka sudah bukanlah

    dua melainkan satu keluarga. Peneliti mengatakan bahwa kepuasan

    perkawinan cenderung tinggi saat awal perkawinan dan akan menurun

    secara stabil setelahnya (Hirschberger, Srivastava, Marsh, Cowan, &

    Cowan, 2009; Snowden, Schott, Awalt, & Gillis-Knox, 1988; Fincham,

    Beach, Harold & Osborne, 1997; Kurdek, 2005).

    Setelah perkawinan berlangsung dan beradaptasi dengan

    pasangannya, pasangan akan dihadapkan dengan fase baru yaitu transisi

    peran menjadi orang tua. Transisi peran menjadi orang tua tentunya

    membutuhkan penyesuaian pribadi, sehingga hal ini perlu mendapatkan

    perhatian yang serius. Kehadiran anak pertama tentunya memberikan

    kepuasan tersendiri bagi pasangan suami istri dan menjadi tantangan baru

    dalam kehidupan berkeluarga. Berawal saat kehamilan anak pertama, masa

    ini tentunya memberikan tantangan baru bagi pasangan suami istri untuk

    saling mengerti dan memahami pasangannya yang nantinya

    mempengaruhi kepuasan. Kepuasan perkawinan cenderung menurun saat

    masa kehamilan apabila dikaitkan dengan kesehatan (Snowden, Schott,

    Awalt & Gillis-Knox, 1988). Setelah melalui masa kehamilan dan

    kelahiran maka akan memasuki periode merawat anak. Periode ini

    merupakan transisi yang memunculkan tekanan dan perselisihan dalam

    hubungan. Tekanan dan perselisihan tidak jarang terjadi pada saat

    pembagian peran sebagai orang tua dimana selain bekerja mereka juga

    harus merawat anak dengan baik. Tidak jarang perselisihan ini terjadi pada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    pasangan yang keduanya sama-sama bekerja. Tekanan dan perselisihan ini

    tentunya menyebabkan penurunan kepuasan perkawinan.

    Anak merupakan sumber kepuasan menurut orang tua (Hoffman &

    Manis dalam Heaton, 1990). Memiliki anak merupakan hal yang sangat

    dinantikan oleh pasangan suami istri dan merupakan salah satu tujuan

    dalam perkawinan untuk membentuk keluarga baru. Kehadiran anak

    dalam keluarga memberikan pengaruh yang besar dalam kepuasan dan

    stabilitas keluarga. Dampak adanya anak dalam keluarga salah satunya

    dapat mencegah terjadinya perceraian (Thornton, 1977). Banyak pasangan

    yang beranggapan bahwa perceraian dapat memberikan dampak yang

    buruk untuk perkembangan psikologis dan beban bagi anak. Anggapan

    tersebut membuat pasangan lebih memilih untuk mempertahankan

    hubungan perkawinan mereka meskipun terdapat banyak konflik di

    dalamnya dengan alasan demi kebaikan anak. Hal ini tentunya

    memberikan dampak pada kepuasan suami istri.

    Setelah melalui periode merawat anak, maka pasangan akan

    memasuki periode kekosongan. Periode kekosongan ialah masa dimana

    anak sudah beranjak dewasa dan mulai meninggalkan rumah untuk bekerja

    atau untuk menikah. Pada periode ini, pasangan suami istri akan tinggal

    berdua di rumah layaknya pasangan yang baru saja menikah. Pada masa

    ini kepuasan yang awalnya menurun saat periode merawat anak akan

    meningkat kembali seperti halnya pada saat awal perkawinan (Mackey &

    O’Brien, 1999).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    Berdasarkan beberapa tahapan dalam kehidupan berumah tangga

    tersebut, maka peneliti membagi ke dalam tiga tahapan dalam kehidupan

    perkawinan yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pertama ialah

    periode awal perkawinan yang berlangsung dari awal pasangan menikah

    hingga kehadiran anak pertama. Kedua ialah periode merawat anak yang

    dimulai sejak kelahiran anak pertama hingga anak mulai beranjak dewasa.

    Ketiga ialah saat pasangan suami istri menghadapi masa kekosongan atau

    ketika anak-anak mulai beranjak dewasa dan mandiri.

    C. Perbedaan Kepuasan Perkawinan Berdasarkan Usia Perkawinan

    Schoen, Astone, Robert, Standish dan Kim (2002) mengungkapkan

    bahwa kepuasan perkawinan merupakan evaluasi terhadap keadaan

    perkawinan seseorang dan merupakan cerminan dari kebahagian dalam

    perkawinan. Kepuasan yang dirasakan oleh pasangan suami istri dapat

    membuat perkawinan tersebut bertahan lama sehingga mengurangi

    kemungkinan terjadinya perceraian (Levenson, Carstensen & Gottman,

    1993).

    Kepuasan perkawinan menjadi hal yang penting dalam

    keberlangsungan hubungan perkawinan. Pasangan dapat merasa puas

    dengan hubungannya ketika terpenuhinya kebutuhan fisik, ekonomi,

    emosional dan psikologis (Lavner, Karney & Bradbury, 2013). Ketika

    suami dapat memenuhi kebutuhan istrinya dan istri dapat memenuhi

    kebutuhan suaminya, mereka akan merasa puas dengan hubungannya. Hal

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    inilah yang menjadi dambaan bagi pasangan dalam kehidupan berumah

    tangga.

    Sebagai suami dan istri, mereka menginginkan adanya kepuasan

    perkawinan karena kepuasan menjadi salah satu faktor yang menetukan

    kesejahteraan dalam hubungan perkawinan (Hurlock, 1990). Oleh sebab

    itu, kepuasan perkawinan perlu mendapat perhatian lebih. Di dalam

    kepuasan perkawinan terdapat berbagai dimensi yang mempengaruhi

    kepuasan perkawinan. Tidak jarang ketika beberapa dimensi tidak dapat

    terpenuhi atau tidak puas, maka membuat rendahnya kepuasan perkawinan

    dan perselisihan.

    Rendahnya kepuasan perkawinan memberikan dampak yang cukup

    membahayakan dalam kehidupan perkawinan. Ketika individu merasa

    tidak puas dengan hubungannya, membuat terjadinya pertengkaran,

    perselisihan atau masalah dalam hubungan perkawinan. Saat pasangan

    tidak mampu untuk menyelesaikan masalah dengan bijak, maka akan

    menimbulkan kesalahpahaman yang dapat berujung pada perpisahan atau

    perceraian (Srisusanti & Zulkaida, 2013).

    Kepuasan perkawinan menjadi faktor dalam kepuasan perkawinan

    dan dapat menurun seiring bertambahnya usia perkawinan. Kepuasan

    perkawinan apabila dikaitkan dengan usia perkawinan maka membentuk

    kurva U. Berdasarkan hasil analisis data dari 2 survei yang dilakukan pada

    tahun 1987-1988 dengan total responden 8.929 pasangan, yang berupaya

    untuk mengetahui bagaimana pola kepuasan perkawinan, ditemukan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    bahwa pola kepuasan dari tahun ke tahun merupakan kurva berbentuk U.

    Kurva berbentuk U menunjukan bahwa secara umum pada awal

    perkawinan kepuasan perkawinan tinggi, kemudian akan menurun saat

    kehadiran anak dan mencapai bagian paling bawahnya pada saat anak

    remaja, kemudian akan meningkat kembali saat memasuki usia lanjut

    ketika anak-anak sudah dewasa (Papalia, Olds & Feldman, 2007). Valiant

    & Valiant, 1993 (dalam Mackey & O'Brien, 1999) mendukung temuan

    pola kepuasan perkawinan kurva berbentuk U tersebut.

    Usia perkawinan merupakan sebuah hasil pencapaian kehidupan

    berumah tangga dimana suami dan istri dapat mempertahankan hubungan

    perkawinan tanpa terjadinya perceraian. Dalam penelitian ini terdapat tiga

    kelompok usia perkawinan, yaitu usia awal, usia tengah dan usia akhir

    perkawinan. Setiap kelompok usia perkawinan tersebut memiliki

    karateristik masing-masing.

    Pada usia awal perkawinan, individu yang baru saja menikah

    membutuhkan komitmen pada sistem yang baru. Hal ini membuat individu

    membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri sebagai suami dan istri.

    Masa usia awal perkawinan kepuasan yang dirasakan individu cenderung

    tinggi meskipun akan menurun setelahnya (Hirschberger, Srivastava,

    Marsh, Cowan, & Cowan, 2009; Snowden, Schott, Awalt, & Gillis-Knox,

    1988; Fincham, Beach, Harold & Osborne, 1997; Kurdek, 2005).

    Nampaknya kunci kepuasan yang tinggi pada pasangan usia awal

    perkawinan ialah menahan diri dari rasa hormat yang berlebih (Zietlow &

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    Vanlear, 1991). Rasa hormat yang berlebih menunjukan ketidakmampuan

    pasangan dalam mengatasi permasalahan dominasi.

    Pada usia tengah perkawinan, individu memiliki tugas dan

    tanggung jawab yang baru. Sebagai suami dan istri, mereka akan

    memasuki tahapan sebagai orang tua, dimana ada anggota baru dalam

    keluarga. Kehadiran anak dalam keluarga memberikan tanggung jawab

    untuk merawat anak, menyesuaikan pembagian peran sebagai orang tua,

    pengaturan keuangan dan pembagian tugas rumah tangga. Transisi inilah

    yang memunculkan tekanan dan perselisihan dalam hubungan sehingga

    membuat kepuasan perkawinan menurun dibandingkan dengan saat usia

    awal perkawinan. Kepuasan perkawinan cenderung tinggi saat menikah

    dan kemudian akan mengalami penurunan yang lambat namun stabil

    (Gottman & Notarius, 2002; Karney & Bradburry, 1995 dalam

    Hirschberger, G., Srivastava, Marsh, Cowan & Cowan, 2009).

    Selanjutnya ialah usia akhir perkawinan, dimana sebagai pasangan

    mereka dituntut untuk dapat membangun hubungan sebagai orang dewasa

    karena anak telah beranjak dewasa. Pada masa inilah kepuasan perkawinan

    akan kembali tinggi dibandingkan dengan ketika usia tengah perkawinan.

    Gorchoff, John dan Helson (2008) mengungkapkan bahwa pasangan yang

    berada pada usia lanjut dan telah ditinggalkan oleh anaknya memiliki

    kepuasan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pasangan muda

    dengan anak yang masih tinggal bersama dengan orang tuanya.

    Berdasarkan pemaparan tersebut, kepuasan perkawinan cenderung

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    membentuk kurva U dengan usia awal dan usia akhir perkawinan yang

    lebih tinggi dibandingkan dengan usia tengah perkawinan. Selanjutnya

    berdasarkan fakta yang ada, kepuasan perkawinan dilihat dari berbagai

    dimensi yang saling mendukung satu sama lain untuk mencapai kepuasan

    perkawinan yang tinggi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    D. Kerangka Berpikir

    Kepuasan Perkawinan

    Awal perkawinan Menjadi orang tua / tengah perkawinan

    Keluarga usia lanjut /

    akhir perkawinan

    Komitmen pada sistem

    yang baru,

    penyesuaian diri

    sebagai suami dan istri

    Penerimaan anggota

    baru, merawat anak,

    keuangan serta tugas

    rumah tangga,

    penyusunan peran

    sebagai orang tua

    Membangun

    hubungan sebagai

    orang dewasa (anak

    telah dewasa dengan

    orang tua)

    Kepuasan perkawinan usia awal dan

    usia akhir perkawinan lebih tinggi

    daripada usia tengah perkawinan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    E. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan uraian yang sudah dijabarkan, maka hipotesis dalam

    penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat kepuasan perkawinan

    antara usia perkawinan awal, tengah dan akhir.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Jenis Penelitian

    Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

    dengan uji beda. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang

    menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah

    dengan metode statistika (Azwar, 2012). Selain itu, penelitian ini bersifat

    cross-sectional. Cross-sectional merupakan variabel yang sama yang

    diukur satu kali terhadap beberapa kelompok satu atau lebih yang

    memiliki karateristik berbeda (Supratiknya, 2015).

    Penelitian uji beda atau komparatif adalah penelitian yang

    digunakan untuk melihat perbedaan satu variabel atau lebih pada data

    sampel atau populasi sebagaimana adanya (Sugiyono, 2010). Hal ini

    selaras dengan tujuan dalam penelitian ini, yaitu melihat perbedaan tingkat

    kepuasan perkawinan berdasarkan pada usia atau durasi perkawinannya.

    B. Variabel Penelitian

    Penelitian ini menggunakan dua variabel

    1. Variabel tergantung : Kepuasan Perkawinan

    2. Variabel bebas : Usia Perkawinan

    a. Usia perkawinan awal

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    b. Usia perkawinan tengah

    c. Usia perkawinan akhir

    C. Definisi Operasional

    1. Kepuasan Perkawinan

    Kepuasan perkawinan merupakan evaluasi terhadap keadaan

    perkawinan yang dirasakan dengan mempertimbangkan keseluruhan

    dimensi dalam kepuasan perkawinan. Kepuasan perkawinan itu sendiri

    merupakan hal yang penting dalam kehidupan berumah tangga demi

    tercapainya keberlangsungan berumah tangga. Keberlangsungan

    rumah tangga dapat dicapai dengan pemenuhan kebutuhan fisik,

    ekonomi, emosional dan psikologis. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan

    tersebut dapat terlihat dari kepuasan pasangan pada hubungannya.

    Kepuasan perkawinan akan diukur dengan skala kepuasan perkawinan.

    Semakin tinggi skor pada skala tersebut maka semakin tinggi kepuasan

    perkawinan yang dirasakan oleh individu. Begitupun sebaliknya,

    semakin rendah skor pada skala, maka semakin rendah juga kepuasan

    perkawinan yang dirasakan oleh individu.

    Kepuasan perkawinan akan diukur dengan menggunakan alat ukur

    skala kepuasan perkawinan. Skala ini disusun berdasarkan 10 dimensi

    yang dikembangkan oleh Fowers dan Olson (1989 & 1993). Dimensi

    tersebut adalah (1) Personality Issue, merupakan aspek yang melihat

    persepsi individu mengenai pasangannya. (2) Communication,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    merupakan sikap individu mengenai menerima dan memberi informasi

    pada pasangannya sehingga dapat membuat pasangan merasa aman

    dan nyaman dalam hubungan mereka. (3) Conflict Resolution,

    merupakan sikap untuk menerima pendapat pasangan dan kemampuan

    untuk dapat menyelesaikan masalah bersama. Dalam hal ini pasangan

    membutuhkan sikap keterbukaan dan menerima pendapat masing-

    masing agar masalah dapat segera selesai. (4) Financial Management,

    merupakan cara pasangan dalam mengelola keuangan bersama. Tidak

    jarang masalah keungan ini merupakan masalah yang sensitive

    sehingga sering menimbulkan masalah apabila tidak ada sikap terbuka

    dan saling pengertian. (5) Leisure Activity, merupakan aktivitas yang

    dilakukan pada saat pasangan memiliki waktu luang. Hal ini menjadi

    aspek penting karena terkait dengan apakah pasangan akan

    menghabiskan waktu luang mereka bersama ataukah dengan

    menghabiskan waktu dengan kegiatan masing-masing. (6) Sexual

    Relationship, merupakan aspek yang melihat pada pola hubungan

    seksual sebagai suami istri. Hal ini penting karena tercapainya

    kepuasan seksual pasangan dapat mempengaruhi kesetiaan indvidu

    pada pasangannya. (7) Children and Parenting, merupakan sikap dan

    perasaan individu dalam merawat dan membesarkan anak. (8) Family

    and Friends, merupakan aspek yang melihat hubungan antara anggota

    keluarga dan hubungan dengan lingkungannya. (9) Equalitarian Roles,

    menunjukan peran individu dalam keluarga, bagaimana berperan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    sebagai suami dan bagaimana berperan sebagai istri. (10) Religious

    Orientation, merupakan hal yang penting dalam kehidupan masing-

    masing individu karena di dalamnya terdapat unsur-unsur mengenai

    nilai dan norma.

    2. Usia Perkawinan

    Usia perkawinan merupakan sebuah hasil pencapaian dalam

    kehidupan rumah tangga dimana sebagai pasangan dapat

    mempertahankan perkawinan tanpa adanya perceraian. Usia

    perkawinan dalam penelitian ini terbagi dalam tiga kelompok usia

    perkawinan, yaitu usia awal, usia tengah dan usia akhir perkawinan.

    Usia awal perkawinan berkisar saat baru menikah hingga kelahiran

    anak pertama. Usia tengah perkawinan berkisar saat kelahiran anak

    pertama hingga anak mulai beranjak dewasa. Sedangkan untuk usia

    akhir perkawinan ialah saat anak telah dewasa, meninggalkan rumah

    atau telah menikah.

    D. Subjek Penelitian

    Subjek dalam penelitian ini adalah pria dan wanita yang sudah

    menikah atau biasa disebut sebagai suami dan istri. Suami dan istri ini

    masih dalam hubungan perkawinan. Subjek dalam penelitian ini terbagi

    kedalam tiga kelompok yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut,

    1. Usia awal perkawinan dengan karateristik yaitu, sudah menikah hingga

    kehamilan anak pertama.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    2. Usia tengah perkawinan atau tahap menjadi orang tua. Pada tahap ini

    bermula saat anak pertama lahir hingga anak usia remaja.

    3. Usia akhir perkawinan dengan karateristik yaitu saat anak telah dewasa

    dan mulai meninggalkan orang tuanya untuk bekerja dan menikah.

    E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

    1. Metode Pengumpulan Data

    Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah dengan penyebaran alat ukur atau skala. Alat ukur dibagikan

    kepada suami dan istri yang berada dalam hubungan perkawinan.

    Sebelum subjek mengisi skala peneltian ini, peneliti terlebih dahulu

    menjelaskan bawah dalam penelitian ini terdapat informed consent

    yang berarti subjek berhak menentukan kesediaannya untuk

    berpartisipasi pada penelitian ini. Setelah subjek menyatakan

    kesediannya, maka peneliti menjelaskan instruksi pengerjaan skala.

    Intruksi pengerjaan dijelaskan secara klasikal dan beberapa secara

    personal. Hal ini dilakukan karena peneliti membagikan beberapa

    skala pada acara pertemuan di lingkungan rumah peneliti dan beberapa

    skala secara personal atau kerumah masing-masing subjek. Setelah

    subjek selesai mengisi skala, peneliti akan mengecek kelengkapan data

    yang diberikan subjek dan peneliti juga memberikan apresiasi berupa

    souvenir kepada subjek yang telah bersedia mengisi skala penelitian.

    Alat ukur dalam penelitian ini terdapat pernyataan favorable dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang apabila

    diiyakan menunjukan sikap positif atau suka, dan pernyataan

    unfavorable adalah pernyataan yang apabila diiyakan akan

    menunjukan sikap negatif atau tidak suka (Anderson, 1990 dalam

    Supratiknya, 2014).

    Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

    Likert. Skala pada penelitian ini terdiri dari empat respon jawaban,

    yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S) dan

    Sangat Sesuai (SS). Empat respon jawaban tersebut digunakan dengan

    menghilangkan pilihan jawaban Netral (Tidak Tahu). Hal ini dilakukan

    untuk menghilangkan central tendency effect atau kecenderungan

    untuk memilih jawaban netral sebagai jawaban yang aman. Skor pada

    setiap item dimulai dari skor 1 sampai dengan 4 sesuai dengan

    pernyataan favorable dan unfavourable. Skor total yang diperoleh akan

    menunjukan tinggi rendahnya kepuasan perkawinan yang dirasakan

    oleh subjek terhadap hubungannya. Berikut ini merupakan tabel untuk

    menjelaskan sistem pemberian skor pada skala Likert yang digunakan

    dalam penelitian ini :

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    Tabel 1.

    Penilaian Skala Likert

    Respon Pernyataan Favorable Unfavorable

    Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

    Tidak Sesuai (TS) 2 3

    Sesuai (S) 3 2

    Sangat Sesuai (SS) 4 1

    2. Alat Pengumpulan Data

    Skala kepuasan perkawinan yang digunakan oleh peneliti disusun

    berdasarkan pada 10 dimensi yang dikembangkan oleh Fowers dan

    Olson (1989 & 1993). Dimensi kepuasan perkawinan tersebut antara

    lain yaitu Personality issue, Communication, Conflict Resolution,

    Financial Management, Leisure Activity, Sexual Relationship,

    Children and Parenting, Family and Friends, Equalitarian Roles dan

    Religious Orientation. Skala kepuasan perkawinan ini disusun oleh

    peneliti dengan tujuan untuk melihat tingkat kepuasan perkawinan

    suami dan istri berdasarkan pada usia perkawinannya. Adapun

    blueprint skala kepuasan perkawinan sebagai berikut :

    Tabel 2.

    Blueprint Skala Kepuasan Perkawinan

    Dimensi Kepuasan

    Perkawinan Jumlah Item Presentase

    Personality Issue 8 10,8%

    Communication 8 10,8%

    Conflict Resolution 8 10,8%

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    Financial Management 8 10,8%

    Leisure Activity 8 10,8%

    Sexual Relationship 8 10,8%

    Children and Parenting 8 10,8%

    Family and Friends 8 10,8%

    Equalitarian Roles 8 10,8%

    Religious Orientation 6 7,7%

    Total 78 100%

    Skala kepuasan perkawinan terdiri dari 78 item yang mewakili

    setiap masing-masing dimensi. Namun dalam dimensi religious

    orientation hanya terdapat 6 item karena hasil analisis IVI-I

    menunjukan bahwa dua item dalam dimensi religious orientation

    berada di bawah skor 0,78. Alat ukur ini telah melalui proses validitas

    alat ukur dan telah melalui proses uji coba untuk melihat reliabilitas

    alat ukur. Kemudian peneliti melakukan seleksi item pada alat ukur

    sebelum akhirnya dapat disebarkan sebagai alat pengumpulan data

    dalam penelitian ini.

    Dalam penyajian skala ini, item disusun secara acak dengan

    maksud agar subjek dapat menjawab pernyataan yang diberikan secara

    spontan tanpa adanya pengaruh dari item-item lain yang mungkin

    disebabkan dari adanya pengelompokan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    Tabel 3.

    Sebaran Item Skala Kepuasan Perkawinan Sebelum Tryout

    Dimensi Favorable Unfavorable Jumlah Bobot

    Personality

    Issue

    1, 2, 21, 23 39, 51, 54, 61 8 10,8%

    Communication 3, 4, 22, 24 40, 52, 56, 62 8 10,8%

    Conflict

    Resolution

    5, 6, 25, 26 53, 57, 63, 65 8 10,8%

    Financial

    Management

    7, 8, 27, 29 55, 64, 66, 70 8 10,8%

    Leisure

    Activities

    9, 10, 28, 42 31, 67, 68, 71, 8 10,8%

    Sexual

    Relationship

    30, 43, 44,

    72

    11, 12, 32, 69 8 10,8%

    Children and

    Parenting

    45, 46, 47,

    73

    13, 14, 33, 78 8 10,8%

    Family and

    Friends

    48, 74, 75,

    77

    15, 16, 34, 36 8 10,8%

    Equalitarian

    Roles

    37, 49, 60,

    76

    17, 18, 35, 58 8 10,8%

    Religious

    Orientation

    41, 50, 59 19, 20, 38 6 7,7%

    Jumlah 39 39 78 100 %

    F. Validitas dan Reliabitas Data Alat Ukur

    1. Validitas Alat Ukur

    Validitas merupakan tingkat ketepatan dan kecermatan alat ukur

    mengukur sesuatu yang diukur atau memberikan hasil yang sesuai

    dengan gambaran data (Sarwono, 2006). Supratiknya (2014)

    mengungkapkan bahwa validitas menunjukan sejauh mana alat tes

    sungguh mengukur atribut psikologis yang hendak diukur. Suatu tes

    dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tes tersebut

    mampu memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan pengukuran

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    tersebut.

    Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode validitas isi.

    Validitas isi didefinisikan sebagai taraf sejauh mana unsur-unsur

    instrument asesmen atau alat ukur relevan dan mencerminkan

    (representative) konstruk sasaran untuk tujuan asesmen atau

    pengukuran tertentu (Haynes, Richard & Kubany dalam Supratiknya,

    2016). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis dengan

    metode indeks validasi isi item (IVI-I) dan indeks validitas isi skala

    (IVI-S). Suatu item dapat dapat digunakan apabila memiliki skor 0,78

    (Lynn, 1986 dalam Supratiknya, 2016).

    Dalam mendapatkan hasil IVI-I dan IVI-S maka dibutuhkan

    penilaian dari pakar atau ahli yang biasa disebut dengan metode expert

    judgement. Hal ini dilakukan untuk menilai kesesuaian alat ukur

    dengan konstruk yang diukur. Penilaian kesesuaian alat ukur dalam

    penelitian ini dilakukan oleh 3 dosen sebagai expert judgement.

    Berdasarkan penghitungan yang diperoleh dari skala kepuasan

    perkawinan menunjukan bahwa terdapat 2 item yang gugur. Item

    tersebut ialah item nomor 79 dan 80. Item tersebut gugur karena

    berada di bawah 0,78 yaitu 0,67. Sehingga item yang lolos dalam

    validitas ialah 78 item dengan nilai 0,991. Hal tersebut menunjukan

    bahwa alat ukur dalam penelitian ini dapat digunakan karena telah

    sesuai dengan konsep yang dimiliki sesuai penilaian expert judgement.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    2. Reliabilitas Item Skala

    Dalam penyusunan alat ukur, alat ukur memerlukan item-item

    yang dapat mengukur suatu konstruk dengan baik. Supratiknya (2014)

    mengatakan bahwa alat ukur yang baik adalah yang memiliki

    reliabilitas yang baik. Item dengan reliabilitas yang baik ialah item

    dengan skor lebih dari 0,30 (Supratiknya, 2014). Apabila skor berada

    dibawah 0,3 maka item dengan skor dibawah itu digugurkan.

    Item dapat dikatakan baik dengan melalui koefisien korelasi item

    total. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui daya diskriminasi

    item. Daya diskriminasi item yaitu, kemampuan sebuah item dalam

    memicu munculnya jawaban yang berbeda pada subjek dengan tipe

    yang memang berlainan (Supratiknya, 2014).

    Korelasi item total digunakan untuk menunjukan item-item yang

    paling baik untuk mengukur konstruk yang sedang diukur. Koefisien

    korelasi item total dalam skala kepuasan perkawinan berkisar antara

    0,302 – 0,809. Hal ini menunjukan bahwa skala kepuasan perkawinan

    memiliki koefisien korelasi item total yang baik yaitu di atas 0,3 dalam

    setiap itemnya. Pengujian koefisien korelasi item total ini dilakukan

    dengan menggunakan data yang diperoleh dari uji coba alat ukur. Uji

    coba alat ukur dilakukan pada tanggal 16 – 21 April 2018 dan diikuti

    oleh 23 pasangan atau 46 subjek. Berdasarkan hasil uji coba alat tes

    yang dilakukan dan pengujian koefisien korelasi item total, maka

    diperoleh hasil bahwa terdapat 38 item yang gugur atau berada

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    dibawah 0,3. Berikut adalah sebaran item setelah tryout,

    Tabel 4.

    Sebaran Item Skala Kepuasan Perkawinan Setelah Tryout

    Dimensi Favorable Un-

    favorable

    Jumlah

    item

    Personality Issue 23 39, 51, 54 4

    Communication 3, 24 52, 40 4

    Conflict Resolution 25, 26, 6 57 4

    Financial

    Management

    27, 8 55, 64 4

    Leisure Activities 9, 42 67, 68 4

    Sexual Relationship 43, 72 12, 69 4

    Children and

    Parenting

    46, 47 50, 14 4

    Family and Friends 75 15, 34, 36 4

    Equalitarian Roles 49, 60 58, 35 4

    Religious

    Orientation

    50 19, 20, 38 4

    Total 18 22 40

    3. Reliabilitas Alat Ukur

    Suatu alat ukur, dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik

    apabila memenuhi salah satu syarat yang disebut reliabel. Uji

    reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melalui menghitung

    koefisien reliabilitas alpha berstrata. Penelitian ini menggunakan

    koefisien reliabilitas alpha berstrata karena dalam penelitian ini

    merupakan variabel dengan konsep multidimensional (Widhiarso,

    2011).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    Nilai koefisien reliabilitas dapat dikatakan tinggi apabila nilai

    tersebut semakin mendekati nilai 1.00. begitupun sebaliknya apabila

    semakin mendekati nol (0) maka reliabilitas skala semakin rendah

    (Azwar, 2011).

    Reliabilitas suatu alat ukur dianggap memuaskan apabila memiliki

    koefisien lebih dari 0,70 ( > 0,70) (Supratiknya, 2014). Meski begitu,

    Siregar (2013) mengungkapkan bahwa koefisien reliabel lebih dari

    0,60 ( > 0,60) dapat dikatakan reliabel sebagai alat ukur. Berikut

    adalah tabel koefisien pada masing-masing dimensi,

    Tabel 5

    Koefisien Alpha dan Variance Pada Dimensi Kepuasan

    Perkawinan

    Dimensi

    Alpha Variance

    Personality Issue 0,886 2,773

    Communication 0,775 2,709

    Conflict Resolution 0,672 3,144

    Financial Management 0,775 4,821

    Leisure Activities 0,793 6,422

    Sexual Relationship 0,807 6,839

    Children and Parenting 0,851 3,772

    Family and Friends 0,639 3,409

    Equalitarian Roles 0,971 8,014

    Religious Orientation 0,899 6,364

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    Ξ±strat = 1- βˆ‘ πœŽπ‘–2 π›Όπ‘–βˆ’πœŽπ‘₯2

    Ξ±strat = 1 – {(0,316 + 0,609 + 1,031 + 1,084 + 1, 329 +

    1,319 + 0,562 + 1,231 + 0,232 + 0,643) /

    181,403}

    = 1 – (8,356 / 181,403)

    = 0,954

    Keterangan: πœŽπ‘– = varian sub total butir komponen – 1 𝜎π‘₯ = varian skor total Ξ± = koefisien alpha komponen ke – 1

    Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa skala kepuasan

    perkawinan memiliki alpha berstrata 0,954. Hasil tersebut menunjukan

    bahwa skala kepuasan pernikahan ini dapat digunakan untuk

    pengambilan data karena memiliki reliabilitas yang tinggi.

    G. Metode Analisis Data

    1. Uji Normalitas

    Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian

    memiliki sebaran normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov IBM SPSS 16. Dalam

    penelitian, suatu data dapat dikatakan normal apabila berada di atas

    0,05 ( > 0,05) (Santoso, 2010).

    2. Uji Homogenitas

    Uji homogenitas dilakukan untuk memastikan apakah populasi dari

    penelitian ini merupakan satu varian atau tidak. Uji homogenitas

    dengan nilai signifikansi lebih dari 0,05 (p > 0,05) menunjukan bahwa

    data berasal dari varian yang sama atau homogen. Uji normalitas dan

    uji homogenitas dilakukan untuk menentukan penggunaan analisis

    parametrik atau analisis non-parametrik.

    3. Deskripsi Hasil Penelitian

    Deskripsi data digunakan untuk melihat gambaran subjek dalam

    menjawab. Dalam penelitian ini, deskripsi data dilakukan dengan

    menghitung mean, median, skor tertinggi dan skor terendah serta

    standar deviasi yang di analisi dengan menggunakan IBM SPSS 16.

    Data yang diperoleh kemudian akan diolah dengan membandingkan

    mean empirik dan mean teoritik. Apabila hasil mean empirik lebih

    tinggi dibandingkan dengan mean teoritik, maka subjek memiliki

    kecenderungan kepuasan perkawinan yang tinggi.

    4. Uji Hipotesis

    Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

    apakah terdapat perbedaan kepuasan perkawinan pada suami dan istri

    berdasarkan pada usia atau durasi perkawinannya. Apabila uji

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    normalitas dan uji homogenitas terpenuhi maka uji hipotesis dilakukan

    dengan uji statistik parametrik, yaitu dengan independent sample t-test

    dengan penghitungan anova. Namun apabila uji normalitas dan uji

    homogenitas tidak dapat terpenuhi, maka uji hipotesis dalam penelitian

    ini menggunakan uji non-parametrik dengan Mann Whitney.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 45

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Pelaksanaan Penelitian

    Pengambilan data dilaksanakan mulai tanggal 23 April 2018

    sampai dengan tanggal 1 Mei 2018. Subjek dalam penelitian ini

    merupakan pasangan suami istri yang tinggal bersama dalam satu rumah.

    Subjek dalam penelitian ini dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu subjek

    dengan usia perkawinan di awal perkawinan, tengah perkawinan dan akhir

    perkawinan. Subjek dalam penelitian ini adalah 76 pasangan dengan

    jumlah subjek sebanyak 152 orang. Peneliti melakukan pengambilan data

    di Klaten atau lebih tepatnya di Kelurahan Pasungan, Kecamatan Ceper.

    Penyebaran skala penelitian ini dilakukan secara offline atau

    manual. Penyebaran skala secara offline atau manual ini dilakukan dengan

    cara, peneliti mencetak skala kemudian memberikan skala yang sudah

    tercetak kepada subjek secara langsung. Skala yang peneliti cetak dan

    bagikan sebanyak 180 eksemplar skala. Namun dari 180 eksemplar yang

    telah dibagikan, banyaknya eksemplar skala yang kembali kepada peneliti

    adalah 152 eksemplar.

    B. Deskripsi Subjek Penelitian

    Subjek dalam penelitian ini adalah pria dan wanita yang sudah

    menikah atau biasa disebut sebagai suami dan istri. Suami dan istri ini

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 46

    masih di dalam hubungan pernikahan dan tinggal bersama. Suami dan istri

    akan dikelompok kedalam 3 kelompok berdasarkan usia perkawinannya,

    yaitu awal, tengah dan akhir perkawinan. Berikut ini adalah tabel

    mengenai sebaran subjek dalam penelitian ini :

    Tabel 6

    Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Perkawinan

    Usia Jumlah

    Awal 46

    Tengah 56

    Akhir 50

    Jumlah 152

    Tabel 7

    Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

    Jenis Kelamin Jumlah

    Suami 76

    Istri 76

    Jumlah 152

    C. Hasil Penelitian

    1. Uji Asumsi

    Uji asumsi dilakukan untuk menentukan uji hipotesis yang akan

    digunakan dalam analisis data. Uji asumsi ini dilakukan dengan

    melakukan uji normalitas dan uji homogenitas.

    Berikut adalah tabel uji normalitas dan uji homogenitas kepuasan

    perkawinan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 47

    Tabel 8

    Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Skala Kepuasan Perkawinan

    Statistik Sig. Keterangan

    Levene

    Statistic

    Sig.

    Awal

    Suami 0,190 0,030 Tidak Normal 0,184 0,670

    Istri 0,240 0,001 Tidak Normal

    Tengah

    Suami 0,116 0,200 Normal 0,000 0,987

    Istri 0,116 0,200 Normal

    Akhir

    Suami 0,168 0,066 Normal 0,858 0,359

    Istri 0,160 0,100 Normal

    Hasil uji normalitas dan uji homogenitas pada skala kepuasan

    perkawinan menunjukkan bahwa ketiga kelompok usia perkawinan

    merupakan data yang berasal dari varian yang sama atau homogen. Hal

    ini terlihat pada hasil uji homogenitas pada awal perkawinan dengan

    nilai 0,670, pada usia tengah 0,987 dan pada usia akhir 0,359 dimana

    ketiganya berada diatas 0,05 (p > 0,05). Pada uji normalitasnya, data

    pada kelompok usia awal berdistribusi tidak normal yaitu sebesar

    0,030 pada suami dan 0,001 pada istri (p < 0,05). Sedangkan pada

    kelompok usia tengah nilai signifikansinya sebesar 0,200 pada suami

    dan istri (p < 0,05) sehingga data berdistribusi normal. Begitu juga usia

    akhir perkawinan dimana data berdistribusi normal dengan nilai

    signifikansi 0,066 pada suami dan 0,100 pada istri (p < 0,05).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 48

    2. Deskripsi Hasil Penelitian

    Pada penelitian ini, peneliti menggunakan deskripsi data untuk

    melihat gambaran subjek dalam menjawab. Peneliti mendeskripsikan

    data dalam penelitian ini dengan menghitung mean, median, skor

    tertinggi dan skor terendah serta standar deviasi yang di analisi dengan

    menggunakan IBM SPSS 16. Data yang diperoleh kemudian akan

    diolah dengan membandingkan mean empirik dan mean teoritik.

    Apabila hasil mean empirik lebih tinggi dibandingkan dengan mean

    teoritik, maka subjek memiliki kecenderungan kepuasan perkawinan

    yang tinggi. Begitupun sebaliknya, apabila subjek memiliki nilai

    empirik yang lebih rendah dibandingkan dengan mean teoritik, maka

    subjek memiliki kecenderungan kepuasan perkawinan yang rendah.

    Mean teoritik dihitung melalui penghitungan sebagai berikut π‘’π‘Ž 𝑒 𝑖 𝑖 = 𝑖 π‘Žπ‘– 𝑖 𝑖 π‘Ž + 𝑖 π‘Žπ‘– π‘Ž 𝑠𝑖 π‘Ž2 𝑖 π‘Žπ‘– 𝑖 𝑖 π‘Ž = 4 π‘₯ = 4

    𝑖 π‘Žπ‘– π‘Ž 𝑖 π‘Ž = 4 π‘₯ 4 = 6 π‘’π‘Ž 𝑒 𝑖 𝑖 = 4 + 6 =

    Berikut ini adalah tabel deskripsi data

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 49

    Tabel 9

    Deskripsi Data Penelitian Pada Usia Awal Perkawinan

    N Skor

    Terendah

    Skor

    Tertinggi

    Mean

    Empirik

    Mean

    Teoritik

    Std.

    Dev

    Awal 46 115 139 128,65 100 8,749

    Pada tabel di atas menunjukkan hasil analisis deskripsi kepuasan

    perkawinan pada kelompok awal perkawinan. Kelompok awal

    perkawinan memiliki skor terendah 115 dan skor tertinggi 139. Nilai

    mean empiriknya ialah 128,65 sedangkan nilai mean teoritiknya ialah

    100. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai mean empirik lebih

    tinggi dibandingkan dengna nilai teoritik. Hal ini menunjukkan bahwa

    kepuasan perkawinan pada kelompok usia awal perkawinan cenderung

    tinggi.

    Tabel 10

    Deskripsi Data Penelitian Pada Usia Tengah Perkawinan

    N Skor

    Terendah

    Skor

    Tertinggi

    Mean

    Empirik

    Mean

    Teoritik

    Std.

    Dev

    Tengah 56 86 147 118,54 100 12,768

    Berdasarkan hasil analisis deskripsi, kepuasan perkawinan pada

    kelompok usia tengah perkawinan menunjukkan bahwa kepuasan

    perkawinan pada kelompok tengah memiliki kecenderungan yang

    tinggi. Hal ini dapat terlihat pada nilai mean empirik yang lebih tinggi

    dibandingkan dengan nilai mean teoritik. Nilai mean empiriknya ialah

    118,54 sedangkan nilai mean teoritiknya ialah 100. Skor terendahnya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 50

    ialah 86 dan skor tertingginya ialah 147.

    Tabel 11

    Deskripsi Data Penelitian Pada Usia Akhir Perkawinan

    N Skor

    Terendah

    Skor

    Tertinggi

    Mean

    Empirik

    Mean

    Teoritik

    Std.

    Dev

    Akhir 50 97 138 120,06 100 10,100

    Tabel di atas menunjukkan hasil analisi deskripsi kepuasan

    perkawinan pada kelompok usia akhir perkawinan. Skor terendah

    dalam kepuasan perkawinannya ialah 97 dan skor tertingginya ialah

    138. Nilai mean empiriknya ialah 120,06 sedangkan nilai teoritiknya

    ialah 100. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai mean empirik lebih

    tinggi dibandingkan dengan nilai mean teoritik. Hal ini berarti bahwa

    kepuasan perkawinan pada usia akhir perkawinan cenderung tinggi.

    3. Uji Hipotesis

    Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

    teknik analysis of variance dengan program IBM SPSS 16. Teknik

    anova digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dari

    tiga kelompok yang berbeda. Berikut ini hasil uji hipotesis dengan

    menggunakan anova,

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 51

    Tabel 12

    Hasil Uji Beda Kepuasan Perkawinan

    Sum of

    Squares df

    Mean

    Square F Sig.

    Gabungan 2894.336 2 1447.168 12.386 .000

    17409.183 149 116.840

    20303.520 151

    Berdasarkan tabel di atas menunjukkan terdapat perbedaan

    yang signifikan antara kelompok usia awal, tengah dan akhir pada

    kepuasan perkawinan. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai

    signifikansi 0,000 (p < 0,05).

    Tabel 13

    Hasil Uji Beda Kepuasan Perkawinan Berdasarkan Pada Usia

    Perkawinannya

    N Mean Empirik Mean

    Teoritik

    Std.

    Deviation

    Awal 46 128.65 100 8.749

    Tengah 56 118.54 100 12.768

    Akhir 50 120.06 100 10.100

    Total 152 122.10 100 11.596

    Berdasarkan pada tabel di atas, dapat terlihat bahwa kepuasan

    perkawinan pada ketiga kelompok usia cenderung tinggi. Nilai

    mean empirik pada kelompok usia awal sebesar 128,65. Nilai mean

    empirik pada kelompok usia tengah sebesar 118,54 dan pada

    kelompok usia akhir ialah 120,06. Hal tersebut menunjukkan

    bahwa kepuasan perkawinan cenderung lebih tinggi pada saat awal

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 52

    perkawinan dan cenderung lebih rendah pada usia tengah

    perkawinan serta kepuasan perkawinan cenderung tinggi pada usia

    akhir perkawinan.

    D. Pembahasan

    Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan ditemukan

    bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok usia awal,

    tengah dan akhir perkawinan. Hal ini dapat dilihat pada nilai signifikansi

    sebesar 0,000 yang kurang dari 0,05 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukan

    bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan

    pada tingkat kepuasan perkawinan berdasarkan usia perkawinan terbukti.

    Pada tingkat kepuasan perkawinannya, kepuasan perkawinan

    cenderung tinggi dengan nilai mean empirik total sebesar 122,10 yang

    lebih tinggi dibandingkan dengan nilai mean teoritik sebesar 100. Secara

    spesifik, pada usia awal perkawinan, nilai mean empirik 128,65 lebih

    tinggi dibandingkan dengan nilai mean teoritik 100. Hal tersebut

    menunjukkan bahwa usia awal memiliki kepuasan perkawinan yang

    tinggi. Pada usia tengah perkawinan, nilai mean empiriknya sebesar

    118,54 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai mean teoritik. Hal ini

    menunjukkan bahwa kepuasan perkawinan pada usia tengah tinggi.

    Selanjutnya usia akhir perkawinan memiliki nilai mean empirik sebesar

    120,06 yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai mean teoritiknya 100.

    Hal tersebut menunjukkan bahwa kepuasan perkawinan saat usia akhir

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 53

    cenderung tinggi.

    Pada ketiga kelompok usia perkawinan yaitu awal, tengah dan

    akhir menunjukkan bahwa masing-masing memiliki tingkat kepuasan

    perkawinan yang cenderung tinggi. Namun meskipun begitu, ketiganya

    menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p < 0,05). Berdasarkan

    uji beda, pada usia awal memiliki nilai mean empirik yang paling tinggi

    dibandingkan dengan lainnya, yaitu sebesar 128,65. Selanjutnya nilai

    mean empirik tertinggi kedua ialah pada usia akhir perkawinan dengan

    nilai 120,06. Kemudian nilai mean empirik terendah ialah pada usia tengah

    perkawinan dengan nilai 118,54. Hasil penelitian ini diperkuat oleh

    penelitian sebelumnya yang telah dilakukan.

    Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa kepuasan

    perkawinan berdasarkan usianya membentuk kurva U. Kurva U

    menunjukkan bahwa secara umum kepuasan perkawinan pada usia awal

    cenderung tinggi, kemudian akan menurun saat kehadiran anak dan akan

    tinggi kembali saat memasuki usia lanjut atau anak telah dewasa dan

    meninggalkan rumah (Papalia, Old, Fieldman, 2007). Hasil kurva U ini

    juga di dukung oleh banyak peneliti seperti Rollins & Fieldman (1970),

    Gillford & Bengston dalam Lemme (1995).

    Kepuasan perkawinan pada awal perkawinan cenderung tinggi dan

    akan mengalami penurunan yang lambat namun tetap stabil (Hirschberger

    et al, 2009; Lonnie, Tracy, Suzanne & Knox, 1988; Frank et all, 1997;

    Lawrence, 2005). Hal ini sesuai dengan hasil dalam penelitian ini dimana

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 54

    tingkat kepuasan perkawinan usia awal lebih tinggi dibandingkan dengan

    usia tengah perkawinan. Usia awal perkawinan memiliki nilai 128,65

    sedangkan usia akhir perkawinan memil