FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA...
Transcript of FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA...
-
PERBEDAAN KEPUASAN PERKAWINAN BERDASARKAN
USIA PERKAWINAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Psikologi
Disusun oleh :
Margaretha Venny Octavia T. B
139114034
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
iv
HALAMAN MOTO
Do what you have to do
Until you can do what you want to do
--Oprah Winfrey--
Do the best
Be the best
Get the best
But
Donβt feel the best
YOU CAN .
It always seems impossible until Itβs done
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk,
Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kuasa, berkah dan jalan yang selalu Ia
berikan.
Keluarga yang terkasih, Bapak Fx. Sutrisno, Ibu Fr. Budi Tri Utami yang selalu
memberikan semangat, doa dan dukungan tiada henti. Selain itu kepada kakakku
Robertus Ronny Christiawan A. T. B. yang selalu memberikan semangat, doa,
dukungan serta nasehat-nasehat yang menyadarkan bagi saya.
Dosen pembimbing Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si. yang telah memberikan
bimbingan dalam penyusunan tugas akhir ini. Serta sahabat dan teman-teman
yang selalu ada memberikan dukungan, semangat, kasih dan sukacita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
vii
PERBEDAAN KEPUASAN PERKAWINAN BERDASARKAN USIA
PERKAWINAN
Margaretha Venny Octavia T. B
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kepuasan perkawinan
berdasarkan usia perkawinannya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat
kepuasan perkawinan berdasarkan usia perkawinannya. Pada usia awal perkawinan, kepuasan
perkawinan cenderung tinggi sedangkan pada usia tengah perkawinan, kepuasan perkawinan
cenderung rendah dan ketika di usia akhir perkawinan, kepuasan perkawinan cenderung tinggi.
Subjek dalam penelitian ini sebanyak 152 subjek dengan 46 subjek usia awal perkawinan, 56
subjek usia tengah perkawinan dan 50 subjek usia akhir perkawinan. Alat pengumpulan data
dalam penelitian ini menggunakan skala kepuasan perkawinan dalam bentuk skala likert yang
dikembangkan oleh peneliti. Reliabilitas skala penelitian ini menggunakan koefisien reliabilitas
alpha berstrata sebesar 0,954. Teknik analisis data menggunakan uji beda Anova. Hasil penelitian
diperoleh signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) yang artinya terdapat perbedaan yang signifikan
tingkat kepuasan perkawinan berdasarkan usia perkawinanya.
Kata kunci : kepuasan perkawinan, usia perkawinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
viii
MARITAL SATISFACTION DIFFERENCES BASED ON AGE OF
MARRIAGE
Margaretha Venny Octavia T. B
ABSTRACT
This study was aimed to determine the level differences of marital satisfaction related to
marital age. Hypothesis in this study was there is level defference of marital satisfaction related to
marital age. On early age of marriage, marital satisfaction tend to be high, whereas on middle age
of marriage, marital satisfaction tend to be low and on late age of marriage, marital satisfaction
tend to be high. Subjects in this study was 152 subjects with 46 subjects on early age of marriage,
56 subjects on middle age of marriage, and 50 subjects on late age of marriage. The measurement
used in this study was marital satisfaction scale in likert form developed by researcher. Reliability
scale using satisfied alpha 0,954. Analysis data using F-test Anova. Result in this study was
significant with 0,000 (p < 0,05) which means there is level difference of marital satisfaction
related to marital age.
Keywords: marital satisfaction, marital age
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatNya
sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Penulisan skripsi ini merupakan salah
satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
(S.Psi). Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M. Psi., selaku Dekan tahun 2018 Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan periode tahun 2013-
2017.
3. Ibu Monica Eviandaru M., M. Psych., Ph.D., selaku Ketua Program Studi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah mendampingi, membimbing, dan memberi masukan dalam proses
penulisan skripsi.
5. Ibu Sylvia Carolina Maria Yuniati Murtisari M.Si selaku dosen
pemimbing akademik 2013-2017 dan Bapak Minto Istono M.Si selaku
dosen pembimbing akademik 2017-2018 yang telah memberikan
dukungan dan arahan selama masa studi.
6. Seluruh karyawan dan staff di Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xi
7. Orang tua tercinta, bapak dan ibu yang telah senantiasa memberikan
dukungan, doa dan semangat selama berproses dalam setiap langkah yang
dilalui.
8. Kakak tersayang yang telah selalu sabar menghadapi adek dan selalu
memberikan dukungan, kekuatan dan membantu menyadarkan bahwa
setiap hal dapat dilalui dengan usaha dan kerja keras.
9. Teman-teman tersayang Desi, Febi, Ray dan Randy yang telah senantiasa
mendukung, memberikan semangat dan selalu sabar menghadapi
temannya yang ngeyel dan sering molor-molor deadline ini. Terima kasih
karena kalian selalu ada dan selalu bilang βkamu bisa ven!β
10. Teman-teman terkasih Karla, Vian, Koleta, Heidy, Rani, Gera, Bama, Dito
dan Dedi yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam
mengerjakan skripsi. Terima kasih telah berbagi pengalaman dan suka
dukanya selama ini.
11. Mas Albert yang telah membantu dalam menggali minat dalam
menentukan tema skripsi dan telah membimbing dalam penyusunan
skripsi ini
12. Seluruh teman-teman saya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu
yang telah sering bertanya βkamu kapan ?β setiap membahas mengenai
skripsi. Terima kasih berkat pertanyaan tersebut yang membuat saya
tertekan dan menjadi bersemangat untuk segera menyelesaikan skripsi
saya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ..................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN MOTO ................................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................................................ ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................. x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 10
1. Manfaat Teoritis ..................................................................................... 10
2. Manfaat Praktis ...................................................................................... 10
BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................... 12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xiv
A. Kepuasan Perkawinan .................................................................................. 12
1. Definisi Perkawinan ............................................................................... 12
2. Kepuasan Perkawinan ............................................................................ 13
3. Dimensi Kepuasan Perkawinan.............................................................. 14
4. Faktor Kepuasan Perkawinan ................................................................. 18
B. Usia Perkawinan........................................................................................... 19
C. Perbedaan Kepuasan Perkawinan Berdasarkan Usia Perkawinan ............... 22
D. Kerangka Berpikir ........................................................................................ 27
E. Hipotesis Penelitian ...................................................................................... 28
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 29
A. Jenis Penelitian ............................................................................................. 29
B. Variabel Penelitian ....................................................................................... 29
C. Definisi Operasional..................................................................................... 30
D. Subjek Penelitian .......................................................................................... 33
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data ........................................................... 33
1. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 33
2. Alat Pengumpulan Data ......................................................................... 35
F. Validitas dan Reliabilitas Data Alat Ukur .................................................... 37
1. Validitas Alat Ukur ............................................................................... 37
2. Reliabilitas Item Skala ........................................................................... 39
3. Reliabilitas Alat Ukur ........................................................................... 40
G. Metode Analisis Data ................................................................................... 42
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 45
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xv
A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................................. 45
B. Deskripsi Subjek Penelitian ......................................................................... 45
C. Hasil Penelitian ............................................................................................ 46
1. Uji Asumsi ............................................................................................. 46
2. Deskripsi Data Penelitian ....................................................................... 48
3. Uji Hipotesis ......................................................................................... 50
D. Pembahasan .................................................................................................. 52
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 55
A. Kesimpulan .................................................................................................. 55
B. Keterbatasan Penelitian ................................................................................ 56
C. Saran ............................................................................................................. 56
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 58
LAMPIRAN ............................................................................................................ 63
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penilaian Skala Likert ................................................................................ 35
Tabel 2. Blueprint Skala Kepuasan Perkawinan ...................................................... 35
Tabel 3. Sebaran Item Skala Kepuasan Perkawinan Sebelum Tryout ..................... 37
Tabel 4. Sebaran Item Skala Kepuasan Perkawinan Setelah Tryout ....................... 40
Tabel 5. Korelasi Alpha dan Variance Pada Dimensi Kepuasan Perkawinan ......... 41
Tabel 6.Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Perkawinan ....................................... 46
Tabel 7. Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ........................................... 46
Tabel 8. Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Skala Kepuasan Perkawinan .......... 47
Tabel 9. Deskripsi Data Penelitian Pada Usia Awal Perkawinan ............................ 49
Tabel 10. Deskripsi Data Penelitian Pada Usia Tengah Perkawinan ....................... 49
Tabel 11. Deskripsi Data Penelitian Pada Usia Akhir Perkawinan ......................... 50
Tabel 12. Hasil Uji Beda Kepuasan Perkawinan ..................................................... 51
Tabel 13. Hasil Uji Beda Kepuasan Perkawinan Berdasarkan Usia ....................... 51
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Skala Penelitian ................................................................................... 64
Lampiran 2. Reliabilitas Item Skala Kepuasan Perkawinan .................................... 74
Lampiran 3. Hasil Uji Asumsi ................................................................................. 87
Lampiran 4. Deskripsi Data Penelitian .................................................................... 89
Lampiran 5. Hasil Uji Hipotesis .............................................................................. 91
Lampiran 6. Validitas Isi .......................................................................................... 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menikah merupakan salah satu tugas perkembangan masa dewasa
awal dengan rentang usia 18 sampai 30 tahun (Hurlock, 2002). Pria dan
wanita usia ini akan menjalin hubungan yang serius dengan pasangannya
dan melanjutkan ke jenjang perkawinan. Perkawinan adalah ikatan lahir
batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (UU RI, 1974).
Perkawinan memiliki tujuan yang jelas bahwa seseorang menikah
untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Namun pada
kenyataannya hubungan antara suami dan istri dalam sebuah perkawinan
tidak sesederhana yang kita bayangkan. Perkawinan merupakan sebuah
hubungan yang sangat rumit dan terdapat banyak masalah di dalamnya.
Permasalahan yang sering terjadi ialah pertengkaran, perselisihan bahkan
hingga kekerasan dalam rumah tangga.
Permasalahan yang umum dalam perkawinan ialah komunikasi
tidak lancar, seks dan keintiman, pembagian tugas, masalah keuangan,
perasaan dimanfaatkan, pertengkaran dan konflik, perasaan sakit hati yang
disimpan serta ketidaksetiaan dan perselingkuhan (Siahaan, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
2
Masalah tersebut masalah yang umumnya terjadi dalam kehidupan
perkawinan. Ketika individu tidak mampu menyelesaikan masalahnya dan
merasa tidak puas maka individu akan mememilih jalan keluar untuk
bercerai.
Ketika suami dan istri tidak dapat mengatasi masalah rumah tangga
dengan baik dan bijaksana, maka akan timbul kesalahpahaman yang
akhirnya membuat pertengkaran dan berujung dengan perceraian
(Srisusanti & Zulkaida, 2013). Perceraian dianggap sebagai jalan terbaik
untuk mengatasi masalah (Ginnis dalam Ficher dan Thomas, 1998).
Perceraian di Indonesia saat ini bukanlah hal yang tabu lagi.
Perceraian ini tidak jarang juga terjadi pada public figure seperti halnya
para artis yang belakang ini banyak memilih untuk mengakhiri pernikahan
di usia awal pernikahan. Selain itu, berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik menunjukan bahwa kasus perceraian selalu meningkat dari tahun
ke tahun. Pada tahun 2013 terdapat 324.247 kasus talak cerai, tahun 2014
terdapat 344.237 kasus talak cerai dan tahun 2015 terdapat 347.256 kasus
talak cerai yang ada di Indonesia. Data tersebut menunjukan bahwa jumlah
perceraian di Indonesia meningkat antara 15% - 20% pertahun. Artinya
dalam setiap jam terjadi 40 sidang perceraian yang di urus oleh pengadilan
agama.
Perceraian terjadi karena adanya ketidakpuasan dalam hubungan
perkawinan. Levenson, Carstensen & Gottman (1993) mengungkapkan
bahwa kepuasan pernikahan membuat pernikahan itu bertahan lama dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
3
mengurangi kemungkinan berakhirnya ikatan pernikahan atau perceraian.
Pasangan menginginkan adanya kepuasan pernikahan karena kepuasan
pernikahan menjadi salah satu faktor penentu kesejahteraan dalam
kehidupan pernikahan (Hurlock, 1990). Menurut Li & Fung, (2011)
perceraian disini dipandang sebagai pilihan dalam hubungan perkawinan,
hal ini membuat pasangan akan menghargai kepuasan perkawinan dan
selalu mengevaluasi hubungan mereka, apakah mereka puas dengan
perkawinannya.
Schoen, Astone, Robert, Standish, dan Kim (2002)
mengungkapkan bahwa kepuasan pernikahan merupakan evaluasi terhadap
keadaan pernikahan seseorang dan merupakan cerminan kebahagian dalam
pernikahannya. Stone dan Shackelford, (2006) mengungkapkan bahwa
kepuasan perkawinan merupakan keadaan mental yang direfleksikan dari
penerimaan keuntungan yang diperoleh dan yang diberikan dalam
pernikahan oleh masing-masing orang. Kepuasan perkawinan merupakan
perasaan subjektif akan kebahagian dan pengalaman yang menyenangkan
yang dialami oleh suami istri dalam perkawinannya dengan
mempertimbangkan keseluruhan dimensi dalam kepuasan perkawinan
Olson dan Hamilton (1983). Kepuasan perkawinan pada istri lebih pada
dimensi keintiman, kemampuan untuk mengungkapkan diri dengan
pasangan dan melihat pasangan sebagai orang yang peka (Laurenceau,
Barrett dan Rovine (2005). Selain itu juga ekspresi kasih sayang suami dan
jumlah waktu yang dihabiskan bersama serta komunikasi. Sedangkan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
4
sisi suami, dimensi yang mempengaruhi kepuasan perkawinan adalah
kepuasan dalam hubungan seksual, pembagian tugas rumah tangga atau
peran gender dan sejauh mana hal yang ia peroleh dari pasangan dalam
hubungan mereka (Zainah, Nasir, Hashim dan Yusof, 2012).
Peran kepuasan perkawinan disini tentunya sangatlah penting
dalam keberlangsungan suatu perkawinan. Booth, dan White (1980)
mengungkapkan bahwa usia saat menikah, usia pernikahan, religiusitas
dan pendapatan memiliki dampak dalam pemikiran untuk bercerai. Faktor
demografi seperti usia menikah, usia pernikahan, pendidikan, agama,
tempat tinggal, lamanya perkenalan sebelum menikah, pekerjaan dan
penghasilan mempengaruhi kepuasan pernikahan (Nawas, Javeed, Haneef,
Tasaur dan Khali, 2014; Zainah et al, 2012). Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Booth dan White (1980) usia saat menikah, usia
pernikahan, keyakinan, pendapatan memberikan dampak dalam pemikiran
mengenai perceraian.
Berdasarkan usia perkawinannya, pasangan suami istri akan
melalui berbagai tahapanannya, seperti halnya pada awal perkawinan,
masa merawat anak atau menjadi orang tua dan masa ketika anak mulai
meninggalkan rumah. Transisi perjalanan kehidupan perkawinan
melibatkan perubahan pada anak di berbagai usia perkawinan yang
berhubungan dengan perubahan kebahagian perkawinan ( VanLaningham,
Johnson & Amato, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
5
Pada masa awal perkawinan kepuasan perkawinan akan cenderung
tetap konsisten (Snowden, Schott, Awalt, dan Gillis-Knox, 1988).
Kepuasan ini akan cenderung konsisten hingga masa kehamilan anak
pertama. Setelah masa ini, maka pasangan akan memasuki masa menjadi
orang tua. Masa inilah akan muncul banyak masalah dalam kehidupan
rumah tangga. Intensitas konflik ini cukup bervariatif. Konflik biasanya
akan muncul pada usia 2 tahun pernikahan atau pada saat kelahiran anak
pertama. Tidak jarang usia pernikahan tersebut dianggap sebagai tahun
penuh perjuangan bahkan dapat mengindikasikan keberlangsungan
hubungan dengan pasangan.
Usia awal pernikahan ini merupakan sebuah tahap penyesuaian diri
dalam hidup berumah tangga dan waktu dimana masing-masing dapat
melihat siapa sesungguhnya pasangan mereka. Maka dari itu tidak jarang
pasangan yang merasa gagal atau tidak puas dengan hubungannya akan
memilih untuk bercerai. Seperti pada beberapa pasangan artis di Indonesia
yang memilih untuk mengakhiri pernikahan mereka pada usia awal
pernikahan (Pramithasari, 2016). Bahkan terdapat pasangan artis yang
memilih untuk bercerai di usia satu tahun pernikahan mereka.
Setelah pasangan melalui masa penyesuain kehidupan sebagai
suami dan istri, mereka akan melalui masa transisi sebagai orang tua. Pada
masa ini akan muncul berbagai masalah dalam kehidupan rumah tangga.
Pada usia 5 tahun menikah, masalah yang sering terjadi ialah masalah
ekonomi dan adaptasi kebiasaan pasangan suami istri dengan keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
6
besar. Selain itu, usia perkawinan 6-10 tahun masalah yang sering terjadi
ialah perbedaan pengasuhan anak, perubahan sikap positif yang hilang
setelah sekian lama menikah dan pola komunikasi yang berubah antar
pasangan (Saidiyah & Julianto, 2016).
Hadirnya anak dalam keluarga merupakan salah satu fase dalam
hubungan pernikahan yaitu merawat anak. Adanya anak dapat
memunculkan masalah dalam keluarga begitupun sebaliknya. Anak-anak
dapat mengurangi resiko perceraian dalam keluarga (Willcox dalam
Thornton, 1977). Apa yang di ungkapkan oleh Willcox itu didukung juga
dengan data dari empat negara yang ia amati bahwa tingkat perceraian
untuk pasangan yang tidak memiliki anak adalah tiga hingga empat kali
lebih besar dari pasangan yang memiliki anak. Thornton, (1977) dalam
hasil penelitiannya juga mengungkapkan bahwa kehadiran anak dapat
mencegah atau menunda perselisihan atau perceraian. Terdapat beberapa
alasan yang di ungkapkan oleh Thornton (1977) mengapa anak-anak dapat
mencegah perceraian, yaitu banyak orang yang beranggapan bahwa
perceraian itu berbahaya bagi anak-anak, maka dari itu banyak pasangan
yang mencoba untuk mempertahankan keluarga mereka βdemi kebaikan
anakβ. Selain itu, beban ekonomi yang akan di tanggung anak mungkin
akan berlipat ganda apabila orang tuanya bercerai. Maka dari itu, akhirnya
orang tua memilih untuk menjaga pernikahan agar tetap utuh. Heaton
(1990) juga mengungkapkan dampak adanya anak dalam keluarga ialah
masalah ekonomi dimana dengan adanya anak maka istri akan bergantung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
7
pada pendapatan suami.
Saat anak masih kecil, anak membutuhkan perhatian dan waktu
yang besar, hal ini membuat pasangan harus membagi waktu mereka
antara mencari uang dan merawat anak. Jika terjadi perceraian maka hal
ini akan menyulitkan pihak istri untuk merawat anak dan mencari
pekerjaan. Maka dari itu pasangan lebih memilih untuk tetap bersama
demi kepentingan anak meskipun hubungan mereka sudah tidak baik.
Kurangnya finansial dan anak biasanya digunakan sebagai alasan untuk
tidak bercerai (Albercht, Bahr & Goodman dalam Heaton, T.B., 1990).
Selain itu, anak-anak dapat menghalangi perceraian dengan meningkatkan
kepuasan pernikahan. Anak-anak merupakan sumber kepuasan menurut
orang tua (Hoffman & Manis dalam Heaton, T. B., 1990).
Pada masa ini pula, di usia pernikahan 7 tahun juga dikenal dengan
usia yang rawan terhadap perceraian atau yang biasa dikenal dengan βthe
seven years itchβ. Bahkan istilah tersebut sempat dibuat film dengan judul
βThe Seven Year Itchβ pada tahun 1955 yang dibintangi oleh Marilyn
Monroe. Judul film tersebut mengacu pada data dari biro sensus Amerika
dimana perceraian kemungkinan besar akan terjadi di usia tersebut.
Menurut Michelle Crosby (Rakhma, 2017) pengacara pernikahan
mengatakan bahwa usia pernikahan tujuh tahun dalam pernikahan
monogami membuat semangat mendukung dan mencintai pada pasangan
mulai berkurang. Usia ini biasanya pasangan akan mulai merasa jenuh dan
bosan yang nantinya akan berakibat pada pola komunikasi antara suami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
8
istri yang memicu masalah.
Setelah melalui masa merawat anak, maka pasangan akan melalui
masa ditinggalkan oleh anak mereka untuk bekerja maupun untuk
membentuk keluarga baru. Pada masa inilah kepuasan perkawinan
pasangan akan cenderung tinggi dibandingkan dengan saat merawat anak.
Pasangan yang telah ditinggalkan anaknya, untuk bekerja maupun untuk
membentuk keluarga baru, memiliki kepuasan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan pasangan muda dengan anak yang masih tinggal di
rumah (Gorchoff, John & Helson, 2008).
Kepuasan perkawinan dengan usia pernikahan ini membentuk
kurva U. Kurva U ini menunjukan bahwa secara umum pada awal
perkawinan kepuasan perkawinan tinggi, kemudian akan menurun saat
kehadiran anak dan akan mencapai bawah ketika anak mulai beranjak
dewasa, kemudian akan meingkat kembali saat memasuki usia lanjut
ketika anak mulai dewasa, meninggalkan rumah (Papalia, Olds &
Feldman, 2007). Temuan kurva U ini juga banyak didukung oleh peneliti
lainnya seperti Rollins dan Fieldman (1970), Gillford dan Bengston dalam
Lemme (1995). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Zainah, Nasir,
Hashim dan Yusof (2012) menunjukan bahwa terdapat perbedaan
kepuasan pernikahan berdasarkan lamanya usia pernikahan. Usia
pernikahan diatas sepuluh tahun memiliki kepuasan pernikahan yang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan pasangan yang usia pernikahannya
kurang dari 10 tahun pernikahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
9
Berdasarkan banyaknya kasus perceraian yang terjadi di Indonesia
yang disebabkan oleh masalah dalam kehidupan perkawinan, maka
peneliti tertarik untuk meneliti mengenai perkawinan khususnya kepuasan
perkawinan. Peneliti tertarik untuk meneliti kepuasan perkawinan karena
kepuasan perkawinan dapat memberi dampak pada kesejahteraan
perkawinan. Kesejahteraan atau kepuasan perkawinan dapat dilihat
melalui berbagai dimensi dalam kepuasan perkawinan. Peneliti mencoba
untuk melihat tingkat kepuasan perkawinan berdasarkan usianya karena
dalam perkawinan akan melalui tahapan dengan karateristik yang berbeda
pada masing-masing usia. Setiap usia memiliki masalahnya masing-
masing yang memunculkan rasa puas dan tidak puas dalam
perkawinannya. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melihat perbedaan
tingkat kepuasan perkawinan berdasarkan usia perkawinan yaitu, usia
awal, usia tengah dan usia akhir perkawinan.
Penelitian ini penting untuk dilakukan karena perceraian
berhubungan dengan kepuasan perkawinan yang dirasakan oleh individu
terhadap hubungan perkawinannya. Selain itu, orang akan cenderung
selalu mencari kepuasan dalam hubungannya. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan hasil tingkat kepuasan perkawinan
berdasarkan usia perkawinannya yang nantinya dapat membantu pasangan
yang menikah untuk menyadari kehidupan perkawinannya akan
mengalami masa sulit pada suatu titik tertentu. Ada atau tidaknya
perbedaan kepuasan perkawinan diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
10
bagi pasangan dan menjadi gambaran akan kepuasan pernikahan di masa
depan bagi pasangan yang akan dan telah menikah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas,
maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah β Apakah terdapat
perbedaan kepuasan perkawinan berdasarkan usia perkawinannya ? β
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat
kepuasan perkawinan berdasarkan usia perkawinannya.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini secara umum dapat memperkaya kajian
psikologi khususnya dalam ilmu psikologi perkembangan dan
psikologi perkawinan. Selain itu, hasil penelitian ini juga
diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya
yang berkaitan dengan topik dan konteks yang sama.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
pasangan suami istri agar lebih menyadari pentingnya kepuasan
perkawinan mereka. Pemahaman akan kepuasan perkawinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
11
ini nantinya dapat meningkatkan dan mempertahankan
kepuasan perkawinan bagi pasangan yang baru menikah
maupun bagi pasangan yang sudah lama menikah. Pemahaman
kepuasan perkawinan merupakan salah satu aspek dalam
keberhasilan suatu hubungan perkawinan. Dengan memahami
hal ini maka diharapkan mereka tidak mudah untuk mengambil
keputusan untuk bercerai ketika mereka menghadapi masalah
dalam perkawinannya. Selain itu, dengan mengisi skala
kepuasan perkawinan maka pasangan suami istri dapat terlibat
secara afektif atau dapat merefleksikan diri terkait
hubungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kepuasan Perkawinan
1. Definisi Perkawinan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974
menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang
pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Suatu perkawinan yang sah ialah apabila
dilakukan menurut hukum masing-masing agama dan kepercayaannya
dan dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku (UU RI no 1
Pasal 2 Tahun 1974). Marriage is the union of two persons as husband
and wife atau perkawinan merupakan bersatunya dua orang sebagai
suami dan istri (Hornby dalam Walgito 2010).
Berdasarkan definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
perkawinan merupakan ikatan lahir batin seorang pria dan wanita
sebagai suami istri yang sah secara hukum dan agama dengan tujuan
membentuk keluarga bahagia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
13
2. Kepuasan Perkawinan
Kepuasan perkawinan merupakan hal yang penting dan memegang
peranan penting bagi keberlangsungan suatu hubungan suami istri.
Kepuasaan yang dirasakan oleh pasangan dapat membuat perkawinan
bertahan lama dan mengurangi kemungkinan terjadinya perceraian
(Levenson, Carstensen & Gottman, 1993). Ketika seseorang merasa
puas dengan hubungannya maka ia cenderung akan merasa bahagia
dan memiliki kualitas kehidupan yang lebih baik.
Kepuasan dalam perkawinan dapat dirasakan dengan saling
terpenuhinya kebutuhan fisik, ekonomi, emosional dan psikologis
(Lavner, Karney & Bradbury, 2013). Ketika suami mampu memenuhi
kebutuhan istrinya maka istri akan merasa puas dengan pasangan dan
begitupun sebaliknya. Hal tersebut tentunya menjadi dambaan dalam
kehidupan berumah tangga untuk memiliki keluarga yang harmonis
dan bahagia.
Stone dan Shackelford, (2006) mendefinisikan kepuasan
perkawinan sebagai keadaan mental yang mencerminkan manfaat dan
biaya yang dirasakan seseorang. Semakin banyak seseorang
mengeluarkan biaya dalam perkawinan maka ia merasa kurang puas.
Begitu juga sebaliknya semakin besar manfaat yang dirasakan maka
semakin puas dengan perkawinan dan pasangannya.
Kepuasan perkawinan merupakan evaluasi global terhadap keadaan
perkawinan seseorang dan merupakan cerminan dari kebahagian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
14
perkawinan (Schoen, Astone, Robert, Standish, & Kim, 2002). Maka
dari itu kepuasan tidak dapat dipisahkan dengan pemenuhan kebutuhan
yang di harapkan oleh individu. Olson dan Hamilton (1983)
mengungkapkan bahwa kepuasan perkawinan merupakan perasaan
subjektif akan kebahagian yang dialami oleh pasangan dalam
perkawinannya dengan mempertimbangkan keseluruhan dimensi
kepuasan perkawinan.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti menarik kesimpulan
bahwa kepuasan perkawinan merupakan evaluasi terhadap keadaan
perkawinan yang dirasakan dengan mempertimbangkan keseluruhan
dimensi dalam kepuasan perkawinan.
3. Dimensi Kepuasan Perkawinan
Menurut Fowers dan Olson (1989 & 1993) terdapat sepuluh dimensi
yang dapat menjadi indikator dalam kepuasan perkawinan, antara lain
ialah :
a. Personality Issue
Dimensi ini melihat pada penyesuaian diri individu pada
kepribadian pasangan. Tidak jarang, sebelum menikah biasanya
individu akan berusaha untuk menjadi pribadi yang menarik demi
mencari perhatian pasangan. Namun setelah menikah, individu
akan menunjukan dirinya yang sesungguhnya yang mungkin
berbeda dengan sebelum menikah. Perubahan tingkah laku dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
15
kepribadian individu inilah yang terkadang akan membuat adanya
konflik dalam perkawinan. Ketidaksesuaian yang terkadang tidak
sesuai harapan inilah yang menimbulkan perasaan kecewa pada
pasangannya.
b. Communication
Dimensi ini melihat pada bagaimana perasaan dan sikap
individu ketika berkomunikasi dengan pasangannya. Komunikasi
berfokus pada perasaan senang yang dirasakan oleh pasangan
ketika mereka dapat menerima dan berbagi informasi mengenai
pikiran dan perasaan masing-masing.
c. Conflict resolution
Resolusi konflik ini berfokus pada bagaimana persepsi
individu terhadap suatu masalah dan bagaimana cara
menyelesaikan. Dalam prosesnya membutuhkan adanya
keterbukaan masing-masing untuk dapat menerima pendapat dan
mencari jalan keluar bersama-sama. Selain itu individu juga
diharapkan mampu untuk membangun kepercayaan kepada
pasangan.
d. Financial Management
Manajemen keuangan ini melihat pada bagaimana sikap
dan cara pasangan dalam mengatur keuangan dalam kehidupan
rumah tangga. Hal ini dapat dilihat pada sikap untuk
mengendalikan harapan atau keinginan yang terkadang tidak sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
16
dengan kemampuan keungan. Tidak jarang ketidak sesuaian antara
harapan dan kemampuan keuangan dapat menimbulkan masalah
dalam kehidupan rumah tangga.
e. Leisure Activities
Aktivitas di waktu luang merupakan kegiatan yang
dilakukan ketika individu memiliki waktu luang. Individu akan
dihadapkan pada pilihan kegiatan yang akan dilakukan untuk
mengisi waktu luang, apakah waktu tersebut akan dihabiskan untuk
berkegiatan bersama pasangan ataukah tidak. Dimensi ini juga
terkait dengan harapan individu untuk mengisi waktu luang
bersama pasangannya.
f. Sexual Relationship
Dimensi hubungan seksual merupakan pola hubungan
seksual suami dan istri dalam kehidupan rumah tangganya.
Tercapainya kepuasan seksual akan mempengaruhi kesetiaan
individu pada pasangannya. Kesetian dalam perkawinan
merupakan hal yang penting untuk menjaga keberlangsungan
hubungan perkawinan. Maka dari itu, pasangan harus mampu
untuk memenuhi kebutuhan seksual individu.
g. Children and Parenting
Anak dan pengasuhan merupakan sikap dan perasaan
individu terkait dengan kehadiran anak dalam keluarga dan
pengasuhan anak. Dalam hal ini dibutuhkan kesepakatan pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
17
pengasuhan, kedisiplinan dan pencapaian tujuan dari suami dan
istri yang akan diterapkan pada anak. Sebagai orang tua, biasanya
akan menaruh harapan pada anaknya yang mungkin akan berbeda
antara suami dan istri. Perbedaan pola pengasuhan dan harapan
pada anak inilah yang terkadang akan menimbulkan konflik dalam
keluarga. Maka dari itu dibutuhkan keputusan bersama terkait anak
dan pola pengasuhannya. Ketika anak dapat tumbuh sesuai dengan
apa yang diharapkan oleh orang tua, maka akan memberikan
kepuasan bagi orang tua.
h. Family and Friends
Dimensi ini melihat pada perasaan dan perhatian individu
pada kerabat, keluarga besar dan teman-teman. Hal ini dapat
terlihat pada perasaan indvidu dan bagaimana individu
menghabiskan waktu bersama.
i. Equalitarian Roles
Kesetaraan peran merupakan perasaan dan sikap individu
terhadap peran dalam kehidupan rumah tangganya. Dalam hal ini
suami istri dapat bekerja sama dan menjadi rekan yang baik untuk
memainkan perannya masing-masing. Seperti halnya peran sebagai
kepala rumah tangga, mencari nafkah untuk keluarga, mengerjakan
pekerjaan rumah dan peran sebagai orang tua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
18
j. Religious Orientation
Orientasi agama merupakan bagian penting dalam
kehidupan individu karena di dalamnya terdapat nilai, norma dan
aturan sesuai keyakinannya. Ketika individu dapat memahami dan
menjalankan ajaran agamanya dengan baik, maka hal ini dapat
mencegah hal buruk terjadi dalam hubungan perkawinannya.
4. Faktor Kepuasan Perkawinan
Kepuasan perkawinan dipengaruhi oleh beberapa faktor (Hendrick &
Hendrick, 1992) antara lain,
a. Premarital Factor
Latar belakang ekonomi, merupakan faktor yang penting
karena apabila kondisi ekonomi tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan maka akan menimbulkan masalah dalam kehidupan
berumah tangga. Faktor ini juga berhubungan dengan faktor
tingkat pendidikan. Pendidikan merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi emosional dan cara berpikir individu karena dengan
tingkat pendidikan yang rendah dapat memunculkan stressor.
Stressor tersebut seperti halnya tingkat penghasilan yang rendah
yang nantinya menyebabkan rendahnya kepuasan perkawinan.
Selanjutnya ialah hubungan dengan orang tua, hubungan individu
dengan orang tuanya akan mempengaruhi cara berpikir dan
bersikap individu terhadap perkawinan, hubungan romantis dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
19
perceraian.
b. Postmarital Factor
Sesudah perkawinan atau masa dalam berumah tangga,
banyak faktor tentunya yang mempengaruhi kepuasan individu
terhadap perkawinan mereka. Salah satunya ialah kehadiran anak.
Kehadiran anak memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
kepuasan perkawinan. Banyak penelitian yang mengungkapkan
bahwa kehadiran anak dan banyaknya anak dalam keluarga dapat
mempengaruhi kepuasan perkawinan yang nantinya berpengaruh
pada stabilitasnya (Thornton, 1977; Heaton, 1990). Faktor
selanjutnya ialah lamanya perkawinan tersebut bertahan. Kepuasan
perkawinan tinggi pada awal perkawinan, kemudian akan menurun
setelah kehadiran anak dan akan meningkat kembali setelah anak
mulai mandiri dan meninggalkan rumah (Mackey & O'Brien,
1999).
B. Usia Perkawinan
Usia perkawinan merupakan sebuah hasil pencapaian dalam
kehidupan berumah tangga dimana suami dan istri dapat mempertahankan
hubungan mereka tanpa adanya perceraian. Perkawinan yang mampu
bertahan ini tentunya mengalami berbagai tahapan dalam kehidupan
keluarga. Tahapan tersebut dimulai sejak awal perkawinan dimana
pasangan membutuhkan waktu untuk dapat beradaptasi dengan situasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
20
baru atau yang disebut dengan keluarga dimana mereka sudah bukanlah
dua melainkan satu keluarga. Peneliti mengatakan bahwa kepuasan
perkawinan cenderung tinggi saat awal perkawinan dan akan menurun
secara stabil setelahnya (Hirschberger, Srivastava, Marsh, Cowan, &
Cowan, 2009; Snowden, Schott, Awalt, & Gillis-Knox, 1988; Fincham,
Beach, Harold & Osborne, 1997; Kurdek, 2005).
Setelah perkawinan berlangsung dan beradaptasi dengan
pasangannya, pasangan akan dihadapkan dengan fase baru yaitu transisi
peran menjadi orang tua. Transisi peran menjadi orang tua tentunya
membutuhkan penyesuaian pribadi, sehingga hal ini perlu mendapatkan
perhatian yang serius. Kehadiran anak pertama tentunya memberikan
kepuasan tersendiri bagi pasangan suami istri dan menjadi tantangan baru
dalam kehidupan berkeluarga. Berawal saat kehamilan anak pertama, masa
ini tentunya memberikan tantangan baru bagi pasangan suami istri untuk
saling mengerti dan memahami pasangannya yang nantinya
mempengaruhi kepuasan. Kepuasan perkawinan cenderung menurun saat
masa kehamilan apabila dikaitkan dengan kesehatan (Snowden, Schott,
Awalt & Gillis-Knox, 1988). Setelah melalui masa kehamilan dan
kelahiran maka akan memasuki periode merawat anak. Periode ini
merupakan transisi yang memunculkan tekanan dan perselisihan dalam
hubungan. Tekanan dan perselisihan tidak jarang terjadi pada saat
pembagian peran sebagai orang tua dimana selain bekerja mereka juga
harus merawat anak dengan baik. Tidak jarang perselisihan ini terjadi pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
21
pasangan yang keduanya sama-sama bekerja. Tekanan dan perselisihan ini
tentunya menyebabkan penurunan kepuasan perkawinan.
Anak merupakan sumber kepuasan menurut orang tua (Hoffman &
Manis dalam Heaton, 1990). Memiliki anak merupakan hal yang sangat
dinantikan oleh pasangan suami istri dan merupakan salah satu tujuan
dalam perkawinan untuk membentuk keluarga baru. Kehadiran anak
dalam keluarga memberikan pengaruh yang besar dalam kepuasan dan
stabilitas keluarga. Dampak adanya anak dalam keluarga salah satunya
dapat mencegah terjadinya perceraian (Thornton, 1977). Banyak pasangan
yang beranggapan bahwa perceraian dapat memberikan dampak yang
buruk untuk perkembangan psikologis dan beban bagi anak. Anggapan
tersebut membuat pasangan lebih memilih untuk mempertahankan
hubungan perkawinan mereka meskipun terdapat banyak konflik di
dalamnya dengan alasan demi kebaikan anak. Hal ini tentunya
memberikan dampak pada kepuasan suami istri.
Setelah melalui periode merawat anak, maka pasangan akan
memasuki periode kekosongan. Periode kekosongan ialah masa dimana
anak sudah beranjak dewasa dan mulai meninggalkan rumah untuk bekerja
atau untuk menikah. Pada periode ini, pasangan suami istri akan tinggal
berdua di rumah layaknya pasangan yang baru saja menikah. Pada masa
ini kepuasan yang awalnya menurun saat periode merawat anak akan
meningkat kembali seperti halnya pada saat awal perkawinan (Mackey &
OβBrien, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
22
Berdasarkan beberapa tahapan dalam kehidupan berumah tangga
tersebut, maka peneliti membagi ke dalam tiga tahapan dalam kehidupan
perkawinan yang akan digunakan dalam penelitian ini. Pertama ialah
periode awal perkawinan yang berlangsung dari awal pasangan menikah
hingga kehadiran anak pertama. Kedua ialah periode merawat anak yang
dimulai sejak kelahiran anak pertama hingga anak mulai beranjak dewasa.
Ketiga ialah saat pasangan suami istri menghadapi masa kekosongan atau
ketika anak-anak mulai beranjak dewasa dan mandiri.
C. Perbedaan Kepuasan Perkawinan Berdasarkan Usia Perkawinan
Schoen, Astone, Robert, Standish dan Kim (2002) mengungkapkan
bahwa kepuasan perkawinan merupakan evaluasi terhadap keadaan
perkawinan seseorang dan merupakan cerminan dari kebahagian dalam
perkawinan. Kepuasan yang dirasakan oleh pasangan suami istri dapat
membuat perkawinan tersebut bertahan lama sehingga mengurangi
kemungkinan terjadinya perceraian (Levenson, Carstensen & Gottman,
1993).
Kepuasan perkawinan menjadi hal yang penting dalam
keberlangsungan hubungan perkawinan. Pasangan dapat merasa puas
dengan hubungannya ketika terpenuhinya kebutuhan fisik, ekonomi,
emosional dan psikologis (Lavner, Karney & Bradbury, 2013). Ketika
suami dapat memenuhi kebutuhan istrinya dan istri dapat memenuhi
kebutuhan suaminya, mereka akan merasa puas dengan hubungannya. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
23
inilah yang menjadi dambaan bagi pasangan dalam kehidupan berumah
tangga.
Sebagai suami dan istri, mereka menginginkan adanya kepuasan
perkawinan karena kepuasan menjadi salah satu faktor yang menetukan
kesejahteraan dalam hubungan perkawinan (Hurlock, 1990). Oleh sebab
itu, kepuasan perkawinan perlu mendapat perhatian lebih. Di dalam
kepuasan perkawinan terdapat berbagai dimensi yang mempengaruhi
kepuasan perkawinan. Tidak jarang ketika beberapa dimensi tidak dapat
terpenuhi atau tidak puas, maka membuat rendahnya kepuasan perkawinan
dan perselisihan.
Rendahnya kepuasan perkawinan memberikan dampak yang cukup
membahayakan dalam kehidupan perkawinan. Ketika individu merasa
tidak puas dengan hubungannya, membuat terjadinya pertengkaran,
perselisihan atau masalah dalam hubungan perkawinan. Saat pasangan
tidak mampu untuk menyelesaikan masalah dengan bijak, maka akan
menimbulkan kesalahpahaman yang dapat berujung pada perpisahan atau
perceraian (Srisusanti & Zulkaida, 2013).
Kepuasan perkawinan menjadi faktor dalam kepuasan perkawinan
dan dapat menurun seiring bertambahnya usia perkawinan. Kepuasan
perkawinan apabila dikaitkan dengan usia perkawinan maka membentuk
kurva U. Berdasarkan hasil analisis data dari 2 survei yang dilakukan pada
tahun 1987-1988 dengan total responden 8.929 pasangan, yang berupaya
untuk mengetahui bagaimana pola kepuasan perkawinan, ditemukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
24
bahwa pola kepuasan dari tahun ke tahun merupakan kurva berbentuk U.
Kurva berbentuk U menunjukan bahwa secara umum pada awal
perkawinan kepuasan perkawinan tinggi, kemudian akan menurun saat
kehadiran anak dan mencapai bagian paling bawahnya pada saat anak
remaja, kemudian akan meningkat kembali saat memasuki usia lanjut
ketika anak-anak sudah dewasa (Papalia, Olds & Feldman, 2007). Valiant
& Valiant, 1993 (dalam Mackey & O'Brien, 1999) mendukung temuan
pola kepuasan perkawinan kurva berbentuk U tersebut.
Usia perkawinan merupakan sebuah hasil pencapaian kehidupan
berumah tangga dimana suami dan istri dapat mempertahankan hubungan
perkawinan tanpa terjadinya perceraian. Dalam penelitian ini terdapat tiga
kelompok usia perkawinan, yaitu usia awal, usia tengah dan usia akhir
perkawinan. Setiap kelompok usia perkawinan tersebut memiliki
karateristik masing-masing.
Pada usia awal perkawinan, individu yang baru saja menikah
membutuhkan komitmen pada sistem yang baru. Hal ini membuat individu
membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri sebagai suami dan istri.
Masa usia awal perkawinan kepuasan yang dirasakan individu cenderung
tinggi meskipun akan menurun setelahnya (Hirschberger, Srivastava,
Marsh, Cowan, & Cowan, 2009; Snowden, Schott, Awalt, & Gillis-Knox,
1988; Fincham, Beach, Harold & Osborne, 1997; Kurdek, 2005).
Nampaknya kunci kepuasan yang tinggi pada pasangan usia awal
perkawinan ialah menahan diri dari rasa hormat yang berlebih (Zietlow &
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
25
Vanlear, 1991). Rasa hormat yang berlebih menunjukan ketidakmampuan
pasangan dalam mengatasi permasalahan dominasi.
Pada usia tengah perkawinan, individu memiliki tugas dan
tanggung jawab yang baru. Sebagai suami dan istri, mereka akan
memasuki tahapan sebagai orang tua, dimana ada anggota baru dalam
keluarga. Kehadiran anak dalam keluarga memberikan tanggung jawab
untuk merawat anak, menyesuaikan pembagian peran sebagai orang tua,
pengaturan keuangan dan pembagian tugas rumah tangga. Transisi inilah
yang memunculkan tekanan dan perselisihan dalam hubungan sehingga
membuat kepuasan perkawinan menurun dibandingkan dengan saat usia
awal perkawinan. Kepuasan perkawinan cenderung tinggi saat menikah
dan kemudian akan mengalami penurunan yang lambat namun stabil
(Gottman & Notarius, 2002; Karney & Bradburry, 1995 dalam
Hirschberger, G., Srivastava, Marsh, Cowan & Cowan, 2009).
Selanjutnya ialah usia akhir perkawinan, dimana sebagai pasangan
mereka dituntut untuk dapat membangun hubungan sebagai orang dewasa
karena anak telah beranjak dewasa. Pada masa inilah kepuasan perkawinan
akan kembali tinggi dibandingkan dengan ketika usia tengah perkawinan.
Gorchoff, John dan Helson (2008) mengungkapkan bahwa pasangan yang
berada pada usia lanjut dan telah ditinggalkan oleh anaknya memiliki
kepuasan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pasangan muda
dengan anak yang masih tinggal bersama dengan orang tuanya.
Berdasarkan pemaparan tersebut, kepuasan perkawinan cenderung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
26
membentuk kurva U dengan usia awal dan usia akhir perkawinan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan usia tengah perkawinan. Selanjutnya
berdasarkan fakta yang ada, kepuasan perkawinan dilihat dari berbagai
dimensi yang saling mendukung satu sama lain untuk mencapai kepuasan
perkawinan yang tinggi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
27
D. Kerangka Berpikir
Kepuasan Perkawinan
Awal perkawinan Menjadi orang tua / tengah perkawinan
Keluarga usia lanjut /
akhir perkawinan
Komitmen pada sistem
yang baru,
penyesuaian diri
sebagai suami dan istri
Penerimaan anggota
baru, merawat anak,
keuangan serta tugas
rumah tangga,
penyusunan peran
sebagai orang tua
Membangun
hubungan sebagai
orang dewasa (anak
telah dewasa dengan
orang tua)
Kepuasan perkawinan usia awal dan
usia akhir perkawinan lebih tinggi
daripada usia tengah perkawinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
28
E. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan uraian yang sudah dijabarkan, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat kepuasan perkawinan
antara usia perkawinan awal, tengah dan akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
29
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan uji beda. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang
menekankan analisisnya pada data-data numerikal atau angka yang diolah
dengan metode statistika (Azwar, 2012). Selain itu, penelitian ini bersifat
cross-sectional. Cross-sectional merupakan variabel yang sama yang
diukur satu kali terhadap beberapa kelompok satu atau lebih yang
memiliki karateristik berbeda (Supratiknya, 2015).
Penelitian uji beda atau komparatif adalah penelitian yang
digunakan untuk melihat perbedaan satu variabel atau lebih pada data
sampel atau populasi sebagaimana adanya (Sugiyono, 2010). Hal ini
selaras dengan tujuan dalam penelitian ini, yaitu melihat perbedaan tingkat
kepuasan perkawinan berdasarkan pada usia atau durasi perkawinannya.
B. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel
1. Variabel tergantung : Kepuasan Perkawinan
2. Variabel bebas : Usia Perkawinan
a. Usia perkawinan awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
30
b. Usia perkawinan tengah
c. Usia perkawinan akhir
C. Definisi Operasional
1. Kepuasan Perkawinan
Kepuasan perkawinan merupakan evaluasi terhadap keadaan
perkawinan yang dirasakan dengan mempertimbangkan keseluruhan
dimensi dalam kepuasan perkawinan. Kepuasan perkawinan itu sendiri
merupakan hal yang penting dalam kehidupan berumah tangga demi
tercapainya keberlangsungan berumah tangga. Keberlangsungan
rumah tangga dapat dicapai dengan pemenuhan kebutuhan fisik,
ekonomi, emosional dan psikologis. Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
tersebut dapat terlihat dari kepuasan pasangan pada hubungannya.
Kepuasan perkawinan akan diukur dengan skala kepuasan perkawinan.
Semakin tinggi skor pada skala tersebut maka semakin tinggi kepuasan
perkawinan yang dirasakan oleh individu. Begitupun sebaliknya,
semakin rendah skor pada skala, maka semakin rendah juga kepuasan
perkawinan yang dirasakan oleh individu.
Kepuasan perkawinan akan diukur dengan menggunakan alat ukur
skala kepuasan perkawinan. Skala ini disusun berdasarkan 10 dimensi
yang dikembangkan oleh Fowers dan Olson (1989 & 1993). Dimensi
tersebut adalah (1) Personality Issue, merupakan aspek yang melihat
persepsi individu mengenai pasangannya. (2) Communication,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
31
merupakan sikap individu mengenai menerima dan memberi informasi
pada pasangannya sehingga dapat membuat pasangan merasa aman
dan nyaman dalam hubungan mereka. (3) Conflict Resolution,
merupakan sikap untuk menerima pendapat pasangan dan kemampuan
untuk dapat menyelesaikan masalah bersama. Dalam hal ini pasangan
membutuhkan sikap keterbukaan dan menerima pendapat masing-
masing agar masalah dapat segera selesai. (4) Financial Management,
merupakan cara pasangan dalam mengelola keuangan bersama. Tidak
jarang masalah keungan ini merupakan masalah yang sensitive
sehingga sering menimbulkan masalah apabila tidak ada sikap terbuka
dan saling pengertian. (5) Leisure Activity, merupakan aktivitas yang
dilakukan pada saat pasangan memiliki waktu luang. Hal ini menjadi
aspek penting karena terkait dengan apakah pasangan akan
menghabiskan waktu luang mereka bersama ataukah dengan
menghabiskan waktu dengan kegiatan masing-masing. (6) Sexual
Relationship, merupakan aspek yang melihat pada pola hubungan
seksual sebagai suami istri. Hal ini penting karena tercapainya
kepuasan seksual pasangan dapat mempengaruhi kesetiaan indvidu
pada pasangannya. (7) Children and Parenting, merupakan sikap dan
perasaan individu dalam merawat dan membesarkan anak. (8) Family
and Friends, merupakan aspek yang melihat hubungan antara anggota
keluarga dan hubungan dengan lingkungannya. (9) Equalitarian Roles,
menunjukan peran individu dalam keluarga, bagaimana berperan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
32
sebagai suami dan bagaimana berperan sebagai istri. (10) Religious
Orientation, merupakan hal yang penting dalam kehidupan masing-
masing individu karena di dalamnya terdapat unsur-unsur mengenai
nilai dan norma.
2. Usia Perkawinan
Usia perkawinan merupakan sebuah hasil pencapaian dalam
kehidupan rumah tangga dimana sebagai pasangan dapat
mempertahankan perkawinan tanpa adanya perceraian. Usia
perkawinan dalam penelitian ini terbagi dalam tiga kelompok usia
perkawinan, yaitu usia awal, usia tengah dan usia akhir perkawinan.
Usia awal perkawinan berkisar saat baru menikah hingga kelahiran
anak pertama. Usia tengah perkawinan berkisar saat kelahiran anak
pertama hingga anak mulai beranjak dewasa. Sedangkan untuk usia
akhir perkawinan ialah saat anak telah dewasa, meninggalkan rumah
atau telah menikah.
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pria dan wanita yang sudah
menikah atau biasa disebut sebagai suami dan istri. Suami dan istri ini
masih dalam hubungan perkawinan. Subjek dalam penelitian ini terbagi
kedalam tiga kelompok yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut,
1. Usia awal perkawinan dengan karateristik yaitu, sudah menikah hingga
kehamilan anak pertama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
33
2. Usia tengah perkawinan atau tahap menjadi orang tua. Pada tahap ini
bermula saat anak pertama lahir hingga anak usia remaja.
3. Usia akhir perkawinan dengan karateristik yaitu saat anak telah dewasa
dan mulai meninggalkan orang tuanya untuk bekerja dan menikah.
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data
1. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan penyebaran alat ukur atau skala. Alat ukur dibagikan
kepada suami dan istri yang berada dalam hubungan perkawinan.
Sebelum subjek mengisi skala peneltian ini, peneliti terlebih dahulu
menjelaskan bawah dalam penelitian ini terdapat informed consent
yang berarti subjek berhak menentukan kesediaannya untuk
berpartisipasi pada penelitian ini. Setelah subjek menyatakan
kesediannya, maka peneliti menjelaskan instruksi pengerjaan skala.
Intruksi pengerjaan dijelaskan secara klasikal dan beberapa secara
personal. Hal ini dilakukan karena peneliti membagikan beberapa
skala pada acara pertemuan di lingkungan rumah peneliti dan beberapa
skala secara personal atau kerumah masing-masing subjek. Setelah
subjek selesai mengisi skala, peneliti akan mengecek kelengkapan data
yang diberikan subjek dan peneliti juga memberikan apresiasi berupa
souvenir kepada subjek yang telah bersedia mengisi skala penelitian.
Alat ukur dalam penelitian ini terdapat pernyataan favorable dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
34
unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang apabila
diiyakan menunjukan sikap positif atau suka, dan pernyataan
unfavorable adalah pernyataan yang apabila diiyakan akan
menunjukan sikap negatif atau tidak suka (Anderson, 1990 dalam
Supratiknya, 2014).
Jenis skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
Likert. Skala pada penelitian ini terdiri dari empat respon jawaban,
yaitu Sangat Tidak Sesuai (STS), Tidak Sesuai (TS), Sesuai (S) dan
Sangat Sesuai (SS). Empat respon jawaban tersebut digunakan dengan
menghilangkan pilihan jawaban Netral (Tidak Tahu). Hal ini dilakukan
untuk menghilangkan central tendency effect atau kecenderungan
untuk memilih jawaban netral sebagai jawaban yang aman. Skor pada
setiap item dimulai dari skor 1 sampai dengan 4 sesuai dengan
pernyataan favorable dan unfavourable. Skor total yang diperoleh akan
menunjukan tinggi rendahnya kepuasan perkawinan yang dirasakan
oleh subjek terhadap hubungannya. Berikut ini merupakan tabel untuk
menjelaskan sistem pemberian skor pada skala Likert yang digunakan
dalam penelitian ini :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
35
Tabel 1.
Penilaian Skala Likert
Respon Pernyataan Favorable Unfavorable
Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
Tidak Sesuai (TS) 2 3
Sesuai (S) 3 2
Sangat Sesuai (SS) 4 1
2. Alat Pengumpulan Data
Skala kepuasan perkawinan yang digunakan oleh peneliti disusun
berdasarkan pada 10 dimensi yang dikembangkan oleh Fowers dan
Olson (1989 & 1993). Dimensi kepuasan perkawinan tersebut antara
lain yaitu Personality issue, Communication, Conflict Resolution,
Financial Management, Leisure Activity, Sexual Relationship,
Children and Parenting, Family and Friends, Equalitarian Roles dan
Religious Orientation. Skala kepuasan perkawinan ini disusun oleh
peneliti dengan tujuan untuk melihat tingkat kepuasan perkawinan
suami dan istri berdasarkan pada usia perkawinannya. Adapun
blueprint skala kepuasan perkawinan sebagai berikut :
Tabel 2.
Blueprint Skala Kepuasan Perkawinan
Dimensi Kepuasan
Perkawinan Jumlah Item Presentase
Personality Issue 8 10,8%
Communication 8 10,8%
Conflict Resolution 8 10,8%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
36
Financial Management 8 10,8%
Leisure Activity 8 10,8%
Sexual Relationship 8 10,8%
Children and Parenting 8 10,8%
Family and Friends 8 10,8%
Equalitarian Roles 8 10,8%
Religious Orientation 6 7,7%
Total 78 100%
Skala kepuasan perkawinan terdiri dari 78 item yang mewakili
setiap masing-masing dimensi. Namun dalam dimensi religious
orientation hanya terdapat 6 item karena hasil analisis IVI-I
menunjukan bahwa dua item dalam dimensi religious orientation
berada di bawah skor 0,78. Alat ukur ini telah melalui proses validitas
alat ukur dan telah melalui proses uji coba untuk melihat reliabilitas
alat ukur. Kemudian peneliti melakukan seleksi item pada alat ukur
sebelum akhirnya dapat disebarkan sebagai alat pengumpulan data
dalam penelitian ini.
Dalam penyajian skala ini, item disusun secara acak dengan
maksud agar subjek dapat menjawab pernyataan yang diberikan secara
spontan tanpa adanya pengaruh dari item-item lain yang mungkin
disebabkan dari adanya pengelompokan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
37
Tabel 3.
Sebaran Item Skala Kepuasan Perkawinan Sebelum Tryout
Dimensi Favorable Unfavorable Jumlah Bobot
Personality
Issue
1, 2, 21, 23 39, 51, 54, 61 8 10,8%
Communication 3, 4, 22, 24 40, 52, 56, 62 8 10,8%
Conflict
Resolution
5, 6, 25, 26 53, 57, 63, 65 8 10,8%
Financial
Management
7, 8, 27, 29 55, 64, 66, 70 8 10,8%
Leisure
Activities
9, 10, 28, 42 31, 67, 68, 71, 8 10,8%
Sexual
Relationship
30, 43, 44,
72
11, 12, 32, 69 8 10,8%
Children and
Parenting
45, 46, 47,
73
13, 14, 33, 78 8 10,8%
Family and
Friends
48, 74, 75,
77
15, 16, 34, 36 8 10,8%
Equalitarian
Roles
37, 49, 60,
76
17, 18, 35, 58 8 10,8%
Religious
Orientation
41, 50, 59 19, 20, 38 6 7,7%
Jumlah 39 39 78 100 %
F. Validitas dan Reliabitas Data Alat Ukur
1. Validitas Alat Ukur
Validitas merupakan tingkat ketepatan dan kecermatan alat ukur
mengukur sesuatu yang diukur atau memberikan hasil yang sesuai
dengan gambaran data (Sarwono, 2006). Supratiknya (2014)
mengungkapkan bahwa validitas menunjukan sejauh mana alat tes
sungguh mengukur atribut psikologis yang hendak diukur. Suatu tes
dapat dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tes tersebut
mampu memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan pengukuran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
38
tersebut.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode validitas isi.
Validitas isi didefinisikan sebagai taraf sejauh mana unsur-unsur
instrument asesmen atau alat ukur relevan dan mencerminkan
(representative) konstruk sasaran untuk tujuan asesmen atau
pengukuran tertentu (Haynes, Richard & Kubany dalam Supratiknya,
2016). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis dengan
metode indeks validasi isi item (IVI-I) dan indeks validitas isi skala
(IVI-S). Suatu item dapat dapat digunakan apabila memiliki skor 0,78
(Lynn, 1986 dalam Supratiknya, 2016).
Dalam mendapatkan hasil IVI-I dan IVI-S maka dibutuhkan
penilaian dari pakar atau ahli yang biasa disebut dengan metode expert
judgement. Hal ini dilakukan untuk menilai kesesuaian alat ukur
dengan konstruk yang diukur. Penilaian kesesuaian alat ukur dalam
penelitian ini dilakukan oleh 3 dosen sebagai expert judgement.
Berdasarkan penghitungan yang diperoleh dari skala kepuasan
perkawinan menunjukan bahwa terdapat 2 item yang gugur. Item
tersebut ialah item nomor 79 dan 80. Item tersebut gugur karena
berada di bawah 0,78 yaitu 0,67. Sehingga item yang lolos dalam
validitas ialah 78 item dengan nilai 0,991. Hal tersebut menunjukan
bahwa alat ukur dalam penelitian ini dapat digunakan karena telah
sesuai dengan konsep yang dimiliki sesuai penilaian expert judgement.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
39
2. Reliabilitas Item Skala
Dalam penyusunan alat ukur, alat ukur memerlukan item-item
yang dapat mengukur suatu konstruk dengan baik. Supratiknya (2014)
mengatakan bahwa alat ukur yang baik adalah yang memiliki
reliabilitas yang baik. Item dengan reliabilitas yang baik ialah item
dengan skor lebih dari 0,30 (Supratiknya, 2014). Apabila skor berada
dibawah 0,3 maka item dengan skor dibawah itu digugurkan.
Item dapat dikatakan baik dengan melalui koefisien korelasi item
total. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui daya diskriminasi
item. Daya diskriminasi item yaitu, kemampuan sebuah item dalam
memicu munculnya jawaban yang berbeda pada subjek dengan tipe
yang memang berlainan (Supratiknya, 2014).
Korelasi item total digunakan untuk menunjukan item-item yang
paling baik untuk mengukur konstruk yang sedang diukur. Koefisien
korelasi item total dalam skala kepuasan perkawinan berkisar antara
0,302 β 0,809. Hal ini menunjukan bahwa skala kepuasan perkawinan
memiliki koefisien korelasi item total yang baik yaitu di atas 0,3 dalam
setiap itemnya. Pengujian koefisien korelasi item total ini dilakukan
dengan menggunakan data yang diperoleh dari uji coba alat ukur. Uji
coba alat ukur dilakukan pada tanggal 16 β 21 April 2018 dan diikuti
oleh 23 pasangan atau 46 subjek. Berdasarkan hasil uji coba alat tes
yang dilakukan dan pengujian koefisien korelasi item total, maka
diperoleh hasil bahwa terdapat 38 item yang gugur atau berada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
40
dibawah 0,3. Berikut adalah sebaran item setelah tryout,
Tabel 4.
Sebaran Item Skala Kepuasan Perkawinan Setelah Tryout
Dimensi Favorable Un-
favorable
Jumlah
item
Personality Issue 23 39, 51, 54 4
Communication 3, 24 52, 40 4
Conflict Resolution 25, 26, 6 57 4
Financial
Management
27, 8 55, 64 4
Leisure Activities 9, 42 67, 68 4
Sexual Relationship 43, 72 12, 69 4
Children and
Parenting
46, 47 50, 14 4
Family and Friends 75 15, 34, 36 4
Equalitarian Roles 49, 60 58, 35 4
Religious
Orientation
50 19, 20, 38 4
Total 18 22 40
3. Reliabilitas Alat Ukur
Suatu alat ukur, dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik
apabila memenuhi salah satu syarat yang disebut reliabel. Uji
reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan melalui menghitung
koefisien reliabilitas alpha berstrata. Penelitian ini menggunakan
koefisien reliabilitas alpha berstrata karena dalam penelitian ini
merupakan variabel dengan konsep multidimensional (Widhiarso,
2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
41
Nilai koefisien reliabilitas dapat dikatakan tinggi apabila nilai
tersebut semakin mendekati nilai 1.00. begitupun sebaliknya apabila
semakin mendekati nol (0) maka reliabilitas skala semakin rendah
(Azwar, 2011).
Reliabilitas suatu alat ukur dianggap memuaskan apabila memiliki
koefisien lebih dari 0,70 ( > 0,70) (Supratiknya, 2014). Meski begitu,
Siregar (2013) mengungkapkan bahwa koefisien reliabel lebih dari
0,60 ( > 0,60) dapat dikatakan reliabel sebagai alat ukur. Berikut
adalah tabel koefisien pada masing-masing dimensi,
Tabel 5
Koefisien Alpha dan Variance Pada Dimensi Kepuasan
Perkawinan
Dimensi
Alpha Variance
Personality Issue 0,886 2,773
Communication 0,775 2,709
Conflict Resolution 0,672 3,144
Financial Management 0,775 4,821
Leisure Activities 0,793 6,422
Sexual Relationship 0,807 6,839
Children and Parenting 0,851 3,772
Family and Friends 0,639 3,409
Equalitarian Roles 0,971 8,014
Religious Orientation 0,899 6,364
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
42
Ξ±strat = 1- β ππ2 πΌπβππ₯2
Ξ±strat = 1 β {(0,316 + 0,609 + 1,031 + 1,084 + 1, 329 +
1,319 + 0,562 + 1,231 + 0,232 + 0,643) /
181,403}
= 1 β (8,356 / 181,403)
= 0,954
Keterangan: ππ = varian sub total butir komponen β 1 ππ₯ = varian skor total Ξ± = koefisien alpha komponen ke β 1
Berdasarkan hasil tersebut, terlihat bahwa skala kepuasan
perkawinan memiliki alpha berstrata 0,954. Hasil tersebut menunjukan
bahwa skala kepuasan pernikahan ini dapat digunakan untuk
pengambilan data karena memiliki reliabilitas yang tinggi.
G. Metode Analisis Data
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian
memiliki sebaran normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
43
ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov IBM SPSS 16. Dalam
penelitian, suatu data dapat dikatakan normal apabila berada di atas
0,05 ( > 0,05) (Santoso, 2010).
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk memastikan apakah populasi dari
penelitian ini merupakan satu varian atau tidak. Uji homogenitas
dengan nilai signifikansi lebih dari 0,05 (p > 0,05) menunjukan bahwa
data berasal dari varian yang sama atau homogen. Uji normalitas dan
uji homogenitas dilakukan untuk menentukan penggunaan analisis
parametrik atau analisis non-parametrik.
3. Deskripsi Hasil Penelitian
Deskripsi data digunakan untuk melihat gambaran subjek dalam
menjawab. Dalam penelitian ini, deskripsi data dilakukan dengan
menghitung mean, median, skor tertinggi dan skor terendah serta
standar deviasi yang di analisi dengan menggunakan IBM SPSS 16.
Data yang diperoleh kemudian akan diolah dengan membandingkan
mean empirik dan mean teoritik. Apabila hasil mean empirik lebih
tinggi dibandingkan dengan mean teoritik, maka subjek memiliki
kecenderungan kepuasan perkawinan yang tinggi.
4. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan kepuasan perkawinan pada suami dan istri
berdasarkan pada usia atau durasi perkawinannya. Apabila uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
44
normalitas dan uji homogenitas terpenuhi maka uji hipotesis dilakukan
dengan uji statistik parametrik, yaitu dengan independent sample t-test
dengan penghitungan anova. Namun apabila uji normalitas dan uji
homogenitas tidak dapat terpenuhi, maka uji hipotesis dalam penelitian
ini menggunakan uji non-parametrik dengan Mann Whitney.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan data dilaksanakan mulai tanggal 23 April 2018
sampai dengan tanggal 1 Mei 2018. Subjek dalam penelitian ini
merupakan pasangan suami istri yang tinggal bersama dalam satu rumah.
Subjek dalam penelitian ini dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu subjek
dengan usia perkawinan di awal perkawinan, tengah perkawinan dan akhir
perkawinan. Subjek dalam penelitian ini adalah 76 pasangan dengan
jumlah subjek sebanyak 152 orang. Peneliti melakukan pengambilan data
di Klaten atau lebih tepatnya di Kelurahan Pasungan, Kecamatan Ceper.
Penyebaran skala penelitian ini dilakukan secara offline atau
manual. Penyebaran skala secara offline atau manual ini dilakukan dengan
cara, peneliti mencetak skala kemudian memberikan skala yang sudah
tercetak kepada subjek secara langsung. Skala yang peneliti cetak dan
bagikan sebanyak 180 eksemplar skala. Namun dari 180 eksemplar yang
telah dibagikan, banyaknya eksemplar skala yang kembali kepada peneliti
adalah 152 eksemplar.
B. Deskripsi Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah pria dan wanita yang sudah
menikah atau biasa disebut sebagai suami dan istri. Suami dan istri ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
46
masih di dalam hubungan pernikahan dan tinggal bersama. Suami dan istri
akan dikelompok kedalam 3 kelompok berdasarkan usia perkawinannya,
yaitu awal, tengah dan akhir perkawinan. Berikut ini adalah tabel
mengenai sebaran subjek dalam penelitian ini :
Tabel 6
Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Perkawinan
Usia Jumlah
Awal 46
Tengah 56
Akhir 50
Jumlah 152
Tabel 7
Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Suami 76
Istri 76
Jumlah 152
C. Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi
Uji asumsi dilakukan untuk menentukan uji hipotesis yang akan
digunakan dalam analisis data. Uji asumsi ini dilakukan dengan
melakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
Berikut adalah tabel uji normalitas dan uji homogenitas kepuasan
perkawinan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
47
Tabel 8
Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Skala Kepuasan Perkawinan
Statistik Sig. Keterangan
Levene
Statistic
Sig.
Awal
Suami 0,190 0,030 Tidak Normal 0,184 0,670
Istri 0,240 0,001 Tidak Normal
Tengah
Suami 0,116 0,200 Normal 0,000 0,987
Istri 0,116 0,200 Normal
Akhir
Suami 0,168 0,066 Normal 0,858 0,359
Istri 0,160 0,100 Normal
Hasil uji normalitas dan uji homogenitas pada skala kepuasan
perkawinan menunjukkan bahwa ketiga kelompok usia perkawinan
merupakan data yang berasal dari varian yang sama atau homogen. Hal
ini terlihat pada hasil uji homogenitas pada awal perkawinan dengan
nilai 0,670, pada usia tengah 0,987 dan pada usia akhir 0,359 dimana
ketiganya berada diatas 0,05 (p > 0,05). Pada uji normalitasnya, data
pada kelompok usia awal berdistribusi tidak normal yaitu sebesar
0,030 pada suami dan 0,001 pada istri (p < 0,05). Sedangkan pada
kelompok usia tengah nilai signifikansinya sebesar 0,200 pada suami
dan istri (p < 0,05) sehingga data berdistribusi normal. Begitu juga usia
akhir perkawinan dimana data berdistribusi normal dengan nilai
signifikansi 0,066 pada suami dan 0,100 pada istri (p < 0,05).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
48
2. Deskripsi Hasil Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan deskripsi data untuk
melihat gambaran subjek dalam menjawab. Peneliti mendeskripsikan
data dalam penelitian ini dengan menghitung mean, median, skor
tertinggi dan skor terendah serta standar deviasi yang di analisi dengan
menggunakan IBM SPSS 16. Data yang diperoleh kemudian akan
diolah dengan membandingkan mean empirik dan mean teoritik.
Apabila hasil mean empirik lebih tinggi dibandingkan dengan mean
teoritik, maka subjek memiliki kecenderungan kepuasan perkawinan
yang tinggi. Begitupun sebaliknya, apabila subjek memiliki nilai
empirik yang lebih rendah dibandingkan dengan mean teoritik, maka
subjek memiliki kecenderungan kepuasan perkawinan yang rendah.
Mean teoritik dihitung melalui penghitungan sebagai berikut ππ π π π = π ππ π π π + π ππ π π π π2 π ππ π π π = 4 π₯ = 4
π ππ π π π = 4 π₯ 4 = 6 ππ π π π = 4 + 6 =
Berikut ini adalah tabel deskripsi data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
49
Tabel 9
Deskripsi Data Penelitian Pada Usia Awal Perkawinan
N Skor
Terendah
Skor
Tertinggi
Mean
Empirik
Mean
Teoritik
Std.
Dev
Awal 46 115 139 128,65 100 8,749
Pada tabel di atas menunjukkan hasil analisis deskripsi kepuasan
perkawinan pada kelompok awal perkawinan. Kelompok awal
perkawinan memiliki skor terendah 115 dan skor tertinggi 139. Nilai
mean empiriknya ialah 128,65 sedangkan nilai mean teoritiknya ialah
100. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai mean empirik lebih
tinggi dibandingkan dengna nilai teoritik. Hal ini menunjukkan bahwa
kepuasan perkawinan pada kelompok usia awal perkawinan cenderung
tinggi.
Tabel 10
Deskripsi Data Penelitian Pada Usia Tengah Perkawinan
N Skor
Terendah
Skor
Tertinggi
Mean
Empirik
Mean
Teoritik
Std.
Dev
Tengah 56 86 147 118,54 100 12,768
Berdasarkan hasil analisis deskripsi, kepuasan perkawinan pada
kelompok usia tengah perkawinan menunjukkan bahwa kepuasan
perkawinan pada kelompok tengah memiliki kecenderungan yang
tinggi. Hal ini dapat terlihat pada nilai mean empirik yang lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai mean teoritik. Nilai mean empiriknya ialah
118,54 sedangkan nilai mean teoritiknya ialah 100. Skor terendahnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
50
ialah 86 dan skor tertingginya ialah 147.
Tabel 11
Deskripsi Data Penelitian Pada Usia Akhir Perkawinan
N Skor
Terendah
Skor
Tertinggi
Mean
Empirik
Mean
Teoritik
Std.
Dev
Akhir 50 97 138 120,06 100 10,100
Tabel di atas menunjukkan hasil analisi deskripsi kepuasan
perkawinan pada kelompok usia akhir perkawinan. Skor terendah
dalam kepuasan perkawinannya ialah 97 dan skor tertingginya ialah
138. Nilai mean empiriknya ialah 120,06 sedangkan nilai teoritiknya
ialah 100. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai mean empirik lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai mean teoritik. Hal ini berarti bahwa
kepuasan perkawinan pada usia akhir perkawinan cenderung tinggi.
3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
teknik analysis of variance dengan program IBM SPSS 16. Teknik
anova digunakan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dari
tiga kelompok yang berbeda. Berikut ini hasil uji hipotesis dengan
menggunakan anova,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
51
Tabel 12
Hasil Uji Beda Kepuasan Perkawinan
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Gabungan 2894.336 2 1447.168 12.386 .000
17409.183 149 116.840
20303.520 151
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan terdapat perbedaan
yang signifikan antara kelompok usia awal, tengah dan akhir pada
kepuasan perkawinan. Hal tersebut dapat dilihat pada nilai
signifikansi 0,000 (p < 0,05).
Tabel 13
Hasil Uji Beda Kepuasan Perkawinan Berdasarkan Pada Usia
Perkawinannya
N Mean Empirik Mean
Teoritik
Std.
Deviation
Awal 46 128.65 100 8.749
Tengah 56 118.54 100 12.768
Akhir 50 120.06 100 10.100
Total 152 122.10 100 11.596
Berdasarkan pada tabel di atas, dapat terlihat bahwa kepuasan
perkawinan pada ketiga kelompok usia cenderung tinggi. Nilai
mean empirik pada kelompok usia awal sebesar 128,65. Nilai mean
empirik pada kelompok usia tengah sebesar 118,54 dan pada
kelompok usia akhir ialah 120,06. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kepuasan perkawinan cenderung lebih tinggi pada saat awal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
52
perkawinan dan cenderung lebih rendah pada usia tengah
perkawinan serta kepuasan perkawinan cenderung tinggi pada usia
akhir perkawinan.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan ditemukan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok usia awal,
tengah dan akhir perkawinan. Hal ini dapat dilihat pada nilai signifikansi
sebesar 0,000 yang kurang dari 0,05 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukan
bahwa hipotesis yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan
pada tingkat kepuasan perkawinan berdasarkan usia perkawinan terbukti.
Pada tingkat kepuasan perkawinannya, kepuasan perkawinan
cenderung tinggi dengan nilai mean empirik total sebesar 122,10 yang
lebih tinggi dibandingkan dengan nilai mean teoritik sebesar 100. Secara
spesifik, pada usia awal perkawinan, nilai mean empirik 128,65 lebih
tinggi dibandingkan dengan nilai mean teoritik 100. Hal tersebut
menunjukkan bahwa usia awal memiliki kepuasan perkawinan yang
tinggi. Pada usia tengah perkawinan, nilai mean empiriknya sebesar
118,54 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai mean teoritik. Hal ini
menunjukkan bahwa kepuasan perkawinan pada usia tengah tinggi.
Selanjutnya usia akhir perkawinan memiliki nilai mean empirik sebesar
120,06 yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai mean teoritiknya 100.
Hal tersebut menunjukkan bahwa kepuasan perkawinan saat usia akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
53
cenderung tinggi.
Pada ketiga kelompok usia perkawinan yaitu awal, tengah dan
akhir menunjukkan bahwa masing-masing memiliki tingkat kepuasan
perkawinan yang cenderung tinggi. Namun meskipun begitu, ketiganya
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p < 0,05). Berdasarkan
uji beda, pada usia awal memiliki nilai mean empirik yang paling tinggi
dibandingkan dengan lainnya, yaitu sebesar 128,65. Selanjutnya nilai
mean empirik tertinggi kedua ialah pada usia akhir perkawinan dengan
nilai 120,06. Kemudian nilai mean empirik terendah ialah pada usia tengah
perkawinan dengan nilai 118,54. Hasil penelitian ini diperkuat oleh
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan.
Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa kepuasan
perkawinan berdasarkan usianya membentuk kurva U. Kurva U
menunjukkan bahwa secara umum kepuasan perkawinan pada usia awal
cenderung tinggi, kemudian akan menurun saat kehadiran anak dan akan
tinggi kembali saat memasuki usia lanjut atau anak telah dewasa dan
meninggalkan rumah (Papalia, Old, Fieldman, 2007). Hasil kurva U ini
juga di dukung oleh banyak peneliti seperti Rollins & Fieldman (1970),
Gillford & Bengston dalam Lemme (1995).
Kepuasan perkawinan pada awal perkawinan cenderung tinggi dan
akan mengalami penurunan yang lambat namun tetap stabil (Hirschberger
et al, 2009; Lonnie, Tracy, Suzanne & Knox, 1988; Frank et all, 1997;
Lawrence, 2005). Hal ini sesuai dengan hasil dalam penelitian ini dimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
-
54
tingkat kepuasan perkawinan usia awal lebih tinggi dibandingkan dengan
usia tengah perkawinan. Usia awal perkawinan memiliki nilai 128,65
sedangkan usia akhir perkawinan memil