FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS...

77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TERPROGRAM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIVAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPETENSI DASAR CUACA DAN IKLIM SMP MUHAMMADIYAH 9 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010 Oleh : SUNARSO K 5403060 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

Transcript of FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS...

Page 1: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TERPROGRAM

UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIVAN DAN

HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA

KOMPETENSI DASAR CUACA DAN IKLIM

SMP MUHAMMADIYAH 9 BOYOLALI

TAHUN AJARAN

2009/2010

Oleh :

SUNARSO

K 5403060

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TERPROGRAM

UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIVAN DAN

HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA

KOMPETENSI DASAR CUACA DAN IKLIM

SMP MUHAMMADIYAH 9 BOYOLALI

TAHUN AJARAN

2009/2010

SKRIPSI

Oleh :

SUNARSO

K 5403060

Ditulis dan diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan

Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Gografi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 3: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sarwono, M. Pd Yasin Yusup, S. Si, M. Si

NIP. 19640414 198903 1 020 NIP. 19740427 200212 1 001

Page 4: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari : Kamis

Tanggal : 18 November 2010

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Partoso Hadi, M.Si 1………………

Sekretaris : Setya Nugraha, S.Si, M.Si 2…………………

Anggota I : Dr. Sarwono, M.Pd 3………………

Anggota II : Yasin Yusuf, S.Si, M.Si 4…………………

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan,

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd

NIP. NIP. 19600727 198702 1 001

Page 5: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Sunarso. K5403060. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

TERPROGRAM UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIVAN DAN HASIL

BELAJAR GEOGRAFI PADA KOMPENTENSI DASAR CUACA DAN IKLIM

SMP MUHAMMADIYAH 9 BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010.

Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Penididikan. Universitas Sebelas

Maret, Agustus 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktivan dan

hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran

2009/2010 dengan mengunakan model pembelajaran terprogram tipe linier.

Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian tindakan kelas, dengan

obyek penelitian yaitu siswa kelas VII Muhammadiyah 9 Boyolali tahun ajaran

2009/2010 dengan jumlah siswa sebanyak 124 siswa. Subyek dalam penelitian ini

yaitu siswa kelas VII B dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa. Sumber data

penelitian ini adalah (1) Siswa SMP Muhammadiyah 9 Boyolali, yaitu

pelaksanaan kegiatan pembelajaran geografi di kelas VII B; (2) Informan, yaitu

guru bidang studi geografi kelas VII; (3) Dokumen, yaitu rencana pelaksanaan

pembelajaran, silabus dan instrumen penelitian. Teknik analisis data yang

digunakan menggunakan analisis diskriptif kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran terprogram tipe linier dapat meningkatkan keaktivan dan hasil

belajar siswa kelas VII B SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Pelajaran

2009/2010, khususnya pada materi yang berbentuk naratif seperti materi cuaca

dan iklim. Hasil belajar siswa dapat dilihat dari peningkatan hasil tes kognitif pada

setiap siklus. Ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 70% meningkat menjadi

86,67%. Nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 68,11 meningkat menjadi 75

pada siklus II. Rata-rata keaktivan belajar pada siklus I sebesar 40,11% dengan

kategori cukup aktiv, pada siklus II meningkat menjadi 50,15%. Pada siklus II

keaktivan belajar siswa tergolong cukup aktiv.

Page 6: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Sunarso. K5403060. The use of programmed learning to increase students’

activities and learning result on the basic competence of weather and climate on

SMP Muhammadiyah 9 Boyolali academic year 2009/2010. Thesis. Surakarta.

Teaching Training and Education Faculty. Sebelas Maret University. Agustus,

2010.

The purpose of this research are to know improvement students’ activities

and learning result of seventh grade students of SMP Muhammadiyah 9 Boyolali

academic year 2009/2010 by using programmed learning type linier.

The research and action research which the object of this research is

seventh grade students of SMP Muhammadiyah 9 Boyolali academic year

2009/2010, and the total students are 124 students. Subject of this research is

students of VII B which total students is 30 students. The source of the data are

(1) students of SMP Muhammadiah 9 Boyolali who were class VII B as subject of

teaching; (2) informan is geograpy’s teacher of seventh grade students; (3)

document are lesson plan, sillaby research instrument. Tecnigues of analyzing the

data by using diskriptive qualitative analisis

Based the data result of this research, it can be concluded that the use of

programmed learning type linier can improve student’s activities and learning

result on seventh grade students of SMP Muhammadiyah 9 Boyolali academic

year 2009/2010, especially for narrative materials such as weather and climate

materials. Students result can be saw from the result develop of cognitive tes on

each cycle. The learning completeness on first cycle was 70% become 86,67%,

the average score on the frist cycle. The average learning activities on frist cycle

40,11% with sufficient categorizes and on second cycle the students effectiveness

was sufficient categorizes

Page 7: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap”.

(Q.S. Al-Insyiah : 6-8)

“Jadikanlah Sabar dan Sholat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya demikian

itu sesungguhnya berat, kecuali bagi orang-orang yang khusuk”.

(Q.S. Al-Baqarah : 45)

vi

Page 8: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

1. Bapak dan Ibu tercinta, terimakasih atas kasih

sayang dan pengorbanan yang setulusnya

tercurah untukku.

2. Kakakku tercinta yang memberikan doa, kasih

sayang dan dukungan pada setiap langkahku.

3. Teman-teman Geografi angkatan 2003

terimakasih atas kebersamaannya.

4. Arum Sari

5. Almamater

vii

Page 9: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia

dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Penyusunan

skripsi ini bertujuan untuk mengetahui sebagai persyaratan untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan. Berkat bantuan dari berbagai pihak, kesulitan dalam

penyusunan skripsi ini dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya,

disampaikan terima kasih dan penghargaan yang teramat tulus diberikan kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta yang telah

memberikan izin penelitian.

2. Ketua Jurusan P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS yang telah

memberikan izin penelitian.

3. Bapak Drs. Partoso Hadi, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Geografi, Jurusan P.IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS

Surakarta, yang telah memberikan izin penelitian.

4. Bapak Dr. Sarwono, M.Pd., selaku pembimbing I yang dengan penuh

kesabaran telah memberikan bimbingan, petunjuk dan dorongan bagi penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Yasin Yusuf, S.Si, M.Si, selaku pembimbing II juga sebagai

pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan selama kuliah dan

dalam penyusunan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Program Studi Geografi atas bimbingan ilmu selama ini.

7. Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 9 Boyolali yang telah memberikan ijin

penelitian.

8. Mimin Triyas Winarsi, S.Pd, selaku guru geografi SMP Muhammadiyah 9

Boyolali, yang telah membantu membimbing dan mengarahkan selama

penelitian.

9. Teman-teman Geografi angkatan 2003, Tatag Widodo dan Evilyanto yang

telah memberikan bantuan selama masa penelitian hingga terselesaikannya

skripsi ini, Muryono, Eko, Tri W, Rulianto, Tonoto, Nanang, Tri Ariel, Doni,

viii

Page 10: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

Iwan, Aris si boy, Joko, Marjoko, Agus Supriyanto, Agus Sugiarto, Zaenal,

faneli, Sumanto, Dodik, Faris, Tinus, Oni, Gunawan, Budi Utomo, Heru,

Alex, Bejo, Ikshan, Budi H(Alm), Ali Warsito, Aster, Heni, Thoifah, Fitria,

Endah Martati, Nur Indah, Indah Evi, Eni Diah, Icha, Daryati, Ana

Setyaningsih, Puput, Rekyan, Yulita, Yunita, Yuni, Elis, Lilis, Anis, Rohma,

kalian teman-teman yang sangat fenomenal dan unik bagi saya, terima kasih

atas semangatnya.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi

ini, yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu.

Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi dunia kependidikan dan

dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan. Sejalan dengan harapan ini,

kami menyadari kemungkinan adanya kekurangan dan kekeliruan. Oleh

karena itu segala kritik dan saran kami nantikan dengan hormat.

Surakarta, Desember 2010

Punulis

ix

Page 11: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................................... i

HALAMAN PENGAJUAN......................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN..................................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN...................................................................................... iv

HALAMAN ABSTRAK.............................................................................................. v

HALAMAN MOTTO .................................................................................................. vi

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ................................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... x

DAFTAR TABEL........................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang Masalah................................................................................... 1

B Perumusan Masalah ........................................................................................ 4

C Tujuan Penelitian ............................................................................................. 4

D Manfaat Penelitian ........................................................................................... 4

BAB II LANDASAN TEORI

A Tinjauan Pustaka ............................................................................................. 5

1. Hasil Belajar Geografi .............................................................................. 5

2. Keaktivan Belajar....................................................................................... 7

3. Model Terprogram ..................................................................................... 10

B Penelitian Yang Relevan .................................................................................. 24

C Kerangka Pemikiran......................................................................................... 27

D Hipotesis ......................................................................................................... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A Seting Penelitian............................................................................................... 30

1. Tempat Penelitian ...................................................................................... 30

2. Waktu Penelitian ........................................................................................ 30

x

Page 12: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

3. Subyek Penelitian....................................................................................... 30

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ......................................................................... 31

C. Sumber Data..................................................................................................... 32

D. Teknik Pengumpulan Data............................................................................... 32

E. Teknik Analisis Data........................................................................................ 35

F. Indikator Kinerja .............................................................................................. 36

G. Prosedur Penelitian .......................................................................................... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian............................................................................. 41

B. Kondisi Awal Keaktivan Belajar Dan Hasil Belajar Siswa ............................. 42

1. Hasil Belajar Sebelum Diberikan Tindakan............................................... 42

2. Keaktivan Belajar Sebelum Diberikan Tindakan....................................... 42

C. Diskripsi Hasil Tindakan Siklus I .................................................................... 43

D. Diskripsi Hasil Tindakan Siklus II................................................................... 50

E. Perbandingan Antar Siklus............................................................................... 56

F. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................................... 57

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 62

B. Implikasi........................................................................................................... 62

C. Saran................................................................................................................. 63

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 64

LAMPIRAN................................................................................................................. 67

xi

Page 13: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. bentuk-bentuk pembelajaran berprogram tipe linier ...................................... 14

Tabel 2. bentuk-bentuk bingkai metode berprogram tipe linier................................... 14

Tabel 3. Contoh metode terprogram tipe linier........................................................... 16

Tabel 4. Bentuk pembelajaran berprogram tipe bercabang ......................................... 18

Tabel 5. Contoh pembelajaran berprogram tipe bercabang ......................................... 19

Tabel 6. Perbedaan penelitian oleh peneliti dengan penelitian sebelumnya................ 22

Tabel 7. Tahap Pelaksanaan Penelitian........................................................................ 26

Tabel 8. lembar keaktivan belajar ................................................................................ 29

Tabel 9. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siklus I................................................................ 30

Tabel 10. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siklus II ............................................................ 31

Tabel 11. Keaktivan Belajar Sebelum Tindakan.......................................................... 38

Tabel 12. Keaktivan Belajar Siklus I ........................................................................... 41

Tabel 13. Evaluasi capaian materi pada Siklus I.......................................................... 42

Tabel 14. Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal siklus I...................................... 43

Tabel 15. Keberhasilan, Kekurangan, dan Perencanaan Ulang Siklus I...................... 44

Tabel 16.Keaktivan belajar siklus II ............................................................................ 47

Tabel 17 evaluasi capaian materi pada siklus II........................................................... 48

Tabel 18. Ketuntasan Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Kelas VII B Pada Siklus II

Secara Klasikal ............................................................................................ 49

Tabel 19. Keberhasilan, Kekurangan, dan Perencanaan Ulang Siklus II..................... 50

Table 20. Perbandingan antar siklus ............................................................................ 51

Tabel 21. Perbandingan persentase keaktivan belajar siswa siklus I dan siklus II ...... 53

Tabel 22. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar ............................................... 54

Tabel 23. Perbandingan Ketuntasan Belajar Secara Klasikal ...................................... 56

Halaman

xii

Page 14: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema pembelajaran teks terprogram tipe linier........................................ 13

Gambar 2. Skema pembelajaran metode berprogram tipe bercabang ......................... 17

Gambar 3. Skema kerangka pemikiran ........................................................................ 25

Gambar 4. Skema prosedur penelitian ......................................................................... 36

Gambar 5. Histogram Prosentase Hasil Evaluasi Siklus I ........................................... 42

Gambar 6. Histogram Persentase Hasil Evaluasi Siklus II .......................................... 48

Gambar 7. Histogram Perbandingan Persentase Keaktivan Belajar Siswa

Pada Siklus I ............................................................................................... 54

Gambar 8. Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Siklus I Dab Siklus II................... 55

Gambar 9. Histogram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Tes Siklus I

dan Tes Siklus II Secara Klasikal ............................................................... 56

Halaman

xiii

Page 15: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dari keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah, kegiatan pokok yang

harus dilaksanakan adalah proses belajar-mengajar. Syah (1995: 93)

mengemukakan “Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam

setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada

pendidikan”. Menurut Usman (1991: 1) proses belajar-mengajar merupakan inti

dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang

peranan utama.

Syah (1995:132) mengidentifikasi ada tiga faktor yang mempengaruhi

belajar siswa, yaitu : faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan

belajar. Faktor internal yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor

eksternal meliputi kondisi lingkungan di sekitar siswa. Sedangkan faktor

pendekatan belajar menyangkut jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi

dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran

materi-materi pembelajaran.

Model pembelajaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

proses belajar siswa, karena model pembelajatan merupakan sarana untuk

melibatkan siswa secara efektif di dalam proses belajar-mengajar sehingga proses

pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Aunurrahman (2009:140)

mengemukakan “keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari

kemampuan guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi

pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses

pembelajaran”.

Kesesuaian model belajar dengan bahan yang di ajarkan akan mampu

menimbulkan dampak positif terhadap berlangsungnya kegiatan belajar mengajar,

sehingga akan mempermudah proses transformasi ilmu, yang ditandai dengan

meningkatnya hasil belajar siswa. Aunurrahman (2009: 143) mengemukakan

1

Page 16: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

“penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorong tumbuhnya rasa

senang siswa terhadap pelajaran, menumbuhkan dan meningkatkan motivasi

dalam mengerjakan tugas, memberikan kemudahan bagi siswa untuk memahami

pelajaram sehingga memungkinkan siswa mencapai hasil belajar yang lebih baik.

Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan merangsang dan

menumbuhkan keaktivan belajar siswa. Model pembelajaran apapun yang

digunakan guru haruslah mengacu pada siswa aktif, artinya guru harus melibatkan

siswa secara intelektual-emosional. Aunurrahman (2009: 140)

mengemukakan:“pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya

bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa

dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil

belajar dan prestasi yang optimal”. Model pembelajaran terprogram merupakan

suatu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, karena dalam model ini

melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar. Menurut Muntasir

(1985:38) Pengajaran terprogram merupakan sumber pembelajaran yang sangat

kuat dan penuh potensi. Teknik-teknik pembuatan program menjamin bahwa

siswa akan belajar.

Model pembelajaran terprogram merupakan suatu teknik pembelajaran

yang pada prinsipnya disusun kedalam bingkai-bingkai yang berisikan suatu

pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Klaus dalam Muntasir (1985:29)

mengemukakan ”Aliran yang didukung Skiner ini, menghasilkan program yang

ditandai adanya ”frame” atau bingkai, sebagai langkah kecil. Pada waktu belajar

siswa membaca pelajaran dalam bingkai itu, menulis tanggapannya, kemudian

membuka halaman berikutnya untuk melihat jawaban yang seharusnya (kunci

jawaban) sebagai ”reinforcement” terhadap jawaban yang telah ia lakukan”.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

terprogram merupakan suatu teknik pembelajaran yang melibatkan siswa secara

aktiv dalam proses belajar-mengajar. Muntasir (1985:40) mengemukakan

”Pengajaran terprogram akan merupakan alternatif untuk menuju pendidikan yang

lebih baik”.

Page 17: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan analisis dokumen nilai geografi kelas VII B pada kompetensi

dasar pemanfaatan lapisan atmosfer, diketahui bahwa hasil belajar kelas VII B

SMP Muhammadiyah 9 Boyolali paling rendah dibandingkan dengan kelas VII

yang lain yaitu sebesar 64 dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar

40%. Hal ini menunjukkan bahwa 60% siswa belum tuntas, dengan kriteria

ketuntasan minimal sebesar 65. Kurang optimalnya hasil belajar kelas VII B

disebabkan karena : a) penyajian materi dengan mengunakan metode ceramah

kurang mendorong siswa aktif, b) proses pembelajaran lebih terpusat kepada guru

sehingga siswa kurang terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar, c)

kurang optimalnya keaktivan belajar siswa. Daftar nilai siswa pada kompetensi

dasar pemanfaatan lapisan atmosfer dapat dilihat pada lampiran 4.

Pada observasi keaktivan belajar sebelum diberikan tindakan awal di

kelas VII B, rata-rata keaktivan belajar sebesar 35,83%. Hal ini menunjukkan

keaktivan belajar siswa kelas VII B masih rendah. Lembar observasi keaktivan

belajar sebelum tindakan dapat lihat pada lampiran 16.

Untuk mengatasi hal tersebut, maka guru geografi sebagai tenaga pengajar

dan pendidik hendaknya selalu meningkatkan kualitas profesionalnya, yaitu

dengan memberikan kesempatan belajar kepada siswa dengan melibatkannya

secara aktif dalam proses belajar-mengajar. Budiningsih (2005:48)

mengemukakan ”Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses

belajar amat diperhitungkan, agar belajar lebih bermakna bagi siswa”.

Dari uraian di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan

judul "PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TERPROGRAM UNTUK

MENINGKATKAN KEAKTIVAN DAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI PADA

KOMPETENSI DASAR CUACA DAN IKLIM SMP MUHAMMADIYAH 9

BOYOLALI TAHUN AJARAN 2009/2010".

Page 18: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Perumusan Masalah

1. Apakah penggunaan model pembelajaran terprogram dapat meningkatkan

keaktivan belajar siswa kelas VII B pada kompetensi dasar cuaca dan iklim

SMP Muhammdiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010?

2. Apakah penggunaan model pembelajaran terprogram dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas VII B pada kompetensi dasar cuaca dan iklim SMP

Muhammdiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatkan keaktivan

dan hasil belajar siswa kelas VII B semester II SMP Muhammadiyah 9 Boyolali

Tahun Ajaran 2009/2010 dengan menggunakan model pembelajaran terprogram.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

a. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan serta

mendukung teori – teori yang telah ada sehubungan dengan masalah yang di

teliti sebelumnya.

b. Sebagai masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian lebih lanjut bagi penelitian yang

lain.

2. Manfaat Praktis

a. Meningkatkan hasil belajar geografi.

b. Sebagai bahan masukan bagi para guru bahwa dalam menigkatkan hasil

belajar siswa dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah

penerapan model pembelajaran terprogram.

c. Sebagai bahan kajian bagi penentuan kebijakan dalam mengevaluasi dan

mengembangkan kualitas pembelajaran.

Page 19: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hasil Belajar Geografi

Hasil belajar merupakan hasil akhir yang dicapai oleh anak didik dalam

mengikuti seluruh program studi yang telah direncanakan dalam rangkaian

kegiatan belajar, bisa dinyatakan dengan nilai-nilai yang diperoleh melalui tes

formatif. Tes formatif diperoleh melalui ujian formatif yang memuat sebagian

bahan pelajaran untuk mencapai sebagian bidang hasil belajar (Masidjo,1995: 25).

Sedangkan menurut Sudjana (1995: 22) hasil belajar adalah kemampuan-

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Kingsley dalam Sudjana (1995: 22) membagi tiga macam hasil belajar

yakni, ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, sikap dan cita-

cita. Meunurut Simsek (2009:81). The “achievements”, which concrete the

content of these learning fields, are comprised of knowledge, skills, attitudes and

values which the students are expected to obtain/ develop in learning process via

planned and organized experiences. Ruang lingkup hasil belajar pada dasarnya

meliputi pengetahuan, kemampuan, sikap dan nilai siswa didalam proses

pembelajaran.

Sudjana (1995: 22-23) mengemukakan “Klasifikasi hasil belajar dari

Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yakni

ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan

dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan

atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Ranah afektif

berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni jawaban atau reaksi,

penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan

hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah

psikomotorik, yakni gerak refleks, ketrampilan gerak dasar, kemampuan

5

Page 20: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan

gerakan ekspresif dan interpretatif".

Geografi merupakan cabang ilmu sosial yang mengakji tentang aspek ruang

dan tempat pada berbagai skala dipermukaan bumi, secara sederhana pengajaran

geografi di sekolah adalah geografi yang diajarkan ditingkat sekolah dasar dan

menengah. Oleh karena itu penjabaran konsep-konsep pokok-pokok bahasannya

disesuaikan dan diserasikan dengan tingkat pengalaman dan perkembangan

mental siswa pada jenjang pendidikan yang bersangkutan (Sumaatmaja,1997:12).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar geografi

merupakan kemampuan–kemampuan yang dimiliki siswa dalam suatu jenjang

pendidikan tertentu, setelah proses pembelajaran geografi yang berlangsung di

sekolah.

Model pembelajaran terprogram merupakan suatu alternatif untuk

meningkatkan hasil belajar siswa, karena dalam model pembelajaran ini siswa

dilibatkan secara aktiv dalam proses belajar-mengajar. Menurut Muntasir

(1985:38) Pengajaran terprogram merupakan sumber pembelajaran yang sangat

kuat dan penuh potensi. Teknik-teknik pembuatan program menjamin bahwa

siswa akan belajar. Sedangkan menurut Winkel (1991:427) pengajaran terprogram

merupakan suatu sistem belajar yang memungkinkan siswa untuk mempelajari

materi tertentu, yang telah terbagai atas bagian-bagian kecil yang dirangkaikan

secara berurutan, demi mencapai suatu tujuan tertentu. Setiap bagian merupakan

suatu mata rantai; sejumlah mata rantai yang telah dirangkaikan menurut urutan

tertentu, merupakan suatu “program”. Pada setiap mata rantai dalam program,

siswa mempelajari sendiri uraian tertulis secara sigkat dan kemudian memberikan

jawaban atas suatu pertanyaan atau soal, biasanya secara tertulis pula; atas

jawaban siswa itu segera mendapat umpan balik (feedback). Dengan mempelajari

keseluruhan mata rantai, masing-masing siswa akan mencapai tujuan instruksional

yang telah ditentukan, tanpa mutlak perlu mendapat pendampingan atau

bimbingan belajar (insttuctional guidance) dari guru dan menurut kecepatannya

sendiri-sendiri (sel-pacing). Sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran

terprogram dapat membantu siswa dalam peningkatan hasil belajar geografi.

Page 21: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

2. Keaktivan Belajar

Anonim (1999:19) mengartikan ”keaktivan adalah kegiatan, kesibukan

dalam bekerja, atau berusaha. Jadi keaktifan belajar yaitu kegiatan atau kesibukan

siswa dalam mengikuti pelajaran, berkat adanya interaksi antara siswa dengan

siswa, siswa dengan guru dan siswa dengan lingkungannya. Sukidin, dkk

(2002:156) mengemukakan ”Prinsip belajar aktif diartikan sebagai pmbelajaran

yang melibatkan siswa secara fisik, mental (pemikiran dan perasaan) dan sosial

serta dengan tingkat perkembangannya secara sistematis”.

Aktivitas belajar merupakan semua kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang siswa dalam konteks belajar untuk mencapai tujuan. Tanpa ada

aktivitas maka proses belajar tidak akan berlangsung dengan baik. Aktivitas

siswa dalam proses belajar mengajar tidak hanya mendengarkan dan mencatat

saja. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan siswa dalam belajar, maka proses

pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Menurut Sardiman (2004: 95) tidak

ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip

atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Sardiman

(2004: 96) mengemukakan “Dalam belajar perlu ada aktivitas, sebab pada

prinsipnya belajar adalah berbuat, untuk mengubah tingkah laku. Tidak ada

belajar kalau tidak ada aktivitas”.

Proses pembelajaran merupakan sutu hubungan timbal-balik antara guru

dan siswa, hal ini dilakukan karena untuk merangsang keaktivan belajar siswa,

sehingga siswa tidak pasif selama proses pembelajaran berlangsung. Sudjana

(1995: 61) mengemuakakan ”Interaksi guru-siswa berkenaan dengan komukasi

atau hubungan timbal-balik atau hubungan dua arah antara siswa dan guru dan

atau siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan belajar-mengajar”.

Sedangkan menurut Usman (1991: 1) proses belajar-mengajar merupakan suatu

proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar

hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai

tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal-balik antara guru dan siswa itu

merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar.

Page 22: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Guru merupakan penanggung jawab kegiatan proses pembelajaran di

dalam kelas. Sebab gurulah yang langsung memberikan kemungkinan bagi para

siswa belajar dengan efektif melalui pembelajaran yang dikelolanya. Dalam

konteks ini Nana Sudjana yang dikutip Wijaya dan Tabrani mengemukakan

sebagai berikut: Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran

masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran

belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun komputer yang

paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur manusiawi seperti sikap,

sistem nilai, perasaan, motivasi kebiasaan dan lain-lain yang merupakan hasil dari

proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa guru memegang peranan penting

terhadap proses belajar siswa melalui pembelajaran yang dikelolanya. Untuk itu

guru perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi

yang baik dengan siswa, agar mereka dapat melakukan berbagai aktivitas belajar

dengan efektif. Sudjana (1995: 62) mengemukakan bahwa “Ketrampilan atau

kemampuan guru mengajar merupakan puncak keahlian guru yang profesional

sebab merupakan penerapan semua kemampuan yang dimilikinya dalam hal

pengajaran, komunikasi dengan siswa, metode mengajar. Beberapa indikator

dalam menilai kemampuan ini antara lain adalah : 1) menguasai bahan pelajaran

yang disampaikan kepada siswa, 2) terampil berkomunikasi dengan siswa, 3)

menguasai kelassehingga dapat mengendalikan kegiatan siswa, 4) terampil

mengunakan alat dan sumber belajar, 5) terampil mengajukan pertanyaan, baik

lisan maupun tulisan”.

Menurut Hoang (2009:6 ). Classroom management describes a teacher’s

efforts to oversee classroom activities such as learning, social interaction, and

student behavior. Penguasaan kelas guru merupakan usaha guru untuk mengawasi

aktivitas siswa dalam pembelajaran, interaksi sosial serta tingkah laku siswa.

Keikutsertaan siswa dalam proses belajar-mengajar akan menumbuhkan

keaktivan belajar dalam proses belajar-mengajar. Aktivitas siswa ditunjukkan

dengan berbagai tindakan atau kegiatan yang mendukung proses pembelajaran,

seperti memperhatikan penjelasan materi pembelajaran, berbicara yang relevan

Page 23: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

dengan materi pembelajaran dan mengerjakan tugas sesuai dengan materi yang

diberikan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:45), keaktivan belajar

dikelompokkan menjadi dua yaitu kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan

fisik berupa membaca, mendengarkan, menulis, berlatih ketrampilan-ketrampilan

dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis meliputi menggunakan khasanah

pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi,

membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan,

dan kegiatan psikis yang lain.

Paul. B. Diedrich dalam Sardiman (2004:101) membuat suatu daftar yang

berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai

berikut:

1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin.

5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan

percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun,

beternak.

7) Emotional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup.

Menurut Sudjana (1995:61) penilaian proses beljar-mengajar terutama

adalah melihat sejauh mana keaktivan siswa dalam mengikuti proses belajar-

mengajar. Keaktivan siswa dapat dilihat dalam hal:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya

2) Terlibat dalam pemecahan masalah

Page 24: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami

persoalan yang dihadapinya

4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan

masalah

5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru

6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya

7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis

8) Kesempatan mengunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya

dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya

Dalam penelitian ini keaktivan belajar yang diukur yaitu keaktivan belajar

dalam kegiatan fisik, yaitu meliputi tingkat kehadiran siswa dalam mengikuti

proses belajar-mengajar, menjawab pertanyaan guru, memberikan tanggapan atas

pertanyaan siswa lainnya, mengerjakan soal di depan kelas, mengerjakan tugas,

serta aktif bertanya dalam kegiatan belajar mengajar.

3. Model pembelajaran terprogram

Gino, dkk (1999: 32) mengemukakan “Pembelajaran merupakan usaha

sadar dan disengaja untuk membuat siswa belajar dengan jalan mengaktifkan

faktor intern dan faktor ektern dalam kegiatan belajar-mengajar”. Menurut Syah

(1995:132) secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa

dibedakan menjadi tiga macam. 1) faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni

keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa 2) faktor eksternal, (faktor dari luar

siswa) yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa dan faktor 3) faktor pendekatan

belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi

strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

pembelajaran materi-materi pembelajaran.

Pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai

tujuan pembelajaran. Pembelajaran bukan hanya berasal dari guru saja tetapi juga

sumber belajar lainnya. Pengajaran terbatas pada hal-hal yang dilakukan guru

sehingga fungsi guru hanyalah salah satu bentuk dari pembelajaran. Pembelajaran

tidak terbatas pada kelas formal saja melainkan juga kegiatan belajar yang bersifat

non formal dan tidak menuntut keharusan adanya guru secara fisik.

Page 25: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Menurut Hamalik (2003:57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan

prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia

terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya

misalnya tenaga labolatorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis, dan

kapur, fotografi, slide dan film, audio dan vidio tape. Fasilitas dan perlengkapan,

terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur,

meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan

sebagainya. Dijelaskan kembali oleh Hamalik (2001:64), tujuan pembelajaran

adalah mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakat, sedangkan sekolah

berfungsi untuk mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan mereka dan untuk

memecahkan masalah sehari-hari dalam lingkungan masyarakat.

Pembelajaran akan senantiasa berkenaan dengan bagaimana

menyampaikan isi materi. Menurut Suparman (2001:168) pembelajaran

dikembangkan dari empat komponen utama, yaitu: urutan kegiatan, metode,

media dan waktu. Komponen utama yang pertaman yaitu urutan kegiatan

pembelajaran mengandung beberapa komponen, yaitu: pendahuluan, penyajian,

dan penutup, sebagai berikut: Pendahulan, terdiri dari: 1) Penjelasan singkat

tentang isi pelajaran, 2) Penjelasan relevansi isi pelajaran dengan pengalaman

peserta didik, 3) Penjelasan tujuan pembelajaran. Penyajian berisikan: 1) uraian,

2) contoh, 3) latihan. Penutup terdiri dari 1) tes formatif dan umpan balik, (8)

tindak lanjut. Komponen utma yang kedua adalah metode pembelajaran yang

terdiri dari atas berbagai metode yang digunakan dalam setiap langkah pada

urutan kegiatan pembelajaran. Dalam setiap langkah dapat menggunakan satu atau

lebih metode yang digunakan. Komponen utama yang ketiga yaitu media

pembelajaran, berupa media cetak atau audiovisual yang digunakan dalam setiap

langkah urutan kegiatan pembelajaran. Komponen keempat adalah waktu yang

digunakan pada setiap langkah urutan kegiatan pembelajaran.Gane dan Briggs

yang dikutip Suparman (2001:166) menyebutkan sembilan urutan pembelajaran,

yaitu: 1) Memberi motivasi atau menarik perhatian, 2) Menjelaskan tujuan

pembelajaran, 3) Mengingatkan kompetensi prasyarat, 4) Memberi stimulus, 5)

Page 26: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

Memberi petunjuk belajar, 6) Menimbulkan penampilan peserta didik, 7)

Memberi umpan balik, 8) Menilai penampilan, dan 9) Menyimpulkan.

Menurut Donald P.Elly dan Gerlach, pengajaran terprogram ialah

penggunaan bahan-bahan yang diprogramkan (atau disebut program saja) untuk

mencapai tujuan pendidikan (Muntasir, 1985 : 27). Bahan-bahan yang

diprogramkan bisa berupa teks, modul, pita cassette, atau gambar-gambar. Untuk

mengetahui hasilnya, disediakan beberapa bahan yang dapat menerangkan

jawaban yang benar atau menunjukkan untuk terus pada item atau bingkai

berikutnya, yang dengan demikian memberi tanda telah diselesaikannya item

sebelumnya atau bingkai sebelumnya.

Pengajaran terprogram merupakan salah satu sistem pengajaran yang

dalam pembelajarannya mengunakan frame-fame atau bingkai-bingkai yang

secara garis besar berisikan informasi serta pertanyaan yang harus dijawab oleh

siswa. Setiap bingkai disusun secara berurutan sehingga membentuk suatu mata

rantai. Menurut Wijaya, dkk (1988:69-70) bahan pengajaran terprogram yang

disusun oleh Skiner terdiri atas beberapa bagian kecil yang disebut dengan Frame

atau bingkai. Bahan itu disusun dari yang paling mudah kepada yang paling sulit.

Tiap bingkai mengandung tiga unsur tiap bingkai mengandung tiga unsur, yaitu

(a) informasi yang merupakan sesuatu yang disampaikan atau diajarkan kepada

murid, (b) pertanyaan sebagai bahan latihan yang harus dijawab atau direspon

oleh mrid, dan (c) respon yang berfungsi sebagai kunci jawaban. Dengan adanya

kunci jawaban, murid dapat mencocokkan apakah jawabannya itu benar atau

salah.

Menurut Winkel (1991:427) pengajaran terprogram merupakan suatu

sistem belajar yang memungkinkan siswa untuk mempelajari materi tertentu, yang

telah terbagai atas bagian-bagian kecil yang dirangkaikan secara berurutan, demi

mencapai suatu tujuan tertentu. Setiap bagian merupakan suatu mata rantai;

sejumlah mata rantai yang telah dirangkaikan menurut urutan tertentu, merupakan

suatu “program”.

Dalam pengajaran terprogram terdapat dua model atau tipe, yaitu tipe

linier yang pertama kali diperkenalkan oleh Skinner dan tipe branching yang

Page 27: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

pertama kali diperkenalkan oleh Crowder. Perhatikan uraian masing-masing tipe

dibawah ini:

a) Model Pembelajaran Terprogram Tipe Linear

Model terprogram tipe linier pertama kali diperkenalkan oleh Skiner pada

tahun 1971 (Muntasir, 1985 : 27). Model ini disebut tipe linier, sebab dalam

mencapai tujuan pembelajarannya siswa hanya menghadapi satu bingkai secara

urut dan terus menerus mulai bingkai pertama sampai bingkai terakhir atau

bingkai terminal. Dengan demikian kemampuan siswa berkembang setapak demi

setapak seiring dengan nomor bingkai yang dihadapi. Menururt Winkel

(1991:427) dalam rangka pola ini, siswa menyelesaikan isi suatu program yang

terdiri atas sejumlah mata rantai yang telah diurutkan dalam sekuensi yang pasti

dan tidak berubah-ubah, seolah-olah siswa disalurkan melalui jalan yang lurus

menuju ketujuan tanpa berbelok-belok (linier). Bila kita gambarkan tipe ini akan

terlihat sebagai berikut:

Gambar1. Skema Pembelajaran Teks Terprogram Tipe Linier

Ciri tipe tipe linier ini menggunakan “frame-frame” atau bingkai-bingkai

sebagai langkah-langkah dalam pembelajarannya. Tiap bingkai mengandung tiga

unsur, yaitu (1) informasi yang merupakan sesuatu yang disampaikan atau

diajarkan kepada murid, (2) pertanyaan sebagai bahan latihan yang harus dijawab

atau direspons oleh murid, dan (3) respons yang berfungsi sebagai kunci jawaban.

Dengan adanya kunci jawaban, murid dapat mencocokkan apakah jawabannya itu

benar atau salah. Menurut Wijaya, dkk (1988:69-70) bahan pengajaran terprogram

yang disusun oleh Skiner terdiri atas beberapa bagian kecil yang disebut dengan

Frame atau bingkai. Bahan itu disusun dari yang paling mudah kepada yang

paling sulit. Tiap bingkai mengandung tiga unsur tiap bingkai mengandung tiga

unsur, yaitu (a) informasi yang merupakan sesuatu yang disampaikan atau

diajarkan kepada murid, (b) pertanyaan sebagai bahan latihan yang harus dijawab

1 2 3 4 5 6 7 8

Wijaya,dkk. (1988:71)

Page 28: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

atau direspon oleh mrid, dan (c) respon yang berfungsi sebagai kunci jawaban.

Dengan adanya kunci jawaban, murid dapat mencocokkan apakah jawabannya itu

benar atau salah

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat bentuk-bentuk bingkai tipe linier

dibawah ini :

Tabel 1. Bentuk-Bentuk Pembelajaran Terprogram Tipe Linier

Program Skinner ini juga ditandai adanya petunjuk untuk menjawab soal

yang disebut “cue” pada setiap langkah belajar untuk menjamin munculnya

jawaban yang tepat yang berarti juga mencegah penjawaban yang salah (Muntasir

1985:29). Menurut Klaus dalam Muntasir (1985:29) aliran yang didukung

Skinner ini menghasilkan program yang ditandai adanya “frames” atau bingkai,

sebagai langkah kecil. Pada waktu belajar, siswa hanya menghadapi satu bingkai

saja. Siswa membaca pelajaran dalam bingkai itu, menulis tanggapannya,

kemudian membuka halaman berikutnya untuk melihat jawaban yang seharusnya

(kunci jawaban) sebagai “reinforcement” terhadap jawaban yang telah ia lakukan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

Tabel 2. Bentuk-Bentuk Bingkai Metode Terprogram Tipe Linier

Bingkai-1

Respon

(berisikan kunci jawaban

bingkai 1)

Pertanyaan : ………………………………

(Sesuatu yang harus dijawab oleh siswa)

Informasi : ……………………………………

(berisi materi pelajaran yang akan disampaikan

kepada siswa)

Wijaya (188:70)

C. Respon

no.3

A. Unit Informasi

no.4

B. Pertanyaan

no.4

C. Respon

no.2

A. Unit Informasi

no.3

B. Pertanyaan no.3

Page 29: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

Wijaya, dkk (1988: 69-70) mengemukakan “Pada tiap bingkai tipe linier

mengandung tiga unsur, yaitu: 1) informasi, yang merupakan sesuatu yang

disampaikan atau diajarkan kepada murid, 2) pertanyaan sebagai bahan latihan

yang harus dijawab atau direspons oleh murid, dan 3) respons yang berfungsi

sebagai kunci jawaban serta penguatan “reinforcement” bagi siswa. Penguatan

ini diberikan dengan segera, supaya terbentuk pertanyaan dan jawaban siswa.

Untuk itu agar tercipta “reinforcement” atau penguatan siswa harus mengetahui

langkah-langkah atau rute pada setiap bingkai, serta mampu menyelesaikan setiap

bingkai pada tipe linier ini. Langkah-langkah tersebut yaitu:

1. murid mempelajari bahan pelajaran yang tercantum pada unit informasi.

Setipa unit informasi mengandung suatu penjelasan tentang suatu materi yang

disertai contoh-contoh untuk memperjelas materi tersebut.

2. langkah kedua, setelah murid mempelajari materi pada unit informasi tersebut,

ia dihadapkan dengan tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan atau

dijawabnya sebagai bahan latihan sehubungan dengan materi yang baru

diperlajari.

3. pada langkah ketiga murid mencocokkan jawaban atau hasil pekerjaannya

dengan kunci yang tercantum pada bingkai berikutnya atau pada bingkai itu

juga. Dengan demikian, murid akan dengan segera mengetahui apakah

jawaban itu benar atau tidak. Setelah ketiga langkah itu ditempuh, murid baru

boleh melanjutkan kegiatan belajar kebingkai berikutnya. Murid mempelajari

Bingkai-2

Respon

(berisikan kunci jawaban

bingkai 2)

Pertanyaan : ………………………………

(Sesuatu yang harus dijawab oleh siswa)

Informasi : ……………………………………

(berisi materi pelajarn yang akan disampaikan

kepada siswa serta petunjuk untuk menjawab soal

pada bingkai 1)

Page 30: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

bahan pelajaran mulai dari bingkai pertama, kedua, ketiga dan seterusnya,

sampai bingkai yang paling akhir yang disebut dengan bingkai terminal.

Di bawah ini contoh model pembelajaran terprogram tipe linear :

Tabel 3. Contoh Model Pembelajaran Terprogram Tipe Linier

����������

Ilmu pengetahuan yang mempelajari iklim disebut ....

a. geomorfologi c. Meteorologi

b. klimatologi d. Astronomi

b. klimatologi Di Indonesia keadaan cuaca selalu diumumkan

untuk jangka waktu sekitar 24 jam melalui prakiraan

cuaca yang dikembangkan oleh Badan Meteorologi

Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

���������

Di bawah ini yang termasuk faktor pembentuk cuaca

dan iklim, kecuali ....

a. curah hujan c. kelembaban udara

b. tekanan udara d. lapisan udara

d. Lapisan udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

(BMKG) ini bertugas menyelidiki dan mencatat

keadaan seperti :

1. suhu udara 3. tekanan udara

Page 31: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

b) Model Pembelajaran Terprogram Tipe Cabang

Model terprogram tipe cabang pertama kali diperkenalkan oleh Crowder

pada tahun 1977 (Muntasir, 1985: 31). Winkel (1991: 422) mengemukakan

“Dalam pola pengajaran berprograma yang dikembangkan oleh Crowder, siswa

juga bekerja sendiri-sendiri tanpa bantuan langsung dari guru, tetapi tidak semua

siswa mengikuti rangkaian langkah-langkah atau mata rantai yang sama. siswa

disalurkan melalui jalan yang berbeda-beda, tergantung dari kesalahan yang

dibuat ; siswa yang tidak membuat kesalahan akan maju dengan lebih cepat dari

pada siswa yang membuat kesalahan. Maka pola pengajaran berprograma ini

dikenal sebagai “Program Bercabang’ (branching program)”.

Di bawah ini skema pembelajaran terprogram tipe bercabang:

Gambar 2. Skema Pembelajaran Metode Terprogram Tipe Bercabang

Winkel (1991:432) mengemukakan ”Dalam pola program bercabang,

setiap langkah atau mata rantai berakhir pada suatu pertanyaan yang berbentuk

pilihan ganda (multiple choice). Siswa memilih salah satu dari alternatif jawaban

yang disediakan. Kalau pilihan tepat, siswa terus mengerjakan langkah atau mata

rantai berikutnya; kalau salah, siswa disuruh berhenti dan melihat bagian lain.

Bila program dituangkan dalam bentuk buku, siswa yang telah menjawab betul

boleh melanjutkan kehalaman tertentu; bila siswa telah menjawab salah, dia

disuruh melihat halaman lain, dimana disajikan penjelasan tentang jenis kesalahan

yang dibuat. Kemudian, siswa yang mula-mula memilih salah, mengerjakan

pertanyaan semula sekali lagi dan membuat pilihan baru”.

7

5

1 4 11

2 10

3 8 6

9

16

14

15

13

12

Wijaya, dkk (1988:75)

Page 32: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Di bawah ini contoh bentuk pembelajaran tipe bercabang :

Tabel 4. Bentuk Pembelajaran Terprogram Tipe Bercabang

Wijaya, dkk (1988: 75) mengemukakan ”Tipe brangching atau bercabang

juga terdiri dari frames-frames atau bingkai-bingkai, pada tiap bingkai juga

terdapat tiga unsur, yaitu (1) informasi, pada tipe ini tidak sesingkat pada tipe

linier, tetapi lebih luas dan lebih banyak. (2) pertanyaan, berisikan pertanyaan

sehubungan dengan informasi di atasnya. Disini berbeda dengan tipe linier, sebab

tiap pertanyaan disertai beberapa kemungkinan jawaban yang dapat dipilih oleh

siswa, dan setiap item jawaban mempunyai rute yang berbeda dengan item

jawaban yang lain. (3) pengecekan, dalam tipe linier terdapat respons yang

berfungsi sebagai kunci jawaban. Dalam tipe ini murid tinggal memilih sejumlah

kemungkinan jawaban yang terdapat pada setiap bingkai. Pengecekan kadang-

kadang hanya berupa kata-kata yang membenarkan atau yang menyalahkan

respons murid. Akan tetapi, selalu disertai penjelasan yang menerangkan mengapa

jawaban atau respon itu benar atau salah”.

Dijelaskan lebih lanjut oleh Wijaya,dkk (1988: 75) cara belajar dengan tipe

bercabang ini yaitu:

1. langkah pertama yang dilakukan murid ialah mempelajari petunjuk yang

ditulis pada halaman-halaman pertama.

2. langkah kedua, murid mempelajari informasi yang disajikan didalam

bingkai pertama, kemudian memberikan respons atas pertanyaan yang

tercantum pada bingkai tersebut dan memilih salah satu kemungkinan

Bingkai no. 6

C. Pengecekan no. 4

Tugas untuk kembali

ke no. 4

Bingkai no. 8

C. Pengecekan no. 4

A. Unit Informasi

B. Pertanyaan di sertai

kemungkinan jawaban

Bingkai no. 4

C. Pengecekan no. 2

A. Unit Informasi

B. Pertanyaan di sertai

kemungkinan jawaban

Wijaya,dkk. (1988:75)

Page 33: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

jawaban yang tersedia. Setiap kali murid memilih salah satu kemungkinan

jawaban, ia disuruh mengeceknya pada bingkai lain yang telah ditentukan.

3. langkah ketiga, murid mengecek responsnya itu pada bingkai yang telah

ditentukan sesuai dengan pilihannya tadi. Dalam hal ini, rute yang

ditempuh murid akan berbeda-beda sesuai dengan pilihannya masing-

masing. Dibawah ini contoh teks terprogram tipe bercabang.

Tabel 5. Contoh Model Pembelajaran Terprogram Tipe Bercabang

Wijaya,dkk (1988: 73-74) mengemukakan antara pendapat Skinner dan

pendapat Crowder terdapat beberapa perbedaan. beberapa perbedaan yang dicatat

ialah:

����������

Arah angin yang terdapat pada suatu tempat akan

mengikuti hukum....

a. Hukum Boys Ballot (lihat bingkai-5)

b. Hukum Boyle (lihat bingkai-7)

c. Hukum Gravitasi (lihat bingkai-4)

d. Hukum Kepler (lihat bingkai-6)

a. Hukum Boys

Ballot

Angin adalah udara yang bergerak horizontal

(sejajar dengan permukaan bumi).

���������

c. Anemometer Menurut Hukum Buys Ballot, gerakan angin

mengikuti suatu ketentuan yang dinyatakan sebagai

berikut: “angin bertiup dari daerah yang bertekanan

maksimum menuju daerah yang bertekanan minimum,

di belahan bumi utara membelok ke kanan dan di

belahan bumi selatan membelok ke kiri.

Alat untuk mengukur kecepatan angin disebut….

a. Barometer (lihat bingkai-2)

b. Termometer (lihat bingkai-3)

c. Anemometer (lihat bingkai-8)

d. Higrometer (lihat bingkai-9)

Page 34: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

1. Skinner berpendapat bahwa di dalam proses belajar anak harus diusahakan

agar terhindar dari berbuat kesalahan karena kesalahan atau kegagalan dapat

menghambat kamajuan anak dan mengurangi kegairahan anak dalam belajar.

dalam hal ini Crowder berbeda dengan Skinner. Crowder berpendapat bahwa

anak tidak selalu harus merespons dengan benar ; ia akan belajar pula dari

kesalahan atau kegagalan yang diperbuatnya. yang penting ialah anak harus

mendapat kejelasan mengapa perbuatannya itu disalahkan atau dibenarkan.

jadi, bila anak merespons dengan salah, ia akan segera mengetahui mengapa

responsnya salah. Dengan demikian anak akan mendapat informasi yang lebih

luas dan lebih jelas sehingga dapat dijadikan pedoman untuk langkah

selanjutnya.

2. Bahan pelajaran tidak perlu dipecah menjadi unit-unit bahan yang kecil-kecil

sekali sehingga tiap unit bahan dapat dilukiskan hanya dengan beberapa puluh

kata saja dalam tiap bingkai. Yang penting, tiap unit bahan harus

dikemukakan dengan sejelas-jelasnya sehingga informasi pada tiap bingkai

bias lebih luas dan lebih banyak.

c) Kelemahan Dan Kelebihan Model Terprogram

Sebagaimana metode-metode lain, secara umum metode ini memiliki

keunggulan dan kelemahan. Menurut Nasution (2005:59-60) keunggulan

pengajaran terprogram ini adalah : (1) Langkah-langkah menuju tujuan dapat

dikontrol atau diatur dengan jaminan yang tinggi bahwa tujuan akan tercapai

sepenuhnya. (2) Balikan atau feedback yang langsung atau segera, sehingga

segera diketahui kesalahan murid untuk diperbaiki, akan tetapi dapat pula

menunjukkan kelemahan program itu sendiri. (3) Partisipasi aktif dari pihak

murid. (4) Kesempatan bagi murid untuk belajar dan maju menurut kecepatan

masing-masing. Sedangkan kelemahannya yaitu : (1) program ini sering panjang

lebar dan arena itu membosankan, kecuali bila diberi kesempatan untuk maju

menurut kecepatan masing-masing. (2) Sebenarnya tidak memberi kesempatan

individualisasi bahan pelajaran, artinya memberi kesempatan memilih pelajaran

menurut kebutuhan individual, karena bahan pelajaran dan demikian pula cara

Page 35: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

mempelajarinya telah ditentukan dan murid terikat pada metode serta isi program

itu. (3) Juga dalam pengajaran yang bercabang tidak ada kemungkinan bagi murid

untuk memilih; murid diatur untuk mengikuti jalur tertentu. (4) Sedikit

kemungkinan membuat kesalahan, karena program itu telah diatur sedemikian

rupa sehingga langkah-langkah itu sanggat mudah untuk dijawab dengan baik.

4. Media dalam Pembelajaran Terprogram

Pengertian media menurut arsyad (2005: 3) adalah sebagai berikut: “kata

media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti tengah,

perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau

pengantar pesan dari pengirim kepada pengantar pesan”.

Gagne dalam sadiman, dkk (2007: 6) menyatakan “media adalah berbagai

jenis komponen dalam lingkungan siswa yang merangsangnya untuk belajar”.

Romiszowski dalam wibawa dan Mukti (2001: 12) media ialah pembawa pesan

yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda)

kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar, penerima pesan itu ialah

siswa. Pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan siswa melalui indera

mereka. Siswa dituntut untuk menggunakan kombinasi dari beberapa indera

mereka supaya dapat menerima pesan itu secara lengkap”.

Menurut Samsul (dalam http://www.unjabisnis.com/2010/06/macam-macam-

media-pembelajaran.html) media terdiri dari :

1. Visual diam yang diproyeksikan, misal proyeksi opaque (tak tembus

pandang), proyeksi overhead, slides, dan filmstrips,

2. Visual yang tidak diproyeksikan, misal gambar, poster, foto, charts, grafik,

diagram, pemaran, papan info,

3. Penyajian multimedia, misal slide plus suara (tape), multi-image,

4. Visual dinamis yang diproyeksikan, misal film, televisi, video,

5. Cetak, misal buku teks, modul, workbook, majalah ilmiah/berkala,

lembaran lepas (hand-out),

6. Permainan, misal teka-teki, simulasi, permainan papan

7. Realia, misal model, specimen (contoh), manipulatif (peta, boneka).

Page 36: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Dalam penelitian ini media pembelajaran yang digunakan merupakan

media visual, yaitu berupa slides power point. Pembelajaran terprogram

merupakan salah satu sistem pengajaran yang dalam pembelajarannya

mengunakan frame-fame atau bingkai-bingkai yang secara garis besar berisikan

informasi serta pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa. Setiap bingkai disusun

secara berurutan sehingga membentuk suatu mata rantai. Menurut Wijaya, dkk

(1988:69-70) bahan Pembelajaran terprogram yang disusun oleh Skiner terdiri

atas beberapa bagian kecil yang disebut dengan Frame atau bingkai. Bahan itu

disusun dari yang paling mudah kepada yang paling sulit. Tiap bingkai

mengandung tiga unsur tiap bingkai mengandung tiga unsur, yaitu (a) informasi

yang merupakan sesuatu yang disampaikan atau diajarkan kepada murid, (b)

pertanyaan sebagai bahan latihan yang harus dijawab atau direspon oleh mrid, dan

(c) respon yang berfungsi sebagai kunci jawaban. Dengan adanya kunci jawaban,

murid dapat mencocokkan apakah jawabannya itu benar atau salah.

Wijaya, dkk (1988: 69-70) mengemukakan “Pada tiap bingkai tipe linier

mengandung tiga unsur, yaitu: 1) informasi, yang merupakan sesuatu yang

disampaikan atau diajarkan kepada murid, 2) pertanyaan sebagai bahan latihan

yang harus dijawab atau direspons oleh murid, dan 3) respons yang berfungsi

sebagai kunci jawaban serta penguatan “reinforcement” bagi siswa. Penguatan

ini diberikan dengan segera, supaya terbentuk pertanyaan dan jawaban siswa.

Untuk itu agar tercipta “reinforcement” atau penguatan siswa harus mengetahui

langkah-langkah atau rute pada setiap bingkai, serta mampu menyelesaikan setiap

bingkai pada tipe linier ini. Langkah-langkah tersebut yaitu:

1. murid mempelajari bahan pelajaran yang tercantum pada unit informasi.

Setipa unit informasi mengandung suatu penjelasan tentang suatu materi yang

disertai contoh-contoh untuk memperjelas materi tersebut.

2. langkah kedua, setelah murid mempelajari materi pada unit informasi tersebut,

ia dihadapkan dengan tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan atau

dijawabnya sebagai bahan latihan sehubungan dengan materi yang baru

diperlajari.

Page 37: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

3. pada langkah ketiga murid mencocokkan jawaban atau hasil pekerjaannya

dengan kunci yang tercantum pada bingkai berikutnya atau pada bingkai itu

juga. Dengan demikian, murid akan dengan segera mengetahui apakah

jawaban itu benar atau tidak. Setelah ketiga langkah itu ditempuh, murid baru

boleh melanjutkan kegiatan belajar kebingkai berikutnya. Murid mempelajari

bahan pelajaran mulai dari bingkai pertama, kedua, ketiga dan seterusnya,

sampai bingkai yang paling akhir yang disebut dengan bingkai terminal.

Di bawah contoh pembelajaran terprogram tipe linear dengan mengunakan

slides power point:

Pengetahuan cuaca dan iklim sangat penting

dalam hal pertanian, yaitu berperan dalam hal-hal

sebagai berikut, kecuali….

a. Memilih jenis tanaman c. Pemanenan hasil

b. Dalam pemupukan d. Dalam pembenihan

Perbedaan antara cuaca dan iklim terletak

pada luas daerah liputan dan lamanya waktu

pengamatan. Cuaca dikenal sebagai keadaan

udara setempat yang memiliki wilayah

cakupan yang lebih sempit dibandingkan

dengan iklim yang meliputi wilayah yang

luas.

c. Pemanenan

hasil

����������

�����

Page 38: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

B. Penelitian Yang Relevan

Dibawah ini akan disajikan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan

penelitian ini, iantaranya yaitu:

1. Penelitian oleh oleh Prayitno (2003) dengan judul eksperimentasi pengajaran

fisika metode demontrasi dilengkapi modul terprogram pada siswa kelas II

semester II SMP Negeri 8 Surakarta. Penelitian dengan metode eksperimen

bertujuan untuk keefektifan penggunaan metode demonstrasi dilengkapi

modul terprogram dibangdingkan dengan metode ceramah untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil ini menunjukkan bahwa metode

demontrasi dilengkapi modul terprogram lebih efektif dibandingkan dengan

metode demonstrasi dilanjutkan diskusi.

2. Enggarsari (2003) dengan judul prestasi belajar Biologi ditinjau dari keaktivan

belajar siswa, keteraturan belajar, dan lingkungan belajar siswa kelas II SMP

Negerri 10 Surakarta yang menggunakan metode eksperimen. Penelitian ini

bertujuan mengetahui perbedaan prestasi belajar Biologi ditinjau dari

keaktivan siswa, keteraturan belajar, dan lingkungan belajar siswa kelas 2

SMP Negeri 10 Surakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa

yang aktif dalam proses pembelajaran serat mempunyai keteraturan belajar,

hasil belajarnya lebih optimal.

Page 39: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Page 40: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Page 41: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Kerangka Berpikir

Metode pembelajaran merupakan siasat membelajarkan siswa menuju

tercapainya tujuan pembelajaran, oleh karena itu guru harus dapat menentukan

model pembelajaran mana yang paling sesuai dengan kompetensi dasar serta

tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Ketepatan guru dalam memilih model

pembelajaran akan merangsang siswa untuk aktif, kreatif dan terlibat secara

langsung dalam proses pembelajaran.

Model pembelajaran terprogram merupakan suatu model pembelajaran

yang melibatkan peran siswa secara aktif dalam proses pembelajaran tanpa

banyak memelurkan keterlibatan guru. Fungsi guru disini sebagai motivator dan

evaluasi. Pada metode terprogram terdapat dua tipe yaitu tipe linier dan tipe

bercabang. Dalam penelitian ini model pembelajaran terprogram yang digunakan

adalah tipe linier, sebab pada tipe ini setiap materi yang disajikan dalam setiap

bingkai merupakan unit materi yang paling kecil, sehingga mudah untuk dipahami

siswa.

Pelaksanaan model pembelajaran terprogram yaitu dengan mengunakan

bingkai-bingkai, pada setiap bingkai terdiri dari materi pelajaran, pertanyaan yang

harus dijawab oleh siswa serta jawaban dari pertanyaan yang terdapat pada

bingkai tersebut. . frames atau bingkai dihadapkan kepada siswa secara berurutan

mulai dari bingkai pertama sampai bingkai terkhir. Siwa kemudian mempelajari

serta memahami materi yang terdapat pada setiap bingkai yaitu pada kompetensi

dasar cuaca dan iklim, kemudian siswa menjawab pertanyaan pada setiap bingkai

atau “frames” mulai dari bingkai pertama sampai bingkai yang terakhir atau

bingkai terminal. Tujuan yang ingin dicapai pada kompentensi dasar cuaca dan

iklim yaitu agar siswa dapat memecahkan berbagai soal atau masalah yang

berkenaan dengan cuaca dan iklim

Penelitian dimulai pada siklus I dengan penerapan model pembelajaran

terprogram dengan kriteria apabila ketuntasan belajar siswa 80% dengan kriteria

ketuntasan belajar minimal yaitu sebesar 65. Ketuntasan belajar siswa didapat dari

27

Page 42: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

evaluasi tes hasil belajar siswa yang dilaksanakan pada akhir siklus, apabila

ketuntatasan belajar siswa belum terpenuhi maka dilaksanakan siklus II

Pelaksanaan siklus II merupakan pengulangan dari siklus I, dengan kriteria

ketuntasan belajar siswa sebesar 80%, serta ketuntasan belajar minimal yaitu

sebesar 65 pada kompetensi dasar cuaca dan iklim. Untuk memperjelas kerangka

berfikir tersebut dapat dilihat skema penelitian dibawah ini:

28

Page 43: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Gambar 3. Skema Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis

”Penggunaan model pembelajaran terprogram dapat meningkatkan keaktivan

dan hasil belajar siswa pada kompetensi dasar cuaca dan iklim SMP

Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010”.

Hasil Belajar Siswa

Sebelum Tindakan

Keaktivan Belajar Siswa

Sebelum Tindakan

Keadaan Awal

Pemberian Tindakan Dengan

Model Pembelajaran Terprogram Siklus I

Evaluasi Keaktivan Dan

Hasil Belajar Siswa

Sebelum Tindakan

Peningkatan Keaktivan Dan Hasil

Belajar Siswa

Evaluasi Hasil Belajar

Siswa Siklus II

Observasi Keaktivan

Belajar Siswa Siklus II

Evaluasi Keaktivan Dan Hasil Belajar

Siswa Siklus II Dengan Kriteria

Ketuntasan Belajar 80%

Evaluasi Keaktivan Dan Hasil Belajar

Siswa Siklus I Dengan Kriteria

Ketuntasan Belajar 80%

Evaluasi Hasil Belajar

Siswa Siklus I

Tindakan

Observasi Keaktivan

Belajar Siswa Siklus I

Tindakan

Pemberian Tindakan Dengan

Model Pembelajaran Terprogram Siklus II

29

Page 44: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODOLOGI PENELITAN

A. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP Muhammadiyah 9 Boyolali dengan alamat

Sawahan RT 01 RW 01 Sawahan Ngemplak Boyolali. Pemilihan lokasi ini

dengan pertimbangan utamanya para siswa memiliki keanekaragaman

kemampuan akademik dan belum pernah dilakukan penelitian sejenis dalam mata

pelajaran geografi.

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dimulai pada bula September 2007 sampai dengan

bulan Juli 2009. tahap pelaksanaannya sebagai berikut:

Tabel 7. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahun 2007-2009 No Jadwal

Kegiatan September

2007

Oktober 2007

– April 09

Mei

09

Juni

09

Juli 09

1 Persiapan

2 Penyusunan

proposal

3 Pengumpulan

data

4 pengolahan dan

analisis data

5 penyusunan

laporan

3. Subyek Penelitian

Subyek penelitian tindakan adalah siswa kelas VII B SMP

Muhammadiyah 9 Boyolali tahun pelajaran 2009 / 2010. Dengan pertimbangan

kelas VIIB mempunyai rata-rata kelas serta tingkat keaktivan belajar yang paling

rendah dibandingkan kelas yang lain. Dari hasil wawancara diketahui bahwa hasil

belajar siswa kelas VII B mempunyai rat-rata kelas yang paling rendah

dibandingkan dengan kelas yang VII yang lain. Hasil wawancara dapat dilihat

pada lampiran 2.

27 30

Page 45: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Dari analisis dokumen diketahui rata-rata hasil belajar siswa kelas VII B

sebelum diberikan tindakan yaitu sebesar 64. Daftar nilai siswa kelas VII B

sebelum diberikan tindakan dapat dilihat pada lampiran 4.

A. Bentuk dan Strategi Penelitian

Bentuk penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK)

atau (Classroom Action Research). Menurut Sukardi (2003:211) “Penelitian

tindakan kelas adalah cara suatu kelompok atau seseorang dalam mengorganisasi

suatu kondisi sehingga mereka dapat mempelajari pengalaman mereka dan

membuat pengalaman mereka dapat diakses oleh orang lain”. Menurut Niff

dalam Arikunto,dkk (2006:106) mnenegaskan bahwa dasar utama bagi

dilaksanakannya penelitian tindakan kelas terletak pada alternatif-alternatif yang

direncanakan oleh pendidik, kemudian dicobakan oleh pendidik, kemudian

dicobakan dan selanjutnya dievaluasi apakah tindakan-tindakan alternatif itu dapat

digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang sedang dihadapi oleh

pendidik atau tidak.

Menurut Arikunta, dkk (2006:16) penelitian tindakan memiliki

serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat

tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing),

dan refleksi (reflecting).

Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus

atau kegiatan berkelanjutan berulang. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua

siklus, setiap kegiatan dalam satu siklus dilaksanakan dengan perubahan yang

ingin dicapai setelah menggunakan metode terprogram tipe linier yang ditandai

dengan adanya peningkatan keaktivan dan hasil belajar siswa kelas VIIB SMP

Muhammadiyah 9 Boyolali. Untuk mengeahui keaktivan belajar siswa dalam

pembelajaran geografi di kelas VII B SMP Muhammadiyah 9 Boyolali dilakukan

observasi, sedangkan untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan dengan

memberikan tes hasil belajar setelah terselesaikannya seluruh materi

pembelajaran.

31

Page 46: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

C. Sumber Data

Data penelitian diperoleh dari berbagai sumber yang meliputi:

1. Siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali yang berupa informasi

mengenai keaktivan belajar siswa sebelum dilakukan tindakan.

2. Siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali yang berupa informasi

mengenai keaktivan dan nilai tes hasil belajar siswa saat model

pembelajaran terprogram tipe linier diaplikasikan.

3. Dokumen atau arsip, yaitu bahan tertulis / benda yang berkaitan dengan

suatu peristiwa atau aktivitas tetentu (Sutopo, 2006 : 61). Dokumen yang

digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini antara lain berupa

kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Silabus, buku penilaian,

dan buku ajar.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, metode pengambilan data yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1. Metode Observasi

Sedangkan Arikunto (1995:27) observasi adalah suatu teknik yang dilakukan

dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara

sistematis. Observasi dalam penelitian ini digunakan untuk menukur keaktivan

belajar siswa pada saat proses belajar-mengajar berlangsung. Metode observasi

yang dipilih adalah observasi sistematik, “observasi sistematik yaitu observasi

dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematik dan sudah

diatur menurut kategorinya (Arikunto, 1995 : 28).

Dalam penelitian ini keaktivan belajar yang diukur yaitu meliputi tingkat

kehadiran siswa, bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan guru, Memberikan

tangapan atas pertanyaan siswa lainnya, Mengerjakan soal didepan kelas, serta

mengerjakan tugas yang dibeikan guru. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel keaktivan belajar dibawah ini:

32

Page 47: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Tabel 8. lembar keaktivan belajar

Komponen Keaktivan

No

Nama

Siswa

Kehdiran

siswa

f Bertanya

kepada

guru

f Menjawab

pertanyaan

guru

f Memberikan

tangapan atas

pertanyaan

siswa lainnya

F Mengerjakan

soal didepan

kelas

f Mengerjakan

tugas

f

1

2

Keterangan:

f : frekuensi

Pada perhitungan komponen keaktivan belajar tersebut apabila siswa

bertanyan, menjawab pertanyaan guru, memberikan tanggapan, mengerjakan

tugas, serta mengerjakan soal didepan kelas lebih dari satu kali maka tetap

dihitung satu kali.

2. Tes Hasil Belajar

Arikunto (1995:139) mengatakan bahwa “Tes adalah serentetan

pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk megukur ketrampilan,

pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau

kelompok”. Jenis tes yang digunakan adalah tes prestasi atau achievement tes.

“Tes prestasi atau achievement test adalah tes yang digunakan untuk mengukur

pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu ( Arikunto, 1995: 128).

Pemberian tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang

diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Tes diberikan pada akhir

siklus untuk mengetahui peningkatan mutu hasil belajar siswa. Dengan perkataan

lain tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan kognitif

siswa sesuai dengan siklus yang ada.

Cara menilai tes dilakukan dengan percentages correction (hasil yang

dicapai setiap siswa dihitung dari persentase jawaban yang benar).

33

Page 48: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Rumus :

Keterangan :

S : Nilai yang diharapkan (dicari)

R : Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar

N : Skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2006: 112)

Bentuk tes dalam penelitian ini yaitu tes obyektif pilihan ganda (multiple

choice tes) dengan jumlah butir soal sebanyak 30 butir soal yang diberikan kepada

siswa kelas VII SMP Muhammadiayah 9 Boyolali pada kompetesi dasar cuaca

dan iklim. Tes diberikan kepada siswa pada akhir siklus dengan tujuan untuk

mengetahui untuk mengetahui pengkatan hasil belajar siswa. Adapun kisi-kisi

hasil belajar secara lebih detail dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 9. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siklus I

No Indikator Hasil Belajar C1 C2 C3 Jumlah

1 Pengertian cuaca dan iklim

• Pengertian cuaca 1, 4 2 3

• Pengertian iklim 3, 25,24 3

2 Unsur-unsur cuaca dan iklim

• Temperatur udara 5, 16 14 3

• Tekanan udara. 9,15 30 3

• Angin 13,11 21 3

• Kelembapan udara 23 ,29 17 12 3

• Curah hujan 8, 26 22 3

3 Alat pengukur unsur-unsur cuaca dan iklim

• Alat pengukur temperatur udara 6 7 2

• Alat pengukur Tekanan udara 10 1

• Alat pengukur kecepatan Angin 27,18,19 2

• Alat pengukur Kelembapan udara 20 2

• Alat pengukur Curah hujan 28 2

4 Total Soal 12 8 10 30

5 Persentase (%) 40 26,67 33,33 100

34

Page 49: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Keterangan

C1 : pengetahuan

C2 : pemahaman

C3 : Aplikasi

Tabel 10. Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Siklus II

No Indikator Hasil Belajar C1 C2 C3 Jumlah

1 Pengertian cuaca dan iklim

• Pengertian cuaca 1, 3 4, 5 6

• Pengertian iklim 2, 24

2 Unsur-unsur cuaca dan iklim

• Temperatur udara 22, 9 7 3

• Tekanan udara 10,14 14 3

• Angin 15,29 ,12 3

• Kelembapan udara 23, 28 19 3

• Curah hujan 13, 16 8 3

3 Alat pengukur unsur-unsur cuaca dan

iklim

• Alat pengukur temperatur udara 11, 26 2

• Alat pengukur Tekanan udara 21, 25 2

• Alat pengukur kecepatan Angin 17, 27 2

• Alat pengukur Kelembapan udara 18 30 2

• Alat pengukur Curah hujan 20 1

4 Total Soal 10 14, 6 30

5 Prosentase (%) 33,33 20 46,67 100

Keterangan

C1 : pengetahuan C3 : Aplikasi

C2 : pemahaman

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskripsi

kualitatif. Hal ini dilakukan karena sebagaian besar data yang dikumpulkan dalam

penelitian ini adalah berupa uraian deskripsi tenatng perkembangan proses

35

Page 50: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

pembelajaran yang berupa data pemahaman materi pembelajaran, yakni

pemahaman materi pada kompetensi dasar cuaca dan iklim.

Untuk mengetahui tingkat keaktivan belajar siswa yaitu dengan cara

membandingkan rata-rata persentase keaktivan belajar siswa pada tiap siklus,

kemudian dikonversikan kedalam persentase tingkat keaktivan belajar siswa,

dengan kriteria :

Tingkat keaktifan siswa rata-rata selama proses pembelajaran dalam

prosentase (%),

� 80 % = Sangat Baik

60 – 79 % = Baik

40 – 59 % = Cukup

20 – 39 % = Kurang

< 20 % = Sangat Kurang …………..

Data hasil belajar siswa di peroleh dari tes yang dilakukan pada setiap

akhir siklus. Untuk mengetahui rata-rata hasil belajar siswa yaitu dengan cara

membandingkan rata-rata hasil belajar siswa pada tiap siklus, kemudian diuraikan

secara diskriptif mengenai ketuntasan belajar siswa baik individu maupun secara

klasikal. Kriteria ketuntasan belajar siswa dalam penelitian ini yaitu sebesar 80%,

dengan kriteria ketuntasan minimal sebesar 65.

Sudjana (1995: 8) “Biasanya keberhasilan siswa ditentukan kriterianya,

yakni berkisar antara 75-80 persen. Artinya, siswa dikatakan berhasil apabila ia

menguasai atau dapat mencapai sekitar 75-80 persen dari tujuan atau nilai yang

seharusnya dicapai. Kurang dari kriteria tersebut dinyatakan belum berhasil”.

F. Indikator Kerja

Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini yaitu apabila tercapainya kriteria

ketuntasan minimal hasil belajar serta ketuntasan klasikal pada setiap siklus.

Kriteria ketuntasan minimal dalam penelitian ini yaitu sebesar 65, dengan

ketuntasan klasikal 80%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel indikator

keberhasilan penelitian dibawah ini:

Suhesti, dkk ( _:13)

36

Page 51: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Table 11. Indikator keberhasilan penelitian

Hasil Belajar

Kriteria Ketuntasan

Belajar Minimal

Kriteria Ketuntasan

Klasikal

Kriteria Keaktivan

Belajar

Siklus I 65,00 80% 40% dari keseluruhan

variabel pengukuran

Siklus II 65,00 80% 40% dari keseluruhan

variabel pengukuran

G. Prosedur Penelitian

Prosedur dan langkah-langkah dalam melaksanakan tindakan mengikuti

model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggar dalam Aqib (2006:22-23)

yang berupa model spiral. Dalam perencanaan Kemmis menggunakan sistem

spiral refleksi diri yang dimulai dengan perencanaan, tindakan, observasi, refleksi

dan tindak lanjut merupakan dasar untuk suatu awal pemecahan masalah.

Secara umum langkah-langkah operasional penelitian meliputi tahap

persiapan, tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan evaluasi, tahap

analisis dan refleksi, serta tahap tindak lanjut. Pelaksanaan siklus II merupakan

hasil dari refleksi siklus I. langkah-langkah operasional penelitian dapat diuraikan

sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Tahap Persiapan

1) Permintaan ijin kepada Kepala Sekolah dan Guru Ilmu Pengetahuan

Sosial (Geografi) SMP Muhammadiyah 9 Boyolali

2) Observasi untuk mendapatkan gambaran awal tentang SMP percobaan

secara keseluruhan dan keadaan kegiatan belajar mengajar Geografi

3) Identifikasi masalah dalam dalam kegiatan belajar mengajar Geografi

kelas VII yang dilakukan.

37

Page 52: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

b. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti menyusun beberapa instrumen penelitian

yang akan digunakan dalam tindakan dengan menggunakan model

pembelajaran terprogram yaitu lembar observasi untuk melihat bagaimana

kondisi keaktivan siswa di kelas dengan model pembelajaran terprogram

dan tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahu hasil belajar siswa

dengan bentuk soal obyektif tes.

c. Tahap Pelaksanaan /Tindakan

Hal-hal yang dilakukan dalam tahap pelaksanaan tindakan adalah

pengunaan model pembelajaran terprogram dalam kegiatan belajar

mengajar dikelas. Adapun langkah-langkah pelaksanaan tindakan secara

umum adalah sebagai berikut:

1) Melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (PBM) dengan

menggunakan model pembelajaran terprogram dengan langkah-

langkah PBM yang telah dijelaskan dalam Rencana Pembelajaran

(RP).

2) Melakukan observasi terhadap tingkat keaktivan belajar siswa selama

proses belajar mengajar berlangsung.

3) Memberikan tes untuk mengetahui tingkat pemahaman dan prestasi

siswa dalam mata pelajaran geografi dengan menggunakan model

pembelajaran terprogram.

Tahap pelaksanaan tindakan tersebut bila dijabarkan ke dalam setiap

pertemuan adalah sebagai berikut:

a) PBM pertemuan 1

(1) Pengarahan tetang materi yang akan diberikan yaitu pada pokok

bahasan Gejala-Gejala di Atmosfer serta Dampaknya terhadap

Kehidupan dengan sub bahasan Cuaca dan Iklim.

(2) Memberikan tugas kepada siswa pada sub bahasan Cuaca dan

Iklim.

(3) Melaksanakan dan Tanya jawab

38

Page 53: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

(4) Pembahasan dan kesimpulan hasil Tanya jawab.

b) PBM pertemuan 2

(1) Evaluasi Siklus I

(2) Observasi keaktivan belajar siswa

(3) Tes hasil belajar.

d. Analisis dan refleksi

Kegiatan refleksi ini menckup kegiatan analisis, interpretasi dan

evaluasi atas informasi yang diperoleh dari kegiatan observasi dan

evaluasi untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan telah

mencapai tujuan. Tahap analisis dan refleksi dilakukan terhadap minat

belajar siswa dalam pelaksanaan proses kegiatan belajar mengajar dan

hasil penguasaan materi (nilai tes hasil belajar). Berdasarkan pelaksanaan

tahap pelaksanaan tindakan sebelumnya, data yang diperoleh selanjutnya

menjadi bahan refleksi bagi penelitian untuk mempebaiki pembelajaran

berikutnya.

e. Tahap tindak lanjut

Setelah kegiatan penelitian ini, diharapkan ada tindak lanjut dari

guru geografi di sekolah dimana dilaksanakan penelitian tersebut untuk

dilakukan perbaikan dan pengembangan secara terus-menerus agar

pencapaian pemahaman konsep geografi berhasil dengan baik

Pelaksanaan siklus ke dua apabila masih ada hal-hal yang kurang berhasil

dalam siklus satu. Siklus ketiga dilaksanakan karena siklus dua belum mengatasi

masalah. Demikian seterusnya samapai indikator keberhasilan dalam pelaksanaan

penelitian tindakan kelas bias tercapai. Secara rinci urutan masing-masing siklus

dapat digambarkan sebagai berikut:

39

Page 54: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Analisis dan Refleksi I :

• Analisis Pelaksanaan

Pembelajaran

• Analisis Hasil Tes

• Analisis Hasil Observasi

• Refleksi Untuk Perbaikan

Kegiatan

• Pembelajaran pada siklus

berikutnya

Perencanaan dan Pengamatan

Siklus I:

• Pelaksanaan Pembelajaran

• Tes formatif

• Observasi Perencaaan

Ulangan Apabila Siklus I

Belum berhasil

Persiapan

• Permohonan Ijin

• Identifikasi Masalah

Perencanaan :

• Penyusunan Silabus

• Penyususnan

Instrumen Penelitian

Tindakan I :

Penggunaan Metode

Pembelajaran Terprogram SIKUS I

Pelaksanaan dan

Pengamatan Siklus II

Analisis dan Refleksi II

Tindakan II

Tindak Lanjut

SIKUS II

Gambar 4. Skema Prosedur Penelitian

40

Page 55: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3441

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 9 Boyolali yang berlokasi

Sawahan Ngemplak Boyolali. Secara astronomi SMP ini terletak pada 1100 48’

26” BT dan 70 31’32” LS.

− Bangunan gedung SMP Muhammadiyah 9 Boyolali berdiri di atas tanah

seluas 1.239 m2 dengan perincian sebagai berikut:

− 12 Ruang Kelas

− 1 Ruang Guru

− 1 Ruang Perpustakaan

− 1 Ruang Kepala Sekolah

− 1 Ruang Tata Usaha

− 1 Ruang Laboratorium Komputer

− 1 Ruang Laboratorium Bahasa

− Sarana olah raga yang meliputi : Lapangan Basket, Lapangan Bola

Volley, Bulu Tangkis.

Tenaga pengajar di SMP ini terdiri dari 20 guru dan dibantu 5 orang pegawai

tata usaha, tukang kebun dan penjaga. Jumlah siswa secara keseluruhan sebanyak

356 siswa yang meliputi :

− Kelas VII sebanyak 124 siswa, terdiri dari 65 putra dan 59 putri.

− Kelas VIII sebanyak 117 siswa, terdiri dari 63 putra dan 54 putri.

− Kelas IX sebanyak 115 siswa, terdiri dari 59 putra dan 56 putri.

41

Page 56: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

B. Kondisi Awal Keaktivan dan Hasil Belajar Sebelum Diberikan

Tindakan di SMP Muhammadiyah 9 Boyolali.

1. Hasil Belajar Sebelum Tindakan

Untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran geografi di SMP

Muhammadiyah 9 Boyolali, dilakukan wawancara dengan guru geografi dan

analisis dokumen nilai siswa. Berdasarkan hasil wawancara penelitian dengan

guru geografi, hasil belajar siswa dalam belajar belum optimal sehingga serta

siswa dalam mengikuti kegiatan kegiatan pembelajaran di kelas relatif kurang

dibandingkan dengan kelas yang lain. Hal ini dikarenakan guru kurang menarik

dalam menyampaikan materi pelajaran geografi yang berakibat rendahnya

interaksi antara siswa dengan guru. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan

oleh guru menggunakan model ceramah dan tanya jawab. Akan tetapi, sebagian

besar kegiatan siswa di dalam kelas hanya mendengarkan penjelasan guru dan

mencatat materi pelajaran saja. Kegiatan tersebut menyebabkan lemahnya

pemahaman materi yang diserap oleh siswa sehingga pencapaian hasil belajar

kurang optimal Berdasarkan analisis dokumen nilai hasil belajar geografi kelas

VII B mempunyai nilai rata-rata kelas paling rendah dibandingkan dengan rata-

rata kelas VII yang lain yaitu sebesar 64. Ketuntasan belajar klasikal siswa adalah

40%. Nilai rata-rata hasil belajar geografi pada Bab IV kelas VII B pada

kompetensi dasar pemanfaatan lapisan atmosfer sebelum diberikan tindakan dapat

dilihat pada lampiran 4. Dari hasil evaluasi awal maka diperlukan tindakan untuk

meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran geografi.

2. Keaktivan Belajar Siswa Sebelum Tindakan

Untuk mengetahui kondisi awal keaktivan belajar siswa di SMP

Muhammadiyah 9 Boyolali diamati dengan mengunakan lembar observasi.

Berdasarkan hasil observasi, banyak siswa yang masih pasif selama proses belajar

mengajar berlangsung. Siswa lebih banyak mendengarkan dan mencatat materi

pelajaran yang disampaikan oleh guru, bila guru memberikan pertanyaan siswa

hanya diam atau menggelengkan kepala.

Page 57: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Hasil perhitungan persentase keaktivan belajar siswa sebelum tindakan

menunjukkan bahwa keaktivan belajar siswa belum optimal, dibawah ini tabel

perhitungan keaktivan belajar siswa sebelum diberikan tindakan.

Tabel 12. Keaktivan Belajar Sebelum Tindakan

Sebelum Tindakan Komponen Keaktivan

Jumlah Siswa %

• Kehadiran siswa 30 100

• Bertanya kepada guru 5 16,67

• Menjawab pertanyaan guru 7 23,33

• Memberikan tangapan atas

pertanyaan siswa lainnya 5 16,67

• Mengerjakan Tugas 30 100

• Mengerjakan Soal didepan

Kelas 6 20

Prosentase rata-rata keaktivan belajar 35,83

Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009

Pada tabel diatas rata-rata keaktivan belajar sebelum tindakan yaitu

sebesar 35,83%. Keaktivan belajar siswa sebelum diakannya tindakan dapat

dikategorikan kurang aktiv, hal ini dikarenakan rata-rata keaktivan belajar siswa

berada antara 20-39% dari keseluruhan variabel pengukuran keaktivan belajar

siswa. Pada perhitungan komponen keaktivan belajar tersebut apabila siswa

bertanyan, menjawab pertanyaan guru, memberikan tanggapan, mengerjakan

tugas, serta mengerjakan soal didepan kelas lebih dari satu maka tetap dihitung

satu kali.

C. Deskripsi Data Hasil Penelitian

1. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Tahap perencanan siklus I, peneliti menyiapkan perangkat pembelajaran

berupa materi pelajaran pada Bab IV yaitu cuaca dan iklim yang telah dibuat

Page 58: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

dalam bentuk bingkai-bingkai, silabus, Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran

(RPP) dapat dilihat pada lampiran 5.

Untuk mengetahui keaktivan belajar siswa dalam proses belajar-mengajar

peneliti mengunakan lembar observasi, sedangkan untuk mengevaluasi hasil

belajar siswa berupa soal tes hasil belajar.

b. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

Pelaksanan tindakan merupakan penerapan dari Rencana Pelaksanan

Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan

selama 2x 40 menit (2 jam pelajaran). Adapun langkah-langkah kegiatan

pembelajaran diawali dengan presensi siswa yang dilanjutkan dengan perkenalan.

Peneliti menyampaikan bahwa akan mengajar BAB IV pada kompetensi dasar

cuaca dan iklim.

Langkah selanjutnya adalah pembagian buku rangkuman materi cuaca dan

iklim kepada siswa. Peneliti penyampaikan kompetensi dasar yang hendak

dicapai, kemudian peneliti menjelaskan sekilas model pembelajaran terprogram

tipe linier, sebagian siswa memperhatikan dengan baik. Beberapa siswa tampak

masih binggung mengenai mekanisme pembelajran terprogram, hal ini dapat

dimaklumi karena siswa masih asing atau belum terbiasa dengan model

pembelajaran semacam ini. Setelah peneliti menjelaskan kembali mengenai

kegiatan belajar yang seharusnya dilakukan, siswa mulai tenang dan

melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan apa yang telah

disampaikan peneliti.

Pelaksanan pembelajaran dimulai dengan menampilkan power point yang

telah disiapkan sebelumnya yag berisikan materi pembelajaran cuaca dan iklim

yang telah dibuat kedalam bingkai-bingkai. Pada setiap bingkai berisikan materi

pembelajaran, pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa serta jawaban dari

pertanyaan yang diberikan kepada siswa. Kemudian peneliti menerangkan materi

pembelajaran yang diikuti dengan tampilan bingkai-bingkai dengan

mengguanakan model pembelajaran terprogram. Materi yang diajarkan meliputi:

cuaca dan iklim, unsur-unsur cuaca dan iklim, serta alat-alat pengukur cuaca dan

iklim. Pada saat peneliti menerangkan materi cuaca dan iklim, siswa tampak

Page 59: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

antusias dan memperhatikan dengan seksama. Ketika menerangkan materi,

peneliti memberikan beberapa pertanyaan pada siswa guna memancing perhatian

serta meningkatkan interaksi antara guru dengan siswa.

Pertanyaan yang diberiakn oleh guru tidak bersifat individu melainkan

menyeluruh. Ada beberapa siswa yang mengacungkan tangan yangn kemudian

menjawab pertanyan yang diajukan peneliti tetapi ada bebrapa siswa yang tidak

menjawab pertanyaanya.

Pada tahap pelaksanaan siklus I diperoleh keterangan sebagai berikut:

a. Keaktivan Belajar Siswa

Untuk mengetahui bagaimana keaktivan belajar siswa selama proses

belajar-mengajar diamati dengan menggunakan lembar observasi. Indikator

keaktivan belajar siswa yang amati meliputi : tingkat kehadiran siswa dalam

proses pembelajaran, siswa menjawab pertanyaan guru, siswa bertanya kepada

guru, siswa memberikan tanggapan atas pertanyaan siswa yang lain, mengerjakan

soal didepan kelas serta mengerjakan pekerjaan rumah yang diberiakan guru.

Hasil perhitungan persentase keaktivan belajar siswa selama kegiatan

belajar mengajar pada siklus I terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 13. Keaktivan Belajar Siklus I

Siklus I Komponen keaktivan

Jumlah siswa %

• Kehadiran siswa 30 100

• Bertanya kepada guru 5 16,67

• Menjawab pertanyaan guru 7 23,33

• Memberikan tangapan atas pertanyaan

siswa lainnya 5 16,67

• Mengerjakan Tugas 30 100

• Mengerjakan Soal didepan Kelas 6 20

Rata-rata keaktivan belajar 46,11

Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009

Page 60: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Pada tabel diatas rata-rata keaktivan belajar sebelum tindakan yaitu

sebesar 46,11%. Keaktivan belajar siswa pada siklus I dapat dikategorikan cukup

aktiv, hal ini dikarenakan rata-rata keaktivan belajar siswa berada antara 40-59%

dari keseluruhan variabel pengukuran keaktivan belajar siswa.

Pada tabel diatas rata-rata keaktivan belajar siklus I yaitu sebesar 46,11%.

Persentase tersebut diperoleh dengan melakukan perhitungan pada setiap

komponen kekaktivan belajar. Pada perhitungan komponen keaktivan belajar

tersebut apabila siswa bertanyan, menjawab pertanyaan guru, memberikan

tanggapan, mengerjakan tugas, serta mengerjakan soal didepan kelas lebih dari

satu kali maka tetap dihitung satu kali.

b. Hasil Belajar Siswa

Evaluasi akhir pembelajaran pada setiap siklus berupa soal- soal obyektif.

Soal- soal pada siklus I ini meliputi pokok bahasan: pengertian cuaca dan iklim,

Unsur- Unsur Cuaca dan iklim, serta alat pengukur unsur-unsur cuaca dan iklim.

Rentang nilai pada siklus I antara 50 sampai dengan 87 dan rata-rata kelas yaitu

68,11.

Data persentase evaluasi hasil belajar pada pokok bahsan pengertian cuaca

dan iklim, unsur- unsur cuaca dan iklim, serta alat pengukur unsur-unsur cuaca

dan iklim dapat dilihat pada lampiran 14 Berikut tabel persentase indikator hasil

belajar :

Tabel 14. Evaluasi Capaian Materi Pada Siklus I

No Indikator Capaian (%)

1 Pengertian Cuaca Dan Iklim 72,67

2 Unsur- Unsur Cuaca dan iklim 74,29

3 Alat Pengukur Unsur-Unsur Cuaca Dan Iklim 76.25

Rata-rata Prosentase 74,40

Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009

Page 61: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Gambar 5.Histogram Persentase Capaian Materi Siklus I

Hasil tes pada siklus I menunjukkan bahwa pada kompetensi dasarcuaca

dan iklim capaian prosentasenya paling rendah yaitu sebesar 72,67%. Hal ini

menunjukkan bahwa siswa kurang baik pemahamannya pada konsep tersebut.

Hasil analisa dari perolehan skor siswa, ternyata sebagian besar jawaban salah

terdapat pada konsep tersebut. Analisa data tersebut menunjukkan bahwa hasil

belajar siswa pada siklus I kurang optimal. Berdasarkan ketuntasan belajar siswa

secara klasikal hasil belajar siswa dapat dikelompokkan dalam kategori tuntas

atau belum tuntas, seperti yang terdapat dalam tabel berikut :

Tabel 15. Ketuntasan Belajar Siswa Secara Klasikal Siklus I

Jumlah No Hasil Tes

Siswa %

Keterangan

1 Nilai kurang dari 6,5 9 30 Belum Tuntas

2 Nilai 6,5 keatas 21 70 Tuntas

3 Jumlah 30 100

Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009

P

R

E

S

E

N

T

A

S

E

Page 62: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 9 siswa dengan nilai diatas 6,5

dan 21 siswa dengan nilai diatas 6,5. Dengan prosentase jumlah siswa yang belum

tuntas yaitu 30% sedangkan jumlah siswa yang tuntas yaitu sebesar 70%.

Berdasarkan ketuntasan belajar secara klasikal pada siklus I bahwa jumlah

siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar adalah yaitu sebesar 70%,

sedangkan siswa yang belum tuntas dalam pencapaian nilai tes adalah 30%. Hal

ini menunjukkan belum belum tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal yang

batas minimalnya adalah 80%.

c. Refleksi

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan selama kegiatan belajar-mengajar

dengan penggunaan model pembelajaran terprogram pada akhir siklus I, diperoleh

beberapa temuan yaitu :

Page 63: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Tabel 16. Keberhasilan, Kekurangan, dan Perencanaan Ulang Siklus I

Keberhasilan Kekurangan Perencanaan ulang

1. Adanya peningkatan

keaktivan belajar siswa dari

35,83% sebelum di berikan

tindakan dengan kategori

kurang aktiv, meningkat

menjadi 46,11% pada siklus I

dengan kategori cukup aktiv,

hal ini dikarenakan rata-rata

keaktivan belajar siswa

berada antara 40-59% dari

keseluruhan variabel

pengukuran keaktivan belajar

siswa.

1. Terdapat 9 siswa dengan

nilai diatas 65 dan 21

siswa dengan nilai diatas

65. Dengan prosentase

jumlah siswa yang belum

tuntas yaitu 30%

sedangkan jumlah siswa

yang tuntas yaitu sebesar

70%. Dengan kriteria

ketuntasan minimal

sebesar 65.

2. Adanya peningkatan nilai

rata-rata kelas dari 64

sebelum di berikan tindakan,

meningkat menjadi 68,11

pada siklus I. Dengan kriteria

ketuntasan minimal sebesar

65.

Daftar nilai rata-rata

kelas sebelum diberikan

tindakan dapat dilihat pada

lampiran 4. sedangkan daftar

nilai rata-rata kelas pada

siklus I dapat dilihat pada

lampiran 15.

2. Belum tercapainya

ketuntasan belajar secara

klasikal dengan batas

minimal sebesar 80%.

Capaian ketuntasan

klasikal pada siklus I

yaitu sebesar 70%. Hal

ini menunjukkan belum

belum tercapainya

ketuntasan belajar secara

klasikal yang batas

minimalnya adalah 80%.

Pemberian tindakan dengan

model pembelajaran terprogram

tipe linier untuk meningkatkan

keaktivan dan hasil belajar siswa.

Dengan kriteria ketuntasan

minimal sebesar 65, serta dengan

ketuntasan belajar klasikal

sebesar 80%.

Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009

Page 64: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Berdasarkan tabel diatas penggunaaan model pembelajran terprogram

sudah dapat menarik perhatian siswa sehingga dapat meningkatkan keaktivan

belajar siswa dan hasil belajarnya. Hal ini terlihat pada waktu proses kegiatan

belajar- mengajar siswa terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran. Akan tetapi,

guru masih kesulitan dalam melaksanakan alokasi waktu ketika mengajar dan

terlihat kaku dalam penyampaian materi. Hasil belajar siswa pada siklus I

walaupun sudah mengalami kenaikan dari kondisi awal, tetapi belum dapat

memenuhi batas ketuntasan klasikal yang telah ditentukan yaitu sebesar 80%.

Berdasarkan refleksi siklus I maka diperlukan perencanaan tindakan siklus II,

untuk meningkatkan keaktivan belajar dan hasil belajar siswa.

2. Siklus II

Hasil refleksi pada akhir siklus I menjadi dasar untuk perencanaan

tindakan siklus II. Pada siklus I keberhasilan tindakan belum tercapai. keaktivan

belajar dan hasil belajar siswa sudah meningkat apabila dibandingkan dengan

hasil belajar siswa sebelum diberi tindakan siklus I. Akan tetapi, untuk perolehan

hasil belajar siswa belum sesuai dengan indikator keberhasilan yang dicapai. Nilai

rata-rata kelas tes hasil belajar siklus I adalah 68,11. Sedangkan ketuntasan

klasikal tetap yaitu sebesar 70%. Karena kriteria keberhasilan tindakan belum

tercapai, maka perlu diadakan tindakan siklus II yang merupakan kelanjutan dari

siklus I. Langkah awal pada tahap perenc anaan tindakan siklus II peneliti

mempersiapkan instrument penelitian yang hampir sama pada siklus I. Perbedaan

instrumen penelitian untuk perencanaan tindakan siklus II dengan tindakan siklus

I adalah materi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan tes hasil belajar.

Kekurangan yang ada pada siklus I di perbaiki pada siklus II dengan langkah -

langkah sebagai berikut:

1. Perencanan Tindakan

a. Peneliti lebih memotivasi siswa pada saat menerangkan materi serta

memimpin jalannya pelaksanaan pembelajaran.

b. Peneliti memperhatikan alokasi waktu sehingga lebih terstruktur yang

dapat dilihat pada pembagian alokasi waktu di RPP siklus II.

c. Setiap siswa diberikan ringkasan materi cuaca dan iklim.

Page 65: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

Pelaksanaan tindakan Siklus II merupakan kelanjutan dari pelaksanaan

tindakan siklus I. Pelaksanaan tindakan Siklus II diberikan, hal ini dikarenakan

ketuntasan klasikal belajar siswa kelas VII B masih kurang dari 80% dari

keseluruhan jumlah siswa kelas VII B, ketuntasan belajar siswa pada siklus I yaitu

sebesar 70%. Sehingga diperlukan pelaksanaan tindakan siklus II.

Kegiatan pembelajaran pada siklus II memperhatikan hasil analisis dan

refleksi siklus I. Materi yang diberikan pada tindakan siklus II terdiri dari

kompetensi dasarcuaca dan iklim. Pemberian materi sesuai dengan hasil analisis

dan refleksi siklus I dengan menekankan pada pokok materi yang alat pengukur

unsur-unsur cuaca dan iklim. Tahap-tahap pelaksanaan tindakan siklus II : 1)

Guru mengadministrasi absensi siswa. Ketua kelas menyampaikan bahwa semua

siswa hadir, tidak ada yang absen. 2) guru menerangkan materi cuaca dan iklim

dengan mengunakan model pembelajaran terprogram. 3) guru memberikan

pertanyaan pada saat penyampaian materi. 4). guru memberikan pekerjaan rumah

5) guru melakukan penarikan kesimpulan akhir kegiatan. Pelaksanaan tindakan

siklus II diharapkan peneliti dapat meningkatkan pemahaman materi pelajaran

geografi dan kualitas pembelajaran siswa dibandingkan dengan hasil yang dicapai

pada tindakan siklus I.

Pembelajaran tindakan siklus II dilaksanakan dalam 3 jam pelajaran. Pada

tahap ini pelaksanaan siklus II diperoleh keterangan sebagai berikut: Pelaksanaan

tindakan pada siklus II menunjukkan bahwa kualitas proses belajar- mengajar

sudah meningkat dan bagus. Siswa terlihat antusias dalam mengikuti pelajaran.

Memperhatikan dengan seksama materi yang disampaikan oleh peneliti. Model

pembelajaran digunakan oleh peneliti terbukti dapat menarik perhatian siswa yang

akan meningkatkan keaktivan belajar siswa terhadap materi pelajaran geografi.

Peningkatan kualitas belajar- mengajar tampak dari keaktifan siswa dalam

bertanya maupun dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti.

Interaksi antara guru (peneliti) dengan siswa terlihat lebih baik dari kegiatan

sebelumnya.

Page 66: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Pada siklus II keaktivan belajar siswa mengalami peningkatan, yaitu dari

40,46% pada siklus I menjadi 50,15% pada siklus II. Berikut tabel keaktivan

belajar siswa pada siklus II :

Tabel 17. Keaktivan Belajar Siklus II

Komponen Keaktivan Siklus II

Jumlah Siswa %

• Kehadiran siswa 30 100

• Bertanya kepada guru 13 43.33

• Menjawab pertanyaan guru 15 50

• Memberikan tangapan atas pertanyaan

siswa lainnya

17 56.67

• Mengerjakan Tugas 30 100

• Mengerjakan Soal didepan Kelas 15 50

Prosentase rata-rata keaktivan belajar 50.15

Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009

Pada tabel diatas rata-rata keaktivan belajar sebelum tindakan yaitu

sebesar 50,15%. Keaktivan belajar siswa pada siklus dapat dikategorikan cukup

aktiv, hal ini dikarenakan rata-rata keaktivan belajar siswa berada antara 40-59 %

dari keseluruhan variabel pengukuran keaktivan belajar siswa.

Pada tabel diatas rata-rata keaktivan belajar siklus II yaitu sebesar 50,15%.

Persentase tersebut diperoleh dengan melakukan perhitungan pada setiap

komponen kekaktivan belajar. Pada perhitungan komponen keaktivan belajar

tersebut apabila siswa bertanyan, menjawab pertanyaan guru, memberikan

tanggapan, mengerjakan tugas, serta mengerjakan soal didepan kelas lebih dari

satu maka tetap dihitung satu kali

Page 67: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Evaluasi hasil belajar siswa pada siklus II berupa soal- soal obyektif yang

meliputi kompetensi dasar cuaca dan iklim. Hasil tes dapat digunakan untuk

mengetahui kemampuan siswa dan seberapa jauh seberapa jauh pemahaman siswa

terhadap tiap- tiap kompetensi dasaryang disampaikan. Rentang nilai yang dicapai

oleh siswa pada siklus II antara 53- 93 dengan rata- rata kelas 75 prosentase rata -

rata keseluruhan dari indikator capaian materi sebesar 78,36 %. Data prosentase

hasil evaluasi siklus II dapat dilihat pada Tabel 17 dan Gambar 6.

Tabel 18. Evaluasi Capaian Materi Pada Siklus II.

No Indikator Capaian (%)

1 Pengertian Cuaca Dan Iklim 80

2 Unsur- Unsur Cuaca Dan Iklim 79,19

3 Alat Pengukur Unsur-Unsur Cuaca Dan Iklim 75,89

Rata-rata 78,36

Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009

Dari hasil tes pada siklus II menunjukkan bahwa capaian prosentase semua

kompetensi dasarsudah baik. Artinya bahwa semua materi yang disampaikan oleh

guru sudah dapat dipaham siswa secar baik (data dapat dilihat pada lampiran 15).

P

R

E

S

E

N

T

A

S

E

Gambar 6.Histogram Persentase Hasil Evaluasi Siklus II

Page 68: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Pemahaman siswa pada kompetensi dasar cuaca dan iklim telah menunjukkan

peningkatan dibandingkan pada kondisi siklus I. Berdasarkan ketuntasan belajar

secara klasikal sebagian besar siswa telah tuntas dalam hasil belajarnya. Jumlah

siswa yang dapat mencapai ketuntasan belajar yaitu sebesar 87,67%, sedangkan

siswa yang belum tuntas dalam pencapaian nilai tes sebesar 13,33. Hal ini

menunjukkan bahwa indikator keberhasilan belajar sudah tercapai yaitu sebesar

80 %, berarti tujuan dari pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

terprogram pada siklus II sudah tercapai.

Tabel 19. Ketuntasan Nilai Tes Hasil Belajar Siswa Kelas VII B Pada Siklus II

Secara Klasikal

Jumlah No Hasil Tes

Siswa % Keterangan

1 Nilai kurang dari 65 4 13,33 Belum Tuntas

2 Nilai 65 keatas 26 87,67 Tuntas

3 Jumlah 30 100

Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009

3. Refleksi

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan selama kegiatan belajarmengajar

dengan model pembelajaran terprogram pada akhir siklus II, diperoleh beberapa

temuan yaitu :

Page 69: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Tabel 20. Keberhasilan, Kekurangan, dan Perencanaan Ulang Siklus II.

Keberhasilan Kekurangan Perencanaan ulang

1. Meningkatkan keaktivan belajar

siswa dari 46,11% pada siklus I

menjadi pada siklus II 50,15 %.

Keaktivan belajar siswa pada siklus

II dapat dikategorikan cukup aktif,

hal ini dikarenakan rata-rata

keaktivan belajar siswa berada

antara 40-59% dari keseluruhan

variabel pengukuran keaktivan

belajar siswa.

2. Meningkatnya rata-rata kelas yang

diperoleh dari tes hasil belajar pada

siklus I sebesar 68,11 menjadi 75

pada siklus II. Dengan kriteria

ketuntasan minimal sebesar 65.

Daftar perbandingan nilai rata-

rata kelas pada siklus I dan Siklus II

dapat dilihat pada lampiran 15.

3. Tercapainya ketuntasan belajar

secara klasikal dengan batas

minimal 80%. ketuntasan klasikal

pada siklus I yaitu sebesar 70%

menjadi 86,67 % pada siklus II.

Hal ini menunjukkan

tercapainya ketuntasan belajar

secara klasikal yang batas

minimalnya adalah 80%.

1. Masih terdapat 4 siswa

belum tuntas atau

sebesar 13,33%, dari

keseluruhan siswa

kelas VII B yang

berjumlah 30 siswa.

1. Tidak diadakan

perencaan ulang, hal

ini dikarenakan

ketuntasan klasikal

siswa sebesar 80%

sudah terpenuhi

Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009

Page 70: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Berdasarkan refleksi siklus II, siklus II sudah berhasil sesuai dengan

ukuran indikator keberhasilan. Dari segi proses, siklus II sudah berhasil

meningkatkan keaktivan belajar siswa. sedangkan dari segi hasil, ada 26 siswa

yang nilainya > 65. Jadi prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal

mencapai 87,67 %. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan

model pembelajaran terprogram dapat digunakan untuk meningkatkan keaktivan

dan hasil belajar geografi khususnya pada materi yang berbentuk naratif seperti

materi cuaca dan iklim.

D. Perbandingan Antar Siklus

Pada kegiatan pembelajaran siklus I dan siklus II terdapat berbagai macam

perbedaan hasil yang diperoleh. Adapun perbandingan hasil pelaksanaan belajar-

mengajar dengan menggunakan model pembelajaran terprogram dari kedua siklus

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Table 21. Perbandingan antar siklus

Aspek Siklus I Siklus II

Alokasi

waktu

Kurang terstruktur Lebih terstruktur bila

dibandingkan dengan

siklus I

30 siswa mengikuti pelajaran dengan baik tanpa

ada yang absen.

30 siswa mengikuti pelajaran

dengan baik tanpa ada yang

absen.

5 siswa bertanya kepada guru. 9 siswa bertanya kepada guru.

7 siswa menjawab pertanyaan guru. 11 siswa menjawab pertanyaan

guru.

5 siswa memberikan pendapat atas pertanyaan

siswa lainnya.

13 siswa memberikan pendapat

atas pertanyaan siswa lainnya.

30 siswa mengerjakan tugas dari guru. 30 siswa mengerjakan tugas

dari guru.

kekativan

belajar siswa

6 siswa mengerjakan soal di depan kelas. 10 siswa mengerjakan soal di

depan kelas.

Hasil belajar

siswa

Nilai rata-rata kelas tes hasil belajar siklus I

adalah 65,42 mengalami peningkatan dari nilai

rata- rata ulangan sebelum pelaksanaan

tindakan yaitu 66,01% dengan Ketuntasan

klasikal hasil belajar yaitu 56,57%

Nilai rata rata kelas 79,44

dan ketuntasan klasikal

sebesar 86,67.

Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009

Page 71: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Hasil penelitian yang secara garis besar diseskripsikan ke dalam dua siklus

yaitu siklus I dan siklus II memperlihatkan beberapa hal yang dapat dicermati

sehubungan dengan pemahaman materi geografi siswa dan pengembangan model

pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran terprogram menjadikan siswa

lebih mudah mengerti dan memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh

guru.

Rata- rata nilai tes hasil belajar yang dicapai siswa pada siklus I sebesar 66

%. Hasil pencapaian nilai evaluasi menunjukkan masih ada beberapa siswa yang

nilainya di bawah batas ketuntasan belajar. Penyebab pencapaian nilai di bawah

batas ketuntasan belajar oleh sebagian siswa adalah karena faktor guru yang

terkesan kaku dalam penyampaian materi disamping itu juga alokasi waktu yang

kurang terstruktur. Sehingga siswa bingung dalam memahami materi dan interaksi

siswa dengan guru kurang berjalan dengan baik. Mempertimbangkan hasil yang

dicapai oleh siswa pada siklus I yaitu prosentase capaian pada tiap-tiap

kompetensi dasardan ketuntasan belajar yang belum optimal. prosentase capaian

siswa pada tiap- tiap kompetensi dasarsecara keseluruhan sebesar 66,01% dan

ketuntasan klasikal sebesar 56,67%. Karena 43,33% siswa belum mengalami

ketuntasan belajar maka perlu diulang kembali pengajaran mengenai bahan yang

berhubungan dengan soal tersebut bagi seluruh kelas. Langkah pengulangan

kembali pengajaran bahan atau konsep tersebut dilaksanakan pada siklus II. Hasil

belajar siswa pada siklus II pada tiap- tiap kompetensi dasarsecara keseluruhan

sebesar 79, 44% . Capaian persentase tersebut memperlihatkan bahwa pemahaman

siswa pada materi cuaca dan iklim mengalami peningkatan. Ketuntasan secara

klasikal meningkat menjadi 86,67% sehingga pada siklus II ini proses belajar-

mengajar dikatakan berhasil yang melebihi dari batas indikator ketuntasan belajar

secara klasikal yaitu sebesar 80%.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil kegiatan penelitian yang telah dilakukan, dapat dibahas

hal-hal sebagai berikut :

Page 72: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

1. Keaktivan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Geografi

Untuk mengetahui bagaimana keaktivan belajar siswa terhadap mata

pelajaran geografi diamati dengan menggunakan lembar observasi. Prosentase

rata-rata keaktivan belajar siswa pada siklus I yaitu 46,11 % dan siklus II sebesar

50,15%. Keaktivan belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan bila

dibandingkan pada siklus I. Hasil perhitungan persentase keaktivan belajar pada

siklus I dan siklus Iidapat dilihat paada tabel dibawah ini:

Tabel 22. Perbandingan persentase keaktivan belajar siswa siklus I dan siklus II

Siklus I Siklus II Komponen Keaktivan

Jumlah Siswa % Jumlah Siswa %

• Kehadiran siswa 30 100 30 100

• Bertanya kepada guru 5 16,67 9 30

• Menjawab pertanyaan

guru

7 23,33 11 36,67

• Memberikan tangapan

atas pertanyaan siswa

lainnya

5 16,67 13 43,33

• Mengerjakan Tugas 30 100 30 100

• Mengerjakan Soal didepan

Kelas

6 20 10 33,33

Rata-Rata Keaktivan Belajar 46,11 50,15

Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009.

Hasil pengamatan observer tentang pencapaian persentase minat belajar

siswa selama menggunakan model pembelajaran terprogram pada siklus I

divisualisasikan pada gambar 7.

Page 73: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Gambar 7.Histogram Perbandingan Persentase Keaktivan Belajar Siswa

Pada Siklus I

2. Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Geografi

Data hasil belajar geografi pada kompetensi dasar cuaca dan iklim yang

dianalisis adalah data yang diperoleh dari tes hasil belajar siklus I dan siklus II.

Perbandingan distribusi frekuensi nilai hasil belajar siswa dalam pembelajaran

geografi dengan penggunaan mengunakan model pembelajaran terprogram dapat

dilihat pada tabel 22.

Tabel 23. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Hasil Belajar

Frekuensi Pada

Nilai (N) Tes Hasil Belajar

Siklus I

Tes Hasil Belajar

Siklus II

80 < N < 100 4 12

60 < N< 80 21 17

40 < N< 60 5 1

Jumlah 30 30

Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009.

Untuk memperjelas perbandingan distribusi frekuensi nilai tes hasil belajar

untuk kedua siklus disajikan dalam histogram pada gambar 8.

P

R

E

S

E

N

T

A

S

E

Page 74: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Gambar 8 Distribusi Frekuensi Tes Hasil Belajar Siklus I dan Siklus II

Dari tabel 22 dan gambar 8 terlihat bahwa siswa yang mendapat nilai 80-

100 pada tes siklus I adalah 4 siswa. Setelah tindakan pada siklus I diperbaiki,

pada tes siklus II banyaknya siswa yang mendapat nilai ini meningkat menjadi 7

siswa. Perolehan nilai 60-80 mendominasi tes hasil belajar yakni tes siklus I

sebanyak 12 siswa dan tes siklus II sebanyak 22. Siswa yang mendapat nilai 40-60

berkurang, dari 18 siswa pada tes siklus I menjadi 1 pada tes siklus II. Untuk

mengetahui ketuntasan belajar siswa, peneliti menganalisis tes hasil belajar siklus

I dan tes hasil belajar siklus II.. Ketuntasan belajar klasikal dihitung dengan

rumus:

%100×=

siswaJumlah

tuntasyangsiswaJumlahklasikalKetuntasan

Dengan kriteria apabila 80 % dari jumlah siswa yang tuntas dengan nilai >

65 untuk tiap tes hasil belajar.

J

U

M

L

A

H

S

I

S

W

A

Page 75: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Tabel 24. Perbandingan Ketuntasan Belajar Secara Klasikal

Tuntas Belajar Belum Tuntas Hasil

Belajar

Nilai Rata-

Rata Kelas Jumlah % Jumlah %

Tes I 68,11 21 70 9 30

Tes II 75,00 26 86,67 4 13,33

Sumber : Hasil Penelitian Tindakan Kelas Tahun 2009

Gambar 9. Histogram Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Tes Siklus I dan

Tes Siklus II Secara Klasikal.

Berdasarkan analisis hasil penelitian tindakan kelas, dapat disimpulkan

bahwa penggunaan model pembelajaran terprogram dapat meningkatkan

keaktivan dan hasil belajar siswa dalam proses belajar mengajar geografi

khususnya pada materi cuaca dan iklim.

��

��

�����

�����

��

��

��

��

��

��

��

���

� ���� ��� ��� ����

����

�����

P

R

E

S

E

N

T

A

S

E

Page 76: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3441

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, setelah dievaluasi dan

dianalisis dapat disimpulkan bahwa:

1. Hasil Belajar Siswa

Penggunaan model pembelajaran terprogram dalam proses belajar

mengajar geografi khususnya pada materi cuaca dan iklim dapat meningkatkan

hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa. Hal ini terlihat dari meningkatnya rata-

rata kelas yang diperoleh dari tes hasil belajar pada siklus I sebesar 68,11 menjadi

75 pada siklus II. dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I

sebesar 70 %, menjadi 86,67 % pada siklus II.

2. Keaktivan Belajar Siswa

Penggunaan model pembelajaran terprogram dalam belajar mengajar

geografi khsusnya pada materi cuaca dan iklim dapat meningkatkan keaktivan

belajar siswa. Hal ini terlihat dari meningkatnya presentase rata-rata keaktivan

belajar yaitu pada siklus I 46,11% menjadi pada siklus II 50,15 %.

Dengan demikian, penggunaan media model pembelajaran berpogram

dapat digunakan untuk meningkatkan keaktivan belajar dan hasil belajar geografi

khususnya pada materi yang berbentuk diskriptif seperti Lingkungan Hidup dan

Pelestariannya.

B. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas penulis dapat

dikemukakan implikasi sebagai berikut:

1. Implikasi Teoretis

a. Secara teoretis hasil penelitian ini terbukti secara empirik, kegiatan belajar

mengajar geografi pada materi yang berbentuk naratif tertulis seperti materi

cuaca dan iklim dengan mengunakan model pembelajaran terprogram dapat

meningkatkan keaktivan belajar siswa. Hal ini dapat digunakan sebagai bahan

62

Page 77: FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS …eprints.uns.ac.id/6435/1/180341011201104221.pdf · hasil belajar siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 9 Boyolali Tahun Ajaran 2009/2010

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

pertimbangan akan pentingnya penggunaan model pembelajaran yang tepat

untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

�� Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan tambahan pengetahuan dasar

penelitian selanjutnya, juga dapat dipergunakan sebagai gambaran untuk

menentukan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam meningkatkan hasil

belajar siswa. �

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini secara praktis dapat diterapkan pada pembelajaran

geografi di SMP Muhammadiyah 9 Boyolali, yakni bahwa peningkatan keaktian

dan hasil belajar geografi siswa dapat diupayakan melalui penggunaan model

pembelajaran terprogram. Hal ini disebabkan model pembelajaran terprogram

menekankan pada keaktivan belajar siswa, baik fisik maupun mental sehingga

mendorong siswa untuk selalu aktif dalam proses belajar mengajar.

C. Saran- Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka dikemukakan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Untuk mencapai kompetensi dasar geografi secara optimal, dalam proses

belajar mengajar diperlukan adanya partisipasi dan keaktivan siswa serta

ketrampilan guru dalam meilih dan menggunakan model mengajar secara

tepat dan sesuai dengan karakteristik materi, alokasi waktu, fasilitas

pendukung, dan karakteristik siswa.

2. Setelah pelaksanaan penelitian tindakan ini, disarankan kepada guru geografi

untuk menggunakan, disarankan kepada guru geografi yang mengajar materi

berbentuk naratif tertulis dan tujuan pelajarannya lebih menekankan pada

konsep dari pada ketrampilan