Faktor Sukses Implementasi E-Govt

20
Faktor Sukses Implementasi E-Government Oleh: Mas Wigrantoro Roes Setiyadi Country Advocate GIPI – IMLPC 1. Pengantar Pada akhirnya, sebagaimana sudah terjadi di banyak negara, Internet masuk dan merasuki pemerintahan. Bila sebelumnya hanya digunakan untuk sarana penelitian dan komunikasi antar-peneliti di lingkungan perguruan tinggi, setelah Internet dikomersialkan, tak pelak ia mampu menjadi “perubah besar” dalam berbagai aspek kehidupan manusia termasuk tata laksana pemerintahan. Jauh sebelum munculnya Internet, sudah banyak institusi pemerintah di Indonesia yang menggunakan Sistem Informasi (SI) bagi menunjang operasional masing – masing. Namun SI ini masih berupa pulau – pulau yang terpisah satu dengan lainnya, relatif tidak ada keterhubungan dan ketersesuaian, bahkan di satu departemen sekalipun. Sebagian besar SI ini masih berorientasi ke dalam, artinya hanya untuk memenuhi kepentingan internal organsaisi saja. Penggunaan SI untuk pelayanan publik masih belum lazim, bukan saja disebabkan oleh belum tersedianya teknologi yang mudah dan murah untuk pelayanan publik, namun adanya permasalahan lain yang menghambat seperti tatanan peraturan dan perundangan yang belum mendukung adanya pelayanan publik melalui media online. Munculnya gelombang reformasi dan makin matangnya teknologi Internet seolah menjadi pemecah kebekuan yang selama ini tak tergoyahkan. Masyarakat membicarakan e-government. Sebagian aparat pemerintah menunjukkan itikad dan antusiasmenya terhadap e-govt yang dipercaya akan menjadi “wajah” pemerintahan di era milenium. Di balik semua itu ada terkandung berbagai masalah yang bila tidak dibenahi, akan mengurangi manfaat dari e-govt, atau bahkan tidak akan menambah kesejahteraan masyarakat meski sumber daya sudah banyak dikerahkan. document.doc Page 1 of 20

description

Pada akhirnya, sebagaimana sudah terjadi di banyak negara, Internet masuk dan merasuki pemerintahan. Bila sebelumnya hanya digunakan untuk sarana penelitian dan komunikasi antar-peneliti di lingkungan perguruan tinggi, setelah Internet dikomersialkan, tak pelak ia mampu menjadi “perubah besar” dalam berbagai aspek kehidupan manusia termasuk tata laksana pemerintahan.

Transcript of Faktor Sukses Implementasi E-Govt

Page 1: Faktor Sukses Implementasi E-Govt

Faktor Sukses Implementasi E-GovernmentOleh: Mas Wigrantoro Roes Setiyadi

Country Advocate GIPI – IMLPC

1. PengantarPada akhirnya, sebagaimana sudah terjadi di banyak negara, Internet masuk dan merasuki pemerintahan. Bila sebelumnya hanya digunakan untuk sarana penelitian dan komunikasi antar-peneliti di lingkungan perguruan tinggi, setelah Internet dikomersialkan, tak pelak ia mampu menjadi “perubah besar” dalam berbagai aspek kehidupan manusia termasuk tata laksana pemerintahan.

Jauh sebelum munculnya Internet, sudah banyak institusi pemerintah di Indonesia yang menggunakan Sistem Informasi (SI) bagi menunjang operasional masing – masing. Namun SI ini masih berupa pulau – pulau yang terpisah satu dengan lainnya, relatif tidak ada keterhubungan dan ketersesuaian, bahkan di satu departemen sekalipun. Sebagian besar SI ini masih berorientasi ke dalam, artinya hanya untuk memenuhi kepentingan internal organsaisi saja. Penggunaan SI untuk pelayanan publik masih belum lazim, bukan saja disebabkan oleh belum tersedianya teknologi yang mudah dan murah untuk pelayanan publik, namun adanya permasalahan lain yang menghambat seperti tatanan peraturan dan perundangan yang belum mendukung adanya pelayanan publik melalui media online.

Munculnya gelombang reformasi dan makin matangnya teknologi Internet seolah menjadi pemecah kebekuan yang selama ini tak tergoyahkan. Masyarakat membicarakan e-government. Sebagian aparat pemerintah menunjukkan itikad dan antusiasmenya terhadap e-govt yang dipercaya akan menjadi “wajah” pemerintahan di era milenium. Di balik semua itu ada terkandung berbagai masalah yang bila tidak dibenahi, akan mengurangi manfaat dari e-govt, atau bahkan tidak akan menambah kesejahteraan masyarakat meski sumber daya sudah banyak dikerahkan.

Paper ini dimaksudkan sebagai masukan dan pemikiran dalam memahami faktor – faktor penghambat maupun pendukung dalam upaya mensukseskan implementasi e-govt. Faktor – faktor ini tidak hanya yang bersifat teknis semata, namun juga yang non-teknis dan strategis. Pada bagian pertama akan diuraikan permasalahan yang berkenaan dengan implementasi e-govt dalam tataran makro dan mikro, Untuk memperoleh gambaran implementasi dan harapan, disajikan fakta di negara – negara lain beserta komentar dari berbagai pihak mengenai e-govt.

Pola pikir yang melandasi implementasi e-govt dicoba didekati dalam konteks Indonesia, dari sinilah kemudain muncul berbagai faktor penghambat dan pendorong. Pada bagian akhir penulis menyampaikan tantangan yang akan dihadapi ke depan berkaitan dengan tata laksana pemerintahan dan posisi relatif e-government. Menutup paper ini penulis menyampaikan kesimpulan dan saran dengan harapan dapat bermanfaat dalam loka karya ini, maupun bagi masyarakat Indonesia.

document.doc Page 1 of 14

Page 2: Faktor Sukses Implementasi E-Govt

2. PermasalahanTelematika di Indonesia sedang menghadapi dua fenomena secara bersamaaan. Fenomena pertama, anak ayam mencari sangkar dan induk. Sejak belum terjadi perubahan pemerintahan, Telematika tidak memiliki “sangkar” yang permanen dan “induk” yang dapat dijadikan panutan. Ketika sangkar telah dibentuk, ternyata masih menyisakan masalah baru karena tidak semua bersedia dimasukan ke dalam sangkar tersebut. Sementara induk semang yang lama sudah pindah dan induk yang baru tidak tahu kalau punya anak – anak yang mesti diasuh. Dapat dibayangkan bagaimana susahnya anak ayam ini dapat tumbuh berkembang karena tiada rumah dan tiada pemimpin yang dapat dijadikan lokomotif di depan.

Kedua, fenomena sekelompok orang buta yang mengamati gajah sedang terjadi di Indonesia. E-government yang sedang menjadi buzzword bagi sementara pihak belakangan ini “didekati” oleh berbagai pihak dengan bermacam konsep pemikiran dan pendekatan. Di satu sisi, ada pihak yang telah lama berkecimpung dalam bidang Teknologi Informasi (TI) dan telah berhasil membangun sistem informasi di berbagai instansi pemerintah melihat e-govt tidak lebih dari sekedar membangun aplikasi sistem informasi yang dapat diakses publik melalui media Internet. Sementara itu ada pendapat lain yang berpendadapat bahwa e-govt adalah menampilkan informasi pemerintahan di Internet dan selanjutnya melakukan pelayanan publik melalui media yang sama. Menambahi pendapat ini, seorang praktisi pemerintahan menyatakan bahwa e-govt adalah memberi nilai tambah bagi pelayanan pemerintah yang selama ini sudah berlangsung. Namun ada juga sementara pihak yang berpendapat, e-govt tidak sekedar tampil di Internet. E-govt bagi kelompok ini adalah perubahan radikal di dalam sistem dan tata laksana pemerintahan yang menuntut teladan kepemimpian, kesediaan merubah paradigma, berani bertindak transparan, dan semua itu bukan sekedar untuk melayani kepentingan publik semata, tetapi mencakup kepentingan yang lebih luas yaitu sebagai bagian dari sistem pemerintahan yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat.

Perbedaan cara pandang ini sah – sah saja bila masih dalam tataran wacana. Akan menjadi masalah besar bila di antara berbagai pihak yang berkepentingan dengan pemerintahan tidak terjalin keharmonisan pemahaman tentang e-govt sehingga pada tataran berikutnya dapat memunculkan implementasi e-govt yang tidak dapat saling berbicara satu dengan lainnya. Bila sudah demikian, yang akan muncul adalah inefisiensi dan kesia-siaan penggunaan teknologi yang semestinya bisa memakmurkan masyarakat.

Pola pikir sektoral yang hanya melihat kepentingan sendiri dalam membangun e-govt juga akan menjadi potensi masalah bila tidak ada koordinasi antar-berbagai institusi pemerintah. Pembenaran atas pemikiran dan langkah dalam implementasi e-govt sesuai dengan selera masing – masing tanpa mengindahkan pentingnya berpikir dan bertindak secara komprehensif akan menimbulkan potensi fragmentasi implementasi e-govt. Demikain pula kepentingan sekelompok pihak agar produknya dipakai, tanpa memperhatikan standar teknis yang menjamin kompatibilitas dan harmonisasi dengan Sistem Informasi Nasional akan menciptakan kesia- siaan baru.

document.doc Page 2 of 14

Page 3: Faktor Sukses Implementasi E-Govt

3. Fakta dan PendapatBeberapa negara sudah mulai menerapkan e-govt, demikian pula ada beberapa pemerintah daerah yang meng-klaim dirinya sebagai telah melaksanakan e-govt. Untuk memperoleh gambaran mengenai apa yang sudah dikerjakan dan yang diharapkan oleh berbagai kalangan tentang e-govt di bawah ini disajikan fakta dari beberapa negara lain dan pendapat dari berbagai pihak

SingapuraPemerintah merumuskan visi e-govt “to be a leading e-government to better serve the nation in the Digital Economy”. Selanjutnya visi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

The Singapore Public Service faces the challenge of re-inventing government in the Digital Economy. This transformation of government and governance cuts across all aspects of the public sector from leadership, delivery of electronic public services, internal government operations, and ultimately economic competitiveness. It requires the establishment of an e-Government, one which recognises the impact of infocomm technologies on governance in the Digital Economy and exploits these technologies in the workplace and in internal processes for the delivery of citizen-centric public services.

Kunci sukses Singapura dalam implementasi e-govt sebagaimana dinyatakan dalam visi pemerintah adalah komitmen pemimpin nasional yang disertai dengan sasaran yang

document.doc Page 3 of 14

Page 4: Faktor Sukses Implementasi E-Govt

hendak dicapai dan strategi untuk melakukan kaji ulang tata laksana pemerintahan (reinventing the government), kejelasan jenis pelayanan publik secara online yang akan dilaksanakan, serta kesiapan masyarakatnya untuk menyambut e-govt.

Amerika SerikatPresiden menetapkan bahwa e-govt merupakan salah satu elemen untuk mengukur kinerja pemerintah, sebagaimana disampaikan oleh Presiden Clinton, pada tahun 1998.

Electronic government is one of the five key elements in the President's Management and Performance Plan. Our approach, modeled on the best practices of the private sector, is to tap into that knowledge and use it to identify applications of Internet technologies to reform the way our organizations do business.

Amerika Serikat sebagai negara pengguna Internet pertama kali, mempelopori e-government yang diaplikasikan dalam pelayanan kepada individu, kalangan bisnis, hubungan antar-lembaga pemerintahan, serta sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi dan effektivitas internal organisasi. Komitmen dan perintah Presiden yang ditindak –lanjuti dengan pembentukan satuan tugas dan didukung dengan tersedianya sumber daya merupakan kunci sukses implementasi e-govt di Amerika Serikat.

document.doc Page 4 of 14

Page 5: Faktor Sukses Implementasi E-Govt

PhilippinesSeorang pejabat pemerintah menyatakan:

The government has embarked on a computerization program for fast-track development and implementation of information systems for government frontline services such as civil, vehicle, land registration, licensing, health and other social services. Electronic governance is a goal intended to be achieved by the creation of RPWEB by virtue of Administrative Order. No. 332, requiring the interconnection of all government offices and units, continues to be implemented. The Bureau of Internal Revenue is almost fully computerized, while other agencies such as the Bureau of Customs are gearing up as well for computerization. Computerization of these agencies is expected not only to increase efficiency in service, but more importantly, to enhance revenues and reduce graft and corruption.

Penjelasan di atas mendapat tanggapan dari kalangan bisnis sebagai berikut:Having efficient government systems in the Philippines has seemingly become an impossible dream. Slow processing of papers, red tape and disorganized process are just a few of the so many realities that turn off foreign and local investors. Will the new e-commerce system called B2G heal these maladies in the government?

Seorang akademisi dengan netral menyatakan:At present, there are already existing government systems that service some of the needs of the business community. Most of them have already created presence on the Internet they already have Web sites. Although the services are still limited, there are already provisions of additional services in the future.

E-government di Philippines masih dalam tahap mencari format, tidak berbeda kondisinya dengan Indonesia dan Thailand. Meski sudah banyak upaya yang dilakukan untuk mengembangkan aplikasi Internet termasuk e-commerce dan e-government namun Pemerintah di kedua negara ini belum membuat kebijakan nasional yang dijadikan acuan bagi pengembangan e-government.

KoreaUpaya komputerisasi instansi pemerintah sudah cukup lama dikerjakan oleh Korea, namun baru pada tahun 1998 Ministry of Government Administration and Home Affairs (MOGAHA) menetapkan visi dan strategi e-government. Sebagaimana dinyatakan oleh pemerintah sebagai berikut:

We aim to make a knowledge-based government which delivers high quality service and does best work through IT based office innovation. Thus government will : (1) Deliver one-stop service to every citizen any time, anywhere; (2) Do better work than the private sector; and (3) Be transparent and customer-friendly.

Visi ini selanjutnya diikuti dengan strategi pengembangan yang meliputi tiga tahap:The first stage (1998-1999) is the arrangement period for an electronic government: Connecting government departments and administrations with the intranet Undertaking pilot projects Sharing key public data, etc

document.doc Page 5 of 14

Page 6: Faktor Sukses Implementasi E-Govt

The second stage (2000-2001) is the construction period for integrated information: Connecting central and local governments with a network Exchanging electronic documents among the central and local governments Giving the public servants e-mail addresses, etc.

The third stage (2002) is the operation period of the electronic government: Exchanging electronic documents between the public sector and the private sector Constructing open and transparent governments Supporting CEO to make policy, etc.

Kunci sukses implementasi e-govt di Korea, selain adanya komimen dari pemimpin nasional, juga adanya kejelasan visi, strategi, dan sasaran yang ingin dicapai. Selain itu keterbukaan dan kemauan untuk merubah tata kerja pemerintah yang disertai koordinasi antar instansi pemerintah juga mendukung suksesnya implementasi e-govt.

Kemajuan di Dalam NegeriSementara di pemerintah pusat kita masih mencari bentuk dan berkutat dengan masalah koordinasi dan penyamaan persepsi, beberapa pemerintah kabupaten dan kota telah berinisiatif membangun portal dan menyatakan telah mulai menerapkan e-government di lingkungan pemda masing - masing. Salah satunya adalah pemerintah daerah kabupaten Takalar. Bila disimak dari tampilan yang ada, e-govt di pemda Takalar ini dimaksudkan untuk pelayanan publik satu atap seperti pembuatan SIM, KTP, IMB, Akta Catatan Sipil dan lain – lain yang nota bene merupakan hak warga negara untuk memperoleh dan memilikinya. Setidaknya hingga saat ini belum ada survei yang menunjukkan apakah “e-govt” yang dibangun beberapa pemerintah daerah tersebut sudah memenuhi kebutuhan dan dapat berjalan sesuai dengan keinginan sebagaimana ketika direncanakan.

Komentar Dari Dalam Negeri Khudori, pengamat ekonomi dan agribisnis, alumnus Fakultas Pertanian Universitas Jember, dalam situs http://www.lppm.ac.id/majalah/sep-2001/otonomi.htm memberi komentar:

“Salah satu tantangan yang dihadapi pemerintah daerah di Indonesia dalam memper-cepat penerapan e-Government, adalah perubahan budaya kerja bagi karyawan kantor pemerintah. Kecepatan pelayanan akan secara transparan terlihat bagi anggota masyarakat.”

Sementara itu Menteri Negara Komunikasi dan Informasi dalam pidato pembukaan ICT Week di Jakarta pada tanggal 1 Oktober 2001 memberi komentar tentang e-government:

“Tidak bisa saling menunggu. Walaupun ada sejumlah perbedaan, dengan teknologi semua itu pasti bisa disatukan.”

Arvino Mudjiarto, Manajer IBM, sebagaimana dikutip dalam sebuah portal menyatakan: “E-government tidak harus berbiaya mahal dan dimulai dengan sesuatu yang besar, e-government bisa dimulai dari yang paling sederhana."

document.doc Page 6 of 14

Page 7: Faktor Sukses Implementasi E-Govt

4. Landasan PemikiranStiglitz (2000) menyatakan bahwa yang membedakan pemerintah dari swasta adalah legitimasi dan hak untuk menetapkan peraturan yang juga mengatur swasta. Pemerintah memiliki hak untuk menetapkan dan memaksa warga negara untuk membayar pajak, meminta untuk melaksanakan wajib militer, dan lain sebagainya yang bersifat paksaan. Namun di sisi lain pemerintah juga memiliki kewajiban mensejahterakan masyarakat dengan dana yang dihimpun dari pajak masyarakat. Segala daya dan upaya harus dilakukan pemeritah agar rakyat yang memberi kepercayaan kepada mereka dapat menikmati kemakmuran.itulah ciri suatu negara yang demokratis.

Amanah rakyat ini tertuang dalam konstitusi maupun produk – produk hukum di bawahnya sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Dasar 1945 (UUD 45), dan Garis – garis Besar Haluan Negara (GBHN). UUD 45 (yang telah diamandemen) Pasal 28F menyatakan:

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segaa jenis saluran yang tersedia.

Ketetapan MPR-RI Nomor V/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuan Dan Kesatuan Nasional mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penyeleggaraan pemerintahan di masa lalu dengan menyatakan bahwa penyalah gunaan kekuasaan sebagai akibat dari

document.doc Page 7 of 14

Page 8: Faktor Sukses Implementasi E-Govt

lemahnya fungsi pengawasan oleh internal pemerintah dan lembaga perwakilan rakyat, serta terbatasnya pengawasan oleh masyarakat dan media massa pada masa lampau, telah menjadikan transpransi dan pertanggung-jawaban pemerintah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang bersih dan bertanggung – jawab tidak terlaksana. Akibatnya, kepercayaan masyarakat kepada penyelenggara negara menjadi berkurang. Bila kita konsisten dengan tujuan berbangsa dan bernegara, kondisi yang diperlukan untuk memperbaiki keadaan ini adalah pulihnya kepercayaan masyarakat kepada penyelenggara negara dan antar sesama masyarakat sehingga dapat menjadi landasan untuk kerukunan dalam hidup bernegara. Arah kebijakan yang perlu disiapkan dalam mengatasi masalah ini mencakup dan tidak terbatas pada upaya meningkatkan integritas, profesionalisme, dan tanggung jawab dalam penyelenggaraan negara, serta memberdayakan masyarakat untuk melakukan kontrol secara konstruktif dan efektif.

Arah kebijakan yang dinyatakan dalam Ketetapan MPR ini pada tataran berikutnya diterjemahkan oleh Instruksi Presiden Nomor 6/2001 tentang Pedoman Pendaya – gunaan Teknologi Telematika di Indonesia melalui perlunya Indonesia melaksanakan prinsip good governance dalam pelaksanaan pemerintahan. Implementasi online government sebagaimana diamanatkan dalam Inpres 6/2001 diwujudkan menggunakan alat bantu teknologi telematika yang selanjutnya disebut e-government.

5. Faktor DominanSuksesnya implementasi e-govt di suatu pemerintah dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat teknis maupun non-teknis. Garnham (2000) memperkirakan faktor non teknis seperti adanya visi, misi, sasaran dan strategi yang dinyatakan dengan jelas dan dilaksanakan dengan dukungan penuh dari para pemimpin nasional lebih dominan dalam mempengaruhi keberhasilan e-govt dari pada faktor teknis. Hal ini dapat dimaklumi, karena pada dasarnya dalam faktor teknis kita berhubungan dengan alat yang bersifat statis, sementara dalam faktor non-teknis kita lebih banyak berhubungan dengan manusia yang memiliki berbagai karakter dan latar belakang kepentingan yang berbeda.

DefinisiMoh. Nazir, PhD dalam Metode Penelitian (1988), menganjurkan agar dalam memulai suatu kajian diawali dengan menetapkan definisi. Dari definisi ini akan terkuak ruang lingkup yang terkandung di dalam permasalahan yang dibahas, serta hal – hal apa saja yang diperlukan dalam penetapan langkah berikutnya.

World BankE-Government refers to the use by government agencies of information technologies (such as Wide Area Networks, the Internet, and mobile computing) that have the ability to transform relations with citizens, businesses, and other arms of government. These technologies can serve a variety of different ends: better delivery of government services to citizens, improved interactions with business and industry, citizen empowerment through access to information, or more efficient government management. The resulting benefits can be less corruption, increased transparency, greater convenience, revenue growth, and/or cost reductions.

document.doc Page 8 of 14

Page 9: Faktor Sukses Implementasi E-Govt

Bozz Allen HamiltonGovernment online is the use of information and communication technologies (ICT) for government operations and the delivery of public services in a more convenient, customer-oriented and cost effective way.

AustraliaPemerintah Australia mendefinisikan e-government melalui lima tujuan yang ingin dicapai: Government Online aims to extend the benefits of the information revolution

currently being experienced by individuals, communities and businesses in their dealings with each other to their dealings with government.

Government Online has as its objective an environment where virtually all government services are available around the clock to anyone

Government Online has as its objective a complete range of high quality, low cost online services.

Government Online has as its objective tailored services that are easy to use and allow people to interact with Government in a way which is natural to them.

Government Online has as its objective bringing government closer to people to encourage people to interact with government

Janet Caldow, Director, Institute for Electronic Government, IBM Corporation mengingatkan bahwa definisi e-govt yang terlalu sempit, seperti “simply moving services online” dalam jangka panjang akan mengurangi keunggulan bersaing atau dalam kata lain mengurangi bobot pemerintah. Sebagaimana kita ketahui tugas pemerintah bukan hanya sebagai institusi penerbit ijin, namun ada tugas yang lebih besar yaitu mensejahterakan masyarakat. Sebaliknya, definisi e-govt yang terlalu melebar, dapat mengakibatkan kesulitan tersendiri bagi pemerintah untuk melaksanakannya. Implementasi e-govt membutuhkan sumber daya dalam jumlah besar, bila batasan dan ukuran keberhasilan tidak dinyatakan secara spesifik, besar kemungkinan yang akan terjadi adalah aktivitas yang hanya memboroskan biaya saja.

Usulan DefinisiMengacu pada definisi di atas dan melihat tujuan pembangunan Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam konstitusi, GBHN, dan peratusan perundangan di bawahnya, dirasa perlu untuk mengalang harmonisasi dan persepsi mengenai definisi e-government. Lebih jauh setelah tercapai kesepakatan mengenai definisi, langkah selanjutnya adalah mencapai kesepakatan mengenai visi, misi, sasaran dan strategi nasional dalam pembangunan e-government ini.

Penulis berinisiatif untuk mengajukan usulan definisi dari e-government sebagai berikut:Dalam konteks makro, e-government mencakup penggunaan Telematika (ICT) secara efektif dan efisien guna menunjang pelaksanaan tugas dan tata laksana pemerintah dalam misinya sebagai pengemban amanat menuju masyarakat demokratis, adil, makmur dan sejahtera.

document.doc Page 9 of 14

Page 10: Faktor Sukses Implementasi E-Govt

Dalam konteks mikro, e-government adalah pelayanan publik yang dilaksanakan oleh semua instansi pemerintah yang terkoordinasi satu dengan lainnya secara optimal dengan menggunakan teknologi telematika.

Implikasi Dari definisi di atas tersirat bahwa e-government tidak dapat dipandang secara linier satu dimensi saja, melainkan harus dilihat sebagai aspek yang multi dimensi, dan melibatkan berbagai pelaku (multi players) dengan berbagai kepetingan di dalamnya. Dimensi tersebut antara lain, namun tidak terbatas pada: teknologi, ekonomi, sosial, organisasi, politik, dan budaya.

Simon Kuznet (1971) membuktikan bahwa teknologi berperan besar dalam upaya memperbaiki kuantitas dan kualitas output ekonomi yang ditunjukkan dengan peningkatan pendapatan per capita. Pengembangan pengetahuan dan penggunaan teknologi pada gilirannya akan berdampak pada dua hal: makin matangnya teknologi tersebut serta terjadinya peningkatan kemampuan manajemen dan organisasi dalam menghadapi tantangan (Samantha, 2000). Pada bagian lain, Fukuyama (1999) meyakinkan kita bahwa pada akhirnya teknologi informasi akan mendorong tercapainya freedom and equality. Teknologi Informasi khususnya Internet, demikian kata Fukuyama, mengantarkan setiap individu untuk bebas menentukan pilihannya sesuai dengan selera dan kemampuan ekonominya. Hirarki menjadi kian datar (flat), baik itu di dalam area politik, pemerintahan, maupun perusahaan. Sebagai akibatnya, birokrasi yang di masa lalu bersifat kaku dan memaksa, dan cenderung merasa sebagai penguasa, ketika era ekonomi baru yang berbasis pada teknologi informasi menjadi semakin nyata, akan segera tertinggal dan tidak berdaya bila tidak segera merubah dirinya. Tolok ukur kesejahteraan berubah dari parameter lama. Satuan kesejahteraan tidak lagi ditetapkan menggunakan GDP atau income per capita, namun pada berapa besar setiap individu mengkonsumsi bandwidth dalam dunia nyata dan cyber yang saling terpilin satu dengan lainnya.

Perubahan budaya sangat mungkin terjadi meski kecepatannya berbeda satu daerah dengan lainnya. Kelompok masyarakat yang sudah mulai akrab dengan teknologi, menuntut efisiensi dan transparansi. Tuntutan ini hanya dapat dipenuhi bila organisasi publik memiliki kapasitas dan kesediaan untuk melakukan transformasi dari pola lama yang tertutup, lambat dalam pegambilan keputusan, birokratis dan korup menjadi organisasi yang transparan, efisien dalam pengambilan dan pelaksanaan keputusan, serta berorientasi melayani bukan dilayani.

Implementasi e-government yang dikaitkan dengan upaya memenuhi kebutuhan kebebasan dan kesamaan ini membutuhkan patron dari pemimpin nasional dengan memberikan teladan dan komitmen. Kepemimpinan menjadi kunci keberhasilan implementasi e-govt sebagaimana telah ditunjukan Singapura, Amerika Serikat, dan Korea. Sebaliknya, meski kita, yang berada di tataran perumus kebijakan, sudah cukup lama berupaya menyamakan persepsi dan merancang format dan rancangan e-govt namun hasilnya belum menggembirakan.

document.doc Page 10 of 14

Page 11: Faktor Sukses Implementasi E-Govt

SasaranBila visi, definisi, dan leadership sudah dimiliki, faktor berikut yang menentukan dalam suksesnya implementasi e-govt adalah kesepakatan mengenai sasaran yang ingin dicapai dengan e-govt ini. Secara bijak Amartya Sen, ekonom pemenang hadiah nobel ekonomi, mengingatkan bahwa teknologi hanyalah alat (means) bukan tujuan (ends). Kesalahan dalam menetapkan tujuan membawa kita terjebak pada keberhasilan semu. Dengan pola pikir Sen ini, kita harus berani mengatakan bahwa tujuan kita membangun e-govt bukan agar: semua instansi pemerintah terotomatisasi, atau terintegrasi satu dengan lainnya melalui Internet, atau agar terbangun sistem pelayanan publik secara online, namun lebih besar dari itu, yakni sebagai sarana untuk mensejahterakan masyarakat.

Kejelasan sasaran dan pemahaman serta konsistensi semua pelaku terhadap tercapainya sasaran inilah yang perlu disepakati sejak awal suatu pemerintah merencanakan membangun e-govt. Kalau tidak, yang akan terbentuk adalah aplikasi – aplikasi telematika yang dibangun tanpa mengindahkan harmonisasi dan sinergi dengan elemen pemerintah lainnya.

StrategiUntuk mewujudkan masyarakat makmur dan sejahtera yang difasilitasi oleh e-govt pelru dibuat suatu strategi implementasi. Strategi di sini dapat diibaratkan sebagai beberapa ekor kuda penarik sebuah kereta. Bila tidak ada kuda yang bergerak, maka kereta akan tetap tinggal diam, sebaliknya bila kuda – kuda tersebut dibiarkan begerak liar, maka laju kerta tidak terkendali dan penumpang dalam keadaaan bahaya. Kemampuan menentukan strategi dan sekaligus mengendalikan sumber daya ketika menjalankan e-govt menjadi faktor pendukung sukses tidaknya implementasi e-govt.

Strategi pertama diperlukan integrasi proses dan teknologi. Beberapa pemerintah daerah telah melaksanakan pelayanan publik secara online dalam satu atap melalui satu portal. Pendekatan yang sering disebut process transparency ini dilakukan dengan alasan bahwa masyarakat tidak perlu tahu proses pelayaan yang terjadi di dalam, atau masyarakat tidak dituntut untuk mengetahui instansi apa yang melayani kebutuhan mereka. Yang muncul di portal bukan nama – nama instansi tetapi daftar pelayanan. Hal ini tentu saja baik, namun demikian kesulitan muncul ketika suatu pelayanan melibatkan lebih dari satu instansi sementara antar-instansi terkait tidak ada keterhubungan dan kesesuaian aplikasi. Integrasi proses dan teknologi menjadi strategi pertama yang perlu dilakukan dalam implementasi e-government.

Strategi kedua berkait dengan upaya pembangunan ekonomi. Bila di masa lalu ketika ekonomi masih bertumpu pada aktivitas konvensional perhatian pembangunan ekonomi hanya ditujukan pada sedikit perusahaan besar dengan memberikan permodalan dan kemudahan lain, dalam era ekonomi digital perhatian sebaiknya difokuskan pada pelaku ekonomi berskala kecil yangmampu bekerja dengan efisien. Pembangunan ekonomi dalam era digital yang difasilitasi oleh adanya e-govt memiliki lima dimensi kepentingan: (1) meningkatkan kapasitas usaha kecil menengah (UKM); (2) meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan; (3) menarik industri teknologi tinggi;(4) menyediakan akses kepada

document.doc Page 11 of 14

Page 12: Faktor Sukses Implementasi E-Govt

infrastruktur ekonomi, dan (5) mewujudkan pemerintahan yang dekat dengan masyarakat dan bisnis.

Strategi ketiga berkait dengan upaya demokratisasi. Visi e-govt dianggap tidak lengkap bila di dalamnya tidak memberi perhatian dan dukungan terhadap upaya demokratisasi. Melalui e-government, harus terbentuk e-democracy, yakni pelaksanaan hak dan kewajiban warga negara yang disampaikan dan diekspresikan melalui media Internet. Pada tataran operasional, e-democracy dapat berupa pencatatan pemilih, kampanye partai politik, voting, pengumpulan opini publik, komunikasi dengan wakil rakyat yang duduk di parlemen, pengajuan draft undang – undang dan lain sebagainya. Salah satu tolok ukur keberhasilan Implementasi e-govt adalah ia mampu mengundang partisipasi masyarakat dalam kehidupan bernegara yang demokratis.

Strategi keempat berkait dengan upaya membangun komunitas. Lambat laun, penggunaan Internet mendorong terbentuknya komunitas baru berdasarkan minat dan kepentingan yang sama. Komitmen membangun e-govt harus disertai dengan upaya pengayaan terhadap masyarakat yang dilayani. Masyarakat dalam konteks ini bukan hanya berperan sebagai warga suatu negara, tetapi masyarakat dalam pengertian tradisional seperti orang tua, keluarga, pelajatr, konsumen, manula, dan lain sebagainya. Implementasi e-government akan berhasil dengan baik bila melihat profil masyarakat, yang nota bene akan menjadi pengguna, secara spesifik bukan hanya dari parameter statistik dalam tataran makro saja.

Strategi kelima berkait dengan membangun koordinasi intra dan antar-instansi pemerintah. Bila pada strategi pertama kita berbicara pada tataran integrasi proses dan teknologi, pada level di atasnya perlu dibangn strategi yang mendukung koordinasi intra dan antar instansi pemerintah, baik di level pemerintah pusat, pemerintah pusat dan daerah, atau sesama pemerintah daerah. Dalam tata laksana pemerintahan yang konvensional hal ini sudah lama ada, namun pada kenyataannya masih sering ditemui adanya ketidak –tersambungan komunikasi antar satu dengan lainya. Penyebab utama dari hal ini adalah masih rendahnya kualitas koordinasi antar-pihak yang seharusnya saling berinteraksi. Di dalam e-government, keberadaan koordinasi antar para pihak yang berkepentigan menjadi syarat utama keberhasilan implementasi.

Strategi keenam berkait dengan perlunya tersedia kebijakan pendukung. Undang – undang dan peraturan lama akan tidak relevan lagi bila e-govt sudah diterapkan secara masif dalam skala nasional. Kerangka kebijakan, tatatan hukum dan peraturan yang baru diperlukan agar e-govt dapat berfungsi. Relevan dengan isu ini adalah perlunya mengkaji ulang struktur, tugas dan fungsi organisasi pemerintah. Koordinasi eksekutif dengan legislatif untuk melakukan kaji ulang semua Undang – Undang dan peraturan terkait sangat diperlukan. Beberapa isu kebijakan seperti perpajakan, tanda tangan digital, otentikasi bukti transaksi, perlindungan privasi, perdagangan internasional, perlindungan konsumen, perlindungan hak cipta dan paten, deregulasi telekomunikasi, dan perampingan prosedur perijinan merupakan keijakan yang perlu segera disediakan bersamaan dengan rencana implementasi e-govt. Mencipatakan kerangka hukum dan kebijakan merupakan salah satu pilar dalam suksesnya imlementasi e-government.

document.doc Page 12 of 14

Page 13: Faktor Sukses Implementasi E-Govt

Strategi ketujuh berkaitan dengan penyediaan infrastruktur Internet dan aplikasi e-govt. E-govt seusia dengan definisi di depan hanya mungkin terwujud bila tersedia Infrastruktur Internet dan aplikasi yang memadai kuantitas maupun kualitasnya. Penyediaan prasarana telekomunikasi dengan kapasitas mencukupi, beserta ketersediaan point of present untuk mengakses Internet dengan biaya murah, disertai dengan tersedianya aplikasi yang mudah dipahami dan digunakan oleh orang awam menjadi salah satu faktor suksesnya implementasi e-govt.

Faktor lainSelain faktor – faktor dominan sebagaimana tersebut diatas, ada faktor lain yang tak kalah pentingnya dan seringkali menjadi penghambat bagi terwujudnya suatu program pembangunan. Bertahannya krisis moneter dan keuangan yang melanda pemerintah Indonesia menyebabkan banyak aktivitas yang harus ditunda pelaksanaannya. Hal ini diperkirakan juga dapat menimpa terhadap inisiatif untuk membangun e-govt. Bila demikian halnya, maka tahapan pembangunan yang ditetapkan menjadi sulit direalisasikan.

Mengantisipasi langkanya anggaran pemerintah untuk membangun e-govt, disarankan kepada semua pihak untuk merancang model pendanaan baru yang tidak bergantung pada anggaran pemerinitah. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan pola outsourcing atau menyerahkan pembangunan dan penyediaan sarana e-govt kepada pihak swasta, pemerintah tinggal memfasilitasi saja dengan kebijakan, sedangkan swasta yang membangun aplikasi tersebut diberi kewajiban untuk melayani publik dengan kompensasi mendapat bagian dari pendapatan yang dibayarkan masyarakat atas pelayanan yang mereka terima.

6. Tantangan ke DepanMenyediakan infrastruktur, membangun aplikasi, dan menyediakan perangkat relatif mudah dilakukan. Tantangan ke depan berkenaan dengan implementasi e-govt lebih terletak pada faktor sumber daya manusia. Makin enggan para stekeholder untuk melakukan perubahan paradigma dan pola pikir, makin sulit e-government terwujud sesuai yang dicita – citakan. Demikian pula, meningkatnya semangat demokrasi, apabila tidak disertai dengan kesadaran untuk menghormati kepentingan orang lain akan menjadi batu sandungan dalam implementasi e-govt. Mengajak parlemen untuk bersedia menghasilkan perubahan perudangan dan peraturan yang mendukung e-govt merupakan tantangan besar ke depan yang harus disiapkan dari sekarang.

7. Kesimpulan dan SaranE-Govt harus dipandang sebagai sarana bukan sebagai tujuan. Agar implementasi e-govt dapat terlaksana dengan baik perlu diperhatikan faktor teknis dan non-teknis yang dapat mempengaruhi keberhasilan. Pada umumnya faktor non-teknis lebih dominan dibandingkan faktor teknis, oleh karena itu pemahaman mendalam terhadap faktor non-teknis sangat diperlukan ketika merancang dan mengimplementasikan e-govt.

document.doc Page 13 of 14

Page 14: Faktor Sukses Implementasi E-Govt

Visi, misi, sasaran, dan strategi pembangunan e-govt perlu disiapkan agar dapat menjadi acuan bagi stakeholder., ketiadaan semua itu hanya akan menyebabkan terjadinya pemborosan waktu, biaya, dan energi.

Jakarta, 19 Nopember 2001

document.doc Page 14 of 14